PREFERENSI MAKAN KUMBANG KOKSI (Epilachna admirabilis) PADA BEBERAPA TANAMAN SAYURAN FAMILI SOLANACEAE.

(1)

i

PREFERENSI MAKAN KUMBANG KOKSI (Epilachna admirabilis)

PADA BEBERAPA TANAMAN SAYURAN FAMILI SOLANACEAE

Skripsi

Sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana

Oleh:

Bagus Suyoga 0808305019

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

Skripsi

PREFERENSI MAKAN KUMBANG KOKSI (Epilachna admirabilis)

PADA BEBERAPA TANAMAN SAYURAN FAMILI SOLANACEAE

Oleh :

Bagus Suyoga

0808305019

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan telah dinyatakan Lulus pada

Senin, 7 September 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc, Ph.D Ni Made Suartini, S.Si, M.Si NIP. 19660609 199103 2 002 NIP. 19711028 199702 2 001

Mengesahkan, KetuaJurusanBiologi

Fakultas MIPA UniversitasUdayana

Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si NIP. 19660611 199702 1 001


(3)

INTISARI

Budidaya tanaman monokultur sudah banyak berkembang di Indonesia. Tanaman famili Solanaceae salah satu komoditi utama karena banyak digemari oleh masyarakat, misalnya tomat, terung dan cabai. Namun, budidaya tanaman terkendala masalah hama. Kumbang Epilachna admirabilis adalah salah satu hama tanaman Solanaceae. Penelitian bertujuan mengetahui jenis daun dari tiga tanaman Solanaceae berbeda yang paling disukai kumbang koksi (Epilachna admirabilis). Sampel daun yang digunakan adalah daun muda dari tomat (Solanum lycopersicum), cabai (Capsicum sp.), dan terung (Solanum melongena) yang diambil di Desa Angseri, Kecamatan Baturiti. Kumbang E.admirabilis

dipuasakan selama 24 jam sebelum pengamatan. Penelitian dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 9 kali ulangan. Pengamatan dilakukan 2 kali yaitu pada 2 jam dan 24 jam. Luas daun yang dikonsumsi oleh masing-masing individu setelah 2 jam dan 24 jam pengamatan dicatat dan diukur dengan menggunakan kertas bergaris dalam ukuran mm. Waktu tiba kumbang E.admirabilis pertama kali pada daun dicatat. Hasil pengamatan pada 2 jam menunjukkan bahwa luas daun yang paling banyak dikonsumsi adalah daun tomat dengan luas 34,1 mm. Pada pengamatan 24 jam, Terung merupakan daun yang paling banyak dikonsumsi dengan luas 422,0 mm. Hasil pengamatan waktu tiba menunjukkan daun Terung memiliki rata-rata waktu tiba yang paling cepat yaitu 5 menit 9 detik.


(4)

ABSTRACT

Monoculture cultivation of agricultural crops has been developing well in Indonesia. Plants belong to Solanaceae is one main commodity that are famous to be used as vegetables, such as tomato, eggplant and chilli. However, the cultivation of these plants are hampered by the present of pests. Lady beetle (Epilachna admirabilis) is one species of pest commonly found in Solanaceae. This research aimed to investigate the feeding preference of Epilachna admirabilis on young leaves of three different species of plants, i.e. Solanum lycopersicum (tomato), Capsicum sp. (chilli), and Solanum melongena

(eggplant). Leaf samples of three different species and the lady bettles were collected from Angseri Village, Baturiti. Research was designed in complete randomize design with 9 replications. Leaves of three different species of plants were placed randomly in a large tray (46cm in diameter) with similar distance among them. Nine adult lady bettles, which were fasted for 24 hours before treatments, were placed in the centre of each tray. Observation of feeding preferences was conducted soon after the release of the lady bettles. The time spend by lady bettles to reach the leaves was counted. The volume of leaves consumed was counted by measuring the widths of leaf eaten, which were measured after 2 and 24 hours of treatments. Epilachna admirabilis was found to choose the eggplant leaves when first time released after fasting, with the average time around 5 minutes.

The most leaves consumed by the lady bettle was the tomato leaves (34.1mm) after 2 hours of treatments. However, after 24 hours of treatments, the most consumed leaves was of the eggplant (422.0 mm).


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

INTISARI ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 manfaat penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kumbang Koksi (Epilachna admirabills) ... 6

2.1.1 Morfologi Kumbang Koksi ... 6

2.1.2 Makanan dan Perilaku Epilachna admirabilis ... 7

2.1.3 Reproduksi dan Daur Hidup Kumbang Koksi (Epilachna admirabills) ... 8

2.1.4 Taksonomi Epilachna admirabilis ... 9

2.2 Beberapa Tanaman yang Menjadi Makanan Epilachna admirabilis ... 10

2.2.1 Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) ... 10

2.2.2 Tanaman Terong (Solanum melongena) ... 11

2.2.3 Tanaman Cabai (Capsicum sp.) ... 12

III. METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Metode Pengumpulan Data ... 14

3.1.1 Waktu, Tempat dan Persiapan Penelitian ... 14

3.1.2 Materi Penelitian ... 14


(6)

