ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMODIALISA
Oleh :
Muhammad Syamsul Bakhri
Pendahuluan
Hemodialisis adalah suatu proses memisahkan sisa metabolisme yang tertimbun dalam
darah dan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit juga asam basa melalui sirkulasi

ekstrakorporeal dengan menggunakan ginjal buatan.
Beberapa aspek yang mempunyai hubungan erat dengan masalah keperawatan antara lain
: Ginjal buatan, Dialisat, Pengolahan Air, Akses Darah, Antikoagulan, tekhnik Hemodialisa,
Perawatan Pasien Hemodialisa, Kompliokasi akut hemodialisa dan pengelolaannya, peranan
perawat

yang

bekerja

di

luar


HD

(ruang

perawatan

biasa)

Tindakan hemodialisa dilakukan ketika ginjal sudah tidak dapat berfungsi dengan normal.
Pada gagal ginjal kronik maka hemodialisa bisa dilakukan seumur hidup bila tidak melakukan
operasi transplantasi ginjal.

Definisi
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah yang terjadi
akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis.
Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis
dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury)
yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang dilakukan HD dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD persiapan/preparative, dan HD kronik/regular

(Daurgirdas et al., 2007).
Tujuan
a.

membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.

b.

Membuang kelebihan air.

c.

Mempertahankan sistem buffer tubuh.

d.

Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

e.


Memperbaiki status kesehatan pasien.

Proses Hemodialisa
Ada tiga prinsip yang mendasari cara kerja hemodialisis, yaitu:
a. Difusi
Toksik dan limbah di dalam darah dialihkan melalui proses difusi. Melalui cara
bergeraknya darah yang berkosentrasi tinggi ke cairan dialisat yang berkonsentrasi lebih
rendah. Cairan dialisat tersusun dari elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel
yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat
secara tepat.
b. Osmosis
Air yang berlebih dikeluarkan melalui proses osmosis. Keluarnya air dapat diatur dengan
menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari tekanan yang lebih tinggi (tubuh) ke
tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat).
c. Ultrafiltrasi
Peningkatan gradien tekanan dengan penambahan tekanan negatif yang biasa disebut
ultrafiltrasi pada mesin dialysis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini. Untuk
meningkatkan kekuatan penghisap pada membrane dan memfasilitasi pengeluaran
air. Kekuatan ini diperlukan hingga mencapai isovolemia (keseimbangan cairan).
Indikasi dan Kontraindikasi Hemodialisa

1. Indikasi
a. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara sampai
fungsi ginjal kembali pulih.
b. Pasien dengan penurunan LFG yang diikuti gejala uremik, asidosis dll
c. Indikasi Biokimia
-

BUN > 100 mg/dl

-

Kreatinin > 10 mg/dl

-

Hiperkalemia

-

Asidosis metabolic tak dapat diatasi


f. Indikasi Klinis
-

Anoreksia, nausea, muntah

-

Ensepalopati uremikum

-

Edema paru, refraktur dieresis

-

Perikarditis uremikum

-


Perdarahan uremik

2.Kontra indikasi
akses vaskuler sulit, hemodinamik tidak stabil dan gangguan kekentalan darah. penyakit
alzheimer, dan enselofati (PERNEFRI, 2003).
Frekwensi Hemodialiasa
Sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 2 - 3 x/mgg, setiap HD berlangsung ± 4
jam.
Program dialisis dikatakan berhasil, jika :
a.

Pasien mencapai BB kering.

b.

Pasien makan dengan diit normal.

c.

Kadar Hb ≥ 10 g/dl.


d.

Tekanan darah normal.

Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang menjalani HD adalah gangguan
hemodinamik. Tekanan darah umumnya menurun dengan dilakukannya UF atau penarikan
cairan saat HD. Hipotensi intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang menjalani HD reguler.
Namun sekitar 5-15% dari pasien HD tekanan darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut
hipertensi intradialitik atau intradialytic hypertension (HID) (Agarwal dan Light, 2010).
Komplikasi HD dapat dibedakan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Daurgirdas et al., 2007).

2.2.1 Komplikasi akut
Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis berlangsung.
Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot, mual muntah, sakit kepala, sakit
dada, sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil (Daurgirdas et al., 2007; Bieber dan
Himmelfarb, 2013). Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah gangguan hemodinamik, baik
hipotensi maupun hipertensi saat HD atau HID. Komplikasi yang jarang terjadi adalah sindrom

disekuilibrium, reaksi dialiser, aritmia, tamponade jantung, perdarahan intrakranial, kejang,
hemolisis, emboli udara, neutropenia, aktivasi komplemen, hipoksemia (Daurgirdas et al., 2007).

