Perbandingan Efek dan Potensi Antelmintik dari Sediaan Perasan, Infusa dan Ekstrak Daun Papaya (Carica papaya L.) terhadap Ascaris suum Betina Secara in Vitro.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

PERBANDINGAN EFEK DAN POTENSI ANTELMINTIK DARI SEDIAAN PERASAN, INFUSA DAN EKSTRAK

DAUN PAPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Ascaris suum BETINA SECARA IN VITRO

Jennie Marietta N., 2015.

Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt

Pembimbing II: Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

Indonesia merupakan negara tropis dengan prevalensi askariasis yang tinggi terutama terjadi pada anak-anak. Obat askariasis yang beredar mempunyai banyak efek samping dan harga yang relatif mahal sehingga pemanfaatan obat tradisional menjadi alternatif pengobatan askariasis, salah satunya menggunakan daun pepaya (Carica papaya L.).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan efek dan potensi antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya (PDP), infusa daun pepaya (IDP) dan ekstrak daun pepaya (EDP) terhadap Ascaris suum betina secara in vitro. Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 600 ekor cacing Ascaris suum betina yang dibagi secara acak dalam lima kelompok (n=4) yaitu kelompok I (PDP 30%), II (IDP 18%), III (EDP 5%), IV (KN) dan V (KP). Data yang diukur adalah jumlah cacing paralisis/mati dengan analisis data persentase cacing paralisis/mati menggunakan ANAVA dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α=0,05.

Hasil penelitian dengan ANAVA, rerata jumlah cacing paralisis/mati dari data yang sudah ditransformasikan (log) pada kelompok I (1,51), II (1,51), III (1,84), IV (1,00) dan V (2,00) diperoleh p=0,000 yang menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna (p<0,01). Hasil uji Tukey HSD menunjukkan kelompok I dan II memiliki potensi yang lebih lemah, sedangkan kelompok III memiliki potensi yang setara (p>0,05) dengan pirantel pamoat.

Simpulan, terdapat perbedaan efek dan potensi antelmintik dari sediaan PDP, IPD dan EDP terhadap Ascaris suum betina secara in vitro.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

THE COMPARISON OF THE EFFECT AND POTENTIAL

ANTHELMINTIC OF JUICE, INFUSION, EXTRACT OF PAPAYA LEAVES (Carica papaya L.) TOWARD Ascaris suum FEMALES IN VITRO

Jennie Marietta N., 2015.

1st Tutor : Rosnaeni, Dra., Apt.

2nd Tutor : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc.

Indonesia is a tropic country with the high prevalence especially for children. Ascariasis drugs that are available have many side effects and relatively expensive so that traditional medicines become an alternative for ascariasis treatment, one of them is using papaya leaves (Carica papaya L.).

The objective of this research was to find out the comparison of the effects and potential anthelmintic of papaya leaves juice, papaya leaves infusion and papaya leaves extract for Ascaris suum females in vitro. The research used real experimental with complete randomized design using 600 tails of Ascaris suum females that were divided randomly into five groups (n=4) : group 1 (papaya leaves juice 30%), II (papaya leaves infusion 18%), III (papaya leaves extract 5%), IV (negative control) dan V (positive control). The data measured was the number of paralysis/death worms, the percentage of paralysis/death worms was analyzed statistically with ANAVA followed by Tukey HSD test with α=0,05.

ANAVA results show the mean number of paralysis/death worms of the data that has been tranformed (log) in group 1 (1,51), II (1,51), III (1,84), IV (1,00) and V (2,04) was obtains p=0,000 with a highly significant difference (p<0,01). Tukey HSD test results show the group 1 and 2 have weaker potential, while the third group has an equal potential (p>0,05) with pyrantel pamoate.

