ANATOMI SEMBURAN ‘LUSI’ DI JAWA TIMUR

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

 
 

ANATOMI
SEMBURAN
‘LUSI’ DI
JAWA TIMUR

 

Mark Tingay

2010 

Makalah ini menampilkan hasil kajian terhadap anatomi dan perspektif 
daya pengendali semburan Lusi, yang disebut sebagai suatu pembahasan 
yang seimbang. Diusulkan perubahan terhadap stratigrafi bawah 
permukaan pada satuan batugamping terdalam dan satuan ekstruksi 
volkanik. Penulis cenderung air semburan Lusi berasal dari reservoir 

karbonat dan diperkaya dari satuan lempung di atasnya. 

Tinjauan dan 
Pendalaman 


Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

ANATOMI SEMBURAN
‘LUSI’ DI JAWA TIMUR
Anatomy of the ‘Lusi’ Mud Eruption,
East Java
M a r k Tin ga y 2 0 1 0
Tect onics, Resources and Explorat ion ( TRaX) , Aust ralian School of
Pet roleum
Universit y of Adelaide, SA 5005, Aust ralia
Mark.t ingay@adelaide.edu.au


Dikaji, dianalisis dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia
Oleh: Dr. Hardi Praset yo
Inisiator ‘LUSI LIBRARY’

 

Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

RIGKASAN

SUMMARY
Awal kejadian lumpur panas
Pada pagi hari tanggal 29 Mei 2006, lumpur panas ( hot m ud) mulai
menyembur dari lahan persawahan di daerah yang padat penduduk di
Kecamatan Porong, di Sidoarjo, Jawa Timur.
Perkembangan kecepatan (flow rates) dan volume semburan
Kecepatan semburan awalnya ( init ial flow rat es) sekitar 5.000 m3/hari,
lumpur dengan cepat telah menenggelamkan desa-desa yang berdekatan.

Setelah mendekati empat tahun, semburan Lusi ( ‘Lusi’ erupt ion) telah
memuntahkan lumpur lebih dari 73 juta m3 dengan kecepatan rata-rata
mendekati 64.000 m3/hari dan kecepatan maksimum ( m axim um rat es)
170.000 m3/hari.
Luas dan tebal genangan, dan dampak berganda deformasi
Luapan lumpur telah menggenangi daerah seluas 700 hektar dan kedalaman
lebih dari 25 meter, memporakporandakan lusinan desa dan menyebabkan
sekitar 40.000 orang harus diungsikan. Sebagai tambahan dari daerah yang
tergenang ( inundat ed

areas) ,

daerah lainnya juga beresiko terhadap

penurunan dan semburan dari gas ( subsidence and dist ant erupt ions of gas) .
Kendala upaya mengendalikan dan memantau evolusinya
Namun, upaya untuk mengendalikan aliran lusi ( t o st em t he m ud flow) atau
memantau evolusinya terhalang secara keseluruhan oleh tidak adanya
pemahaman dan kesepakatan pada anatomi bawah permukaan dari sistem
mud volcano Lusi ( effort s t o st em t he m ud flow or m onit or it s evolut ion are

ham pered by an overall lack of knowledge and consensus on t he subsurface
anat om y of t he Lusi m ud volcanic syst em ) .

Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

Belum dapat dipastikan sumber air, jalan keluar fluida, tatanan geologi di bawah permukaan
Secara khusus, yang paling terbesar dan paling tidak ada kepastian adalah
sumber dari air yang disemburkan yaitu serpih versus karbonat dalam
( shales versus deep carbonat es) , jalan keluar dari aliran fluida antara
sepenuhnya melalui rekahan-rekahan versus percampuran rekahan dan
lubang bor ( purely fract ures versus m ixed fract ure and wellbore) , serta
ketidaksepakatan terhadap geologi bawah pemukaan ( subsurface geology)
wujud dari karbonat dalam, satuan litologi antara serpih dan karbonat
( nat ure of deep carbonat es, lit hology of lit hological unit bet ween shales and
carbonat es) .
Fokus makalah meninjau anatomi sistem mud volcano Lusi, implikasi pada bencana Lusi
Studi ini akan menyajikan tinjauan pertama yang seimbang dari anatomi
sistem mud volcano Lusi ( present t he first balanced overview of t he anat om y

of t he Lusi m ud volcanic syst em ) dengan penekanan khusus terhadap
ketidak jelasan yang kritis tersebut serta hubungannya terhadap bencana.
Ka t a Ku n ci: Luapan Lum pur Sidoarj o ( Sidoarj o Mudflow) , Lum pur Sidoarj o
( Lusi) , Gunung Lum pur ( Mud volcano)


Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

 

ANATOMI SEMBURAN ‘LUSI’ DI JAWA TIMUR

Anatomy of the ‘Lusi’ Mud Eruption, East Java
M a r k Tin ga y, 2 0 1 0

SUM M ARY
Early in t he m orning of t he 29t h of May 2006, hot m ud st art ed erupt ing from
t he ground in t he densely populat ed Porong Dist rict of Sidoarj o, East Java.

Wit h init ial flow rat es of ~ 5000 cubic m et ers per day, t he m ud quickly
inundat ed neighboring villages. Aft er alm ost four years, t he ‘Lusi’ erupt ion
has expelled over 73 m illion cubic m et ers of m ud at an average rat e of
approxim at ely 64000 cubic m et ers per day and at m axim um rat es of
170000m 3/ day.
The m ud flow has now covered over 700 hect ares of land t o dept hs of over
25 m et ers, engulfing a dozen villages and displacing approxim at ely 40000
people. I n addit ion t o t he inundat ed areas, ot her areas are also at risk from
subsidence and dist ant erupt ions of gas.
However, effort s t o st em t he m ud flow or m onit or it s evolut ion are
ham pered by an overall lack of knowledge and consensus on t he subsurface
anat om y of t he Lusi m ud volcanic syst em .
I n part icular, t he largest and m ost significant uncert aint ies are t he source of
t he erupt ed wat er ( shales versus deep carbonat es) , t he fluid flow pat hways
( purely fract ures versus m ixed fract ure and wellbore) and disput es over t he


Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano


subsurface geology ( nat ure of deep carbonat es, lit hology of lit hological unit
bet ween shales and carbonat es) .
This st udy will present t he first balanced overview of t he anat om y of t he Lusi
m ud volcanic syst em wit h part icular em phasis on t hese crit ical uncert aint ies
and t heir influence on t he disast er.
Ke y w or ds: Sidoa r j o M u dflow , Lu si, M u d volca n o.


Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG

INTRODUCTION AND BACKGROUND
Identifikasi bencana geologi Lusi dan menyulut kontroversi
Luapan lumpur Sidoarjo, yang juga dikenal sebagai 'Lusi' (kependekan dari Lumpur
Sidoarjo) adalah bencana geologi unik yang telah menyulut terjadinya kontroversi
ilmiah dan politik yang meluas ( a unique geological disast er t hat has ignit ed


widespread scient ific and polit ical cont roversy) .
Aliran lumpur pertama kali diamati di persawahan padi pada Kecamatan Porong
sekitar 05:00 pada tanggal 29 Mei 2006, dan sejak itu terus menyembur (hampir 4
tahun di saat menulis makalah ini).

Kerugian yang ditimbulkan
Lumpur telah menimbulkan kerugian korban jiwa 17 orang, pengungsian sekitar
40.000

orang,

membanjiri

seluas

7

km2


dari

sebuah

kota

besar,

dan telah menyebabkan kerugian lebih dari US$ 550 juta (Gambar 1; Cyranowski,
2007).

Penetapan Lusi sebagai mud volcano sebagai remobilisasi sedimen
Lusi adalah contoh mud volcano, fitur geologi yang relatif umum dimana
lumpur di bawah permukaan diekstrusi ke permukaan ( Lusi is an exam ple of
a m ud volcano, a relat ively com m on geological feat ure in which subsurface
m ud is ext ruded at t he surface) .
Sangat tidak umum mud volcano berkembang di dekat perkotaan
Namun, Lusi tidak lumrah dalam hal merupakan yang pertama dicatat dari
kelahiran sebuah gunung lumpur baru di dalam daerah perkotaan, dengan
demikian merupakan jenis baru dari bencana geologi (Davies et al, 2006).



Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

Dua teori yang terus bersaing tentang penyebab dan pemicu Lusi
Selain itu, telah ada pengakajian yang mendalam pada aspek ilmiah dan
politik atas pemicu Lusi, dimana beberapa peneliti menyarankan bahwa
luapan lumpur dihasilkan dari ledakan di sumur Banjar Panji-1 ( m udflow
result ed from a blowout in t he Banj ar Panj i- 1 well ) yang terletak 150m
jauhnya (Davies et al, 2008; Tingay et al, 2008).
Sementara teori yang berlawanan tetap mempertahankan bahwa bencana
diawali oleh gempa Mw6,3 pada 27Mei 2006 diYogyakarta ( disast er was
init iat ed by t he Mw6.3 May 27 t h 2006 Yogyakart a eart hquake Mazzini dkk,
2007; . Sawolo et al, 2009) .
Kontroversi berlanjut karena tidak diketahui anatomi bawah permukaan
Namun, meskipun telah banyak makalah dan perdebatan publik, kontroversi
tetap tidak terselesaikan. Terutama disebabkan oleh banyak hal yang tidak
diketahui anatomi gunung lumpur di bawah permukaan, ketidakpastian

sekitar kejadian dalam minggu-minggu sebelumnya ( However, despit e
num erous papers and public debat es, t he cont roversy rem ains unresolved,
prim arily due t o t he m any unknowns in t he subsurface anat om y of t he m ud
volcano, t he uncert aint ies surrounding event s in t he weeks) .
Masih terdapat perbedaan penafsiran data teknik sumur BJP-1
Serta perbedaan atas interpretasi data teknik perminyakan dari Sumur
Banjar

Panji-1

( and

discrepancies

over

int erpret at ion

of

pet roleum

engineering dat a from t he Banj ar Panj i- 1 well ( Davies et al, 2010; . Sawolo
et al, 2010.) .
Kontroversi pemicu semburan lusi memberikan implikasi luas: sosial dan politik
Masalah

pemicu

semburan

lumpur

tidak

hanya

dilihat

dari

aspek akademis atau hukum, namun juga memiliki implikasi yang signifikan
terhadap 40000 korban pengungsi dari bencana ini, yang sebagian besar
belum menerima secra penuh kompensasi atau bantuan.

Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

Perusahaan yang bertanggung jawab atas pengeboran Banjar Panji-1
(Lapindo Brantas) telah memberikan sebagian kompensasi bagi penduduk
dari empat desa yang terkena dampak semburan lumpur, sementara itu
pemerintah Indonesia telah memberikan bantuan bagi masyarakat lainnya
yang terkena dampak dan telah diasumsikan telah memegang kendali penuh
terhadap zona bencana ( has assum ed cont rol of t he disast er zone) .

Gambar 1.
Foto udara dari semburan lumpur Lusi dilihat dari barat daya (foto yang diambil mungkin akhir 2007). Aliran
lumpur telah menutupi 7km2 dari kota Sidoarjo dan menimbulkan pengungsi sekitar 40000 orang. Kawah
utama telah menyembur terus menerus sejak tanggal 29 Mei 2006 dengan kecepatan aliran (flow rate)
sampai di tingkat 170.000 m3/hari. Sekitar 73 juta m3 aliran lumpur dalam 3 tahun pertama, volume
mendekat sekitar 1/7th pelabuhan Sydney.
Namun, Lapindo Brantas telah menghentikan kompensasi lebih lanjut
kepada korban bencana (mengklaim karena bencana alam sehingga mereka
tidak bertanggung jawab), sementara lembaga bantuan internasional juga
tidak akan memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan (mengklaim
bencana adalah buatan manusia dan dengan demikian harus dibiayai oleh
Lapindo Brantas).


Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

Sehingga sementara isu pemicu terus diperdebatkan, banyak korban
bencana yang telah hidup di desa pengungsian dan kota-kota yang kumuh
dibangun berdekatan dengan zona bencana.
Pentingnya pemahaman terhadap anatomi bawah permukaan Lusi
Lebih jauh lagi, pengetahuan tentang anatomi bawah permukaan semburan
lumpur Lusi adalah penting untuk: (1) memprediksi kemungkinan panjangya
umur bencana, (2) kemungkinan evolusi daerah (Khususnya penurunan
terus-menerus wilayah tersebut, dari reaktivasi patahan dan kemungkinan
runtuhnya kaldera) dan (3) apakah mungkin ada solusi keteknikan terhadap
potensi

untuk

membunuh

atau

mengendalikan

semburan

lumpur

( Furt herm ore, knowledge of t he subsurface anat om y of t he Lusi m udflow is
essent ial for predict ing t he likely longevit y of t he disast er, t he possible
evolut ion of t he region ( in part icular t he ongoing subsidence of t he area, t he
react ivat ion of fault s and possibilit y of caldera collapse) and whet her t here
m ay be pot ent ial engineering solut ions t o kill or cont rol t he m udflow) .

10 
Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

 

GEOLOGI REGIONAL

REGIONAL GEOLOGY

Kedudukan Geografi
Lusi mud volcano volcano (koordinat 7º 31’ 37.8”S, 112º 42’ 42.4”T)
berlokasi di kota Sidoarjo, kira kira 25 km arah selatan dari kota Surabaya di
Jawa Timur, merupakan kota terbesar ke dua di Indonesia.
Kedudukan pada Cekungan Jawa Timur
Lusi berlokasi di dalam Cekungan Jawa Timur ( Lusi is locat ed wit hin t he East
Java Basin) , suatu cekungan busur belakang yang mengalami inversi
berarah timur-barat, dimana telah mengalami tektonik ekstensi selama
Paleogen. serta telah direaktivasi selama Miosen Bawah-Resen (E- W
t rending invert ed back- arc basin t hat underwent ext ension during t he
Paleogene

and

was

react ivat ed

during

t he

early

Miocene- Recent

( Kusum ast ut i et al., 2002; Shara et al., 2005) .
Geologi Cekungan Jawa Timur
Cekungan Jawa Timur berumur Miosen-Resen yang berada di sekitar daerah
Lusi disusun oleh sedimen-sedimen klastik laut dan karbonat dangkal,
lumpur marin ( m arine m uds) , klatistik volkanik ( volcaniclast ic) , dan satuan
volkanik dari komplek gunung api Penanggungan yang berada didekatnya,
berlokasi 15 km

pada SB dari Lusi ( of shallow m arine clast ics and

carbonat es, m arine m uds, volcaniclast ic sedim ent s and volcanic unit s from
t he nearby Penanggungan volcanic com plex ) .

11 
Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

Stratigarafi bawah permukaan Lusi
Geologi bawah permukaan Lusi awalnya telah dilaporkan dari banyak studi
(Davies et al., 2006; Mazzini et al., 2007; Davies et al., 2008; Tingay et al.,
2008; Sawolo et al., 2009) terdiri dari satuan-satuan.
1. Resen Aluvium ( Recent alluvium ) , selang seling pasir dan serpih
( alt ernat ing sands and shales) , tebal 0-290m;
2. Pleistosen ( Pleist ocene) , Formasi Pucangan ( Pucangan Form at ion)
terdidi dari perselingan pasir dan serpih (alt ernat ing sands and
shales) , kedalaman 290-900m;
3. Pleistosen ( Pleist ocene) , Formasi Kalibeng Atas, lumpur smektit-ilit
berada

pada

kondisi

di

bawah

kompaksi

( Upper

Kalibeng

undercom pact ed) sm ect it e- illit e m uds; kedalaman 900-1870m;
4. Pleistosen, batupasir volkanoklastik Kalibeng Atas ( Pleist ocene Upper
Kalibeng volcaniclast ic sands) ; kedalaman 1870-≈2833m; dan
5. Oligosen , karbonat terumbu Formasi Kujung ( Oligocene Kuj ung reefal
carbonat es); kedalaman sekitar ≈2833-≈3500m).

12 
Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

SISTEM SALURAN BAWAH PERMUKAAN LUSI

LUSI’S SUBSURFACE PLUMBING SYSTEM
Model wujud atau anatomi bawah permukaan dan daya pengendali semburan Lusi 

Salah satu isu utama sekitar aliran lumpur Lusi adalah wujud ( nat ure) dari
sistem saluran bawah permukaan dan daya pengendali dari semburan.
Dua model yang satu dengan lainnya berbeda telah diusulkan untuk anatomi
bawah permukaan Lusi, dan hal ini akan terkait dengan dua teori yang
bersaing terhadap pemicu aliran lumpur.
Model Lusi dipicu pemboran sumur BJP‐1 

Model pertama, dianut dari mereka yang percaya pada teori ‘Lusi dipicu
pemboran’, yang mengusulkan bahwa aliran lumpur Lusi berakar dalam
( deep root ed) dan terutama dikendalikan oleh lepasnya fluida berasal dari
karbonat dalam (Davies et al., 2008; Tingay et al., 2008).
Model Lusi dipicu gempabumi Yogyakarta 

Model altrnaif, dipercaya oleh pendukung teori ‘Lusi dipicu gempabumi’,
yang mengusulkan bahwa Lusi berakar dangkal ( shallow- root ed)

dan

dikendalikan oleh fluida yang keluar dan likuifeksi ( liquefact ion) dari lumpur
Kalibeng Atas (Mazzini et al., 2007; Istadi et al., 2009; Sawolo et al., 2009).
Penentuan dari anatomi bawah permukaan Lusi tersebut mempunyai
kendala yang signifikan, untuk menentukan mekanisme yang lebih mungkin
dari mekanisme pemicu semburan Lusi.
Namun untuk mendiskusikan terhadap setiap model yang diusulkan untuk
anatomi Lusi, perlu kiranya untuk pertamakalinya mendiskusikan aspek13 
Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

aspek anatomi bawah permukaan Lusi ( subsurface Lusi) dimana informasi
dari sumur dipadankan dari hasil pengukuran di permukaan.

Konstrain (tidak umum) terhadap Aspek­aspek Mudflow Lusi 
Ketidak jelasan sumber air dan pengendali tekanan aliran lumpur
Ketidakjelasan utama disekitar anatomi dari aliran lumpur adalah sumber
(atau sumber-sumber) dari komponen air dari semburan lumpur dan
pengendali tekanan dari aliran lumpur.
Semakin jelas sumber padatan Lusi
Namun, asal usul dari padatan yang dierupsikan Lusi dan dominan dari
sistem saluran dangkal ( 1700m (Mazzini et al., 2007).



Fraksi padatan dari lumpur yang disemburkan pada Lusi terutama
terdiri dari mineral ilit, smektit dan beberapa klorit ( of illit e, sm ect it e
and som e chlorit e) . Hal ini konsisten dengan sedimen yang berasal
dari kedalaman antara 1341-1828m di sumur Banjar Panji-1 (Mazzini
et al., 2007).



Lebih jauh lagi, semburan dari lumpur memperlihatkan vit rinit e
reflect ances sebesar

0,55-069% Ro, hal ini berkorelasi dengan

kematangan organik (organic m at t er m at urat ions) dari Ro>0,65%
yang diamati dari kedalaman >1700m pada sumur Banjar Panji-1
(Mazzini et al., 2007).


Akhirnya

analisis

biostratigrafi

( biost rat igraphical

analysis)

dari

semburan lumpur memperjelas adanya fosil foraminifera dan fosil
nano sebagaimana yang diamati dari cut t ing dikumpulkan pada dari
kedalaman 1219-1828m pada sumur Banjar Panji-1.
Kesepakatan terhadap berasal dari Formasi Kalibeng Atas
Sehingga, fraksi padatan dari lumpur yang disemburkan oleh Lusi dapat
disepakati dengan baik terutama hasil penanggalan ( dat ing)
lempung

dari

Formasi

Kalibeng

Atas

( Upper

Kalibeng

terhadap

Clays)

antara

kedalaman 1219-1828 m (Mazzini et al., 2007).

Kawah utama dan luaran Lusi
Semburan lumpur dari Lusi didominasi dari satu kawah ( vent ) ; Istilah yang
digunakan untuk Kawah Utama ‘m ain vent ’ atau Lubang Besar or ‘big hole’.

15 
Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

Suatu kawah utama yang melingkar ( circular m ain) dengan diameter sekitar
100m dan telah menyemburkan Lusi dengan kecepatan aliran di atas
170.000 m3/hari, dengan rata-rata sebelumnya 90.000-100.000 m3/hari
(Davies et al., 2006; Mazzini et al., 2007; Istadi et al., 2009).
Namun Bapel BPLS pada awal Juni 2009 menghitung bahwa volume lumpur
yang berada atas di pond waktu itu sekitar 65 juta m3, dan sekitar 8 juta
m3 diantaranya telah dipompakan dari kolam penampungan lumpur ke Kali
Porong.
Disini total lumpur yang telah disemburkan oleh Lusi pada tiga tahun
pertama mendekati 73 juta m3 (dengan mengabaikan potensi kesalahan
karena penambahan volume dari air hujan, pengurangan karena penguapan
dan awal tidak dimonitornya pemompaan lumpur dan sluicing lumpur ke
sungai.
Besaran untuk kecepatan semburan per hari menunjukkan bahwa tiga tahun
pertama rata-rata sebesar 64.000m3/hari, dan sangat berkurang dari ratarata estimasi yang selama ini digunakan untuk mengukur durasi hidup ke
depan dan evolusi Lusi ( average est im at es t hat have been used in est im at es
of Lusi longevit y and evolut ion, Istadi et al., 2009; Swarbrick et al., under
review).
Penurunan kecepatan semburan menjadi sekitar 20.000m3/hari
Disamping itu, kecepatan semburan, dari hari ke hari berfluktuatif, secara
gradual telah berkurang sejak September 2006 and, pada saat menulis,
diperkirakan pada kecepatan 20.000-30.000m3/hari.
Geometri permukaan dangkal di kawah utama masih tidak jelas
Geometri permukaan dangkal di kawah utama dari permukaan lempung
Formasi Kalibeng Atas, menjadi tidak jelas. Pencitraan seismik refleksi dari
m ud volcano utama di Azerbaijan umumnya memberikan kepercayaan

16 
Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

bahwa pipa pengumpan lumpur berbentuk conical (Stewart and Davies,
2006).
Postur sistem pengumpan mud volcano Lusi
Namun, analisis dari sistem pergerakan serpih berumur Miosen-Pleiosen dari
Brunai mencirikan indikasi bahwa sistem pengumpan mud volcano (m ud
volcano feeder syst em ) kemungkinan terutama terdiri dari terobosan bidang
serpih ( planar shale dykes) yang menembus ke atas melalui patahanpatahan atau rekahan tarik ( ent rained up fault s or t ensile fract ures) (Morley
et al., 1998; Tingay et al., 2003).
Kawah utama dengan lebar 100 m dan dengan kecepatan aliran yang
ekstrim tinggi, memberikan kepercayaan bahwa sistem pengumpan di
bawah Lusi berbentuk conical atau terdiri dari beberapa rekahan besar yang
terbuka serta perpotongan pada bidang rekahan.
Model seperti pipa terbuka: bukti dari insersi bola-bola beton
Saluran pengumpan dangkal ( shallow feeder channel) berbentuk seperti pipa
terbuka ini, sangat konsisten dengan hasil pengukuran dalam upaya untuk
menghentikan semburan Lusi selama tahun 2007. Dengan menjatuhkan
bola-bola beton yang dirangkai menjadi satu kesatuan oleh rantai yang kuat
ke dalam kawah utama.
Walaupun upaya untuk menjatuhkan cincin bola beton tersebut masuk ke
kawah gagal untuk menghentikan atau mengurangi aliran lumpur, kabel
yang menempel pada beberapa bola-bola beton memperlihatkan bahwa
rangakaian dapat dijatuhkan ke bawah sampai pada kedalaman antara 8001000m.
Eksistensi semburan sekunder minor
Hampir pada semua aliran lumpur telah disemburkan dari kawah utama.
Namun, di beberapa lokasi juga terdapat semburan sekunder minor. Tiga
yang berukuran agak besar ( m oderat ely- sized) , tapi dengan kehidupan yang
17 
Ringkasan (Indonesia dan Inggris) 

Hardi Prasetyo 2010: Tinjauan dan analisis makalah diterbitkan (baseline paper) terkait Lusi Mud Volcano

hanya pendek mungkin satu minggu, semburan pasir dan lumpur terjadi ke
atas 1000, dari saat awal semburan pada kawah utama dan berlanjut pada
hari-hari selanjutnya.
Dinamika Bubble kecil (sekunder)
Sejak saat itu sejumlah semburan kecil (