BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Strategi Adaptasi Masyarkat Korban Phk Dalam Mengatasi Sosial Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Selayang Kota Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Adaptasi

  Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan oleh para korban PHK dengan situasi krisis global dunia. Startegi adaptasi yaitu cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh korban PHK untuk mempertahankan sosial ekonomi keluarganya. Edi suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan bahwa definisi dari strategi bertahan hidup (coping straregi ) adalah kemampuan seorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, starategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan segenap aset yang dimilikinya bisa juga dinamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan ( Shock dan stress) (Suhartono, 2007. http://www.policy.hu diakses tanggal 4 desember 2011 pukul 20.35 WIB).

  Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup (coping

  

strategis ) dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan

  dengan berbagai cara yang dapat dikelompokan dengan 3 cara yaitu: a.

  Strategis Aktif yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga ( misalnya melakukan aktifitas sendiri, memperpanjang jam kerja,

  21 memanfatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitarnya dan sebagainya) b.

  Strategi Pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga ( misalnya pengeluaran sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya).

  c.

  Strategi Jaringan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun secara formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang tetangga, mengutang diwarung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang renteinir atau bank dan sebagainya) (Suhartono, 2007. http://www.policy.hu diakses pada tanggal 4 desember 2011 pukul 20.35 WIB).

  Sebagian besar peneliti mengenai coping strategis menggunakan keluarga atau rumah tangga sebagai unit analisis. Meskipun istilah keluarga dan tangga sering dipertukarkan, keduanya memiliki sedikit perbedaan. Keluarga menunjuk pada hubungan normatif antara orang-orang yang memiliki ikatan biologis, sedangkan rumah tangga umumnya memiliki kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara bersama-sama.

  Konsep mata pencaharian (livelihood) sangat penting dalam memahami

  

coping strategis karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang dianggap

  sama dengan strategi mata pencaharian (livelihood strategis). Satu mata pencaharian meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai ataupun barang), lembaga-lembaga sosial, relas gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan. Seperti kasus kehidupan nelayan yang senantiasa tidak mendapat jaminan kehidupan yang layak dan nelayan senantiasa

  22 tidak dapat dilepaskan dari jebakan kemiskinan. Sejak enam bulan terakhir, dari bulan februari hingga juli sekarang masyarakat nelayan dihadapkan pada musim paceklik yang tidak kunjung akhir. Untuk mengatasi masalah di musim paceklik ini, berbagai upaya telah dilakukan nelayan, contohnya adalah beberapa nelayan pangandaran menjual istri demi menyambung hidup keluarganya.

  Musim paceklik adalah permasalahan klasik, dikarenakan musim paceklik akan senantiasa datang setiap tahun. Sampai saat ini nelayan tidak mendapatkan asuransi dan tabungan untuk jaminan keselematan atau masa depan keluarganya dalam menghadapi musim paceklik itu. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa mereka tetap bertahan menjadi nelayan meskipun terjebak dalam kubangan kemiskinan dan bagaimana caranya mereka keluar dari jebakan kemiskinan di musim paceklik.

  Selain itu, kompleksnya permasalahan kemiskinan masyrakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya. Kondisi inilah yang mengakibatkan nelayan dijauhi oleh institusi-institusi perbankan dan perusahaan asuransi, seperti sulitnya masyarakat nelayan mendapatkan akses pinjaman modal, baik untuk modal kerja maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

  Berbagai strategi adaptasi dilakukan masyarakat nelayan untuk bertahan hidup. Strategi adaptasi yang biasanya dilakukan adalah memobilisasi peran perempuan (kaum istri) dan anak-anaknya untuk mencari nafkah. Keterlibatan

  23 perempuan dalam mencari nafkah untuk keluargadi wilayah pesisir atau desa-desa nelayan tidak terlepas dari sistem pembagian kerja secara seksual (the division of

  labour by sex ) yang berlaku pada masyarakat setempat.

  Kaum setempat biasanya terlibat penuh dalam kegiatan pranta-pranata sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian berdimensi kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial yang bisa mereka manfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Hadirnya pranata- pranata tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menghadapi kesulitan hidup yang dihadapinya. Strategi adaptasi diartikan sebagai pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial, politik, ekonomi dan ekologi, dimana penduduk miskin itu hidup. Sedangkan strategi adaptasi yang dilakukan para nelayan (kaum suami) adalah diversifikasi pekerjaan untuk memperoleh sumber penghasilan yang baru.

