UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP TANGGUNG JAWAB ANAK MELALUI METODE BERCERITA : Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kelompok A Kelas Jeruk Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Cimahi Tahun Ajaran 2015-2016.
UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN
SIKAP TANGGUNG JAWAB ANAK MELALUI METODE BERCERITA (Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kelompok A Kelas Jeruk
Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Cimahi Tahun Ajaran 2015-2016)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh:
Mutiara Susana Septiani 1102432
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
(2)
UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP TANGGUNG JAWAB ANAK MELALUI METODE BERCERITA
(Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kelompok A Kelas Jeruk
Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Cimahi Tahun Ajaran 2015-2016)
Oleh:
Mutiara Susana Septiani
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
©Mutiara Susana Septiani 2015
Universitas Pendidikan Indonesia Desember 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
(4)
UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN
SIKAP TANGGUNG JAWAB ANAK MELALUI METODE BERCERITA (Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kelompok A Kelas Jeruk
Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Cimahi Tahun Ajaran 2015-2016)
Oleh:
Mutiara Susana Septiani 1102432
ABSTRAK
Sikap tanggung jawab merupakan sikap yang harus dikenalkan dan dikembangkan sejak dini. TK Negeri Pembina Kota Cimahi merupakan salah satu TK yang memiliki anak didik yang bertanggung jawab. Masalah yang akan dikaji adalah: Bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan penilaian metode bercerita dalam upaya mengembangkan sikap tanggung jawab anak, dan apa saja kendala yang dihadapi? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : perencanaan, pelaksanaan dan penilaian metode bercerita dalam upaya mengembangkan sikap tanggung jawab anak, dan apa saja kendala yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif di Kelompok A Kelas Jeruk di TK Pembina Kota Cimahi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama perencanaan sudah sesuai dengan perencaaan yang harus dilakukan dalam lembaga sekolah, kedua pelaksanaan sudah berjalan dengan baik karena sudah berorientasi pada kebutuhan anak dan sesuai dengan perkembangan anak, ketiga teknik evaluasi dengan cara observasi dan test lisan sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah dirancang, hasil evaluasi menunjukkan bahwa 94,9% anak sudah mampu bertanggung jawab artinya sebagia besar memiliki sikap tanggung jawab. Keempat kendala yang dihadapi yaitu terkait guru, anak didik, dan mencari sumber dan media belajar. Keberhasilan kegiatan bercerita bergantung pada bagaimana persiapan pembelajaran, media dan alat evaluasi yang digunakan guru. Diharapkan guru, dapat mengkondisikan kelas dan mempersiapkan media yang lebih inovatif.
(5)
EFFORTS IN DEVELOPING TEACHER ATTITUDE OF RESPONSIBILITY OF CHILDREN THROUGT STORYTELLING
(Descriptive Qualitative research in Group A Oranges Class Kindergartens State of Pembina Cimahi Academic Year 2015-2016)
By:
Mutiara Susana Septiani 1102432
ABSTRACT
Responsible attitude is an attitude that should be introduced and developed early on. Kindergartens Sate of Pembina Cimahi is one Kindergarten student who have that responsibility. The issues that will be examined are: How is planning, execution and assesment methods of storytelling in an efforts to develop an
attitude of child’s responsibility, and the obstacles encountered. This study is
using descriptive qualitative research method with the subject of the study was conducted in one group A Oranges Class Kindergartens State of Pembina Cimahi. The result showed that the plan was in the school institution, the implementation has been running well because it was oriented to the needs of the child and in
accordance with the child’s development, whereas evaluation techniquas by
observasion and oral tests are in accordance with the evaluation result showed that 94,9% of children have an a attitude of responsibility, it means that most of them have an attitude responsibility. There are sereval related constraints faced by teachers, students, and the difficulty of finding sources and media of learning. Storytelling succes s is depends on how the preparation of learning, instructional media and evaluation tools used by teachers. For the future is exxpected to be conditioned classroom teachers with better and more innovative media prepare.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN ...
LEMBAR PERNYATAAN ... ABSTRAK ... UCAPAN TERIMA KASIH ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ...
