Strategi Adaptasi Masyarkat Korban Phk Dalam Mengatasi Sosial Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Selayang Kota Medan

(1)

STRATEGI ADAPTASI MASYARKAT KORBAN PHK DALAM MENGATASI SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI KELURAHAN

MABAR KECAMATAN MEDAN DELI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Oleh

070902001

PETRUS REZKY L. TOBING

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT KORBAN PHK DALAM MENGATASI SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI KELURAHAN

MABAR

KECAMATAN MEDAN DELI KOTA MEDAN

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 92 halaman, 9 tabel, 5 lampiran dan 15 kepustakaan)

Krisis ekonomi yang melanda dunia telah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi terpuruk, lapangan kerja semakin susah. Banyak perusahaan yang memutus hubungan kerja dengan karyawannya di kota Medan daerh yang paling banyak mengalami PHK adalah Kawasan Industri Medan (KIM). Para buruh pada umumnya tidak mempunyai pendidikan yang tinggi dan sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan mengakibatkan kondisi sosial ekonomi mereka sangat terpuruk karena sumber penghasilan tidak ada.

Penelitiam ini tidak menggunakan populasi tetapi menggunakan subjek penelitian karena data mengenai jumlah korban PHK di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli tidak tersedia. Jadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 3 keluarga dengan menggunakan teknik penarikan sampel secara snow ball. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskritif dengan istrumen penyaringan data yang digunakan adalah denga mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menggambarkan yang dikumpulkan secara life story dan kemudian dianalisis.

Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan pendapatan para korban PHK sangat kecil karena pekerjaan mereka bergaji sangat kecil sehingga mereka melakukan strategi adaptasi mencari pekerjaan sampingan. Kondisi pangan sebagian para korban PHK masih bisa dikatakan 4 sehat dan sebagian lagi hanya seadanya dan kurang memenuhi standart gizi. Keluarga korban PHK yang dapat mengkonsumsi makanan 4 sehat pada umumnya tidak bisa menabung. Status kepemilikan rumah bagi keluarga korban tua adalah hak milik tetapi bagi keluarga muda masih menyewa dengan kondisi fisik semi permanen. Apabila mengalami sakit pada umumnya mereka berobat pada Puskesmas atau membeli obat di warung lebih murah. Sedangkan anak dalam keluarga jarang yang melanjutkan ke perguruan tinggi, taman Sekolah Menengah Atas (SMA) biasanya mereka menjadi buruh karena pendapatan yang minim maka korban PHK memerlukan strategi untuk mempertahankan sosial ekonomi keluarga sehingga kondisi pangan mereka dapat tercukupi strateginya adalah mencari pekerjaan sampingan yang biasanya satu tulang punggung keluarga menjadi 2 atau dibantu oleh anak-anaknya, menjadi harian lepas, mengunting sandal, mengubah pola konsusmsi yang dulunya per sak sekarang per kilo.


(3)

ABSTRAC

ADAPTATION OF STRATEGIES COMMUNITIES OF LAYOFF VICTIMS IN ADDRESSING SOCIOECONOMICS FAMILY IN THE

VILLAGE MABAR DISTRICT OF MEDAN DELI

MEDAN CITY

(Mini thesis consist of 6 chapters, 92 pages, 9 tables, 5 attachments and 15 literature)

The economic crisis that hit the world economy has led Indonesia to become worse , more difficult jobs . Many companies that cut ties with the employees working in the area of Medan city the most experienced layoffs is Medan Industrial Area . The workers generally do not have higher education and making it difficult to get work resulted in their socio-economic conditions is very low because there is no source of income .

This study did not use population but uses research subjects because data on the number of retrenched workers in the Village District of Medan Deli Mabar not available . So the research subjects in this study were 3 families by using snowball sampling basis . The method used in this research is descriptive research method with a screening instrument of data used are premises to collect , manage , present and describe the life stories collected and then analyzed .

From the research that has been done , the authors can conclude revenue layoff victims is very small because they are paid very little work that they did find a second job adaptation strategies . Food conditions laid off most of the victims could still be said to be four healthy and sober and some are just not meet nutritional standards . Families of victims of layoffs to four healthy foods in general can not be saved . Home ownership status for the families of the victims parents are the property but for young families still renting the physical condition of semi- permanent . When experiencing pain in general they seek treatment at the health center or to buy drugs at cheaper stalls . While the children in the family rarely went to college , high school garden over their usually become laborers for the minimal income retrenched workers need a strategy to defend the socioeconomic condition of the family so that they can be provided food strategy is to find a second job that is usually a family backbone into two or assisted by his sons , became casual , sandals plumb , changing patterns formerly konsusmsi per kilo per sack now .


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha pengasih, karena atas berkat, anugerah, kasih setia, kekuatan, semangat dan kesempatan yang selalu diberikanNa kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul

“Strategi Adaptasi

Masyarkat Korban PHK Dalam Mengatasi Sosial Ekonomi

Keluarga di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Selayang Kota

Medan”.

Pada Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga yang secara iklas untuk membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis selama masa perkuliahan.

5. Kepada Ibu wati, pak jarmin, Pak ayuf dan Ibu Ida yang telah bersedia menjadi informan penulis yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada Pak Tengku selaku Staf Kantor Kelurahan Mabar yang memberikan data yang sangat dibutuhkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Terima kasih yang luar biasa dan paling istimewa buat kedua Orang Tua Penulis yang penulis sangat cintai dan banggakan Ayah St. P. Lumban Tobing dan Mama Alm. L. Sianturi yang sudah mendidik dan membesarkan penulis sampai saat ini, kalian selalu memberikan semangat dan tidak pernah berhenti mendoakan penulis. Semoga harapan, perjuangan dan doa kalian akan terus memacu penulis untuk dapat menjadi terbaik bagi kalian.

7. Terima kasih buat Adik saya satu-satunya Tessya Yolanda Tobing, terus lanjutkan perjuangan mu. Kami tetap akan mendukung dan membantu dalam mewujudkan cita-cita mu.


(6)

8. Kepada Keluarga besar Op. Johanes Tobing dan Op Masdia Sianturi yang tidak pernah menyerah dalam membuat penulis semangat untuk melanjutkan menulis skripsi ini, terkhususnya untuk mamatua Op. Martin Simamora, Bapak Ernest, Bang Koko, Bang adi serta kakak ku yang cantik kak yanti (mama paul) tanpa ikut serta bimbingan kalian mungkin penulis tidak akan menyelesaikan tulisan ini.

9. Buat perempuan yang pernah menjadi sosok yang sangat spesial (HS). Terima kasih selama 6 bulan dirimu selalu membantu dan mengingatkan penulis agar tetap mengerjai skripsinya. Sukses buat cita-cita dan keinginan yang pernah kita rencanai bersama.

10. Buat teman-teman seperjuangan Castrie Saragih, Riama Siringo, Hernawati Chen, Kakanda Hotler Sitorus, Immanuel Bukit, Andri Simatupang, Riswan L.Gaol, Dedi S, Marthin S, BPC GMKI Medan M.B 2011-2013, PK GMKI FISIP USU M. B 2009-2010, PK GMKI FISIP USU M.B 2010-2011 saya ucapkan terima kasih atas kebersamaan, suka duka dan pahitnya dalam menghadapi kenyataan yang terjadi... ayo semangat buat kita semua semoga menjadi orang sukses kita ya....

11. Buat seluruh orang-orang yang berada dalam keluarga besar GMKI Cabang Medan dan GMKI Komisariat FISIP USU saya ucapkan terima kasih. Semoga kita bisa mewujudkan VISI dan MISI GMKI dimanapun dan kapanpun.


(7)

12. Buat keluarga besar IMIKS terkhusunya stambuk 2007 orang-orangnya udah pada kerja dimana saja. Sukses buat kita semua ya, jadi pas kita jumpa sekitar 10 tahun lagi bukan lagi cerita makan gak makan tapi udah cerita udah berapa orang yang telah kita beri makan.

13. Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapin terima kasih dan sukses buat kalian semua.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya agar penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terima Kasih

Medan, November 2013 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Strategi Adaptasi ... 8

2.2 Sebab-sebab Kemiskinan ... 12

2.3 Pemutusan Hubungan Kerja ... 15

2.3.1 Hak-Hak Tenaga Kerja ... 16

2.3.2 Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja ... 17


(9)

2.5 Keluarga ... 19

2.5.1 Pengertian Keluarga ... 19

2.5.2 Ciri-Ciri Keluarga ... 20

2.5.3 Fungsi-Fungsi dan Pokok Keluarga ... 22

2.6 Definis Konsep Kesejahteraan Sosial ... 23

2.7 Kerangka Pemikiran ... 28

2.8 Definisi Konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Tipe Penelitian ... 33

3.2 Lokasi Penelitian ... 33

3.3 Subjek Penelitian ... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5 Teknik Analisis Data ... 35

3.6 Penyajian Data ... 36

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 37

4.1 Keadaan Monografi ... 37

4.2 Keadaaan Demografis ... 38

4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 39

4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia ... 40

4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 41


(10)

4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian .... 44

4.3 Sarana dan Prasarana ... 45

4.3.1 Sarana ... 45

4.3.2 Sarana Kesehatan ... 46

4.3.3 Sarana Peribadatan ... 48

4.3.4 Sarana Pendidikan ... 49

4.3.5 Sarana Komunikasi ... 50

4.3.5 Prasarana Hiburan dan Rekreasi ... 50

4.4 Sistem Pemerintahan ... 50

BAB V ANALSISIS DATA ... 53

5.1 Kasus Informan I 5.1.1 Identitas Informan I ... 53

5.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Informan I ... 53

5.2 Kasus Informan II 5.2.1 Indentitas Informan II ... 63

5.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi Informan II ... 63

5.3 Kasus Informan III 5.3.1 Indentitas Informan III ... 73

5.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi Informan III ... 73


(11)

