MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD BERBANTUAN WINGEOM.
i
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD
BERBANTUAN WINGEOM TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh ARCAT 1101164
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
(2)
ii
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2013
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD BERBANTUAN
WINGEOM
Oleh ARCAT
S.Pd Universitas Riau Pekanbaru, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Arcat, 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(3)
iii
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD
BERBANTUAN WINGEOM
Oleh:
Arcat 1101164
Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I
Dr. Kusnandi, M.Si.
Pembimbing II
Dr. Stanly Dewanto, M.Pd.
Mengetahui:
(4)
iv
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
(5)
vii
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Arcat. (2013). Improved Spatial Ability and Self-Efficacy Junior High School Students Through Cooperative Model STAD Wingeom Assisted.
This research will be revealed differences increase in spatial ability and self-efficacy among students who obtain STAD cooperative learning models aided by Wingeom with students who obtain conventional learning. The study was quasi-experimental. The samples in this study were eighth grade students from two classes at one of public secondary school in West Bandung district. The research instrument consists of a set of tests of spatial ability, self-efficacy questionnaire scales, and observation sheets. The study design used Non Equivalent Control Group Design. Both classes were given pretest and posttest on spatial ability. At the end of the meeting, both classes were given questionnaires in the form of student self-efficacy scale. Research hypotheses were tested through parametric test (t-test) and non-parametric tests (Mann-Whitney test). The results showed that an increase in spatial ability and self-efficacy of students who obtain STAD cooperative learning models aided by Wingeom better than students who obtain conventional teaching
Keywords: cooperative, Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Wingeom, spatial ability and self-efficacy.
(6)
viii
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR HAK CIPTA ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ...v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ...x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...8
C. Tujuan Penelitian ...8
D. Manfaat Penelitian ...8
E. Definisi Operasional ...9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Spasial Matematis ...11
B. Self-Efficacy ... 13
C. Model Pembelajaran Kooperatif ...20
D. Program Wingeom ...27
E. Pembalajaran Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom ...29
F. Penelitian yang Relevan ...35
G. Pembelajaran Konvensional ...37
H. Hipotesis Penelitian ...38
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...39
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...39
C. Variabel Penelitian ...40
D. Instrumen Penelitian ...40
1. Tes Kemampuan Spasial Matematis ...40
2. Skala Self-Efficacy Siswa ...41
3. Teknik Analisis Instrumen ...42
E. Prosedur Penelitian ...47
F. Teknik Pengumpulan Data ...48
G. Teknik Pengolahan Data ...49
1. Teknik Analisis Data Kuantitatif ...49
2. Teknik Analisis Data Skala Self-Efficacy ...51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...54
(7)
ix
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Analisis Hasil Pengolahan Data Kuantitatif ...54
a. Analisis Pretes Kemampuan Spasial Matematis (KSM) ... 55
1) Uji Normalitas Pretes KSM ...56
2) Uji Perbedaan Rata-rata Pretes KSM ...57
b. Analisis Postes Kemampuan Spasial Matematis ...57
1) Uji Normalitas Postes SKM ...58
2) Uji Perbedaan Rata-rata postes KSM ...59
c. Analisis N-gain Kemampuan Spasial Matematis ...60
1) Uji Normalitas N-gain ...61
2) Uji Perbedaan Rata-rata N-gain KSM ...62
2. Analisis Hasil Pengolahan Data Kualitatif ...63
a. Analisis Angket Skala Self-efficacy Siswa ...63
1) Analisis Deskriptif Skala Self-efficacy ...64
2) Analisis Inferensial Skor Self-efficacy Siswa ... 66
a) Uji Normalitas Self-efficacy ...67
b) Uji Homogenitas Self-efficacy ...68
c) Uji Perbedaan rata-rata self-efficacy ...69
b. Lembar Observasi ...70
B. Pembahasan 1. Kemampuan Spasial Matematis ...72
2. Self-Efficacy ...75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...77
B. Implikasi ...77
C. Saran ...78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN: LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN ...86
LAMPIRAN B: ANALISI HASIL UJI COBA ...148
(8)
x
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Umum ... 22
Tabel 2.2 Konversi Skor Perkembangan Poin Kemajuan ... 26
Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 27
Tabel 2.4 Nilai Perkembangan Individu ... 33
Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisian Validitas ... 44
Tabel 3.2 Interpretasi Uji Validitas Tes Spasial Matematis ... 45
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 46
Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ... 47
Tabel 3.5 Interpretasi Uji Daya Pembeda Tes Spasial Matematis ... 47
Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran ... 48
Tabel 3.7 Interpretasi Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Spasial Matematis ... 48
Tabel 3.8 Klasifikasi N-gain ... 52
Tabel 4.1 Statistik deskriptif kemampuan spasial matematis siswa ... 55
Tabel 4.2 Rata-rata Skor Pretes KSM ... 56
Tabel 4.3 Uji Normalitas Skor Pretes ... 57
Tabel 4.4 Uji Perbedaan Rata-Rata Skor Pretes KSM ... 58
Tabel 4.5 Rata-rata Data Postes KSM ... 59
Tabel 4.6 Uji Normalitas Postes ... 60
Tabel 4.7 Uji Kesamaan Rata-Rata Postes KSM... 61
Tabel 4.8 Rata-rata dan Klasifikasi N-gain KSM ... 62
Tabel 4.9 Uji Normalitas N-gain ... 63
Tabel 4.10 Uji Kesamaan Rata-rata N-gain KSM ... 64
Tabel 4.11 Analisis Perbedaan Rata-Rata Data Skor Self-Efficacy ... 67
Tabel 4.12 Rata-rataDataAngket Self-Efficacy ... 68
Tabel 4.13 Uji Normalitas Self-Efficacy ... 69
Tabel 4.14 Uji Hogenitas Self-Efficacy ... 70
(9)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika sangat dibutuhkan dalam kehidupan, karena hampir dalam setiap aktivitas sehari-hari, disadari atau tidak kita pasti menggunakan matematika. Mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur lagi. Matematika membekali peserta didik untuk mempunyai kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Sebagai contoh kehidupan sehari-hari penggunaan matematika dalam perdagangan menghitung jumlah yang harus dibayar sipembeli dan berapa yang harus dikembalikan. Oleh karena itu, matematika menjadi salah satu pelajaran terpenting yang harus dikuasai oleh setiap orang yang ingin meraih sukses dalam kehidupannya.