3.2 Analisa Data ... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Hasil ... 16

4.2 Pembahasan ... 21

V. PENUTUP ... 22

5.1 Simpulan ... 22

5.2 Saran ... 22


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Morfologi kumbang E. admirabilis ... 10

Gambar 2. Luas daun sebelum dan setelah dikonsumsi oleh kumbang pada 2 jam pengamatan

pada daun tomatdanterong……… ... 17 Gambar 3. Luas daun sebelum dan setelah dikonsumsi oleh kumbang pada 24 jam

pengamatan

pada daun tomat dan terong……… ... 18 Gambar 4. Daun terong (a) dan tomat (b) yang sebagian dikonsumsi oleh kumbang E.

admirabilis (tanda panah) ……… ... 18

Gambar 5. Rata-rata waktu tiba kumbang (E. admirabilis) pada daun tomat, cabai dan


(8)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan terhadap serangan hama karena ketersediaan makanan yang terus-menerus bagi serangga hama. Selain itu, perluasan tanaman monokultur dengan pengalihan lahan vegetasi alami dapat menurunkan keragaman habitat, ketidakstabilan agroekosistem, dan meningkatnya serangan hama (Nair, 2001).

Tanaman Solanaceae merupakan salah satu jenis komoditi sayuran yang banyak dibudidayakan (Pracaya, 1993). Beberapa diantaranya seperti tomat, terong dan cabai yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena banyak diminati untuk dikonsumsi sehari-hari.

Tomat merupakan salah satu komoditas pertanian multiguna yang diolah sebagai produk pangan. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2003 produksi tomat di Sumatera Barat mencapai 14,481 ton/tahun, tahun 2004 terjadi peningkatan menjadi 16,341 ton/tahun, sedangkan pada tahun 2005 terjadi penurunan menjadi 11,824 ton/tahun. Tahun 2006-2007 terjadi peningkatan lagi yaitu 22,348-25,578 ton/tahun. Peningkatan ini menandakan tomat termasuk sayuran yang banyak digemari karena rasa enak, segar dan sedikit asam (Chairunnisa, 2011). Buah tomat mengandung berbagai vitamin dan senyawa pencegah penyakit yang baik bagi kesehatan, terutama lycopene. Tomat mengandung lemak dan kalori dalam jumlah rendah, bebas kolesterol, dan merupakan sumber serat dan protein yang baik. Selain itu, tomat kaya akan vitamin A dan C, beta-karoten, kalium dan antioksidan lycopene (Rizqi, 2011).

Habitus tanaman tomat berupa semak dengan ketinggian mencapai 0,5 m -2,5m. Daun tanaman tomat bentuknya bulat telur sampai memanjang, ujung runcing (acutus), majemuk menyirip, letak berseling, pangkal membulat, helaian daun yang besar tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi, panjang 10-40cm, warnanya hijau muda dilindungi oleh trikomata (Cahyono, 1998).

Terong termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari berbagai kalangan di seluruh pelosok tanah air. Buah terong yang merupakan hasil panen utama tanaman ini memiliki citarasa yang enak, bernilai gizi diantaranya vitamin A, B1, B2, C, P, dan Fosfor (Peni, 1998). Selain itu, terong harganya relatif murah (Rp. 3000 – Rp 3500/kg) sehingga terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah. Terong juga digunakan dalam berbagai masakan rumah tangga Indonesia bahkan rumah makan besar menggunakan terong sebagai salah satu


(9)

menunya. Terong dapat berfungsi sebagai makanan fungsional karena memiliki sifat antioksidan yang baik, karena fitonutrien mengandung komponen fenol, seperti asam kafeat, asam klorogenik, serta nasunin. Para peneliti pertanian di Beltsville Amerika Serikat, menyatakan komponen fenol dalam terong berkhasiat sebagai antioksidan (Vidayanti, 2012). Selain fenol, terong mengandung komponen lain yang bersifat melindungi tubuh dari infeksi bakteri dan jamur. Tanaman terong memiliki daun berbentuk bulat telur, elips atau memanjang, memiliki permukaan yang cukup luas (3-15cm x 2-9cm), bentuk helaiannya menyerupai telinga, letak helaian daun tersebar pada cabang batang, umumnya berlekuk dengan tepi daun berombak, kedua sisi daun umumnya ditutupi rambut tipis yang masing-masing berwarna kelabu, tulang daun tersusun menyirip, pada tulang daun yang besar sering terdapat duri (Christman, 2007).

Cabai merupakan tanaman perdu dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan capsaicin. Cabai mengandung beberapa vitamin. Salah satu vitamin dalam cabai adalah vitamin C (asam askorbat). Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atau kalsium (mineral untuk gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain (Godam, 2006). Selain itu, vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen (Nadiu, 2003). Daun cabai tersebar atau bersama-sama dan berbeda dalam ukuran, panjang pangkal daun 0,5-2,5cm, helaian daun bulat telur memanjang atau elips bentuk lanset, pangkal daun meruncing, ujung daun meruncing, permukaan daun gundul, dan pertulangan daun menyirip. Masa panen cabai berkisar antara 2-3 bulan setelah pemanenan perdana (Tikarama, 2009).

Budidaya cabai, terong dan tomat masih mengalami kendala, misalnya adanya serangan hama. Pengendalian hama dengan menggunakan insektisida dan dengan pengendalian hama terpadu telah diupayakan, seperti meningkatkan keanekaragaman tanaman, penerapan tumpang sari, dan rotasi tanaman untuk meningkatkan stabilitas ekosistem serta mengurangi resiko gangguan hama (Altieri, 1999; Nicholls,1999). Walaupun banyak usaha pengendalian hama telah dilakukan, namun hama-hama yang menyerang tanaman khususnya sayuran masih banyak ditemukan.

Penggunaan pestisida yang intensif dapat menimbulkan resistensi terhadap hama dan merugikan bagi musuh-musuh alami dari hama tersebut. Dilaporkan bahwa akibat penggunaan insektisida yang berlebihan di Taiwan, lalat buah Bactrocera dorsalis resisten terhadap berbagai insektisida (Hsu dan Feng, 2002). Hasil penelitian lainnya juga


(10)

memperlihatkan bahwa tanaman yang diberi pupuk dengan bahan kimia sintetis lebih rentan terhadap serangan hama dibandingkan tanaman organik dan tanaman yang tumbuh pada tanah yang masih alami (Hsu dan Feng, 2000).

Pengendalian hama dengan pemanfaatan musuh alami serangga sudah dilakukan pada beberapa tanaman pertanian. Namun hasilnya belum banyak diketahui dan belum dimanfaatkan oleh para petani. Hal tersebut diduga disebabkan karena setiap jenis serangga mempunyai musuh yang spesifik.

Salah satu jenis serangga yang dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama tanaman pertanian adalah serangga pemakan daun dari ordo Coleoptera, yaitu kumbang koksi (Epilachna admirabilis). Pada daerah tertentu, misalnya di kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan Bali, kumbang koksi merupakan salah satu hama yang cukup mengkhawatirkan petani, karena serangga ini aktif memakan beberapa jenis tanaman sayuran, misalnya pada tanaman terong (Solanum melongena).

Petani biasanya melakukan tindakan pemberantasan hama ini dengan menggunakan pestisida. Mereka kurang mengerti tentang buruknya pengaruh penggunaan pestisida terhadap tanaman dan serangga hama. Meningkatnya serangan hama bukan hanya karena penyederhanaan tanaman, tetapi juga terjadi karena penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Seperti dilaporkan bahwa ulat daun kubis Plutella xylostella di berbagai daerah sentra produksi di Jawa Tengah dan Yogyakarta telah sangat resisten terhadap insektisida dengan bahan aktif deltametrin (Nuryanti, 2001; Listyaningrum dkk 2003; Rahman, 2004), demikian pula dengan ulat grayak Spodoptera exigua pada daun bawang merah juga telah resisten terhadap metoksifenosida (Trisyono, 2008).

Serangga pemakan daun biasanya lebih menyukai daun yang masih muda, karena kandungan metabolit sekundernya yang masih rendah dan kandungan nitrogen yang tinggi. Nitrogen diperlukan serangga dalam jumlah yang tinggi karena nitrogen merupakan unsur utama penyusun asam amino. Asam amino merupakan monomer protein yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga. Kandungan nitrogen pada masing-masing tumbuhan dapat berbeda tergantung pada familinya. Pada setiap individu tanaman kandungan nutrisi terutama air dan nitrogen yang dibutuhkan oleh serangga herbivor dapat berbeda tergantung dari bagian tanamannya, misalnya bagian tanaman yang masih muda relatif lebih banyak mengandung air dan nitrogen dibandingkan dengan bagian tanaman yang sudah tidak berkembang atau tua (Bruyen et al., 2002; Wait et al., 2002; Roslin dan Salminen, 2009).


(11)

Lebih tingginya kandungan nutrisi dari daun yang digunakan sebagai sumber makanan oleh serangga herbivor, maka penelitian tentang preferensi satu jenis serangga herbivor sangat perlu untuk dilakukan pada beberapa jenis tanaman dengan famili yang sama. Maka dari itu, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui preferensi makan salah satu serangga herbivor kumbang koksi (Epilachna admirabilis) pada daun pada beberapa jenis tanaman sayur-sayuran, yaitu tomat (Solanum lycopersicum), cabai (Capsicum sp.) dan terong (Solanum melongena) yang banyak dibudidayakan di Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah jenis daun manakah dari tanaman tomat (Solanum lycopersicum), cabai (Capsicum sp.), dan terong (Solanum melongena) yang lebih disukai oleh kumbang koksi (Epilachna admirabilis)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah mengetahui jenis daun yang paling disukai kumbang koksi (Epilachna admirabilis) dari ketiga jenis tanaman, tomat (Solanum lycopersicum), cabai (Capsicum sp.), dan terong (Solanum melongena).

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat bermanfaat terhadap cara-cara pengendalian hama serangga secara alami dengan mengetahui preferensi makan serangga hama tersebut sehingga pengendaliannya dapat dilakukan dengan lebih efektif.


(12)

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kumbang Koksi (Epilachnaadmirabilis)

Kumbang koksi adalah salah satu serangga dari ordo Coleoptera. Famili Coccinellidae secara umum mempunyai bentuk tubuh bulat, panjang tubuh antara 8-10 mm. Kumbang koksi mempunyai ciri khas pada sayap berwana merah dengan garis dan bercak hitam yang bervariasi. Kumbang koksi betina muda dapat memakan polen dan nektar selain daun untuk pertumbuhan dan perkembangan ovariumnya. Kumbang koksi betina pada masa reproduksi memiliki kemampuan makan yang besar selama awal bulan dan memproduksi telur sebanyak 3000 butir. Morfologi larva bertipe campodeiform yaitu tubuh yang pipih, mempunyai 3 pasang kaki yang terletak pada bagian thorax, kepala prognathous yang aktif mencari pakan. Larva berwarna cokelat kemerah-merahan, kuning dan hitam (Hanson et al., 1994).

Kumbang koksi dikenal sebagai sahabat petani karena beberapa anggotanya memangsa serangga hama seperti spesies aphid. Walaupun demikian, ada beberapa spesies koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama tanaman, yaitu dari sub-famili Epilachninae. Serangga ini memakan daun dari famili Solanaceae. Penampilan famili Coccinellidae yang cukup khas sehingga kebanyakan orang mengenal kumbang koksi sebagai kumbang kepik, karena ukurannya dan perisainya yang juga keras, namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera) (Estiarana, 2012). Kumbang ini ditemukan di seluruh dunia, terutama di wilayah-wilayah tempat hidup tanaman yang menyediakan makanannya.Di dunia ini kurang lebih ada sekitar 5.000 spesies dan yang terbesar (Hanson et al., 1994).

2.1.1 Morfologi Kumbang Koksi

Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) memiliki penampilan yang cukup khas sehingga mudah dibedakan dariseranggalainnya. Tubuhnya berbentuk bulat dengan sayap keras di punggungnya yang disebut dengan elitra. Elitra berwarna oranye ditambah dengan pola seperti totol-totol berwarna hitam yang bervariasi pada tiap individu. Elitra pada

E.admirabilis telihat kusam tidak mengkilat (Trisnadi, 2010). Fungsi elitra adalah sebagai pelindung sayap belakang. Sayap belakangnya berwarna bening dan dilipat di bawah sayap depan. Saat terbang, E.admirabilis mengepakkan sayap belakangnya secara cepat, sementara sayap depan direntangkan untuk menambah daya angkat.


(14)

Kumbang koksi (E. admirabilis) memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat membungkuk ke bawah. Posisi kepala seperti ini membantu saat makan hewan-hewan kecil seperti kutu daun. Pada kakinya terdapat rambut-rambut halus berukuran mikroskopis yang ujungnya seperti sendok. Rambut ini menghasilkan cairan yang lengket, sehingga kumbang koksi bisa berjalan dan menempel di tempat-tempat licin seperti pada kaca atau langit-langit (Alam, 1956).

2.1.2 Makanan dan Perilaku Epilachna admirabilis

Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) merupakan salah satu hama pertanian. E. admirabilis diketahui memakan daun tanaman budidaya seperti daun terong, semangka, pare dan labu, sehingga merusak tanaman dan merugikan petani (Trisnadi, 2010). Kumbang koksi biasanya meninggalkan jejak yang khas pada daun bekas makanannya dan tidak memakan urat daunnya. Kumbang koksi di wilayah empat musim juga melakukan hibernasi (tidur panjang di musim dingin). Kumbang koksi biasanya berkumpul dalam jumlah besar di tempat-tempat seperti di bawah balok kayu, kulit batang, atau timbunan daun saat berhibernasi.Selama periode tidur panjang itu, mereka bertahan dengan memanfaatkan persediaan makanan di tubuhnya (Bruyen et al , 2002).

Kumbang koksi memiliki cara unik dalam mempertahankan diri. Bila merasa terancam bahaya, ia akan berpura-pura mati dengan cara membalikkan tubuhnya dan menarik kakinya ke dalam atau langsung terbang menjauh ketika dalam ancaman. Sebagai mekanisme perlindungan lebih lanjut, ia akan mengeluarkan cairan berwarna kuning dari persendian kakinya. Cairan ini memiliki bau dan rasa yang tidak enak sehingga jika berhasil, pemangsanya tidak jadi memakannya karena tidak tahan dengan aroma cairan tersebut (Dekker, 2003).

2.1.3 Reproduksi dan Daur Hidup Kumbang Koksi (Epilachna admirabilis)

Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) melakukan perkawinan agar bisa berkembang biak. Kadang-kadang ada 2 kumbang koksi yang memiliki corak warna berbeda, namun tetap bisa melakukan perkawinan dan berkembang biak secara normal, karena dari spesies kumbang koksi yang sama dapat memiliki corak warna (variasi warna sayap

elitra) yang berbeda. Kumbang koksi betina memilih tempat yang banyak dihuni oleh serangga sebagai sumber makanan saat telurnya menetas. Telur berwarna kuning, diletakkan pada permukaan daun dengan posisi berdiri. Kumbang koksi bertelur di satu tanaman akan


(15)

meninggalkan pola gigitan pada daun agar tidak ada betina lain yang bertelur di tanaman yang sama. Di wilayah empat musim, jika kumbang koksi betina tidak berhasil menemukan tanaman yang cocok hingga menjelang musim dingin, maka koksi betina akan menunda pelepasan telurnya hingga musim dingin usai (Chairunnisa, 2011).

Kumbang koksi dari ordo Coleoptera ini mengalami metamorfosis sempurna yaitu berkembang dari telur, larva, kepompong, dan dewasa. Telur kumbang koksi yang berbentuk lonjong dan berwarna kuning menetas sekitar 1 minggu setelah oviposisi. Larva kumbang koksi bertubuh panjang, diselubungi bulu, dan berkaki enam. Larva ini hidup dengan sumber pakan sesuai makanan induknya, dan dalam perkembangannya melakukan pergantian kulit. Larva kumbang koksi yang telah mencapai ukuran tertentu akan berhenti makan dan memasuki fase kepompong, sekitar usia dua minggu sejak pertama kali menetas. Kepompong ini biasanya menempel pada daun atau ranting. Imago selanjutnya akan keluar dari kepompong setelah berumur sekitar satu minggu. Sayap depan kumbang koksi yang baru keluar masih lemah, sehingga akan berdiam diri sejenak untuk mengeraskan sayapnya sebelum mulai berakivitas. Kumbang koksi dapat hidup sampai 2 – 3 tahun di habitatnya (Pracaya, 1993).

2.1.4 Taksonomi Epilachna admirabilis

Istilah taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis yang berarti susunan dan

nomos yang berarti hukum. Jadi secara umum, taksonomi berarti penyusunan yang teratur dan bernorma mengenai organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok yang tepat dengan menggunakan nama-nama yang sesuai dan benar.

Identifikasi, deskripsi, pengumpulan data tentang contoh serangga yang diselidiki juga pencarian pustaka mengenai serangga tersebut seperti adaptasi, distribusi dan macam tanaman inangnya termasuk dalam ilmu taksonomi. Taksonomi sebagian besar didasarkan atas persamaan cirinya. Serangga dengan ciri yang sama dimasukkan dalam kelompok yang sama. Kategori klasifikasi E. admirabilis adalah :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Coleoptera Familia : Coccinellidae Sub-Familia : Epilachninae


(16)

Genus : Epilachna

Species : Epilachna admirabilis (Lilies, 1991)

Di dalam taksonomi serangga, Epilachna admirabilis termasuk dalam ordo Coleoptera, famili Coccinelidae dan sub-famili Epilachninae. Hewan dalam famili ini memiliki tubuh lebar, oval mendekati bulat. Kepala sebagian atau keseluruhan berada di pronotum, antena pendek, 3-6 ruas berwarna cerah dengan spot-spot hitam (Gambar 1).

Gambar 1. Morfologi kumbang E. admirabilis

Pada umumnya Epilachna dengan elitra berbulu umumnya bersifat sebagai serangga herbivor, namun apabila elitranya halus mengkilat, maka serangga ini umumnya adalah bersifat predator. Larva berwarna gelap, ada yang berbercak-bercak kuning kemerahan dan memiliki duri-duri halus. Umumnya dijumpai di setengah bagian atau tajuk tanaman baik di habitat basah maupun kering.

2.2 Beberapa Tanaman yang Menjadi Makanan Epilachna admirabilis

2.2.1 Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

Tanaman tomat berasal dari Amerika tropis, ditanam sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1-1600 m dpl. Tanaman tomat tumbuh tegak dengan tinggi 0,5-2,5 m, bercabang banyak, dan berbau khas. Tanaman tomat berdaun majemuk menyirip, dengan bentuk bulat telur sampai memanjang, ujung runcing (acutus), helaian daun besar dengan tepi berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi, panjang 10-40 cm, warna hijau muda (Cahyono, 1998).


(17)

Tomat berakar tunggang, dengan serabut akar yang menyebar ke arah samping. Batang tanaman berwarna hijau berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat. Pada ruas batang mengalami penebalan dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar-akar pendek. Selain itu batang tanaman tomat dapat bercabang dan diameter cabang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis tanaman sayur lainnya. Bunga tanaman tomat berukuran kecil, diameternya sekitar 2 cm. Merupakan bunga majemuk, berkumpul dalam rangkaian berupa tandan, bertangkai, mahkota berbentuk bintang, warnanya kuning cerah. Kelopak bunga (sepala) berjumlah 5 berwarna hijau dengan 6 petala berwarna kuning cerah. Bunga tomat tergolong sebagai bunga sempurna, karena benang sari dan putik berada pada satu bunga (Cahyono, 1998).

Bentuk buah tomat bervariasi tergantung dari varietasnya. Namun secara umum buahnya merupakan buah buni, berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap, beragam dalam bentuk maupun ukurannya. Bijinya berbentuk pipih, warnanya kuning kecokelatan. Buah tomat bisa dimakan langsung, atau diolah seperti dibuat jus, saus tomat, dimasak, dibuat sambal goreng, atau dibuat acar tomat. Pucuk atau daun muda bisa digunakan sebagai bahan untuk sayur. Buah tomat yang umum ada di pasaran bentuknya bulat. Tomat yang berukuran besar, berdaging tebal, berbiji sedikit, dan berwarna merah sering disebut sebagai tomat buah. Tomat jenis ini biasa disantap segar sebagai buah. Tomat yang berukuran lebih kecil dikenal sebagai tomat sayur karena sering digunakan di dalam masak-memasak. Buah tomat yang berukuran kecil disebut tomat ceri yang digunakan untuk campuran membuat sambal atau dalam hidangan selada. (Cahyono, 1998).

2.2.2 Tanaman Terong (Solanum melongena)

Terong merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Terong menjadi kegemaran masyrakat karena digunakan sebagai sayur yang murah dan mudah dicari. Kandungan gizi yang dimiliki terong antara lain vitamin A, B1, B2, C dan Fosfor. Tanaman terong memiliki daun berbentuk bulat telur, elips atau memanjang. Luas permukaan daun bisa mencapai 3-15 cm x 2-9 cm. Letak daun tersebar pada cabang batang, umumnya berlekuk dengan tepi daun berombak. Kedua sisi daun umumnya ditutupi rambut halus yang berwarna kelabu. Tulang daun tersusun menyirip, pada pangkal tulang daun terdapat duri (Christman, 2007).

Batang tanaman terong tumbuh tegak, cabang-cabangnya tersusun rapat, berbentuk bulat, berwarna keunguan. Batang ditutupi rambut tipis berwarna kelabu. Pada batang terong,


(18)

ada yang memiliki duri dan ada juga yang tidak. Sistem perakaran merupakan perakaran tunggang berwarna putih kecoklatan (Christman, 2007).

Bunga tanaman terong merupakan bunga majemuk, tumbuh berseling pada cabang batang. Panjang anak tangkai bunga antara 1-2 cm, kelopak bertaju lima, tabung kelopak berbentuk lonceng dan bersudut dengan tinggi 5-6 mm. Mahkota berwarna ungu berjumlah lima, satu sama lain dihubungkan dengan selaput tipis, kepala sari berwarna kuning, tergolong dalam bunga berkelamin dua (hermaprodit). Apabila terjadi penyerbukan maka kelopak bunganya akan ikut berkembang menjadi bagian buah. Buah dari tanaman terong ini berbentuk buni atau bulat memanjang, dengan panjang tangkai kurang lebih 3cm, diameter buah 3cm, buah berwarna keunguan atau kuning, bijinya berbentuk bulat pipih, berwarna kuning kecoklatan (Christman, 2007).

2.2.3 Tanaman Cabai (Capsicum sp.)

Capsicum sp. merupakan tanaman perdu dari keluarga Solanaceae, yang berasal dari amerika selatan. Penyebaran cabai hingga masuk ke Indonesia dilakukan oleh bangsa Spanyol dan Portugis saat berdagang. Tanaman cabai mempunyai tinggi antara 50 - 150 cm. Daun berbentuk bulat telur sampai lonjong atau bulat telur meruncing. Panjang daun 1 - 12 cm, lapisan daun tidak berbulu. Mahkota bunga berbentuk bintang, berwarna putih, putih kehijauan atau kadang-kadang ungu. Ciri kelopak bunganya adalah memiliki panjang 2 - 3 mm, ada yang berbulu halus dan ada yang tidak. Buah berbentuk bulat panjang ,lurus atau bengkok, ujung meruncing, pangkal lebih lebar dari pada ujung, panjang 2 - 6 cm, lebar 0,5 - 0,8 cm. Permukaan buah luar licin mengkilap dalam keadaan segar dan berkerut dalam keadaan kering. Buah muda berwarna hijau muda hingga tua, buah masak berwarna merah terang. Dinding buah liat, sangat tipis, tebal kurang dari 0,5 mm. Pangkal tangkal relatif panjang, ramping, berwarna hijau kehitaman. Kelopak berbentuk lonceng, terdiri dari 5 helai daun kelopak yang berlekatan satu sama lain, warna hijau kehitaman. Biji banyak, bentuk bundar atau segitiga pipih, garis tengah lebih kurang 3mm.

Tanaman cabai merupakan tanaman budidaya yang dikembangkan pada lahan kering (kebun) atau lahan basah (sawah). Cabai dapat tumbuh dengan baik pada lahan dengan ketinggian 900m dari permukaan laut. Pertumbuhan cabai dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti iklim, unsur hara tanah, air dan faktor abiotik lainnya. Cabai menjadi komoditas masyarakat Indonesia karena hampir semua masakan menggunakan cabai sebagai


(19)

bumbu pokok. Selain industri masakan, cabai menjadi bahan utama pada industri jamu dan obat-obatan herbal. Cabai mempunyai cita rasa pedas yang dapat menambah selara makan. Rasa pedas tersebut dikarenakan cabai mengandung zat capsaicin, selain itu terdapat beberapa kandungan gizi seperti kalsium, vitamin A, B1, dan C (Chairunnisa, 2011)


(20)

(1)

meninggalkan pola gigitan pada daun agar tidak ada betina lain yang bertelur di tanaman yang sama. Di wilayah empat musim, jika kumbang koksi betina tidak berhasil menemukan tanaman yang cocok hingga menjelang musim dingin, maka koksi betina akan menunda pelepasan telurnya hingga musim dingin usai (Chairunnisa, 2011).

Kumbang koksi dari ordo Coleoptera ini mengalami metamorfosis sempurna yaitu berkembang dari telur, larva, kepompong, dan dewasa. Telur kumbang koksi yang berbentuk lonjong dan berwarna kuning menetas sekitar 1 minggu setelah oviposisi. Larva kumbang koksi bertubuh panjang, diselubungi bulu, dan berkaki enam. Larva ini hidup dengan sumber pakan sesuai makanan induknya, dan dalam perkembangannya melakukan pergantian kulit. Larva kumbang koksi yang telah mencapai ukuran tertentu akan berhenti makan dan memasuki fase kepompong, sekitar usia dua minggu sejak pertama kali menetas. Kepompong ini biasanya menempel pada daun atau ranting. Imago selanjutnya akan keluar dari kepompong setelah berumur sekitar satu minggu. Sayap depan kumbang koksi yang baru keluar masih lemah, sehingga akan berdiam diri sejenak untuk mengeraskan sayapnya sebelum mulai berakivitas. Kumbang koksi dapat hidup sampai 2 – 3 tahun di habitatnya (Pracaya, 1993).

2.1.4 Taksonomi Epilachna admirabilis

Istilah taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti hukum. Jadi secara umum, taksonomi berarti penyusunan yang teratur dan bernorma mengenai organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok yang tepat dengan menggunakan nama-nama yang sesuai dan benar.

Identifikasi, deskripsi, pengumpulan data tentang contoh serangga yang diselidiki juga pencarian pustaka mengenai serangga tersebut seperti adaptasi, distribusi dan macam tanaman inangnya termasuk dalam ilmu taksonomi. Taksonomi sebagian besar didasarkan atas persamaan cirinya. Serangga dengan ciri yang sama dimasukkan dalam kelompok yang sama. Kategori klasifikasi E. admirabilis adalah :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta Ordo : Coleoptera Familia : Coccinellidae Sub-Familia : Epilachninae


(2)

Genus : Epilachna

Species : Epilachna admirabilis (Lilies, 1991)

Di dalam taksonomi serangga, Epilachna admirabilis termasuk dalam ordo Coleoptera, famili Coccinelidae dan sub-famili Epilachninae. Hewan dalam famili ini memiliki tubuh lebar, oval mendekati bulat. Kepala sebagian atau keseluruhan berada di pronotum, antena pendek, 3-6 ruas berwarna cerah dengan spot-spot hitam (Gambar 1).

Gambar 1. Morfologi kumbang E. admirabilis

Pada umumnya Epilachna dengan elitra berbulu umumnya bersifat sebagai serangga herbivor, namun apabila elitranya halus mengkilat, maka serangga ini umumnya adalah bersifat predator. Larva berwarna gelap, ada yang berbercak-bercak kuning kemerahan dan memiliki duri-duri halus. Umumnya dijumpai di setengah bagian atau tajuk tanaman baik di habitat basah maupun kering.

2.2 Beberapa Tanaman yang Menjadi Makanan Epilachna admirabilis

2.2.1 Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

Tanaman tomat berasal dari Amerika tropis, ditanam sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1-1600 m dpl. Tanaman tomat tumbuh tegak dengan tinggi 0,5-2,5 m, bercabang banyak, dan berbau khas. Tanaman tomat berdaun majemuk menyirip, dengan bentuk bulat telur sampai memanjang, ujung runcing (acutus), helaian daun besar dengan tepi berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi, panjang 10-40 cm, warna hijau muda (Cahyono, 1998).


(3)

Tomat berakar tunggang, dengan serabut akar yang menyebar ke arah samping. Batang tanaman berwarna hijau berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat. Pada ruas batang mengalami penebalan dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar-akar pendek. Selain itu batang tanaman tomat dapat bercabang dan diameter cabang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis tanaman sayur lainnya. Bunga tanaman tomat berukuran kecil, diameternya sekitar 2 cm. Merupakan bunga majemuk, berkumpul dalam rangkaian berupa tandan, bertangkai, mahkota berbentuk bintang, warnanya kuning cerah. Kelopak bunga (sepala) berjumlah 5 berwarna hijau dengan 6 petala berwarna kuning cerah. Bunga tomat tergolong sebagai bunga sempurna, karena benang sari dan putik berada pada satu bunga (Cahyono, 1998).

