Program Keluarga Harapan (Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang )

(1)

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

(Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

080903021

QOMARIAH

DEPARTEMEN STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Qomariah

NIM : 080903021

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : PROGRAM KELUARGA HARAPAN

(Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang)

Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara

Dadang Darmawan, S.Sos, M.Si

NIP.197305112010121001 NIP.196401081991021001

Drs. M. Husni Thamrim Nst, M.Si

Dekan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, Msi


(3)

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat beriring salam tak lupa pula penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga yang senantiasa menjadi tauladan bagi umat manusia. Semoga kita selalu mendapat syafa’atnya di hari akhir kelak.

Adapun skripsi ini berjudul “PROGRAM KELUARGA HARAPAN (Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang)”. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dalam proses penilaian untuk menyelesaikan Program Pendidikan S1 pada Departemen Ilmu Administrasi Negara.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis. Penulis ucapkan banyak terima kasih atas limpahan cinta, kasih dan sayang, baik moril maupun materi yang telah diberikan kepada penulis. Kasih sayang Papa dan Mama berikan tidak akan bisa tergantikan oleh apapun dan tidak pernah tergerus oleh zaman. Dukungan dan nasehat dari Papa dan Mama yang membuat penulis selalu semangat untuk terus menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung, membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs.Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.


(4)

3. Ibu Dra.Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4. Bapak Dadang Darmawan, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Staf Pengajar di FISIP USU yang telah berjasa dalam memberikan ilmu, nasehat, serta arahan kepada penulis selama menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen Ilmu administrasi Negara yang telah banyak membantu segala urusan administratif sejak awal penulis memulai studi hingga saat ini.

7. Untuk keluargaku tercinta dan teristimewa Papa Emi, Mama Ita, Ummi Sima, Nenek Fiah, Abangku Doni Harianto, Mario Panser, Yuhendra dan kakak-kakakku tersayang Mbak Nur, Kak Manda, dan Kak Riche.Serta tanteku tersayang Suzy Erlina, Suzy Lawati, dan Azizah. Terima kasih buat semua cinta dan kasih sayang kalian, dukungan moral maupun materil serta doa yang tulus sehingga skripsi ini dapat selesai.

8. Buat sahabat seperjuanganku Annisa, Yuliani Estuasih alias Nurul, Kesuma, Febriana, dan Agustina Pulungan. Terima kasih berkat dukungan kalian aku jadi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Buat Kakak-kakakku tersayang dan teristimewa, Kak Inaeni Sholehah, Kak Dwi Karina, Kak Ivana Santoz, Kak Gemma, Kak Pida, Kak Kurnia, Kak Inon, terima kasih atas motivasi, dukungan, nasehat-nasehatnya yang membuat adek kakak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan semangat. 10.Buat Sahabat di Asrama Putri USU, Kak Yanti, K Ina, Azizah, Dita, Asih,


(5)

Nazua, Dina, Sandra, Isra, Ade, Vera, Oni, Epi, Rahmi, Dewi, Kak Siti, Kak Rahmi, terima kasih atas dukungan kalian semua.

11.Buat sahabat teristimewa Kak Fika, Ayu, Meity, Icha, Wiwid, Riza, Nisa, Sri, dan Rizka, terima kasih atas doa, dukungan dan motiva kalian semua sehingga ana dapat menyelesaikan skripsi ini dengan ikhlas dan semangat. 12.Untuk semua informan dalam penelitian ini, yang tidak bisa disebutkan

satu persatu, terima kasih banyak buat semua informasi yang sudah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari isi maupun teknik penyusunannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat di kemudian hari bagi penulis maupun bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, 27 Juli 2012 Penulis


(6)

ABSTRAKSI

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

(Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang)

Nama : Qomariah

NIM : 080903021

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Dadang Darmawan, S.Sos, M.Si

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu bagian dari kebijakan pemerintah untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pada kelompok masyarakat miskin. PKH memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga sangat miskin, dengan imbalannya rumah tangga sangat miskin diwajibakan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu pendidikan dan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi kepustakaan.Teknik pengumpulan data melalaui wawancara kepada tiga orang informan kunci, 20 orang informan utama dan studi kepustakaan.

Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara, observasi, dan studi kepustakaan menunjukkan bahwa secara umum Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang sudah berjalan dengan baik dan sesuai petunjuk pelaksanaan PKH.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAKSI ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar belakang ... 1

I.3 Rumusan Masalah ... 8

I.4 Tujuan Penelitian ... 8

I.5 Manfaat Penelitian... 8

I.6 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ... 10

II.1 Kebijakan Publik ... 10

II.2 Implementasi Kebijakan ... 12

II.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan…………...12

II.2.2 Model-Model Implementasi Kebijakan...13

II.3 Kemiskinan ... .18

II.4 MDGs dan Program Penanggulangan Kemiskinan ... 22

II.4.1 MDGs ... 22

II.4.2 Program Penanggulangan Kemiskinan………....24

II.5 Program Keluarga Harapan ... 26

II.5.1 Pengertian Program Keluarga Harapan...26

II.5.2 Tujuan Program Keluarga Harapan ... 27

II.5.3 Sasaran Penerima Program Keluarga harapanII. ... 28

II.5.4 Besar Bantuan Program Keluarga Harapan ... 30

II.5.5 Pengorganisasian……….... 31


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... ...34

III.1 Bentuk Penelitian ... 34

III.2 Lokasi Penelitian ... 35

III.3 Informan Penelitian...35

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36

III.5 Teknik analisa data ... 37

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 40

IV.1 Kecamatan Medan Selayang ... 40

IV.1.1 Letak dan Luas Wilayah Kecamatan Medan Selayang...40

IV.1.2 Dinamika Penduduk...41

IV.1.3 Sarana dan Prasarana………...45

IV.2 Kelurahan Padang Bulan Selayang II...49

IV.2.1 Batas Wilayah dan Luas Wilayah...49

IV.2.2 Organisasi Pemerintah Kelurahan...49

IV.2.3 Dinamika Penduduk...54

IV.2.3 Sarana dan Prasarana...57

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA...60

V.1 Standar dan Sasaran Kebijakan...60

V.2 Sumberdaya...71

V.3 Komunikasi dan Hubungan Antar Organisasi...72

V.4 Karakteristik Agen Pelaksana...73

V.5 Kondisi Sosial...75

BAB VI PENUTUP ... 77

VI.1 Kesimpulan ... 77

VI.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

4.1.2.1 Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km²

Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang...29

4.1.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang...41

4.1.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2009...43

4.1.2.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Selayang Menurut Agama...44

4.1.3.1 Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Selayang...45

4.1.3.2 Jumlah Sarana Ibadah Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang...46

4.1.3.3 Jumlah Sarana Olah Raga di Kecamatan Medan Selayang...47

4.1.4.1 Jenis Pelayanan di Kecamatan Medan Selayang...48

4.2.3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...54

4.2.3.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia...55

4.2.4.1 Sarana Pendidikan di Keluarahan Padang Bulan Selayang II...58

4.2.3.2 Sarana Ibadah Kelurahan Padang Bulan Selayang II...58


(10)

ABSTRAKSI

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

(Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang)

Nama : Qomariah

NIM : 080903021

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Dadang Darmawan, S.Sos, M.Si

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu bagian dari kebijakan pemerintah untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pada kelompok masyarakat miskin. PKH memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga sangat miskin, dengan imbalannya rumah tangga sangat miskin diwajibakan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu pendidikan dan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi kepustakaan.Teknik pengumpulan data melalaui wawancara kepada tiga orang informan kunci, 20 orang informan utama dan studi kepustakaan.

Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara, observasi, dan studi kepustakaan menunjukkan bahwa secara umum Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang sudah berjalan dengan baik dan sesuai petunjuk pelaksanaan PKH.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. Sejak zaman kemerdekaan bangsa Indonesia sudah dihadapkan dengan permasalahan ini dan sampai sekarang tetap menjadi masalah utama bangsa Indonesia. Masalah kemiskinan sangat kompleks dan bersifat multidimensional, karena berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan juga dapat menghambat pembangunan suatu negara. Oleh sebab itu kemiskinan merupakan masalah penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah negara.