Namun keadaan Indonesia saat ini, kemampuan berpikir matematis siswa masih tergolong rendah. Kenyataan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur adalah data hasil studi internasional yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assesment (PISA).
Trends in International Mathematics and Science Study(TIMSS) adalah studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama. Studi ini dikoordinasikan oleh The International Association for the Evaluation of Educational Achievement(IEA), prestasi matematika siswa kelas VIII Indonesia yang diambil sampel berada pada urutan ke-36 dari 49 negara yang ikut berpartisipasi. Nilai rerata Indonesia berada di bawah rerata internasional, Indonesia hanya memperoleh nilai rerata 397 sedangkan nilai rerata internasional yaitu 500 (Puspendik 2012). Selama keikutsertaan Indonesia dalam TIMSS, peringkat belajar matematika siswa Indonesia yang diambil sampel tidak ada perubahan yang signifikan dan selalau berada di bawah, tahun 1999 berada pada urutan ke-34 dari 38 negara, tahun 2003 berada pada urutan ke-35 dari 46 negara, dan tahun 2007 berada pada urutan ke-36 dari 49 negara.
(10)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Laporan hasil studi PISA tidak berbeda jauh dengan TIMSS. Programme for International Student Assessment(PISA) adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Studi ini dikoordinasikan oleh Organisation for Economic Cooperation and Development(OECD), pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa ranking matematika siswa di Indonesia yang diambil sebagai sampel berada pada peringkat ke-61 dari 65 negara yang ikut berpartisipasi. Skor rerata matematis internasional yaitu 500, sedangkan Indonesia hanya mampu memperoleh skor rerata 371 (Puspendik 2012). Selama keikut sertaan Indonesia dalam PISA selalau berada pada ranking 10 terbawah.
Domain konten soal yang diteskan PISA kepada siswa di Indonesia salah satunya adalah geometri. Sub-sub komponen konten yang diteskan yaitu perubahan dan keterkaitan, ruang dan bentuk, kuantitas, ketidakpastian dan data. Di bawah ini adalah contoh soal yang telah diteskan studi PISA kepada siswa akhir pendidikan dasar atau berusia 15 tahun (Wardhani dan Rumiati, 2011).
Berdasarkan analisis hasil studi PISA menyatakan bahwa masih ada siswa Indonesia yang kesulitan dalam menyelesaikan soal di atas. Beberapa siswa Indonesia yang mampu menyelesaikan soal tersebut yaitu 33,4%, sisanya menjawab salah. Hal ini memperlihatkan rendahnya kemampuan spasial siswa dalam geometri, yang sangat diperlukan untuk memahami geometri.
Studi dari Guay & McDaniel (1977) menemukan bahwa kemampuan spasial mempunyai hubungan positif dengan matematika pada anak usia sekolah. Studi dari Shermann (1980) juga menemukan bahwa matematika dan berpikir spasial mempunyai korelasi yang positif pada anak usia sekolah, baik pada kemampuan spasial taraf rendah maupun taraf tinggi. Academy of Science (2006)
(11)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengemukakan bahwa setiap siswa harus berusaha mengembangkan kemampuan dan penginderaan spasialnya yang sangat berguna dalam memahami relasi dan sifat-sifat dalam geometri untuk memecahkan masalah matematika dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Academy of Science mengungkapkan bahwa hal tersebut diperkuat dengan persepsi dari suatu objek atau gambar dapat dipengaruhi secara ekstrim oleh orientasi objek tersebut, sehingga dapat mengenali suatu objek/gambar dengan tepat diperlukan kemampuan spasial.
Rendahnya kemampuan spasial siswa Indonesia tersebut disebabkan berbagai faktor. Diantaranya adalah karena karakteristik matematika yang abstrak. Kariadinata (2010) mengemukakan bahwa, banyak persoalan geomerti yang memerlukan visualisasi dalam pemecahan masalah dan pada umumnya siswa merasa kesulitan dalam mengkonstruksi bangun ruang geometri.
Selain temuan Kariadinata di atas, ada beberapa fakta dilapangan yang ditemukan dalam beberapa penelitian lain yang menyatakan secara tidak langsung bahwa kemampuan spasial siswa masih rendah dan perlu untuk ditingkatkan. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa penelitian diantaranya hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudarman (Abdussakir, 2009) yang menemukan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri, mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Secara tersirat temuan tersebut menunjukkan siswa SMP kesulitan dalam belajar geometri termasuk bangun ruang yang ada didalam materi SMP. Selain itu, Gumilar (2012) menyatakan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami geometri, terutama geometri ruang yang merupakan materi matematika yang tidak disukai oleh siswa.
Lebih lanjut, Markaban (Suwaji, 2008) mengemukakan bahwa dari hasil
Training Need Assessment (TNA) Calon Peserta Diklat Guru Matematika SMP yang dilaksanakan PPPPTK Matematika tahun 2007 dengan sampel sebanyak 268 guru SMP dari 15 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa untuk materi luas selimut, volume tabung, kerucut, dan bola sangat diperlukan oleh guru, 48,1% guru menyatakan sangat memerlukan. Begitu juga untuk materi luas permukaan
(12)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan volume balok, kubus, prisma serta limas, 43,7 % guru menyatakan sangat memerlukan. Sedangkan untuk materi; sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas serta bagian-bagiannya; pembuatan jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas; unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola. Guru menyatakan memerlukan, dengan persentase berturut-turut 48,1%, 48,1%, dan 45,9%. Secara tidak langsung hal ini menggambarkan bahwa siswa SMP membutuhkan peningkatan kemampuan spasial.