BAB I PENDAHULUAN ... ...1
A.Latar Belakang Penelitian ... ...1
B.Rumusan Masalah Penelitian ... ...5
C.Tujuan Penelitian ... ...6
D.Manfaat Penelitian ... ...6
E.Sistematika Penulisan ... ...7
BAB II KAJIAN TEORI... ...8
A.Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini... ...8
1. Definisi Pendidikan Anak Usia Dini... ...8
2. Tujuan dan Fungsi PAUD ... ...9
B.Karakteristik Anak Usia Dini ... ..10
C.Aspek Perkembangan Anak Usia Dini ... ..12
1. Perkembangan fisik-motorik... ..13
2. Perkembangan Kognitif ... ..13
3. Perkembangan Bahasa... ..14
4. Perkembangan Emosi ... ..15
5. Perkembangan Moral ... ..16
D.Sikap Tanggung Jawab ... ..17
1. Pengertian Tanggung Jawab ... ..17
2. Jenis Tanggung Jawab ... ..19
E. Metode Bercerita ... ..22
3. Pengertian Metode Bercerita ... ..22
4. Manfaat Metode Bercerita bagi Anak Usia Dini ... ..24
F. Penelitian Relevan ... ..26
BAB III METODE PENELITIAN ... ..28
A.Metode Penelitian ... ..28
B.Lokasi, Populasi Dan Sampel ... ..28
C.Definisi Operasional ... ..29
1. Definisi Tanggung Jawab... ..29
2. Definisi Metode Bercerita ... ..29
D.Teknik Pengumpulan Data ... ..29
E.Instrumen Penelitian ... ..30
1. Kisi-kisi Instrumen Tanggung Jawab ... ..31
(7)
F. Teknik Analisis Data ...34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ..36
A.Deskripsi Lokasi Penelitian ... ..36
1. Visi dan Misi TK Negeri Pembina Kota Cimahi ... ..37
2. Jumlah Peserta Didik TK Negeri Pembina Kota Cimahi ... ..37
B.Deskripsi Hasil Penelitian. ... ..38
1. Perencanaan Metode Bercerita di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Kota Cimahi ... ..38
2. Pelaksanaan Metode Bercerita di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Kota Cimahi ... ..42
3. Evaluasi/ Penilaian di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Kota Cimahi ... ..67
4. Kendala Yang Dihadapi Guru Dalam Mengembangkan Sikap Tanggung Jawab Anak Melalui Metode Bercerita ... ..73
C.Deskripsi Hasil Penelitian. ... ..74
1. Perencanaan Metode Bercerita di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Kota Cimahi ... ..75
2. Pelaksanaan Metode Bercerita di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Kota Cimahi ... ..76
3. Evaluasi/ Penilaian di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Kota Cimahi ... ..77
4. Kendala Yang Dihadapi Guru Dalam Mengembangkan Sikap Tanggung Jawab Anak Melalui Metode Bercerita ... ..79
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... ..82
A.Simpulan ... ..82
B.Rekomendasi ... ..83
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fadlillah & Khorida (2013, hlm. 44) anak merupakan amanah (titipan) Allah SWT yang harus dijaga, dirawat, dan dipelihara dengan sebaik-baiknya oleh setiap orangtua. Sejak lahir anak sudah diberikan berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai penunjang kehidupannya di masa depan. Bila potensi-potensi ini tidak diperhatikan, nantinya anak akan mengalami hambatan-hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Menurut Mulyasa (2012, hlm. 34) usia 0-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak sehingga para ahli menyebutnya “The Golden Age”, karena perkembangan kecerdasannya mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Mengingat masa ini merupakan usia emas, maka perlu ditulis dengan tinta emas, dengan tulisan-tulisan yang dapat menghasilkan emas dimasa mendatang.
Sedangkan menurut pakar psikologi (dalam Fadlillah & Khorida, 2013, hlm. 43), anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan. Sebab, pada masa ini anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Anak belum memiliki pengaruh negatif yang banyak dari luar atau lingkungannya sehingga orangtua maupun pendidik akan jauh lebih mudah dalam mengarahkan dan membimbing anak-anaknya, seperti dalam menumbuhkan rasa tanggung jawab.
Anak yang telah memasuki usia prasekolah (4 tahun), mengikuti pendidikan formalnya yang pertama yaitu Taman Kanak-kanak. Anak-anak dengan berbagai karakteristik, keluarga, ekonomi, dan status sosial belajar dan bermain bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Mereka mendapatkan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dari gurunya sesuai dengan program sekolah. Disinilah berbagai aspek perkembangan anak diarahkan terutama dalam aspek kepribadian agar berkembang menjadi manusia yang baik.
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah menyebutkan bahwa tujuan pendidikan ialah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
(9)
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (dalam Suyadi, 2013 hlm. 4).
Lembaga Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan suatu wadah pendidikan formal pertama yang berkewajban untuk memberi dasar yang kuat pada pembentukan sikap kepribadian anak. Pembentukan sikap yang dimaksud sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional yang menitikberatkan pada orientasi perkembangan kepribadian dan rasa tanggung jawab. Upaya pembentukan sikap tersebut tertuang dalam pengembangan kecerdasan moral Farida (dalam Ulfah, 2004 hlm. 25).
Sebagai seorang pendidik anak usia dini harus bekerja keras untuk menanamkan sikap tanggung jawab kepada semua anak. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara pada setiap kegiatan yang dilakukan anak di sekolah. Mengajarkan anak untuk bertanggungjawab adalah hadiah paling utama yang dapat pendidik berikan. Darinya akan tumbuh kemampuan untuk menjaga diri mereka sendiri dan berfungsi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab. Untuk dapat memiliki sikap tanggung jawab tidak hanya diperoleh begitu saja, dibutuhkan usaha dan belajar secara giat dan berkesinambungan.
