HAM DEMOKRASI DAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA

BAB 1
PEMBAHASAN
A. Pengertian hak asasi manusia dan Sejarahnya
Menurut Mahfud M.D., Pengertian hak asasi manusia atau
HAM adalah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan dan hak tersebut dibawah sejak lahir ke
permukaan bumi sehingga hak tersebut bersifat ftri (kodrati),
bukan merupakan pemberian manusia atau negara.
Menurut John Locke, pengertian HAM adalah hak hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak
kodrati atau dari lahir. Oleh karena itu, tidak ada kekuasaan (power)
apapun di dunia yang dapat mencabutnya. HAM bersifat sangat
mendasar (fundamental) bagi hidup dan kehiduan manusia dan
merupakan hak kodrat yang tidak bisa dilepaskan dari dalam
kehidupan manusia.
Hak – hak asasi manusia sebagai paradigma, serta kerangka
konseptual tidak lahir mendadak sebagaimana kita lihat dalan ‘
Universal Delcaration Of Human Right ‘ pada 10 desember 1948,
namun melalui suatu proses yang cukup panjang dalam peradaban
sejarah manusia. Upaya konseptualis hak –hak asasi manusia jauh
sebelumnya telah muncul di tengah – tengah masyarakat umat

manusia, baik di timur amupun di barat meskipun upaya tersebut
masih bersifat local, partial, dan sporadikal.
Pada zaman Yunani kuno Plato1 ( 428 – 348 SM ) telah
memaklumkan kepada warga, bahwa kesejahteraan bersama akan
tercapai manakala setiap warganya melaksanakan hak dan
kewajibannya masing – masing.
Dalam akar kebudayaan Indonesia pengakuan serta
penghormatan tentang hak asasi manusia telah mulai berkembang,
misalnya pada masyarakt Jawa telah mengenal istilah “ Hak Pepe “
yaitu hak warga desa yang diakui dan di hormati oleh penguasa,
seperti hak mengemukakan pendapat, walaupun hak tersebut
bertentangan dengan kemauaun penguasa ( Baut & Beny,1988:3 ).
Puncak perkembangan perjuangan hak asasi tersebut yaitu
ketika “ Human Right “ tersebut dirumuskan untuk pertama kalinya
secara resmi pada “ Declaration Of Independence “ di Amerika
Serikat tertanggal 4 juli 1776. Dinyatakan bahwa seluruh umat
manusia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa beberapa hak yang
tetap dan melekat padanya. Perumusan hak – hak asasi manusia
secara resmi kemudian menjadi pokok konstitusi negara Amerika
1


Seorang ahli Filsuf serta seorang ahli pikir dan sastrawan yang terkenal pada
zaman yunani klasik

9

Serikat ( tahun 1981 ) yang mulai berlaku pada 4 maret 1789
( Hardjowinorogo, 1977:43 )

Perjuangan hak – hak asasi ini sebenarnya telah diawali
perancis pada era Rousseau, dan perjuangan ini memuncak dalm
revolusi perancis tahun 1780, yang berhasil menetapkan hak – hak
asasi manusia dalam
“ Declaration Des Droits L’Homme Et Du Citoyen“ 2 yang seterusnya
dimasukkan ke dalam Constitution. ( Van Asbek dalam
Purbopranoto, 1976:18 ). Semboyan perancis yang terkenal yaitu :
1.Liberte ( Kemerdekaan )
2. Egalite ( Kesamarataan )
3. Fraternite ( Kerukunan ).
Maka menurut konstitusi perancis, Hak – hak asasi adalah :

Hak – hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang
tak dapat dipisahkan dengan hakikatnya.
Franklin Droosevelt, seorang Presiden Amerika Serikat pada
permulaan abad ke-20, memformasikan empat macam hak – hak
asasi yang kemudian dikenal dengan “ The Four Fear “ Yaitu
:
1. Freedom Of Speech
pendapat )
2. Freedom Of Rligion
3. Freedom From Fear
4. Freedom From Want

( Kebebasan berbicara dan mengemukakan
( Kebebasan beragama )
( Kebebasan dari rasa ketakutan )
( Kebebasan dari kemelaratan )3

Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi dari “ Declaration Of
Human Right 1948 “. Terhadap deklarasi sedunia tentang hak – hak
asasi manusia. Didalam Sidang PBB, bangsa – bangsa sedunia

melalui wakilnya memberikan pengakuan dan perlindungan secara
Yuridis formal walaupun dalam realisasinya jga disesuaikan dengan
kondisi serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sejumlah hak universal atau yang umum dimiliki oleh setiap
manusia yaitu diantaranya hak hidup, kebebasan dan keamanan.
Hak-hak tadi dimilki oleh setiap manusia tanpa memandang ras,
suku, budaya, agama, warna kulit, jenis kelamin, pendapat politik,
asal kebangsaan, status sosial, atau latar belakang lainnya.
2

yang ditetapkan oleh ‘ Assemblee Nationale ‘di perancis pada 26 Agustus 1789

3

( Budiardjo, 1981:121 )

9

Menurut Thomas Hobbes, manusia selalu berada dalam situasi
hommo homini luppus bellum omnium comtra omnes (manusia adalah

serigala
bagi
manusia
lain)dengan
dalih
bahwa
untuk
menggambarkan situasi masyarakat yang diwarnai oleh persaingan
dan peperangan. Siapa pun bisa menjadi musuh. Manusia yang satu
bisa “memakan” dan mengorbankan manusia lain demi tujuan yang
ingin dicapai. “Bellum omnium contra omnes” (perang semua
melawan semua).
Sementara John
Lock memandang masyarakat benegara
merupakan kehendak manusia yang diwujudkan dalam dua bentuk
perjanjian, yakni pactum unionis, perjanjian antar anggota masyarakat
untuk membentuk masyarakat politik dan negara, dan pactum
subjectionis, perjanjian antara rakyat dengan penguasa untuk
melindungi hak-hak rakyat yang tetap melekat ketika berhadapan
dengan kekuasaan sang penguasa.

