HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN PERILAKU BERPACARAN MAHASISWA SEMESTER II D3 KEPERAWATAN DI POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO

  

HUBUNGAN PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN PERILAKU

BERPACARAN MAHASISWA SEMESTER II

D3 KEPERAWATAN DI POLITEKNIK

KESEHATAN MAJAPAHIT

MOJOKERTO

RIZAL AINUL YAQIN

11001133

Subject : Smartphone, Mahasiswa, Perilaku Pacaran

  

Description

  Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Setiap individu pada masa ini sudah memiliki keadaan fisik seperti orang dewasa tetapi secara psikologis ia belum cukup matang. Ciri khas kematangan psikologis ini ditandai dengan ke-tertarikan terhadap lawan jenis yang biasanya muncul dalam bentuk (misalnya) lebih senang bergaul dengan lawan jenis dan sampai pada perilaku yang sudah menjadi kosumsi umum, yaitu berpacaran. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan penggunaan Smartphone dengan perilaku pacaran mahasiswa semester II D3 Keperawatan

  Jenis penelitian Analitik. Variabel Independent Penggunaan Smartphone Variabel Dependent Perilaku Pacaran. Populasi sebanyak 32 responden tekhnik sampling total sampling sehingga populasi sebanyak 32 responden penetilitian dilaksanakan di program studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto pada tanggal 21-22 mei 2014. Instrumen menggunakan kuesioner teknik analisa data Uji Chi Square.

  Berdasarkan Hasil penelitian di dapatkan Sebagian besar mahasiswa pasif dalam menggunakan penggunaan smartphone yaitu sebanyak 18 responden (56,3%). Dan sebagian besar responden memiliki perilaku pacaran positif yaituse banyak 17 responden (53,1%). Hasil uji chi square menentukan bahwa ada hubungan penggunaan Smartphone dengan perilaku pacaran mahasiswa Semester II D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Majapahit.

  Penggunaan smartphone dapat memberikan dampak negativ bagi remaja yang salah satunya akses internet yang sangat mudah. Kurangnya pemahaman remaja tentang penggunaan smartphone yang baik berakibat pada perilaku remaja yang negative dalam penggunaan smartphone dan berdampak pada perilaku remaja dalam berpacaran.

  Simpulan dalam penelitian ini ada hubungan penggunaan smartphone dengan perilaku pacaran mahasiswa. Oleh karena itu para remaja harus lebih berhati-hati terhadap pengaruh teknologi. Disamping itu petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan konseling terhadap penggunaan smartphone, dimana konseling dapat dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.

  

Abstract

  Adolesence period is the transition period from childhood to maturity. Each individual in this period has physical like adult but he is not enough maturity the interest of the opposite sex that usually appears in the form of more pleased hanging out with the opposite sex and to the behavior tha thas become public consumption is dating. The purpose of this study is know the relationship of using smartphone with the behavior of courtship in the student on the second semester of D3 Nursing.

  The type of this study analytic the Independent Variable is the using Smartphone.The is Dependent variabel is the behavior of courtship. The population is 32 respondents. The technique uses total sampling, the study had been done in the Politeknik Kesehatan Majapahit at Mojokerto on May 21-22, 2014 the Instrument uses a questionnaire, and the data are analyzed with Chi Square test.

  Based on the result of this study showed that most students use smartphone passively amount 18 respondents (56,3%) and most respondents have positive behavior of courtship amount 17 respondents (53,1%). The result of Chi Square test determine that the using smartphone has relationship with the behavior of courtship in the students on the second semester of D3 Nursing in the Politeknik Kesehatan Majapahit.

  The using smartphones can give negative impact to teenegers, because of very easy internetacces. The Lack of understanding about the good using smartphone can affect negative behavior of teenagers and their bahavior of courtship.