Seorang pendidik memiliki tugas bukan hanya mengajarkan, tetapi mendidik anak agar dapat tumbuh sikap tanggung jawab. Seperti yang terdapat dalam hasil rumusan kongres PGRI XIII (Djamarah, 2005, hlm. 49) Kode Etik Guru Indonesia yang terdiri sembilan item, yaitu:
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya utuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
2. Guru memliki kejujuran propesional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan anak didik masing- masing.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutaa dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segalla bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelhara hubungan dengan orang tua anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu prestasinya.
(10)
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Menurut Wibowo (2013, hlm. 17) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya di lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Allah Yang Maha Esa.Dalam bukunya Samani dan Hariyanto (2013, hlm. 51) berpendapat bahwa tanggung jawab adalah melakukan tugas sepenuh hati, bekerja sama dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik (giving the best), mampu mengontrol diri dan mengatasi stres, berdisiplin diri, akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang diambil.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab adalah melakukan tugas dan kewajbannya dengan sepenuh hati terhadap diri sendiri, masyarakan, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa untuk mencapai prestasi yang terbaik dan menanggung segala sesuatunya.
Sikap tanggung jawab pada anak usia dini tidak seperti orang dewasa, seperti yang tercantum dalam Permen No 58 tahun 2009 dalam lingkup perkembangan nilai moral dan agama bahwa anak mulai mengenal perilaku baik/ sopan dan buruk, memahami perilaku mulia, membedakan perilaku baik dan buruk dan membiasakan diri berperilaku baik. Sikap tanggung jawab pada anak melibatkan hal-hal kecil dalam kegiatan sehari-hari yang dilalui oleh anak diantaranya membiasakan diri untuk membereskan serta merapihkan kembali tempat bermain dan alat-alat permainannya, menyimpan tas atau sepatu di tempat yang sudah disediakan, membuang sampah ke tempat sampah setelah makan, mengkuti pelajaran dengan tertib sampai akhir pelajaran, menjaga kebersihan diruangan kelas dan dilingkungan sekolah, menyimpan barang yang dipinjam ke tempat semula, dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Menurut Clemes dan Reynold Bean (1995) anak yang memiliki rasa tanggungjawab akan semakin besar kemungkinannya mengalami keberhasilan dan
(11)
penghargaan yang diperoleh dari keberhasilan itu. Anak yang kurang bertanggung jawab atau bertindak gegabah akan lebih banyak dihukum dan dikritik disamping harga dirinya juga berkurang. Bukan hanya ia tidak akan mempercayai reaksinya sendiri dan cara orang lain bereaksi terhadapnya melainkan juga ia akan mengembangkan sikap negatif dalam hidupnya.
Sikap tanggung jawab merupakan salah satu sikap yang harus dikenalkan dan ditumbuhkan sejak dini, karena apabila sikap tanggung jawab dikenalkan sejak dini anak akan berhasil di dunia pendidikan sekolah dan dalam kehidupan di kemudian hari. Sebagaimana yang diungkapkan Arvan Pradiansyah (dalam Asmani, 2013, hlm. 91) menjelaskan bahwa tanggung jawab merupakan kata kunci dalam meraih kesuksesan. Seseorang yang mempunyai tanggung jawab akan mengeluarkan segala kemampuan terbaiknya untuk memenuhi tanggung jawab tersebut.
Pentingnya sikap tanggung jawab untuk dikenalkan kepada anak, sebaliknya apabila anak tidak memiliki rasa tanggung jawab anak akan betindak semaunya. Anak yang tidak memiliki sikap tanggung jawab akan menyimpan tas dan sepatu di tempat yang anak inginkan, tidak membereskan mainan setelah bermain, membuang sampah sembarangan dan tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugasnya.
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan sikap tanggung jawab pada anak seperti yang dilakukan oleh para pendidik di TK Negeri Pembina Cimahi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, pendidik menerapkan metode bercerita sebagai upaya mengembangkan sikap tanggung jawab.
Menurut Moeslichatun (1996, hlm. 194) metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak melalui cerita yang disampaikan secara lisan. Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Cerita yang dibawakan harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK, karena melalui bercerita guru dapat memberikan pesan tentang nilai-nilai budaya, nilai-nilai sosial, keagamaan,
(12)
mengembangkan bahasa, fantasi dan kreativitas anak dalam berbahasa. Melalui kegiatan bercerita anak dapat menyimak apa yang diceritakan oleh guru.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan dibeberapa sekolah, TK Negeri Pembina Kota Cimahi merupakan TK yang memiliki metode yang berbeda dengan TK lain dalam mengembangkan sikap tanggung jawab, pada umumnya Guru di TK lain menggunakan metode pembiasaan namun di TK Negeri Pembina Kota Cimahi Guru menerapkan metode bercerita. Tidak hanya mengandalkan metode bercerita, Guru kelas jeruk juga memiliki keunggulan dalam mengekspresikan situasi cerita dengan mimik wajah yang sesuai dengan isi cerita.
Sebelumnya peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan sikap tanggung jawab di TK Negeri Pembina Kota Cimahi di Kelompok A Kelas Jeruk, anak-anak sudah mengerti dan menyadari apa kewajiban dan tanggung jawabnya seperti pada saat anak datang ke sekolah anak menyimpan tas dan membuka sepatu kemudian menyimpannya di tempat yang sudah disediakan, anak-anak merapihkan kembali kursi dan menyiapkan karpet yang akan dipakainya saat belajar nanti, anak-anak terlihat tertib saat bermain, membereskan mainan yang sudah dipakai dan kemudian menyimpannya ke tempat semula, selain itu juga apabila pada saat makan ada makanan yang jatuh atau tidak sengaja menumpahkan minuman anak-anak membereskan dan mengambil tissu untuk membersihkannya.
Dari latar belakang diatas, penulis memfokuskan pada kajiian “Upaya
Guru Dalam Mengembangkan Sikap Tanggung Jawab Anak Di TK Negeri Pembina Kota Cimahi Melalui Metode Bercerita”, dengan menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif di Kelompok A Kelas Jeruk Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Cimahi tahun ajaran 2015-2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan metode bercerita dalam upaya mengembangkan sikap tanggung jawab anak di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Cimahi?
(13)
2. Bagaimana pelaksanaan metode bercerita dalam upaya mengembangkan sikap tanggung jawab anak di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Cimahi?
3. Bagaimana penilaian/ evaluasi metode bercerita dalam upaya mengembangkan sikap tanggung jawab anak di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Cimahi?
4. Kendala apa saja yang dihadapi guru dalam mengembangkan sikap tanggung jawab anak di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Cimahi melalui metode bercerita?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan perencanaan penerapan metode bercerita dalam upaya mengembangkan sikap tanggung jawab anak di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Cimahi?
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan metode bercerita dalam upaya mengembangkan sikap tanggung jawab anak di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Cimahi?
3. Untuk mendeskripsikan penilaian/ evaluasi metode bercerita dalam upaya mengembangkan sikap tanggung jawab anak di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Cimahi?
4. Untuk mendeskripsikan kendala apa saja yang dihadapi guru dalam mengembangkan sikap tanggung jawab anak di Kelompok A Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Cimahi melalui metode bercerita?
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk anak
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi anak berupa pengalaman dan membantu anak-anak untuk berperilaku bertanggung jawab.
(14)
2. Untuk guru
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan mengajar pendidik di kelas.
b. Memberikan informasi tentang peranan atau manfaat metode bercerita dalam proses belajar anak khususnya dalam mengembangkan sikap tanggung jawab anak.
3. Untuk lembaga
Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi lembaga agar dapat meningkatkan dan mengembangkan sikap tanggung jawab pada anak.
E. Sistematika Pembahasan
Agar dalam penulisan peneltian ini lebih sistematis, maka perlu peneliti sajikan sistematika pembahasan sebagai gambaran umum laporan penelitian. Adapun sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II, berisi tentang kajian teori hakikat pendidikan anak usia dini, karakteristik anak usia dini, aspek perkembangan anak usia dini, sikap tanggung jawab dan metode bercerita.
BAB III, mendeskripsikan metode penelitian yang digunakan, lokasi, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik analisis data.
Bab IV, berisi pembahasan temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.
BAB V, berisi simpulan dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian.
(15)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena bertujuan untuk mengetahui upaya dalam mengembangkan sikap tanggung jawab anak. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk menerangkan fenomena sosial atau suatu peristiwa.
Menurut Moleong (2001, hlm. 17) penelitian deskriptif kualitatif merupakan penulisan lapangan atau kancah (field research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga pemerintahan. Dengan penelitian kualitatif ini penulis mengumpulkan data-data kemudian menganalisis terkait tentang upaya guru dalam mengembangkan sikap tanggung jawab anak Taman Kanak-kanak di Kelompok A Kelas Jeruk di TK Negeri Pembina Kota Cimahi melalui metode bercerita.
B. Lokasi, Populasi, dan Sampel
1. Lokasi
Lokasi penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Cimahi yang beralamat di jalan Kerkhop 323 Kota Cimahi.
2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak Kelompok A Kelas Jeruk Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Cimahi Tahun Pelajaran 2015-2016 sebanyak 15 anak.
3. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Menurut Arikunto (1983) menyatakan: “Apabila
subyeknya kurang dari 100, diambil semua sekaligus sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika jumlah subyek besar maka diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih”. Berdasarkan pendapat Arikunto diatas
(16)
maka sampel yang digunakan yaitu 15 orang karena kurang dari 100 orang.
C. Definisi Operasional
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu: tanggung jawab dan metode bercerita. Adapun pemaparannya sebagai berikut:
1. Definisi Tanggung Jawab
Tanggung Jawab dalam penelitian ini adalah kemampuan anak untuk melaksanakan tugas dengan mandiri terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya (kelas dan sekolah). Sikap tanggung jawab dalam penelitian ini meliputi :
a. Tanggung jawab terhadap diri sendiri. b. Tanggung jawab terhadap orang lain. c. Tanggung jawab terhadap lingkungan. 2. Metode Bercerita
Metode bercerita adalah cara guru untuk menyampaikan suatu cerita atau kisah-kisah. Contohnya cerita yang berkaitan dengan perbuatan baik dan tidak baik diantaranya: membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan di lingkungan sekitar, dan mengembalikan barang ke tempat semula.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan prosedur untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian. Oleh karena itu diperlukan teknik-teknik tertentu untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang hendak dicapai. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cara-cara atau langkah-langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data untuk menjawab permasalahan dari penelitian ini.