Tabel 2.3 Komplikasi Akut Hemodialisis (Bieber dan Himmelfarb, 2013)

Komplikasi
Hipotensi
Hipertensi
Reaksi Alergi
Aritmia
Kram Otot
Emboli Udara
Dialysis disequilibirium

Masalah pada dialisat / kualitas air
Chlorine
Kontaminasi Fluoride
Kontaminasi bakteri / endotoksin

Penyebab

Penarikan cairan yang berlebihan, terapi antihipertensi,
infark jantung, tamponade, reaksi anafilaksis
Kelebihan natrium dan air, ultrafiltrasi yang tidak adekuat
Reaksi alergi, dialiser, tabung, heparin, besi, lateks
Gangguan elektrolit, perpindahan cairan yang terlalu
cepat, obat antiaritmia yang terdialisis
Ultrafiltrasi terlalu cepat, gangguan elektrolit
Udara memasuki sirkuit darah
Perpindahan osmosis antara intrasel dan ekstrasel
menyebabkan sel menjadi bengkak, edema serebral.
Penurunan konsentrasi urea plasma yang terlalu cepat
Hemolisis oleh karena menurunnya kolom charcoal
Gatal, gangguan gastrointestinal, sinkop, tetanus, gejala
neurologi, aritmia
Demam, mengigil, hipotensi oleh karena kontaminasi dari
dialisat maupun sirkuti air

2.2.2. Komplikasi kronik
Adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan hemodialisis kronik. Komplikasi
kronik yang sering terjadi dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini. (Bieber dan Himmelfarb,

2013).

Tabel 2.4 Komplikasi kronik hemodialisis (Bieber dan Himmelfarb, 2013)
Penyakit jantung
Malnutrisi
Hipertensi / volume excess
Anemia
Renal osteodystrophy
Neurophaty
Disfungsi reproduksi
Komplikasi pada akses
Gangguan perdarahan
Infeksi
Amiloidosis
Acquired cystic kidney disease

ASUHAN KEPERAWATAN
I.

Pengkajian


a. Keluhan
Klien dengan hemodialisis biasanya mengeluhkan: Lemas, pusing, gatal, baal-baal,
bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan,
susah tidur, berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri
dada, nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, pandangan gelap, nyeri otot,
nyeri pada penusukkan jarum, rembes pada akses darah, keringat dingin, batuk berdahak/
tidak.

b. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Riwayat Pengembangan Keluhan Utama dengan perangkat PQRST dan pengaruhnya
terhadap aktivitas sehari-hari
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Menanyakan adanya riwayat infeksi saluran kemih, infeksi organ lain, riwayat kencing
batu/obstruksi, riwayat konsumsi obat-obatan, jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat
penyakit endokrin, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat darah tinggi, riwayat
kehamilan, riwayat dehidrasi, riwayat trauma.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menanyakan riwayat polikistik, diabetes, hipertensi, riwayat penyakit ginjal yang lain.
Cantumkan genogram min. tiga generasi.
Pemeriksaan Fisik
Aktivitas istirahat/tidur
o

Lelah,, lemah atau malaise

o

Insomnia

o

Tonus otot menurun

o

ROM berkurang

Sirkulasi
o

Palpitasi, angina, nyeri dada

o

Hipertensi, distensi vena jugularis

o

Disritmia

o

Pallor

o

Hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus

o

Edema periorbital-pretibial

o

Anemia

o

Hiperlipidemia

o

Hiperparatiroid

o

Trombositopeni

o

Pericarditis

o

Aterosklerosis

o

CHF

o

LVH

Eliminasi
o

Poliuri pada awal gangguan ginjal, olguri dan anuri pada fase lanjut

o

Disuri, kaji warna urin

o

Riwayat batu pada saluran kencing

o

Ascites, meteorismus, diare, konstipasi

Nutrisi/cairan
o

Edema, peningkatan BB

o

Dehidrasi, penurunan BB

o

Mual, muntah, anorexia, nyeri ulu hati

o

Efek pemberian diuretic

o

Turgor kulit

o

Stomatitis, perdarahan gusi

o

Lemak subkutan menurun

o

Distensi abdomen

o

Rasa haus

o

Gastritis ulserasi

Neurosensor
o

Sakit kepala, penglihatan kabur

o

Letih, insomnia

o

Kram otot, kejang, pegal-pegal

o

Iritasi kulit

o

Kesemutan, baal-baal

Nyeri/kenyamanan
o

Sakit kepala, pusing

o

Nyeri dada, nyeri punggung

o

Gatal, pruritus,

o

Kram, kejang, kesemutan, mati rasa

Oksigenasi
o

Pernapasan kusmaul

o

Napas pendek-cepat

o

Ronchi

Keamanan
o

Reaksi transfuse

o

Demam (sepsis-dehidrasi)

