ABSORBSI PRINSIP ”REBUS SIC STANTIBUS” DALAM KERANGKA

[U NIVERSITAS M ATARAM ] [ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A ABSORBSI PRINSIP ”REBUS SIC STANTIBUS” DALAM KERANGKA PEMBAHARUAN HUKUM PERJANJIAN NASIONAL

Dwi Prilmilono Adi 1 Fakultas Hukum Universitas Mataram ABSTRAK

Prinsip ”Rebus Sic Stantibus” merupakan prinsip yang belum populer dalam sistem hukum civil law karena ini diambil dari pinsip hukum Anglo Saxon. Secara teroritis pelaksanaan perjanjian pada hakekatnya tunduk pada prinsip pacta sunt servanda. Dalam perkembangannya prinsip pacta sunt servanda memperoleh tantangan dari mereka yang berargumentasi bahwa prinsip tersebut hanya berlaku manakala tidak ada perubahan keadaan yang radikal terhadap pelaksanaan perjanjian tersebut. Doktrin rebus sic stantibus atau dikenal juga dengan istilah clausula rebus sic stantibus adalah suatu perubahan keadaan dikarenakan oleh kesulitan yang sangat ekstrim bagi salah satu pihak untuk memenuhi kontrak dan bukan dikarenakan ketidakmungkinan kontrak tersebut dilaksanakan dan oleh sebab itu maka harus dilakukan renegosiasi terhadap ketentuan dan syarat-syarat dalam kontrak. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui bagaimana karakteristik dari Perubahan Keadaan (Rebus Sic Stantibus) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Sebagai Pembeda Dengan Keadaan Memaksa (Force Majeure). Metode penelitian menggunakan yuridis normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Hasil dalam penelitian tersebut bahwa Karakteristik dari Perubahan Keadaan (Rebus Sic Stantibus) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Sebagai Pembeda Dengan Keadaan Memaksa (Force Majeure) yaitu bahwa dalam force majeure pelaksanaan perjanjian benar-benar tidak mungkin dilaksanakan (impossible) dikarenakan alasan secara fisik atau secara hukum, dengan mengabaikan kesulitan ekonomi atau ketidakpastian- ketidakpastian ekonomi (economic imposibility), sedangkan dalam rebus sic stantibus, alasan tidak dilaksanakan perjanjian tersebut adalah karena pelaksanaan perjanjian tersebut sangat sulit (onerous), jadi termasuk juga economic impossibility. Jadi, tingkat kesulitan performa rebus sic stantibus di bawah force majeure.

Kata Kunci : Rebus Sic Statibus, Hukum Perjanjian

ABSTRACT

Rebus Sic Stantibus principle is an unpopular principle in civil law system because this principle is taken by Common Law principle. In theory, contractual implementation, in the essence, submit to pacta sunt servanda principle. Pacta sunt servanda principle, in the contemporary, has a challenge from they who argue the principle prevail only when there is no radically change condition in the contract. Rebus Sic Stantibus doctrine or it is well known with clausula Rebus Sic Stantibus is a radically change condition because extrime trouble for each other party to fulfill the contract and imposibble the contract to be implemented. Thus, it must be renegotiate to requirement in the contract. The purpose of this research is to know what the change condition charateristic (rebus sic stantibus) in the implementation of contract as a diffrentiation with state of emergency (force majeure). Research method is juridical normative where a legal reserach procedure to discover truth base on logical law from

1 Dosen tetap Fakultas Hukum Universitas Mataram [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A [F

AKULTAS H UKUM ]

nomative side. The result of this research that the change condition charateristic (Rebus Sic Stantibus) in the implementation of contract as a diffrentiation with state of emergency (Force Majeure) is in the implementation of contract imposibble to do it because of the legal reason, avoid economic trouble or economic imposibility, whereas in Rebus Sic Stantibus, the reason why the contract is not implemented because the contractual implementation is too difficult to do it, so include economic imposibility. Therefore, difficult level of Rebus Sic Stantibus is under Force Majeure.

Key word: Rebus Sic Stantibus, Contractual Law

Pokok Muatan

ABSORBSI PRINSIP ”REBUS SIC STANTIBUS” DALAM KERANGKA PEMBAHARUAN HUKUM PERJANJIAN NASIONAL ................................................... 71

A. PENDAHULUAN............................................................................................................ 72

B. PEMBAHASAN .............................................................................................................. 75

1. Konsep Pembaharuan Hukum Perjanjian Nasional..................................................... 75

2. Konsep Rebus Sic Stantibus ........................................................................................ 79

3. Karakteristik dari Perubahan Keadaan (Rebus Sic Stantibus) Dalam Pelaksanaan

Perjanjian Sebagai Pembeda Dengan Keadaan Memaksa (Force Majeure)............... 83

4. Prinsip Hukum Akibat Terjadinya Perubahan Keadaan (Rebus Sic Stantibus)

Pada Pelaksanaan Perjanjian ....................................................................................... 85

C. SIMPULAN ..................................................................................................................... 89 PUSTAKA ............................................................................................................................. 20 dikutip Huala Adolf 3 juga berpendapat,

A. PENDAHULUAN

peran hukum kontrak dewasa ini adalah sentral. Peran ini didasarkan pada dua

Dewasa ini, dengan berkembangnya alasan sebagai berikut : transaksi bisnis modern, kebutuhan hukum dan khususnya hukum kontrak 1 menjadi

• dengan semakin meningkatnya produk semakin nyata. David Reitzel dalam

yang dihasilkan pekerja mengakibatkan bukunya Contemporary Bussines Law:

meningkatnya peralihan Principle and Cases sebagaimana yang

semakin

produk tersebut dari seseorang kepada

dikutip Huala Adolf berpendapat bahwa

orang lain ;

kontrak adalah salah satu ”lembaga • dengan meningkatnya peran lembaga hukum” yang paling penting di dalam

pembiayaan yang semakin mendorong transaksi

manusia untuk melakukan transaksi Selanjutnya P.S. Atiyah dalam bukunya An

bisnis, maka peran kontrak tersebut Introduction to the Law of Contract yang

semakin dirasakan 5 .