Selain kemampuan spasial siswa, terdapat aspek psikologis yang turut memberikan kontribusi terhadap keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas dengan baik. Aspek psikologis tersebut adalah self-efficacy. Wilson & Janes (2008) menyatakan bahwa self-efficacy merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan prestasi matematika seseorang.
Banyak peneliti melaporkan bahwa self-efficacy siswa berkorelasi dengan konstruksi motivasi, kinerja dan prestasi siswa. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Betz dan Hacket pada tahun 1983 (Pajares, 2002:11) melaporkan bahwa dengan self-efficacy yang tinggi, pada umumnya seorang siswa akan lebih mudah dan berhasil melampaui latihan-latihan matematika yang diberikan kepadanya, sehingga hasil akhir dari pembelajaran tersebut yang tercermin dalam prestasi akademiknya juga cenderung akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki self-efficacy rendah. Selain itu menurut Hacket ditahun 1985 dan Reyes tahun 1984 (Pajares, 2002:10), self-efficacy juga dapat membuat seseorang lebih mudah dan lebih merasa mampu untuk mengerjakan soal-soal matematika yang dihadapinya, bahkan soal matematika yang lebih rumit atau spesifik sekalipun.
Tidak jauh berbeda penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh Mahardikawati (2011) terhadap siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja kabupaten Sukabumi, yang menyatakan terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri (self-efficacy) dengan prestasi belajar siswa. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Nur (2012) yang menyatakan self-efficacy sebagai
(13)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
salah satu faktor pencapai prestasi siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa self-efficacy yang dimiliki siswa berkaitan dengan prestasi yang dicapainya. Semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki siswa semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapainya, begitu juga sebaliknya semakin rendah self-efficacy siswa semakin rendah pula prestasi belajar yang dicapainya.
Namun temuan di lapangan menunjukkan masih rendahnya self-efficacy
siswa, diantaranya yang diungkapkan oleh Ruseffendi (1991) bahwa “terdapat banyak orang yang setelah belajar matematika bagian yang sederhanapun banyak yang tidak dipahaminya, bahkan banyak konsep yang dipahami secara keliru. Matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan banyak
memperdayakan”. Dari temuan adanya siswa yang mengganggap matematika sukar dan ruwet tersebut, secara tersirat dapat diartikan bahwa kepercayaan diri siswa akan kemampuannya (self-efficacy) untuk menghadapi matematika masih rendah.
Selain temuan di atas, fakta di lapangan yang sering dijumpai guru-guru dalam mengajar adalah ketidakmauan siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab pertanyaan guru. Ketidakmauan siswa tersebut di latar belakangi karena siswa tidak percaya akan kemampuannya untuk menjawab dengan benar pertanyaan guru. Juga ketidakpercayaan siswa akan kebenaran pertanyaan yang diajukan kepada guru.
Upaya memvisualisasikan ide-ide matematika agar matematika bisa benar-benar dipahami oleh siswa, khususnya pada materi geometri dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang lebih inovatif. Diantaranya adalah media inovatif dengan pemanfaatan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran. Adanya TIK ini dapat memberikan nuansa baru untuk mendorong proses pembelajaran matematika yang lebih baik.
Menurut Wepner (Kusuma, 2003) ada enam keunggulan komputer dalam pembelajaran: (1) Kesabaran yang tiada batas, tidak terkait dengan perasaan
(14)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seperti lazimnya manusia; (2) Mampu memotivasi siswa dengan pujian yang dirancang khusus; (3) Memberi kesempatan bereksperimen tanpa dihantui kekuatiran akan kerusakan yang bisa terjadi; (4) Tidak diskriminatif; (5) Memberi siswa ketrampilan yang berharga untuk masa depannya, (6) Mempercepat proses perhitungan yang secara manual sangat lama waktu menyelesaiannya, atau bahkan tidak mungkin sama sekali.
Demikian juga yang dinyatakan oleh Glass (Kusuma, 2003) bahwa banyak sekali kontribusi nyata yang dapat dipersembahkan komputer bagi kemajuan pendidikan, khususnya pembelajaran matematika. Komputer dapat dimanfaatkan untuk mengatasi perbedaan invidual siswa; mengajarkan konsep; melaksanakan perhitungan dan menstimulir belajar siswa. Hal ini memperlihatkan bahwa penerapan pembelajaran matematika melalui media komputer akan lebih menyenangkan dan lebih bermakna bagi siswa. Selain itu, pembelajaran melalui media komputer dapat menciptakan iklim belajar yang efektif untuk mengoptimalkan kemampuan matematika, meskipun setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap suatu materi yang diajarkan.
Komputer dan software merupakan sarana yang bermanfaat untuk mengembangkan bahan ajar, untuk meningkatkan kualitas presentasi sehingga memperjelas penyampaian materi, membantu proses perhitungan yang sulit dilakukan secara manual, membantu menginterpretasikan suatu formula atau konsep dalam matematika, dan lain-lain. Menurut Fey dan Heid (Kusuma, 2008) penggunaan software komputer untuk kegiatan pembelajaran sangat tidak terbatas, beberapa software komputer dapat memberikan pengalaman dan mengonstruksi bangun-bangun geometri, melatih kemampuan tilikan ruang, dan melatih keterampilan memecahkan masalah. Ada banyak software yang telah dibuat secara khusus untuk membantu pembelajaran matematika, diantaranya Maple, Matlab, Winplot, Wingeom,Winstat, Winmat dll.