o

Infeksi berulang

o

Penurunan daya tahan

o

Uremia

o

Asidosis metabolic

o

Kejang-kejang

o

Fraktur tulang

Seksual
o

Penurunan libido

o

Haid (-), amenore

o

Gangguan fungsi ereksi

o

Produksi testoteron dan sperma menurun

o

Infertile

Pengkajian Psikososial
o

Integritaqs ego

o

Interaksi social

o

Tingkat pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya

o

Stress emosional

o

Konsep diri

Laboratorium
o

Urine lengkap

Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre dan post, kreatinin pre

o

dan post, protein total, albumin, globulin, SGOT-SGPT, bilirubin, gama gt, alkali fosfatase,
kalsium, fosfor, kalium, natrium, klorida, gula darah, SI, TIBC, saturasi transferin, feritin serum,
pth, vit D, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti HIV, CRP,
astrup:pH/P02/pC02/HCO3
Biasanya dapat ditemukan adanya: anemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemi,

o

ureumikum, kreatinin meningkat, pH darah rendah, GD klien DM menurun
Radiologi
Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran pembesaran jantung,

o

adanya batu saluran kencing/ginjal, ukuran korteks, gambaran keadaan ginjal, adanya
pembesaran ukuran ginjal, vaskularisasi ginjal.
Sidik nuklir dapat menentukan GFR

o

EKG
Dapat

o

dilihat

adanya

pembesaran

jantung,

gangguan

irama,

hiperkalemi,

hipoksia miokard.
Biopsi
Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal

o

II.

Diagnosa Keperawatan dan intervensi

NO

DIAGNOSA

TUJUAN

1

KEPERAWATAN
Pola nafas tidak efektif b.d

Pola nafas efektif dengan

-

Penumpukan cairan
pada paru

criteria :
-

Klien mengatakan

INTERVENSI
1. Beri O2
nasal/masker/reservoir sesuai
dengan tingkat sesak

-

Asidosis

-

Anemia

-

RR 16-20 x/mnt

-

Hiperkalemia

-

Tidak

sesak berkurang

pernafasan cuping

Karakteristik :
-

hidung

Klien mengeluh
sesak

-

RR > 30 x/mnt

-

Pernafasan cuping

-

hidung
-

Tarikan intercostae

-

Lab BGA
menunjukkan
asidosis (pH > 7,45

ada

-

Tidak ada tarikan

posisi

semi

fowler/

dengan

medis

fowler
3. Kolaborasi
prescript HD
4. Lakukan UF didepan bila
perlu

intercostae

5. Atur UFR

Nilai BGA Post

6. Kolaborasi

dengan

medis

HD normal

dalam pemberian tranfusi jika

Nilai Kalium post

Hb < 7 mg/dl

HD normal
-

2. Atur

7. Observasi Sign Vital

Kadar HB > 7 mg/
dl

dll)

2

-

Hb < 7 mg/dl

-

Adanya Ronchi

-

Sputum campur

darah
Gangguan rasa nyaman:

Kram berkurang/hilang

kram b.d.

dengan criteria

relaksasi, hiperekstensi

Hipotensi

Keluhan kram berkurang

bagian tubuh yang kram.

UFR↑/penarikan cairan di

Otot yang kram rileks

bawah BB kering

Klien nampak tenang

penyebab kram, ukur tekanan

Kandungan sodium pada

Tensi dalam batas normal

darah

cairan dialisat rendah
Hipokalsemi

1. Anjurkan klien untuk

2. Lakukan distraksi, kaji

3. Bila disertai hipotensi,
berikan normal salin;diikuti
pemberian larutan hipertonik

Karakteristik:

dianjurkan glukosa 40%

Klien mengeluh kram

(tidak diberikan pada klien

Otot pada anggota tubuh

diabetic)

yang kram nampak tegang

4. Kolaborasi pemberian

Klien nampak kesakitan

kalsium iv bila hipokalsemi

Klien nampak gelisah

5. Kolaborasi pemberian

Tensi menurun

relaksan oral 2 jam sebelum
dialysis
6. Evaluasi BB kering klien,
atur UF Goal dengan hati-hati
7. Anjurkan kepada klien untuk
latihan peregangan pada
anggota badan yang serting
kram
8. atur nilai sodium pada cairan
dialisat tidak terlalu rendah.