Sugiyono (dalam Winawaty, 2011, hlm. 91) mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya observasi,
(17)
wawancara dan studi dokummentasi. Penjelasan lebih lengkapnya yaitu sebagai berikut:
1. Observasi.
Dimyanti (2013, hlm. 92) mengemukakan bahwa observasi adalah pengumpulan data peneltian dengan melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti. Adapun observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik observasi non partisipatif, dimana peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan. Peneliti hanya berperan mengamati kegiatan dan tidak ikut dalam kegiatan. Observasi yang peneliti lakukan ditujukan pada guru kelas dan peserta didik di kelas anggur.
2. Wawancara.
Teknik pengumpulan data yang kedua adalah wawancara. Teknik wawancara dalam penelitian kualitatif merupakan teknik pengumpulan data yang sangat penting, karena selain merupakan teknik yang berdiri sendiri, juga merupakan teknik pelengkap sewaktu melakukan pengamatandan analisis dokumen.
Moleong (2007, hlm.186) wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan itu dengan maksud tertentu. Untuk menjaga agar wawancara tetap terarah pada sasaran, maka dalam penelitian ini menggunakan wawancara terpimpin. Dalam wawancara terpimpin, daftar pertanyaan yang diajukan sudah dipersiapkan sebelumnya tetapi daftar pertanyaan tersebut tidak mengikat jalannya wawancara.
3. Studi dokumentasi.
Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Sugiyono (2005) menyatakan bahwa hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya apabila didukung oleh berbagai dokumen. Maksud dari penggunaan teknik studi dokumentasi ini adalah untuk menghimpun data otentik yang tersimpan dalam dokumetasi.
(18)
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berbentuk daftar ceklis observasi, yang berisi indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur metode bercerita dan tanggung jawab anak kelompok jeruk TK Pembina Kota Cimahi.
Terdapat dua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu instrumen penelitian tanggung jawab dan metode bercerita di Taman Kanak-kanak. Adapun Kisi-kisi Istrumen dalam penelitian dapat dilihat dibawah ini :
1. Instrumen Tanggung jawab
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Tanggung Jawab
No Variabel Sub Indikator Indikator Pernyataan a. Sikap
tanggung jawab anak Kemampuan anak untuk melaksanakan tugas dengan mandiri terhadap diri sendiri
1) Anak dapat melaksanakan perintah yang diberikan Guru. 2) Anak dapat
menjaga barang milik sendiri. 3) Anak dapat
merapihkan alat-alat setelah melakukan kegiatan.
4) Anak dapat meletakkan sesuatu pada tempatnya.
a. Melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan guru.
b. Menyimpan tas di tempat yang aman. c. Merapihkan
kembali alat tulisnya. d. Merapihkan
kembali mainan setelah
menggunakannya e. Merapihkan
kembali alat makannya setelah selesai makan. f. Menyimpan
sepatu pada rak yang telah disediakan. g. Menyimpan
kembali mainan ke tempat semula.
h. Menyimpan hasil karya pada rak yang telah disediakan. i. Menyimpan
(19)
5) Anak dapat melaksanakan kegiatan sendiri sampai selesai. 6) Anak dapat
menjaga
kebersihan toilet.
rak yang sudah disediakan. j. Makan dengan
tertib.
k. Menyiram air setelah buang air kecil.
Kemampuan anak untuk melaksanakan tugas dengan mandiri
terhadap orang lain
1) Anak dapat bekerja sama dalam
menyelesaikan kegiatan. 2) Anak dapat
memahami dan menerima
konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan.
a. Menyusun balok bersama
temannya.
b. Meminta maaf setelah melakukan kesalahan. Kemampuan anak untuk melaksanakan tugas dengan mandiri terhadap lingkungan
1) Anak dapat membersihkan sisa makanan. 2) Anak dapat
menyiram
tanaman yang ada di sekitar
lingkungan anak. 3) Anak dapat
menjaga dan memelihara kebersihan kelas. 4) Anak dapat
menjaga dan memelhara kebersihan sekolah.
a. Membersihkan sisa makanan setelah selesai makan. b. Menyiram
tanaman.
c. Membuang sampah pada tempatnya. d. Membersihkan
sekolah bersama temannya.
Instrumen penelitian ini akan diisi oleh peneliti secara langsung di lapangan. Peneliti akan mengisi seluruh item indikator yang diajukan dengan cara memilih salah satu dari tiga alternatif jawaban yang tersedia di setiap item
indikator. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis (√) pada
(20)
indikator memiliki mempunyai tiga alternatif jawaban yaitu Sudah Mampu (SM), Kurang Mampu (KM), dan Tidan Mampu (TM). Penggunaan teknik ini dimaksudkan agar memudahkan peneliti dalam mengolah data.