5.5 Kesimpulan Life Story I, II, III ... 85

BAB VI PENUTUP ... 88

6.1 Kesimpulan dan Saran ... 88

6.1 Kesimpulan ... 88

6.2 Saran ... 91 Daftar Pustaka


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 39

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Usia ... 40

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 41

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk ... 43

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 44

Tabel 6. Sarana Jalan ... 45

Tabel 7. Sarana kesehatan ... 47

Tabel 8. Sarana Peribadatan ... 48


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner (Angket)

2. Pengajuan dan Persetujuan Judul Skripsi

3. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian Skripsi

4. Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan Proposal Penelitian 5. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian/ Penulisan Skripsi

6. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan


(14)

ABSTRAK

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT KORBAN PHK DALAM MENGATASI SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI KELURAHAN

MABAR

KECAMATAN MEDAN DELI KOTA MEDAN

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 92 halaman, 9 tabel, 5 lampiran dan 15 kepustakaan)

Krisis ekonomi yang melanda dunia telah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi terpuruk, lapangan kerja semakin susah. Banyak perusahaan yang memutus hubungan kerja dengan karyawannya di kota Medan daerh yang paling banyak mengalami PHK adalah Kawasan Industri Medan (KIM). Para buruh pada umumnya tidak mempunyai pendidikan yang tinggi dan sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan mengakibatkan kondisi sosial ekonomi mereka sangat terpuruk karena sumber penghasilan tidak ada.

Penelitiam ini tidak menggunakan populasi tetapi menggunakan subjek penelitian karena data mengenai jumlah korban PHK di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli tidak tersedia. Jadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 3 keluarga dengan menggunakan teknik penarikan sampel secara snow ball. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskritif dengan istrumen penyaringan data yang digunakan adalah denga mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menggambarkan yang dikumpulkan secara life story dan kemudian dianalisis.

Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan pendapatan para korban PHK sangat kecil karena pekerjaan mereka bergaji sangat kecil sehingga mereka melakukan strategi adaptasi mencari pekerjaan sampingan. Kondisi pangan sebagian para korban PHK masih bisa dikatakan 4 sehat dan sebagian lagi hanya seadanya dan kurang memenuhi standart gizi. Keluarga korban PHK yang dapat mengkonsumsi makanan 4 sehat pada umumnya tidak bisa menabung. Status kepemilikan rumah bagi keluarga korban tua adalah hak milik tetapi bagi keluarga muda masih menyewa dengan kondisi fisik semi permanen. Apabila mengalami sakit pada umumnya mereka berobat pada Puskesmas atau membeli obat di warung lebih murah. Sedangkan anak dalam keluarga jarang yang melanjutkan ke perguruan tinggi, taman Sekolah Menengah Atas (SMA) biasanya mereka menjadi buruh karena pendapatan yang minim maka korban PHK memerlukan strategi untuk mempertahankan sosial ekonomi keluarga sehingga kondisi pangan mereka dapat tercukupi strateginya adalah mencari pekerjaan sampingan yang biasanya satu tulang punggung keluarga menjadi 2 atau dibantu oleh anak-anaknya, menjadi harian lepas, mengunting sandal, mengubah pola konsusmsi yang dulunya per sak sekarang per kilo.


(15)

ABSTRAC

ADAPTATION OF STRATEGIES COMMUNITIES OF LAYOFF VICTIMS IN ADDRESSING SOCIOECONOMICS FAMILY IN THE

VILLAGE MABAR DISTRICT OF MEDAN DELI

MEDAN CITY

(Mini thesis consist of 6 chapters, 92 pages, 9 tables, 5 attachments and 15 literature)

The economic crisis that hit the world economy has led Indonesia to become worse , more difficult jobs . Many companies that cut ties with the employees working in the area of Medan city the most experienced layoffs is Medan Industrial Area . The workers generally do not have higher education and making it difficult to get work resulted in their socio-economic conditions is very low because there is no source of income .

This study did not use population but uses research subjects because data on the number of retrenched workers in the Village District of Medan Deli Mabar not available . So the research subjects in this study were 3 families by using snowball sampling basis . The method used in this research is descriptive research method with a screening instrument of data used are premises to collect , manage , present and describe the life stories collected and then analyzed .

From the research that has been done , the authors can conclude revenue layoff victims is very small because they are paid very little work that they did find a second job adaptation strategies . Food conditions laid off most of the victims could still be said to be four healthy and sober and some are just not meet nutritional standards . Families of victims of layoffs to four healthy foods in general can not be saved . Home ownership status for the families of the victims parents are the property but for young families still renting the physical condition of semi- permanent . When experiencing pain in general they seek treatment at the health center or to buy drugs at cheaper stalls . While the children in the family rarely went to college , high school garden over their usually become laborers for the minimal income retrenched workers need a strategy to defend the socioeconomic condition of the family so that they can be provided food strategy is to find a second job that is usually a family backbone into two or assisted by his sons , became casual , sandals plumb , changing patterns formerly konsusmsi per kilo per sack now .


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat lebih dikenal dengan Krisis Global 2008 sangat berdampak terhadap perekonomian dunia. Akibat kiris tersebut adalah ditariknya bursa saham pada berbagai sektor investasi yang turut mempengaruhi rontoknya bursa saham dunia. Hal itu juga yang menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran hampir diseluruh belahan dunia untuk meminimalisir kerugian. Pemutusan hubungan kerja tentu dianggap salah satu strategi untuk menyeimbangkan kerugian yang disebabkan oleh krisis ekonomi tersebut dengan mengurangi biaya untuk tenaga kerja. Data Pemerintah Amerika Serikat yang dirilis pada bulan. Oktober 2008 menunjukan jumlah pekerja yang di-PHK di Amerika Serikat berjumlah 478 ribu orang. Pada perkembangan selanjutnya bulan desember Walstreet kembali mengumumkan jumlah PHK mencapai 152.000 orang. Hal itu merupakan jumlah PHK terbesar yang melebih estimasi yaitu 85.000 orang. (Modjo, 2008. Http://www.ahmadheryawan.com diakses tanggal 27 Desember 2011 pukul 20.00 WIB).

Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak krisis ekonomi global tersebut. Hal ini didukung juga dengan sistem perekonomian terbuka Indonesia saat ini. Banyaknya perusahaan-perusahaan asing yang berinvestasi dan berada di Indonesia tentu juga sangat terkena oleh dampak krisis ekonomi


(17)

sehingga tenaga-tenaga kerja diperusahaan asing tersebut mengalami PHK seiring dengan krisis ekonomi global. Bukan hanya tenaga kerja yang bekerja di perusahaan asing banyak mengalami pemutusan hubungan kerja tersebut para tenaga kerja nasional maupun lokal juga banyak yang mengalaminya. Hal ini disebabkan terganggunya sistem perekonomian indonesia yang menjadi dampak dari krisis perekonomian global tersebut. Selain itu juga untuk para tenaga Produk-produk andalan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan Eropa seperti tekstil, kopi, teh, menghadapi tantangan berat karena menurunnya permintaan yang sangat besar dari para pengusaha di Amerika serikat dan Eropa. Permasalahnnya adalah produk-produk tersebut di dalam negeri menyerap tenaga kerja yang sangat signifikan. Oleh karenanya, ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) bukan merupakan sebuah ancaman tetapi telah menjadi kenyataan.

Mereka yang diberhentikan pada sektor formal akan beralih profesi ke sektor informal yang mengakibatkan penurunan produktivitas dan menekan tingkat upah. Kondisi akan merusak pasar kerja yang sudah dibangun selama 5 tahun terakhir. Pada saat ini, sekitar dua pertiga dari pekerja bekerja di sektor informal pada umumnya minim perlindungan dan memiliki produktivitas rendah. Melemahnya permintaan akibat krisis global akan meningkatkan rasio pekerja informal. Penurunan pasar kerja juga akan menghambat distribusi pendapatan domestik. Angka ketimpangan yang diukur oleh koefisien gini sesungguhnya sudah memprihatinkan karena tertinggi selama hampir 30 tahun terakhir.


(18)

tetapi dengan sistem kontrak. Pakar ekonomi memperkirakan dan meramalkan bahwa pertumbuhan dunia akan berasal dari tiga negara besar Asia yang memiliki pasar yang cukup besar yakni Cina, India dan Indonesia. Pangsa pasar domestik Indonesia masih cukup besar jika dibandingkan dengan negara tetangga Indonesia masih jauh dari sempurna, masih membanjirnya produk impor baik yang legal maupun ilegal inilah yang membuat pasar menjadi tidak sempurna walaupun dalam data BPS bulan januari 2009, ekspor kita turun 9 % bukan berarti ini sinyal untuk menjadi sebuah negara proteksionis.

Indonesia tentu tidak ingin sikap proteksionis yang dilakukan diikuti negara lain dan tentu saja akhirnya akan merugikan Indonesia sendiri. Sedangkan di Sumatera utara sebanyak 30 perusahaan melakukan PHK terhadap 5.627 pekerja hingga akhir tahun lalu. Alasannya, selain kesalahan yang dibuat bekerja, larangan berserikat, juga akibat krisis ekonomi.