Peragaan tentang visualisasi sangatlah penting dalam pembelajaran geometri, baik peragaan melalui guru maupun bantuan teknologi seperti software
(15)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dirancang untuk menyampaikan konsep-konsep geometri, sehingga pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka dengan guru dan tekonologi sangatlah efektif (Kariadinata, 2010). Salah satu dynamic mathematics software yang dapat dijadikan media pembelajaran pada pembelajaran geometri adalah Wingeom. Pembelajaran dengan Wingeom dapat membantu siswa memvisualisasikan bentuk geometri dimensi dua maupun dimensi tiga yang abstrak menjadi lebih konkret, sehingga siswa dapat lebih memahami konsep dan mencitrakannya dalam pikiran untuk melatih kemampuan spasial.
Selain hal di atas, keberhasilan siswa tidak terlepas dari implementasi model pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika. Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif dan bermakna adalah tututan yang mesti dipenuhi oleh para guru. Widayati (2012) menyatakan bahwa kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran adalah model kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Kooperatif STAD terdiri dari empat langkah utama yaitu: presentasi kelas, kerja kelompok, kuis individu dan penghargaan.
Adapun kontribusi pembelajaran kooperatif STAD terhadap kemampuan spasial matematis siswa secara tidak langsung terlihat atau tidak secara gamblang, sebagaimana STAD terhadap kemampuan komunikasi siswa. Secara tidak langsung kooperatif STAD tetap memberikan kontribusi terhadap kemampuan spasial matematis siswa. Hal tersebut dapat dipahami dari salah satu langkah STAD yaitu kerja kelompok, dengan adanya kerja kelompok pada STAD ini membuat siswa aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran. Aktif dan terlibat langsungnya siswa dalam proses pembelajaran menjadikan kemampuan matematis siswa dapat berkembang termasuk kemampuan spasial siswa. Oleh karena itu,
(16)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran koopertif STAD berkontribusi terhadap kemampuan spasial siswa namun tidak secara langsung.
Selain itu secara tidak langsung juga, kontribusi STAD terhadap perkembangan kemampuan spasial matematis siswa dapat dilihat dari langkah STAD yaitu langkah pemberian penghargaan kelompok. Adapun kontribusi STAD yang disumbangkan berupa motivasi. Termotivasinya siswa untuk belajar menyebabkan siswa akan berusaha belajar dengan baik, sehingga kemampuan matematis siswa dapat berkembang termasuk kemampuan spasial matematis siswa. Berdasarkan hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa STAD berkontribusi terhadap kemampuan spasial matematis siswa.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas penulis mencoba mengajukan sebuah studi penelitian untuk meningkatkan kemampuan spasial dan
self-efficacy siswa SMP melalui model kooperatif STAD berbantuan Wingeom.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah peningkatana kemampuan spasial matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui model kooperatif STAD berbantuan
Wingeom lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?
2. Apakah self-efficacy siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui model kooperatif STAD berbantuan Wingeom lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?
C. Tujuan Penelitian
(17)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Peningkatan kemampuan spasial matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui model kooperatif STAD berbantuan
Wingeom dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. 2. Self-efficacy siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui
model kooperatif STAD berbantuan Wingeom dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai suatu alternatif pembelajaran yang berarti bagi guru, calon guru, siswa, dan sekolah. Untuk lebih jelasnya diharapkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru, dapat menjadi ide dan inspirasi dalam memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai alternatif pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan spasial matematis dan self-efficacy siswa. 2. Bagi siswa, pembelajaran kooperatif STAD dapat menarik rasa
keingintahuan siswa untuk berfikir kritis, kreatif, inovatif, dan sikap sportif dalam memahami matematika.
3. Bagi para calon guru. Sebagai bahan masukan untuk lebih mengetahui alternatif-alternatif model mengajar dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Bagi peneliti bidang sejenis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dan masukan untuk melakukan pengembangan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
E. Definisi Operasional
Dalam rangka memperoleh persamaan persepsi dan menghindarkan penafsiran yang berbeda dari beberapa istilah dalam penelitian ini, maka perlu di perjelas istilah-istilah yang digunakan, yaitu:
(18)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai lima orang dengan struktur kelompok yang heterogen.
2. Student Team-Achievement Divisions (STAD) berbantuan Wingeom adalah salah satu tipe model kooperatif paling sederhana dengan menggunakan bantuan software Wingeom, menekankan kerja sama kelompok, untuk mencapai penghargaan terbaik yang diberikan kepada setiap kelompok, diperoleh berdasarkan skor kemajuan individu dari nilai masing-masing siswa pada setiap kuis. STAD terdiri dari 4 langkah utama presentasi kelas, kerja tim, kuis dan penghargaan kelompok
3. Kemampuan spasial adalah kemampuan siswa untuk membayangkan bentuk atau posisi suatu objek geometri yang dipandang dari sudut pandang tertentu, menyatakan kedudukan antar unsur-unsur suatu bangun ruang, mengkonstruksi dan merepresentasikan model-model geometri yang digambar pada bidang datar dan, menduga dan menentukan ukuran yang sebenarnya dari stimulus visual suatu objek.
4. Self-efficacy yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal yang melibatkan kemampuan spasial matematis dengan berhasil. Self-efficacy yang diukur dalam penelitian ini berdasarkan karakteristik yaitu percayapada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif, dan berani mengungkapkan pendapat.
5. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran, siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang disampaikan guru, kemudian siswa mengerjakan latihan, dan siswa dipersilahkan untuk bertanya apabila tidak mengerti.
(19)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Terlihat dari judul penelitian ini akan dilakukan secara experiment. Dimana penelitian eksperimen mengambil sampel secara acak murni, namun pada pelaksanaan penelitian ini tidak memungkinkan melakukan pengambilan sampel secara acak murni. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan desain quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif STAD berbantuan
Wingeom dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan spasial matematis siswa terhadap pembelajaran matematika dilakukan penelitian dengan desain penelitian sebagai berikut:
Kelas Eksperimen : O X O
Kelas Kontrol : O O
Keterangan:
O : Pretes atau Postes
X : Pembelajaran Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
: Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok control non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005: 52). Pada desain ini, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya.