Dengan demikian menjadi semakin

6 Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Pemerintah) ,

1 Yohanes Sogar Simamora, Hukum Perjanjian (Prinsip

jelas bahwasanya arti pentingnya kontrak

LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2009. Istilah kontrak berasal dari “contract” dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Perancis “contrat” dan dalam bahasa Belanda “overeenkomst” sekalipun kadang-kadang digunakan istilah “contract”. Menurut Peter

3 Ibid.

Mahmud Marzuki sebagaimana dikutip Yohanes Sogar

4 Ibid.

Simamora, Istilah kontrak lebih menunjuk pada nuansa bisnis

5 Ibid.

atau komersial dalam hubungan hukum yang dibentuk. h. 30

Esensi kontrak pada dasarnya adalah Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum

6 Op. Cit.

kewajiban, hal mana juga jelas dalam kata-kata Subekti : Internasional , Alumni, Bandung, 2008. h. 2

Kontrak

“Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji

72 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] [ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A

sebagai salah satu institusi hukum dalam Dengan demikian maka perjanjian transaksi ekonomi masyarakat karena

dapat dianalogikan sebagai proses pem- peralihan produk dari satu pihak kepada

buatan undang-undang dalam pengertian pihak lain dan tumbuhnya lembaga

mikro.

pembiayaan yang memicu kebutuhan akan Bentuk kedua dari suatu transaksi keberadaan hukum perjanjian. yang disebut dengan istilah kontrak pada

Pada hakikatnya pembuatan kontrak hakikatnya adalah transaksi hukum yang merupakan salah satu sistem perbuatan

bersifat hukum perdata (legal transaction hukum dalam hubungan keperdataan.

of civil law) . Kontrak semata-mata adalah Kontrak akan berlaku sebagai undang-

suatu pernyataan kehendak dari dua atau undang bagi para pembuatnya, sebab 10 lebih individu . Pernyataan ini merupakan

pembuatan kontrak terdapat unsur proses syarat yang harus ada. Tanpa adanya seperti pada pembuatan undang-undang.

pernyataan ini maka kontrak yang dibuat L.J. Apeldoorn 7 menyatakan bahwa tidak dapat ada atau dikuatkan oleh suatu perjanjian dikelompokkan ke dalam faktor 11 prosedur hukum . Pernyataan tersebut

yang membantu pembentukan hukum. baru akan mengikat jika ditujukan kepada Oleh karena itu, dalam beberapa hal

pihak lain dan pihak lain yang dimaksud tertentu pembentukan hukum atau undang- 12 menyatakan menerima . Tindakan dua

undang dapat dianalogikan dengan per- pihak ini sebagai transaksi hukum dua janjian karena keduanya memiliki sifat 13 pihak (two-sided legal transaction) .

yang sama, yaitu mengikat. Hingga batas- Dilihat dari tahapannya, pembuatan

batas tertentu, para pihak dalam suatu kontrak melewati 3 (tiga) tahap, yaitu

perjanjian atau kontrak bertindak seperti negosiasi (negosiation), pembuatan per-

pembentuk undang-undang, yaitu meng-

8 janjian (formation of contract) , dan ikatkan diri diantara mereka sendiri. pelaksanaan perjanjian (performance of Perbedaannya adalah jika perjanjian 14 contract) . Kedua belah pihak harus

yang akan terikat yaitu para pihak yang memenuhi syarat untuk menjamin membuatnya, sedangkan dalam undang-

keabsahan (validitas) dalam menutup undang yang terikat adalah semua warga

perjanjian.

negara. Oleh karena itu, Pasal 1338 BW Dalam pembuatan kontrak ada dua muncul kalimat yang menyatakan : pihak atau lebih yang bernegoisasi untuk

”Semua perjanjian yang dibuat secara sah membuat seperangkat aturan yang

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Dalam

mengadakan hakikatnya ada persamaan-persamaan yang penting, yaitu (a) perjanjian, para pihak

kehendak dari berbagai pihak yang harus dipertemukan melalui

melakukan perikatan secara konkrit,

argumentasi-argumentasi, (b) proses mempertemukan kehendak

sedangkan apa yang dilakukan pembuat itu yang akan dituangkan ke dalam aturan-aturan: out put berupa

aturan yang mengikat, (c) adanya akibat hukum apabila para

undang-undang pada umumnya mengatur

pihak yang tunduk dalam aturan itu. 10

9 perbuatan yang bersifat abstrak. Pasal 1313 BW – Definisi Perjanjian: Suatu

persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Subekti, Hukum Perjanjian , Intermasa, Jakarta, 2008, menyatakan bahwa

kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji : Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang untuk melaksanakan sesuatu hal”. h. 31 7 berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang saling berjanji

8 Taryana Soenandar. h. 17

untuk melaksanakan sesuatu. h. 1

Ibid.

Huala Adolf. Op. Cit. h. 17 Ibid. Perbedaan pembuatan kontrak dengan pembuatan

12 Yohanes Sogar Simamora, Hukum Perjanjian, undang-undang adalah kontrak didasarkan pada hasil negoisasi

Prinsip Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh antara para pihak berdasarkan pertimbangan ekonomi atau bisnis

Pemerintah , Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2009. Prinsip yang hasilnya hanya mengikat para pihak saja. Adapun dalam

penting terutama pada aspek pembuatan undang-undang sebagai hasil perdebatan dan

konsensualisme

sangat

pembentukannya. h. 191

keputusan politik yang hasilnya berupa undang-undang yang 13 Huala Adolf.Op. Cit. h. 17 akan mengikat semua warga negara. Namun demikian pada

14 Taryana Soenandar. Op. Cit. h.18 [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A [F

AKULTAS H UKUM ]

mengatur hubungan hukum dikemudian pembuatan perjanjian atau yang dikenal hari.

dengan istilah rebus sic stantibus. Sebagai akibatnya ada pihak yang sangat dirugikan

manakala pelaksanaan perjanjian dipaksa- keadaan kesulitan dapat menimbulkan

kan untuk dilanjutkan. Apalagi jika dalam ketidak adilan. Oleh karena itu, hukum

harus memberikan landasan agar para klausula-kalusula kontrak yang pihak dapat meminta bantuan hakim atau

dibuat tidak diperhitungkan suatu keadaan arbiter untuk meninjau kembali isi kontrak,

yang ekstrim tersebut sehingga menim- apakah klausula kontrak harus direno-

bulkan suatu persoalan antara lain gosiasi ulang, diubah, atau dibatalkan. 15 keuangan yang sangat besar bagi

promissor . Kemudian bahkan melahirkan Pada telaah ini secara khusus akan

ketidak-adilan pada salah satu pihak, dikaji tentang sebuah gejala hukum yang sehingga tujuan pembuatan perjanjian yang terdapat pada tahapan pelaksanaan per-

semula untuk melegalkan pertemuan janjian (performance of contract), yaitu

16 kehendak para pihak dengan mengusung timbulnya suatu perubahan keadaan harapan-harapan yang memiliki nilai yang sangat fundamental yang tidak

keadilan 17 menjadi sirna karena terjadinya diperhitungkan sebelumnya pada saat

peristiwa tersebut.