Mengacu pada strategi penanggulangan kemiskinan, kemiskinan didefenisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan tidak hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi tetapi juga kegagalan dalam memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman, serta hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik. Kemiskinan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan,


(12)

pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, serta kondisi lingkungan. (http://www.scribd.com/doc/15440483/2/

Berbagai kebijakan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia pada akhirnya diarahkan kedalam bentuk peningkatan kesejahteraan dan pengurangan beban penduduk miskin, salah satunya yaitu melalui perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Kegiatan perlindungan sosial yang telah dilakukan yaitu Program Keluarga Harapan (PKH)

, diakses pada tanggal 4 Januari 2012)

Pelaksanaan program keluarga harapan di Indonesia dilandasai dengan Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, PERPRES No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Program Keluarga Keluarga Harapan atau Conditional Cash Transfers (CCT) mulai diperkenalkan dinegara-negara berpenghasilan menengah seperti Meksiko, Brazil, Turki, Chili, Kolombia, Ekuator, Jamaika, Honduras, Panama, dan Afrika Selatan. Program ini kemudian menyebar ke negara berpenghasilan rendah lainnya seperti Nikaragua, Burkina Faso, Leshoto, Kamboja, Pakistan, dan Bangladesh. Bahkan, CCT juga diadopsi di New York, Amerika sejak tahun 2007. Pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian terhadap program CCT. Pada tahun 2007, uji coba CCT yang diberi nama Program Keluarga Harapan diluncurkan. Program Keluarga Harapan di berbagai negara terbukti berhasil mengurangi kemiskinan dan meningkatkan akses peserta program terhadap


(13)

layanan dasar kesehatan dan pendidikan. Indonesia meluncurkan PKH dengan harapan mampu memecahkan masalah klasik yang sering dihadapai oleh rumah tangga miskin. PKH juga ditempatkan sebagai embrio pengembangan sistem perlindungan sosial lebih lanjut dan salah satu strategi memerangi kemiskinan. (http://www.scribd.com/doc/38742743/

Lahirnya Program Keluarga Harapan di Indonesia dilatar belakangi oleh keterbatasan keluarga sangat miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan. Kenyataan ini terlihat dari angka kematian bayi pada kelompok penduduk berpendapatan terendah pada tahun 2003 - 2007 adalah 56 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada kelompok berpendapatan tertinggi tinggal 26 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Angka kematian ibu di Indonesia juga tinggi, yaitu sekitar 228 wanita per 100 ribu kelahiran hidup atau tertinggi di Asia Tenggara (SDKI, 2007). Penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain adalah tidak adanya kehadiran tenaga medis pada kelahiran, fasilitas kesehatan yang tidak tersedia pada saat dibutuhkan tindakan, atau masih banyaknya rumah tangga miskin yang lebih memilih tenaga kesehatan tradisional daripada tenaga medis lainnya.

,diakses pada tanggal 14 November 2011)

Demikian juga dengan angka kematian balita pada kelompok penduduk berpendapatan terendah adalah 77% per 1000 kelahiran hidup, sementara pada kelompok penduduk berpendapatan tertinggi hanya 22 persen per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Pada tahun 2000-2005, terdapat kecenderungan bertambahnya kasus gizi kurang yang meningkat dari 24,5 persen pada tahun 2000 menjadi 29 persen pada tahun 2005. Sementara pada tahun 2007 terjadi


(14)

penurunan menjadi 18,4 persen (Riskesdas, 2007). Ketidakmampuan masyarakat miskin dalam membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi anggota keluarganya disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan, serta beban biaya pelayanan yang tidak terjangkau oleh Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).

Kenyataan lain yang juga melatarbelakangi peluncuran Program Keluarga Harapan yaitu keterbatasan masyarakat miskin untuk mengakses layanan pendidikan. Sebagian dari anak-anak keluarga sangat miskin ada yang sama sekali tidak dapat mengenyam bangku sekolah karena harus mencari nafkah. Selain itu, meskipun angka partisipasi sekolah dasar tinggi, masih banyak anak keluarga miskin yang putus sekolah atau tidak melanjutkan ke SMP/Mts.Kondisi ini membuat kualitas generasi penerus keluarga miskin senantiasa rendah dan akhirnya terperangkap dalam lingkaran kemiskinan. Alasan rumah tangga sangat miskin untuk tidak melanjutkan sekolah disebabkan oleh tidak adanya biaya, bekerja untuk mencari nafkah, merasa pendidikannya sudah cukup, dan alasan lainnya.

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai bersyarat kepada rumah tangga sangat miskin. Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan aspek kesehatan dan pendidikan. PKH akan memberi manfaat jangka pendek dan panjang. Untuk jangka pendek PKH akan memberikan income effect kepada RTSM melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga. Untuk jangka panjang memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi,


(15)

pendidikan dan kapasitas pendapatan anak dimasa depan (price effect) anak keluarga miskin, serta memberikan kepastian kepada si anak akan masa depannya (insurance effect). diakses pada tanggal 15 November 2011)

Program Keluarga Harapan (PKH) pada Provinsi Sumatera Utara mulai diberlakukan pada tahun 2008 yang meliputi tiga Kabupaten/Kota yakni Medan, Nias dan Tapanuli Tengah sebagai daerah percontohan dengan total 33 kecamatan. Sumatera Utara dijadikan salah satu daerah sasaran Program Keluarga Harapan mengingat jumlah penduduk miskin di daerah ini masih cukup banyak. Menurut data Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2007 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di daerah ini sebanyak 1.768.400 orang atau sebesar 13,9 persen terhadap jumlah penduduk seluruhnya.Kondisi kemiskinan ini menyebabkan banyak keluarga miskin yang tidak dapat mengakses pendidikan dan kesehatan secara layak. 2012).

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kota Medan diduga sarat penyimpangan dimana masih banyak rumah tangga sangat miskin yang belum mendapat bantuan dana tersebut. Berikut kutipan beritanya:

”Realisasi pelaksanaan bantuan Kementerian Sosial RI Jakarta lewat Program Keluarga Harapan (PKH) bagi warga miskin di Kota Medan dengan kategori Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) tidak objektif, dan tidak profesional, bahkan program ini disinyalir sarat penyimpangan. Pasalnya, dari 79,136 KK warga RTSM, hanya 18.906 KK yang mendapat bantuan PKH tersebut. Hal ini terungkap saat rapat dengar pendapat Komisi B DPRD Medan dengan Dinas Sosial Kota Medan dan tenaga pendamping PKH serta beberapa warga yang mengaku warga miskin namun belum mendapat bantuan di ruang komisi B gedung dewan...Kepada BPS diminta agar bekerja lebih profesional mendata


(16)

warga miskin dan tenaga pendamping PKH agar transparan melakukan pengawasan dan rutin melakukan sosialisasi. Sementara itu mewakili warga yang protes terkait penyaluran PKH ini yakni, Delvina Sitompul, mengaku penyaluran tidak transparan. Padahal, menurut Delvina hanya tergolong warga miskin tetapi tidak dapat bantuan, sementara banyak warga yang kaya namun mendapat bantuan tersebut. "Saya melihat pemberian bantuan ini tidak tepat sasaran”. Mewakili petugas pendamping PKH. Iras Mulyati kepada wartawan mengaku masalah bantuan PKH di Medan banyak persoalan. Faktanya masih banyak warga miskin di Medan belum dapat bantuan tersebut(yur/3). (http://bataviase.co.id/node/546509

Permasalahan lain yang juga terjadi dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kota Medan yaitu adanya pemotongan dana yang dilakukan oleh petugas PKH. Berikut kutipan beritanya:

, diakses pada tanggal 18 November 2011)”

Sebagian besar keluarga RTSM penerima PKH yang merupakan kaum ibu, mengeluhkan potongan yang dilakukan petugas mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu, seperti yang dikeluhkan salah seorang peserta PKH, Maria Rosbetty. “Hampir setiap pencairan dipotong. Pada bulan (September, red) ini dipotong Rp 150.000. Padahal anak saya selalu saya bawa ke Posyandu dan ada absensi dari Posyandu,” paparnya jengkel. Hal yang sama disampaikan peserta lainnya Ny.Simanungkalit dan Ny. Silalahi yang dipotong masing-masing sebanyak Rp 200.000,-. “Biasanya kami mendapatkan sebanyak Rp 550.000,- tetapi hari ini hanya Rp 350.000,“ujarnya.(15/9).