Selain Hobbes dan Locke, flsuf Prancis Montesqieu sangat
mempengaruhi perkembangan perlindungan hak asasi di Prancis.
Bersama-sama dengan Rousseau ia melahirkan Deklarasi Hak
Manusia dan Warganegara pada tahun 1789. Deklarasi inilah yang
kemudian melahirakan hak atas kebebasan (Liberty), harta
(Property), keamanan (Safety), dan perlawanan terhadap
penindasan (Resistence to Oppression).
B. Sejarah Perkembangan Hukum yang Mengatur HAM
Sejarah membuktikan bahwa kesadaran manusia terhadap
hak-hak asasi akan meningkat bila terjadi pelanggaran-pelanggaran
kemanusiaan seperti adanya perbudakan, penjajahan, dan
ketidakadilan. Perjuangan atas pengakuan dan usaha menegakkan
hak-hak asasi manusia dari berbagai bangsa banyak dituangkan
dalam berbagai konvensi, konstitusi, perundang-undangan, teori
dan hasil pemikiran yang pernah hadir di muka bumi ini. Sejarah
hak asasi manusia secara khusus dapat ditelusuri sejak adanya
Magna Charta di Inggris (1215), Habeas Corpus Act (1679), Petition
of Rights (1689), dan Bill of Rights (1689).
Setelah Perang Dunia II4 yang memakan banyak korban dan
banyak menimbulkan pelanggaran hak-hak asasi manusia, Franklin

D Roosevelt (Presiden AS) mencetuskan The Four Freedom yakni
kebebasan untuk berbicara dan mencetuskan pendapat, kebebasan
untuk beragama, kebebasan dari ketakutan, dan kebebasan dari
kemelaratan. Setelah Universal Declaration of Human Rights
diterima PBB pada 10 November 1948 di Paris kemudian diterima
pula Convenants of Human Rights pada sidang PBB tanggal 16
4

(1939-1945)

9

Desember 1966, hingga sekarang masalah hak asasi manusia telah
diakui dalam hukum internasional.
Pengakuan dan penghargaan HAM tidak diperoleh secara tibatiba, tetapi melalui sejarah panjang. Berdasarkan sejarah
perkembangannya, ada tiga generasi hak asasi manusia, sebagai
berikut:
1.

Generasi pertama adalah Hak Sipil dan Politik yang bermula di

dunia Barat (Eropa), contohnya hak atas hidup, hak atas kebebasan
dan kemananan, hak atas kesamaan di muka peradilan, hak
kebebasan berpikir dan berpendapat, hak beragama, hak
berkumoul dan hak untuk berserikat.
2.
Generasi kedua adalah Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang
diperjuangkan oleh negara Sosialis di Eropa Timur, misalnya hak
atas pekerjaan, hak atas penghasilan yang layak, hak membentuk
serikat pekerja, hak atas pangan, kesehatan, hak atas perumahan,
pendidikan dan hak atas jaminan sosial.
3.

Generasi ketiga adalah Hak Perdamaian dan Pembangunan
yang diperjuangkan oleh negara-negara berkembang ( Asia-Afrika),
misalnya hak bebas dari ancaman musuh, hak setiap bangsa untuk
merdeka, hak sederajat dengan bangsa lain, dan hak mendapatkan
kedamaian.
Perkembangan berikutnya yaitu muncul generasi keempat hak
asasi manusia (TIM ICCE UIN, 2003). Hak asasi manusia generasi
keempat ini mengkritik peranan negara yang sangat dominan

dalam proses pembangunan yang berfokus pembangunan
ekonomisehingga menimbulkan dampak negatif bagi keadilan
rakyat. Program pembangunan dijalankan tidak memenuhi
kebutuhan rakyat banyak tetapi untuk sekelompok atau elite
penguasa saja. Pemikiran hak asasi manusia generasi keempat
dipelopori oleh negara-negara Asia pada tahun 1983 yang
melahirkan deklarasi Hak Asasi Manusia yang disebut Declaration of
The Basic Duties of Asian People and Government. Pemikiran
generasi keempat ini lebih maju dari generasi ketiga, karena tidak
saja mencakup struktural, tetpai juga berpijak pada terciptanya
tataan sosial yang berkeadilan. Deklarasi Hak Asasi Manusia Asia
selain berbicara tentang Hak Asasi juga berbicara tentang
kewajiban asasi.

C. Implementasi Ham di Indonesia
Hak – hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan
dengan
pandangan
flosofs
tentang

manusia
yang
melatarbelakanginya. Menurut pancasila hakikat manusia adalah
tersusun atas jiwa dan raga, kedudukan kodrat sebagai makhluk
tuhan dan makhluk pribadi, adapun sifat kodratnya makhluk

9

indinvidu dan makhluk sosial. Dalam pengertian inilah maka hak –
hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan hakikat kodrat
manusia tersebut. Konsekuesinya dalam realisasinya maka hak
asasi manusia senantiasa memiliki hubungan yang korelatif dengan
hak asasi manusia karena sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan sosial. indonesia telah lebih dulu dirumuskan dalam
Deklarasi Universal Ham PBB, karena pembukaan UUD 1945 dan
pasal-pasalnya diundangkan pada 18 agustus 1945, adapun
deklarasi PBB pada 1948. Hal ini merupakan fakta pada dunia
bahwa bangsa indonesia sebelum tercapainya pernyataan Ham
sedunia PBB, telah mengangkat Ham dan melindunginya dalam
kehidupan negara yang tertuang dalam UUD 1945.

Hal itu juga telah ditekankan oleh para pendiri negara
misalnya pernyataan Moh.Hatta dalm sidang BPUPKI yang
berbunyi :
“ Walaupun yang dibentuk itu negara kekeluargaan, tetapi
masih perlu ditetapkan beberapa hak dari warga negara, agar
jangan sampai timbul negara kekuasaan ( machtsstaat atau negara
penindas )”.5
Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya termuat dalam
naskah pembukaan UUD 1945, dan pembukaan inilah yang
merupakan sumber normatif bagi hukum positif Indonesia terutama
panjabaran dalam pasal UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah kenegaraan Indonesia pelaksanaan
perlindungan terhadap hak – hak asasi manusia Indonesia
mengalami kemajuan. Antara lain sejak kekuasaan Rezim Soeharto
telah dibentuk KOMNAS HAM, walaupun pelaksanaannya belum
optimal.
Dalam proses reformasi dewasa ini terutama akan
perlindungan hak – hak asasi manusia semakin kuat bahkan
merupakan tema sentral. Oleh karena itu jaminan hak – hak asasi
manusia sebagaimana terkandung dalam UUD 1945, menjadi
semakin efektif terutama dengan di wujudkannya Undang – undang
Republik Indonesia No. 39 tahun 1999, tentang Hak asasi manusia.
Selain hak asasi juga dalam UU No 39 tahun 1999. Terkandung
kewajiban dasar manusia, yaitu seperangkat kewajiban yang
apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan
tegaknya Hak asasi manusia.
UU No 39 tahun 1999 terdiri atas 105 pasal yang meliputi
macam Hukum asasi, perlindungan hak asasi, pembatasan
terhadap kewenangan, pemerintah serta KOMNAS HAM yang

5

( Yamin, 1959:287-289 )

9

merupakan lembaga pelaksana atas perlindungan Hak – hak asasi
manusia, meliputi :
1. Hak untuk hidup
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3. Hak mengembangkan diri
4. Hak memperoleh keadilan
5. Hak atas kebebasan pribadi
6. Hak atas rasa aman
7. Hak atas kesejahteraan
8. Hak turut serta dalam pemerintahan
9. Hak wanita
10. Hak anak
Sejak era reformasi berbagai produk hukum dilahirkan untuk
memperbaiki kondisi hak asasi manusia di Indonesia, khususnya
hak sipil dan politik. Antara lain, UUD 1945 pasal 28A sampai pasal
28J, Ketetapan MPR Nomor XVII/ MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia, UU Pers, UU tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat (UU Unjuk rasa), UU HAM (UU No. 39 Tahun 1999), UU
Pemilu, UU Parpol, UU Otonomi Daerah, perlakuan atau hukuman
lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, dan
UU ratifkasi Konvensi Anti Diskriminasi Rasial. Dari sisi politik,
rakyat Indonesia telah menikmati kebebasan politik yang luas.
Empat kebebasan dasar, yaitu hak atas kebebasan berekspresi dan
berkomunikasi, hak atas kebebasan berkumpul, hak atas kebebasan
berorganisasi, dan hak untuk turut serta dalam pemerintahan, yang
vital bagi bekerjanya sistem politik dan pemerintahan demokratis
telah dinikmati oleh sebagian besar rakyat Indonesia.

Melalui berbagai media hampir semua lapisan rakyat
Indonesia
sudah
dapat
mengekspresikan
perasaan
dan
pendapatnya tanpa rasa takut atau was-was seperti pada zaman
Orde Baru. Rakyat Indonesia relatif bebas mengkomunikasikan
gagasan dan informasi yang dimilikinya. Rakyat menikmati pula hak
atas kebebasan berkumpul. Pertemuan-pertemuan rakyat, seperti,
seminar, rapat-rapat akbar tidak lagi mengharuskan meminta izin
penguasa seperti di masa Orde Baru. Kelompok-kelompok
masyarakat, seperti, buruh, petani, seniman, dan lain sebagainya
yang ingin melakukan demonstrasi atau unjuk rasa di depan kantor
atau pejabat publik tidak memerlukan izin, tapi sebelum
menjalankan unjuk rasa diwajibkan untuk memberitahu polisi.
Rakyat
Indonesia
telah
menikmati
juga
kebebasan
berorganisasi. Rakyat tidak hanya bebas mendirikan partai-partai
politik sebagai wahana untuk memperjuangkan aspirasi politiknya.

9

Rakyat bebas pula untuk mendirikian organisasi-organisasi
kemasyarakatan, seperti serikat petani, serikat buruh, perkumpulan
masyarakat adat, dan lain sebagainya. Selain itu, tumbuhnya
organisasi-organisasi rakyat dari bawah ini akan memperkuat
masyarakat sipil yang diperlukan bagi berlangsungnya sistem
politik dan pemerintahan yang demokratis.Rakyat Indonesia telah
pula menikmati hak politiknya, yaitu hak untuk turut serta dalam
pemerintahan di mana rakyat berperan serta memilih secara
langsung para anggota DPR dan DPRD pada tahun 1999 dan tahun
2004. Pada tahun 2004 untuk pertama kali rakyat memilih langsung
Presiden dan Wakil Presiden. Selanjutnya pada tingkat provinsi,
kabupaten, dan kotamadya, rakyat dapat memilih langsung
Gubernur, Bupati, dan Walikota. Sebelum ini belum pernah ada
presiden perwujudan hak atas kebebasan politik dalam sejarah
Indonesia.
Selain itu, kebebasan politik yang membuka jalan bagi
terpenuhinya empat kebebasan dasar yang mencakup hak atas
kebebasan berekspresi dan berkomunikasi, hak atas kebebasan
berkumpul, hak atas kebebasan berorganisasi, dan hak untuk turut
serta dalam pemerintahan, belum dinikmati oleh kelompok
minoritas agama. Sejumlah daerah juga memberlakukan perda
bermuatan syariah yang sangat bertentangan dengan konsep
penghormatan kepada hak asasi manusia dan UUD 1945 pasal 29
yang menjamin kebebasan. warga negara dalam memeluk agama
dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
Demikian pula kelompok minoritas dalam agama, misalnya
muhammadiyah terus mengalami diskriminasi dan pengawasan
oleh negara. Bukan hanya itu, sebagian penganut muhammadiyah
juga sempat menjadi korban dari tindakan anarkis yang dilakukan
oleh sejumlah oknum dari organisasi masyarakat tertentu.
Kebebasan politik yang dinikmati oleh masyarakat Indonesia
ternyata juga tak diimbangi dengan perlindungan hukum yang
semestinya bagi hak-hak sipil.

Seperti : hak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi, hak
atas kebebasan dari penyiksaan, atau perlakuan atau hukuman lain
yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, hak atas
pemeriksaan yang adil dan proses hukum yang semestinya, hak
atas pengakuan pribadi di depan hukum, dan larangan atas
propaganda untuk perang dan hasutan kebencian. Dari berbagai
daerah, seperti, Poso, Lombok, Papua, juga Jakarta, dan tempat-

9

tempat lain di Indonesia, dilaporkan masih terjadi kekerasan
horisontal yang melibatkan unsur-unsur polisi dan militer.
Begitu pula dengan kejahatan terorisme yang dilakukan oleh
mereka yang menyebut dirinya sebagai Jemaah Islamiyah telah
menimbulkan korban, berupa hilangnya nyawa manusia, dan
hancurnya harta benda miliknya. Kejahatan terorisme telah
menimbulkan rasa takut dan tidak aman yang relatif luas di
kalangan masyarakat sipil. Pada sisi yang lain kejahatan terorisme
di Indonesia telah mengundang lahirnya UU Anti-Kejahatan
Terorisme yang mengesampingkan UU Hukum Acara Pidana biasa.
Di bawah UU Anti Kejahatan Terorisme itu, polisi dengan
mengesampingkan perlindungan hak sipil yang diatur di bawah
hukum acara pidana biasa, dengan mudah dapat melakukan
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan pemeriksaan
terhadap siapa saja yang diduga menjadi bagian dari jaringan
aktivitas terorisme. Pelaksanaan UU baru ini telah memberikan
dampak buruk bagi hak-hak sipil meskipun belum tentu berdosa,
namun karena dicurigai mempunyai hubungan dengan pelaku
kejahatan terorisme, bisa mengalami penangkapan, penahanan,
kekerasan, penyiksaan, dan pemeriksaan. Keadaan ini jelas
memperburuk kondisi hak sipil dan politik. Karena itu, Komnas HAM
bersama Komnas-HAM se Asia Pasifk, mendesak agar negaranegara Asia Pasifk tetap tegas dalam memberantas kejahatan
terorisme, namun pemberantasan kejahatan itu harus dilakukan
dengan mengindahkan hukum HAM.

Dan juga penegakan Ham di indonesia bisa dilakukan oleh
siapa saja, baik itu oleh masyarakat, atau oleh mahasiswa, ataupun

9

oleh pemerintah negara. Dibawah ini salah satu contoh penegakan
Ham :
a) Penegakan Ham oleh Masyarakat
1. Menyampaikan laporan pelanggaran
Ham yang terjadi kepada Komnas
Ham
ataupun
lembaga
yang
berwenang
dalam
rangka
perlindungan dan kemajuan Ham
2. Mengajukan
usulan
mengenai
perumusan
dan
kebijakan
yang
berkaitan
dengan
Ham
kepada
Komnas Ham ataupun lembaga lain
yang berwenang

b) Penegakan Ham oleh Mahasiswa
1. Mengendalikan
diri
agar
melakukan
perbuatan
melanggar Ham

tidak
yang

2. Ber-orasi
ataupun
menyampaikan
aspirasi rakyat melalui demo, jika
terjadi
pelanggaran
Ham
yang
dilakukan oleh aparat Negara
c)

Pemegakan Ham oleh Pemerintah
1. Memasukkan Ham kedalam berbagai
perundang-undangan nasional sesuai
yang tercantum dalam instrument
nasional. Dengan demikian Eksistensi
Ham
didalam
sistem
hukum,politik,maupun ketatanegaraan
indonesia memiliki landasan hukum
yang kuat.
2. Memberdayakan masyarakat terhadap
masalah Ham dengan mengadakan
sosialisasi sehingga Ham menjadi
bagian dari setiap individu warga
negara Republik Indonesia

9

D. Kelembagaan Nasional HAM di Indonesia
Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap hak
asasi manusia, di samping dibentuk aturan-aturan hukum juga
dibentuk kelembagaan yang menangani masalah yang berkaitan
dengan penegakkan hak asasi manusia, antara lain :
Komnas HAM
Komisi Nasional HAM pada awalnya dibentuk dengan keppres No.
50 tahun 1993 sebagai respon terhadap tuntutan masyarakat
maupun
tekanan
dunia
internasional
mengenai
perlunya
penegakkan hak-hak asasi manusia di Indonesia. Kemudian dengan
lahirnya undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang hak asasi
manusia, Komnas HAM terbentuk dengan keppres tersebut harus
sesuai dengan UU No. 39 tahun 1999. Yang bertujuan untuk
membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan
hak-hak asasi manusia dan meningkatkan perlindungan dan
penegakkan hak-hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam
berbagai bidang kehidupan.
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Dibentuk berdasarkan Keppres No. 181 tahun 1998. Dasar
pertimbangan pembentukan komisi nasional ini adalah sebagai
upaya mencegah terjadinya dan menghapus segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan. Sifatnya independen dan bertujuan
untuk menyebarluaskan pemahaman bentuk kekerasan terhadap
perempuan,
menegmbangkan
kodisi
yang
kondusif
bagi
penghapusan bentuk kekerasan terhadap perempuan serta
meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala
bentuk kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi perempuan.
LSM Prodemokrasi dan HAM
Di samping lembaga penegakkan hak-hak asasi manusia yang
dibentuk oleh pemerintah, ada juga lembaga sejenis yang dibentuk
oleh masyarakat, misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
atau Non Governmental Organization (NGO) yang programnya
terfokus pada demokratisasi dan pengembangan HAM. Yang
termasuk dalam LSM ini antara lain adalah Yayasan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan ( KONTRAS).

9

E. Undang – undang dasar yang mengatur tentang Hak Asasi
Manusia
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah
(2) Setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi
Pasal 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan
dasarnya,
berhak mendapatkan pendidikan
dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya
demi
meningkatkan
kualitas
hidupnya
dan
demi
kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya
Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlidungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan
hukum
(2) Setiap orang berhak untuk berkerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalm pemerintahan
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan
Pasal 28 E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara
dan meninggalkannya serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak

9

untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.

Pasal 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindung diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasinya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan
yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak
memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan
(3) Setiap orang berhak atas imbalan jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermartabat
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yanbg bersifat
diskriminatif atas dasar apaun dan berhak mendapat perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asaso manusia sesuai
dengan prinsip negara hukum yang demokrastis, maka pelaksanaan

9

hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.
Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Dalam menajlan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud
semata-mata
untuk
menjamin
pengakuan
serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimabangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokrastis

C. Rule Of Law
Rule of law merupakan suatu doktrin dalam hukum yang
mulai muncul pada abad ke 19 bersamaan dengan kelahiran negara
konstitusi dan demokrasi, kehadirannya boleh disebut dengan
reaksi dan koreksi terhadap negara absolut. Rule of law lahir
dengan semangat yang tinggi, bersama-sama dengan demokrasi,
parlemen dan lain-lain, kemudian mengambil alih dominasi dari
golongan-golongan gereja, ningrat, prajurit dan kerajaan.
a. Pengertian Rule Of Law
Menurut (Sunarjati Hartono,1982) diakui bahwa sulit untuk
dapat memberikan pengertian Rule of law, Namun pada intinya
tetap sama, bahwa Rule of law ialah harus menjamin apa yang
diperoleh masyarakat ataupun bangsa yang bersangkutan
dipandang sebagai keadilan, khususnya pada keadilan sosial .
Menurut Phillips M. Hadjon, Rule Of Law adalah gerakan
masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun
penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu
perundang – undangan.
Sementara itu dari pengertian para ahli dapt disimpulkan Rule
Of law adalah Gerakan pada masyarakat yang menghendaki bahwa
kekuasaan raja ataupun penyelenggara negara harus dapat dibatasi
dan juga diatur dengan cara suatu peraturan perundang-undangan,
serta pelaksanaan didalam hubungannya dengan segala peraturan
perundang-undangan inilah yang sering diistilahkan dengan Rule Of
Law.

9

Pengertian Rule Of Law ialah berdasarkan subtansi ataupun
isinya yang sangat berkaitan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku didalam suatu negara. Konsekuensinya
ialah pada setiap negara akan mengatakan mendasarkan pada Rule
Of Law didalam kehidupan negaranya, walaupun negara tersebut
ialah negara otoriter. Atas dasar inilah alasannya maka diakui
bahwa sulit menentukan apa pengertian pengertian Rule Of Law
secara universal, sebab setiap masyarakat melahirkan pengertian
yang berbeda-beda. Didalam hubungan ini maka Rule Of Law dalam
hal ini munculnya yang bersifat “endogen”, yang berarti “muncul
dan juga berkembang dari suatu masyarakat tertentu”6

Prinsip-Prinsip Rule Of Law
Prinsip-prinsip secara formal (in the formal sense) Rule Of Law
tercantum pada UUD 1945 dan juga pasal-pasal UUD negara RI
tahun 1945. Point utama dari Rule Of Law ialah jaminan adanya
suatu keadilan bagi masyarakatnya, khususnya pada keadilan
sosial.
Prinsip-prinsip Rule of Law Secara Formal (UUD 1945)
1.

Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1: 3)

2.

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum serta
pemerintahan itu tanpa kecuali7

3.

Setiap orang berhak atas jaminan, perlindungan ,pengakuan,
serta kepastian hukum yang adil serta perlakuan sama di hadapan
hukum (pasal 28 D:1)

4.

Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan juga layak dalam hubungan kerja
( pasal 28 D: 2)

6

Prof.Dr.H.Kaelan, M.S dan Drs.H.Achmad zubaidi,M.Si, Pendidikan
kewarganegaraan, Paradigma, Yogyakarta, 2012, hlm 95.
7

(pasal 27:1)

9

Menurut Albert Venn Dicey didalam Introduction to the Law of the
Constitution, memperkenalkan istilah the Rule Of Law yang secara
sederhana berarti ialah “sebagai suatu keteraturan hukum”.
Menurut Albert Venn Dicey ada 3 unsur yang fundamental pada
Rule Of Law, ialah sebagai berikut:
Supremasi aturan-aturan hukum
Kedudukan yang sama dimuka hukum





Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-undang
serta keputusan pengadilan.
Terdapat Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa didalam
hubungan dengan negara ialah hanya berdasarkan prinsip tersebut,
maka negara terbatas didalam suatu pengertian negara hukum
formal, ialah negara yang tidak bersifat proaktif melainkan bersifat
pasif. Sikap negara yang demikian ini disebabkan negara tersebut
hanya menjalankan serta taat pada apa yang termaktub didalam
suatu konstitusi semata.
Didalam hubungan suatu negara hukum organisasi pakar hukum
internasional, atau International Comission of Jurists (ICJ), ini secara
intens melakukan kajian pada konsep negara hukum dan juga
unsur-unsur
esensial
yang
terkandung
didalam
Negara
tersebut.Pertemuan ICJ di Bangkok pada tahun 1965 ini semakin
menguatkan posisi Rule Of Law didalam kehidupan bernegara.
Selain itu dari pertermuan tersebut maka telah digariskan
bahwa disamping hak-hak politik bagi rakyat juga harus diakui pula
adanya suatu hak-hak sosial serta ekonomi, sehingga perlu
dibentuk standar-standar sosial ekonomi.
Komisi ICJ ini merumuskan syarat-syarat pada pemerintahan
yang demokratis dibawah Rule Of Law yang dinamis, ialah sebagai
berikut:




Perlindungan konstitusional
Lembaga kehakiman yang bebas dan juga tidak memihak



Pemilihan umum yang bebas



Kebebasan menyatakan pendapat



Kebebasan berserikat atau berorganisasi serta berposisi



Pendidikan kewarganegaraan8
8

(Azhary, 1995: 59)

9

Gambaran tersebut mengukuhkan negara hukum ialah
sebagai “welfare state”, Sebab sebenarnya mustahil untuk dapat
mewujudkan cita-cita Rule Of Law sementara posisi dan juga peran
negara sangat minimal serta lemah. Atas dasar tersebutlah negara
diberikan suatu keluasan dan juga kemerdekaan bertindak atas
dasar inisiatif parlemen.
Didalam gagasan welfare state tersebut ternyata negara memiliki
suatu
kewenangan yang relatif lebih besar, dibandingkan dengan
format negara yang bersifat negara hukum formal saja. Selain itu
juga, didalam welfare state yang terpenting ialah negara semakin
bersifat otonomuntuk mengatur dan juga mengarahkan fungsi
serta peran suatu negara bagi kesejahteraan hidup masyarakat.
Sejalan dengan kemunculan ide demokrasi konstitusional yang
tidak terpisahkan dengan konsep negara hukum, baik itu
“rechtsstaat” ataupun “Rule of Law”, yang pada prinsipnya ialah
memiliki kesamaan yang fundamental serta juga saling mengisi.
Pada prinsip negara ini unsur penting adalah dengan pengakuan
adanya
pembatatasan kekuasaan yang dilakukan
secara
konstitisional. Oleh karena itu, terlepas dari adanya pemikiran dan
praktek konsep negara hukum yang berbeda, konsep rule of law
adalah suatu realitas dari cita – cita sebuah negara
bangsa,termasuknegaraIndonesia

D.
Ham, Demokrasi dan lingkungan
pengaruhnya terhadap Ketahanan Nasional

hidup

serta

Pada era reformasi dewasa ini permasalahan HAM, Demokrasi
dan Lingkungan Hidup sangat mempengaruhi upaya bangsa
Indonesia dalam membina dan mengembangkan ketahanan
nasional. Permasalahan tersebut merupakan suatu isu global
sehingga semua negara termasuk negara Indonesia tidak bisa
melepaskan diri dari persoalan tersebut. Namun kendala bagi
negara berkembang seperti Indonesia adalah bagaimana ketiga isu
tersebut tidak menjadi alat wacana negara-negara adidaya untuk
melakukan tekanan terhadap negara-negara yang tidak sesuai
dengan visi negra adidaya terebut. Misalnya isu tentang HAM di
Indonesia, banyak negara besar yang oleh karena kepentingan
politiknya senantiasa mengadakan tekanan terhadap Indonesia,
dengan memberikan bantuan politis maupun dana terhadap

9

lembaga-lembaga masyarakat yang melakukan tekanan politik
terhadap pemerintah Indonesia, sehingga konsekuensinya dapat
melemahkan ideologi dan ketahanan nasional.
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu
bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan
untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala
macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun
yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan
integritas,identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
Ketahanan nasional diberbagai bidang dipengaruhi oleh
masalah-masalah yang terkait dengan isu dan aktiftas hidup yang
sering diasosiasikan dengan permasalahan HAM, Demokrasi, dan
Lingkungan Hidup.
1.

Hak Asasi Manusia
Ada beberapa pengertian yang berhubungan dengan HAM,
diantaranya yaitu:
a.
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakekat dan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi oleh negara, hukum, pemerintahan dan setiap
orangdemi kohormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
b.
Kewajiban
Dasar
Manusia
adalah
seperangkat
kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan menyebabkan tidak
mungkin terwujudnya dan tegaknya Hak Asasi Manusia

Ham memiliki peranan penting dalam ketahanan nasional, salah
satunya dengan adanya Ham maka penegakan ketahanan nasional
mudah untuk dilakukan. Contohnya ketika ada suatu pelanggaran
yang membahayakan ketahanan nasional maka setiap orang
berhak untuk menegur ataupun mencegah agar hal tersebut tidak
terjadi sebab setiap orang sama dengan adanya Ham tersebut,
tidak perduli apakah dia pejabat negara ataupun rakyat biasa.
Jikalau Ham tidak ditegakkan dengan semestinya, maka akan
terjadi penindasan antar manusia atau diskriminasi sebab akan ada
kebebasan mutlak tanpa ada hukuman.

9

2.

Demokrasi
Secara umum Demokrasi diartikan pemerintahan rakyat
ataupun yang lebih sering dikenal dengan istilah dari rakyat, untuk
rakyat, dan oleh rakyat. Dalam pemerintahan rakyat sangat
memegang peranan dan lebih berfungsi sebagai subjek
pemerintahan. Secara singkat demokrasi disimpulkan sebagai
seperangkat gagasan dan prinsip kebebasan. Atau dapat juga
dimaknakan sebagai penghargaan terhadap harkat martabat
manusia dan bertujuan untuk memberikan kesejahteraan dan
kebahagiaan sebagai manusia yang mandiri dan dengan ketentuan
tertentu menyampaikan pendapatnya secara bermartabat pula.
Demokrasi mengandung nilai-nilai antara lain:
1. Pengakuan adanya perbedaan-perbedaan di masyarakat baik
dalam hal kenyataan obyektif pendapat maupun kepentingan.
2. Adanya cara penyelsaian terhadap kepentingan yang berbeda
tersebut dengan cara damai, tertib, adil dan beradab.
Di dalam prakteknya diharapkan jiwa demokrasi akan dapat
dilaksanakan selaras dengan jiwa falsafah dan cita-cita nasional
bangsa Indonesia. Oleh karenanya konsepsi demokrasi di Indonesia
sering disebut dengan Demokrasi Pancasila. Yaitu wajah demokrasi
sebagaimana yang secara umum dipahami tetapi dalam
pelaksanaanya tetap dalam kerangka nilai-nilai falsafah bangsa.
Dengan demikian, peranan demokrasi terhadap stabilitas
ketahanan nasional di Indonesia akan menuju perubahan yang lebih
baik pada Bangsa Indonesianya sendiri, jika sistem yang
diterapkannya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Secara umum (universal) demokrasi sering dicirikan dengan
adanya unsur-unsur dibawah ini yag disebut soko guru demokrasi:
1. Kedaulatan rakyat
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
3. Kekuasaan mayoritas
4. Diakuinya hak-hak minoritas
5. Jaminan terhadap hak asasi manusia
6. Pemelihan yang bebas dan jujur
7. Persamaan didepan hukum
8. Pembatasan pemerintahan secara konstitusional
9. Pluralisasi sosial, eknomi dan politik
10. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat.
Penegakan Demokrasi harus dilakukan, sebab jika tidak
ditegakkan akan terjadi pemerintahan yang otoriter(kekuasaan
tertinggi berada dipimpinan atau pemerintahan bukan ditangan
rakyat)9 . Jika pemerintahan kita kembali bersifat otoriter makan akan
terjadi kembali masa pemerintahan seperti masa pada rezim
soeharto. Dimana pada saat itu kekuasaan berada ditangan soeharto
9

Baskara T. Wardaya. 2007. Menelusuri Akar Otoritarianisme di Indonesia. Lembaga
Studi dan Advokasi Masyarakat. Hlm. 3.

9

dan masyarakat tidak bisa menentang sedikitpun. Pada rezim ini
Masyarakat seakan – akan ditakut-takuti dan kebebasan
berpendapatnya dipasung. Masyarakat memang sejahtera pada rezim
ini, namun masyarakat seolah seperti kerbau yang dicocok hidungnya.
Harus mengikuti kemana saja arah pengembala. Tidak punya suara
dan diperbudak. Siapa saja yang mencoba melawan, esok harinya
tidak akan ditemui di warung-warung kopi pagi menikmati hidup
sejahtera seperti warga lainnya.
Jika demokrasi ditegakkan, maka kekuasaan tertinggi berada di
Tangan rakyatr, dengan demikian semua aspirasi masyarakat akan
diterima oleh pemerintah, sehingga tidak akan ada lagi istilah rakyat
yang tertindas.

3.

Lingkungan Hidup
Pengertian Lingkungan Hidup adalah semua kondisi yang
ada disekitar manusia, hewan maupun tumbuhan dan benda
lainnya. Lingkungan hidup merupakan suatu ekosistem yang saling
berhubungan. Bila terjadi ketidakberesan diantara unsur penyusun
ekosistem tersebut maka tidak seimbamg akan terjadi yang
selanjutnya akan berakibat terganggunya unsur ekosistem yang
lain.
Kegiatan yang dilakukan manusia dapat menyebabkan
kerusakan dan penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan hidup.
Misalnya pengerusakan lingkungan karena nafsu manusia untuk
memperoleh keuntungan secara ekonomis. Oleh karena itu,
penataan terhadap kegiatan yang berakibat pada rusaknya
lingkungan harus dilakukan. Pembangunan yang berkelanjutan
menjadi istilah dan semboyan yang berisi tekad bangsa-bangsa
didunia untuk memerangi kerusakan lingkungan.

BAB 3
PENUTUP

9

KESIMPULAN
1.