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Sikap Tanggung Jawab
Pernyataan Sikap Tanggung Jawab Anak
Kriteria Penilaian SM
(Sudah Mampu)
KM (Kurang Mampu)
TM (Tidak Mampu) Tanpa Bantuan
Guru
Guru ikut membantu
Anak tidak melakukan kegiatan
Keterangan :
Sudah Mampu (SM), artinya anak mampu melakukan kegiatan sendiri tanpa bantuan guru.
Kurang Mampu (KM), artinya anak masih memerlukan sedikit bantuan dan bimbingan untuk melakukan suatu kegiatan, dan
Tidak Mampu (TM), artinya anak tidak melakukan kegiatan.
2. Instrumen Metode Bercerita
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Metode Bercerita
No Variabel Indikator Pernyataan
1. Metode Bercerita
Perencanaan bercerita
1.Menentukan tema.
2.Menentukan indikator hasil belajar. 3.Menentukan cerita sesuai dengan
usia anak.
4.Mempersiapkan media dan sumber belajar.
5.Menentukan alat evaluasi. Pelaksanaan
bercerita
1.Mengatur posisi duduk anak. 2.Melakukan apersepsi.
3.Memberikan penjelasan mengenai judul cerita.
4.Menggunakan media dengan optimal.
5.Menyampaikan cerita dengan mimik yang sesuai.
6.Memunculkan ekspresi sesuai dengan situasi cerita.
(21)
7.Menggunakan intonasi suara dengan jelas.
Penilaian 1.Menjawab pertanyaan anak. 2.Memberikan pertanyaan kepada
anak seputar isi cerita.
3.Memberikan kesempatan untuk meniru kegiatan.
4.Membantu anak membuat kesimpulan tentang isi cerita.
Sedangkan pedoman wawancara dalam penelitian ini ditunjukkan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian bercerita di TK Negeri Pembina Kota Cimahi. Adapun pedoman wawancara yang digunakan penelitian ini adalah :
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
1 Kendala apa yang dihadapi pada saat perencanaan metode bercerita?
2 Kendala apa yang dihadapi pada saat pelaksanaan metode bercerita?
3 Kendala apa yang dihadapi pada saat penilaian metode bercerita?
F. Teknik Analisis data
Analisis data merupakan mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang permasalahan yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan.
Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan teknik deskriptif analitik, yaitu data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumusan statistika, namun data tersebut dideskripsikan sehingga memberikan kejelasan sesuai kenyataan realita yang ada di lapangan. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Uraian pemaparan harus sistematik dan menyeluruh sebagai satu kesatuan dalam konteks lingkungannya juga sistematik dalam penggunaannya sehingga urutan pemaparannya logis dan
(22)
mudah diikuti maknanya. Miles dan Hubberman (dalam Sugiyono, hlm. 98) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data model Miles dan Hubberman, terdiri dari:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokukan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian data.
Penyajian data merupakan langkah kedua setelah reduksi data, penyajian data dilakukan dengan cara pengorganisasian data dan menyusun pola hubungan, sehingga akan lebih mudah memahami apa yang terjadi dan merencanakan data selanjutnya.
3. Verifikasi / gambaran kesimpulan, yaitu penarikan kesimpulan dari proses pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan.
(23)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dalam bab ini berisi simpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Upaya Guru Dalam Mengembangkan Sikap Tanggung Jawab Anak Melalui Metode Bercerita.
A. Simpulan
Merujuk pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya pertama perencanaan bercerita sudah sesuai dengan tahap-tahap perencanaan yang harus dilakukan dalam lembaga sekolah. Kedua pelaksanaan sudah berjalan dengan baik karena sudah berorientasi pada kebutuhan anak dan sesuai dengan perkembangan anak, anak sebagai pembelajar aktif, interaksi sosial anak, lingkungan yang kondusif, merangsang kreativitas dan inovasi, mengembangkan kecakapan hidup, memanfaatkan potensi lingkungan, pembelajaran sesuai dengan kondisi sosial budaya dan stimulasi secara holistik. Ketiga penilaian sudah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah dirancang sebelumnya dan penilaian yang dilakukan sangat mempengaruhi sikap tanggung jawab anak di TK Negeri Pembina Kota Cimahi. Hasil penilaian sikap tanggung jawab anak di Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Kota Cimahi didapatkan data 94,9% anak sudah mampu bertanggung jawab tergolong artinya sebagian besar anak memiliki sikap tanggung jawab.
Keempat terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru diantaranya menentukan muatan materi saat proses perencaaan, anak tidak fokus saat pelaksanaan bercerita dan kendala mencari media dan sumber belajar anak, guru dapat mengatasi kendala tersebut dengan cara penanggulangan yang tepat diantaranya guru bekerja sama dengan guru lain untuk membahas muatan materi, membuat kegiatan bermain yang bersifat aktif sebelum bercerita, membuat tepuk, misalnya tepuk sunyi dan guru menyesuaikan kembali kegiatan dengan alokasi waktu dan memanfaatkan lingkungan dan masyarakat sekitar sebagai media dan sumber balajar anak.
(24)
B. Rekomendasi
Setelah melakukan kajian pada metode bercerita peneliti memiliki rekomendasi yang semoga bermanfaat bagi banyak orang, yakni sebagai berikut:
1. Kepada Guru
Guru sebaiknya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan dengan menciptakan kelas yang menyenangkan, sehingga dapat memotivasi anak untuk dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Salah satu upaya untuk meningkatkan pembelajaran tersebut dengan menghias kelas sesuai dengan tema, selain itu juga menyediakan media dengan bervariasi agar tidak terkesan monoton.
2. Kepada Pihak Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya meningkatkan penyediaan media pembelajaran, karena tidak dapat dipungkiri bahwa media pembelajaran salah satu hal yang dibutuhkan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
b. Agar melakukan pembinaan serta informasi secara intensif kepada para guru mengenai metode dan media pembelajaran, sehingga kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar anak dapat meningkat.
c. Sekolah sudah sepantasnya memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti berbagai pelatihan atau seminar yang berhubungan dengan anak usia dini terutama metode bercerita.
d. Kepala sekolah dan guru harus sering melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran terutama kegiatan bercerita untuk mengembangkan sikap tanggung jawab anak.
3. Kepada Lembaga PAUD
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk memperkaya pengetahuan guru-guru bahwa metode bercerita dapat mengembangkan sikap tanggung jawab anak.
(25)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1993) Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,
Edisi Revisi II, Jakarta: Rineka Cipta
Dhieni, Nurbiana dkk (2011). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Djamarah (2005). Guru dan Anak Didik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Fadillah, M. & Khorida, L.M. (2013). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: AR RUZZ Media
Fadlillah M, (2012) Desain Pembelajaran PAUD, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Fathurrohman, P & Sutikno, S. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP
Harris Cleames dan Reynold Bean (1995). Bagaimana Mengajarkan Anak
Bertanggung Jawab,Jakarta: Binarupa Aksara
Isjoni. (2014). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: ALFABETA. Kurniawan, S (2013). Pendididikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Latif, M. Dkk. (2013). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP
Lickona, T. (2008). Pendidikan Karakter. Bandung: Nusa Media
Lickona, T (2012). Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara
Chaedar al-Wasilah. (2011). Pokoknya Penelitan Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya Moleong Lexy J. (2001). Metodologi Penulisan Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Moleong Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Muliawan Jasa Ungguh. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: GAVA MEDIA
Mulyasa. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA Salim Haitami. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. Yogyakarta: Arruzz
(26)
Samani, M dan Hariyanto (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Samani, M. & Hariyanto (2013). Pendidikan Karakter. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Suharsimi Arikunto (1997) Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Bandung: Alfabeta Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT
REMAJA ROSDAYAKARYA
Suyadi, & Ulfah, M. (2013). Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Ulwan, A.N. (1995). Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani Wahyudin, U & Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.
Bandung: PT Refika Aditama
Wibowo. (2013). Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR ROSDAYA.
(1)
7.Menggunakan intonasi suara dengan jelas.
Penilaian 1.Menjawab pertanyaan anak. 2.Memberikan pertanyaan kepada
anak seputar isi cerita.
3.Memberikan kesempatan untuk meniru kegiatan.
4.Membantu anak membuat kesimpulan tentang isi cerita.
Sedangkan pedoman wawancara dalam penelitian ini ditunjukkan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian bercerita di TK Negeri Pembina Kota Cimahi. Adapun pedoman wawancara yang digunakan penelitian ini adalah :
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
1 Kendala apa yang dihadapi pada saat perencanaan metode bercerita?
2 Kendala apa yang dihadapi pada saat pelaksanaan metode bercerita?
3 Kendala apa yang dihadapi pada saat penilaian metode bercerita?
F. Teknik Analisis data
Analisis data merupakan mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang permasalahan yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan.
Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan teknik deskriptif analitik, yaitu data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumusan statistika, namun data tersebut dideskripsikan sehingga memberikan kejelasan sesuai kenyataan realita yang ada di lapangan. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenai
(2)
35
Mutiara Susana Septiani, 2015
Upaya Guru D alam Mengembangkan Sikap Tanggung Jawab Anak Melalui Metode Bercerita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
mudah diikuti maknanya. Miles dan Hubberman (dalam Sugiyono, hlm. 98) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data model Miles dan Hubberman, terdiri dari:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokukan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian data.
Penyajian data merupakan langkah kedua setelah reduksi data, penyajian data dilakukan dengan cara pengorganisasian data dan menyusun pola hubungan, sehingga akan lebih mudah memahami apa yang terjadi dan merencanakan data selanjutnya.
3. Verifikasi / gambaran kesimpulan, yaitu penarikan kesimpulan dari proses pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan.
