KEGIATAN EKONOMI DAN KUALITAS PEMUKIMAN

1
2

KEGIATAN EKONOMI DAN KUALITAS PEMUKIMAN
DI KAMPUNG KEPUTRAN KEJAMBON SURABAYA

3

Nunik Junara1, Yulia Eka Putrie2, Dian Rahmawati3
1
Pengajar di Jurusan Teknik Arsitektur UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
2
Pengajar di Jurusan Teknik Arsitektur UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
3
Pengajar di Perancangan Wilayah dan Kota ITS Surabaya
[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak

4
Kehidupan kampung di perkotaan layak untuk dikaji dikarenakan letak permukimannya yang berada
5dekat dengan pusat kota kerapkali menjadi incaran para investor untuk dijadikan area bisnis. Banyak hal yang

6dapat dilakukan oleh masyarakat di kampung kota sebagai bagian dari perikehidupan dan kehidupan masyarakat
7kota. Besarnya pengaruh kepentingan ekonomi di sekitarnya jelas akan mempengaruhi tatanan kehidupan di
8lingkungan pemukiman tersebut. Penelitian ini difokuskan pada upaya untuk menemukan potensi dari kegiatan
9perekonomian sehari-hari yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat kampung Keputran Kejambon yang
10merupakan salah satu kawasan pemukiman di tengah kota Surabaya. Melalui studi kelayakan penggunaan ruang
11dan kegiatan ekonomi mereka, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam
12penyusunan konsep-konsep perencanaan lingkungan permukiman dan pemberdayaan masyarakat kota Surabaya
13secara umum.
.

14

PENDAHULUAN

15
Dalam konteks kebijakan pengembangan kota
16dan ketataruangan, penataan ruang pemukiman
17sering dipandang hanya sebagai upaya penataan fisik
18saja. Manusia-manusia yang hidup di suatu
19lingkungan pemukiman pun seringkali hanya

20dipandang sebagai obyek yang menempati ruang
21pemukiman, bukan sebagai subyek berdaya hidup
22penentu tumbuh kembangnya kesatuan jalinan
23kehidupan ruang hunian (Damayanti, 2000: 18).
24Dalam variasi latar belakang sosial budaya dan
25ekonomi serta tingkat kemampuan adaptasi manusia,
26rumah merupakan perwujudan tindakan adaptasi
27manusia dengan lingkungannya. Hal ini diperlihatkan
28dengan adanya keragaman yang terbentuk oleh
29variasi dari sistem kemasyarakatan yang ada.
30Manusia merupakan bagian dari suatu sistem
31kemasyarakatan tertentu, dengan kaidah-kaidah
32normatif di dalamnya (Norberg-Schulz, 1985).
33Karena itu, dapat dipastikan apabila manusia atau
34sekelompok manusia dan lingkungannya dipaksa
35untuk berkembang karena suatu tuntutan ekonomi
36ataupun industrialisasi, maka yang akan terjadi
37adalah ketidakseimbangan alam dengan manusia.
38
Kebutuhan akan perbaikan kualitas permukiman

39penduduk sangat penting karena memiliki dampak
40langsung terhadap kehidupan sehari-hari dan
41kelangsungan hidup masa depan hidup suatu bangsa.
42Dalam dunia baru yang dinanti ini diharapkan
43pembangunan ekonomi dan sosial serta perlindungan
44terhadap lingkungan dapat direalisasikan secara
45efektif dengan meningkatkan partnership di setiap
46level kerjasama. Hubungan kerjasama internasional

47dan solidaritas universal memiliki wadah khusus
48yang mengarahkan prinsip-prinsip PBB (The Charter
49of UN) dalam semangat peningkatan kualitas hidup
50umat
manusia.
Prinsip-prinsip
mengenai
51kependudukan (human settlement) dalam Habitat
52Agenda II (The Istanbul Declaration, 1996) ini
53memiliki dua tujuan utama, yaitu :
54 1. Adequate shelter for all

55 2. Sustainable human settlements development in
56
an urbanizing world
57
Masalah penurunan kualitas lingkungan hidup
58banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia, salah
59satunya kota Surabaya. Pesatnya perkembangan kota
60Surabaya menjadi salah satu faktor yang
61menyebabkan dilakukannya efisiensi perencanaan
62tata guna lahan untuk peningkatan kehidupan
63ekonomi kota. Lahan-lahan yang berlokasi di pusat
64kota dianggap memiliki kekuatan ekonomi yang
65besar dan sangat potensial untuk berkembang,
66sehingga tidak mengherankan jika lahan-lahan
67tersebut memiliki harga jual yang tinggi, pajak yang
68besar, dan peraturan-peraturan yang lebih ketat
69daripada wilayah lain di sekitarnya.
70
Kawasan pemukiman yang berada di tengah kota
71dan dikelilingi gedung-gedung bertingkat dan pusat

72bisnis merupakan kawasan yang cukup menarik
73untuk diteliti. Besarnya pengaruh kepentingan
74ekonomi di sekitarnya jelas akan mempengaruhi
75tatanan kehidupan di lingkungan
pemukiman
76tersebut. Untuk itu, penelitian ini difokuskan pada
77upaya untuk menemukan potensi dari kegiatan
78perekonomian sehari-hari yang berlangsung dalam
79kehidupan masyarakat kampung Keputran Kejambon

1yang merupakan salah satu kawasan pemukiman di
2tengah kota Surabaya, melalui studi kelayakan
3penggunaan ruang dan kegiatan ekonomi mereka.
4Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat
5dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam
6penyusunan konsep-konsep perencanaan lingkungan
7permukiman dan pemberdayaan masyarakat kota
8Surabaya secara umum.
9
Daerah Urip Sumohardjo adalah salah satu

10kawasan permukiman padat di tengah kota Surabaya
11yang bertahan selama bertahun-tahun di antara
12bangunan-bangunan komersial di sekitarnya. Daerah
13ini memiliki beberapa kampung lama, salah satunya
14adalah kampung Keputran Kejambon, Kelurahan
15Embong Kaliasin, dan Kecamatan Genteng.
16Berlokasi di sebelah Barat jalan raya Urip
17Sumohardjo, di kampung ini terdapat sebuah rumah
18susun yang baru dipugar (Rusun Urip Sumohardjo)
19dan kawasan permukiman lama yang bertahan di
20belakangnya. Kawasan ini sangat dekat dengan
21daerah pusat bisnis di Surabaya yang berkembang
22sangat pesat (Basuki Rahmat, Wonokromo, dan
23Tegalsari). Kedekatan ini membawa dampak
24terhadap kehidupan masyarakat di kampung
25Keputran Kejambon dan beberapa kampung lama
26lainnya yang juga bertahan di wilayah tersebut. Dari
27hasil pengamatan awal mengenai kehidupan sehari28hari di daerah tersebut, kegiatan ekonomi cukup
29mendominasi
permukiman

ini,
sehingga
30mempengaruhi pola penggunaan ruang di sebagian
31besar hunian masyarakat. Pola penggunaan ruang
32berbasis aktivitas ekonomi inilah yang menjadi fokus
33utama dari penelitian ini. Pertanyaan yang
34diharapkan terjawab dalam penelitian ini adalah
35bagaimanakah dampak dari pola kegiatan ekonomi
36ini terhadap ruang hunian dan kondisi fisik hunian
37mereka? Selain itu, terdapat pula pertanyaan
38mengenai bagaimana dampak dari kegiatan ekonomi
39tersebut jika dikaitkan dengan ketersediaan sarana
40dan prasarana yang ada?
41
Penelitian ini berusaha untuk memberikan
42manfaat sebesar-sebesarnya bagi pengembangan
43potensi masyarakat di kampung Keputran Kejambon
44secara khusus, dan penduduk kota Surabaya secara
45umum, berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan
46yang dibutuhkan bagi proses pengambilan kebijakan

47tata ruang hunian bagi pemukiman kampung kota.
48
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian,
49serta obyek kajian yang spesifik di dalam suatu
50pemukiman, maka penelitian ini dilakukan dengan
51pendekatan kualitatif-deskriptif. Penelitian ini juga
52termasuk penelitian studi kasus, yaitu penyelidikan
53yang mendalam mengenai suatu hal dalam skala
54kecil ataupun yang lebih luas secara individu ataupun
55komunitas.
56
Lokasi penelitian adalah Kampung Keputran
57Kejambon yang termasuk dalam wilayah Kelurahan
58Embong Kaliasin Kecamatan Genteng. Berlokasi di
59sebelah Barat dari jalan raya Urip Sumohardjo,

60kampung ini memiliki sebuah rumah susun yang baru
61dipugar (Rusun Urip Sumohardjo) dan kawasan
62permukiman lama yang bertahan di belakangnya.
63Kawasan ini sangat dekat dengan daerah pusat bisnis

64di Surabaya yang berkembang sangat pesat (Basuki
65Rahmat, Wonokromo, dan Tegalsari) sehingga
66membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat di
67kampung Keputran Kejambon dan beberapa
68kampung lama lainnya yang juga bertahan. Dari
69hasil pengamatan awal mengenai kehidupan sehari70hari di daerah tersebut, kegiatan ekonomi cukup
71mendominasi permukiman ini dan mempengaruhi
72pola penggunaan ruang pada rumah tinggal sebagian
73masyarakat.
74
Lebih jauh, obyek pengamatan yang dikaji di
75dalam penelitian ini difokuskan pada hal-hal sebagai
76berikut:
77
1. Obyek hunian dengan kelompok cluster
78(rumpun) yang sama, dalam hal ini adalah rumah79rumah di Kampung Keputran Kejambon yang
80memiliki usaha mandiri secara ekonomi untuk
81menambah penghasilan keluarga.
82
2. Kondisi organisasi ruang hunian, bisa diamati

83dari denah rumah yang sekarang maupun denah
84sebelumnya.
85
3. Kondisi pola antar hunian, terkait dengan
86model hubungan antar rumah di Kampung Keputran
87Kejambon terutama jalur sirkulasi.
88
4. Kondisi lingkungan permukiman, menyangkut
89sarana dan prasarana yang mendukung keberadaan
90permukiman di kampung Keputran Kejambon.
91
Penelitian
dimulai
dengan
mengamati
92keseluruhan populasi yang ada pada kampung
93Keputran Kejambon dan mencari informasi baik
94primer maupun sekunder dari berbagai sumber.
95Observasi awal ini bertujuan untuk menentukan
96rumah-rumah yang akan digunakan sebagai sampel

97khusus, sebagai dasar untuk menjaring informasi98informasi tertentu. Sampel-sampel yang dipilih di
99lingkungan ini adalah rumah-rumah yang memiliki
100usaha perekonomian yang menyatu dengan rumah itu
101sendiri dan telah mengalami perubahan fisik ruang
102hunian. Selanjutnya, pengumpulan data lanjutan
103dilakukan dengan survey langsung ke lokasi amatan
104untuk
melakukan
wawancara,
pengamatan,
105pemotretan, dan penggambaran kondisi sebenarnya
106di lapangan. Selain dengan pemilik rumah-rumah
107yang dijadikan sampel, wawancara juga dilakukan
108dengan ketua RT, ketua RW, dan beberapa sesepuh
109yang dianggap mengetahui perkembangan daerah
110yang ditempati. Sementara itu, data sekunder yang
111mendukung penelitian ini diperoleh melalui data
112statistik, dinas terkait, berbagai penelitian terkait,
113peraturan perundang-undangan dan sebagainya.
114Setelah seluruh data terkumpul, maka masing-masing
115informasi disusun secara sistematis, sehingga dapat
116dilakukan analisis mengenai perkembangan fisik
117rumah yang ada, serta perubahan fungsi dan sifat
118ruang pada hunian.

1

2

PEMBAHASAN

3
Kebutuhan akan perbaikan kualitas permukiman
4penduduk sangat penting karena memiliki dampak
5langsung terhadap kehidupan sehari-hari dan
6kelangsungan hidup masa depan hidup suatu bangsa.
7Ketidaklayakan hunian dewasa ini semakin
8meningkat jumlahnya di banyak negara dan
9mengancam kondisi kesehatan, keamanan, bahkan
10kualitas hidup sebagian besar penghuni dan
11lingkungan sekitarnya. Walaupun definisi mengenai
12kelayakan ini bisa jadi berbeda pada beberapa
13kondisi, tetapi tetap terdapat standar minimal yang
14wajib untuk dipenuhi demi kelangsungan hidup layak
15manusia, yaitu mendapatkan makanan, pakaian,
16tempat tinggal, air bersih, dan sanitasi serta perhatian
17dari pemerintah berupa perlindungan dan perbaikan
18kondisi permukiman secara berkala.
19
Rumah dan pemukiman sebagai salah satu
20produk arsitektur rakyat, merupakan hasil karya
21perwujudan kesepakatan seluruh masyarakat dan
22merupakan bagian dari hasil aktivitas manusia yang
23menghuninya (Rapoport, 1969). Kampung Keputran
24Kejambon, yang masuk wilayah Kelurahan Embong
25Kaliasin Kota Surabaya, merupakan suatu
26permukiman yang
rumah-rumah huniannya
27mengalami perubahan-perubahan fisik dalam upaya
28peningkatan perekonomian penduduknya. Seperti
29kebanyakan rumah-rumah penduduk kota yang
30berfungsi ganda sebagai wahana menambah
31penghasilan, dengan kegiatan informal, antara lain
32berupa warung, kios, tempat jahit, tempat urut,
33tempat cukur, persewaan buku, lazim disebut usaha
34emper depan (front-porch business) (Budiharjo,
351998: 39). Demikian pula yang terjadi di Kampung
36Keputran Kejambon ini.
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
Gambar 1 letak Kampung Keputran Kejambon
48
di belakang rusun Urip Somaharjo
49
50
51
52
53
54

55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70 Gambar 2 denah lokasi amatan di jl Keputran
71
Kejambon gg I
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85Gambar 3 pintu gerbang ke Kampung Keputran
86Kejambon Kelurahan Embong Kaliasin Surabaya
87
Setiap ruang kota, termasuk dalam hal ini Unit
88Distrik Embong Kaliasin (dengan fokus ke wilayah
89permukiman serta fasilitas di daeran Keputran
90Kejambon) perlu dibaca dan dipahami tidak hanya
91sebagai produk, tetapi juga sebagai sebuah proses.
92Selama hampir kurang lebih satu abad, Unit Distrik
93Embong Kaliasin telah berevolusi dan berproses
94menjadi suatu kawasan permukiman padat yang
95didominasi oleh kawasan komersial. Dalam proses
96ini telah terjadi perubahan struktur kependudukan
97yang signifikan dengan struktur sebagai berikut:
98
99 Mata Pencaharian
100
Distribusi
penduduk
berdasarkan
mata
101pencaharian dapat mencerminkan tingkat urbanitas
102kawasan yang dewasa ini merupakan kawasan
103perdagangan dan jasa dimana jumlah penduduk yang
104bermatapencaharian sebagai karyawan adalah yang
105terbanyak dan penduduk yang bermatapencaharian di
106bidang jasa menduduki posisi kedua.

27

1
2 Gambar 4 salah satu warga yang membuka usaha di
3
rumah
4Penggunaan Lahan
5
Pemanfaatan lahan pada kawasan perencanaan
6mayoritas
dimanfaatkan
sebagai
tempat
7perdagangan–jasa komersial, fasilitas umum,
8pemerintahan, perumahan, dan ruang terbuka hijau.
9Kawasan Urip Sumohardjo terkonsentrasi dan
10berkembang sebagai perniagaan dan jasa serta
11kawasan perumahan formal dan informal pada
12koridor jalan.

28
Gambar 6 kondisi bangunan salah satu rumah
29
di kampung Keputran Kejambon
30
31Tipologi Bangunan Perumahan
32
Pada kawasan permukiman dapat dideskripsikan
33langgam arsitektur yang menunjukkan usia dari
34kawasan permukiman tersebut. Di kampung
35Keputran beberapa tipologi arsitektur yang dimiliki
36adalah langgam arsitektur kampung/tradisional,
37arsitektur jengki, dan arsitektur modern.

38

13
14
Gambar 5 suasana lingkungan di kampung
15Keputran Kejambon
16
17Kondisi Bangunan
18
Indikator dari kondisi bangunan diambil usia
19masing-masing bangunan sejak mulai dibangun di
20samping dari sifat konstruksi dan material dari
21masing-masing bangunan pada tiap-tiap persil yang
22ada, yaitu permanen dan semi permanen. Kondisi
23bangunan
permanen
mendominasi
kawasan
24perencanaan Unit Distrik Embong Kaliasin dengan
25beberapa yang bersifat semi permanen berupa
26bangunan komersial di beberapa kampung Keputran.

39 Gambar 7 salah satu rumah jengki di kampung
40
Keputran Kejambon
41
42Fasilitas Perumahan
43
Kawasan perumahan informal sebagian besar
44tersebar di perkampungan Keputran Kejambon dan
45Keputran Pasar Kecil. Walaupun sebagian besar
46terkesan kurang tertata tetapi telah ada usaha untuk
47melakukan peningkatan kualitas bangunan dan
48lingkungan tempat tinggalnya seperti perkerasan dan
49saluran tepi jalan.

1
2
Gambar 8 suasana di ruang tamu salah satu
3
warga yang berfungsi sebagai tempat usaha
4
5
Kondisi rumah-rumah secara umum didominasi
6oleh peralatan-peralatan yang menunjang kegiatan
7ekonomi mereka. Aktivitas utama mereka sehari-hari
8pun berkaitan erat dengan kegiatan ekonomi ini. Hal
9ini mengakibatkan sebagian besar ruangan dalam
10rumah mereka dialihfungsikan menjadi area
11produksi. Sekitar 70% dari luas rumah ini
12diperuntukkan bagi aktivitas ekonomi, seperti
13kegiatan persiapan dan pengolahan bahan makanan,
14area untuk ruang servis elektronik, area untuk
15membuat es batu dan es lilin maupun tempat
16berjualan
kebutuhan
sehari-hari
(mracang).
17Sementara itu, sisanya sekitar 30% diperuntukkan
18sebagai area beristirahat. Lebih jauh, jika kelayakan
19bangunan ditinjau pula dari kondisi sarana dan
20prasarana hunian, maka sebagian besar bangunan ini
21dapat dikatakan cukup layak dalam beberapa aspek.
22Rumah-rumah telah memperoleh sambungan listrik
23dari PLN dan air dari PDAM. Selain itu, juga telah
24dilengkapi dengan saluran drainase dan septic tank.
25
Hanya kondisi saluran drainase terlihat
26kurang terawat dan kurang memadai, karena
27ukurannya yang kecil dan dipenuhi sampah.
28Sementara itu, ditinjau dari kualitas konstruksi dan
29material bangunan, secara umum bangunan terlihat
30kurang terawat dan kurang berkualitas. Beberapa
31dinding yang langsung berhubungan dengan udara
32luar terlihat cukup lembab dan terkelupas. Begitu
33pula dengan material bukaan, seperti pintu dan
34jendela secara keseluruhan. Walaupun demikian,
35material lantai cukup baik pada beberapa rumah
36meskipun sebagian ruangan seperti dapur dan kamar
37mandi masih ada yang berlantaikan tanah.

38
39
Gambar 9 Kondisi kamar mandi salah satu
40rumah di kampung Keputran Kejambon
41
42
Secara umum, kondisi rumah-rumah yang ada
43dapat dikatakan cukup layak dengan beberapa
44perbaikan, terutama kondisi drainase dan material
45bangunan. Dengan jumlah penghuni yang relatif
46besar, terkadang dari segi privasi penghuni kurang
47terjamin. Adanya kamar tidur yang hanya dibatasi
48dengan tirai sebaiknya diganti dengan penutup yang
49lebih permanen agar privasi dan keamanan penghuni
50juga lebih terjamin.
51

52

KESIMPULAN

53
Secara umum, berdasarkan standar kelayakan
54Adequate shelter for all dari UN Habitat II (Istanbul
551996) yang digunakan untuk menilai kelayakan
56hunian pada Kampung Keputran Kejambon, dapat
57disimpulkan dua hal. Pertama, ditinjau dari
58pemakaian ruang hunian, sebagian besar ruang-ruang
59mengalami perubahan fungsi terkait dengan kegiatan
60ekonomi yang ada, terutama berubahnya ruang-ruang
61privat atau semi privat menjadi ruang-ruang publik.
62Begitu pula dengan meningkatnya perekonomian
63penghuni ternyata berdampak pada meningkatnya
64kondisi fisik bangunan mereka menjadi lebih baik,
65namun tidak semua bangunan mempunyai kondisi
66yang layak huni. Kedua, ditinjau dari ketersediaan
67sarana dan prasarana, terdapat beberapa rumah yang
68telah memadai dan tercukupi, namun sebagian besar
69masih belum tersedia terutama untuk drainase air
70hujan, ruang terbuka hijau dan pembuangan sampah.
71Dengan demikian, sebagian besar dari keseluruhan
72kondisi lingkungan permukiman masih cukup layak
73untuk ditempati, hanya saja pemeliharaan pada fisik
74rumah hunian tampak masih sangat kurang
75dipedulikan oleh sebagian besar penghuni.
76

77

78

DAFTAR PUSTAKA

79budiharjo, eko. 1998. Percikan Masalah Arsitektur
80
Perumahan Perkotaan. Gadjah Mada
81
University Press, Yogyakarta.

1
2budiharjo, eko (Editor). 1997. Jati Diri Arsitektur
3
Indonesia. Penerbit Alumni, Bandung.
4
5damayanti, dkk. 2000. Studi Pemakaian Ruang Privat
6
pada Ruang Hunian (Studi Kasus Desa
7
Pengrajin Batu Alam di Gamping
8
Kabupaten Tulungagung). Jurnal Teknik
9
Vol III No. I – April 2000.
10
11koentjaraningrat. 1982. Kebudayaan, Mentalitas dan
12
Pembangunan. Gramedia, Jakarta.
13
14norberg – schulz, C. 1985. The Concept Of Dwelling.
15
Rizzoli International Publication, New
16
York.
17
18rapoport, a. 1969. House Form and Culture. Prentice
19
Hall. Eanglewood Cliffs. New York.
20
21frieck, heinz. 1988. Arsitektur dan Lingkungan.
22
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
23

1