The conclusion of the research, there are differences of the effects and potential anthelmintic of papaya leaves juice, papaya leaves infusion and papaya leaves extract for Ascaris suum females in vitro.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

JUDUL DALAM ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat praktis ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ascaris sp. ... 6

2.2 Ascaris lumbricoides ... 6

2.2.1 Taksonomi ... 6

2.2.2 Morfologi ... 7

2.2.3 Siklus Hidup ... 9

2.3 Askariasis ... 10


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.3.2 Diagnosis ... 12

2.3.3 Pengobatan ... 12

2.3.3.1 Pirantel Pamoat ... 12

2.3.3.2 Piperazin Sitrat ... 13

2.3.3.3 Mebendazole ... 14

2.3.4 Pencegahan ... 15

2.4 Pepaya ... 16

2.4.1 Taksonomi ... 16

2.4.2 Nama Daerah ... 16

2.4.3 Nama Asing ... 17

2.4.4 Morfologi ... 17

2.4.5 Kandungan Kimia dan Gizi ... 18

2.4.5.1 Kandungan Kimia ... 18

2.4.5.2 Kandungan Gizi ... 19

2.4.6 Efek Farmakologi ... 19

2.4.7 Mekanisme Kerja Daun Pepaya Sebagai Antelmentik ... 20

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 21

3.1.1 Bahan Penellitian ... 21

3.1.2 Alat penelitian ... 21

3.2 Subjek Penelitian... 22

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.4 Metode Penelitian ... 22

3.4.1 Desain Penelitian ... 22

3.4.2 Variabel Penelitian ... 22

3.4.2.1 Defenisi Konsepsional Variabel ... 22

3.4.2.2 Defenisi Opeasional Variabel ... 23

3.4.3 Besar Pengulangan Penelitian ... 24

3.4.4 Prosedur Kerja ... 25

3.4.4.1Persiapan Bahan Uji ... 25


(5)

x Universitas Kristen Maranatha

3.4.4.3Cara Kerja ... 26

3.4.5 Metode Analisis ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 29

4.2 Pembahasan ... 33

4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 35

4.3.1 Hipotesis Penelitian ... 35

4.3.2 Hipotesis Statistik ... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 38

5.2 Saran... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 43


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kandungan Gizi Pepaya dan Daun Pepaya per 100 gram ... 19

4.1 Hasil % Rerata Jumlah Cacing Paralisis dan Mati Setelah Perlakuan ... 29

4.2 Hasil Transformasi % Rerata Jumlah Cacing Paralisis dan Mati ... 30

4.3 Hasil Uji Normalitas Metode Shapiro-Wilk ... 30

4.4 Hasil ANAVA Rerata % Jumlah cacing Paralisis dan Mati ... 31

4.5 Hasil Uji Tukey HSD terhadap rerata % Jumlah Cacing Paralisis dan Mati Setelah Perlakuan ... 32


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Morfologi Ascaris lumbricoides Jantan dan Betina ... 7

2.2 Telur yang Dibuahi ... 8

2.3 Dekortikasi ... 8

2.4 Telur yang Tidak Dibuahi ... 9

2.5 Siklus Hidup Ascaris lumbricoides ... 10

2.6 Struktur Kimia Mebendazole ... 14


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Data Lengkap Hasil Penelitian ... 42

Lampiran 2 Hasil Uji Statistik Menggunakan Perangkat Lunak Komputer ... 43

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian ... 46


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Askariasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Parasit ini bersifat kosmopolitan karena tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis dengan tingkat kelembapan cukup tinggi (Onggowaluyo, 2001). Penyakit ini jarang mengakibatkan kematian langsung, namun jika terjadi infeksi askariasis yang berat (hiperinfeksi) terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan pencernaan dan penyerapan protein sehingga penderita akan mengalami gangguan pertumbuhan dan anemia akibat kurang gizi (Indonesian Public Health, 2013).