November 2011)

Melalui kutipan diatas dapat dilihat bahwa ada masalah dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kota Medan. Faktanya, pemberian bantuan tidak tepat sasaran serta adanya pemotongan dana yang dilakukan oleh petugas PKH dalam penyaluran bantuan tersebut.


(17)

Kelurahan Padang Bulan Selayang II adalah salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Selayang. Kelurahan ini merupakan Kelurahan terbanyak dalam penerimaan PKH. Dengan melihat adanya permasalahan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk megetahui tentang pelaksanaan Program Keluaraga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang, maka penulis mengambil judul tentang “Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang”

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang?”

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

I.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara subjektif, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk melatih, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis, dan metodelogi yang digunakan penulis dalam menyusun suatu wacana baru


(18)

dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi berbagai pihak yang terkait khususnya di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang dalam mengimplementasikan Program Keluarga Harapan.

3. Secara Akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara.

1.5. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini berisikan segala teori yang berhubungan dengan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknis analisis data. BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penelitian dilakukan.


(19)

Bab ini berisikan tentang penyajian data yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang dianalisis.

BAB VI PENUTUP

Dalam bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan.


(20)

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

II.1. Kebijakan Publik

Menurut H.Hugh Heglo dalam Abidin (2004:21) kebijakan adalah suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai suatu tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan Anderson dalam Abidin (2004:21) mendefenisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.

Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan (2003:1) berpendapat bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

Sedangkan menurut Woll (Tangkilisan, 2003:2) kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu:


(21)

1. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.

2. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

3. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Menurut James Anderson dalam Subarsono (2005:12-13) sebagai pakar publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut:

1. Formulasi masalah (problem formulation): Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah.

2. Formulasi Kebijakan (formulation): Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternative-alternative untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpatisipasi dalam formulasi kebijakan?

3. Penentuan Kebijakan (adoption): Bagaimana alternative ditetapkan? Persyaratan atau criteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan? 4. Implementasi (implementation): Siapa yang terlibat dalam implementasi


(22)

5. Evaluasi (evaluation): Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan?

II.2. Implementasi Kebijakan II.2.1. Pengertian Implementasi

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting didalam kebijakan publik. (Tangkilisan, 2003:17)

Menurut Riant Nugroho (2003:158) implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat tercapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Donald Van Meter dan Carl Van Horn (Winarno, 2002:102) menyatakan implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk


(23)

mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Sedangkan Patton dan Sawicky dalam (Tangkilisan, 2003:9) menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.

II.2.2. Model-Model Implementasi Kebijakan 1. Model Gogin

Untuk mengimplementasi kebijakan model Gogin dapat mengidentifikan variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada keseluruhan implementasi yakni : (1) Bentuk dan isi kebijakan termasuk juga kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, (2) Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang dapat mendukung implementasi secara efektif, dan (3) Pengaruh Lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecendrungan hubungan antara warga masyarakat termasuk pola komunikasinya (Tangkilisan, 2003:20).

2. Model Grindle

Grindle dalam Tangkilisan (2003:20) menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan kegiatan dan hasil-hasilnya, pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan antara lain:

1. Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi 2. Tipe-tipe manfaat


(24)

4. Letak pengambilan keputusan 5. Pelaksanaan program

6. Sumber daya yang dilibatkan

Selanjutnya adalah pengaruh lingkungan yang terdiri dari: 1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat 2. Karakteristik lembaga penguasa, dan

3. Kepatuhan dan daya tanggap 3. Model George Edward III

Menurut George C. Edward III dalam Subarsono (2005:90-92) implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:

1. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Tujuan dan sasaran kebijakan harus ditranmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran

2. Sumberdaya

Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial. Tanpa sumberdaya kebijakan hanya tinggal dikertas dan menjadi dokumen saja.


(25)

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. 4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standar operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak.

4. Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Menurut Meter dan Horn (Subarsono, 2005:99-100), ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.


(26)

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia (human recources) maupun sumberdaya non-manusia (non human recources).

3. Komunikasi/Hubungan antar Organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik Agen Pelaksana

Karakteristik agen pelaksana mencakup stuktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5. Kondisi Sosial, Politik, dan Ekonomi

Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal penting, yakni: (a) respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakn; (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan;


(27)

dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni prefensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Menurut Richard Marland dalam Dwijowijoto (2004: 179), pada prinsipnya ada empat “tepat” yang perlu dipenuhi dalam hal pencapaian keefektifan implementasi kebijakan.

1. Kebijakan itu sendiri sudah tepat. Ketepatan kebijakan ini dinilai dari sejauh mana kebijakan yang ada, telah bermuatan hal-hal yang memang memecahkan masalah yang hendak dipecahkan. Sisi kedua dari kebijakan adalah apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan sesuai dengan karakter masalah yang hendak dipecahkan. Sisi ketiga, adalah apakah kebijakan dibuat oleh lembaga yang mempunyai kewenangan yang sesuai dengan karakter kebijakannya.

2. Tepat pelakasanaannya. Aktor implementasi tidak hanya pemerintah. Ada tiga lembaga yang dapat menjadi pelaksana, yaitu pemerintah, kerjasama, antara pemerintah, masyarakat/swasta, atau implementasi kebijakan yang diswastakan. Kebijkan yang bersifat memberdayakan masyarakat, seperti penanggulangan kemiskinan. Kebijakan yang bersifat mengarahkan kegiatan masyarakat.

3. Tepat Target. Ketepatan ini berkaitan dengan tiga hal. Pertama, apakah target yang diintervensi sesuai dengan yang direncanakan, tidak tumpang tindih, atau tidak bertentangan dengan intervensi kebijakan lain. Kedua, apakah target dalam kondisi siap untuk diintervensi atau


(28)

tidak. Ketiga, apakah intervensi kebijakan bersifat baru atau memperbaharui implementasi kebijakan sebelumnya.

4. Tepat lingkungan. Ada dua lingkungan yang paling menentukan, yaitu lingkungan kebijakan dan lingkungan eksternal kebijakan. Lingkungan kebijakan yaitu interaksi antara lembaga perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dengan lembaga lain yang terkait. Lingkungan eksternal sebagai variabel eksogen terdiri dari opini publik, yaitu persepsi publik kebijakan dan implementasi kebijakan, lembaga interpretasi dengan lembaga strategik dalam masyarakat, individu tetentu yang mampu memainkan peran penting dalam menginterpretasikan kebijakan dan implementasi kebijakan.

II.3. Konsep Kemiskinan

Secara etimologis, kemiskinan berasal dari kata ”miskin” yang artinya tidak berharta benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Biro Pusat Statistik (BPS), mendefinisikan kemiskinan dari perspektif kebutuhan dasar. Kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (Nurhadi, 2007: 13).

Kemiskinan dalam arti sempit dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Menurut Hamudi (2008:15) dalam arti luas, kemiskinan merupakan fenomena multiface atau multidimensional. Menurut Suparlan (1995:11) kemiskinan dapat didefenisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan


(29)

standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.

BAPPENAS (2004) mendefenisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar tersebut antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan, atau ancaman tindakan kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik. tanggal 14 Januari 2012)

Chamber dalam Soetomo (2006:285) menyatakan bahwa kondisi kemiskinan yang dialami suatu masyarakat seringkali telah berkembang dan bertali-temali dengan berbagai faktor lain yang membentuk jaringan kemiskinan yang dalam proses berikutnya dapat memperteguh kondisi kemiskinan itu sendiri. Faktor-faktor yang diidentifikasi membentuk jaringan atau perangkap kemiskinan tersebut adalah:

1. Kelemahan fisik, dapat disebabkan karena kondisi kesehatan dan faktor gizi buruk, sehinggga dapat mengakibatkan produktivitas kerja yang rendah.


(30)

2. Isolasi, terkait dengan lingkup jaringan interaksi sosial yang terbatas, serta akses terhadap informasi, peluang ekonomi dan fasilitas pelayanan yang terbatas pula.

3. Kerentanan, terkait dengan tingkat kemampuan yang rendah dalam menghadapi kebutuhan dan persoalan mendadak.

4. Ketidakberdayaan, terkait dengan akses dalam pengambilan keputusan, akses terhadap penguasaan sumber daya dan posisi tawar (bargaining position).

Ada tiga tipe orang miskin berdasarkan pada pendapatan yang diperoleh setiap orang dalam setiap tahun, yaitu :

1. Miskin. Orang miskin yang berpenghasilan jika diwujudkan dalam bentuk beras adalah 320 kg/orang/tahun.

2. Sangat miskin. Orang yang dikatakan sangat miskin adalah orang yang berpenghasilan jika diwujudkan dalam beras adalah 240 kg/orang/tahun. 3. Termiskin. Orang miskin yang berpenghasilan jika diwujudkan dalam

bentuk beras adalah 180 kg/orang/tahun (Sayogyo, dalam Suharto, 2006: 11).

Kemiskinan berdasarkan penyebab terjadinya, kemiskinan terdiri dari:

1. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan


(31)

yang rendah. Menurut Baswir (1997:21) kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam.

2. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.

3. Kemiskinan struktural adalah situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.

Nurhadi (2007:40-41), menjelaskan bahwa untuk menanggulangi kemiskinan dapat dilakukan melalui 2 pendekatan, yaitu: (1) pendekatan peningkatan pendapatan, (2) pendekatan pengurangan beban. Kedua pendekatan tersebut ditopang oleh empat pilar utama, yaitu:

1. Penciptaan Kesempatan

Pilar pertama, yaitu perluasan kesempatan kerja dimaksudkan sebagai menciptakan suasana dan lingkungan ekonomi makro, pemerintahan, dan pelayanan publik yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sehingga mampu meningkatkan penciptaan kesempatan kerja dan mendukung upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.


(32)

Pilar kedua, yaitu pemberdayaan masyarakat mengandung maksud bahwa melalui peningkatan kualitas sumber adaya manusia, pemantapan organisasi dan kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya sehingga mampu untuk mendiri dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat miskin.

3. Peningkatan Kemampuan

Pilar ketiga, yaitu peningkatan kemampuan/ humancapital dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin baik individual/ kelembagaan untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan, peningkatan ketrampilan usaha, permodalan, prasarana, teknologi serta informasi pasar dan mampu mengadaptasi terhadap perkembangan lingkungannya(ekonomi dan sosial).

4. Perlindungan Sosial.

Pilar keempat, yaitu perlindungan sosial memiliki makna memberikan perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat yang rentan (vulnerable), misalnya pengemis, lansia, anak-anak terlantar, yatim piatu, penderita cacat, korban bencana alam, korban konflik sosial, serta mereka yang terkena dampak krisis ekonomi.

II.4 MDGs dan Program Penanggulangan Kemiskina II.4.1 MDGS

Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Millennium adalah sebuah paradigma pembangunan yang berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia dan akan menjadi landasan pembangunan di


(33)

abad millennium. Paradigma pembangunan millennium baru ini merupakan kesepakatan 189 negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada September 2000 pada saat Konverensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium.

Deklarasi millennium di antaranya ditanda tangani bersama oleh 147 kepala pemerintahan yang ikut menghadiri KTT tersebut termasuk Indonesia. Semua negara anggota diharuskan mengadopsi tujuan MDGs ke dalam rencana pembangunan nasional. Negara-negara anggota yang relatif tertinggal dalam pemenuhan hak-hak dasar manusia didorong untuk mempercepat pencapaiannya, sedang negara-negara yang telah mengalami kemajuan dalam pembangunan manusia berkewajiban untuk membantu negara-negara yang sedang berkembang dan tertinggal.

Sebagai penandatangan Deklarasi Millenium, Indonesia berkewajiban untuk merealisasikan tujuan MDGs seoptimal mungkin, dan mengintergrasikannya dalam rencana pembangunan nasional di seluruh nusantara mulai dari tingkat provinsi bahkan hingga pedesaan.

Arah pembangunan MDGs dikemas menjadi satu paket yang dipilah menjadi 8 tujuan yang satu sama lain saling mempengaruhi dan bermuara pada percepatan peningkatan kualitas manusia yang lebih tinggi. Ke 8 tujuan tersebut adalah:

1. Memberantas Kemiskinan dan kelaparan ekstrim 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua


(34)

4. Menurunkan angka kematian Anak 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya. 7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup

8. Mengembangkan kemitraan global untuk Pembangunan II.4.2. Program Penanggulangan Kemiskinan

Beberapa program yang tengah digalakkan oleh pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan antara lain dengan memfokuskan arah pembangunan pada tahun 2008 pada pengentasan kemiskinan. Fokus program tersebut meliputi 5 hal antara lain: pertama menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok; kedua mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin; ketiga menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat; keempat meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar; dan kelima membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.

Dari 5 fokus program pemerintah tersebut, diharapkan jumlah rakyat miskin yang ada dapat tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang digalakkan pemerintah terkait 5 program tersebut antara lain:

1. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras.


(35)

2. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin melalui penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan pola bagi hasil/syariah dan konvensional.

3. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat, seperti: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di daerah perdesaan dan perkotaan.

4. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar, seperti penyediaan beasiswa bagi siswa miskin pada jenjang pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD)/Sekolah Menengah Pertama(SMP), Pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di kelas III rumah sakit.

5. Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Fokus ini bertujuan melindungi penduduk miskin dari kemungkinan ketidakmampuan menghadapi guncangan sosial dan ekonomi. Program teknis yang di buat oleh pemerintah seperti : Penyediaan bantuan tunai bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang memenuhi persyaratan (pemeriksaan kehamilan ibu, imunisasi dan pemeriksaan rutin balita, menjamin keberadaan anak usia sekolah di SD/MI dan SMP/MTs; dan penyempurnaan pelaksanaan pemberian bantuan sosial kepada keluarga miskin/RTSM) melalui perluasan Program Keluarga Harapan (PKH).


(36)

II.5 Program Keluarga Harapan (PKH)

II. 5.1 Pengertian Program Keluarga Harapan

Program keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah.

PKH merupakan program lintas Kementrian dan lembaga, karena aktor utamanya adalah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan Informatika, dan Badan Pusat Statistik.

Program Keluarga Harapan (PKH) sebenamya telah dilaksanakan di berbagai negara, khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi. Namun secara konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash Transfers (CCT), yang diterjemahkan menjadi Bantuan Tunai Bersyarat. Program ini "bukan" dimaksudkan sebagai kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin.

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RSTM), jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas


(37)

sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.

pada tanggal 15 November 2011)

II.5.2 Tujuan Program Keluarga Harapan

Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku (Rumah Tangga Sangat Miskin) RTSM yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).

Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:

1. Meningkatkan status sosial ekonomi RTSM;

2. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar dari RTSM; 3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,

khususnya bagi anak-anak RTSM.

4. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM

Dalam jangka pendek, bantuan ini membantu mengurangi beban pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang, dengan mensyaratkan keluarga penerima untuk menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antargenerasi.