3

Gangguan rasa nyaman:

Ekspresi wajah tenang

nyeri kepala b.d

Keluhan sakit kepala

Sindroma dis-equilibrium

berkurang/hilang

ringan

Gelisah (-)

Penggunaan larutan dialisat

Minum kopi terkendali

yang mengandung asetat

Qb minimal

Penarikan kafein dari darah

Menggunakan dialisat

secara mendadak bagi klien

bicnat

peminum kopi

Time dialysis terkendali

1. Observasi tanda vital, kaji
tingkat nyeri
2. Anjurkan relaksasi dan
lakukan distraksi
3. Turunkan QB sampai batas
minimal (150 ml/mnt)
4. Ganti dialisat asetat dengan
bicnat
5. Berikan asetaminofen sesuai
anjuran

Karakteristik:
Klien mengeluh sakit kepala
Ekspresi wajah nampak
meringis
Nampak gelisah
Riwayat peminum kopi
QB tinggi
Penggunaan dialisat asetat

6. Anjurkan untuk membatasi
kopi sebelum cuci darah
7. Hentikan dialysis bila sakit
kepala tidak hilang

4

Time dialysis terlalu lama
Resiko terjadi hipotensi b.d.

Hipotensi tidak terjadi

1. Penurunan volume darah

dengan criteria:

yang berlebihan akibat:
-

Fluktuasi UFR

-

UFR yang tinggi

-

akibat peningkatan
BB yang tinggi
-

-

jam/lebih sering bila perlu
sebagai deteksi dini hipotensi

Tanda vital dalam
batas normal

-

1. Monitor tanda vital tiap

2. Kaji adanya keluhan mual,

Keluhan pusing,

pusing sebagai deteksi dini

mual (-)

hipotensi

UFR tidak lebih

3. Atur UFR dengan cara: BB

BB kering yang

dari selisih BB per

sebelum cuci dikurangi BB

terlalu rendah

time dialysis < 5%

kering dibagi time dialysis

Sodium cairan

BB kering

tidak lebih dari 5% BB

Mengkonsumsi

kering

dialisat terlalu rendah

-

4. Anjurkan tidak

2.Penurunan fungsi

OAH pada wakrtu

vasokonstriksi akibat

yang tepat

mengkonsumsi OAH

Menggunakan

sebelum cuci

-

Obat anti hipertensi

-

(OAH)

dialisat bicnat, Na

5. Atur pemberian dialisat :

-

Cairan dialisat asetat

ditingkatkan, suhu

-

Gunakan bicnat hindari asetat

-

Suhu cairan dialisat

diturunkan

-

Tingkatkan nilai sodium

BB kering

-

Turunkan suhu dialisat ke 34-

terlalu panas
3.Penurunan fungsi jantung
-

Kegagalan
meningkatkan

-

36°C

terkendali

6. Re-evaluasi BB kering
7. Anjurkan untuk tidak makan
secara berlebihan saat

denyutan jantung

menjalani HD

secara tepat karena
penurunan

8. Bila diketahui tensi menurun
dan terdapat keluhan pusing:

pengisiannya akibat:
memakan β bloker,
neuropati

-

-

Ketidak mampuan

Atur posisi kepala lebih
rendah

otonom uremikum,
ketuaan.

Berikan oksigen lembab

-

Turunkan UFR serendah
mungkin

-

meningkatkan
kardiak output karena

Berikan normal salin 100
cc/lebih

-

alas an lain :

Berikan larutan hipertonis

penurunan
kontraktilitas otot
jantung akibat
ketuaan, hipertensi,
aterosklerosis,
kalsifikasi
miokardial, penyakit
katup, amiloidosis dll
4.Sepsis, perdarahan samar,
arritmia, hemolisis, emboli
udara, anafilksis
Karakteristik
-

Klien mengeluh
pusing, mual, kram

-

Tensi menurun

-

UFR tinggi

-

Suhu dialisat rendah

-

Sodium dialisat
terlalu rendah

-

Pemakan asetat
dialisat

-

Ureum sangat tinggi

-

Riwayat
mengkonsumsi OAH
sebelum dialysis

5

Perubahan pola nutrisi

Keluhan mual-muntah,

1. Monitor BB, kadar ureum,

b.d.