  The conclusionsin this study, the using smartphone has relationship with the behavior of courtship in the student. Therefore,the teenagers should be more careful on the influence of technology. Besides, the health workers are expected to provid counseling the using smartphones, in the learning activities.

  Keywords : Smartphones, Students, The behavior of courtship

  Contributor : 1. - 2. Yudha LHK, S Psi. Date : 31 Mei 2014 Type Material : Laporan Penelitian Permanen Link : Right : Open Dokument Summary : Latar Belakang

  Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Setiap individu pada masa ini sudah memiliki keadaan fisik seperti orang dewasa tetapi secara psikologis ia belum cukup matang (Magdalena, 2010). Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Perkembangan secara fisik ditandai dengan semakin matangnya organ-organ tubuh ter-masuk organ reproduksi. Sedangkan secara psikologis perkembangan ini nampak pada kematangan pribadi dan kemandirian. Ciri khas kematangan psikologis ini ditandai dengan ke-tertarikan terhadap lawan jenis yang biasanya muncul dalam bentuk (misalnya) lebih senang bergaul dengan lawan jenis dan sampai pada perilaku yang sudah menjadi kosumsi umum, yaitu berpacaran. Pacaran itu sendiri teman akrab yang di dalamnya terdapat hubungan dekat dalam berkomunikasi, membangun kedekatan emosi dan proses pendewasaan kepribadian (Umam, 2013).

  Istilah pacaran bagi kalangan remaja sudah bukan hal yang asing lagi. Bahkan banyak remaja memiliki anggapan bahwa kalau masa remaja adalah masa berpacaran, jadi remaja yang tidak berpacaran justru dianggap sebagai remaja yang kuno, kolot, tidak mengikuti perubahan jaman dan dianggap kuper atau kurang per-gaulan. Namun pacaran yang pada awalnya merupakan langkah positif sebagai masa penjajagan menuju jenjang pernikahan, sekarang ini justru merupakan awal dari kehidupan yang rawan menimbulkan berbagai konflik dan ujung-ujungnya dapat menimbulkan ketidakbahagiaan bagi remaja itu sendiri (Nurhidayah, 2008).

  Survey ini dilakukan di Jakarta dan Surabaya dengan sampel pelajar SMU dan mahasiswa. Jumlah responden sebanyak 1522 orang. Di antara hasilnya menunjukkan bahwa hubungan seksual lebih banyak dilakukan responden dengan pacarnya. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sahabat Anak Dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) melakukan polling di kota Bandung dan hasilnya adalah 44,8% mahasiswi dan juga remaja Kota Bandung sudah pernah melakukan hubungan intim (seks). Dari 1.000 orang mahasiswa dan polling yang dilakukan oleh LSM Sahara Indonesia dari tahun 2000 sampai 2002, diketahui bahwa tempat yang paling sering mereka melakukan hubungan intim di rumah tempat kos (51,5%), kemudian menyusul dirumah-rumah pribadi (sekitar 30%), ada juga di rumah sang wanita (27,3%), kemudian di hotel atau wisma (11,2%), di taman luas (2,5%), ditempat rekreasi dan bersantai (2,4%), seks di ruangan kelas di kampus Bandung (1,3%), ada di dalam mobil goyang (0,4%) dan lain-lain tidak diketahui (0,7%). Biasanya para mahasiswi itu memasukkan pacar ke kamarnya pagi hari dan keluar sekitar jam 9 malam agar tidak diketahui masyarakat sekitar atau pemilik rumah kos (Dyana, 2012). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 07 Maret 2014 di Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto dari 10 mahasiswa didapatkan 7 mahasiswa memiliki perilaku yang negatif dalam berpacaran dan hanya 3 mahasiwa yang memiliki perilaku positif dalam berpacaran.