(38)

pada tanggal 15 November 2011)

II.5.3 Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan (PKH)

Penerima bantuan PKH adalah RTSM sesuai dengan kriteria BPS dan memenuhi satu atau beberapa kriteria program yaitu memiliki Ibu hamil/nifas, anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD, anak usia SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar.

Sebagai bukti kepesertaan PKH diberikan kartu peserta PKH atas nama Ibu atau perempuan dewasa. Kartu tersebut digunakan untuk menerima bantuan PKH. Selanjutnya kartu PKH dapat berfungsi sebagai kartu Jamkesmas untuk seluruh keluarga penerima PKH.

Penggunaan bantuan PKH ditujukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, karenanya bantuan akan lebih efektif dan terarah, jika penerima bantuannya adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan yaitu bisa nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan. Dalam kartu peserta PKH yang tercantum adalah nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Pengecualian dari ketentuan di atas dapat dilakukan pada kondisi tertentu, misalnya bila tidak ada perempuan dewasa dalam keluarga maka dapat digantikan oleh kepala keluarga.

II.5.4 Besar Bantuan Program Keluarga Harapan

Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimanan bantuan, baik


(39)

komponen kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini dikemudian hari bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan.

Tabel 2.1 Skenario Besar Bantuan PKH

Skenario Bantuan Bantuan per RTSM per

tahun

Bantuan tetap Rp. 200.000

Bantuan bagi RTSM yang memiliki:

a. Anak usia di bawah 6 tahun

Rp. 800.000

b. Ibu hamil/menyusui

c. Anak usia SD/MI

d. Anak usia SMP/MTs

Rata-rata bantuan per RTSM

Bantuan minimum per RTSM

Bantuan maksimum per RTSM

Rp. 800.000

Rp. 400.000

Rp. 800.000

Rp. 1.390.000

Rp. 600.000

Rp. 2.200.000

Catatan: Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak. Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Batas minimum dan maksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata RTSM per tahun.


(40)

Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya dalam tiga bulan, maka besaran bantuan yang diterima akan berkurang dengan rincian sebagai berikut:

a. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bulan, maka bantuan akan berkurang sebesar Rp 50,000,

b. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka bantuan akan berkurang sebesar Rp 100,000,-

c. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan, maka bantuan akan berkurang sebesar Rp 150,000,-. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam 3 bulan berturut-turut, maka tidak akan menerima bantuan dalam satu periode pembayaran.

II.5.5 Pengorganisasian

PKH dilaksanakan oleh UPPKH Pusat, UPPKH Kabupaten/Kota dan UPPKH Kecamatan. Masing-masing pelaksana memegang peran penting dalam menjamin keberhasilan PKH. Mereka adalah:

1. UPPKH Pusat (Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Pusat) merupakan badan yang merancang dan mengelola persiapan dan pelaksanaan program. UPPKH Pusat juga melakukan pengawasan perkembangan yang terjadi di tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang dibutuhkan.

2. UPPKH Kab/Kota (Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kabupaten/Kota ) yaitu yang melaksanakan program dan memastikan bahwa alur informasi yang diterima dari kecamatan ke pusat dapat berjalan dengan


(41)

baik dan lancar. UPPKH Kab/Kota juga berperan dalam mengelola dan mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan.

3. UPPKH Kecamatan (Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kecamatan) merupakan ujung tombak PKH karena unit ini akan berhubungan langsung dengan peserta PKH. Personel UPPKH Kecamatan terdiri dari pendamping PKH. Wilayah kerja pendamping meliputi seluruh desa/kelurahan dalam satuan wilayah kerja di kecamatan. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, UPPKH Kecamatan atau pendamping bertanggung jawab kepada UPPKH Kabupaten/Kota dan berkoordinasi dengan Camat. diakses pada tanggal 15 November 2011).

Pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima manfaat dengan pihak-pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan program di tingkat kabupaten/kota. Tugas Pendamping termasuk didalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya. Dalam pelaksanaan PKH terdapat Tim Koordinasi yang membantu kelancaran program di tingkat provinsi dan PT Pos yang bertugas menyampaikan informasi berupa undangan pertemuan, dan menyampaikan bantuan ke tangan penerima manfaat langsung. Selain tim ini, juga terdapat lembaga lain di luar struktur yang berperan penting dalam pelaksanaan kegiatan PKH, yaitu lembaga pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan di tiap kecamatan dimana PKH dilaksanakan.


(42)

diakses pada tanggal 15 November 2011)

II.6. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan dengan yang lainnya. (Singarimbun, 1995:33)

Oleh karena itu untuk dapat menemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebagai berikut:

a. Implementasi Kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan.

b. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai bersyarat untuk membantu rumah tangga sangat miskin memperoleh akses pelayanan dasar yaitu pendidikan dan kesehatan.

c. Implementasi Program Keluarga Harapan adalah tindakan dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta dalam melaksanakan program keluarga harapan yaitu program yang memberikan bantuan tunai bersyarat untuk membantu


(43)

rumah tangga sangat miskin memperoleh akses pelayanan dasar yaitu pendidikan dan kesehatan.

Dalam penelitian ini, Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II dapat diukur dari indikator berikut:

1. Standar dan sasaran Kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan.

2. Sumberdaya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia maupun non manusia.

3. Komunikasi dan hubungan antarorganisasi. Dalam banyak program implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain.

4. Karakteristik Agen Pelaksana meliputi struktur dan norma-norma yang akan mempengaruhi implementasi

5. Kondisi Sosial meliputi karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN III.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cendrung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dengan menguji hipotesis.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Jadi penelitian ini berupaya melakukan deskriptif terhadap implementasi PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang dengan pendekatan kualitatif.

III.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang. Adapun alasan peneliti untuk memilih lokasi ini adalah:

1. Kelurahan Padang Bulan Selayang II merupakan kelurahan yang terbanyak dalam penerimaan PKH di Kecamatan Medan Selayang.


(45)

2. Adanya kemudahan dalam mendapatkan informasi dan data yang terkait dengan pelaksanaan PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II.

3. Melihat adanya permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan PKH.

III.3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Menurut Suyanto (2005:171), subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus ini penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan atau permasalahan.

Menurut Suyanto (2005:172) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu:

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. 2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah:


(46)

1. Informan kunci (key informan) yaitu: a. Koordinator UPPKH Kota b. Pendamping PKH

c. Ketua Kelompok Ibu Penerima PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II

2. Informan Utama, yaitu masyarakat penerima PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II sebanyak 20 orang.

III.4.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam teknik pengumpulan data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya, yaitu:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara :

a. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode ini dipakai untuk informan yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian. Arikunto (2006:228) berpendapat bahwa peneliti harus mencatat teknik yang mana kondisi dan situasi yang mendukung penerimaan informasinya


(47)

yang paling tepat. Sebaiknya pada waktu uji coba, digunakan tape recorder.

b. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan , yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, literatur, internet, dan sumber-sumber lain yang berkompetensi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian.

b. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.(Bungin. 2007:116-117).

III.5. Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Menurut Moleong (2006:274), teknik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data,


(48)

menelaah dan menyusunnya dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

Penelitian ini menggunakan analisis flow model. Gambar 3.1 Komponen dalam analisa data (flow model).

Periode pengumpulan data

Reduksi data

Antisipasi Selama Setelah

Display data

Selama Setelah

Kesimpulan/verifikasi

Selama Setelah

Adapun langkah-langkah analisis dalam Sugiyono (2007:91) adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.


(49)

2. Penyajian data. Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, bagan dan hubungan antar kategori.

3. Penarikan Kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.


(50)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1. Kecamatan Medan Selayang

IV.1.1. Letak dan luas wilayah Kecamatan Medan Selayang

Kecamatan Medan Selayang terletak di wilayah Barat Daya Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal - Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor - Sebelah Timur : Kecamatan Polonia

- Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Luas wilayah Kecamatan Medan Selayang adalah lebih kurang 2.379 Ha Kecamatan Medan Selayang terbagi menjadi 6 (enam) kelurahan dan 63 lingkungan. Kelurahan yang terluas di kecamatan ini adalah Kelurahan Padang Bulan Selayang II dengan luas 700 Ha dan memiliki 17 lingkungan. Adapun kelurahan yang lain adalah Kelurahan Tanjung Sari dengan luas 510 Ha dan memiliki 14 lingkungan, Sempakata dengan luas 510 Ha dan memiliki 6 (enam) lingkungan, Asam Kumbang dengan luas 400 Ha dan memiliki 10 lingkungan, Padang Bulan Selayang I dengan luas 180 Ha dan memiliki 10 lingkungan, kemudian yang terakhir adalah Kelurahan Beringin sebagai Kelurahan terkecil dengan luas yang hanya 79 Ha dan memiliki 6 lingkungan.


(51)

IV.1.2. Dinamika Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Selayang per kelurahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1.2.1

Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km² dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2009

Kelurahan Penduduk Luas Wilayah Kepadatan

Penduduk per km2

1. Sempaka 9.037 5,1 1.772

2. Beringin 7.731 0,79 9.786

3. PB Selayang II 14.574 7 2.082

4. PB Selayang I 9.861 1,8 5.478

5. Tj. Sari 29.584 5,1 5.801

6. Asam Kumbang 14.891 4 3723

Medan Selayang 85.678 23,79 3.601

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan

Dari tabel 4.1.2 diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Selayang dihuni oleh 85.678 jiwa. Jumlah penduduk yang terbanyak diantara keenam kelurahan di kecamatan Medan Selayang adalah Kelurahan Tanjung Sari dengan jumlah 29.584 jiwa dan kelurahan yang paling sedikit penduduknya yaitu Kelurahan Beringin dengan jumlah 7.731 jiwa.

Sedangkan untuk jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada table berikut


(52)

Tabel 4.1.2.2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2009

Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1. Sempaka 4604 4433 9037

2. Beringin 3762 3969 7731

3. PB Selayang II 6552 8022 14574

4. PB Selayang I 5013 4848 9861

5. Tj. Sari 15059 14525 29584

6. Asam Kumbang 7444 7447 14891

Jumlah 42434 43244 85678

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Berdasarkan data jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada tabel 4.1.2.2 diatas, dapat dilihat perbandingannya antara jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan pada Kecamatan Medan Selayang. Jumlahnya cukup jauh berbeda yaitu terpaut 833 orang lebih banyak perempuan. Dan untuk se Kecamatan Medan Selayang, penduduk terbanyak adalah yang berjenis kelamin perempuan yaitu dengan jumlah 43.244 jiwa, sedangkan laki-laki


(53)

perbandingan 50:50 yaitu 3 (tiga) kelurahan yang berjenis kelamin laki-laki terbanyak, diantaranya adalah Kelurahan PB Selayang II, Kelurahan Tanjung Sari, dan Kelurahan Asam Kumbang dan 3 (tiga) kelurahan lagi berjenis kelamin perempuan terbanyak, diantaranya yaitu: Kelurahan PB Selayang II, Kelurahan Tanjung Sari, dan Kelurahan Asam Kumbang. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Medan Selayang berada di Kelurahan Tanjung Sari dengan jumlah 29.584 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kelurahan Beringin dengan jumlah 7.731 jiwa.

Jumlah penduduk Kecamatan Medan Selayang menurut kelompok umur dan jenis kelaminnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1.2.3

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2009

Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

0-4 3457 3738 7195

5-14 7551 8026 15577

15-44 23037 23067 46104

45-64 6814 6579 13393

<=65 1575 1834 3409

Jumlah 42434 43244 85678


(54)

Pada tabel 4.1.2.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk pada Kecamatan Medan Selayang untuk tahun 2008 yang terbanyak adalah umur 15-44 tahun yaitu 46.104 jiwa dengan perbandingan lebih banyak perempuan dari pada laki-laki, untuk perempuan berjumlah 23.067 jiwa dan laki-laki berjumlah 6814 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah pada Kecamatan Medan Selayang yaitu yang berusia lebih dari 65 tahun yaitu 3409 jiwa dengan perbandingan jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Jumlah perempuan yaitu 1834 jiwa, sedangkan laki-laki 1575 jiwa.

Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk berdasarakan Kecamatan Medan Selayang berdasarkan agama:

Tabel 4.1.2.4

Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Selayang Menurut Agama Kecamatan/ Kelurahan Islam Kristen Khatolik Hindu Budha Medan

Selayang

Asam Kumbang 16820 2758 473 285 1066

Tanjung Sari 26548 9942 1829 287 163 PB Selayang II 15038 9827 1628 465 91

Beringin 3405 5264 1129 8 1

PB Selayang I 7883 4450 635 214 29

Sempaka 4111 6765 1441 1 5

Jumlah per Kecamatan 73805 39006 7135 1260 1355 Jumlah keseluruhan 73805 39006 7135 1260 1355


(55)

Pada tabel 4.1.2.5 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbesar berdasarkan agama pada Kecamatan Medan Selayang adalah penduduk yang memeluk agama islam yaitu 73.805 jiwa, sedangkan yang terendah yaitu penduduk yang memeluk agama hindu yaitu 1260 jiwa. Penduduk yang terbanyak memeluk agama islam diantara semua kelurahan di Kecamatan Medan Selayang aadalah kelurahan Tanjung Sari yaitu 26548 jiwa dan yang terkecil adalah kelurahan Beringin yaitu 3405 jiwa.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Jumlah sarana dan prasarana pada Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1.3.1

Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Selayang

No Kelurahan TK SD SMP SLTA AKADEMI PT

1 Asam Kumbang 2 3 2

2 Beringin 2 2 1

3 PB Selayang II 2 3 2 2

4 PB Selayang I 3 4 2 2

5 Sempaka 3 4 2 1 1

6 Tanjung Sari 4 5 4 3 2

Jumlah 16 21 13 8 1 2

Sumber: Data Kecamatan Medan Selayang

Berdasarkan tabel 4.1.3.1 di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Medan Selayang memiliki sarana pendidikan mulai dari tingkat TK hingga Perguruan


(56)

Sarana pendidikan tingkat SD yaitu 21 unit. Kelurahan Tanjung Sari merupakan Kelurahan yang terlengkap sarana pendidikannya mulai dari tingkat TK hingga ke Perguruan Tinggi.

Untuk sarana Ibadah di kecamatan menurut Kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.1.3.2

Jumlah Sarana Ibadah Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2009

Kelurahan Mesjid Langgar Gereja Kelenteng Jumlah

Sempaka 4 0 6 0 10

Beringin 4 0 3 0 7

PB Selayang II 9 3 5 0 17

PB Selayang I 6 3 6 0 15

Tanjung Sari 13 5 11 0 29

Asam Kumbang 5 3 3 1 12

Medan Selayang 41 14 34 1 90

Sumber: KUA Kecamatan Medan Selayang

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Medan Selayang adalah beragama Islam maka jenis rumah ibadah yang sangat menonjol adalah masjid dan langgar. Terdapat 41 buah bangunan masjid dan terdapat 14 buah bangunan langgar. Begitu juga agama lain seperti Agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Terdapat 34 buah bangunan gereja yang tersebar di Kecamatan Medan Selayang, sedangkan yang paling sedikit adalah untuk agama


(57)

Adapun fasilitas sarana olahraga yang ada pada Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1.3.3

Jumlah Sarana Olah Raga di Kecamatan Medan Selayang Kelurahan Bola kaki Bola Voli Tenis Meja Futsal

Sempaka 0 1 3 0

Beringin 0 0 2 0

PB Selayang II 0 0 3 0

PB Selayang I 0 1 2 1

Tanjung Sari 2 4 5 0

Asam Kumbang 1 1 3 0

MedanSelayang 3 7 18 1

Sumber: Kantor Kecamatan Medan Selayang

Dapat dilihat pada tabel 4.1.3.3. di atas bahwa sarana olah raga di Kecamatan Medan Selayang sudah cukup banyak. Terdapat 38 unit sarana olah raga di kecamatan ini. Dapat disimpulkan bahwa penduduk di kecamatan ini menggemari olah raga. Kelurahan yang memiliki sarana olah raga terbanyak yaitu Kelurahan Tanjung Sari dengan jumlah 13 unit, sedangkan kelurahan yang paling sedikit adalah Kelurahan Beringin dengan jumlah hanya 3 unit.

IV.1.4. Jenis Pelayanan

Jenis pelayanan yang terdapat di Kecamatan Medan Selayang ditunjukkan pada tabel dibawah ini:


(58)

Tabel 4.1.4.1

Jenis Pelayanan di Kecamatan Medan Selayang

No Jenis Pelayanan Keterangan

1 Air Bersih 56,44%

2 Listrik 99,50%

3 Telepon 28,15%

4 Gas -

5 Lapangan Olahraga 7 persil

6 Rumah Ibadah 65 unit

7 Rumah Sakit -

8 Puskesmas 3 unit

Sumber : Kecamatan Medan Selayang

Data tabel 4.1.4.1 diatas menunjukkan jenis pelayanan yang terdapat di Kecamatan Medan Selayang, dapat dilihat bahwa pelayanan yang tidak tersedia di Kecamatan Medan Selayang adalah gas dan rumah sakit. Meskipun rumah sakit tidak tersedia, masyarakat Kecamatan Medan Selayang dapat memanfaatkan Puskesmas sebagai sarana kesehatan, dimana jumlah puskesmas yang tersedia yaitu ada 3 unit. Jenis pelayanan yang tergolong besar di Kecamatan Medan Selayang adalah pelayanan Listrik yaitu mencapai 99,50 %, dan rumah ibadah yaitu sebanyak 65 unit.


(59)

IV.2. Kelurahan Padang Bulan Selayang II IV.2.1. Batas Wilayah dan Luas Wilayah

Wilayah Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang berbatasan dengan 4 (empat) Kelurahan yaitu:

- Sebelah Utara : Kelurahan Padang Bulan Selayang I - Sebelah Selatan : Kelurahan Sempaka

- Sebelah Timur : Kelurahan Titi Rantai dan Kelurahan Beringin - Sebelah Barat : Kelurahan Tanjung Sari

Luas wilayah Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang diperkirakan 700 Ha yang terdiri dari tanah daratan (pekarangan rumah) dan rawa (tanah persawahan penduduk), dengan jumlah penduduk yang beraneka ragam suku, agama dan latar belakang yang berbeda-beda.

IV.2.2. Organisasi Pemerintah Kelurahan

Dalam organisasi pemerintahan kelurahan Padang Bulang Selayang II di pimpin oleh Lurah dan dalam pelaksanaannya dibantu oleh seorang sekretaris Lurah dan tiga orang membawahi seksi-seksi pemerintah.

1. Lurah

Tugas pokok lurah adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh walikota.

Adapun fungsinya yaitu:


(60)

3. Pelayanan Masyarakat

4. Penyelenggaraan ketentraman dan Ketertiban

5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum 6. Pembinaan lembaga kemasyarakatan

7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat

Tugas Pokok sekretaris adalah melaksanakan sebagian tugas lurah lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan penyusunan program.

Adapun fungsi sekretaris yaitu :

1. Penyusunan rencana program dan kegiatan seksi tata pemerintahan.

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup tata pemerintahan penyelenggaraan pelayanan administrasi kependudukan.

3. Pelaksanaan proses pelayanan administrasi lainnya lingkup tata pemerintahan.

4. Penyiapan bahan pembinaan kegiatan sosial politik, idiologi, negara dan kesatuan bangsa.

5. Pelaksanaan kegiatan pencatatan monografi kelurahan.

6. Membantu melaksanakan tugas-tugas dibidang keagrarian sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.


(61)

8. Penyiapan bahan koordinasi dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kelurahan.

9. Penyiapan bahan monitoring dan pelaporan pelaksanaan tugas.

10.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh lurah sesuai dengan tupoksi 3. Seksi Tata Pemerintahan

Tugas Pokok dari seksi tata pemerintahan adalah melaksanakan sebagian tugas pokok lurah lingkup tata pemerintahan.

Adapun fungsi dari seksi tata pemerintahan yaitu:

1. Penyususnan rencana program dan kegiatan seksi tata pemerintahan.

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup tata pemerintahan penyelenggaraan pelayanan administrasi kependudukan.

3. Pelaksanaan proses pelayanan administrasi lainnya lingkup tata pemerintahan.

4. Penyiapan bahan pembinaan kegiatan sosial politik, idiologi negara dan kesatuan bangsa.

5. Pelaksanaan kegiatan pencatatan monografi kelurahan


(62)

7. Menyiapkan bahan koordinasi dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat kelurahan.

8. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas. 4. Seksi Pembangunan

Tugas Pokok dari seksi pembangunan adalah melaksanakan sebagian tugas pokok lurah lingkup pembangunan nasional.

Adapun fungsi seksi pembangunan yaitu :

1. Penyusunan rencana program dan kegiatan seksi pembangunan.

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembangunan, pengumpulan, pengolahan, dan evaluasi data dibidang perekonomian dan pembangunan. 3. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan pembinaan terhadap perkoperasian,

pengusaha ekonomi lemah, dan kegiatan perekonomian lainnya dalam rangka meningkatkan kehidupan perekonomian masyarakat.

4. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan pembinaan dalam bidang keagamaan, kesehatan, pendidikan, olah raga dan sosial budaya.

5. Membantu pelaksanaan pembinaan kegiatan PKK, kepemudaan, karang taruna, pramuka, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

6. Pelaksanaan proses pelyanan kepada masyarakat lingkup perekonomian, pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat.

7. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi mayarakat untuk meningkatkan perekonomian dan pembangunan.

8. Penyiapan bahan koordinasi pembinaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana fisik di lingkungan kelurahan.


(63)

9. Penyiapan bahan pembinaan terhadap kegiatan LPM

10.Membantu mengumpulkan dan menyalurkan dana/bantuan terhadap korban bencana alam dan bencana lainnya.

11.Penyiapan bahan mentoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. 12.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan

tupoksinya.

5. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum

Tugas Pokok dari seksi ketentraman dan ketertiban umum adalah melaksanakan sebagaian tugas pokok lurah lingkup ketentraman dan ketertiban umum.

Adapun fungsi seksi ketentraman dan ketertiban umum yaitu:

1. Menyusun rencana program dan kegiatan seksi ketentraman dan ketertiban umum.

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup ketentraman dan ketertiban umum. 3. Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban

umum.

4. Penyiapan bahan pembinaan perlindungan masyarakat. 5. Penyiapan bahan pembinaan kegiatan siskambling. 6. Penyelenggaraan kegiatan administrasi pertanahan sipil

7. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, pengamanan dan penertiban terhadap penyelenggaraan peraturan daerah dan peraturan perundang-undang lainnya.


(64)

8. Pelaksanaan proses pelayanan kepada masyarakat lingkup ketentraman dan ketertiban umum.

9. Membantu pelaksanaan tugas-tugas pengamanan akibat bencana alam dan bencana lainnya.

10.Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. 11. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh lurah.

IV.2.3. .Dinamika Penduduk

Adapun komposisi penduduk kelurahan Padang Bulan Selayang II berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2.3.1

Komposisi Penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Keterangan Jumlah

1 Laki-laki 12.675 orang

2 Perempuan 12.420 orang

3 Total 25.095 orang

Sumber: Profil Kelurahan Padang Bulan Selayang II tahun 2008

Dilihat dari jumlah penduduk kelurahan Padang Bulan Selayang II secara keseluruhan, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 12.675 orang dan sedangkan perempuan 12.420 orang. Meskipun keberadaan laki-laki lebih banyak secara jumlah dibandingkan perempuan, namun perbandingan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu mencolok yaitu sebanyak 255 orang.