(20)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 3 Lembang tahun ajaran 2013/2014 semester genap. Pengambil populasi tersebut dikarenakan beberapa pertimbangan diantaranya: (1) letaknya berdekatan dan memudahkan untuk dijangkau, (2) memudahkan prosedur administratif yang relatif mudah, dan (3) memiliki ketersediaan sarana dan prasarana yang relatif lengkap. Pengambilan sampel dilakukan teknik purvosive sampling, dikarenakan tidak memungkinkan untuk pengambilan sampel secara acak murni.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi, dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Penelitian ini melibatkan tiga jenis variabel: variabel bebas, yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan
wingeom dan pembelajaran konvensional; variabel terikat, yaitu kemampuan spasial dan self-efficacy.
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan dua jenis instrumen, yaitu tes dan non tes. Instrumen tes dibuat untuk mengumpulkan data guna mengetahui dan membandingkan kemampuan spasial siswa sebelum dan sesudah menggunakan model kooperatif tipe STAD berbantuan Wingeom. Bentuk dari instrumen yang akan digunakan adalah berbentuk uraian karena dengan bentuk ini kemampuan spasial siswa dapat terlihat. Sedangkan instrumen dalam bentuk non tes yaitu skala self-efficacy siswa. Berikut ini merupakan uraian dari masing-masing instrumen yang digunakan.
1. Tes Kemampuan Spasial Matematis
Tujuan penyusunan tes spasial matematis adalah untuk mengetahui kemampuan spasial matematis siswa. Tes tersebut berupa soal uraian, disusun berdasarkan indikator spasial matematis yang hendak diukur. Penyusunan tes diawali dengan pembuatan kisi, kemudian menyusun soal berdasarkan
(21)
kisi-Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kisi yang telah disusun disertai dengan kunci jawaban, dan dilengkapi dengan pedoman pemberian skor tiap butir soal.
Sebelum tes dijadikan instrumen penelitian, tes tersebut diukur validitas muka terkait dengan kejelasan bahasa atau redaksional, kejelasan gambar atau representasi dan validitas isi terkait dengan materi pokok yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai serta aspek kemampuan yang diukur. Validitas muka dan validitas ukur diuji oleh ahli (expert) dalam hal ini dosen pembimbing dan rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika (SPs) UPI.
Langkah selanjutnya adalah uji coba instrumen tes kepada siswa di SMP yang akan menjadi tempat penelitian atau di SMP lain dengan kriteria yang mirip, tetapi pada jenjang kelas yang lebih tinggi dari kelas yang akan dilakukan penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah instrumen tes yang diberikan memenuhi kriteria sebagai alat ukur yang baik. Kriteria tersebut diantaranya adalah validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
2. Skala Self-Efficacy Siswa
Skala self-efficacy digunakan untuk mengukur keyakinan siswa terhadap kemampuannya melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal yang melibatkan kemampuan spasial matematis dengan berhasil. Keyakinan tersebut mencakup empat karakteristik yaitu percaya pada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif, dan berani mengungkapkan pendapat. Keempat karakteristik tersebut kemudian diturunkan menjadi indikator-indikator dan selanjutnya dibuat pernyataan-pernyataan untuk mengukur self-efficacy siswa. Aspek-Aspek dan indikator self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari aspek dan indikator self-efficacy yang dikembangkan oleh Hendriana (2009).
Untuk menguji validitas skala self-efficacy digunakan uji validitas isi (content validity). Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan (Sugiyono,
(22)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2006). Instrumen dinyatakan valid apabila isinya sesuai dengan apa yang hendak diukur. Pada penelitian ini, pengujian validitas skala self-efficacy dilakukan oleh dosen pembimbing satu dan dua. Berorientasi pada validitas konstruk dan validitas isi, berupa dimensi dan indikator yang hendak diukur, redaksi setiap butir pernyataan, keefektifan susunan kalimat dan koreksi.
Dalam penelitian ini, hanya empat respon yang digunakan yaitu Sangat Setuju (Ss), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan Netral (N) tidak digunakan untuk menghindari jawaban aman, sekaligus mendorong siswa untuk menunjukkan keberpihakannya terhadap pernyataan yang diajukan. Dalam menganalisis hasil skala sikap ini, skala kualitatif tersebut
ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Pemberian nilainya dibedakan antara pernyataan yang bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat positif. Untuk pernyataan yang bersifat positif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, STS diberi skor 4.
3. Teknik Analisis Instrumen
Sebelum soal instrumen dipergunakan dalam penelitian, soal instrumen tersebut diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa yang telah memperoleh materi yang berkenaan dengan penelitian ini. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi syarat instrumen yang baik atau belum, yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
a. Validitas
Menurut Arikunto (2006: 168), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Validitas instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengamatan. Dari hasil tersebut akan diperoleh validitas teoritik dan validitas empirik.
(23)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Validitas Teoritik
Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan teori dan aturan yang ada. Pertimbangan terhadap soal tes kemampuan spasial dan skala
self-efficacy yang berkenaan dengan validitas isi dan validitas muka diberikan oleh ahli dalam hal ini dosen pembimbing.
Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan (Suherman, 2001: 131). Validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Apakah soal pada instrumen penelitian sesuai atau tidak dengan indikator.
Validitas muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal itu yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya dan tidak salah tafsir. Jadi suatu instrumen dikatakan memiliki validitas muka yang baik apabila instrumen tersebut mudah dipahami maksudnya sehingga tes tidak mengalami kesulitan ketika menjawab soal.