Data yang diperoleh dari Kelompok pelita Sejahtera (KPS) menunjukan, perusahaan yang melakukan PHK beralasan melakukan efisien, rata-rata perusahaan bergerak dibidang industri. Misalnya saja mebel dan perusahaan sarung tangan. Selain itu, dari catatan KPS, penyelesaian yang dilakukan selama ini tidak jelas. Di antaranya, 15 kasus yang terjadi tidak mendapatkan penyelesaian akhir. “seperti PT central Windu Sejati” yang melakukan PHK terhadap 2.000 pekerjanya. Perusahaan yang bergerak di sektor makanan itu menginginkan untuk mengubah status pekerja tetap menjadi status pekerja kontrak.


(19)

Data yang dihimpun Disnaker Kota Medan, periode Januari-Desember 2008, dari 256 perusahaan jumlah pekerja yang di-PHK mencapai 3.942 orang. Jumlah ini mengalami peningkatan karena pada periode yang sama pada, pada 2007 jumlah yang di-PHK mencapai 2.000-an orang. Sementara periode januari 2009, tercatat jumlah pekerja yang d PHK sebanyak 34 orang.

Data yang dipaparkan diatas hanya sebagaian saja karena masih banyak korban PHK yang belum terdata karena para korban PHK masih banyak yang tidak melaporkan diri mereka kepada Disnaker. Kota Medan merupakan kota yang terpadat ke-3 setelah DKI Jakarta dan Surabaya yang tentu saja mempunyai kawasan industri yang disebut Kawasan Industri Medan yang berada di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli. Kawasan industri yang paling banyak melakukan PHK karena dampak dari krisis Global yang paling banyak adalah disektor industri.

Masyarakat yang bekerja di Kawasan Industri Medan umumnya adalah buruh. Pendidikan parah buruh umumnya paling tinggi adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga ketika terjadi pemutusan hubungan kerja para buruh hanya akan mendapatkan pekerjaan yang sama bahkan lebih parah lagi mereka hanya menjadi buruh harian lepas dengan gaji yang sedikit dan resiko pekerjaan yang besar.

Kawasan Industri Medan awalnya adalah kawasan industri yang berkembang pesat dimana menyerap banyak tenaga kerja kondisi inilah yang menyebabkan orang dari desa bermigrasi dan melamar pekerjaan ke Kawasan


(20)

Industri Medan. Saat itu untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah mudah menyebabkan daerah pinggiran kawasan ini dihuni oleh banyak buruh salah satunya adalah Kelurahan Mabar yang wargannya kebanyakan adalah buruh. Kondisi ini membawa dampak positif bagi masyarakat Kelurahan Mabar dengan kehadiran buruh masyarakat dapat menambah pendapatan keluarga dengan membuka usaha kecil seperti warung kopi, kios, membuat kos-kosan atau rumah kontrakan.

Semenjak terjadi pemutusan hubungan kerja besar-besaran terhadap buruh yang bekerja di berbagai perusahaan sangat mempunyai dampak besar bagi kehidupan sosial ekonomi terhadap parah buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja. Dalam hal ini para buruh yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja tentu memiliki strategi atau lebih lengkap lagi strategi adaptasi dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi mereka. Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik untuk meniliti tentang strategi adapatasi para korban PHK dalam mempertahan sosial ekonomi mereka.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Bagaimana kondisi kehidupan sosial ekonomi keluarga korban PHK di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.

2. Bagaimana strategi adaptasi keluarga korban PHK dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari


(21)

1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana masyarakat korban PHK di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga dan strategi apa yang mereka lakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dalam rangka memperhatikan kondisi sosial ekonomi rumah tangga korban PHK di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi terkait dalam mengambil kebijakan dan perhatian terhadap masalah perburuhan bagi para pemerintah maupun pengusaha.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari :

BAB I :PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(22)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisa pembahasannya

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat dari hasil penelitian.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Adaptasi

Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan oleh para korban PHK dengan situasi krisis global dunia. Startegi adaptasi yaitu cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh korban PHK untuk mempertahankan sosial ekonomi keluarganya. Edi suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan bahwa definisi dari strategi bertahan hidup (coping straregi ) adalah kemampuan seorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, starategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan segenap aset yang dimilikinya bisa juga dinamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan ( Shock dan stress) (Suhartono, 2007. http://www.policy.hu diakses tanggal 4 desember 2011 pukul 20.35 WIB).

Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup (coping strategis) dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dapat dikelompokan dengan 3 cara yaitu:

a. Strategis Aktif yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga ( misalnya melakukan aktifitas sendiri, memperpanjang jam kerja,


(24)

memanfatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitarnya dan sebagainya)

b. Strategi Pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga ( misalnya pengeluaran sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya).

c. Strategi Jaringan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun secara formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang tetangga, mengutang diwarung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang renteinir atau bank dan sebagainya) (Suhartono, 2007. http://www.policy.hu diakses pada tanggal 4 desember 2011 pukul 20.35 WIB).

Sebagian besar peneliti mengenai coping strategis menggunakan keluarga atau rumah tangga sebagai unit analisis. Meskipun istilah keluarga dan tangga sering dipertukarkan, keduanya memiliki sedikit perbedaan. Keluarga menunjuk pada hubungan normatif antara orang-orang yang memiliki ikatan biologis, sedangkan rumah tangga umumnya memiliki kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara bersama-sama.

Konsep mata pencaharian (livelihood) sangat penting dalam memahami

coping strategis karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang dianggap sama dengan strategi mata pencaharian (livelihood strategis). Satu mata pencaharian meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai ataupun barang), lembaga-lembaga sosial, relas gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan. Seperti kasus kehidupan nelayan yang senantiasa tidak mendapat jaminan kehidupan yang layak dan nelayan senantiasa


(25)

tidak dapat dilepaskan dari jebakan kemiskinan. Sejak enam bulan terakhir, dari bulan februari hingga juli sekarang masyarakat nelayan dihadapkan pada musim paceklik yang tidak kunjung akhir. Untuk mengatasi masalah di musim paceklik ini, berbagai upaya telah dilakukan nelayan, contohnya adalah beberapa nelayan pangandaran menjual istri demi menyambung hidup keluarganya.

Musim paceklik adalah permasalahan klasik, dikarenakan musim paceklik akan senantiasa datang setiap tahun. Sampai saat ini nelayan tidak mendapatkan asuransi dan tabungan untuk jaminan keselematan atau masa depan keluarganya dalam menghadapi musim paceklik itu. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa mereka tetap bertahan menjadi nelayan meskipun terjebak dalam kubangan kemiskinan dan bagaimana caranya mereka keluar dari jebakan kemiskinan di musim paceklik.

Selain itu, kompleksnya permasalahan kemiskinan masyrakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya. Kondisi inilah yang mengakibatkan nelayan dijauhi oleh institusi-institusi perbankan dan perusahaan asuransi, seperti sulitnya masyarakat nelayan mendapatkan akses pinjaman modal, baik untuk modal kerja maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

Berbagai strategi adaptasi dilakukan masyarakat nelayan untuk bertahan hidup. Strategi adaptasi yang biasanya dilakukan adalah memobilisasi peran perempuan (kaum istri) dan anak-anaknya untuk mencari nafkah. Keterlibatan


(26)

perempuan dalam mencari nafkah untuk keluargadi wilayah pesisir atau desa-desa nelayan tidak terlepas dari sistem pembagian kerja secara seksual (the division of labour by sex) yang berlaku pada masyarakat setempat.

Kaum setempat biasanya terlibat penuh dalam kegiatan pranta-pranata sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian berdimensi kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial yang bisa mereka manfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Hadirnya pranata-pranata tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menghadapi kesulitan hidup yang dihadapinya. Strategi adaptasi diartikan sebagai pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial, politik, ekonomi dan ekologi, dimana penduduk miskin itu hidup. Sedangkan strategi adaptasi yang dilakukan para nelayan (kaum suami) adalah diversifikasi pekerjaan untuk memperoleh sumber penghasilan yang baru. Bahkan, strategi adaptasi tersebut diselingi dengan menjual barang-barang berharga yang ada dan berhutang. Namun, kedua strategi adaptasi inipun tidak mudah didapat karena berbagai faktor telah membatasi akses mereka.

Bagi masyarkat nelayan, jaringan sosial merupakan salah satu potensi budaya yang dapat dimanfaatkan secara kreatif untuk menyikapi tekanan ekonomi. Kendati pun demikian, harus diakui bahwa pemanfaatan fungsi jaringan sosial masih bersifat kariatif, bukan merupakan solusi sustansial untuk mengatasi berbagai kesulitan sosial-ekonomi rumah tangga nelayan secara mendasar. Hal ini dikarenakan, faktor-faktor penyebab kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau kemiskinan dikalangan masyarakat nelayan sangat kompleks (solihin,


(27)

2004. http://io.ppi-jepang.org diakses tanggal 6 Desember 2011 pukul 16:00 WIB)

2.2 Sebab – Sebab Kemiskinan

Masyarakat melalui berbagai lembaga juga tidak kalah dalam memberikan perhatian sehubungan dengan penanggulangan masalah kemiskinan. Terlebih pribadi dan keluarga yang secara langsung merasakan pahitnya kemiskinan itu, tentu memiliki agenda tertentu dalam upaya mengakhiri penderitaan sebagai akibat dari kemiskinan. Namun, masalah kemiskinan masih tetap eksis, bahkan dalam periode tertentu justru menunjukan peningkatan. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. (Siagian, 2012:2)

Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan mengatakan bahwa kategori miskin adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan sebesar Rp211.726 atau sekitar Rp7000 per hari. Jumlah ini meningkat dibandingkan kategori miskin tahun 2009 per Maret yang tercatat sebesar Rp200.26 per hari.Rusman mengatakan BPS mencatat orang miskin dari pengeluaran karena pada dasarnya perhitungan dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemenuhan terhadap kebutuhan dasar."Metode kami, kemiskinan diukur dengan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, kenapa? karena kalau tidak memenuhi misal nasi, maka dia akan mati," ujar Rusman di Kantor BPS, Kamis 1 Juli 2010


(28)

(http://bisnis.vivanews.com/news/read/161590-kriteria-orang-miskin-indonesia-versi-bps diakses pada hari Jumat, tanggal 06 januari 2012, pukul 21:00 WIB).

Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberakan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu :

1. Faktor Internal, yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi:

a. fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.

b. Intelektual, seperti : kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi.

c. Mental emosional atau temperamental, sperti : malas, mudah menyerah dan putus asa.

d. Spritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah, dan tidak disiplin. e. Sosial psikolgis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri,

depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan.

f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.

g. Asset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.


(29)

2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi:

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya lapangan kerja formal dan kurang terlindungnya usaha-usaha sektor informal.

d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro.

e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan sektor prioritas rill masyarakat banyak.

f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat.

g. Dampak sosial negatif dari penyesuaian struktural

h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material


(30)

2. 3 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Masalah yang terpenting atau yang sangat terpenting dalam masalah ketenagakerjaan adalah soal pemutusan hubungan kerja bagi tenaga kerja berarti kehilangan mata pencaharian yang berarti pula permulaan penganguran dengan segala akibatnya sehingga untuk menjamin kepastian dan ketentraman hidup kaum tenaga kerja seharunya tidak ada PHK.

Ada 4 Jenis pemutusan hubungan kerja, yaitu:

1. Pemutusan hubungan kerja demi hukum (Termination), yaitu putusnya hubungan kerja karena selesainya berakhirnya kontrak kerja.

2. Pemutusan hubungan kerja oleh Pengadilan (Dismissal), yaitu putusnya hubungan kerja tindakan indispliner, misalnya tenaga kerja melakukan kesalahan-kesalahan seperti pemabok, madat serta melakukan tindakan kejahatan.

3. Pemutusan hubungan kerja oleh Pekerja/Buruh (Redundancy), yaitu pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan dengan perkembangan teknologi.

4. Pemutusan hubungan kerja oleh Pengusaha(Retrenchemen)t, yaitu pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi, seperti resesi ekonomi, masalah pemasaran dan lain sebagainya, sehingga perusahaan tidak dapt/tidak mampu untuk memberikan upah kepada tenaga kerja/karyawan (Khakim, 2003:109)


(31)

Didalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan pengertian tenaga kerja adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja didalam maupun diluar hubungan kerja dengan alat reproduksi utamanya dalam proses produksi adalh tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran ciri khas hubungan kerja tersebut diatas ialah bekerja dibawah perintah orang lain dengan menerima upah.

2.3.1 Hak-Hak Tenaga Kerja

1. Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan

2. Tiap tenaga kerja berhak memilih atau pindah pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

3 Tiap tenaga kerja berhak atas pembinaan dan keahlian dan kejujuran untuk memperoleh serta menambah keahlian dan keterampilan kerja, sehingga potensi dan daya kerjanya dapat dikembangkan dalam rangka mempertinggi kecerdasan dan keterampilan kerja sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembinaan bangsa.

4. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan , pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.


(32)

5. Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja.

6. Tiap tenaga kerja berhak atas pembatasan waktu kerja, istarahat, cuti dan libur.

7. Tiap tenaga kerja berhak untuk mogok.

8. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan dari tindakan PHK. (Diananto,2012.http://www.slideshare.net/pukptdaido/8-hak-pekerja diakses pada tanggal 18 November 2013 pukul 22.35 WIB)

2.3.2 Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja

Menurut Undang – undang No. 13 Tahun 2003 BAB XII pasal 151 mengenai prosedur pemutusan hubungan kerja adalah sebagai berikut:

1. Pengusaha, pekerja/buruh, serikata pekerja/serikata buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.

2. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

3. Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari


(33)

lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial (http://pendidikan-diy.go.id/file/uu/uu_13_2003.pdf, yang diakses pada hari Jumat, tanggal 06 januari 2012, pukul 20:34 WIB).

2.4 Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan, pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat, sedangkan pada departemen sosial menunjuk pada kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesjahteraan yang ruang lingkupnya pekerjaan dan kesejahteraan sosial.

Sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan dalam konsep sosiologis manusia yang sering disebut makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Ekonomi secara etimolgi berasal dari bahasa yunani yakni oikos yang artinya rumah tangga dan nomos yang artinya mengatur. Ekonomi sering diartikan sebagai cara manusia memenuhi segala kebutuhan sehari-hari (Salim, 2002 :454)

Sementara dalam kamus besar bahasa Indonesia ekonomi adalah segala sesuatu tentang azas-azas produksi distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti perdagangan, keuangan, perindustrian jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan hidupnya sehari-hari (Salim, 2002:379)


(34)

Pengertian kondisi Sosial ekononomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingklat ekonomi sepertik pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

2.5 Keluarga

2.5.1 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga merupakan salah satu Group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan perempuan yang mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk murni merupakan satu kesatuan sosial yang berdiri dari suami, istri dan anak-anak (Ahmadi, 2000:239)

Secara Histority, keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Keluarga sebagai organisasi mempunyai perbedaan dengan organisasi-organisasi lainnya salah satu perbedaan yang cukup penting terlihat dari bentuk hubungan anggota-anggotanya yang lebih bersifat mendalam.


(35)

Ciri-ciri kelompok primer antara lain: 1. Mempunyai hubungan yang lebih intim 2. Kooperatif

3. Face to face

4. Masing-masing anggota memerlukan anggota lainnya sebagai tujuan bukannya alat untuk mencapai tujua.

Dengan demikian keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi yang bersifat hubungan interpersonal, dimana masing-masing anggota dalam keluarga mempunyai intensitas hubungan satu sama lain antara ayah dan ibu dan anak, maupun antara anak-anak. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenanan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak.

2.5.2 Ciri-Ciri Keluarga

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemiliharaan anak.

a. Ciri-ciri umum

Menurut Mac iver dan page, ciri-ciri umum keluarga antara lain: 1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2. Bentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara


(36)

3. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan 4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota

kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturuanan dan membesarkan anak

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimana pun tidak mungkin menjadi terpisah dari kelompok keluarga. b. Ciri-ciri khusus

1. Kebersamaan : keluarga merupakan salah bentuk yang hampir paling universal dari antara bentuk organisasi sosial lainnya.

2. Dasar –dasar emosional : hal ini didasarkan pada suatu komplesk dorongan-dorongan yang sangat mendalam dan ikatan kelompok yang erat tentang emosi-emosi sekunder, dari cinta romantik, rasa kasih sayang sampai pada kebanggan akan ras.

3. Pengaruh perkembangan : bahwa keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-pertama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, termasuk manusia. Pada khususnya membentuk karakter indvidu.

4. Ukuran yang terbatas : keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya dan merupakan skala yang paling kecil dari semua organisasi formal yang merupakan struktur sosial

5. Posisi inti dalam struktur sosial : keluarga merupakan inti dari organisasi-organisasi sosial lainnya kerap kali di dalam masyarakat yang sederhana


(37)

maupun didalam masyarkat yang lebih maju, struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan-satuan keluarga.

6. Tanggung jawab para anggota : keluarga memiliki tuntutan-tuntutannya dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi-kondisi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang mampu dilakukan oleh keluarga.

7. Aturan kemasyarakatan (aturan-aturan sosial) : aturan-aturan kemasyarakatan pada khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu dan aturan-aturan sah yang menentukan kondisi-kondisi masyarakatnya (Su’adah, 2005:22)

2.5.3 Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga

Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial, relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan.

Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain: a. Fungsi Biologik

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi ini merupakan dasr kelangsungan hidup masyarakat. Namun, fungsi ini juga mengalami perubahan karena keluarga sekarang cenderung pada jumlah anak yang sedikit.

b. Fungsi Afeksi

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta


(38)

kasih yang menjadi dasar perkawinan. Melalui hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan, dari cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai cinta kasih. Hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan anak. Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi sperti yang terdapat pada keluarga, suasana afeksi itu tidak terdapat dalam insititusi sosial lainnya.

c. Fungsi Sosialisai

Fungsi sosialisasi menunjukan peranan keluarga dalam kepribadian anak. Melalui interak sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap dan keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarkat dalam rangka perkembangan kepribadiannya (Su’adah, 2005:27)

2.6 Definisi Konsep Kesejahteraan Sosial

Pengertian dasar dari konsep sosial yang merupakan kata kunci dari konsep kesejahteraan sosial adalah hubungan antar manusia, maka konsep kesejahteraan sosial dapat dipandang dari empat sisi, yaitu:

1. Sebagai suatu sistem pelayanan sosial.

Elizabeth Wickenden (dalam Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010: 23) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai : “a system of laws, programs, benefits, and services which strengthen or assure


(39)

provision for meeting social needs recognized as basic for the welfare of the population and for the functioning of the social order”.