Sedangkan komposisi penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang II berdasarkan usia adalah sebagai berikut:


(65)

Tabel 4.2.3.2

Komposisi Penduduk berdasarkan Usia

Usia Laki-Laki Perempuan Usia Laki-Laki Perempuan 0-12

bulan

6538 orang

6535orang 39 tahun 183 orang 150 orang

1 tahun 189 orang 50 orang 40 tahun 121 orang 100 orang 2 tahun 224 orang 114 orang 41 tahun 114 orang 114 orang 3 tahun 224 orang 149 orang 42 tahun 252 orang 130 orang 4 tahun 216 orang 100 orang 43 tahun 199 orang 187 orang 5 tahun 100 orang 170 orang 44 tahun 101 orang 198 orang 6 tahun 126 orang 180 orang 45 tahun 111 orang 187 orang 7 tahun 182 orang 112 orang 46 tahun 199 orang 202 orang 8 tahun 146 orang 150 orang 47 tahun 112 orang 215 orang 9 tahun 192 orang 100 orang 48 tahun 107 orang 212 orang 10 tahun 230 orang 230 orang 49 tahun 188 orang 179 orang 11 tahun 228 orang 230 orang 50 tahun 192 orang 187 orang 12 tahun 232 orang 232 orang 51 tahun 186 orang 198 orang 13 tahun 268 orang 300 orang 52 tahun 122 orang 106 orang 14 tahun 236 orang 270 orang 53 tahun 122 orang 137 orang 15 tahun 247 orang 3oo orang 54 tahun 147 orang 112 orang 16 tahun 286 orang 300 orang 55 tahun 157 orang 198 orang 17 tahun 208 orang 200 orang 56 tahun 199 orang 106 orang 18 tahun 130 orang 200 orang 57 tahun 201 orang 189 orang


(1)

pedoman umum pelaksanaan PKH, begitu juga dengan manfaat dana PKH yang sudah meringankan beban peserta PKH baik dibidang pendidikan maupun dibidang kesehatan. Namun untuk masalah waktu pembayaran bantuan PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II belum tepat pada waktu yang telah ditentukan.

2. Sumberdaya dalam pelaksanaan PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II telah memenuhi kualifikasi PKH dimana pendamping adalah lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat.

3. Komunikasi dan Hubungan antar organisasi dalam pelaksanaan PKH sudah berjalan dengan baik dan lancar dan masing-masing pihak saling memberikan masukan dan informasi terkait pelaksanaan PKH.

4. Karakteristik Agen Pelaksana. Masing-masing pihak pelaksana menjalankan tugas sesuai dengan wewenang dan pihak palaksan juga melaksanakan tugasnya dengan baik.

5. Kondisi Sosial. Para peserta PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II telah patuh dan taat dalam melaksanakan kewajiban mereka baik itu komponen kesehatan maupun pendidikan. Bagi peserta yang memiliki balita, mereka telah membawa ke posyandu dan sedangkan bagi peserta yang usia SD dan SMP telah hadir ke sekolah dengan jumlah kehadiran yan tidak melanggar ketentuan PKH.


(2)

Padang Bulan Selayang II maka penulis ingin memberikan masukan ataupun saran, yaitu:

1. Sebaiknya dilakukan penambahan jumlah pendamping untuk membantu agar pelaksanaan PKH dapat lebih maksimal lagi.

2. Apabila jadwal pelaksanaan dalam pencairan dana tidak tepat waktu, maka sebaiknya ada ketentuan penetapan jadwal dan tanggal pencairan dana PKH dari pusat. Karena waktu pembayaran yang tidak pasti, akan membuat kegiatan persiapan pembayaran tersebut terkesan terburu-buru. 3. Sebaiknya dilakukan survey dalam mendata kembali masyarakat rumah

tangga sangat miskin secara objektif dalam penentuan peserta PKH untuk meminimalisir masalah kecemburuan sosial.

4. Hendaknya peserta PKH di Keluharan Padang Bulan Selayang II betul-betul memprioritaskan penggunaan bantuan PKH yang mereka terima untuk kesehatan dan pendidikan karena secara tidak langsung tujuan program ini dapat memutus rantai kemiskinan keluarga penerima PKH.


(3)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Baswir, Revrisond. 1997. Agenda Ekonomi Kerakyatan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin, M.Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Group. Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Hamudi, Moh Ilham A. 2008. Pengentasan Rakyat Miskin dan Pembangunan

Manusia di Jawa Barat. Bandung: PPS FISIP UNPAD.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Nogi S. Tangkilisan, Hesel. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, Dan Kebijakan. Jakarta: Gramedia.

Nurhadi.2007. Mengembangkan Jaminan Sosial Mengentaskan Kemiskinan, cetakan pertama. Yogyakarta: Media Wacana.

Santoso, Amir. 1993. Analisis Kebijakan Publik Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Soetomo, 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharto, Edi. 2006. Kebijakan Sosial, Makalah Seminar. Bandung.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparlan, Parsudi. 1995. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada.

Wahab, Solichin A. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM Press.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jakarta: Med Press. Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara. Sumber Internet:


(4)

http://sentanaonline.com/detail_news/main/4035/1/24/09/2011/Petugas-Pemkot-Medan-Sunat-Dana-PKH-Rp-8-Miliar di akses pada tgl 25 November 2011 pukul 22:54 WIB.

tanggal 2 Januari 2012 pukul 22.30 WIB.

2012 pukul 08:26 WIB.

diakses pada tanggal 4 Januari 2012 pukul 20.30 WIB.

januari 2012 pukul 08.30 WIB.

pukul 10.30 WIB

diakses pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 14.30 WIB

diakses pada tanggal 13 April 2012 pukul 06.30 WIB


(5)

DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA

1.Standar dan Sasaran Kebijakan 1.1. Mekanisme dan Prosedur

a. Pemilihan dan Penetapan Sasaran. Bagaimanakah tahapan pemilihan dan penetapan peserta PKH?

b. Pertemuan awal.Bagaimana pertemuan awal dilakukan?

c. Pembayaran. Bagaimana pencairan bantuan dana PKH dilakukan?

d. Pembentukan kelompok Ibu Penerima PKH. Apa kegunaan dari pembentukan kelompok ibu penerima PKH, dan apakah telah ketua kelompok ibu penerima PKH telah berfungsi dengan baik?

e. Verifikasi Komitmen. Bagaimana verifikasi komitmen dilakukan?

f. Penangguhan dan Pembatalan. Bagaimana Penangguhan dilakukan?Apakah ada peserta PKH yang terkena penangguhan dan pembatalan?

1.2. Kesesuaian Besar Bantuan yang diterima

a. Apakah jumlah bantuan yang diterima peserta PKH telah sesuai dengan kriteria yang dimiliki?

b. Bagaimana pemotongan dana dilakukan? 1.3. Kesesuaian waktu Penerimaan PKH


(6)

2. Sumberdaya

a. Apa syarat menjadi pendamping?

3. Komunikasi dan Hubungan antar Organisasi

a. Apa saja bentuk komunikasi antara pendamping dengan pelayanan kesehatan dan pendidikan dalam pelaksanaan PKH ?Apakah telah berjalan dengan baik?

b. Apa saja bentuk komunikasi antara pendamping dengan para peserta PKH? Dan apakah sudah berjalan dengan baik?

4. Karakteristik Agen Pelaksana

a. Apa saja tugas dari pendamping?Dan apakah tugas yang dijalankan telah sesuai dengan wewenang yang diberikan?

b. Apakah pendamping telah menjalankan semua tugasnya dengan baik? c. Apa saja tugas dari pelayanan pendidikan dan kesehatan?Dan apakah

pihak pelayanan kesehatan dan pendidikan telah menjalankan tugasnya dengan baik?

5. Kondisi Sosial

a. Bagaimana komitmen peserta PKH terkait kewajibannya yang telah diatur dalam ketentuan PKH?