  Pacaran merupakan masa pendekatan antar individu dari kedua lawan jenis, yang ditandai dengan saling pengenalan pribadi baik kekurangan dan kelebihan dari masing-masing individu. Pacaran mempunyai dua jenis yaitu pacaran sehat dan pacaran tidak sehat. Pacaran sehat meliputi pacaran sehat secara fisik, psikis, dan sosial. Pacaran tidak sehat meliputi kissing, necking, petting dan intercourse (Pujiati, 2010). Seiring dengan pesatnya arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi infor-masi telah yang menghadirkan berbagai temuan mutahir yang memberikan berbagai kemudahan fasilitas informasi. Lahirnya internet sebagai bagian dari media massa selain majalah, smartphone (ponsel pintar), TV, DVD dan lainnya tersedia dengan lengkap dan mudah didapat. Tentu saja ini membawa dampak tertentu bagi perkembangan remaja yang sedang bergejolak. Ironisnya adalah sesuatu yang baik itu biasanya sulit untuk diterima demikian sebaliknya sesuatu yang buruk dan menyesatkan biasanya sangat mudah diadopsi oleh remaja, hal ini termasuk informasi tentang seksual tanpa batas. Tidak sedikit informasi yang diperoleh remaja disalah artikan merugikan remaja itu sendiri, tetapi juga dapat merugikan orang lain, seperti melakukan hubungan seks dengan pacar tanpa memperhitungkan akibat yang timbul, yaitu kehamilan, penyakit menular seksual dan tercorengnya kehormatan keluarga (Nurhidayah, 2008).

  Upaya yang dapat dilakukan yaitu sebaiknya para remaja jaman sekarang harus sangat berhati-hati terhadap pengaruh teknologi. Kemungkinan jika tidak berhati-hati para remaja akan terperosok ke dalam hal yang negative (Prastowo, 2014). Selain hal tersebut diharapkan keluarga memainkan perannya untuk mencegah terhindar dari seks bebas, khususnya orang tua yang dapat membantu remaja dalam menghindari seks bebas antara lain mengawasi (mengasuh) dengan baik. Peran petugas kesehatan khususnya perawat juga sangat berpengaruh besar untuk memberikan pengertian tentang makna-makna pergaulan bebas pada remaja yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat, selain hal tersebut petugas kesehatan khususnya perawat dapat memberikan konseling kepada remaja untuk menggunakan smartphone dengan baik (digunakan dalam hal-hal positif), memberikan penyuluhan tentang dampak dan pengaruh positif maupun negatif penggunaan smartphone (Mukholid, 2007).

  Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Penggunaan Smartphone Dengan Perilaku Berpacaran Mahasiswa Semester II D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto”

  Jenis penelitian ini menggunakan analitik. Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan penggunaan Smartphone dengan perilaku berpacaran mahasiswa. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah penggunaan

  

smartphone . Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah perilaku

  berpacaran mahasiswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester II D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto sebanyak 32 mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester II D3 Keperawatan yang ada di Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto sebanyak 32 mahasiswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik sampling jenuh. Instrument dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner untuk mengetahui penggunaan smartphone pada mahasiswa dan perilaku berpacaran mahasiswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah uji chi square.

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar penggunaan Smartphone pasif yaitu sebanyak 18 responden (56,3%). Telepon cerdas (Smartphone) adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi, kadang-kadang dengan fungsi yang menyerupai komputer. Belum ada standar pabrik yang menentukan arti telepon cerdas. Bagi beberapa orang, telepon pintar merupakan telepon yang bekerja menggunakan seluruh perangkat lunak sistem operasi yang menyediakan hubungan standar dan mendasar bagi pengembang aplikasi. Bagi yang lainnya, telepon cerdas hanyalah merupakan sebuah telepon yang menyajikan fitur canggih seperti surel (surat terdapat papan ketik (baik sebagaimana jadi maupun dihubung keluar) dan penyambung VGA. Dengan kata lain, telepon cerdas merupakan komputer kecil yang mempunyai kemampuan sebuah telepon (Jacom, 2013).