Infeksi Askariasis penularannya melalui makanan yang terkontaminasi, sanitasi yang kurang baik dan kurangnya pemakaian jamban keluarga, sehingga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah. Di negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk. Tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu 250-300C merupakan kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya telur

A.lumbricoides menjadi bentuk infektif (Sungkar, 2011).

Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, dengan frekuensi sebesar 60-90% terjadi pada anak-anak (Sungkar, 2011). Prevalensi askariasis yang lebih tinggi dari 70% ditemukan antara lain di beberapa desa di Sumatra (78%), Kalimantan (79%), Sulawesi (88%), Nusa tenggara Barat (92%) dan Jawa Barat (90%). Di daerah kumuh kota Jakarta infeksi Ascaris dan Trichuris sudah ditemukan pada bayi berumur kurang dari satu tahun (Gandahusada, 2000).

Pengobatan askariasis umumnya menggunakan pirantel pamoat dan piperazin. Obat-obat askariasis tersebut dapat memimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti gangguan gastrointestinal, sakit kepala, pusing, ruam dan demam (Gilman, 2014). Obat askariasis yang beredar di apotek juga mempunyai harga yang relatif mahal sehingga tidak jarang menjadi beban untuk masyarakat


(10)

2 Universitas Kristen Maranatha dengan pendapatan rendah. Mengingat hal tersebut menyebabkan masyarakat memilih untuk menggunakan obat tradisional. Herbal yang dapat digunakan sebagai obat cacingan seperti kulit buah delima dan daun pepaya (Dalimartha, 2009).

Masyarakat Indonesia terutama di pedesaan memanfaatkan tumbuhan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit cacingan dan salah satunya adalah pepaya (Carica papaya). Pepaya merupakan salah satu keaneka ragaman hayati Indonesia yang ekonomis dan tersedia dalam jumlah yang relatif cukup banyak serta mudah ditemukan di setiap daerah (Suryatinah et al, 2013).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa zat yang terkandung dalam pepaya ternyata mempunyai efek antelmintik. Penelitian perasan daun pepaya oleh Ratih Purwitaningrum (2009) dengan konsentrasi 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30% dimana mulai dari konsentrasi 15% sudah memberikan pengaruh pada mortalitas cacing. Penelitian infusa daun pepaya dilakukan oleh Dyah Pitaloka Putri (2007) membuktikan bahwa infusa daun pepaya dengan konsentrasi terendah 18% dapat menyebabkan kematian cacing 100%. Penelitian ekstrak daun pepaya dilakukan oleh Bora et al (2014) perlakuan ekstrak dengan konsentrasi 1,5% dan 3% tidak mencapai kematian cacing hingga 100% sedangkan pada konsentrasi 4,5% dan 6% menyebabkan kematian cacing hingga 100%. Daun pepaya dapat menyebabkan kematian pada cacing Ascaris suum dan Ascaridia galli.

Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti tertarik untuk melanjutkan penelitian di atas dengan membandingkan efektivitas dari sediaan perasan, infusa, dan ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai antelmintik terhadap cacing Ascaris suum betina secara in vitro.


(11)

3 Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan efek antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya terhadap Ascaris suum minimal pada satu bentuk sediaan

2. Apakah terdapat perbedaan potensi antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya terhadap Ascaris suum minimal pada satu bentuk sediaan

1.3. Tujuan Penelitian

Dari penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perbandingan efek Antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya (Carica papaya) terhadap Ascaris suum betina secara in vitro.

2. Mengetahui potensi antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya terhadap Ascaris suum minimal pada satu bentuk sediaan

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Menambah wawasan dan pengetahuan bidang parasitologi dan farmakologi tentang obat tradisional khususnya daun pepaya sebagai antelmintik

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat daun pepaya sebagai obat cacing.


(12)

4 Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpain, pseudo karpain, glikosid, karposid, saponin, sakarosa, dekstrosa, levulosa (Dalimartha, 2009). Enzim papain berfungsi sebagai proteolitik atau enzim pemecah protein tubuh cacing. Papain bermanfaat sebagai bahan aktif dalam obat-obatan seperti obat cacing (Suryatinah et al, 2013).