15 Ibid.

Kajian ini bersifat yuridis normatif

Faisal Akbaruddin Taqwa, Rebus Sic Stantibus Dalam Khasanah Hukum Kontrak , Law

karena analisis dan pembahasan didasar-

Society (ILS) Utrecht School of Law, Universiteit

kan pada doktrin/ajaran hukum, prinsip

Utrecht. Sebagai ilustrasi, peristiwa yang membawa

hukum

dan

peraturan perundang-

efek langsung pada keberadaan kontrak yang telah

undangan. Di dalam tulisan ini terdapat

dibuat oleh para pihak, adalah sebagai berikut :

beberapa pendekatan. Dengan pendekatan

Krisis ekonomi global mengakibatkan banyak perusahaan kelas dunia bertumbangan. Hal serupa

tersebut akan didapatkan informasi dari

pernah melanda Indonesia di tahun 1997 yang

berbagai aspek mengenai isu yang sedang

ditandai terdepresiasinya mata uang Rupiah hingga

dicoba untuk untuk dicari jawabannya.

hampir 300% terhadap US Dollar. Krisis yang

Pendekatan yang dipergunakan dalam

melanda Indonesia kala itu menyebabkan banyak

penelitian hukum ini adalah pendekatan

perusahaan yang terikat perjanjian dengan mitra 18 dagangnya di luar Indonesia dengan memakai

konseptual (conceptual approach), pen-

patokan mata uang yang diterima secara global

dekatan undang-undang (statute approach)

seperti US Dollar harus menanggung beban yang

dilakukan dengan menelaah semua

tidak mudah dalam memenuhi klausula-klausula

undang-undang dan deregulasi yang

kontrak terutama kontrak dagang dengan mitra

bersangkut paut dengan isu hukum yang

dagang mereka di luar negeri. Sebuah pelajaran yang bisa dipetik dari krisis ekonomi global yang

sedang

diteliti

serta pendekatan

juga melanda Indonesia pada tahun 1997 tersebut

perbandingan (comparative approach).

adalah terpuruknya beberapa perusahaan Indonesia yang melakukan kontrak bisnis dengan mitranya di luar negeri, mengalami kesulitan untuk memenuhi klausula kontraknya karena menggunakan mata uang US Dollar/asing. Apalagi jika dalam klausula-

17 Andrea Ata Hujan, Filsafat Hukum (Membangun kalusula kontrak yang dibuat tidak diperhitungkan

Hukum Membela Keadilan) , Kanisius, Yogyakarta, 2009. suatu keadaan yang ekstrim sehingga menimbulkan

Hukum sebagai lex adalah kaidah formal yang merupakan suatu persoalan keuangan yang sangat besar bagi artikulasi normatif dari ius. Dengan demikian, keadilan merupakan substansi hukum. Tuntutan dari segi substansi promissor . Selanjutnya juga terlihat bahwa krisis

menjadi penting karena hukum dibuat dengan tujuan utama ekonomi merupakan salah satu pemicu terjadinya

menegakkan keadilan melalui jaminan bahwa hak dan perubahan keadaan yang secara fundamental

kewajiban segenap warga negara dapat dilaksanakan dan mengakibatkan kesulitan dalam pelaksanaan sebuah dipenuhi dnegan baik (legitimasi moral). h. 16 18 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana kontrak. h. 2

Prenada Media Group, Jakarta. 2008. h. 93.

74 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] [ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A

B. PEMBAHASAN

Gagasan Menganggap Burgerlijk Wetboek (BW) tidak sebagai Undang-Undang. BW

1. Konsep Pembaharuan

Hukum

dianggap sebagai “suatu dokumen yang

Perjanjian Nasional

hanya menggambarkan suatu kelompokan Aturan umum mengenai hukum

hukum tak tertulis”. Pada perkemba - kontrak nasional saat ini masih

ngannya, Mahkamah Agung sendiri berpedoman pada aturan yang merupakan

menganggap sebagian pasal dari BW tidak warisan dari pemerintahan kolonial Hindia

berlaku.

Belanda, yaitu Burgerlijk Wetboek (BW)

19 Misalnya, Pasal 108 dan 110 tentang khususnya Buku III tentang Perikatan.

wewenang seorang isteri untuk melakukan Belanda sendiri, sebagai negara yang

perbuatan hukum dan untuk menghadap di membawa BW ke Indonesia sudah

muka pengadilan tanpa izin atau bantuan mengganti hukum perdatanya dengan yang

suami dan Pasal 284 ayat (3) BW baru, yaitu Nieuw Burgerlijk Wetboek

mengenai pengakuan anak yang lahir di (NBW) yang muatannya sudah sangat

luar perkawinan oleh seorang perempuan berbeda dengan BW. NBW yang saat ini

Indonesia asli. Belanda sendiri, sebagai berlaku di Belanda sebagai The Dutch

negara yang membawa BW ke Indonesia Civil Code sudah jauh lebih maju baik dari

sudah mencabut dan mengganti dengan segi substansi maupun sistematika sebagai

Nieuw Burgerlijk Wetboek (NBW.) NBW koreksi atas kelemahan-kelemahan yang

20 yang saat ini berlaku di Belanda sebagai terdapat dalam BW.

The Dutch Civil Code sudah jauh lebih Status KUHPerd sebagai Undang-

maju baik dari segi substansi maupun Undang pun menjadi perdebatan di

sistematika sebagai koreksi atas kele- kalangan para ahli yang terbagi menjadi

mahan-kelemahan yang terdapat dalam kelompok pro dan kontra. Bagi yang pro,

BW .