  Sebagian besar mahasiswa pasif dalam menggunakan smartphone, dimana mahasiswa hanya menggunakan smartphone yang sifatnya browsing untuk kepentingan pekerjaan, belajar, atau mencari informasi yang tidak berbau pornografi, hal ini dibuktikan bahwa mahasiswa selalu menggunakan smartphone untuk mencari informasi yang positif melalui sosial media seperti facebook,

  

twitter , menggunakan smartphone untuk media belajar. Disamping itu mahasiswa

  mengatakan bahwa tidak menggunakan smartphone untuk mencari pasangan / pacar difacebook dan menggunakan smartphone untuk melihat video porno.

  Pada parameter penggunaan smartphone pasif didapatkan bahwa dari pernyataan saya menggunakan smartphone pada saat matakuliah sedang berlangsung (seperti online di sosial media, chating di aplikasi instant messaging) kurang dari setengah responden mengatakan selalu yaitu sebanyak 11 responden (34. 4%). Hal ini menunjukkan bahwa bahwa remaja menggunakan smartphone hanya untuk media kesenangan. Dari penyataan saya menggunakan smartphone untuk mengakses sosial media (seperti facebook, twitter, dll) karena lebih mudah untuk mencari pasangan didapatkan bahwa kurang dari setengah responden mengatakan selalu yaitu sebanyak 14 responden (43,8%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam penggunaan smartphone pasif kurang dari setengah remaja mengatakan menggunakan smartphone untuk mengakses hal-hal yang bersifat hiburan seperti facebok dan lain-lain. Dari pernyataan saya menggunakan

  

smartphone hanya untuk mencari teman di media sosial didapatkan bahwa kurang

  dari setengah responden mengatakan tidak pernah yaitu sebanyak 15 responden (46,9%). Hal ini menunjukkan bahwa kurang dari setengah mahasiswa

  

smartphone digunakan pada mahasiswa yang sifatnya untuk mengakses hal-hal

  yang bersifat hiburan. Dari pernyataan saya menggunakan smartphone untuk mengakses hal-hal yang positif didapatkan bahwa kurang dari setengah responden mengatakan sering yaitu sebanyak 11 responden (34,4%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam remaja tidak pernah menggunakan smartphone untuk mengakses hal-hal yang negatif, dimana remaja menggunakan smartphone hanya untuk kebutuhan berkomunikasi. Dari pernyataan saya menggunakan smartphone hanya untuk berkomunikasi dengan keluarga atau teman didapatkan bahwa kurang dari setengah responden juga mengatakan sering yaitu sebanyak 11 responden (34,4%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja menggunakan smartphone hanya untuk berkomunikasi dengan keluarga atau teman.

  Pada parameter penggunaan smartphone aktif didapatkan bahwa dari dari pernyataan saya menggunakan smartphone untuk melihat video porno didapatkan bahwa setengahnya responden menjawab sering yaitu sebanyak 16 responden (50%). Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan para mahasiswa sering menggunakan smartphone untuk mengakses hal-hal yang negatif seperti halnyamelihat video porno. Dari pernyataan saya menggunakan smartphone untuk mencari pasangan / pacar difacebook didapatkan bahwa kurang dari setengah responden menjawab kada-kadang yaitu sebanyak 13 responden (40,6%). Hal ini menunjukkan bahwa para mahasiswa menggunakan smartphone kadang-kadang digunakan untuk hal-hal yang bersifat hiburan seperti halnya mencari teman atau pernyataan saya menggunakan smartphone untuk mencari tugas kuliah didapatkan bahwa setengahnya responden mengatakan tidak pernah yaitu sebanyak 16 responden (50%). Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan remaja menggunakan

  

smartphone hanya sebagai kebutuhan sehari-hari atau komunikasi. Dari

  pernyataan saya menggunakan smartphone untuk mencari informasi melalui sosial media seperti facebook, twitter, didapatkan bahwa kurang dari setengah responden mengatakan kadang-kadang yaitu sebanyak 14 responden (43,8%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam penggunaan smartphone aktif kebanyakan remaja menggunakan smartphone digunakan untuk mencari hal-hal yang positif atau mencari informasi melalui media sosial. Dari pernyataan saya menggunakan

  

smartphone untuk media belajar didapatkan bahwa kurang dari setengah remaja

  mengatakan tidak pernah yaitu sebanyak 13 responden (40,6%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mengatakan bahwa dalam penggunan

  

smartphone aktif remaja tidak pernah menggunakan smartphone untuk media

belajar.