Karpain yang juga terdapat dalam biji pepaya, bercincin laktonat dengan 7 kelompok rantai metilen. Karpain bersifat proteolitik yang dapat memecah jaringan ikat protein tubuh cacing sehingga menjadi lunak (Pattianakotta et al, 2014). Karpain juga bekerja melalui mekanisme penekanan sistem saraf pusat menyebabkan cacing kehilangan koordinasi saraf sehingga terjadi kelumpuhan otot atau paralisis cacing (Faradila et al, 2013).

Saponin bekerja dengan cara menghambat kerja enzim kolinesterase. Enzim kolinesterase merupakan enzim yang berfungsi mengidrolisis asetilkolin. Adanya inhibisi dari enzim kolinesterase menyebabkan penumpukan asetilkolin di sinaps sehingga terjadi stimulasi terus-menerus yang akan menimbulkan paralisis otot hingga berujung kematian cacing (Rahmalia, 2010).

Daun pepaya dapat bekerja sebagai vermifuga yaitu obat-obat yang melumpuhkan cacing dalam usus dan cacing yang dikeluarkan dalam keadaan mati (Suryatinah et al, 2013).

Sediaan perasan daun pepaya dibuat dengan cara menumbuk daun pepaya segar dengan penambahan air sedikit demi sedikit, sedangkan infusa daun pepaya dibuat dengan dididihkan di atas penangas air. Pembuatan kedua sediaan tersebut hanya menggunakan air sebagai pelarutnya sehingga senyawa aktif yang terdapat didalam sel-sel daun tidak tertarik sempurna (Agoes, 2007).

Sediaan ekstrak daun pepaya dibuat dengan pelarut etanol 70% sehingga zat aktif yang larut dalam alkohol maupun air ikut tertarik sehingga zat aktif pada sediaan ekstrak daun pepaya tertarik lebih sempurna. Etanol yang berguna sebagai


(13)

5 Universitas Kristen Maranatha pelarut, bekerja mendorong zat aktif untuk keluar dari dalam sel sampai didapatkan keadaan yang seimbang antara konsentrasi di dalam maupun di luar sel (Indriyanti et al, 2012).

Dengan demikian karena proses pembuatan daun pepaya yang berbeda maka jumlah zat aktif yang dihasilkan juga berbeda sehingga menimbulkan efek yang berbeda.

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat perbedaan efek antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya terhadap Ascaris suum minimal pada satu bentuk sediaan

2. Terdapat perbedaan potensi antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya terhadap Ascaris suum minimal pada satu bentuk sediaan


(14)

38 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Terdapat perbedaan efek antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya terhadap Ascaris suum minimal pada satu bentuk sediaan

- Sediaan perasan dan infusa daun pepaya memiliki efek antelmintik yang setara

- Sediaan ekstrak daun pepaya memiliki efek yang lebih kuat dibandingkan sediaan perasan dan infusa daun pepaya

2. Terdapat perbedaan potensi antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya terhadap Ascaris suum minimal pada satu bentuk sediaan

- Sediaan perasan dan infusa daun pepaya memiliki potensi antelmintik yang setara

- Sediaan ekstrak daun pepaya memiliki potensi yang lebih kuat dibandingkan sediaan perasan dan infusa daun pepaya

5.2 Saran

Penelitian tentang perbandingan efek antelmintik dari sediaan perasan, infusa dan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap Ascaris suum betina secara in vitro perlu dilanjutkan dengan:

Melakukan penelitian lanjutan secara in vivo

 Melakukan penelitian zat aktif yang berefek antelmintik pada ekstrak daun pepaya


(15)

39 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB.