KUHPerd adalah Undang-Undang karena Pemerintah mengakui bahwa KUH pencabutan bagian-bagian dari KUHPerd

Perd sendiri sebenarnya memang bukan dituangkan dalam bentuk Undang-Undang.

produk hukum yang ideal untuk Misalnya, ketentuan mengenai ketenaga-

diberlakukan seterusnya dan sesegera kerjaan dicabut melalui Undang-Undang

mungkin perlu dibuat undang-undang baru Ketenagakerjaan dan ketentuan mengenai

yang mengatur masalah keperdataan secara perkawinan dicabut melalui Undang-

lebih komprehensif, sistematis, dan Undang Perkawinan. Bagi yang ber-

aplikatif. Empat puluh dua tahun silam, R. pendapat sebaliknya, KUHPerd tak perlu

Subekti dan R. Tjitrosudibio dalam lagi dianggap sebagai Undang-Undang.

pengantar terjemahan Burgerlijk Wetboek Menariknya, Mahkamah Agung di masa

(BW) menyatakan: “Kitab Undang -Undang kepemimpinan Wirjono Prodjodikoro

Hukum Perdata ini adalah suatu masuk dalam kelompok ini.

terjemahan dari Burgerlijk Wetboek, ialah Pada 5 September 1963, Ketua

salah sebuah kitab undang-undang berasal Mahkamah Agung Wirjono Prodjodikoro

dari pemerintahan zaman Belanda dahulu, menerbitkan Surat Edaran Mahkamah

kitab mana demi Peraturan Peralihan Agung (SEMA) No. 3 Tahun 1963 tentang

Undang-Undang Dasar Sementara harus kita warisi dengan segala cacat dan segala

celanya”. Selama puluhan tahun, BW

19 Ibid.

20 Nurfaqih Irfani, Pembaharuan Hukum Kontrak di

seperti sebuah buku yang satu persatu

Indonesia dikaitkan dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor : 59 Tahun 2008tentang Pengesahan Statute of the

lembarannya terlepas. Rumusan-rumusan-

International Institute for thePrivate Law, intl.published.pdf. h. 1

21 Ibid .

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A [F

AKULTAS H UKUM ]

nya yang berjumlah 1993 pasal nyaris Perikatan. 24 Tentunya pembahasan laksana hiasan semata di atas kertas.

tersebut harus dilakukan secepatnya mengingat

akan aktivitas Pemerintah

perdagangan dan bisnis nasional yang menyadari

ketertinggalannya

hukum

semakin pesat. Kegiatan bisnis atau perdata Indonesia dan oleh sebab itu

perdagangan baik yang dilakukan oleh disusunlan RUU Kitab Undang-Undang

negara maupun pihak swasta di Indonesia Hukum Perdata (RUU KUHPerd) yang harus terus berjalan dan tidak bisa dilakukan oleh Direktorat Jenderal

menunggu pembahasan RUU tersebut Peraturan Perundang-undangan Depar-

selesai. Stagnasi payung hukum atau temen Hukum dan HAM. Melalui Surat

aturan hukum perjanjian akan menim- Keputusan No. PPE.232.PP.01.02 Tahun

bulkan kerugian bagi negara maupun pihak 2008, Menteri Hukum dan Hak Prinsipi swasta di Indonesia sendiri. Manusia telah

membentuk Panitia

Penyusunan RUU KUHPerd. 22 Panitia Dengan demikian, maka pembaruan beranggotakan 22 orang, diketuai Elyana

hukum perjanjian nasional sebagai upaya Tanzah.

menghilangkan hambatan-hambatan baik sustansi dan prosedural untuk mendukung

Selain berasal dari internal pertumbuhan ekonomi harus segera Direktorat Peraturan Perundang-Undangan dilakukan. Sebab kegiatan perdagangan Dephukham, anggota tim juga melibatkan dan transaksi bisnis terus berjalan akademisi seperti Rosa Agustina, notaris berdasarkan kesepakatan para pihak yang

A. Partomuan Pohan, serta mantan hakim dituangkan dalam suatu perjanjian. Dengan

Agung Arbijoto dan J. Johansyah. Panitia demikian, perjanjian memiliki posisi yang Penyusunan RUU KUHPerd sudah sangat penting sebagai rujukan yang paling menyampaikan laporan akhir kepada utama bagi para pihak dalam pelaksanaan Menteri Hukum dan HAM pada suatu hal yang diperjanjikan, bahkan penghujung tahun 2008 lalu. Sejauh ini, sampai pada penentuan bagaimana cara bagian yang sudah tersusun adalah Buku I

23 penyelesaian yang akan ditempuh oleh tentang Orang.

para pihak manakala dikemudian hari Artinya pemerintah sudah melakukan

dalam pelaksanaan perjanjian tidak dapat upaya untuk melakukan pembaharuan

direalisasikan sebagaimana mestinya. hukum perdata Indonesia dengan me-

Harmonisasi hukum merupakan lakukan penyusunan Rancangan Undang- tuntutan sekaligus kebutuhan yang harus Undang Hukum Perdata yang dikoordinir

dipenuhi oleh para pihak dalam oleh Departemen Hukum dan HAM.

pelaksanaan perdagangan atau transaksi Perkembangan terakhir sangat meng-

bisnis. Upaya harmonisasi menurut Hannu gembirakan

Honka 25 dapat dilakukan melalui beberapa laporan akhir kepada Menteri Hukum dan

dengan

disampaikannya

cara, yaitu:

HAM pada tahun 2008. Kendati sampai sejauh ini bagian yang sudah tersusun

1. peraturan perundang-undangan nasi- adalah Buku I tentang ”Orang”.

onal di bidang kontrak; Pembahasan yang dilakukan oleh

2. penggunaan kontrak baku; Panitia Penyusunan RUU KUHPerd belum

3. penerapan hukum kebiasaan inter- sampai pada pembahasan Buku III tentang nasional (international customs).

23 Ibid. h. 2

76 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] [ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A

Dengan demikian, harus dilak- Dalam rangka pembaharuan hukum sanakan pembaruan hukum kontrak untuk 26 ini, perlu dipahami pendapat Burg’s.

menggantikan BW yang sudah sangat Menurut studi yang dilakukan Burg’s tertinggal sesuai dengan kebutuhan

mengenai hukum dan pembangunan, masyarakat pada tingkat perkembangan

terdapat 5 (lima) unsur yang harus mutakhir, sesuatu yang biasa disebut

dikembangkan supaya tidak menghambat sebagai modernisasi hukum. Dalam

ekonomi, yaitu stabilitas (stability) , pembaruan hukum ini perlu dibuat

prediksi (predictability), keadilan (fair- pendekatan dengan pengkajian hukum

ness) , pendidikan (education) , dan yang bertujuan mencapai jaminan dan

pengembangan khusus dari sarjana hukum kepastian hukum bagi kegiatan investasi

(the special development abilities of the dan perdagangan secara global.

lawyer) . Sela njutnya Burg’s mengemuka - kan bahwa unsur pertama dan kedua di atas

ini merupakan persyaratan supaya sistem sebenarnya sudah dilakukan melalui

ekonomi berfungsi.