  Hasil penelitian menunjukan sebagian besar remaja pasif dalam menggunakan smartphone yaitu sebanyak 20 responden (62,5%) penggunaan

  

smartphone pasif pada remaja yaitu smartphone hanya digunakan untuk belajar

  praktis kapan dan di mana saja dalam memperoleh atau mengambil kursus informasi melalui ponsel mereka karena mereka dibawa dari kelas ke kelas atau di mana saja. Jaringan sosial seperti Facebook dan Twitter yang diakses pada ponsel mahasiswa memungkinkan mahasiswa untuk membentuk kelompok-kelompok untuk mendistribusikan dan menambah pengetahuan mereka bersama-sama, dan berbagi informasi dengan mudah, dan ini dapat mengakibatkan pembelajaran kolaboratif lebih sukses. Ketika ponsel yang digunakan, dimasukkan dalam kelas besar tampaknya siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Penggunaan telepon seluler dalam belajar meningkatkan kemauan siswa untuk belajar. Mereka mengambil inisiatif dalam menggunakan perangkat sebagai alat pembelajaran (Tarigan, 2013). Hasil penelitian penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan smartphone pasif pada remaja memiliki kategori yang sangat baik dibandingkan dengan penggunaan smartphone aktif dimana remaja menggunakan smartphone hanya untuk kepentingan berkomunikasi dan pada umumnya digunakan untuk mengakses hal-hal positif yang bersifat hiburan.

  Hasil penelitian juga menunjukan sebagian besar remaja aktif dalam menggunakan smartphone yaitu sebanyak 21 responden (65,6%). Penggunaan

  

smartphone pada remaja dalam hal ini pada umumnya smartphone digunakan para

  remaja untuk mengakses hal-hal yang negatif khususnya yang bersifat browsing untuk kesenangan atau hiburan, seperti bermain situs-situs, blogging, dan membaca komik online yang berbau pornografi (Tarigan, 2013). Penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden dalam penggunaan smartphone aktif didapatkan bahwa remaja menggunakan smartphone hanya untuk mencari hal-hal yang positif melalui smartphone.

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku pacaran positif yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). Menurut Skinner, seorang ahli psikologis merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)

  (Notoatmodjo, 2010). Pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah ( Sukmadiarti , 2011).

  Sebagian besar responden memiliki perilaku pacaran yang positif. Remaja yang memiliki perilaku positif terhadap perilaku pacaran cenderung tidak melakukan aktivitas yang diwarnai dengan keintiman, selain hal tersebut hal ini ditunjukkan bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa remaja tidak pernah mengumbar kemesraan saat berpacaran, remaja selalu menyesuaikan aturan waktu saat berpacaran.

  Pada parameter pacaran sehat secara fisik didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku positif dalam berpacaran yaitu sebanyak 20 responden (62,5%). Pasangan yang memiliki rasa sayang terlalu berlebihan terhadap kekasihnya justru dapat memicu hubungan tesebut menjadi tidak sehat. Karena terlalu sayang, terkadang seseorang bisa bersikap terlalu mudah cemburu terhadap pasangannya. Misalnya, apabila pasangannya memiliki hubungan pertemanan dengan lawan jenis lain, hal ini dapat membuatnya cemburu dan bisa saja terjadi suatu kekerasan terhadap pasangannya. Bisa hanya dicubit, tetapi bisa juga ditampar maupun dipukuli. Gaya pacaran seperti ini sudah bisa dikatakan tidak sehat karena telah menyakiti fisik pasangan (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pacaran sehat secara fisik pada mahasiswa baik, dimana mahasiswa mengungkapkan bahwa selama berpacaran tidak pernah terlibat dalam pertengkaran, kekerasan yang dialami secara fisik seperti tamparan, makian, pelecehan dan lain sebagainya.

  Pada parameter pacaran sehat secara fisik didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku positif dalam berpacaran yaitu sebanyak 19 responden (59,4%). Setiap hubungan tentu harus disepakati oleh kedua pihak tanpa adanya pemaksaan kehendak satu sama lain sehingga dalam hubungan tersebut seseorang benar-benar bisa mendapatkan kenyamanan dan dapat membangun komitmen dengan baik, jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam membangun hubungan, misalnya karena rasa kasihan, rasa tidak tega, dan lain- lain. Rasa keterpaksaan tersebut tentu telah masuk ke dalam kategori pacaran yang tidak sehat secara psikis (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pacaran sehat secara psikis pada remaja baik, remaja sudah menyadari bahwa dalam menjalin suatu hubungan dengan pasangan harus memberikan rasa kenyamanan untuk menjaga keharmonisan dalam suatu hubungan yang harus didasari dengan saling mengerti.

  Pada parameter pacaran sehat secara sosial didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku yang positif yaitu sebanyak 21 responden (65,6%). Sikap-sikap yang dilakukan dalam proses pacaran yang dapat dilihat masyarakat dengan baik disebut dengan pacaran sehat secara sosial. Sekarang ini banyak remaja yang tidak mengenal waktu dalam berpacaran, misalnya berkunjung kerumah pacar sampai larut malam. Hal tersebut tentu akan membuat pandangan masyarakat terhadap pasangan yang terpaut terlalu jauh juga sudah dapat dikategorikan sebagai gaya pacaran tidak sehat secara sosial (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pacaran sehat secara sosial pada remaja baik, dimana remaja mengatakan bahwa mengumbar kemesraan dan berciuman ditempat umum merupakan etika yang tidak sopan untuk dilakukan, dan mereka sadar bahwa itu bukan tepat yang baik untuk mengumbar dan berciuman karena dapat mengganggu orang lain.

  Pada parameter pacaran kissing didapatkan bahwa 12 responden (37,5%) memiliki perilaku yang mendukung kissing. Berciuman dengan bibir serta mulut yang terbuka dan termasuk menggunakan lidah itulah yang dimaksud dengan

  

french kiss (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pacaran tidak

  sehat secara kissing pada mahasiswa masih kurang baik, dimana remaja masih kurang paham dengan berciuman merupakan salah satu perbuatan yang dilarang dan mendekati zina, disamping itu remaja mengatakan bahwa berciuman merupakan hal yang wajar. Dampak dari berciuman bibir dengan mulut yang terbuka sangat memungkinkan dengan terjadinya penularan penyakit serta pintu gerbang untuk kegiatan yang lebih intim.

  Pada parameter necking didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku yang negatif yaitu sebanyak 18 responden (56,3%). Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking adalah istilah yang pada umumnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pacaran tidak sehat secara necking pada remaja baik, dimana remaja menolak untuk berciuman sampai meninggalkan bekas merah di leher, disamping itu remaja mengatakan bahwa perbuatan ini dalah perbuatan yang mencerminkan perilaku yang kurang baik. Dampak dari perilaku necking ini membuat kedua pasangan berpacaran akan merasa cepat terangsang karena dalam area leher termasuk daerah sensitif, apalagi perilaku necking ini disertai dengan berpelukan.