Alba, J. E., Comia, M. N., Oyong, G., & Claveria, F. (2009). Ascaris lumbricoides and anscaris suum: A Comparison of electrophoretic banding pattern of protein extracts from the reproductive organs and body wall. VETERINARSKI ARHIV , 79 (3), 281-291.

Bora, A. M., Samsuri, & Oka, I. B. (2014). Vermisidal dan Ovosidal kstrak Daun Pepaya Terhadap Cacing Ascaris suum secara In Vitro. Indonesia Medicus Veterinus , 3 (2), 84-91.

BPOM. (2008). Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

CDC. (2015, Maret 18). Centers of Disease Control and Prevention. Dipetik Oktober 12, 2015, dari Centers of Disease Control and Prevention: http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html

CDC. (2013, November 29). DPDx - Laboratory Identification of Parasitic Diseases of Public health Concern. Dipetik Oktober 19, 2015, dari Center for Disease Control and Prevention Web site: www.cdc.gov/dpdx/ascariasis/gallery.html

Dalimartha, S. (2009). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Pustaka Bunda. Direktorat Gizi Depkes RI. (1992). Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta:

Bhartara Karya Aksara.

Enden, E. V. (2015, Juni 29). Illustrated Lecture Notes on tropical Medicine. Dipetik November 18, 2015, dari Institute Of Tropical Medicine:

http://itg.author-e.eu/Generated/pubx/173/helminthiasis/intestinal_nematodes.htm

Faisnur, I., Waluyo, J., & Asyiah, I. N. (2015). Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Ketepeng cina (Cassis alata L.) Terhadap Mortalitas Cacing Ascaris suum Dewasa Secara In Vitro. Pancaran , 4, 71-82.

Faradila, A., Agustina, T. E., & Aswin, D. B. (2013). Uji Daya Anthelmintik Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica LLess.) terhadap Cacing Gelang (Ascaris suum) secara In Vitro. Malang: Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Federer, W. (1977). Experimental Design, Theory and Application. New Delhi: Mac Millan.


(16)

40 Universitas Kristen Maranatha Fitriana, S. (2008). Penapisan Fitokimia dan uji Aktivitas anthelmintik Ekstrak

Daun Jarak (Jatropha curcas L.) terhadap Cacing Ascaridia galii secara In Vitro. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian.

G., A., Bhowmik, D., S., D., & G., H. (2013). Traditional and Medicinal Use of Carica papaya. Journal of Medicinal Plants studies , 1 (1), 9-10.

Gandahusada, S. (2000). Parasitologi Kedokteran (3rd ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Garcia, L. S., & Bruckner, D. A. (1996). Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Gilman, A. G. (2014). Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta: EGC.

Indonesian Public Health. (2013, December 4). Gejala Klinis, Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Askariasis. Dipetik January 13, 2015, dari The Indonesian Public Health Portal: http://www.indonesian-publichealth.com/2013/12/epidemiologi-askariasis.html

Indriyanti, F., Mukjizat, G. A., Warman, F. H., Aminah, S., & yunita, I. (2012). Penentuan Kadar Sari Dalam Pelarut Tertentu. Bandung: Program Studi Farmasi Universitas Islam Bandung.

Irianto, K. (2009). Parasitologi Berbagi Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia. Bandung: Yrama Widya.

Kariyone & Kimura. (1980). Medical Plants of East aand Southeast Asia: Attributed Properties and Uses. London, England: Massachusetts Institute of Technology.

Kalie, M. B. (1996). Bertanam Pepaya (4 ed.). Jakarta: Penebar Swadaya.

Kartika, D. S. (2001). Efek Antelmintik Biji Pepaya (Caricae semen) Terhadap Ascaris suum In Vitro. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Mahatriny, N. N., Payani, N. P., Devi, P. K., Yulita, S., Astuti, K. W., & Oka, I. B. (2014). Uji Aktivitas Anthelmintik Ekstrak Etanol Daun Pepaya Pada Cacing Gelang Babi. Bali: Universitas Udayana.