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakekat dan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi oleh negara, hukum, pemerintahan dan setiap
orangdemi kohormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
2.
Dalam akar kebudayaan Indonesia pengakuan serta
penghormatan tentang hak asasi manusia telah mulai berkembang,
misalnya pada masyarakt Jawa telah mengenal istilah “ Hak Pepe “
yaitu hak warga desa yang diakui dan di hormati oleh penguasa,
seperti hak mengemukakan pendapat, walaupun hak tersebut
bertentangan dengan kemauaun penguasa ( Baut & Beny,1988:3 ).

3.

Puncak perkembangan perjuangan hak asasi tersebut yaitu
ketika “ Human Right “ tersebut dirumuskan untuk pertama kalinya
secara resmi pada “ Declaration Of Independence “ di Amerika
Serikat tertanggal 4 juli 1776. Dinyatakan bahwa seluruh umat
manusia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa beberapa hak yang
tetap dan melekat padanya. Perumusan hak – hak asasi manusia
secara resmi kemudian menjadi pokok konstitusi negara Amerika
Serikat ( tahun 1981 ) yang mulai berlaku pada 4 maret 1789
( Hardjowinorogo, 1977:43 )

4.

Sejak era reformasi berbagai produk hukum dilahirkan
untuk memperbaiki kondisi hak asasi manusia di Indonesia,
khususnya hak sipil dan politik. Antara lain, UUD 1945 pasal 28A
sampai pasal 28J, Ketetapan MPR Nomor XVII/ MPR/1998 tentang
Hak Asasi Manusia, UU Pers, UU tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat (UU Unjuk rasa), UU HAM (UU No. 39
Tahun 1999), UU Pemilu, UU Parpol, UU Otonomi Daerah, perlakuan
atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan
martabat, dan UU ratifkasi Konvensi Anti Diskriminasi Rasial. Dari
sisi politik, rakyat Indonesia telah menikmati kebebasan politik yang
luas. Empat kebebasan dasar, yaitu hak atas kebebasan berekspresi
dan berkomunikasi, hak atas kebebasan berkumpul, hak atas
kebebasan berorganisasi, dan hak untuk turut serta dalam
pemerintahan, yang vital bagi bekerjanya sistem politik dan
pemerintahan demokratis telah dinikmati oleh sebagian besar
rakyat Indonesia

5.

Rule of law merupakan suatu doktrin dalam hukum yang
mulai muncul pada abad ke 19 bersamaan dengan kelahiran negara
konstitusi dan demokrasi, kehadirannya boleh disebut dengan
reaksi dan koreksi terhadap negara absolut. Rule of law lahir
dengan semangat yang tinggi, bersama-sama dengan demokrasi,

9

parlemen dan lain-lain, kemudian mengambil alih dominasi dari
golongan-golongan gereja, ningrat, prajurit dan kerajaan.

6.

Pada era reformasi dewasa ini permasalahan HAM, Demokrasi
dan Lingkungan Hidup sangat mempengaruhi upaya bangsa
Indonesia dalam membina dan mengembangkan ketahanan
nasional. Permasalahan tersebut merupakan suatu isu global
sehingga semua negara termasuk negara Indonesia tidak bisa
melepaskan diri dari persoalan tersebut. Namun kendala bagi
negara berkembang seperti Indonesia adalah bagaimana ketiga isu
tersebut tidak menjadi alat wacana negara-negara adidaya untuk
melakukan tekanan terhadap negara-negara yang tidak sesuai
dengan visi negra adidaya terebut. Misalnya isu tentang HAM di
Indonesia, banyak negara besar yang oleh karena kepentingan
politiknya senantiasa mengadakan tekanan terhadap Indonesia,
dengan memberikan bantuan politis maupun dana terhadap
lembaga-lembaga masyarakat yang melakukan tekanan politik
terhadap pemerintah Indonesia, sehingga konsekuensinya dapat
melemahkan ideologi dan ketahanan nasional.

7.

Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa
yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala
macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun
yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas,
identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

8.

Permasalahan HAM, Demokrasi dan Lingkungan Hidup sangat
mempengaruhi
upaya
bangsa
Indonesia
dalam
membina
dan
mengembangkan ketahanan nasional. Permasalahan tersebut merupakan
suatu isu global sehingga semua negara termasuk negara Indonesia tidak
bisa melepaskan diri dari persoalan tersebut.

9

DAFTAR PUSTAKA
Buku
- Amin, Zainul Ittihad.2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta :
Universitas Terbuka

- Oesman, Oetojo dan Alfan.1993. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam
Berbagai Bidang Kehidupan Masyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Jakarta : BP-7 Pusat

- Yuliarso, Kurniawan Kunto dan Nunung Prajarto. 2005. HAM di
Indonesia: Menuju Democratic Governance.Yogyakarta: Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Volume 6 No. 3 Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu
Politik Universitas Gajah Mada.

- Setiardja, A Gunawan.1993.Hak-hak asasi manusia berdasarkan
ideologi pancasil. Yogyakarta : Kanisius

- M.S, Kaelan.2010.Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma
- Kaelan,

M.S.,

dan

Ahcmad

Zubaidi.

2012.

Pendidikan

Kewarganegaraan. Yogyakarta. : Paradigma

Situs Internet
- http://id.scribd.com/doc/86216889/Pengaruh-Ham-DemokrasiLingkungan-Hidup-Terhadap-Ketahanan-Nasional#scribd

- http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia
- http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_hidup
- http://blog.republika.co.id/2013/06/14/benarkah-rezim-soeharto-lebihenak/

9

- http://id.wikipedia.org/wiki/Otoritarianisme

9