Bentuk buah tomat bervariasi tergantung dari varietasnya. Namun secara umum buahnya merupakan buah buni, berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap, beragam dalam bentuk maupun ukurannya. Bijinya berbentuk pipih, warnanya kuning kecokelatan. Buah tomat bisa dimakan langsung, atau diolah seperti dibuat jus, saus tomat, dimasak, dibuat sambal goreng, atau dibuat acar tomat. Pucuk atau daun muda bisa digunakan sebagai bahan untuk sayur. Buah tomat yang umum ada di pasaran bentuknya bulat. Tomat yang berukuran besar, berdaging tebal, berbiji sedikit, dan berwarna merah sering disebut sebagai tomat buah. Tomat jenis ini biasa disantap segar sebagai buah. Tomat yang berukuran lebih kecil dikenal sebagai tomat sayur karena sering digunakan di dalam masak-memasak. Buah tomat yang berukuran kecil disebut tomat ceri yang digunakan untuk campuran membuat sambal atau dalam hidangan selada. (Cahyono, 1998).

2.2.2 Tanaman Terong (Solanum melongena)

Terong merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Terong menjadi kegemaran masyrakat karena digunakan sebagai sayur yang murah dan mudah dicari. Kandungan gizi yang dimiliki terong antara lain vitamin A, B1, B2, C dan Fosfor. Tanaman terong memiliki daun berbentuk bulat telur, elips atau memanjang. Luas permukaan daun bisa mencapai 3-15 cm x 2-9 cm. Letak daun tersebar pada cabang batang, umumnya berlekuk dengan tepi daun berombak. Kedua sisi daun umumnya ditutupi rambut halus yang berwarna kelabu. Tulang daun tersusun menyirip, pada pangkal tulang daun terdapat duri (Christman, 2007).

Batang tanaman terong tumbuh tegak, cabang-cabangnya tersusun rapat, berbentuk bulat, berwarna keunguan. Batang ditutupi rambut tipis berwarna kelabu. Pada batang terong,


(4)

ada yang memiliki duri dan ada juga yang tidak. Sistem perakaran merupakan perakaran tunggang berwarna putih kecoklatan (Christman, 2007).

Bunga tanaman terong merupakan bunga majemuk, tumbuh berseling pada cabang batang. Panjang anak tangkai bunga antara 1-2 cm, kelopak bertaju lima, tabung kelopak berbentuk lonceng dan bersudut dengan tinggi 5-6 mm. Mahkota berwarna ungu berjumlah lima, satu sama lain dihubungkan dengan selaput tipis, kepala sari berwarna kuning, tergolong dalam bunga berkelamin dua (hermaprodit). Apabila terjadi penyerbukan maka kelopak bunganya akan ikut berkembang menjadi bagian buah. Buah dari tanaman terong ini berbentuk buni atau bulat memanjang, dengan panjang tangkai kurang lebih 3cm, diameter buah 3cm, buah berwarna keunguan atau kuning, bijinya berbentuk bulat pipih, berwarna kuning kecoklatan (Christman, 2007).

2.2.3 Tanaman Cabai (Capsicum sp.)

Capsicum sp. merupakan tanaman perdu dari keluarga Solanaceae, yang berasal dari amerika selatan. Penyebaran cabai hingga masuk ke Indonesia dilakukan oleh bangsa Spanyol dan Portugis saat berdagang. Tanaman cabai mempunyai tinggi antara 50 - 150 cm. Daun berbentuk bulat telur sampai lonjong atau bulat telur meruncing. Panjang daun 1 - 12 cm, lapisan daun tidak berbulu. Mahkota bunga berbentuk bintang, berwarna putih, putih kehijauan atau kadang-kadang ungu. Ciri kelopak bunganya adalah memiliki panjang 2 - 3 mm, ada yang berbulu halus dan ada yang tidak. Buah berbentuk bulat panjang ,lurus atau bengkok, ujung meruncing, pangkal lebih lebar dari pada ujung, panjang 2 - 6 cm, lebar 0,5 - 0,8 cm. Permukaan buah luar licin mengkilap dalam keadaan segar dan berkerut dalam keadaan kering. Buah muda berwarna hijau muda hingga tua, buah masak berwarna merah terang. Dinding buah liat, sangat tipis, tebal kurang dari 0,5 mm. Pangkal tangkal relatif panjang, ramping, berwarna hijau kehitaman. Kelopak berbentuk lonceng, terdiri dari 5 helai daun kelopak yang berlekatan satu sama lain, warna hijau kehitaman. Biji banyak, bentuk bundar atau segitiga pipih, garis tengah lebih kurang 3mm.

Tanaman cabai merupakan tanaman budidaya yang dikembangkan pada lahan kering (kebun) atau lahan basah (sawah). Cabai dapat tumbuh dengan baik pada lahan dengan ketinggian 900m dari permukaan laut. Pertumbuhan cabai dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti iklim, unsur hara tanah, air dan faktor abiotik lainnya. Cabai menjadi komoditas masyarakat Indonesia karena hampir semua masakan menggunakan cabai sebagai


(5)

bumbu pokok. Selain industri masakan, cabai menjadi bahan utama pada industri jamu dan obat-obatan herbal. Cabai mempunyai cita rasa pedas yang dapat menambah selara makan. Rasa pedas tersebut dikarenakan cabai mengandung zat capsaicin, selain itu terdapat beberapa kandungan gizi seperti kalsium, vitamin A, B1, dan C (Chairunnisa, 2011)


(6)