Mahatriny, N. N., Payani, N. P., Oka, I. B., & Astuti, K. W. (2014). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) Yang Diperoleh Dari Daerah Ubud,Kabupaten Gianyar, Bali. Bali: Universitas Udayana.

Miyazaki, I. (1991). Helminthic Zoonoses. Fukuoka,Japan: Shukosha Printing. Onggowaluyo, J. S. (2001). Parasitologi Medik I (Helmintologi): Pendekatan


(17)

41 Universitas Kristen Maranatha Pattianakotta, M., Fatimawali, & Supriati, H. S. (2014). Formulasi dan Uji

Efektivitas Sediaan sirup Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Antelmintik Terhadap Cacing Ascaridia galli Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT , 3.

Miridian, Sirait. (1991). Penapisan Farmakologi, pengujian Fitokimia, dan Pengujian klinik. Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.

Purwitaningrum, R. (2009). Pengaruh Perasan Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Mortalitas Ascaridia galli schrank Secara In Vitro. Malang: Universitas Negeri Malang.

Putri, D. P. (2007). Uji Efektifitas Daya Anthelmintik Carica papaya (Infus Akar, Infus Biji, Infus Daun) Terhadap Cacing Ascaridia galli Secara In Vitro. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Rahmalia, A. D. (2010). Efek Antelmintik Infusa Biji Kedelai Putih (Glycine max (L) Merril) Terhadap Waktu kematian Cacing Gelang Babi (Ascaris suum Goeze) In Vitro. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Schmidt & Robert. (1985). Foundation of Parasitology (30 ed.). Missouri: Times Mirror Morby Collage Publishing.

Sungkar, S. (2011). Parasitologi Kedokteran (Edisi Keempat). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Suryatinah, Y., Andiarsa, D., & Hairani, B. (2013). Pengaruh sistein terhadap aktivitas proteolitik papain kasar pada kematian cacing Ascaridia galli In Vitro. Jurnal Buski , 188-191.

Syarif, A. (2011). Farmakologi dan Terapi (Edisi 5 ed.). (S. G. Gunawan, Penyunt.) Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

USDA. (2015, September 11). United States Department of Agriculture. Dipetik Oktober 11, 2015, dari United States Department of Agriculture Web site: http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=capa23

Vyas, S. J., Khatri, T. T., Ram, V. R., Dave, P. N., & Joshi, H. S. (2014). Biochemical Constituents in Leaf of Carica papaya - Ethnomedicinal Plant of Kachchh region. International Letters of Natural Sciences , 12, 16-20. Warshaw, L. (2010). Phylem Nematoda. Dipetik November 28, 2015, dari

Sharon-Taxonomy: https://sharon-taxonomy2010-p2.wikispaces.com/Nematoda


(18)

42 Universitas Kristen Maranatha WHO. (2003, April 29). Water Related Disease. Dipetik Oktober 12, 2015, dari

World Health Organization:


(1)

5 Universitas Kristen Maranatha

pelarut, bekerja mendorong zat aktif untuk keluar dari dalam sel sampai didapatkan keadaan yang seimbang antara konsentrasi di dalam maupun di luar sel (Indriyanti et al, 2012).

Dengan demikian karena proses pembuatan daun pepaya yang berbeda maka jumlah zat aktif yang dihasilkan juga berbeda sehingga menimbulkan efek yang berbeda.