(3)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dalam bab ini berisi simpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Upaya Guru Dalam Mengembangkan Sikap Tanggung Jawab Anak Melalui Metode Bercerita.
A. Simpulan
Merujuk pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya pertama perencanaan bercerita sudah sesuai dengan tahap-tahap perencanaan yang harus dilakukan dalam lembaga sekolah. Kedua pelaksanaan sudah berjalan dengan baik karena sudah berorientasi pada kebutuhan anak dan sesuai dengan perkembangan anak, anak sebagai pembelajar aktif, interaksi sosial anak, lingkungan yang kondusif, merangsang kreativitas dan inovasi, mengembangkan kecakapan hidup, memanfaatkan potensi lingkungan, pembelajaran sesuai dengan kondisi sosial budaya dan stimulasi secara holistik. Ketiga penilaian sudah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah dirancang sebelumnya dan penilaian yang dilakukan sangat mempengaruhi sikap tanggung jawab anak di TK Negeri Pembina Kota Cimahi. Hasil penilaian sikap tanggung jawab anak di Kelas Jeruk TK Negeri Pembina Kota Cimahi didapatkan data 94,9% anak sudah mampu bertanggung jawab tergolong artinya sebagian besar anak memiliki sikap tanggung jawab.
Keempat terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru diantaranya menentukan muatan materi saat proses perencaaan, anak tidak fokus saat pelaksanaan bercerita dan kendala mencari media dan sumber belajar anak, guru dapat mengatasi kendala tersebut dengan cara penanggulangan yang tepat diantaranya guru bekerja sama dengan guru lain untuk membahas muatan materi, membuat kegiatan bermain yang bersifat aktif sebelum bercerita, membuat tepuk, misalnya tepuk sunyi dan guru menyesuaikan kembali kegiatan dengan alokasi waktu dan memanfaatkan lingkungan dan masyarakat sekitar sebagai media dan
(4)
83
Mutiara Susana Septiani, 2015
Upaya Guru D alam Mengembangkan Sikap Tanggung Jawab Anak Melalui Metode Bercerita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
B. Rekomendasi
Setelah melakukan kajian pada metode bercerita peneliti memiliki rekomendasi yang semoga bermanfaat bagi banyak orang, yakni sebagai berikut:
1. Kepada Guru
Guru sebaiknya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan dengan menciptakan kelas yang menyenangkan, sehingga dapat memotivasi anak untuk dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Salah satu upaya untuk meningkatkan pembelajaran tersebut dengan menghias kelas sesuai dengan tema, selain itu juga menyediakan media dengan bervariasi agar tidak terkesan monoton.
2. Kepada Pihak Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya meningkatkan penyediaan media pembelajaran, karena tidak dapat dipungkiri bahwa media pembelajaran salah satu hal yang dibutuhkan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
b. Agar melakukan pembinaan serta informasi secara intensif kepada para guru mengenai metode dan media pembelajaran, sehingga kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar anak dapat meningkat.
c. Sekolah sudah sepantasnya memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti berbagai pelatihan atau seminar yang berhubungan dengan anak usia dini terutama metode bercerita.
d. Kepala sekolah dan guru harus sering melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran terutama kegiatan bercerita untuk mengembangkan sikap tanggung jawab anak.
3. Kepada Lembaga PAUD
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk memperkaya pengetahuan guru-guru bahwa metode bercerita dapat mengembangkan sikap tanggung jawab anak.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1993) Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi II, Jakarta: Rineka Cipta
Dhieni, Nurbiana dkk (2011). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Djamarah (2005). Guru dan Anak Didik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Fadillah, M. & Khorida, L.M. (2013). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: AR RUZZ Media
Fadlillah M, (2012) Desain Pembelajaran PAUD, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Fathurrohman, P & Sutikno, S. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP
Harris Cleames dan Reynold Bean (1995). Bagaimana Mengajarkan Anak Bertanggung Jawab,Jakarta: Binarupa Aksara
Isjoni. (2014). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: ALFABETA. Kurniawan, S (2013). Pendididikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Latif, M. Dkk. (2013). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP
Lickona, T. (2008). Pendidikan Karakter. Bandung: Nusa Media
Lickona, T (2012). Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara
Chaedar al-Wasilah. (2011). Pokoknya Penelitan Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya Moleong Lexy J. (2001). Metodologi Penulisan Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Moleong Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Muliawan Jasa Ungguh. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: GAVA MEDIA
(6)
Mutiara Susana Septiani, 2015
Upaya Guru D alam Mengembangkan Sikap Tanggung Jawab Anak Melalui Metode Bercerita Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Samani, M dan Hariyanto (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Samani, M. & Hariyanto (2013). Pendidikan Karakter. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Suharsimi Arikunto (1997) Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Bandung: Alfabeta Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT
REMAJA ROSDAYAKARYA
Suyadi, & Ulfah, M. (2013). Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Ulwan, A.N. (1995). Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani Wahyudin, U & Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.
Bandung: PT Refika Aditama
Wibowo. (2013). Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR ROSDAYA.