tidak napsu makan

kreatinin, protein total,

Pembatasan diet

berkurang/hilang

albumin, dan elektrolit

Mual-muntah

Protein total dan albumin

sebagai indicator dari

Anoreksia

dalam batas normal

adekuasi dialysis, status gizi

Penurunan BB kering

BB kering terpelihara

dan respon therafi

Gangguan keseimbangan

2. Anjurkan perawatan mulut

elektrolit

untuk mencegah stomatitis,
membuang bau mulut

Karakteristik:

3. Berikan makanan porsi kecil

Klien mengeluh mual-

tapi sering dalam keadaan

muntah, tidak nafsu makan

hangat

BB kering menurun

4. Anjurkan klien untuk

Bau mulut (+)

memilih makanan yang
diperbolehkan
5. Berikan makanan dengan
kalori 35 kcal/kgBB/hari
untuk mengimbangi proses
katabolisme dialysis dan
memelihara BB kering
6. Batasi protein 1,2
gr/kgBB/hari dan batasi
fosfat untuk mengurangi
metabolisme dan produk
ureum, kalium, fosfat dan H+
7. Berikan permen dan
sejenisnya untuk
meningkatkan rasa pada klien
yang tidak menderita DM

6

Gangguan keseimbangan

Klien mengatakan

cairan : overload b.d.

bengkak berkurang/hilang

1. Monitor peningkatan tensi,
edema perirbital dan

Penurunan fungsi ginjal

Klien mengatakan sesak

dalam dalam mengatur

berkurang

keseimbangan cairan dan

Edema (-)

mengidentifikasi adanya

elektrolit

Peningkatan BB

cairan dalam paru

interdialitik tidak lebih

peripheral
2. Auskultasi paru untuk

3. Ajarkan klien untuk

Karakteristik:

dari 5% BB kering

pentingnya pengendalian dan

Klien mengeluh bengkak-

Pola napas normal, RR

pengukuran air dan berat

bengkak pada perut, wajah

Normal

badan untuk mencegah

atau anggota gerak, sesak

overhidrasi; jumlah air yang

Anuri/oliguri (+)

diminum = 500 cc +

Hipertensi (+)

diuresis / hari

Peningkatan BB yang

4. Ajarkan klien tentang diet

signifikan

rendah sodium untuk

Pernapasan pendek-cepat

mengontrol edema dan

Ronchi (+), edema paru

hipertensi
5. Ajarkan klien agar
peningkatan BB interdialitik
tidak lebih dari 5% BB
kering
6. Berikan oksigen lembab bila
sesak
7. Lakukan UF untuk mencapai
BB kering

7

8. Lakukan SQHD bila perlu
1. Mengkaji tingkat kecemasan:

Gangguan rasa aman:

Karakteristik:

cemas b.d.

Perilaku yang tidak patuh

a. Apabila ringan sampai

Perubahan konsep diri

Penolakan

sedang, dilanjutkan dengan

Ancaman fungsi peran

Cemas

penyelesaian masalah

Ketidakpastian hasil terafi

Mudah marah

(problem solving)

pengganti ginjal

Peningkatan denyut

b. Apabila berat-panik,

Batasan-batasan diet obat

jantung, RR, dan tensi

kurangi tuntutan-tuntutan

dan penanganan

Ketidakmampuan

pada klien, mencegah

Berkurangnya rasa kendali

berkonsentrasi

prosedur yang tidak perlu,

diri

gunakan teknik focusing dan
relaksasi

Karakteristik:

2. Mengkaji stressor tertentu

Perilaku yang tidak patuh

terhadap ancaman-ancaman

Penolakan

yang tidak spesifik dan

Cemas

umum

Mudah marah
Peningkatan denyut jantung,
RR, dan tensi

3. Menunjukkan sikap
pengertian
4. Mempertahankan cara yang

Ketidakmampuan

santai, tidak mengancam dan

berkonsentrasi

empati
5. Membantu mengidentifikasi
mekanisme koping yang
biasa klien gunakan
6. Identifikasi cara klien
meminimalkan stressorstressor yang dihadapinya
7. Berikan umpan balik realistis
terhadap ancaman
nonspesifik yang dihadapi
klien
8. Gali cara-cara klien
mengontrol dirinya
9. Gali konsep diri klien dan
persepsi akan perasaannya
10. Berikan konsistensi terhadap
apa yang kita lakukan

III. Implementasi dan Evaluasi
Setelah melakukan pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, dan perencanaan
intervensi, kita melakukan implementasi dengan mengaplikasikan intervensi yang sudah
disusun. Setiap tindakan yang dilakukan didokumentasikan dengan respon dari klien

Hasil respon dari klien menjadi bahan evaluasi untuk dikaji ulang apakah tujuan sudah
tercapai atau masih perlu modifikasi.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25