(suatu sistem perundang-undangan, kebijakan, program, pelayanan, dan bantuan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial yang dikenal sebagai kebutuhan dasar bagi kesejahteraan manusia dan bagi keberfungsiannya ketertiban sosial secara lebih baik). Setidaknya ada tiga hal yang dapat dipahami dari definisi tersebut, yaitu:

a. Konsep pelayanan sosial (bidang praktik pekerja sosial) mencakup aktivitas yang sangat luas, mulai dari perundang-undangan sosial sampai tindakan langsung pemberian bantuan.

b. Konsep kesejahteraan sosial berbeda dengan kesejahteraan. Terpenuhinya kebutuhan sosial (kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan) menjadi dasar bagi terciptanya kesejahteraan (sebagai keadaan yang baik dalam semua aspek kehidupan manusia).

c. Pada tingkat masyarakat, kesejahteraan sosial berarti terdapat ketertiban sosial (social order) yang lebih baik.

Friedlander (dalam Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010: 24) mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial adalah “Sistem yang terorganisasi dari usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan, serta mencapai relasi


(40)

mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka secara penuh, serta untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat. Berdasarkan kedua pengertian kesejahteraan sosial tersebut, maka tak salah dan tak heran jika semua orang ingin hidupnya sejahtera, dan bahkan salah satu tujuan penyelenggaraan negara adalah ingin menyejahterakan rakyatnya. 2. Sebagai suatu displin keilmuan

Sebagai suatu displin ilmu, kesejahteraan sosial tidak dapat (dan tidak mungkin) mengkaji semua aspek kehidupan manusia, melainkan harus menentukan dan membatasi kajian pada satu aspek kehidupan manusia. Sebutan konsep sosial dengan sendirinya telah membatasi sisi kajian Ilmu Kesejahteraan Sosial hanya terhadap aspek kehidupan sosial manusia dengan segala perangkat sistem sosial dan dinamikanya (Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010: 25).

Sebagai sebuah cabang disiplin ilmu, kesejahteraan sosial harus memiliki satu sudut kajian yang merupakan domain (wilayah) keilmuannya terhadap manusia sebagai objek kajiannya dalam perbandingan dengan cabang-cabang ilmu yang juga mengkaji dan melayani manusia seperti psikologi, kedokteran, ekonomi, dan hukum. 3. Sebagai suatu keadaan hidup

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai berikut “Kesejahteraan sosial adalah suatu


(41)

keadaan yang sejahtera, baik secara fisik, mental, maupun sosial; dan tidak hanya perbaikan-perbaikan dari penyakit-penyakit sosial tertentu saja” (Duwipa, 2010: 5).

Mengacu pada pengertian-pengertian tersebut maka kesejahteraan sosial dapat mengarah pada keadaan antar hubungan manusia yang baik, artinya yang kondusif bagi manusia untuk melakukan upaya guna memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Berdasarkan defenisi tersebut dapat dijelaskan beberapa hal, sebagai berikut :

a. Konsep baik dalam antarhubungan manusia diukur dari standar nilai-nilai sosial dan norma-norma yang melandasi tatanan kehidupan bermasyarakat dan perilaku warga masyarakat itu sendiri.

b. Konsep manusia ditujukan baik kepada individu-individu, maupun unit-unit sosial (kelompok, organisasi, maupun masyarakat itu sendiri).

c. Bersifat kondusif, artinya bahwa hubungan sosial tersebut berwujud dalam tatanan atau ketertiban sosial yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga masyarakat untuk berusaha mencapai kesejahteraan hidupnya.

d. Memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, artinya setiap warga masyarakat dimungkinkan untuk melakukan upaya dengan


(42)

kebutuhannya sendiri tanpa ketergantungan kepada pemberian dari manusia lain dan juga bukan berarti setiap warga masyarakat hidup sendiri-sendiri, melainkan hidup dalam keadaan saling membantu (saling mendukung) upaya warga masyarakat sesuai dengan posisi dan peran masing-masing di dalam masyarakat (Duwipa, 2010: 5). 1. Sebagai suatu tatanan atau ketertiban sosial

Pasal 1 UU Nomor 11 tahun 2009 tentang “Kesejahteraan Sosial” menegaskan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Beberapa hal dapat disimpulkan dari defenisi tersebut, antara lain : a. Kesejahteraan sosial dipandang sebagai suatu tatanan masyarakat. b. Tatanan masyarakat tersebut bersifat kondusif bagi setiap warga

negara untuk melakukan upaya memenuhi kebutuhan hidup mereka. c. Adanya interaksi yang tidak terpisahkan dan saling mendukung di

antara setiap individu warga masyarakat dengan masyarakatnya. d. Landasan nilai bagi tatanan masyarakat adalah nilai-nilai dasar

sosial budaya masyarakat itu sendiri (Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010: 25).

Wujud konsep kesejahteraan sosial adalah pengadaan dan penataan berbagai kebijakan sosial, perencanaan sosial, program-program, dan penyelenggaraan berbagai pelayanan sosial dalam rangka penataan masyarakat itu


(43)

sendiri yang bersifat saling mendukung dengan upaya warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

Guna mewujudkan konsep kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai program, antara lain adalah asuransi kesejahteraan sosial. Dengan memaparkan konsep-konsep yang ada, maka yang dimaksud dengan asuransi kesejahteraan sosial dalam penelitian ini adalah suatu sistem perlindungan sosial bagi para pekerja mandiri dan atau sektor informal dalam bentuk jaminan pengganti pendapatan keluarga, yang mengalami penurunan atau kehilangan pendapatan akibat sakit, kecelakaan, dan meninggal dunia.

2.7 Kerangka Pemikiran

Krisis ekonomi global yang melanda dunia sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, kris ekonomi telah menyebabkan kondisi kehidupan rumah tangga korban PHK sangat mengkhwatirkan. Buruh yang belum berkeluarga memilij untuk pulang kampung atau pindah kota untuk mencari pekerjaan lain sedangkan para buruh yang sudah berkeluarga memilih menetap karena untuk pindah mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di tengah pemutusan hubungan kerja rumah tangga buruh harus tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup misalnya sandang, pangan, uang sekolah anaknya, biaya sewa rumah dengan lapangan pekerjaan sangat sedikit dengan banyak persaingan.

Pemutusan hubungan kerja ini disebabkan oleh banyak perusahaan yang tidak sanggup bertahan terhadap krisis ekonomi global sehingga untuk menekan


(44)

biaya produksi perusahaan mengurangi kerugian dengan mengambil inisiatif yaitu mengurangi jumlah tenaga kerja.

Keluarga yang terkena PHK tidak boleh pasrah dalam menghadapi kondisi seperti ini harus ada suatu upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi permasalhan kehidupan dilakukan oleh rumah tangga untuk tetap dapat bertahan dalam menghadapi krisis global ini. Perlu adanya strategi adaptasi yang mengoptimalkan segala potensi yang dilakukan oleh rumah tangga korban PHK agar dapat mempertahankan sosial ekonomi keluarga. Maka untuk memperjelas bahasan ini peneliti menggambarkan kerangka pemikiran strategi adaptasi masyrakat korban PHK dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga sebagai berikut.


(45)

2.8 Gambar I

Bagan Kerangka Pemikiran

Krisis Ekonomi Global

Pemutusan Hubungan

Kerja

Kondisi Sosial Ekonomi

Korban PHK Buruk

Pendapatan, Perumahan, Pendidikan, Kesehatan, Pangan

1. Pengontrolan konsumsi keluarga

2. Produksi dan perdagangan skala kecil membuka warungan atau kedai sampah 3. Menanam tanaman yang bisa dikonsumsi di pekarangan rumah.

4. Migrasi ke desa atau ke kota lain

5. Penjualan asset produksi seperti tanah, binatang ternak untuk memperoleh tambahan uang

6. Menjadi buruh harian lepas untuk menambah uang tambahan 7. Mencari pekerja lain

Pemenuhan Kebutuhan

Pangan dan bukan Pangan


(46)

2.9 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Sugiyono, 2005:33). Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Untuk lebih mengetahui pengertian yang jelas mengenai konsep-konsep yang akan diteliti, maka peneliti memberikan batasan konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Strategi adaptasi diartikan sebagai suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau tujuan khusus. Strategi adaptasi disini adalah suatu cara atau teknik dari suatu gambaran tentang reaksi manusia dalam menanggapi suatu keadaan yang ditempuh oleh keluarga korban PHK dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

b. Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga adalah bapak,ibu dan anak-anaknya.

c. Rumah tangga adalah menunjuk pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu memilki hubungan darah.


(47)

d. PHK adalah kehilangan mata pencaharian bagi tenaga kerja dan berakhirnya kontrak/perjanjain kerja dengan pengusaha.

e. Kondisi sosial ekonomi keluarga sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga akan pendapatan, perumahan, pendidikan dan kesehatan pangan.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif adalah meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam lingkungan hidup kesehariannya (Idrus, 2009).

Desain penelitian kualitatif bersifat naturalistik (wajar) karena peneliti tidak berusaha memanipulasi atau bahkan mensimulasi suasana penelitian. Hal yang dikaji adalah situasi nyata sebagaimana terjadi secara wajar. Peneliti berusaha sedapat-dapatnya tidak mengusik ataupun mengontrol. Ia bersifat terbuka terhadap apa saja yang muncul. Tidak ada kendala-kendala yang telah ditentukan dari awal terhadap hasil yang diharapkan (Suyanto, 2005).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena Kelurahan Mabar berada di Kawasan Industri Medan, kawasan industri sangat rentan dengan PHK. Hal ini yang menyebabkan peneliti tertarik melakukan penelitian di Kelurahan Mabar. Peneliti ingin mengetahui kondisi sosial ekonomi rumah tangga korban PHK dan bagaimana strategi adaptasi rumah tangga korban PHK dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga.