2) Validitas Empirik
Validitas empirik adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu. Kriteria ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi produk momen dengan menggunakan angka kasar (Arikunto, 2003: 72) yaitu:
r xy ∑ ∑ ∑
√ ∑ –(∑ } ∑ ∑
Keterangan :
rxy = Koefisian validitas X = Skor tiap butir soal Y = Skor total
(24)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut (Suherman, 2001: 136) klasifikasi koefisien validitas sebagai berikut:
Tabel 3.1
Klasifikasi koefisian validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah
rxy≤ 0,00 Sangat rendah
Hasil perhitungan validitas untuk kemampuan spasial matematis dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2010 pada soal uraian secara jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sementara untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 3.2
Interpretasi uji validitas tes spasial matematis
No. Soal Korelasi Interpretasi
1 0.444 Sedang
2 0.466 Sedang
3 0.844 Tinggi
4 0.448 Sedang
Dari 7 soal yang diujicobakan, diambil 4 soal yang memiliki validitas masing-masing tiga soal memiliki validitas sedang dan satu lagi memiliki validitas tinggi. Hal ini menandakan bahwa soal sudah siap digunakan untuk instrumen tes pada penelitian ini.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama (Arikunto, 2003: 90). Suatu alat evaluasi (tes dan nontes) disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes ini adalah rumus Alpha (Arikunto, 2003: 109)
(25)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu [ ] ∑
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
∑σi2 = jumlah varians skor tiap–tiap item
σt2 = varians total n = banyaknya soal
Menurut Suherman (2001: 156) ketentuan klasifikasi koefisien reliabilitas pada Tabel 3.3:
Tabel 3.3
Klasifikasi koefisien reliabilitas
Besarnya nilai r11 Interpretasi
0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r11≤ 0,60 Cukup
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah
r11≤ 0,20 Sangat rendah
Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas butir soal secara keseluruhan dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2010, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,52, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa jenis soal spasial matematis mempunyai reliabilitas cukup. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jenis soal ini layak untuk digunakan dalam penelitian ini.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah butir soal tes menurut Suherman (2001: 175) adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda item dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda menurut Surapranata (2009: 31) adalah:
(26)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
̅
̅
Keterangan:
DP = Daya pembeda
̅ = Rata-rata skor pada kelompok atas
̅ = Rata-rata skor pada kelompok bawah = Skor maksimum pada butir soal
Menurut Suherman (2001: 161) klasifikasi interpretasi daya pembeda soal pada Tabel 3.4:
Tabel 3.4
Klasifikasi koefisien daya pembeda
Kriteria Daya Pembeda Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Hasil perhitungan daya pembeda untuk kemampuan spasial matematis dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2010 pada soal uraian secara jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sementara untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 3.5
Interpretasi uji daya pembeda tes spasial matematis
No. Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi
1 0.219 cukup
2 0.250 cukup
3 0.781 sangat baik
4 0.219 cukup
Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat satu soal (no 3) yang memiliki daya pembeda sangat baik, sementara yang lain memiliki daya pembeda cukup,
(27)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa soal ini dapat membedakan antara kelompok atas dengan kelompok bawah.
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal tes (Arikunto, 2006: 207). Menurut Surapranata (2009: 12), tingkat kesukaran untuk soal uraian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
̅
Dimana :
TK = Tingkat Kesukaran
̅ = Rata-rata skor pada butir soal
= Skor maksimum pada butir soal
Menurut Suherman (2001: 170) klasifikasi tingkat kesukaran soal sebagai berikut:
Tabel 3.6
Klasifikasi koefisien tingkat kesukaran
Kriteria Tingkat Kesukaran Klasifikasi
TK = 0,00 Soal Sangat Sukar
0,00 TK 0,3 Soal Sukar
0,3 TK ≤ 0,7 Soal Sedang
0,7 TK ≤ 1,00 Soal Mudah
TK = 1,00 Soal Sangat Mudah
Hasil perhitungan tingkat kesukaran untuk kemampuan spasial matematis dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2010 pada soal uraian secara jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sementara untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 3.7
Interpretasi uji tingkat kesukaran tes kemampuan spasial matematis
No. Soal Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi
1 0.484 Sedang
2 0.750 Mudah
(28)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4 0.406 Sedang
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hanya satu soal (no 2) yang memiliki tingkat kesukaran mudah, sedangkan yang lainnya memiliki tingkat kesukaran sedang. Dengan demikian soal ini dapat digunakan dalam penelitian ini.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian akan dilakukan dalam tiga tahapan kegiatan yaitu: tahap persiapan, tahap penelitian dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, peneliti melakukan beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka persiapan pelaksanaan penelitian, diantaranya:
a) Melakukan kajian teoritis mengenai model pembelajaran kooperatif STAD berbantuan Wingeom, kemampuan spasial dan self-efficacy, b) Mengembangkan bahan ajar untuk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol,
c) Menyusun instrumen tes yang mengukur kemampuan spasial matematis, d) Menyusun angket self-efficacy dan lembar observasi,
e) Membuat pedoman penskoran untuk soal uraian, f) Melakukan observasi,
g) Uji coba instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah:
a) Pelaksanaan pretes kemampuan spasial pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
b) Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD berbantuan Wingeom pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol,
(29)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Pelaksanan postes kemampuan spasial matematis, dan angket self-efficacy untuk kedua kelompok, dan
d) Pengisian lembar observasi.
3. Tahap Pembuatan Laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir, dimana peneliti mengumpulkan, mengolah dan menganalisia data, serta menulis laporan hasil penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes kemampuan spasial, skala self-efficacy dan lembar wawancara. Data yang berkaitan dengan kemampuan spasial matematis siswa dikumpulkan melalui pretes dan postes, data yang berkaitan dengan self-efficacy siswa dikumpulkan melalui skala self-efficacy
siswa, lembar wawancara dan lembar observasi, sedangkan data mengenai aktivitas pembelajaran di kelas dikumpulkan melalui lembar wawancara.
G. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Untuk itu pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan, dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Data hasil pretes, postes, dan pengingkatan kemampuan spasial siswa (N-gain) dari kelas eksperimen dan kontrol diolah menggunakan uji statistik dengan bantuan software SPSS versi 15.0 for windows. adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes, postes dan N-gain di kedua kelas. Uji statistik yang digunakan adalah
(30)
Shapiro-Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wilk dikarenakan lebih dari 30 sampel yang terlibat. Adapun rumusan hipotesisnya adalah:
Ho: Data berdistribusi normal
H1: Data tidak berdistribusi normal Dengan kriteria uji sebagai berikut:
Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka Ho diterima. Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka Ho ditolak. b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui asumsi yang dipakai dalam pengujian dua rata-rata independent dari skor pretes, postes dan N-gain di dua kelas. Adapun perumusan hipotesis pengujian homogenitas adalah sebagai berikut.
Ho: Kedua data bervariansi homogen H1: Kedua data tidak bervariansi homogen Dengan kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut:
Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka Ho diterima. Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka Ho ditolak c. Uji Perbedaan Rata-rata
Jenis perbedaan rata-rata yang akan digunakan tergantung dari hasil perhitungan uji normalitas dan homogenitas data. Apa bila data normal dan homogen, maka digunakan Uji-t. Apa bila data normal tapi tidak homogen, maka digunakan Uji-t’. Sedangkan apa bila data tidak normal, maka digunakan uji statistik nonparametrik yaitu Mann Whitney-U (Sundayana, 2010).
d. Analisis Data N-Gain
Normalized gain disebut N-gain, pengolahan data gain dalam hasil proses pembelajaran tidaklah mudah. Mana yang sebenarnya dikatakan gain tinggi dan mana yang dikatakan gain rendah, kurang dapat dijelaskan melalui gainabsolut
(31)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan dalam bentuk seperti di bawah ini:
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Klasifikasi N-gain
Besarnya Gain (g) Klasifikasi
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
Teknik analisis data N-gain yang dilakukan dengan menggunakan
Independent Sample T-Test atau uji nonparametrik Mann-Whitney, hal ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan dua rata-rata (N-gain). Hasil yang diharapkan adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata N-gain kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dengan melihat rata-rata N-gain kedua kelas, rata-rata yang lebih tinggi di salah satu kelas menunjukkan bahwa kelas tersebut lebih baik dibandingkan kelas lainnya.
2. Teknik Analisis Data Skala Self-Efficacy
Data yang diperoleh melalui angket berupa data ordinal yang, kemudian ditrasnformasi kedalam skala interval dengan menggunakan Methode of Successive Interval (MSI), agar terdapat kesetaraan data untuk diolah lebih lanjut. Data self-efficacy siswa akan dianalisa dengan menggunakan cara pemberian skor butir skala sikap model Likert. Dalam pelaksanaan penelitian ini, menggunakan uji statistik yang datanya berupa data interval. Adapun langkah-langkah yang digunakan menurut Sundayana (2010) adalah:
a. Hasil jawaban untuk setiap pertanyaan dihitung frekuensi setiap pilihan jawaban.
(32)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Frekuensi yang diperoleh setiap pertanyaan dihitung proporsi setiap pilihan jawaban.
c. Berdasarkan proporsi untuk setiap pertanyaan tersebut, dihitung proporsi kumulatif untuk setiap pertanyaan.
d. Kemudian ditentukan nilai batas untuk Z bagi setiap pilihan jawaban dan setiap pertanyaan.
e. Berdasarkan nilai Z, tentukan nilai densitas (kepadatan). Nilai densitas dapat dilihat pada tabel ordinat Y untuk lengkungan normal standar. f. Hitung nilai skala/ scale value/ SV untuk setiap pilihan jawaban dengan
persamaan sebagai berikut:
g. Langkah selanjutnya yaitu tentukan nilai k, dengan rumus: k= 1 +| |.
h. Langkah terakhir yaitu transformasikan masing-masing nilai pada SV dengan rumus: SV + k.
Data kualitatif diperoleh dari angket self-efficacy siswa, kemudian data tersebut akan dianalisis secara deskriptif dan infrensial sebagai berikut. Data yang terkumpul dari angket self-efficacy siswa dianalisis deskriptif melalui langkah-langkah berikut:
a. Setiap butir angket dihitung menggunakan cara aposteriori. Dengan demikian, selain dapat diketahui skor untuk setiap butir angket, juga dapat diketahui skor yang diperoleh setiap siswa.
b. Menentukan skor sikap netral dengan tujuan untuk membandingkannya dengan skor sikap siswa. Sehingga terlihat kecenderungan sikap seluruh siswa secara umum dan kecenderungan sikap setiap individu.
c. Data hasil perhitungan MSI kemudian dibuat dalam bentuk persentase untuk mengetahui frekuensi masing-masing alternatif jawaban yang diberikan. Untuk menentukan persentase jawaban siswa, digunakan rumus berikut:
(33)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
% x n f
P 100
Keterangan: P = persentase jawaban f = frekuensi jawaban n = banyak responden
Selain menganalisis secara deskriptif, data self-efficacy juga dianalisis secara inferensial. Analisis ini bertujuan untuk memperlihatkan apakah ada perbedaan yang signifikan self-efficacy antara siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol. Analisis inferensial ini juga sekaligus menguji hipotesis
kedua penelitian ini yang berbunya “Self-efficacy siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui model kooperatif STAD berbantuan
Wingeomlebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional”. Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
a. Melakukan uji normalitas self-efficacy
Setelah melakukan uji normalitas pada data self-efficacy siswa, diperoleh hasil normal atau tidaknya data self-efficacy. Jika data di kedua kelas normal, maka dilanjutkan dengan melakukan uji homgenitas. Namun apabila salah satu dari kedua kelas atau keduanya tidak normal maka langsung melakukan rata-rata yaitu uji non-parametrik Uji Mann-Whitney.
b. Melakukan uji homogenitas self-efficacy
Setelah mengetahui data self-efficacy siswa berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Jika data self-efficacy siswa homogen atau tidak, selanjutnya dilakukan uji perbedaan rata-rata
c. Melakukan uji perbedaan rata-rata self-efficacy
Jenis uji perbedaan rata-rata yang akan digunakan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan uji homogenitas di kedua kelas. Jika data self-efficacy di kedua
(34)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelas normal dan homogen maka digunakan uji-t, namun apabila salah satu dari kedua kelas data self-efficacy tidak normal maka digunakan uji non-parametrik
yaitu uji Mann-Whitney. Sedangkan apabila data self-efficacy di kedua kelas normal tapi tidak homogen maka digunakan uji-t’.