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat perbedaan efek antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya terhadap Ascaris suum minimal pada satu bentuk sediaan

2. Terdapat perbedaan potensi antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya terhadap Ascaris suum minimal pada satu bentuk sediaan


(2)

38 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Terdapat perbedaan efek antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya terhadap Ascaris suum minimal pada satu bentuk sediaan

- Sediaan perasan dan infusa daun pepaya memiliki efek antelmintik yang setara

- Sediaan ekstrak daun pepaya memiliki efek yang lebih kuat dibandingkan sediaan perasan dan infusa daun pepaya

2. Terdapat perbedaan potensi antelmintik dari sediaan perasan daun pepaya, infusa daun pepaya dan ekstrak daun pepaya terhadap Ascaris suum minimal pada satu bentuk sediaan

- Sediaan perasan dan infusa daun pepaya memiliki potensi antelmintik yang setara

- Sediaan ekstrak daun pepaya memiliki potensi yang lebih kuat dibandingkan sediaan perasan dan infusa daun pepaya

5.2 Saran

Penelitian tentang perbandingan efek antelmintik dari sediaan perasan, infusa dan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap Ascaris suum betina secara in vitro perlu dilanjutkan dengan:

Melakukan penelitian lanjutan secara in vivo

 Melakukan penelitian zat aktif yang berefek antelmintik pada ekstrak daun pepaya


(3)

39 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB.

Alba, J. E., Comia, M. N., Oyong, G., & Claveria, F. (2009). Ascaris lumbricoides and anscaris suum: A Comparison of electrophoretic banding pattern of protein extracts from the reproductive organs and body wall. VETERINARSKI ARHIV , 79 (3), 281-291.

Bora, A. M., Samsuri, & Oka, I. B. (2014). Vermisidal dan Ovosidal kstrak Daun Pepaya Terhadap Cacing Ascaris suum secara In Vitro. Indonesia Medicus Veterinus , 3 (2), 84-91.

BPOM. (2008). Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

CDC. (2015, Maret 18). Centers of Disease Control and Prevention. Dipetik Oktober 12, 2015, dari Centers of Disease Control and Prevention: http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html

CDC. (2013, November 29). DPDx - Laboratory Identification of Parasitic Diseases of Public health Concern. Dipetik Oktober 19, 2015, dari Center for Disease Control and Prevention Web site: www.cdc.gov/dpdx/ascariasis/gallery.html

Dalimartha, S. (2009). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Pustaka Bunda. Direktorat Gizi Depkes RI. (1992). Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta:

Bhartara Karya Aksara.

Enden, E. V. (2015, Juni 29). Illustrated Lecture Notes on tropical Medicine. Dipetik November 18, 2015, dari Institute Of Tropical Medicine:

http://itg.author-e.eu/Generated/pubx/173/helminthiasis/intestinal_nematodes.htm

Faisnur, I., Waluyo, J., & Asyiah, I. N. (2015). Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Ketepeng cina (Cassis alata L.) Terhadap Mortalitas Cacing Ascaris suum Dewasa Secara In Vitro. Pancaran , 4, 71-82.

Faradila, A., Agustina, T. E., & Aswin, D. B. (2013). Uji Daya Anthelmintik Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica LLess.) terhadap Cacing Gelang (Ascaris suum) secara In Vitro. Malang: Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Federer, W. (1977). Experimental Design, Theory and Application. New Delhi: Mac Millan.


(4)

40 Universitas Kristen Maranatha

Fitriana, S. (2008). Penapisan Fitokimia dan uji Aktivitas anthelmintik Ekstrak Daun Jarak (Jatropha curcas L.) terhadap Cacing Ascaridia galii secara In Vitro. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian.

G., A., Bhowmik, D., S., D., & G., H. (2013). Traditional and Medicinal Use of Carica papaya. Journal of Medicinal Plants studies , 1 (1), 9-10.

Gandahusada, S. (2000). Parasitologi Kedokteran (3rd ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Garcia, L. S., & Bruckner, D. A. (1996). Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Gilman, A. G. (2014). Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta: EGC.

Indonesian Public Health. (2013, December 4). Gejala Klinis, Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Askariasis. Dipetik January 13, 2015, dari The Indonesian Public Health Portal: http://www.indonesian-publichealth.com/2013/12/epidemiologi-askariasis.html

Indriyanti, F., Mukjizat, G. A., Warman, F. H., Aminah, S., & yunita, I. (2012). Penentuan Kadar Sari Dalam Pelarut Tertentu. Bandung: Program Studi Farmasi Universitas Islam Bandung.