(49)

3.3 Subjek Penelitian

Pada penelitian ini yang perlu dijelaskan bukan “Populasi dan Sampel” melainkan “Subjek Penelitiannya” istilah subjek penelitian menunjuk pada orang, individu atau kelompok yang disajikan unit atau satuan (kasus) yang diselidiki yang menjadi informan utama adalah informan itu sendiri yang merupakan sumber keterangan penting.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam penentuan informan adalah menggunakan teknik bola salju atau SnowBall. Teknik pengambilan sampel dengan bantuan Key-informan, dan dari informan inilah akan berkembang sesuai dengan petunjuknya. Penelitian ini meningkatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajari sebagai suatu kasus.

Sumber data tidak dipersoalkan dari sudut populasi dan sampel yang berarti juga tidak mempersoalkan sifat repesentatif. Bahkan tidak perlu menghiraukan beberapa ukuran/jumlah yang tidak diperlukan, untuk itu semua pihak yang dinilai dapat memberikan informasi dapat disajikan sebagai sumber data. Berdasarkan uraian di ataas dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 keluarga sebagai informan dengan tambahan sumber data dari Kantor Lurah, Kepala Lingkungan, Tokoh agama, Tokoh adat dan juga korban PHK lainnya.


(50)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga macam pengumpulan data secara Kualitatif

Pertama adalah wawancara mendalam dan terbuka. Data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuannya.

Kedua adalah observasi langsung. Data yang didapat dari observasi langsung terdiri dari pemberian rinci tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang, serta juga keseluruhan kemungkinan interaksi interpersonal, dan proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati.

Ketiga adalah penelaahan terhadap dokumen tertulis. Data yang diperoleh dari metode ini berupa cuplikan, kutipan atau penggalan dari catatan-catatan organisasi, klinis atau program; memorandum-memorandum dan korespodensi; terbitan dan laporan resmi; buku harian pribadi; dan jawaban tertulis yang terbuka terhadap kuesioner dan survei (Suyanto, dkk, 2005).

3.5 Analisis Data

Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan pendekatan kualititatif model interaktif, yang terdiri dari tiga hal utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis (idrus, 2009).


(51)

3.6 Penyajian Data

Prinsip dasar penyajian data adalah membagi pemahaman kita tentang sesuatu hal pada orang lain. Oleh karena ada data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tidak dalam bentuk angka, penyajian biasanya berbentuk uraian kata-kata dan tidak berupa tabel-tabel dengan ukuran –ukuran statistik. Seringkali disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan langsung dari kata-kata wawancara sendiri. Selain itu hasil penelitian kualitatif juga dapat disajikan dalam bentuk life history, yaitu deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri (suyanto dkk, 2005)


(52)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Monografi

Kelurahan Mabar berada di Kecamatan Medan Deli dan merupakan salah satu satu kecamatan yang berada di Kota Medan. Kantor Lurah Kelurahan Mabar ke kantor Camat Medan Deli memiliki jarak 400 meter dan ke kantor Walikota memili ki jarak 10 KM. Kelurahan Mabar memiliki luas areal 365 Ha, yang mana di dalam Kelurahan Mabar memiliki 19 Lingkungan dan 35 RT serta 19 RW. Kelurahan Mabar merupakan salah satu Kelurahan yang berada dalam Kawasan Industri Medan, sehingga kondisi udara di Kelurahan Mabar tersebut sangat tercemar dan memiliki aroma yang tidak sedap. Hal ini disebabkan oleh limbah yang dikeluarkan dari produktivitas pabrik yang berada dalam lingkungan Kelurahan Mabar.

Kelurahana Mabar mempunyai batas-batas wilayah yaitu :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kota Bangun, Kelurahan Titi Papan dan Perkebunan PTP _ XI Saentis.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tg. Mulia dan Kelurahan Tg. Mulia Hilir


(53)

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mabar Hilir.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tg. Mulia dan Desa Manunggal.

4.2 Keadaan Demografis

Kelurahan Mabar mempunyai jumlah penduduk sebanyak 38889 jiwa yang terdiri dari 9596 Kepala Keluarga (KK). Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan adanya penduduk perantau yang datang ke daerah ini. Penduduk kelurahan ini terdiri dari berbagai suku daerah yang menempati daerah tersebut namun yang menjadi penduduk mayoritas dalam Kelurahan Mabar adalah suku Melayu yang merupakan penduduk asli daerah tersebut. Selain itu juga terdapat juga penduduk dari suku Jawa, Mandailing, Padang, Aceh, Batak dan Cina.


(54)

4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 2

Laki-laki Perempuan

19941 18948

51,27 48,73

Jumlah 38889 100

Sumber : Kantor Kelurahan Mabar ; 2013

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat adanya perbedaan jumlah penduduk Laki-laki yang lebih banyak sekitar 2.9 % bila dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.


(55)

4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia

Penduduk Kelurahan Mabar terdiri dari berbagai kelompok usia yang dapat di gambarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT USIA

No Golongan Usia Jumlah Persentase 1

2 3 4 5

0 – 5 tahun 6 – 15 tahun 16 – 25 tahun 26 – 55 tahun 56 – ke atas

7995 9897 10769 5852 4376 20,57 25,45 27,69 15,04 11,25

Jumlah 38889 100

Sumber: Kantor Kelurahan Mabar ; 2013

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur penduduk di Kelurahan Mabar menunjukan bahwa penduduk di daerah ini didominasi oleh penduduk yang berusia 16-25 tahun yaitu sekitar 27,69 % serta diikuti oleh Golongan usia 6 -15 tahun yaitu sekitar 25,45 %. Golongan usia 56 – ke atas memilik persentase yang sangat kecil yaitu 11, 25 %. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tingkat kelahiran di daerah ini jumlahnya relative rendah. Hal ini


(56)

disebabkan kesadaran penduduk dan tekanan ekonomi yang terjadi sehingga muncul kesadaran mengikuti gerakan Keluarga Berencana semakin meningkat, dengan demikian tingkat kelahiran penduduk dapat ditekan jumlahnya sehingga pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan. Ini dapat dilihat dari rata-rata jumlah anggota keluarga di kelurahan ini adalah 4,01 jiwa per rumah tangga.

4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Menurut kriteria agama di daerah ini menganut berbagai macam agama yang dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 3

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA

No Agama Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 Islam Protestan Katholik Budha Hindu 29165 5869 1693 437 1725 74,99 15,09 4,35 4,43 1,12

Jumlah 38889 100


(57)

Menurut kriteria agama yang dianut, pada umumnya penduduk Kelurahan Mabar mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak 74,99 % dan sebahagian penduduk beragama Kristen 15,09 %, agama Budha 4,43 % dan lain-lainnya sebanyak 5,47 %. Penduduk yang beragama Budha dan Hindu biasanya berasal dari Warga Nasional Indonesia Keturunan seperti keturunan dari entnis Tionghoa dan India.

Tingkat toleransi beragama didaerah ini sangat tinggi itu terbukti dengan tidak pernah ada konflik antar agama yang terjadi di daerah ini yang memancing perilaku anarkis. Masing-masing pemeluk agam melaksanakan ibadah serta perayaan-perayaan hari besar keagamaanya sesuai ajaran di rumah ibadah masing-masing.


(58)

4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk

Untuk melihat komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Mabar dapat dilihat dari tabel berikut ini

Tabel 4

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK

No Pendidikan Jumlah Persentase 1

2 3 4

SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Perguruan Tinggi

9247 10792

6456 349

34,45 40,20 24,05 1,30

Jumlah 26844 100

Sumber: Kantor Kelurahan Mabar ; 2013

Berdasarkan Tabel 4 tersebut pendidikan di daerah Kelurahan Mabar tidak mempunyai peningkatan jumlah yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Peningkatan hanya terjadi dari jenjang pendidikan SD/Sederajat ke jenjang pendidikan SLTP/Sederajat selanjutnya yang terjadi adalah penurunan jumlah yang cukup signifikan dari jenjang pendidikan SLTP/Sederajat ke jenjang SLTA/Sederajat dan jenjang Perguruan Tinggi. Hal ini mungkin disebakan karena


(59)

kondisi perekonomian masyarakat menengah kebawah sehingga tidak mampu menyekolahkan anaknya.

4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN No Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8 Buruh Pedagang Pegawai Negri Sipil

TNI/POLRI Pengusaha Pengrajin Petani Nelayan 15940 2189 958 317 97 401 32 9 79,92 10,97 4,80 1,58 0,48 2,01 0,16 0,04

Jumlah 19943 100


(60)

Berdasarkan mata pencaharian penduduk Kelurahan Mabar pada umumnya masyarkatnya sebagai buruh dengan jumlah 15940 jiwa dari jumlah yang bekerja sebanyak 19943. Hal ini dikarenakan Keluruhan Mabar berada dalam lingkungan Kawasan Industri Medan sehingga mayoritas penduduknya yang tinggal dalam Kelurahan Mabar adalah sebagai buruh.

4.3 Sarana dan Prasarana

4.3.1 Sarana

Tabel 6 SARANA JALAN

No Kelas Jalan Kondisi

1 2 3

Jalan Kampung Gang

Jalan Jembatan Kelurahan

Kurang Baik Baik Kurang Baik

Jumlah -

Sumber: Kantor Kelurahan Mabar; 2013

Kondisi jalan di Kelurahan Mabar sebagian besar sudah diaspal namun ada masih ada sebagian kecil jalan tersebut yang kondisinya memperhatikan, hal ini disebabkan jalan Kelurahan dipergunakan untuk jalur kendaraan perusahaan dalam mengangkut hasil dari pabrik yang ada di Kelurahan Mabar.


(61)

4.3.2 Sarana Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan hasil yang penting bagi manusia karena dalam keadaan sehatlah manusia akan dapat melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Namun untuk mencapai keadaan yang baik harus didukung oleh sarana kesehatan yang memadai pula. Sarana kesehatan di Kelurahan Mabar belum memenuhi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kelurahan ini. Kelurahan ini juga mempunyai masyarakat yang rentan terkena resiko keselamatan kerja ini disebabkan karena kebanyakan penduduknya bekerja sebagai buruh di pabrik menggunakan alat berat dan resiko pencemaran limbah pabrik, misalnya udara dan bahan kimia. Adapun saran kesehatan dapar dilihat pada tabel berikut ini.


(62)

Tabel 7

SARANA KESEHATAN

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7

Rumah Sakit Umum Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Dokter Praktek Posyandu Toko Obat Apotek

- 1 8 3 19

3 2

Jumlah 36


(63)

4.3.3 Sarana Peribadatan

Di Kelurahan Mabar terdapat sarana peribadatan hanya untuk beberapa agama saja. Masih ada agama yang tidak memiliki sarana peribadatan untuk melaksanakan ibadah sehingga untuk melaksanakan ibadah masyarakat harus pergi ke Kelurahan terdekat yang menyediakan tempat peribadatan bagi masyarakat yang tidak tersedia tempat peribadatan di Kelurahan Mabar karena disanalah terdapat tempat peribadatan masyarakat tersedia. Adapun sarana peribadatan yang tersedia di Kelurahan Mabar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8

SARANA PERIBADATAN

No Sarana Peribadatan Jumlah 1

2 3 4 5

Mesjid Mussollah Gereja Vihara Pura

5 19

1 - -

Jumlah 25


(64)

4.3.4 Sarana Pendidikan

Di Kelurahan Mabar terdapat sarana pendidikan untuk menampung penduduk yang ingin mengikuti pendidikan formal dan non formal, pemerintah dan pihak swasta membangun sarana pendidikan di Kelurahan Mabar. Sarana pendidikan yang tersedia di Kelurahan ini adalah.

Tabel 9

SARANA PENDIDIKAN

No Sarana Pendidikan Jumlah (unit) 1

2 3 4 5 6

PAUD

Taman Kanak-kanak Tempat Penitipan Anak SD/Sederajat

SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat

5 4 2 9 6 2

Jumlah 28


(65)

Di samping pendidikan formal seperti yang disebutkan di atas terdapat juga tempat-tempat kursus atau latihan yang bersifat non formal seperti kursus menjahit dan mengetik.

4.3.5 Sarana Komunikasi

Dengan adanya sarana listrik sangat menunjang adanya kepemilikan alat komunikasi seperti radio, televisi dan telepon. Sebagian besar penduduk Kelurahan Mabar umumnya sudah mempunyai pesawat televisi, dalam penggunaan komunikasi kebanyakan penduduk telah menggunakan handphone. 4.3.6 Prasarana Hiburan dan Rekreasi

Di kelurahan Mabar tidak terdapat sarana dan prasana hiburan yang mampu menghilangkan kebosanan dan kepenatan masyarakat untuk mencari suasana baru seperti ke bioskop, diskotek dan karaoke.

4.4 Sistem Pemerintahan

Di setiap Kelurahan sistem pemerintahan dijalankan oleh seorang Lurah. Lurah sebagai kepala wilayah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan guna memberikan pelayanan kepada warga masyarkat. Untuk mempelancar pelaksanaan tugas-tugasnya maka Lurah dibantu oleh beberapa staf kelurahan yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil termasuk Lurah sendiri. Di kantor Kelurahan Mabar terdapat 7 orang pegawai negeri sipil yang bertugas lima hari setiap minggunya guna memberikan pelayanan kepada masyarakat.


(66)

Ketika penulis melakukan pengambilan data ke kantor Lurah penulis melihat bahwa para pegawai kantor umumnya hadir semua ini disebabkan karena banyak pekerjaan yang harus mereka kerjakan, banyak buruh yang mengurus surat pindah atau KTP maupun ijin untuk urusan PBB dan kesehatan. Kantor Kelurahan mabar biasanya dibuka di atas pukul 08.30 Wib dan ditutup pukul 16.00 Wib sedangkan jam istirahat makan siang dimulai pukul 13.00-14.00. para pegawai kelurahan berdomisili tidak jauh dari kantor kelurahan.

Lurah dari Kelurahan Mabar itu sendiri adalah Amri S.Sos. Guna memperlancar jalannya pemerintahan maka didalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintah maka dilakukan pembagian ke dalam berbagai seksi. Seksi tersebut dimaksudkan untuk membagi tugas-tugas yang tujuannya supaya dalam pelaksanaannya lebih mudah untuk dikoordinasikan dan diawasi.

Kegiatan yang paling menonjol di kantor kelurahan ini adalah pengurusan KTP oleh warga yang mana dalam setiap pengurusan KTP warga dikenakan biaya administarsi. Menurut Sekeretaris Lurah hal ini disebabkan untuk melakukanpenertiban administrasi kependudukan di Kleurhan Mabar.

Tujuan dari pendataan tersebut guna membedakan status kependudukan antara warga dan penduduk di Kelurahan Mabar. Warga yang dimaksud adalah masyarakat Kelurahan Mabar yang tinggal di wilayah tersebut namun tidak dilengkapi dengan administrasi kependudukan seperti kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk


(67)

Sementara itu penduduk yang dimaksud adalah masyarakat yang sudah melengkapi admintrasi kependudukan di kantor Kelurahan Mabar. Pendataan tersebut dilakukan melalui kepala lingkungan, hal ini dilaksanakan karena banyaknya pendatang yang tinggal do Kelurahan Mbar tidak melengkapi admintrasinya sebagai penduduk.

Lurah juga dibantu oleh unsur-unsur dari masyarkat yang tergabung dalam kelompok jabatan fungsional seperti, LMD, PKK dan Dewan kelurahana dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan di Kelurahan Mabar. Kelompok jabatan fungsional ini diisi oleh tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh sehingga dapat memobilisasi masyarakat dalam menggerakkan roda pembangunan.


(68)

BAB V

ANALISA DATA

KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI ADAPTASI RUMAH TANGGA KORBAN PHK

KASUS INFORMAN I

5.1 Identitas Informan I

Nama : Jarmin

Jenis Kelamin : Laki – laki

Usia : 48 Tahun

Pendidikan Trakhir : Tidak tamat SD

Alamat Rumah : Jl. Rumah potong hewan Gg Abadi Kel Mabar Kec Medan Deli

Agama : Islam

Suku : Jawa

Jumlah Angota keluarga : 5 Orang beserta 1 Orang tua

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Informan I

Pertemuan dengan informan diawali pada bulan April 2013. Pada waktu itu penulis sedang melihat kondisi Kelurahan Mabar, sekitar 30 menit penulis


(69)

keliling di daerah kelurahan Mabar. Setelah selesai keliling Kelurahan tersebut Penulis mampir ke warung kopi dan gorengan yang mana warung tersebut di depannya terdapat pabrik tahu. Penulis mencoba berkenalan dengan pemilik warung tersebut, pemilik warung tersebut memberikan respon baik dengan memperkenalkan dirinya kepada penulis. Pemilik warung tersebut bernama ibu Ernawati biasa masyarakat disana memanggilnya mbak wati. Ibu wati mencoba membuka percakapan dengan penulis:

“ ...adek dari mana?”,

penulis menjelaskan kepada ibu Wati tentang tugas yang sedang dikerjakan yaitu melaksanakan penelitian untuk data skripsi penulis mengenai buruh korban PHK Ibu Wati berkata:

“enak lah ya dek! kalian mahasiswa nanti udah tamat bisa mendapat pekerjaan yang enak”.

penulis pun hanya menanggapi dengan senyuman dan mengaminkan kata-kata Ibu Wati.

“Tidak seperti anak saya ga bisa kuliah karena ga ada duit”, kata Ibu Wati.

Kemudian pertemuan penulis dilanjutkan di bulan Juli 2013, pada saat itu penulis sengaja berkunjung ke rumah Ibu Wati untuk menanyakan bagaimana dampak krisis ekonomi, apakah perusahaan– perusahaan di Kawasan Industri Medan banyak yang melakukan PHK? Ibu Wati pun menjawab:


(70)

“ wah disini banyak sekali yang di PHK, dulu asal sore sudah banyak anak gadis di warung ibu yang membeli gorengan tetapi sekarang mereka sudah banyak yang di PHK dan pulang kampung, dulu kos-kosan disini penuh semua tapi semenjak PHK sekarang sudah sepi dan suami saya juga korban PHK”

Penulis pun meminta kesediaan Ibu Wati agar keluarganya bisa dijadikan sebagai informan dalam memperoleh informasi tentang kondisi kehidupan sosial ekonomi Ibu Wati, kemudian ia bertanya.

“memang ini untuk apa?”

Penulis menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan dan membutuhkan rumah tangga korban PHK, karena penulis ingin menulis skripsi tentang strategi adaptasi rumah tangga korban PHK dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga.

Raut wajah Ibu Wati menandakan bahwa ia mengerti tentang apa yang sedang dikerjakan penulis, ia menuturkan bahwa suaminya di siang hari biasanya jarang berada dirumah karena suaminya bekerja. Hal ini disebabkan karena pekerjaan suaminya yang tidak menetap, jika ada proyek maka ia bekerja. Penulis meminta Ibu Wati yang akan diwawancarai sebagai informan karena Ibu Watilah yang lebih tahu tentang keadaan keuangan keluarga tersebut.

Dalam melakukan wawancara penulis melakukan wawancara tidak berstruktur untuk mendapatkan data yang lebih lengkap, kemudian Ibu Wati mengatakan:


(71)

“wah disini banyak kali yang di PHK dek! abang ipar saya juga di PHK”.

Ibu Wati pun menunjukkan beberapa rumah tetangganya yang jadi korban PHK. Saya semakin tertarik menanyakan keadaan para tetangganya yang jadi korban PHK karena dari pengamatan penulis Ibu Wati termasuk orang yang disenangi di lingkungannya. Hal ini terbukti ketika berlangsungnya wawancara dengan informan, banyak tetangganya yang berkumpul di warungnya. Seorang tukang angkot yang mendengar pembicaraan kami berkata:

” sebelum ada PHK di sini dek, anak gadis disini banyak kali. Enaklah buka pintu belakang dan buka pintu depan selalu ada anak gadis”

hal ini menandakan bahwa di Kota Mabar sebelum terjadi PHK banyak buruh yang kost di lingkungan I sehingga dapat menambah pendapatan warga setempat, mereka juga dapat membuka usaha kecil seperti warung kopi, jualan gorengan dan sebagainya. Tetapi terjadinya PHK semuanya berubah banyak kos- kosan yang ditinggalkan penghuninya, warung yang biasanya dipenuhi pembeli sekarang sudah sepi.

Keesokan harinya pertemuan dengan informan terasa berbeda karena informan menawarkan makanan kepada penulis, dari makanan yang ditawarkan oleh informan penulis menyadari makanan yang ditawarkan bisa dikatakan makanan mahal, pada saat itu lauknya adalah ayam rendang. Informan menuturkan biasanya keluarga mereka mengkonsumsi daging 2 kali seminggu


(72)

selainnya ikan basah, ikan gembung. Ternyata setelah dan sesudah PHK tidak ada perbedaan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga informan.

Seminggu kemudian penulis berkunjung kerumah informan dengan tujuan observasi, saat itu anak bungsunya sedang makan siang. Menu makanannya adalah ikan gembung gulai dengan sayur wortel dicampur dengan kentang, cukup lezat ini menandakan bahwa keluarga ini tidak melakukan pengontrolan konsumsi keluarga.

Proses pendekatan penulis dengan informan tidak sulit karena sifat informan yang terbuka. Akhirnya penulis dapat bertemu dengan suami informan yaitu Pak Jarmin sekilas dilihat Pak Jarmin orangnya seram tetapi ketika informan memperkenalkan diri kepada penulis Pak Jarmin adalah orang yang baik walaupun ngomongnya agak ketus. Wawancara ini dilakukan pada bulan Agustus 2013, proses wawancara terjadi selama 3 jam. Ini adalah pertemuan pertama penulis dengan suami informan, setelah itu beberapa kali penulis bertemu dengan suami informan. Sering juga penulis membantu informan dalam membuat gorengan seperti memotong pisang dan mencampurnya kedalam tepung. Penulis masih sering berkunjung kerumah informan walaupun hanya untuk menikmati secangkir teh manis dingin, es dewer dan goreng pisang panas buatan informan. Obeservasi yang penulis lakukan terhadap keluarga informan, dapat dikatakan keluarga ini adalah keluarga yang harmonis mereka dikarunia 5 orang anak. Anak pertama bernama Rijal Fahlepi yang berumur 21 Tahun, anak kedua bernama Susi Hertati berumur 19 Tahun, sementara anak ketiga bernama Novita Sari berumur


(1)

PANDUAN WAWANCARA

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Alamat Rumah :

6. Agama :

7. Suku :

8. Jabatan :

9. Jumlah Anggota Keluarga :

A. Data Dasar

1. Sebelum anda di PHK, sudah berapa lama anda bekerja sebagai buruh di KIM?

2. Darimanakah dahulunya anda mengetahui adanya lowongan kerja di KIM?

3. Selain dari gaji pokok, apakah anda memperoleh berbagai tunjangan di tempat sebelumnya anda bekerja? Apabila ada apa saja?

4. Apakah perusahaan sebelum anda di PHK memberikan fasilitas-fasilitas untuk anda? Apabila ada, coba sebutkan fasilitas-fasilitas tersebut. 5. Apakah fasilitas yang diberikan perusahaan sudah anda pergunakan?


(2)

7. Berapa jam dalam sehari anda bekerja?

8. Jenis pekerjaan apakah yang anda kerjakan sekarang?

B. Kehidupan Dasar Keluarga

1. Berapakah jumlah anggota keluarga anda?

2. Berapa jumlah yang bersekolah, bekerja, tidak sekolah/putus sekolah dan berapa yang menganggur?

3. Apakah ada saudara atau kerabat yang tinggal bersama-sama dengan anda?

4. Apakah saudara atau kerabat anda membayar biaya makan dan tempat tinggal kepada anda?

C. Kondisi Pendapatan

1. Berapa kira-kira pendapatan yang anda peroleh setiap bulannya sebelum dan sesudah anda di PHK?

2. Apakah pendapatan anda sekarang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga anda sehari-hari?

3. Apakah pendapatan sebelum anda di PHK telah mencukupi kebutuhan keluarga anda sehari-hari?

4. Apakah anda memiliki tabungan berupa barang atau deposito dan menyisihkan gaji untuk di tabung?


(3)

5. Apakah anda merupakan tulangpunggung dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga anda? Apakah ada orang lain? 6. Ditempat anda bekerja sekarang apakah anda mendapatkan bonus dari

pekerjaan?

D. Kondisi Perumahan

1. Apakah rumah yang anda tempati saat ini adalah milik perusahaan, milik anda atau anda menyewa?

2. Darimanakah asal sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga anda sehari-hari?

3. Ketika keluarga anda memasak, bahan bakar apakah yang digunakan? (kayu bakar, gas, minyak lampu, menggunakan listrik dan lain-lain). 4. Berapa kapasitas listrik yang biasanya anda gunakan?

5. Alat eloktronik apa sajakah yang anda punya?

E. Kondisi Kesehatan

1. Apakah keluarga anda menyediakan obat-obatan di rumah? 2. Bagaimana perawatan kesehatan yang keluarga anda lakukan?

3. Ketika salah satu anggota keluarga anda ada yang sakit, pengobatan seperti apakah yang anda lakukan, kerumah sakit atau menggunakan pengobatan tradisional?

4. Apakah yang dilakukan keluarga anda untuk menjaga kesehatan, apakah ada cara-cara khusus?


(4)

6. Ketika anda Flu apakah anda langsung berobat atau tidak?

7. Apakah keluarga anda menyisihkan uang tabungan untuk berjaga-jaga ketika suatu saat nanti ada yang sakit atau adakah uang yang disisihkan untuk kesehatan?

8. Apakah keluarga anda memiliki asuransi kesehatan atau asuransi jiwa dari sebuah perusahaan?

F. Kondisi Pendidikan

1. Apakah ada anak anda yang bersekolah di sekolah swasta maupun Negeri?

2. Apakah ada anak anda yang menunggak uang sekolah?

3. Bagaimana cara anda membayar uang sekolah anak anda, apakah dicicil?

4. Apakah anak anda naik angkot? Berapa biaya yang anda keluarkan? 5. Apakah ada pengurangan uang jajan untuk anak anda setelah anda di

PHK?

6. Bagaimana penggunaan alat tulis, buku tulis, buku pelajaran, apakah menggunakan buku bekas misalnya punya kakak yang telah di pakai atau misalnya buku tulis yang masih bisa di pakai lagi?

7. Apakah ada anak anda yang putus sekolah karena kekurangan biaya?

G. Kondisi Sosial


(5)

2. Apakah anda mengikuti/aktif menjalin hubungan dan bergaul dengan warga seperti mengikuti kegiatan bersama tetangga misalnya untuk arisan, pengajian, atau partangiangan?

3. Apakah anda pernah meminjam uang atau meminjamkan dari sesama tetangga?

4. Apakah anda pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah atau bantuan dari pihak lain? Apakah bantuan itu cukup untuk membantu keluarga anda?

H. Strategi Adaptasi Upaya Yang Dilakukan Keluarga Dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi.

1. Apakah Keluarga anda setelah PHK melakukan Pengontrolan konsumsi keluarga? Misalnya : Penggantian makanan yang dikonsumsi dengan yang lebih murah atau terjangkau misalnya mengganti ikan dengan telur.

2. Setelah PHK apakah anda menjual simpanan benda-benda berharga seperti emas, perabotan rumah tangga untuk memperoleh tambahan uang?

3. Apakah dalam menambah uang anda melakukan peminjaman kredit dari Bank, anggota keluarga, pedagang atau lintah darat?

4. Produksi dan perdagangan skala kecil membuka warung atau kedai sampah?


(6)

5. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain baik secara temporer maupun permanen?

6. Menjadi Buruh Harian Lepas untuk menambah uang tambahan?

7. Pemanfaatan bantuan pemerintah dimasa krisis misalnya Bantuan Langsung Tunai (BLT)