pendekatan parsial, dalam arti pembaruan hukum diprioritas-kan pada bidang hukum

Di sini stabilitas berfungsi untuk yang sifatnya khusus mengatur sektor

mengakomodasi dan menghindari kepen- tertentu, misalnya adanya Undang-Undang

tingan-kepentingan yang saling bersaing. tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Sedangkan prediksi merupakan kebutuhan Persaingan Usaha tidak sehat, Undang-

untuk bisa memprediksi ketentuan- Undang tentang Penanaman Modal,

ketentuan yang berhubungan dengan Undang-Undang tentang Perseroan Ter-

ekonomi suatu negara. Hal ini sesuai batas, Undang Undang tentang Mineral 27 dengan J.D. Ny Hart yang juga

dan Batubara, Undang-Undang tentang mengemukakan konsep hukum sebagai Perlindungan Konsumen, dan peraturan

dasar pembangunan ekonomi, yaitu perundang-undangan sektoral lainnya yang

Dengan mengacu pada pendekatan hukum dalam materi muatannya diatur juga

dalam pembangunan ekonomi di atas ini, mengenai kontrak/perjanjian, misalnya

maka hukum harus mengandung unsur- Peraturan Pemerintah tentang Waralaba.

unsur sebagai berikut :

Pembaruan hukum kontrak secara sektoral Pertama, hukum harus dapat memang memberikan kepastian hukum membuat prediksi yaitu apakah hukum itu

dalam sektor terkait. Namun tetap dapat memberikan jaminan dan kepastian

diperlukan aturan umum yang menentukan hukum bagi pelaku dalam memprediksi

prinsip-prinsip perjanjian baik dari aspek kegiatan apa yang dilakukan untuk

formil maupun materiil agar terjadi proyeksi pengembangan ekonomi. Kedua, keseragaman serta untuk mengakomodir hukum itu mempunyai kemampuan

kepentingan kontrak/perjanjian

yang

prosedural dalam penyelesaian sengketa. bersifat lintas sektoral.

Misalnya dalam mengatur peradilan Dengan demikian, pembaruan hukum

tribunal, penyelesaian sengketa diluar kontrak perlu dilakukan secara holistik,

pengadilan, dan penunjukan arbitrer, dan terpadu, terencana, dan sistematis, yaitu

lembaga-lembaga yang berfungsi sama dengan melakukan revisi atau perubahan

dalam penyelesaian sengketa. Ketiga, terhadap undang-undang yang mengatur

pembuatan, pengkodifikasian hukum oleh secara umum (lex generalis) dalam hal ini

bertujuan untuk adalah KUHPerd khususnya Buku Ketiga

pembuat

hukum

pembangunan negara. Keempat, hukum itu tentang Perikatan.

Ibid. h.

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A [F

AKULTAS H UKUM ]

setelah mempunyai keabsahan, agar konkrit sebagai konsekuensi menjadi mempunyai kemampuan maka harus

negara anggota UNIDROIT. dibuat pendidikannya dan selanjutnya

Dengan demikian perlu dilakukan disosialisasikan. Kelima, hukum itu dapat

implementasi atas penetapan Perpres No. berperan menciptakan

keseimbangan

59 Tahun 2008 yang berupa pembenahan karena hal ini berkaitan dengan inisiatif

atau pembaruan hukum kontrak/perjanjian pembangunan ekonomi. Keenam, hukum

nasional sebagai upaya harmonisasi hukum itu berperan dalam menentukan definisi kontrak internasional dalam rangka dan status yang jelas. meningkatkan perdagangan dan transaksi Dalam hal ini hukum tersebut harus 28 bisnis internasional.

memberikan definisi dan status yang jelas Sudah sepatutnya prinsip-prinsip

mengenai segala sesuatu dari orang. UNIDROIT atau UPPICs menjadi suatu

Ketujuh, hukum itu harus dapat meng- rujukan yang dijadikan bahan pertim-

akomodasi keseimbangan, definisi dan bangan dalam penyusunan hukum kontrak

status yang jelas bagi kepentingan inividu nasional yang menggantikan KUHPerd

atau kelompok-kelompok dalam masya- khususnya Buku Ketiga tentang Perikatan

rakat. Terakhir, tidak kalah pentingnya dan dan lebih khusus lagi ketentuan-ketentuan harus ada dalam pendekatan hukum yang terdapat dalam Bab III tentang

sebagai dasar pem-bangunan adalah unsur Perikatan yang Dilahirkan dari Perjanjian.

stabilitas. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam

Sebagaimana diuraikan dalam bagian UPICCs bisa dijadikan sebuah sistem sebelumnya, pembaruan terhadap hukum

hukum tulen yang mengatur secara lebih kontrak/perjanjian khususnya KUHPerd

lengkap, terstruktur, fleksibel, dan Buku Ketiga tentang Perikatan merupakan

mengakomodir perkembangan perdaga- tuntutan sekaligus kebutuhan yang harus

ngan dan transaksi bisnis internasional. dipenuhi dalam rangka mendukung

Penyusunan RUU KUHPerd harus pelaksanaan perdagangan dan transaksi

dilaksanakan secara lebih optimal. Banyak bisnis internasional. Pembaruan hukum ketentuan dalam KUHPerd yang sudah kontrak tersebut berjalan beriringan

khususnya dalam dengan harmonisasi hukum kontrak

tidak

aplikatif

pelaksanaan kontrak bisnis internasional internasional sebagai upaya untuk

sehingga upaya penyusunan RUU tersebut mengatasi hambatan atau rintangan dalam

harus dijadikan prioritas. Hal ini perlu praktik

dilakukan segera mungkin mengingat internasional.

perkembangan perdagangan dan transaksi Dengan ditetapkannya Perpres No.

bisnis internasional begitu dinamis.

59 Tahun 2008 maka Indonesia resmi Panitia Penyusunan RUU KUHPerd

menjadi negara anggota UNIDROIT . yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Keanggotaan Indonesia dalam UNIDROIT No. PPE.232.PP.01.02 Tahun 2008,

tentunya harus dilaksanakan secara Menteri Hukum dan Hak Prinsipi Manusia

konsisten. Perpres No. 59 Tahun 2008 perlu mengkaji secara menyeluruh dan

hendaknya bukan sekedar hitam di atas mendalam ketentuan UPICCs untuk

putih yang mencerminkan politik luar dijadikan rujukan dalam penyusunan negeri Indonesia dalam konteks per- KUHPerd khususnya terkait dengan

dagangan internasional namun harus pengaturan hukum kontrak dalam konteks

ditindaklanjuti dengan langkah-langkah

28 Ibid. h.

78 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] [ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A

perdagangan dan

seiring dengan berkembangnya paham internasional. 32 Sejalan dengan itu, ”liberalisme” yang sepaham dengan

transaksi

bisnis

Departemen Luar Negeri hendaknya aliran Lasse Faire atau lassez passe, maka menindaklanjuti keanggotaan Indonesia

muncul perlawanan yang dilakukan oleh dalam UNIDROIT antara lain dengan

kaum borjuis terhadap klausula tersebut melakukan hal-hal sebagai berikut : a.

karena ketidakamanan dan ketidak- Menyusun terjemahan resmi (official

nyamanan dalam pelaksanaan kontrak translation) UPICCs agar dapat dipahami

bisnis yang dijalankan oleh kaum borjuis secara mudah baik oleh kalangan birokrasi,

akibat menyebarluasnya konsep rebus sic akademisi, praktisi, dan masyarakat pada

stantibus , sehingga pamornya sempat umumnya; b. Melakukan sosialisasi prinsip

memudar dan secara perlahan digantikan UNIDROIT/UPICCs kepada kalangan

oleh paham pacta sunt servanda. Akan birokrasi, akademisi, praktisi, maupun

tetapi, setelah pecahnya Perang Dunia I, masyarakat pada umumnya.

ahli-ahli hukum dari Eropa mencari justifikasi terhadap beban yang sangat

2. Konsep Rebus Sic Stantibus

berat yang ditanggung oleh promissors Istilah rebus sic stantibus sendiri

dalam pelaksanaan kontrak dalam kondisi berasal dari suatu kalimat bahasa latin

perang tersebut. Konsekuensinya, prinsip yaitu contractus qui habent tractum

rebus sic stantibus kembali mengambil succesivum et depentiam de future rebus

peranan yang penting dalam sistem hukum sic stantibus intelligentur yang dapat

di beberapa negara, terutama negara- diterjemahkan

negara dengan common law system dengan menentukan perbuatan selanjutnya untuk

sebagai

“Perjanjian

istilah-istilah yang berbeda 33 . melaksanakannya pada masa yang akan

Prinsip Rebus sic stantibus datang harus diartikan tunduk kepada

menjelma menjadi bermacam istilah di persyaratan bahwa lingkungan dan beberapa sistem hukum seperti hardship keadaan di masa yang akan datang tetap

sama” 29 . Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh pengadilan-pengadilan

ada kecurigaan terhadap riba. Ini kemudian

agama (gereja) oleh ahli-ahli hukum

diadopsi oleh pengadilan lain dan para ahli hukum.

kanonik pada abad XII dan XIII. 30

Konsep ini diterima secara luas pada akhir abad

Penerapannya semakin berkembang pada

sejarah, perubahan

abad-abad berikutnya karena semakin penerimaan suatu konsep hukum tertentu bisa

berangsur-angsur pudar dari waktu ke waktu.

banyak pengadilan dan ahli hukum yang

Seperti Prof Rosenn menjelaskan: "Pada awal abad

menerapkan clausula rebus sic stantibus.

kelima belas, popularitas teori stantibus sic rebus

Namun, pada sekitar akhir abad XVII 31 ,

sudah

berkurang, terutama karena perkembangan kepentingan komersial terhadap

mulai

iklim ketidakamanan transaksi yang dihasilkan oleh Ibid. Anggapan ini juga ditemukan dalam

aplikasi luas teori tersebut. Pada akhir abad hukum Romawi: pacta sunt servanda ex fide bona:

kedelapan belas, pacta sunt servanda sangat "... perjanjian harus dipenuhi dengan itikad baik.

dominant dan teori rebus sic stantibus telah Pembatasan ini kesucian "kontrak" itu diuraikan

diturunkan ke tumpukan memo doktrinal. Lahirnya oleh canonists abad XII dan abad XIII. Menurut

positivisme menjadikan meningkatnya otonomi canonists : qui contractus tractum succesivum individu dan kebebasan kontrak dan surutnya rebus habent depentiam et de rebus sic stantibus

sic stantibus .

intelliguntur . Hal ini

32 Liberalisme , yang merupakan aliran filsafat yang diterjemahkan sebagai: "kontrak berlaku secara

dominan pada abad kedelapan belas, membawa ide-ide baru terus-menerus dengan asumsi bahwa keadaan akan

yang tidak kompatibel dengan aplikasi keras dan pembatasan tetap sama seperti pada saat kontrak dibuat."

stantibus sic rebus yang disediakan oleh canonists. Pacta sunt 30 Ibid.

servanda , di sisi lain koheren dengan konsep lasse faire. Oleh

Rebus karena itu, code yang berlaku di periode ini (code Napoleon) sic stantibus pertama kali tidak mengadopsi stantibus rebus sic. diterapkan oleh pengadilan gerejawi, terutama bila

33 Ibid.

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A [F

AKULTAS H UKUM ]

rule (UNIDROIT), frustration of purpose berarti bagi pihak lain, bagaimanapun (Inggris), Wegfall des Geschäftsgrundlage

kontrak harus diharmati. (Jerman),

imprevision (Perancis),

b. Perubahan keadaan yang relevan hanya accessiva

kontrak-kontrak tertentu (Spanyol), impracticability (Amerika

(kontrak yang pelaksanaannya belum Serikat).

dilakukan/masih berlaku dan berjangka Selain itu, ternyata prinsip ini juga

panjang) – (change in circumstances diadopsi oleh Konvensi Wina Tahun 1969

relevant only in exceptional cases) . tentang Hukum Perjanjian (the Vienna

Prinsip sifat mengikatnya kontrak Convetion on the Law of Treaties, 1969)

sebagaimana huruf a di atas tidaklah khususnya dalam Article 61 dan Article 62

bersifat absolud, terutama dalam hal terjadi yang masing-masing mencakup hal-hal

keadaan yang menimbulkan perubahan tentang kesulitan dalam pelaksanaan yang fundamental terhadap keseimbangan perjanjian dan perubahan keadaan yang

dari kontrak. 38 Keadaan yang demikian bersifat mendasar dalam pelaksanaan

35 merupakan situasi yang dikecualikan perjanjian. sebagaimana dimaksud dalam prinsip- Aturan tentang hardship 36 menentu- prinsip ini sebagai hardship.