Irianto, K. (2009). Parasitologi Berbagi Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia. Bandung: Yrama Widya.

Kariyone & Kimura. (1980). Medical Plants of East aand Southeast Asia: Attributed Properties and Uses. London, England: Massachusetts Institute of Technology.

Kalie, M. B. (1996). Bertanam Pepaya (4 ed.). Jakarta: Penebar Swadaya.

Kartika, D. S. (2001). Efek Antelmintik Biji Pepaya (Caricae semen) Terhadap Ascaris suum In Vitro. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Mahatriny, N. N., Payani, N. P., Devi, P. K., Yulita, S., Astuti, K. W., & Oka, I. B. (2014). Uji Aktivitas Anthelmintik Ekstrak Etanol Daun Pepaya Pada Cacing Gelang Babi. Bali: Universitas Udayana.

Mahatriny, N. N., Payani, N. P., Oka, I. B., & Astuti, K. W. (2014). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) Yang Diperoleh Dari Daerah Ubud,Kabupaten Gianyar, Bali. Bali: Universitas Udayana.

Miyazaki, I. (1991). Helminthic Zoonoses. Fukuoka,Japan: Shukosha Printing. Onggowaluyo, J. S. (2001). Parasitologi Medik I (Helmintologi): Pendekatan


(5)

41 Universitas Kristen Maranatha

Pattianakotta, M., Fatimawali, & Supriati, H. S. (2014). Formulasi dan Uji Efektivitas Sediaan sirup Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Antelmintik Terhadap Cacing Ascaridia galli Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT , 3.

Miridian, Sirait. (1991). Penapisan Farmakologi, pengujian Fitokimia, dan Pengujian klinik. Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.

Purwitaningrum, R. (2009). Pengaruh Perasan Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Mortalitas Ascaridia galli schrank Secara In Vitro. Malang: Universitas Negeri Malang.

Putri, D. P. (2007). Uji Efektifitas Daya Anthelmintik Carica papaya (Infus Akar, Infus Biji, Infus Daun) Terhadap Cacing Ascaridia galli Secara In Vitro. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Rahmalia, A. D. (2010). Efek Antelmintik Infusa Biji Kedelai Putih (Glycine max (L) Merril) Terhadap Waktu kematian Cacing Gelang Babi (Ascaris suum Goeze) In Vitro. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Schmidt & Robert. (1985). Foundation of Parasitology (30 ed.). Missouri: Times Mirror Morby Collage Publishing.

Sungkar, S. (2011). Parasitologi Kedokteran (Edisi Keempat). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Suryatinah, Y., Andiarsa, D., & Hairani, B. (2013). Pengaruh sistein terhadap aktivitas proteolitik papain kasar pada kematian cacing Ascaridia galli In Vitro. Jurnal Buski , 188-191.

Syarif, A. (2011). Farmakologi dan Terapi (Edisi 5 ed.). (S. G. Gunawan, Penyunt.) Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

USDA. (2015, September 11). United States Department of Agriculture. Dipetik Oktober 11, 2015, dari United States Department of Agriculture Web site: http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=capa23

Vyas, S. J., Khatri, T. T., Ram, V. R., Dave, P. N., & Joshi, H. S. (2014). Biochemical Constituents in Leaf of Carica papaya - Ethnomedicinal Plant of Kachchh region. International Letters of Natural Sciences , 12, 16-20. Warshaw, L. (2010). Phylem Nematoda. Dipetik November 28, 2015, dari

Sharon-Taxonomy:


(6)

42 Universitas Kristen Maranatha

WHO. (2003, April 29). Water Related Disease. Dipetik Oktober 12, 2015, dari

World Health Organization: