PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROSFER MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DI KELAS VII 5 SMP NEGERI 20 MEDAN MARELAN T.A 2013-2014.

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI HIDROSFER MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DI KELAS VII-5 SMP NEGERI 20

MEDAN MARELAN T.A 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh : HELDIANA. S NIM. 3103331020

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas dan segala berkat dan kasih karunia-Nya yang melimpah yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrosfer Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching Di Kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan T.A 2013/2014. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial UNIMED.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis banyak menemukan kendala, namun puji syukur semua dapat diselesaikan dengan baik melalui bantuan tulus yang diberikan baik bersifat moril dan materi dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan ketulusan penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku rektor UNIMED beserta staf yang mendampingi beliau.

2. Bapak Dr. H. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku pembantu Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial dan juga sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan perbaikan untuk skripsi ini.

4. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi.

5. Bapak Drs. Kamarlin Pinem, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, saran serta dukungan yang tidak ternilai harganya.

6. Ibu Dra. Marlinang Sitompul, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama perkuliahan.

7. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan waktu, saran maupun dukungan dalam penulisan skripsi ini. 8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Pendidikan Geografi serta Pak

Siagian selaku staf administrasi yang telah banyak membantu kelancaran administrasi penulis.


(5)

9. Ibu Hj. Asnah, S.Pd. MM selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 20 Medan Marelan dan Ibu Risma Sinta, S.Pd selaku guru bidang studi IPS yang telah banyak membantu dalam penelitian ini serta siswa-siswi kelas VII-5 yaing telah mengikuti pelajaran dengan baik.

10. Teristimewa kepada kedua orangtua yang sangat saya cintai dan kasihi yang setia memberikan dukungan kepada saya melalui doa, kasih sayang, materi yang tak terbalaskan yakni Ayahanda J. Silitonga dan Ibunda tercinta L. Simanjuntak.

11. Untuk adikku tersayang (Adhi) beserta semua keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan doa serta dukungan.

12. Buat teman-teman di Jurusan Pendidikan Geografi stambuk 2010 terkhusus buat teman-teman di kelas BEST GO dan teman-teman terbaikku (Ayu, Melda, Nisa,, Nurhasanah, Rhenny, Titin) yang selalu setia menjadi teman dalam suka dan duka selama di perkuliahan, observerku ( Rosani dan Maynard Owen Hutauruk) serta Abang Roy Rezky Purba yang telah banyak membantu selama ini dalam penyelesaian skripsi.

13. Buat ibu kost beserta keluarganya di Gang Sepakat No.36, Menteng VII yang selalu memberikan dukungan dan menjaga penulis selama perkuliahan. 14. Seluruh teman-teman PPL di SMA Swasta Teladan Pematangsiantar yang

telah memberikan dukungan dan semangat.

Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kemajuan di masa yang akan datang. Karena keterbatasan waktu dan kemampuan, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2014 Penulis,


(6)

ABSTRAK

HELDIANA . S, Nim . 3103331020. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrosfer Melalui Model Pembelajaran Quantum

Teaching Di Kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan T.A 2013/2014.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi . Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan : (1) Aktivitas belajar siswa pada materi hidrosfer melalui model pembelajaran Quantum

Teaching di kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan, (2) Hasil belajar siswa

pada materi hidrosfer melalui model pembelajaran Quantum Teaching di kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Negeri 20 Medan Marelan T.A 2013/2014. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VII-5 yang berjumlah 46 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I yang terdiri dari I pertemuan dan siklus II juga terdiri I pertemuan. Teknik pengumpul data yang digunakan yaitu teknik observasi dan komunikasi tidak langsung, kemudian data dianalisis dengan teknik analisis inferensial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) aktivitas belajar siswa pada materi hidrosfer melalui model pembelajaran Quantum Teaching meningkat dari siklus I yakni 73.00% menjadi 85.55% pada siklus II. (2) hasil belajar siswa pada materi hidrosfer meningkat dari siklus I yakni 76,09% menjadi 86,96% pada siklus II. Dengan demikian, hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat diterima.


(7)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 7

B. Penelitian Yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berfikir ... 25

D. Hipotesis Tindakan ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

B Subjek dan Objek Penelitian ... 26

C Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 27

D Jenis Penelitian ... 28

ETeknik Pengumpulan Data ... 34

FPengembangan Instrumen Penilaian ... 35


(8)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

A Keadaan Fisik ... 41

B Keadaan Non Fisik ... 48

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian ... 51

B Pembahasan Penelitian ... 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan ... 77

B Saran ... ... ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(9)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

1. Langkah-langkah model pembelajaran Quantum Teaching ... 14

2. Prosedur Penelitian ... 30

3. Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa ... 37

4. Kisi-Kisi Tes Sebelum Validitas ... 38

5. Kisi-Kisi Tes Setelah Validitas ... 38

6. Fasilitas Belajar SMP Negeri 20 Medan Marelan ... 44

7. Fasilitas Belajar Geografi SMP Negeri 20 Medan Marelan ... 47

8. Keadaan Guru dan Tata Usaha SMP Negeri 20 Medan Marelan ... 48

9. Jumlah Siswa SMP Negeri 20 Medan Marelan T.A 2013/2014 ... 31

10. Kategori Aktivitas Siswa Siklus I ... 56

11. Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 57

12. Frekuensi Skor Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ... 59

13. Kategori Aktivitas Siswa Siklus I ... 66

14. Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 67


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal

1. Instrumen Penilaian Hasil Belajar ... 81

2. Validitas Instrumen Penelitian Hasil Belajar Siswa ... 86

3. Uji Validitas Soal ... 88

4. Tabel r ... 90

5. Test Hasil Belajar Siklus I ... 91

6. Test Hasil Belajar Siklus II ... 93

7. Uji Reliabilitas Tes ... 96

8. Silabus ... 99

9. Program Semester ... 101

10. Pembagian Kelompok Kelas VII-5 ... 103

11. RPP Siklus I ... 102

12. LKK Siklus I ... 109

13. Tugas Rumah Siklus I ... 115

14. Ketuntasan Belajar Siklus I ... 119

15. Aktivitas Siswa Siklus I ... 122

16. RPP Siklus II ... 125

17. LKK Siklus II ... 130

18. Tugas Rumah ... 135

19. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 139


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

.2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

.2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

SMP. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Deporter, Bobbi. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Eva. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Biosfer di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sipahutar. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2013. Buku Pedoman Penulisan

Skripsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi. Medan : FIS Unimed.

Gading. 2008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Model Quantum Teaching Kompetensi dan Mendeskripsikan Gejala-Gejala yang Terjadi di Atmosfer dan Hidrosfer serta dampaknya terhadap Kehidupan Kelas VII A SMP Negeri 3 Klaten T.A 2008/2009. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Harwining, Tatik. 2010. Penerapan Model Quantum Teaching pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo T.A 2010/2011. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.


(12)

Legawa. I Wayan. Dkk. (2008), Contextuan Teaching Learning IPS SMP/MTs Kelas VII edisi 4. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Nurdin, Muh. Dkk. (2008), Mari Belajar IPS untuk SMP / MTs Kelas VII. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Oemar, Hamalik. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Roestisyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Sadirman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.

Simanihuruk, Lidia. 2012. Pengaruh Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar dan Retensi Siswa pada Mata Pelajaran IPA di SD Sw. Betania Medan.

Tesis (tidak diterbitkan). Medan: Program Studi Pendidikan Dasar

Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Tamba, Herianto. 2009. Implementasi Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Wilayah dalam Kajian Negara Maju dan Negara Berkembang di SMP Parulian I Medan di Kelas VII Semester I T.P. 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan:Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional .


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek pokok bagi kehidupan suatu bangsa. Kondisi bangsa dimasa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh paradigma berfikir masyarakatnya yang terbentuk melalui suatu proses pendidikan. Sesuai dengan pernyataan Hasan (2005) bahwa “ Pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani dan rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan”. Pernyataan tersebut didukung UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pencapaian tujuan pendidikan dapat diukur dari proses pembelajaran yang dialami peserta didik. Sekolah sebagai lembaga pendidikan kedua setelah keluarga adalah pendidikan formal yang mempunyai peranan untuk mengembangkan kepribadian anak sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya dalam melaksanakan tugasnya kelak dalam masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman kepada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Hamalik (2010) menyatakan bahwa ”Kurikulum adalah program pendidikan yang


(14)

disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa”. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu pada jenjang pendidikan menengah pertama meliputi kajian bidang geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi. Hal ini memerlukan kesiapan dari seluruh elemen pendidikan, termasuk guru yang berasal dari beberapa latar belakang ilmu yang mengajar pada mata pelajaran IPS Terpadu. Melalui pengamatan yang dilakukan di SMP Negeri 20 Medan Marelan, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih diajarkan secara terpisah. Setiap guru mengajarkan bidang studi sesuai dengan latar belakang pendidikan masing-masing. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap kesiapan guru dalam mengelola kelas, menyesuaikan model pembelajaran dengan materi pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara penulis pada tanggal 26 November 2013

dengan guru mata pelajaran IPS (Risma Sinta, S.Pd) di kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan yang berlatar belakang ekonomi bahwa hasil

ulangan harian pada materi hidrosfer menunjukkan 53% siswa memperoleh nilai dibawah KKM yang telah ditetapkan yaitu 70 sehingga dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa di kelas tersebut tidak tuntas secara keseluruhan baik ketuntasan individu maupun ketuntasan klasikal. Guru sudah pernah menggunakan beberapa model seperti talking stick untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa namun kurang berhasil. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran ketika memulai kegiatan belajar mengajar. Selain itu, tidak ada penghargaan bagi siswa yang aktif sehingga


(15)

siswa menjadi tidak bersemangat dalam belajar. Aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung masih rendah, hal ini ditandai dengan jarangnya siswa memperhatikan guru yang sedang mengajar, kurang antusias dalam berdiskusi, menulis, bertanya, memberi tanggapan dan bersemangat.

Untuk itu perlu diusahakan perbaikan pembelajaran siswa dengan menerapkan model yang menyenangkan dan bermanfaat yaitu model pembelajaran Quantum Teaching telah berhasil dipraktekkan oleh banyak kalangan di dunia pendidikan namun belum dipraktekkan di SMP Negeri 20 Medan Marelan. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching yaitu: Eva (2011) menyimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi biosfer secara signifikan. Hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata aktivitas dan hasil belajar pada setiap siklus. Gading (2008) memberi kesimpulan yaitu hasil belajar siswa meningkat menggunakan model Quantum Teaching pada kompetensi mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan. Berdasarkan penelitian diatas menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas dan hasil belajar dapat dicapai melalui model pembelajaran Quantum Teaching.

Quantum Teaching merupakan belajar yang meriah dengan segala

nuansanya yang menyertakan segala interaksi dan perbedaan memaksimalkan momen belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas (Deporter, 2010). Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut. Hasil belajar yang baik harus didukung oleh proses pembelajaran yang berkualitas, yakni proses pembelajaran


(16)

yang mampu melibatkan aktivitas siswa. Adapun kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa pada materi hidrosfer adalah memahami usaha manusia untuk memahami lingkungan mengarahkan siswa agar dapat mendeskripsikan siklus hidrologi, mengklasifikasikan bentuk tubuh air tanah, mendeskripsikan zona laut serta menjelaskan pengertian batas landas kontinen laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Dalam pembelajaran kuantum terdapat kerangka-kerangka yang menjamin siswa menjadi tertarik dan berminat pada materi mata pelajaran karena mereka mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri dan mencapai sukses karena menciptakan cara belajar efektif bukan pasif. Kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching dikenal sebagai TANDUR. Proses pembelajaran dibuat sedemikian rupa sehingga pembelajaran tidak terasa membosankan. Namun sebaliknya, menjadi nyaman dan menggairahkan dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok, memberikan kesempatan tiap kelompok untuk terlibat langsung dengan pembelajaran dari guru, kemudian meminta siswa mempresentasikan hasil diskusinya dan selanjutnya menyimpulkan apa yang sedang dipelajari. Setelah siswa selesai menyimpulkan kemudian melakukan perayaan untuk menghargai usaha yang telah dilakukan oleh siswa. Perayaan dalam hal ini, adalah bukan perayaan yang penuh kemewahan. Namun, yang dimaksud perayaan disini adalah suatu penghargaan untuk menyemangati. Oleh karena itu, perlu peningkatan aktivitas dan hasil belajar melalui model pembelajaran Quantum Teaching di kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan T. 2013/2014.


(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijabarkan, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar masih rendah, (2) Hasil belajar siswa yang masih dibawah KKM pada materi hidrosfer, dan (3) Model pembelajaran Quantum Teaching belum pernah diterapkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terutama pada materi hidrosfer.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, maka penelitian dibatasi hanya pada masalah peningkatan aktivitas belajar dan pencapaian ketuntasan hasil belajar siswa pada materi hidrosfer di kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan melalui model pembelajaran Quantum Teaching.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah melalui model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi hidrosfer di kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan?

2. Apakah melalui model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hidrosfer di kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan?


(18)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Peningkatan aktivitas siswa pada materi hidrosfer melalui model pembelajaran

Quantum Teaching di kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan T.A

2013/2014.

2. Peningkatan hasil belajar siswa pada materi hidrosfer melalui model pembelajaran Quantum Teaching di kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan T.A 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bahan masukan bagi Dinas Pendidikan Kota Medan untuk mengambil kebijakan dalam peningkatan pendidikan dan penerapan model pembelajaran untuk sekolah terutama di tingkat SMP.

2. Bagi guru, menambah masukan dalam memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat memperbaiki mutu pembelajaran.

3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan mengenai pembelajaran melalui model pembelajaran Quantum Teaching.

4. Bahan referensi bagi peneliti lainnya khusus mengenai topik yang sama pada waktu dan tempat yang berbeda.


(19)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A Hasil Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda sebagai post test. Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar instrumen penelitian diuji coba terlebih dahulu. Uji coba soal dilakukan di kelas VIII-4 SMP Negeri 20 Medan Marelan dengan responden sebanyak 43 siswa. Hasil uji coba soal kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas dan realibilitas (Lampiran 2 dan 7). Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 20 Medan Marelan melalui model pembelajaran Quantum Teaching pada materi hidrosfer pada tahun ajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini peneliti melakukan dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan pada satu pertemuan. Masing-masing pertemuan dilaksanakan pada 2 jam pertemuan (2 x 45 menit) untuk mencapai standar kompetensi. Dalam pelaksanaannya dilakukan observasi aktivitas siswa. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut:

1. Pratindakan

Pelaksanaan pratindakan yang dilakukan adalah melakukan observasi ke sekolah dengan mengamati proses pembelajaran. Peneliti melakukan wawancara dengan guru bidang studi IPS kelas VII-5 ( Ibu Risma Sinta, S.Pd) tentang kendala-kendala didalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti bahwa aktivitas siswa masih rendah dan hasil belajarnya masih ada yang belum tuntas KKM 70. Hasil ulangan harian pada materi hidrosfer menunjukkan 53% siswa memperoleh nilai dibawah KKM. Peneliti dan guru berkolaborasi untuk mencari cara agar kendala tersebut dapat


(20)

diatasi. Dari hasil temuan masalah tersebut peneliti dan guru sepakat untuk menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching yang diharapkan mampu meningkatkan aktivitas siswa dan ketuntasan belajar siswa pada materi hidrosfer.

2. Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan

Setelah permasalahan ditemukan pada tahap pratindakan, maka peneliti dan juga guru harus melakukan tindakan agar permasalahan dalam pembelajaran tersebut dapat diatasi. Adapun tindakan yang harus dilakukan yaitu: (1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan model pembelajaran Quantum Teaching (lampiran 11), sehingga proses penyampaian pelajaran yang akan diberikan kepada siswa dapat berjalan optimal kemudian mencari informasi maupun media yang berkaitan dengan materi, (2) Membuat Lembar Kerja Kelompok sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa, (3) Membuat lembar observasi siswa yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan model pembelajaran

Quantum Teaching, (4) Membagi siswa secara berkelompok dengan anggota

terdiri dari 5-6 orang sehingga terbentuk 8 kelompok (lampiran 10), (5) Mempersiapkan soal evaluasi berupa post test yang sesuai dengan materi

hidrosfer terdiri dari 10 butir soal setelah diuji validasinya akan dikerjakan siswa pada akhir proses pembelajaran, (6) Mempersiapkan soal tugas rumah berupa teka-teki silang, dan (7) Membuat penomoran dada tiap kelompok berdasarkan urutan tempat duduk untuk mempermudah observer dalam mengamati aktivitas siswa.


(21)

b. Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, proses pembelajaran dilakukan berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Quantum Teaching pada RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan berkenaan dengan materi hidrosfer. Kegiatan pembelajaran berlangsung 2 jam pertemuan (2x45menit). Langkah-langkah kerangka TANDUR yang diterapkan sebagai berikut:

1.Tumbuhkan

Pada kegiatan awal pertemuan I, guru mengucapkan salam pembuka, mengecek kehadiran siswanya dan memeriksa kebersihan dan kerapian ruangan kelas sebelum siswa siap untuk menerima pelajaran (2 menit). Guru pada tahap tumbuhkan ini menstimulus dan memotivasi siswa agar siswa mengetahui apa manfaat mereka mempelajari materi tersebut dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang pemikiran siswa untuk aktif dengan bertanya tentang apa manfaat air dan apakah jumlah air dipermukaan bumi ini tetap atau berubah-ubah (5 menit). Hal ini merangsang siswa lebih berfikir sehingga berusaha mengaktifkan pemikirannya agar bisa mengetahuinya sehingga bermanfaaat untuk dipelajari apabila dihubungkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran berakhir (2 menit). Pada gambar 14 siswa sedang memperhatikan guru ketika menyampaikan tujuan pembelajaran.


(22)

Gambar 14. Siswa memperhatikan guru pada tahap tumbuhkan 2.Alami

Tahap alami termasuk ke bagian inti. Guru menyampaikan materi pada siklus I dengan indikator siklus hidrologi dan bagian-bagiannya, bentuk tubuh air permukaan/air tanah serta pemanfaatannya berdasarkan gambar yang ditampilkan pada media karton (10 menit). Guru mengarahkan siswa untuk membuat catatan yang berhubungan dengan informasi yang diajarkan agar meningkatkan penyerapan daya ingat. Pada tahap ini guru akan memberikan salah satu contoh manfaat air tanah bagi manusia seperti mencuci, menyiram tanaman. Ketersediaan air bersih begitu sangat sulit untuk diperoleh sehingga penting bagi manusia untuk memakai air dengan hemat. Pada gambar 15 siswa sedang menulis catatan.


(23)

Gambar 15. Siswa menulis materi pelajaran 3.Namai

Pada tahap ini guru membimbing dan memantau jalannya diskusi pada tiap kelompok. Siswa menjawab latihan soal yang telah dirancang peneliti sebanyak 4 soal dan mendiskusikan jawabannya dengan anggota kelompoknya masing-masing (15 menit).

4.Demonstrasikan

Tahap ini masih dalam tahap kegiatan inti dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan kelompok yang ditunjuk dalam memaparkan dan mempresentasikan hasil diskusi mereka setelah melakukan diskusi (30 menit). Guru mengarahkan semua kelompok menyiapkan diri agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan tanggapan teman kelompok lainnya. Apabila ada tanggapan dan beberapa pertanyaan setiap kelompok harus dapat bertanggung jawab atas hasil diskusi mereka. Pada pertemuan ini, siswa belum dapat melakukan diskusi dan pemaparan diskusi secara kondusif dan luwes


(24)

karena siswa belum terbiasa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dalam proses pembelajaran. Guru memberikan penjelasan secara ringkas untuk mengklarifikasi hasil diskusi.

5.Ulangi

Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi hidrosfer. Guru mengulangi seputar materi yang belum jelas diketahui oleh siswa kemudian menyimpulkan pembelajaran dan point-point penting yang harus diingat siswa selama proses pembelajaran (5 menit). Setelah itu, guru memberikan soal post tes berjumlah 10 butir soal (10 menit) untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa. Selama post tes berlangsung peneliti dan observer mengawasi setiap siswa agar tidak ada yang bekerjasama dan melakukan tindakan yang mengganggu kenyamanan saat berlangsungnya ujian.

6.Rayakan

Guru memberikan penilaian kepada setiap kelompok setelah melihat dan mendengarkan hasil pemaparan diskusi kelompok maka dipilih satu kelompok terbaik yang akan diberi penghargaan berupa simbol bunga pada papan penghargaan yang ditempel disebelah kanan papan tulis untuk memberi semangat

sehingga setiap kelompok berlomba-lomba untuk menjadi kelompok terbaik ( 3 menit). Kelompok terbaik pada siklus I adalah kelompok III (lampiran 15).

Kemenangan itu juga dinyatakan dengan perayaan pemberian tepuk tangan juga dari teman-teman kelompok lainnya. Sebelum pelajaran berakhir, guru memberikan lembar tugas yang akan dikerjakan di rumah (3 menit) dan mengucapkan salam penutup kepada siswa (2 menit).


(25)

c. Observasi

Selama kegiatan pembelajaran, observasi aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh observer yang merupakan rekan mahasiswa jurusan pendidikan geografi dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa

dimana aspek-aspek yang diamati oleh observer yaitu (1) Memperhatikan, (2) Menulis, (3) Berdiskusi, (4) Memberi Tanggapan, (5) Bertanya dan (6) Bersemangat. Setiap aspek yang diamati memiliki skor dari rentang 3-1

dengan indikator yang telah ditetapkan.

Observasi dilakukan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran melalui model pembelajaran Quantum Teaching. Untuk membantu para observer mengamati aktivitas siswa, siswa terlebih dahulu dibagi nomor dada. Adapun hasil aktivitas siswa yang diperoleh pada saat pembelajaran secara spesifik per aspek dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Kategori Aktivitas Siswa Siklus I

No Kategori Aktivitas Jumlah Persentase (%)

1 Baik 23 50

2 Cukup 19 41

3 Kurang 4 9

Jumlah 46 100

Sumber : Data Olahan Primer, 2014

Dari data aktivitas siswa 10 menunjukkan bahwa 23 orang (50%) siswa dikategorikan baik/aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, namun demikian masih ada siswa yang dikategorikan cukup dalam proses pembelajaran yaitu sebanyak 19 orang (41%) dan siswa yang dikategorikan kurang sebanyak 4 orang (9%). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer diduga rendahnya aktivitas siswa dikarenakan siswa (1) masih malu untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat di dalam proses pembelajaran, (2) kurang serius dalam


(26)

belajar terbukti masih terdapat beberapa siswa yang masih ribut ataupun tidak ikut serta terlibat dalam diskusi.

No Aspek Yang Diamati

3 2 1 Jumlah

Rata-rata Persentase F SC F SC F SC F SC

1 Memperhatikan 15 45 27 54 4 4 46 103 2.24 74.67 2 Menulis 18 54 23 46 5 5 46 105 2.28 76.00 3 Berdiskusi 18 54 22 44 6 6 46 104 2.26 75.33 4 Memberi

Tanggapan 13 39 20 40 13 13 46 92 2.00 66.67 5 Bertanya 19 57 11 22 16 16 46 95 2.07 69.00 6 Bersemangat 16 54 26 52 4 4 46 110 2.29 76.33

Jumlah 99 303 129 258 48 48 276 609 13.14 438

Total 2.19 73.00

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Gambar 16. Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

Berdasarkan tabel 11 dan gambar 16 (lampiran 24) dapat dilihat skor rata-rata total 2,19 dan aktivitas belajar siswa hanya 73% yang masih tergolong kategori cukup. Dari keempat aspek ada 5 aspek dalam kategori baik dan satu aspek yakni memberi tanggapan dalam kategori cukup.

Aktivitas siswa biasanya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa secara individu diperoleh dari penggabungan 50% nilai post tes, 30% nilai LKK dan 20% nilai tugas rumah. Dari hasil yang diperoleh siswa yang


(27)

tidak mencapai KKM yaitu sebesar 23,91% dan yang tuntas/mencapai KKM ≥ 70 sebesar 76,09%. Untuk mempermudah melihat ketuntasan hasil belajar

siswa dapat dilihat pada gambar 17.

SIKLUS I

Gambar 17. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

Frekuensi ketuntasan hasil belajar terdiri dari rentang nilai antara 60 sampai 89. Untuk melihat frekuensi skor ketuntasan hasil belajar siswa

lihat tabel 12 dan gambar 18.

Tabel 12. Frekuensi Skor Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 60-64 4 8.70

2 65-69 7 15.22

3 70-74 11 23.91

4 75-79 8 17.39

5 80-84 11 23.91

6 85-89 5 10.87

Jumlah 46 100.00


(28)

Gambar 18. Grafik Frekuensi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

Kriteria ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 76,09% (lampiran 14). Maka secara klasikal ketuntasan belajar siswa dikatakan tidak tuntas . Suatu kelas dikatakan tuntas apabila persentase ketuntasan klasikal telah mencapai ≥ 85% . Dari hasil yang diperoleh ini, dapat dibuat suatu acuan dalam pemberian tindakan pada siklus II untuk mengatasi permasalahan berikutnya sebagai upaya meningkatkan hasil belajar pada materi hidrosfer.

d. Refleksi

Hasil tindakan dan observasi yang dilakukan peneliti dan guru pada

siklus I masih ditemukan beberapa permasalahan di dalam proses pembelajaran, yaitu (1) siswa masih tampak malu ataupun kurang berani dalam memberi

tanggapan terbukti dengan jumlah presentasenya paling rendah dibanding aktivitas lainnya, (2) siswa masih ada yang kurang serius pada saat melakukan diskusi terlihat dari masih ada siswa yang bermain dengan teman sebangkunya, (3) penggunaan waktu dalam diskusi kurang efisien untuk membentuk formasi


(29)

diskusi, (4) persentase hasil belajar siswa belum dikatakan tuntas secara klasikal karena dari siswa yang berhasil lulus hanya

3. Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II yaitu merancang ataupun menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai materi hidrosfer melalui model pembelajaran Quantum Teaching (lampiran 16). Persentase ketuntasan siswa secara klasikal pada siklus I hanya 76,09% ini berarti perlu perbaikan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi siklus I permasalahan yang didapat harus diatasi terlebih dahulu dengan mengambil langkah-langkah, seperti: (1) guru harus memberikan arahan yang positif seperti penguatan agar siswa tidak merasa malu dan lebih percaya diri dalam mengeluarkan pendapat, (2) guru memberikan hadiah berupa nilai tambah bagi siswa yang aktif khususnya aktivitas bertanya dan menanggapi, (3) guru lebih tegas dalam mengatur jalannya diskusi sehingga tidak ada lagi siswa yang bermain-main ataupun diam saja pada saat proses diskusi berlangsung, (4) meminta siswa untuk terlebih dahulu belajar materi yang akan dipelajari di rumah agar hasil belajar yang didapat oleh siswa pada saat proses pembelajaran lebih baik.

b. Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, proses pembelajaran dilakukan berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Quantum Teaching yang lebih intensif dan teratur agar proses pembelajaran bisa lebih baik lagi dari siklus sebelumnya. Langkah-langkah kerangka TANDUR yang diterapkan sebagai berikut:


(30)

1. Tumbuhkan

Pada kegiatan awal siklus II guru berpenampilan lebih baik dan bersemangat serta memberikan motivasi untuk membangkitkan gairah belajar siswa terhadap materi. Guru memberikan stimulus siswa dengan memberikan pertanyaan yang dapat merangsang pemikiran siswa untuk lebih aktif tentang zona laut dan batas-batas laut. Pertanyaan yang diajukan adalah Negara Indonesia sebagai negara maritim jadi manfaat apa yang kita dapat dengan keadaan tersebut. Hal ini merangsang siswa lebih berfikir sehingga berusaha mengaktifkan pemikirannya agar bisa mengetahuinya sehingga bermanfaaat untuk dipelajari apabila dihubungkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran berakhir.

2.Alami

Pada tahap ini guru kembali menegaskan agar semua siswa memberikan perhatian dan mengarahkan siswa membuat catatan dengan menulis ulang apa yang disampaikan oleh guru mengenai materi yang diajarkan untuk menambah daya ingat siswa. Guru menegur dan memberi pertanyaan bagi siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Kemudian guru kembali memberikan memberikan contoh yang lebih konkrit yakni pengalaman siswa dijadikan sebagai contoh.


(31)

3.Namai

Pada tahap ini guru membagikan LKK (Lembar Kerja Kelompok), membimbing dan memantau jalannya diskusi. Ketika diskusi sedang berlangsung, guru mengingatkan kembali agar seluruh siswa terlibat aktif di dalam berdiskusi. Guru lebih tegas memberikan sanksi kepada setiap siswa yang melakukan tindakan yang mengganggu jalannya diskusi agar hasil pembelajaran dan aktivitas siswa dapat meningkat dari siklus I. Siswa berdiskusi mengenai pembagian zona laut menurut letak dan kedalamannya, menjelaskan dan menunjukkan pada peta batas-batas wilayah perairan laut Indonesia dan faktor penyebab air laut asin. Berikut gambar siswa sedang melakukan diskusi dengan teman kelompoknya.

Gambar 19. Siswa sedang berdiskusi dengan anggota kelompoknya 4.Demonstrasikan

Pada tahap ini, siswa mempertanggungjawabkan hasil diskusi kelompok yang telah dikerjakan bersama. Siswa lebih berani dalam memberikan tanggapan karena siswa sudah mempelajari materi di rumah sehingga diskusi yang dilakukan lebih menarik karena setiap siswa berani bertanya dan mengeluarkan pendapatnya


(32)

setelah adanya persiapan lebih baik dari siklus yang sebelumnya. Pada saat presentasi, siswa dapat mengeluarkan pendapatnya seperti gambar 20.

Gambar 20. Siswa sedang memberikan tanggapan 5.Ulangi

Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi dimana setiap pertanyaan akan diberikan penghargaan yakni mendapat point bintang yang akan ditempel pada papan penghargaan. Siswa lebih bersemangat dalam mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan bintangnya. Kemudian, guru mengulangi seputar materi yang belum jelas diketahui oleh siswa kemudian menyimpulkan pembelajaran dan point-point penting yang harus diingat siswa selama proses pembelajaran. Setelah itu, guru memberikan soal post tes (gambar 21) yang berjumlah 10 butir soal selama 10 menit kepada siswa untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa di siklus II. Selama post tes berlangsung peneliti dan observer mengawasi setiap siswa agar tidak ada yang


(33)

bekerjasama dan melakukan tindakan yang mengganggu kenyamanan saat berlangsungnya ujian.

Gambar 21. Siswa sedang mengerjakan post tes pada siklus II 6.Rayakan

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik dilihat dari hasil LKK yang mendapat point paling tinggi dengan penghargaan berupa simbol bunga dan bintang untuk yang bertanya sebagai nilai individu (gambar 22) yang ditempel pada papan penghargaan untuk menambah semangat belajar siswa. Penghargaan tersebut berhasil meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Hal ini tampak pada aktivitas siswa yang semakin meningkat. Sebelum pelajaran berakhir, guru memberikan lembar tugas yang akan dikerjakan di rumah dan mengucapkan salam penutup kepada siswa sebagai tanda berakhirnya pelajaran.


(34)

Gambar 22. Guru menempelkan tanda bintang untuk kelompok terbaik pada siklus II

c. Observasi

Observasi yang dilakukan pada siklus II sama dengan yang dilakukan pada siklus I, yakni observasi dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran untuk

mengetahui aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan

lembar observasi agar mudah melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa. Berikut pada gambar 23 observer sedang mengamati siswa pada saat berdiskusi.


(35)

Gambar 23. Observer sedang mengamati aktivitas siswa

Aktivitas siswa secara individu mengalami peningkatan dari siklus I. Aktivitas siswa yang diperoleh pada saat pembelajaran secara spesifik per

aspek dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Kategori Aktivitas Siswa Siklus I

No Kategori Aktivitas Jumlah Persentase

(%)

1 Baik 32 70

2 Cukup 9 20

3 Kurang 5 10

Jumlah 46 100

Sumber : Data Olahan Primer, 2014

Dari data aktivitas siswa diatas menunjukkan bahwa aktivitas siswa kategori baik meningkat menjadi 32 orang (70%). Untuk lebih jelasnya, pada tabel 14 aktivitas siswa per aspek berikut.


(36)

Tabel 14. Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Aspek Yang

Diamati

3 2 1 Jumlah

Rata-rata Persentase

F SC F SC F SC F SC

1 Memperhatikan 32 96 12 24 2 2 46 122 2.65 88.33 2 Menulis 31 93 13 26 3 2 46 121 2.57 85.67 3 Berdiskusi 29 87 15 30 2 2 46 119 2.59 86.33 4 Memberi Tanggapan 27 81 17 34 2 2 46 117 2.54 84.67 5 Bertanya 28 84 11 22 7 7 46 113 2.46 82.00 6 Bersemangat 29 87 15 30 2 2 46 119 2.59 86.33

Jumlah 159 528 93 166 24 17 276 711 15.40 513.33

Total 2.57 85.55

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa keenam aspek masuk ke dalam kategori baik dengan nilai rata-rata aktivitas belajar siswa mencapai skor rata-rata 2,57 (85,55%) termasuk dalam kategori baik. Penilaian dilakukan pada siklus II membuktikan bahwa aktivitas siswa meningkat selama proses pembelajaran. Untuk melihat grafik aktivitas belajar siswa berdasarkan masing-masing aspek perhatikan gambar 24.


(37)

Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara individu dapat dilihat pada lampiran 19 dan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal meningkat menjadi 86,96 % (40 orang), sedangkan secara individu hanya 6 orang (13,04%) yang tidak tuntas (gambar 25). Hasil belajar siswa secara individu diperoleh dari penggabungan 50% nilai post tes, 30% nilai LKK dan 20% nilai tugas rumah. Ketuntasan siswa secara klasikal 86,96 % maka dapat dikatakan tuntas karena ≥ 5.

SIKLUS II

Gambar 25. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

Untuk mempermudah melihat frekuensi skor ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 15 dimana rentang nilai tiap interval ada 5 hal ini dikarenakan nilai tertinggi 94 dan nilai terendah 64.

Tabel 15. Frekuensi Skor Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 60-64 2 4.35

2 65-69 4 8.69

3 70-74 4 8.69

4 75-79 15 32.61

5 80-84 17 36.96

6 85-89 2 4.35

7 90-94 2 4.35

Jumlah 46 100.00


(38)

Gambar 26. Grafik Frekuensi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

d. Refleksi

Hasil peneliti yang dilakukan dengan 2 siklus terdapat peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada siklus II, dimana aktivitas siswa pada siklus I adalah 73.00% meningkat menjadi 85.55% pada siklus II. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat peningkatan aktivitas siswa pada siklus I ke siklus II tersebut pada gambar 27.

Gambar 27. Persentase Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ke Siklus II


(39)

Sedangkan untuk melihat peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II pada masing-masing aspek dapat dilihat pada gambar 28.

Gambar 28. Persentase Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Per Aspek Dari Siklus I Ke Siklus II

Dari gambar 28 tampak peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan peningkatan 12.55% dimana aktivitas siswa pada siklus I 73.00% meningkat menjadi 85.55% sedangkan pada gambar 26 dapat dilihat maing-masing aspek aktivitas belajar siswa meningkat.

Data ketuntasan belajar siswa yang diperoleh dari siklus I maupun siklus II terdapat peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sekitar 76,09% meningkat menjadi 86,96% dengan selisih 10,87% melalui model pembelajaran Quantum Teaching pada materi hidrosfer sehingga tidak perlu diadakannya siklus III dikarenakan pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa sudah mencapai 85% dari ketentuan hasil belajar klasikal. Sejalan dengan itu maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian diterima. Untuk membantu


(40)

memahami dapat melihat gambar 29 peningkatan presentase ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

Gambar 29. Persentase Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I Ke Siklus II

B Pembahasan Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh mengenai model pembelajaran Quantum

Teaching pada materi hidrosfer menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada

siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I membawa perubahan yang positif terhadap hal-hal berikut :

1. Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan Permasalahan yang diperoleh pada siklus I terlihat bahwa (1) siswa masih tampak malu ataupun kurang berani dalam memberi tanggapan terbukti dengan jumlah presentasenya paling rendah dibanding aktivitas lainnya, (2) siswa masih ada yang kurang serius pada saat melakukan diskusi terlihat dari masih ada siswa yang bermain dengan teman sebangkunya sehingga guru harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memecahkan permasalahan yang ada pada siklus I di perencanaan tindakan siklus II.


(41)

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan aktivitas belajar siswa 73.00% dan siklus II aktivitas belajar siswa 85.55%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 13.33%. Ini terlihat dari peningkatan aktivitas siswa dalam memperhatikan pada siklus I yakni 74.67% menjadi 88.33% pada siklus II, aktivitas menulis pada siklus I yakni 76.00% menjadi 85.67% pada siklus II, aktivitas berdiskusi pada siklus I yakni 75,33% menjadi 86.33% pada siklus II, aktivitas memberi tanggapan pada siklus I yakni 66.67% menjadi 84.67% pada siklus II, aktivitas dalam bertanya pada siklus I yakni 69.00% menjadi 82.00% pada siklus II, serta peningkatan aktivitas bersemangat pada siklus I yakni 76.33% menjadi 86.33% pada siklus II.

Jika dilihat dari setiap aspek aktivitas belajar siswa yaitu aspek memperhatikan meningkat (13.56%), menulis meningkat (9.67%), berdiskusi meningkat menjadi (11.00%), memberi tanggapan meningkat menjadi (18.00%), bertanya meningkat menjadi (13.00%) dan bersemangat meningkat menjadi (10.00%). Aktivitas yang paling menonjol adalah memperhatikan kemudian memberi tanggapan, bertanya, berdiskusi, bersemangat dan aktivitas menulis mendapat presentase paling rendah.

Keadaan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Kunandar (2008) mengatakan aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Belajar tidak akan terjadi bila tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa dalam belajar tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat sesuai dengan yang dikatakan Diedrich (2010).


(42)

2. Hasil Belajar Siswa Kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan

Hasil penelitian mengenai hasil belajar siswa, menunjukkan bahwa pada siklus I, ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum tercapai, karena siswa yang tuntas sekitar 76.09% (35 siswa) sedangkan siswa yang tidak tuntas sekitar 23.91% (11 siswa). Selanjutnya pada siklus II, menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dimana ketuntasan hasil belajar siswa meningkat sebesar 10.87% dari (76.09%) menjadi (86.96%). Artinya, ketuntasan hasil belajar siswa secara individual dan klasikal telah tercapai dengan standar nilai ketuntasan klasikal yaitu ≥ 85%. Ketuntasan hasil belajar siswa secara individu diperoleh dari post tes, hasil Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan tugas rumah setiap siklusnya.

Jika dilihat antara aktivitas dan hasil belajar siswa, sesuai dengan hasil penelitian ini maka aktivitas dan hasil belajar siswa sama-sama meningkat. Dimana aktivitas belajar siswa meningkat sebesar 13,33% disertai dengan peningkatan hasil belajar siswa sebesar 10,87%. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Ngalim Purwanto (dalam Roestisyah 2001) juga mengemukakan belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik.

Peserta didik merupakan sasaran dalam belajar. Seorang dikatakan telah belajar apabila padanya terjadi perubahan tertentu misalnya dari yang tidak dapat


(43)

mengerti menjadi dapat mengerti. Setiap pekerjaan akan mendatangkan hasil demikian pula dengan belajar, karena belajar adalah bekerja, tentu ada hasilnya yang disebut dengan hasil belajar. (Dimiyanti,2003) mengemukakan hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari proses belajar dan pembelajaran. Hasil belajar biasanya diperlihatkan setelah anak didik menempuh kegiatan belajarnya dalam belajar mengajar. Sudjana (2009) mengatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang telah diterima dari pengalaman belajarnya. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku

penguasaan, pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Diederich (dalam Kunandar,2008) bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva (2011) yang menyatakan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi biosfer di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sipahutar dengan menerapkan model pembelajaran Quantum

Teaching dapat meningkat. Senada dengan hasil penelitian Gading (2008)

menyatakan hasil belajar siswa keals VII-A SMP Negeri 3 Klaten T.A 2008/2009 pada kompetensi mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II meningkat 25% dari jumlah siswa. Keaktifan belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 18% dari jumlah siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa terkait dengan kemampuan dalam mengembangkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan bila didukung oleh suasana belajar di kelas. Secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching pada materi hidrosfer


(44)

memudahkan siswa dalam mempelajari materi sehingga aktivitas dan ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran

Quantum Teaching dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada

materi hidrosfer. Peningkatan hasil belajar terlihat dari post tes, LKK dan tugas rumah setelah dilakukan penelitian melalui alur PTK (Penelitian Tindakan Kelas) berhasil dengan baik.


(1)

Sedangkan untuk melihat peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II pada masing-masing aspek dapat dilihat pada gambar 28.

Gambar 28. Persentase Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Per Aspek Dari Siklus I Ke Siklus II

Dari gambar 28 tampak peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan peningkatan 12.55% dimana aktivitas siswa pada siklus I 73.00% meningkat menjadi 85.55% sedangkan pada gambar 26 dapat dilihat maing-masing aspek aktivitas belajar siswa meningkat.

Data ketuntasan belajar siswa yang diperoleh dari siklus I maupun siklus II terdapat peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sekitar 76,09% meningkat menjadi 86,96% dengan selisih 10,87% melalui model pembelajaran Quantum Teaching pada materi hidrosfer sehingga tidak perlu diadakannya siklus III dikarenakan pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa sudah mencapai 85% dari ketentuan hasil belajar klasikal. Sejalan dengan itu maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian diterima. Untuk membantu


(2)

memahami dapat melihat gambar 29 peningkatan presentase ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

Gambar 29. Persentase Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I Ke Siklus II

B Pembahasan Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh mengenai model pembelajaran Quantum Teaching pada materi hidrosfer menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I membawa perubahan yang positif terhadap hal-hal berikut :

1. Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan Permasalahan yang diperoleh pada siklus I terlihat bahwa (1) siswa masih tampak malu ataupun kurang berani dalam memberi tanggapan terbukti dengan jumlah presentasenya paling rendah dibanding aktivitas lainnya, (2) siswa masih ada yang kurang serius pada saat melakukan diskusi terlihat dari masih ada siswa yang bermain dengan teman sebangkunya sehingga guru harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memecahkan permasalahan yang ada pada siklus I di perencanaan tindakan siklus II.


(3)

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan aktivitas belajar siswa 73.00% dan siklus II aktivitas belajar siswa 85.55%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 13.33%. Ini terlihat dari peningkatan aktivitas siswa dalam memperhatikan pada siklus I yakni 74.67% menjadi 88.33% pada siklus II, aktivitas menulis pada siklus I yakni 76.00% menjadi 85.67% pada siklus II, aktivitas berdiskusi pada siklus I yakni 75,33% menjadi 86.33% pada siklus II, aktivitas memberi tanggapan pada siklus I yakni 66.67% menjadi 84.67% pada siklus II, aktivitas dalam bertanya pada siklus I yakni 69.00% menjadi 82.00% pada siklus II, serta peningkatan aktivitas bersemangat pada siklus I yakni 76.33% menjadi 86.33% pada siklus II.

Jika dilihat dari setiap aspek aktivitas belajar siswa yaitu aspek memperhatikan meningkat (13.56%), menulis meningkat (9.67%), berdiskusi meningkat menjadi (11.00%), memberi tanggapan meningkat menjadi (18.00%), bertanya meningkat menjadi (13.00%) dan bersemangat meningkat menjadi (10.00%). Aktivitas yang paling menonjol adalah memperhatikan kemudian memberi tanggapan, bertanya, berdiskusi, bersemangat dan aktivitas menulis mendapat presentase paling rendah.

Keadaan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Kunandar (2008) mengatakan aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Belajar tidak akan terjadi bila tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa dalam belajar tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat sesuai dengan yang dikatakan Diedrich (2010).


(4)

2. Hasil Belajar Siswa Kelas VII-5 SMP Negeri 20 Medan Marelan

Hasil penelitian mengenai hasil belajar siswa, menunjukkan bahwa pada siklus I, ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum tercapai, karena siswa yang tuntas sekitar 76.09% (35 siswa) sedangkan siswa yang tidak tuntas sekitar 23.91% (11 siswa). Selanjutnya pada siklus II, menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dimana ketuntasan hasil belajar siswa meningkat sebesar 10.87% dari (76.09%) menjadi (86.96%). Artinya, ketuntasan hasil belajar siswa secara individual dan klasikal telah tercapai dengan standar nilai ketuntasan klasikal yaitu ≥ 85%. Ketuntasan hasil belajar siswa secara individu diperoleh dari post tes, hasil Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan tugas rumah setiap siklusnya.

Jika dilihat antara aktivitas dan hasil belajar siswa, sesuai dengan hasil penelitian ini maka aktivitas dan hasil belajar siswa sama-sama meningkat. Dimana aktivitas belajar siswa meningkat sebesar 13,33% disertai dengan peningkatan hasil belajar siswa sebesar 10,87%. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Ngalim Purwanto (dalam Roestisyah 2001) juga mengemukakan belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik.

Peserta didik merupakan sasaran dalam belajar. Seorang dikatakan telah belajar apabila padanya terjadi perubahan tertentu misalnya dari yang tidak dapat


(5)

mengerti menjadi dapat mengerti. Setiap pekerjaan akan mendatangkan hasil demikian pula dengan belajar, karena belajar adalah bekerja, tentu ada hasilnya yang disebut dengan hasil belajar. (Dimiyanti,2003) mengemukakan hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari proses belajar dan pembelajaran. Hasil belajar biasanya diperlihatkan setelah anak didik menempuh kegiatan belajarnya dalam belajar mengajar. Sudjana (2009) mengatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang telah diterima dari pengalaman belajarnya. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku

penguasaan, pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Diederich (dalam Kunandar,2008) bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva (2011) yang menyatakan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi biosfer di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sipahutar dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkat. Senada dengan hasil penelitian Gading (2008) menyatakan hasil belajar siswa keals VII-A SMP Negeri 3 Klaten T.A 2008/2009 pada kompetensi mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II meningkat 25% dari jumlah siswa. Keaktifan belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 18% dari jumlah siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa terkait dengan kemampuan dalam mengembangkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan bila didukung oleh suasana belajar di kelas. Secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching pada materi hidrosfer


(6)

memudahkan siswa dalam mempelajari materi sehingga aktivitas dan ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi hidrosfer. Peningkatan hasil belajar terlihat dari post tes, LKK dan tugas rumah setelah dilakukan penelitian melalui alur PTK (Penelitian Tindakan Kelas) berhasil dengan baik.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING PADA MATERI SEGI EMPAT BAGI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 37 MEDAN T.A 2015/ 2016.

0 3 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS X SMK NEGERI 7 MEDAN T.A 2014/2015.

0 2 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROSFER DI KELAS VII SMP NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR T.A. 2013/2014.

0 2 34

PENERAPAN KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 MEDAN T.A 2013/2014.

0 3 20

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROSFER MELALUI MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE KELAS VII DI SMP SETIA BUDI ABADI PERBAUNGAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013-2014.

0 3 36

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTU MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GERAK DI KELAS VII SMP NEGERI 27 MEDANT.P 2013/2014.

0 3 20

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Surakarta Tahun 2014/20

0 3 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN T.A. 2012/2013.

0 2 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII SMP NEGERI 35 MEDAN T.A. 2012/2013.

0 2 23

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIMPUNAN MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING DI KELAS VII SMP -

0 1 20