kan bahwa apabila pelaksanaan kontrak

(Principles of menjadi lebih berat bagi salah satu pihak,

UNIDROIT

Commercial Contracts , pihak tersebut bagaimanapun juga terikat

International

1994) sebagai acuan dalam perancangan melaksanakan perikatannya dengan tunduk

kontrak internasional mengadopsi prinsip pada ketentuan tentang hardship (sebagai

rebus sic stantibus ini pada Section 2 pengecualian). Hal ini sebagaimana diatur

dibawah titel Hardship. Hardship adalah

dalam Article 6.2.1 Principles of

suatu keadaan yang terjadi ketika International Commercial Contracts 1994

37 ekuilibrium atau keseimbangan kontrak - UNIDROIT , tentang (Contract to be secara fundamental berubah dikarenakan observed – kontrak yang harus dipatuhi) biaya pelaksanaan kontrak oleh promissor Ketentuan ini menentukan dua hal pokok, (debitur) meningkat secara signifikan atau yaitu : nilai dari performa yg diterima oleh

a. sifat mengikat dari kontrak sebagai promisee (kreditur) menjadi kecil secara aturan umum (binding character of the

signifikan39 (Article 6.2.2. UNIDROIT contract the general rule) . Tujuan dari

Principles40 ). Selanjutnya dari pengertian aturan umum untuk mempertegas

hardship didalam UNIDROIT Principles bahwa kontrak itu mengikat untuk

tersebut, terdapat 4 (empat) persyaratan dilaksanakan asal dimungkinkan, tanpa memperhatikan beban yang dipikul oleh pihak yang melaksanakan. Dengan kata lain, meskipun salah satu pihak

mengalami h. 253. kerugian besar atau 39

pelaksanaan kontrak menjadi tidak

Article 6.2.2 - Definition of Hardship : There is hardship where the occurnceof events fundamentally alters the equilibrium of the contract either because the cost of a party’s performance has increased or because the value of the

35 Agus Yudha Hernoko. Op. Cit. hal 252 performance a party receives has diminished , and : (1) the 36 Ibid..

events occur or become known to the disadvantaged party after Ibid . h. 253

the conclusion of the contract; (2) the events could not 37 Article 6.2.1 – Contract to be Observed : Where the

reasonable have been taken into account by the disadvantaged performance of a contract becomes more onerous for one of the

party at the time of the conclusion of the contract; (3) the events parties, that party is nevertheless bound to perform its

are beyond the control of the disadvantaged party; and (4) the obligations subject to the following provisions on hardship.

risk of the events was not assumed by the disadvantaged party.

80 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] [ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A

yang dikategorikan sebagai suatu keadaan Pada prinsipnya, adanya perubahan sulit 41 , yaitu :

keadaan tidak mempengaruhi kewajiban pelaksanaan kontrak (vide : Article 6.2.1.)

1. Keadaan yang muncul atau baru Dengan demikian hardship tidak dapat

diketahui oleh pihak yang tidak dijadikan alas an pembatalan kontrak,

diuntungkan pada saat pelaksanaan kecuali perubahan itu bersifat fundamental. atau penutupan kontrak; Apa yang dimaksud dengan fundamental

2. Keadaan tersebut

tergantung pada keadaan dari peristiwa diperkirakan

tidak

dapat

tersebut. Namun demikian, apabila yang rasional atau secara semestinya akan

sebelumnya

secara

dimaksud dengan pelaksanaan kontrak terjadi oleh pihak yang tidak

adalah suatu kemampuan yang dapat diuntungkan oleh keadaan itu pada saat

dihitung secara pasti menurut konteks pelaksaaan atau penutupan kontrak;

keuangan, maka perubahan sebesar 50%

3. Keadaan tersebut diluar kendali dari atau lebih dari biaya atau dari nilai pihak yang tidak diuntungkan tersebut;

pelaksanaan kontrak dianggap sebagai dan

jumlah yang fundamental.

4. Risiko dari keadaan tersebut tidak

Contoh Kasus :

diprediksi atau diperkirakan sebelum- Pada bulan September 1989, A nya oleh pihak yang tidak diuntungkan

dealer barang elektronik berdomisili di tersebut;

bekas Republik Demokrasi Jerman, telah Berpijak dari definisi Hardship yang

melakukan kontrak jual beli stok barang diberikan oleh UNIDROIT Principles

dengan B, yang berdomisili di negara X, tersebut diatas beserta empat persyaratan-

juga bekas negara sosialis. Barang tersebut nya, maka setidaknya terdapat 3 (tiga)

seharusnya dikirim B pada bulan unsur untuk menentukan ada atau tidaknya

Desember 1990, tetapi pada bulan hardship 42 yaitu:

Nopember 1990, A memberitahu B bahwa barang tersebut tidak dapat dikirim seperti

1. Perubahan keseimbangan kontrak biasanya, dengan alasan bahwa setelah secara

penyatuan Republik Demokrasi Jerman alteration of equilibrium of the

fundamental

(fudamental

dengan Republik Federal Jerman tidak lagi contract );

terbuka pasar untuk barang-barang yang

2. Meningkatnya

diimpor dari negara X tersebut. Kecuali kontrak (increase in cost of

biaya pelaksanaan

keadaan tersebut menunjukkan sebaliknya, performance );

A berhak mendalilkan adanya hardship.

3. Menurunnya nilai pelaksanaan kontrak Keadaan-keadaan sebagaimana yang diterima salah satu pihak

dicakup dalam pengertian hardship oleh (decrease in value of the performance

UNIDROIT Principles tersebut di atas, received by one party );

dalam sistem hukum di Britania Raya dikenal dengan istilah “ frustation of

dalam

komentar

purpose” . Menurut prinsip “ frustation of penjelasannya

UNIDROIT

43 purpose” , perubahan keadaan yang sangat penerapan kasus dimana dalil hardship

memberikan

contoh

fundamental yang dapat diterima sebagai berikut :

ekstrim

dan

menyebabkan pemenuhan isi perjanjian menjadi berbeda secara radikal dengan pada saat awal dibuatnya perjanjian

tersebut menjadi alasan pemaaf bagi pihak

43 Ibid. h. 254. Ibid.

yang merasa tidak diuntungkan dari

h. 255.

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A [F

AKULTAS H UKUM ]

perubahaan keadaan itu untuk tidak harus dipenuhi agar impracticability melaksanakan

tersebut eksis yaitu :

menegosiasikan kembali isi perjanjian. Di

1. Hal-hal yang telah disepakati dalam Jerman, rebus sic stantibus dikenal sebagai

44 perjanjian sulit dilaksanakan (impracti- teori wegfall des geschäftsgrundlage , cable ). Secara lebih lugas, sulit yang diperkenalkan oleh seorang guru dilaksanakan (impracticable) adalah besar dari Universitas Gottingen, Prof

lebih fleksibel pengertiannya dari tidak Oetmann , yang pada praktek peradilan di mungkin dilaksanakan (impossible). Jerman, teori tersebut dikembangkan Seberapa fleksibel pengertian dari menjadi suatu doktrin bahwa ketika terjadi impracticable tersebut merupakan keadaan-keadaan

berubah

secara

pertanyaan yang harus dijawab melalui fundamental dan tidak bisa diperkirakan

putusan pengadilan. sebelumnya, maka pijakan dasar dari

transaksi telah dirusak dan para pihak tidak

2. Munculnya titik temu tentang adanya lagi terikat dengan komitmen-komitmen

suatu keadaan yang mengubah asumsi mereka yang telah mereka tuangkan dalam

dasar (yang mengikat kedua belah kontrak 46 .

pihak) sebagai pijakan pada saat dibuatnya kontrak.

Sebagaimana halnya Britania Raya dan Jerman, di dalam sistem hukum

3. Impracticabilty bukan merupakan Amerika Serikat pun terdapat konsep rebus

akibat dari kesalahan salah satu pihak sic stantibus yang dikenal dengan istilah

agar pihak tersebut dibebaskan dari Impracticability 47 .Impracticability meliputi

kewajibannya.

kesulitan-kesulitan yang sangat ekstrim

4. Salah satu pihak harus tidak dan tidak rasional, biaya-biaya, maupun

menanggung “kewajiban yang lebih kerugian yang diderita oleh salah satu

besar daripada yang ditetapkan secara pihak

hukum”, sebagaimana dipersyaratkan kelangkaan yang sangat serius terhadap

dalam perjanjian,

misalnya

dalam UCC.

bahan-bahan mentah atau kesulitan dalam penyaluran bahan-bahan mentah tersebut

Dari pengertian-pengertian tersebut akibat adanya perang, embargo ekonomi,

di atas, terdapat suatu pertanyaan apakah gagal panen, penutupan tiba-tiba sumber-

yang dimaksud perubahan yang funda- sumber utama suplai dan sejenisnya, yang

mental keseimbangan kontrak yang mengakibatkan

peningkatan

secara

menjadi dasar dari paham rebus sic

signifikan terhadap biaya yang dikeluar- stantibus . Menurut Taryana Soenandar , kan 48 . Berdasarkan Uniform Commercial

dalam praktek, perubahan fundamental Code 49 (UCC) 2-616 di Amerika Serikat,

keseimbangan kontrak dapat tercermin maka setidaknya ada empat syarat yang

dalam 2 (dua) cara yang berbeda tetapi saling berkaitan. Pertama, perubahan itu ditandai

dengan

adanya kenaikan

substansial dari ongkos-ongkos yang harus

44 Ibid. wegfall des geschäftsgrundlage atau contractual

basis adalah suatu asusmsi yang dibuat oleh salah satu pihak

ditanggung oleh salah satu pihak pada

yang memperjelas kepada pihak yang lainnya dan memperoleh persetujuan dari pihak tersebut pada saat pembentukan kontrak

waktu pihak tersebut melaksanakan

tentang keadaan-keadaan yang ada dan yang akan ada yang

kewajibannya, dan pihak tersebut me-

melingkupi niat serta suasana batin pihak tersebut untuk mengikatkan diri pada saat kontrak tersebut dibuat

rupakan satu-satunya pihak yang harus

45 Ibid.

melaksanakan kewajiban tersebut. Kedua,

46 Ibid. 47 Ibid.

terjadinya penurunan yang substansial dari

49 Taryana Soenandar. Op. Cit. h. 6 Ibid.

50 Ibid.

82 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] [ J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A A

nilai pelakanaan kontrak yang diterima dari mereka yang berargumen bahwa oleh salah satu pihak, termasuk apabila

prinsip tersebut hanya eksis dalam kondisi pelaksanaan kontrak itu tidak lagi memiliki

dimana tidak ada perubahan yang radikal nilai sama sekali bagi pihak yang

terhadap suasana yang melingkupi menerimanya.

pelaksanaan perjanjian tersebut. Oleh karenanya di beberapa negara, terutama

negara-negara dengan sistem hukum

Keadaan (Rebus Sic Stantibus)

common law, prinsip tersebut dibuat

Dalam Pelaksanaan Perjanjian

fleksibel dengan mengadopsi kembali

Sebagai Pembeda Dengan Keadaan

prinsip rebus sic stantibus yang pernah

Memaksa (Force Majeure)

mencapai masa kejayaannya pada abad XII Secara

teroritis

pelaksanaan

sampai abad XVIII.

perjanjian pada hakekatnya tunduk pada

51 Prinsip pacta sunt servanda adalah prinsip pacta sunt servanda , yang secara refleksi dari suatu nilai keadilan, sekaligus etimologi dapat diartikan bahwa “janji merupakan tuntutan aktivitas ekonomi harus ditepati”. Prinsip ini merupakan masyarakat karena prinsip ini mengikat refleksi dari suatu keadilan yang alamiah promisor serta melindungi kepentingan dan merupakan tuntutan aktivitas ekonomi

perkembangannya yang efektif karena prinsip ini mengikat

promisee .

Dalam

prinsip pacta sunt servanda memperoleh promisor akan janjinya dan melindungi

tantangan dari mereka yang ber- kepentingan pihak promisee . Namun, argumentasi bahwa prinsip tersebut hanya dalam perkembangannya ternyata prinsip

52 berlaku manakala tidak ada perubahan pacta sunt servanda mendapat tantangan keadaan yang radikal terhadap pelaksanaan

51 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi

perjanjian tersebut. Adagium pacta sunt

Hukum Perjanjian Indonesia ( Hukum Perjanjian

servanda diakui sebagai aturan yang

Berlandaskan Asas-asas Wigati Indonesia , Citra

menetapkan bahwa semua perjanjian yang

Aditya Bakti, Bandung , 2006. Bunyi lengkap

dibuat oleh manusia satu sama lain,

adagium tersebut adalah : ”pacta quantumcumque nuda servanda sunt” (janji betapapun tanpa

mengingat kekuatan mengikat hukum yang

dikukuhkan dengan sumpah harus dipenuhi). h.

terdapat di dalamnya, dimaksudkan untuk

103. Black’s Law Dictionary mengartikan prinsip

dilaksanakan dan pada akhirnya dapat

pacta sunt servanda sebagai : “agreement must be

dipaksakan penaatannya.

kept” The rule that agreements and stipulations, 53

esp. those contained in treaties must be observed.

Doktrin rebus sic stantibus atau

Lihat : Chengwei Liu, Changed Contract

dikenal juga dengan istilah clausula rebus