  Pada parameter petting didapatkan bahwa 18 responden (46,9%) melakukan perbuatan tersebut. Petting adalah merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangannya meskipun diluar atau di dalam pakaian termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang sampai ke daerah kemaluan (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pacaran secara petting pada remaja masih buruk, dimana remaja mengatakan bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang wajar dalam hal berpacaran dan bukan merupakan perbuatan zina. Petting merupakan perilaku sebelum intercourse dimana didalam petting semua anggota badan yang sangat sensitif tersentuh dan kedua pasangan akan larut menginginkan kegiatan yang lebih intim yaitu intercourse.

  Pada parameter intercourse didapatkan bahwa 15 responden (46,9%) melakukan intercourse. Aktifitas seksual dengan cara memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan. Aktifitas ini yang paling membahayakan dan merugikan bagi yang melakukannya (Restia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa hampir 50% remaja melakukan intercourse yang dapat menyebabkan kejadian hamil diluar nikah serta memudahkan terjadinya penularan penyakit seksual.

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kurang dari setengah responden pasif dalam menggunakan Smartphone memiliki perilaku positif yaitu sebanyak 13 responden (40,6%) dan kurang dari setengah responden aktif dalam menggunakan Smartphone memiliki perilaku negatif yaitu sebanyak 10 responden (31,3%).

  Hasil uji chi square dengan tingkat signifikan α (0,05) dimana didapatkan

  

ρ (0,014) maka ρ (0,014) <α (0,05) yang artinya H diterima sehingga

value value

  1 Pacaran Mahasiswa Semester II D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Majapahit.

  Pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah ( Sukmadiarti , 2011). Pacaran merupakan masa pendekatan antar individu dari kedua lawan jenis, yang ditandai dengan saling pengenalan pribadi baik kekurangan dan kelebihan dari masing-masing individu. Pacaran mempunyai dua jenis yaitu pacaran sehat dan pacaran tidak sehat. Pacaran sehat meliputi pacaran sehat secara fisik, psikis, dan sosial. Pacaran tidak sehat meliputi kissing,

  

necking , petting dan intercourse (Pujiati, 2010). Generasi remaja saat ini seolah

  hidup di dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia maya. Keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Hampir seperempat remaja atau 23% sudah memiliki smartphone sendiri, dan terkoneksi ke internet. Mereka terhubung ke situs social media seperti Facebook, Twitter, dan YouTube, nyaris sepanjang waktu. Sebagian besar remaja kini adalahpara “Digital Natives”, yang berarti mereka terkoneksi dengan teknologi setiap waktu, dan merasa “telanjang” tanpa teknologi. Maka jangan heran jika hidup mereka sangat tergantung pada teknologi, termasuk di dalamnya dunia maya. Para remaja itu merasa tertekan jika tidak mengikuti tren yang terjadi di dunia maya, terutama masalah perkencanan. Dunia maya, yakni social media, menjadi semacam “kiblat” ideal bagi remaja mengenai perilaku berkencan yang asik, pacaran yang keren, dan sejenisnya. Di social media, banyak remaja yang berbagi pengalaman atau harapan mereka tentang bagaimana berinteraksi dan gaul yang keren (Mulyati, 2012).

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan penggunaan smartphone dengan perilaku pacaran mahasiswa. Seiring dengan pesatnya arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi infomasiyang telah menghadirkan berbagai temuan mutahir yang memberikan berbagai kemudahan fasilitas informasi. Lahirnya internet sebagai bagian dari smartphone (ponsel pintar). Tentu saja ini membawa dampak tertentu bagi perkembangan remaja yang sedang bergejolak. Penggunaan smartphone dapat memberikan dampak negatif bagi remaja yang salah satunya akses internet yang sangat mudah. Kurangnya pengetahuan remaja tentang penggunaan smartphone berakibat pada perilaku remaja yang negatif dalam penggunaan smartphone, sehingga menimbulkan dampak negatif pada perilaku pacaran remaja. Hasil penelitian menunjukkan

  

smartphone pada remaja hanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat hiburan

  atau penggunaan smartphone pasif. Dalam hal ini penggunaan smartphone pasif pada remaja yaitu smartphone hanya digunakan untuk belajar praktis kapan dan di mana saja dalam memperoleh atau mengambil kursus informasi melalui ponsel mereka karena mereka dibawa dari kelas ke kelas atau di mana saja. Jaringan sosial seperti Facebook dan Twitter yang diakses pada ponsel mahasiswa memungkinkan mahasiswa untuk membentuk kelompok-kelompok untuk mendistribusikan dan menambah pengetahuan mereka bersama-sama, dan berbagi informasi dengan mudah, dan ini dapat mengakibatkan pembelajaran kolaboratif lebih sukses. Oleh karena itu hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan

  

smartphone yang digunakan untuk mengakses hal-hal positif akan berdampak

  Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli dimana di Indonesia berdasarkan informasi mengenai jumlah pengguna Smartphone, ternyata jumlah pengguna meningkat cukup drastis yaitu dari 6% di tahun 2011 menjadi 22% di tahun 2012. Pengguna ini di dominasi oleh kalangan muda. Banyak para pelajar terutama mahasiswa yang menggunakan Smartphone karena banyaknya fasilitas yang dapat mempermudah mahasiswa dalam menjalankan tugasnya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rice bersama timnya mengkaji data survey Centers for Disease Control and Prevention (CDC)pada 2011 yang melibatkan 1. 800 pelajar di Los Angeles berusia 12-18. Mereka menanyakan beberapa hal kepada para pelajar termasuk penggunaan internet dalam mencari pasangan, berhubungan seks dengan pasangan, penggunaan kondom, serta pemanfaatan teknologi khususnya smartphone.

  1. Bagi Peneliti Selanjutnya

  4. Bagi Keluarga

  pengontrolan terhadap diri sendiri pada saat menggunakan smartphone sehingga remaja tidak mudah terpengaruh dalam menggunakan facebook.

  smartphone, disamping hal tersebut remaja diharapkan dapat melakukan

  Remaja pengguna smartphone khususnya diharapkan dapat lebih aktif lagi dalam mencari informasi tentang dampak dan manfaat menggunakan

  3. Bagi Remaja

  Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan pengaruhan dan melakukan pemantauan kepada remaja-remaja pengguna smartphone di wilayah Kabupaten Mojokerto, dan institusi pendidikan diharapkan dapat menentukan kebijakan program pencegahan kenakalan remaja akibat dampak menggunakan smartphone yang marak saat ini.

  2. Bagi Institusi Pendidikan

  Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian sebelumnya khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pacaran remaja seperti pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, pengaruh teman sebaya, komunikasi, dan peran orang tua.

  SARAN

  SIMPULAN

  diterima sehingga dapat disimpulkan ada hubungan Penggunaan Smartphone Dengan Perilaku Pacaran Mahasiswa Semester II D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Majapahit.

  1

  (0,014) < α (0,05) yang artinya H

  value

  (0,014) maka ρ

  ρ value

  3. Hasil uji chi square dengan tingkat signifikan α (0,05) dimana didapatkan

  2. Sebagian besar responden memiliki perilaku pacaran positif yaitu sebanyak 17 responden (53,1%)

  1. Sebagian besar mahasiswa pasif dalam menggunakan penggunaan smartphone yaitu sebanyak 18 responden (56,3%).

  Bagi keluarga diharapkan dapat melakukan pengontrolan atau pengawasan pada para remaja pengguna smartphone, dimana pengawasan yang dapat dilakukan oleh orang tua yaitu dengan memberikan pengarahan pada remaja agar tidak terkena dampak buruk dari smartphone.

  Correspondensi : E-Mail : rizal_elyaqin@yahoo.com Alamat : Jl. Bungatan Krajan 01 Ds. Bungatan Kab. Situbondo No. Hp : 089 938 193 26