  Bahkan, strategi adaptasi tersebut diselingi dengan menjual barang-barang berharga yang ada dan berhutang. Namun, kedua strategi adaptasi inipun tidak mudah didapat karena berbagai faktor telah membatasi akses mereka.

  Bagi masyarkat nelayan, jaringan sosial merupakan salah satu potensi budaya yang dapat dimanfaatkan secara kreatif untuk menyikapi tekanan ekonomi. Kendati pun demikian, harus diakui bahwa pemanfaatan fungsi jaringan sosial masih bersifat kariatif, bukan merupakan solusi sustansial untuk mengatasi berbagai kesulitan sosial-ekonomi rumah tangga nelayan secara mendasar. Hal ini dikarenakan, faktor-faktor penyebab kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari atau kemiskinan dikalangan masyarakat nelayan sangat kompleks (solihin,

  24

  2004. http://io.ppi-jepang.org diakses tanggal 6 Desember 2011 pukul 16:00 WIB)

2.2 Sebab – Sebab Kemiskinan

  Masyarakat melalui berbagai lembaga juga tidak kalah dalam memberikan perhatian sehubungan dengan penanggulangan masalah kemiskinan. Terlebih pribadi dan keluarga yang secara langsung merasakan pahitnya kemiskinan itu, tentu memiliki agenda tertentu dalam upaya mengakhiri penderitaan sebagai akibat dari kemiskinan. Namun, masalah kemiskinan masih tetap eksis, bahkan dalam periode tertentu justru menunjukan peningkatan. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. (Siagian, 2012:2) kategori miskin adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan sebesar Rp211.726 atau sekitar Rp7000 per hari. Jumlah ini meningkat dibandingkan kategori miskin tahun 2009 per Maret yang tercatat sebesar Rp200.26 per hari.Rusman mengatakan BPS mencatat orang miskin dari pengeluaran karena pada dasarnya perhitungan dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemenuhan terhadap kebutuhan dasar."Metode kami, kemiskinan diukur dengan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, kenapa? karena kalau tidak memenuhi misal nasi, maka dia akan mati," ujar Rusman di Kantor BPS, Kamis 1 Juli 2010 (http://bisnis.vivanews.com/news/read/161590-kriteria-

  25

  26

  orang-miskin-indonesia-versi-bps diakses pada hari Jumat, tanggal 06 januari 2012, pukul 21:00 WIB).

  Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberakan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu :

  1. Faktor Internal, yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi: a. fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.

  b. Intelektual, seperti : kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi.

  c. Mental emosional atau temperamental, sperti : malas, mudah menyerah dan putus asa.

  d. Spritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah, dan tidak disiplin.

  e. Sosial psikolgis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan.

  f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.

  g. Asset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.

  27

  2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi: a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

  b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup.

  c. Terbatasnya lapangan kerja formal dan kurang terlindungnya usaha-usaha sektor informal.

  d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro.

  e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan sektor prioritas rill masyarakat banyak.

  f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat.

  g. Dampak sosial negatif dari penyesuaian struktural

  h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.

  2. 3 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

  Masalah yang terpenting atau yang sangat terpenting dalam masalah ketenagakerjaan adalah soal pemutusan hubungan kerja bagi tenaga kerja berarti kehilangan mata pencaharian yang berarti pula permulaan penganguran dengan segala akibatnya sehingga untuk menjamin kepastian dan ketentraman hidup kaum tenaga kerja seharunya tidak ada PHK.

  Ada 4 Jenis pemutusan hubungan kerja, yaitu:

  1. Pemutusan hubungan kerja demi hukum (Termination), yaitu putusnya hubungan kerja karena selesainya berakhirnya kontrak kerja.

  2. Pemutusan hubungan kerja oleh Pengadilan (Dismissal), yaitu putusnya hubungan kerja tindakan indispliner, misalnya tenaga kerja melakukan kesalahan-kesalahan seperti pemabok, madat serta melakukan tindakan kejahatan.

  3. Pemutusan hubungan kerja oleh Pekerja/Buruh (Redundancy), yaitu pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan dengan perkembangan teknologi.

  4. Pemutusan hubungan kerja oleh Pengusaha(Retrenchemen)t, yaitu pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi, seperti resesi ekonomi, masalah pemasaran dan lain sebagainya, sehingga perusahaan tidak dapt/tidak mampu untuk memberikan upah kepada tenaga kerja/karyawan (Khakim, 2003:109)

  28

  29 Didalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

  Ketenagakerjaan memberikan pengertian tenaga kerja adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja didalam maupun diluar hubungan kerja dengan alat reproduksi utamanya dalam proses produksi adalh tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran ciri khas hubungan kerja tersebut diatas ialah bekerja dibawah perintah orang lain dengan menerima upah.

2.3.1 Hak-Hak Tenaga Kerja

  1. Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan

  2. Tiap tenaga kerja berhak memilih atau pindah pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

  3 Tiap tenaga kerja berhak atas pembinaan dan keahlian dan kejujuran untuk memperoleh serta menambah keahlian dan keterampilan kerja, sehingga potensi dan daya kerjanya dapat dikembangkan dalam rangka mempertinggi kecerdasan dan keterampilan kerja sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembinaan bangsa.

  4. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan , pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.

  5. Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja.

  6. Tiap tenaga kerja berhak atas pembatasan waktu kerja, istarahat, cuti dan libur.

  7. Tiap tenaga kerja berhak untuk mogok.

  8. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan dari tindakan PHK.

  (Diananto,2012.http://www.slideshare.net/pukptdaido/8-hak-pekerja diakses pada tanggal 18 November 2013 pukul 22.35 WIB)

2.3.2 Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja

  Menurut Undang – undang No. 13 Tahun 2003 BAB XII pasal 151 mengenai prosedur pemutusan hubungan kerja adalah sebagai berikut:

  1. Pengusaha, pekerja/buruh, serikata pekerja/serikata buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.

  2. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

  3. Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari

  30 lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial (http://pendidikan- diy.go.id/file/uu/uu_13_2003.pdf, yang diakses pada hari Jumat, tanggal 06 januari 2012, pukul 20:34 WIB).

2.4 Sosial Ekonomi

  Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan, pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat, sedangkan pada departemen sosial menunjuk pada kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesjahteraan yang ruang lingkupnya pekerjaan dan kesejahteraan sosial.

  Sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan dalam konsep sosiologis manusia yang adanya bantuan orang lain disekitarnya. Ekonomi secara etimolgi berasal dari bahasa yunani yakni oikos yang artinya rumah tangga dan nomos yang artinya mengatur. Ekonomi sering diartikan sebagai cara manusia memenuhi segala kebutuhan sehari-hari (Salim, 2002 :454)

  Sementara dalam kamus besar bahasa Indonesia ekonomi adalah segala sesuatu tentang azas-azas produksi distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti perdagangan, keuangan, perindustrian jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan hidupnya sehari- hari (Salim, 2002:379)

  31 Pengertian kondisi Sosial ekononomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingklat ekonomi sepertik pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

2.5 Keluarga

2.5.1 Pengertian Keluarga

  Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga merupakan salah satu Group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan perempuan yang mana sedikit banyak berlangsung bentuk murni merupakan satu kesatuan sosial yang berdiri dari suami, istri dan anak-anak (Ahmadi, 2000:239)

  Secara Histority, keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran minimum, terutama pihak- pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Keluarga sebagai organisasi mempunyai perbedaan dengan organisasi-organisasi lainnya salah satu perbedaan yang cukup penting terlihat dari bentuk hubungan anggota-anggotanya yang lebih bersifat mendalam.

  32

  33 Ciri-ciri kelompok primer antara lain:

  1. Mempunyai hubungan yang lebih intim

  2. Kooperatif

  3. Face to face

  4. Masing-masing anggota memerlukan anggota lainnya sebagai tujuan bukannya alat untuk mencapai tujua.

  Dengan demikian keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi yang bersifat hubungan interpersonal, dimana masing-masing anggota dalam keluarga mempunyai intensitas hubungan satu sama lain antara ayah dan ibu dan anak, maupun antara anak-anak. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenanan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak.

  Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemiliharaan anak.

  a.

  Ciri-ciri umum Menurut Mac iver dan page, ciri-ciri umum keluarga antara lain:

  1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

  2. Bentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara

  3. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan

  4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan- kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturuanan dan membesarkan anak

  5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimana pun tidak mungkin menjadi terpisah dari kelompok keluarga.

  b.

  Ciri-ciri khusus

  1. Kebersamaan : keluarga merupakan salah bentuk yang hampir paling universal dari antara bentuk organisasi sosial lainnya.

  2. Dasar –dasar emosional : hal ini didasarkan pada suatu komplesk dorongan-dorongan yang sangat mendalam dan ikatan kelompok yang erat tentang emosi-emosi sekunder, dari cinta romantik, rasa kasih sayang sampai pada kebanggan akan ras.

  3. Pengaruh perkembangan : bahwa keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-pertama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, termasuk manusia. Pada khususnya membentuk karakter indvidu.

  4. Ukuran yang terbatas : keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya dan merupakan skala yang paling kecil dari semua organisasi formal yang merupakan struktur sosial

  5. Posisi inti dalam struktur sosial : keluarga merupakan inti dari organisasi- organisasi sosial lainnya kerap kali di dalam masyarakat yang sederhana

  34 maupun didalam masyarkat yang lebih maju, struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan-satuan keluarga.

  6. Tanggung jawab para anggota : keluarga memiliki tuntutan-tuntutannya dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi-kondisi pemenuhan kebutuhan- kebutuhan yang mampu dilakukan oleh keluarga.

  7. Aturan kemasyarakatan (aturan-aturan sosial) : aturan-aturan kemasyarakatan pada khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu dan aturan-aturan sah yang menentukan kondisi-kondisi masyarakatnya (Su’adah, 2005:22)

2.5.3 Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga

  Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial, relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan.

  Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain:

  a. Fungsi Biologik Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi ini merupakan dasr kelangsungan hidup masyarakat. Namun, fungsi ini juga mengalami perubahan karena keluarga sekarang cenderung pada jumlah anak yang sedikit.

  b. Fungsi Afeksi Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta

  35 kasih yang menjadi dasar perkawinan. Melalui hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan, dari cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai cinta kasih. Hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan anak. Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi sperti yang terdapat pada keluarga, suasana afeksi itu tidak terdapat dalam insititusi sosial lainnya.

  c. Fungsi Sosialisai Fungsi sosialisasi menunjukan peranan keluarga dalam kepribadian anak.

  Melalui interak sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap dan keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarkat dalam rangka perkembangan kepribadiannya (Su’adah, 2005:27)

2.6 Definisi Konsep Kesejahteraan Sosial

  Pengertian dasar dari konsep sosial yang merupakan kata kunci dari konsep kesejahteraan sosial adalah hubungan antar manusia, maka konsep kesejahteraan sosial dapat dipandang dari empat sisi, yaitu: 1.

  Sebagai suatu sistem pelayanan sosial.

  Elizabeth Wickenden (dalam Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010: 23) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai : “a system of

  laws, programs, benefits, and services which strengthen or assure

  36

  provision for meeting social needs recognized as basic for the welfare of the population and for the functioning of the social order”.

  (suatu sistem perundang-undangan, kebijakan, program, pelayanan, dan bantuan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial yang dikenal sebagai kebutuhan dasar bagi kesejahteraan manusia dan bagi keberfungsiannya ketertiban sosial secara lebih baik). Setidaknya ada tiga hal yang dapat dipahami dari definisi tersebut, yaitu:

  a. Konsep pelayanan sosial (bidang praktik pekerja sosial) mencakup aktivitas yang sangat luas, mulai dari perundang-undangan sosial sampai tindakan langsung pemberian bantuan.

  b. Konsep kesejahteraan sosial berbeda dengan kesejahteraan.

  Terpenuhinya kebutuhan sosial (kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan yang baik dalam semua aspek kehidupan manusia).

  c. Pada tingkat masyarakat, kesejahteraan sosial berarti terdapat ketertiban sosial (social order) yang lebih baik.

  Friedlander (dalam Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010: 24) mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial adalah “Sistem yang terorganisasi dari usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan, serta mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka

  37 mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka secara penuh, serta untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan- kebutuhan keluarga dan masyarakat. Berdasarkan kedua pengertian kesejahteraan sosial tersebut, maka tak salah dan tak heran jika semua orang ingin hidupnya sejahtera, dan bahkan salah satu tujuan penyelenggaraan negara adalah ingin menyejahterakan rakyatnya.

  2. Sebagai suatu displin keilmuan Sebagai suatu displin ilmu, kesejahteraan sosial tidak dapat

  (dan tidak mungkin) mengkaji semua aspek kehidupan manusia, melainkan harus menentukan dan membatasi kajian pada satu aspek kehidupan manusia. Sebutan konsep sosial dengan sendirinya telah membatasi sisi kajian Ilmu Kesejahteraan Sosial hanya terhadap aspek kehidupan sosial manusia dengan segala perangkat sistem sosial dan dinamikanya (Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010: 25).

  Sebagai sebuah cabang disiplin ilmu, kesejahteraan sosial harus memiliki satu sudut kajian yang merupakan domain (wilayah) keilmuannya terhadap manusia sebagai objek kajiannya dalam perbandingan dengan cabang-cabang ilmu yang juga mengkaji dan melayani manusia seperti psikologi, kedokteran, ekonomi, dan hukum.

  3. Sebagai suatu keadaan hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai berikut “Kesejahteraan sosial adalah suatu

  38

  39

  keadaan yang sejahtera, baik secara fisik, mental, maupun sosial; dan tidak hanya perbaikan-perbaikan dari penyakit-penyakit sosial tertentu saja” (Duwipa, 2010: 5).

  Mengacu pada pengertian-pengertian tersebut maka kesejahteraan sosial dapat mengarah pada keadaan antar hubungan manusia yang baik, artinya yang kondusif bagi manusia untuk melakukan upaya guna memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.

  Berdasarkan defenisi tersebut dapat dijelaskan beberapa hal, sebagai berikut : a.

  Konsep baik dalam antarhubungan manusia diukur dari standar nilai-nilai sosial dan norma-norma yang melandasi tatanan kehidupan bermasyarakat dan perilaku warga masyarakat itu sendiri.

  b.

  Konsep manusia ditujukan baik kepada individu-individu, maupun unit-unit sosial (kelompok, organisasi, maupun masyarakat itu sendiri).

  c.

  Bersifat kondusif, artinya bahwa hubungan sosial tersebut berwujud dalam tatanan atau ketertiban sosial yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga masyarakat untuk berusaha mencapai kesejahteraan hidupnya.

  d.

  Memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, artinya setiap warga masyarakat dimungkinkan untuk melakukan upaya dengan kemampuannya sendiri untuk dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhannya sendiri tanpa ketergantungan kepada pemberian dari manusia lain dan juga bukan berarti setiap warga masyarakat hidup sendiri-sendiri, melainkan hidup dalam keadaan saling membantu (saling mendukung) upaya warga masyarakat sesuai dengan posisi dan peran masing-masing di dalam masyarakat (Duwipa, 2010: 5).

1. Sebagai suatu tatanan atau ketertiban sosial

  Pasal 1 UU Nomor 11 tahun 2009 tentang “Kesejahteraan Sosial” menegaskan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

  Beberapa hal dapat disimpulkan dari defenisi tersebut, antara lain : a.

  Kesejahteraan sosial dipandang sebagai suatu tatanan masyarakat.

  b.

  Tatanan masyarakat tersebut bersifat kondusif bagi setiap warga negara untuk melakukan upaya memenuhi kebutuhan hidup mereka.

  c.

  Adanya interaksi yang tidak terpisahkan dan saling mendukung di antara setiap individu warga masyarakat dengan masyarakatnya.

  d.

  Landasan nilai bagi tatanan masyarakat adalah nilai-nilai dasar sosial budaya masyarakat itu sendiri (Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010: 25). Wujud konsep kesejahteraan sosial adalah pengadaan dan penataan berbagai kebijakan sosial, perencanaan sosial, program-program, dan penyelenggaraan berbagai pelayanan sosial dalam rangka penataan masyarakat itu

  40 sendiri yang bersifat saling mendukung dengan upaya warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

  Guna mewujudkan konsep kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai program, antara lain adalah asuransi kesejahteraan sosial. Dengan memaparkan konsep-konsep yang ada, maka yang dimaksud dengan asuransi kesejahteraan sosial dalam penelitian ini adalah suatu sistem perlindungan sosial bagi para pekerja mandiri dan atau sektor informal dalam bentuk jaminan pengganti pendapatan keluarga, yang mengalami penurunan atau kehilangan pendapatan akibat sakit, kecelakaan, dan meninggal dunia.

2.7 Kerangka Pemikiran

  Krisis ekonomi global yang melanda dunia sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, kris ekonomi telah menyebabkan kondisi kehidupan berkeluarga memilij untuk pulang kampung atau pindah kota untuk mencari pekerjaan lain sedangkan para buruh yang sudah berkeluarga memilih menetap karena untuk pindah mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di tengah pemutusan hubungan kerja rumah tangga buruh harus tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup misalnya sandang, pangan, uang sekolah anaknya, biaya sewa rumah dengan lapangan pekerjaan sangat sedikit dengan banyak persaingan.

  Pemutusan hubungan kerja ini disebabkan oleh banyak perusahaan yang tidak sanggup bertahan terhadap krisis ekonomi global sehingga untuk menekan

  41 biaya produksi perusahaan mengurangi kerugian dengan mengambil inisiatif yaitu mengurangi jumlah tenaga kerja.

  Keluarga yang terkena PHK tidak boleh pasrah dalam menghadapi kondisi seperti ini harus ada suatu upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi permasalhan kehidupan dilakukan oleh rumah tangga untuk tetap dapat bertahan dalam menghadapi krisis global ini. Perlu adanya strategi adaptasi yang mengoptimalkan segala potensi yang dilakukan oleh rumah tangga korban PHK agar dapat mempertahankan sosial ekonomi keluarga. Maka untuk memperjelas bahasan ini peneliti menggambarkan kerangka pemikiran strategi adaptasi masyrakat korban PHK dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga sebagai berikut.

  42

  43

  

2.8 Gambar I

Bagan Kerangka Pemikiran

Krisis Ekonomi Global

Pemutusan Hubungan

  

Kerja

Kondisi Sosial Ekonomi

Korban PHK Buruk

  Pendapatan, Perumahan, Pendidikan, Kesehatan, Pangan 1.

  Pengontrolan konsumsi keluarga 2. Produksi dan perdagangan skala kecil membuka warungan atau kedai sampah 3. Menanam tanaman yang bisa dikonsumsi di pekarangan rumah.

  4. Migrasi ke desa atau ke kota lain 5.

  Penjualan asset produksi seperti tanah, binatang ternak untuk memperoleh tambahan uang

  6. Menjadi buruh harian lepas untuk menambah uang tambahan 7.

  Mencari pekerja lain Pemenuhan Kebutuhan Pangan dan bukan Pangan

2.9 Definisi Konsep

  44

  Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Sugiyono, 2005:33). Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

  Untuk lebih mengetahui pengertian yang jelas mengenai konsep-konsep yang akan diteliti, maka peneliti memberikan batasan konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

  a. Strategi adaptasi diartikan sebagai suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau tujuan khusus. Strategi adaptasi disini adalah suatu cara atau teknik dari suatu gambaran tentang reaksi manusia dalam menanggapi suatu keadaan yang ditempuh oleh keluarga korban PHK dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

  b. Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga adalah bapak,ibu dan anak-anaknya.

  c. Rumah tangga adalah menunjuk pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu memilki hubungan darah. d. PHK adalah kehilangan mata pencaharian bagi tenaga kerja dan berakhirnya kontrak/perjanjain kerja dengan pengusaha.

  e. Kondisi sosial ekonomi keluarga sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga akan pendapatan, perumahan, pendidikan dan kesehatan pangan.

  45

Dokumen yang terkait

Strategi Adaptasi Masyarkat Korban Phk Dalam Mengatasi Sosial Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Selayang Kota Medan

1 38 115

Program Keluarga Harapan (Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang )

5 47 93

Pengaruh Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Usaha Ekonomi Mikro Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

12 121 132

Strategi Adaptasi Rumah Tangga Korban Phk Di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga.

2 61 111

Kontribusi Anak Jalanan Dalam Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Bantan Timur, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan

0 51 95

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemberdayaan Masyarakat 2.1.1. Pemberdayaan - Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan Dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan

0 0 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Strategi Adaptasi Dan Mitigasi Bencana Banjir Pada Masyarakat Di Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan - Dampak Kehadiran Rumah Kreatif Binjai Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Tanah Seribu Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Strategi Pembangunan Perkotaan dalam Mengatasi Pemukiman Kumuh di Kelurahan Aur Kota Medan

0 2 27