(35)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV mengenai perbedaan peningkatan hasil belajar terhadap kemampuan spasial matematis siswa, atara siswa yang mendapat pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan peningkatan kemampuan spasial siswa yang memperoleh pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom
lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Bila diperhatikan berdasarkan kategori peningkatan, diperoleh bahwa kemampuan spasial matematik pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom termasuk kategori sedang, sedangkan kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional termasuk dalam kategori rendah.
2. Self-efficay kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom, menunjukkan hasil yang lebih baik daripada self-efficacy siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
B. Implikasi
Mengacu pada hasil-hasil penelitian sebagaimana yang diungkapkan di atas, maka implikasi dari hasil-hasil tersebut diuraikan berikut ini:
1. Pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran di jenjang SMP dalam upaya mengembangkan kemampuan spasial dan self-efficacy matematis siswa. 2. Pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom direspon
(36)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cara pandang siswa bahwa belajar matematika bukan belajar tentang rumus tetapi belajar memahami matematika dari masalah yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
C. Saran
Penerapan pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom, terhadap aspek kemampuan spasial matematis yang merupakan fokus perhatian dalam penelitian ini, masih perlu diteliti lebih mendalam lagi. Beberapa saran yang dapat disampaikan penulis dalam laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi yang akan menggunakan program Wingeom, hendaknya terlebih dahulu membuat bangun-bangun geometri yang akan ditampilkan sebelum digunakan di dalam kelas, agar dapat menggunakan waktu pembelajaran secara efisien. Bahasan matematika yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya pada jenjang Sekolah Mengah Pertama (SMP) dan pada materi bangun ruang. Masih terbuka peluang untuk melakukan penelitian lanjutan pada jenjang dan materi lain, misalnya jenjang SMA dan pada materi bangun ruang (krucut, bola dll) .
2. Aspek psikologi yang diukur dalam penelitian ini hanya self-efficacy. Masih banyak aspek psikologi lainnya yang menarik untuk diteliti berkaitan dengan prestasi siswa seperti self-concept yaitu kepercayaan diri seseorang dan aspek psikologi lainnya.
(37)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abdussakir. (2009). Pembelajaran Geometri dan Teori van Hiele. [Online]. Tersedia:
http://abdussakir.wordpress.com/2009/01/25/pembelajarangeometri-dan-teori-van-hiele/. [28 Februari 2013]
Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
__________(2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asbullah. (2005). Efektifitas Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Sains pada Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa dan Penguasaan Konsep Pencemaran Lingkungan di SMP. Tesis. Bandung. PPS UPI: Tidak Dipublikasi.
Atun, I. (2006). Pembelajaran Matematika dengan Strategi Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Siswa SMA. Tesis. PPS UPI: Tidak Dipublikasi.
AWE., (2005). Overview: Visual Spatial Skills. AWE Research Overviews.
[Online]. http://www.aweonline.org [25 Februari 2013].
Bandura, A. (1993), Perceived Self Efficacy in Cognitive Development and Functioning, American Psychologist, 28 (2), page.117-148.
__________. (1994). Self-efficacy. Dalam VS Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia perilaku manusia (Vol. 4, hlm 71-81). New York: Academic Press. (Dicetak ulang dalam H. Friedman [Ed.], Ensiklopedia kesehatan mental San Diego:. Academic Press, 1998).
__________. (1977). Social Learning Theory, Englewood Cliff, New Jersey: PrenticeHall.
__________. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A social cognitive theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
(38)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
__________. (2006). Guide for Constructing Self-Efficacy Scales. Self-Efficacy Beliefs of Adolescents, pp. 307-337. [Online]. Tersedia: http://www.des.emory.edu/mfp/014-BanduraGuide2006.pdf. [18 Januari 2013].
Firdaus, M. (2010). “Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Melalui
Media Pembelajaran Tangram”. Makalah pada Konferensi Nasional
Pendidikan Matematika III, Medan.
Forster, P.A. (2006). “Assesing Technology-based Approaches for Teaching
andLearning Mathematics”. International Journal of Mathematical
Education in Science and Technology. 37 (2): 145-164
Guay, B.R., & McDaniel, D.E. (1977). “The Relationship Between Mathematics Achievement and Spatial Abilities Among Elementary School Children”. Makalah pada Pertemuan American Research Association, San Francisco.
Gumilar. (2012). Pembelajaran Geometri dengan Wingeom untuk Meningkatkan Kemampuan Spasial dan Penalaran Matematis Siswa. Tesis Pada SPs UPI: Tidak diterbitkan
Harmiati, E., & Rahayu, A. (2008). Peningkatan Motivasi Belajar dan Pemahaman Keruangan Siswa Melalui Pembelajaran Geometri Berbantuan Program Komputer. Laporan penelitian SMA Sang Timur Yogyakarta: tidakditerbitkan.
Harmony, J.,& Theis,R. (2012). “Pengaruh Kemampuan Spasial Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Kota Jambi”.
Jurnal Edumatica. Vol.2, No. 1.
Hendriana. (2009). Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik dan Kepercayaan Diri Siswa SMP. Disertasi pada SPs UPI:Tidak diterbitkan.
Ibrahim, M., & Nur, M,.(2000).Pembelajaran Kooperatif, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.
(39)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jiang, Z. (2007). “ The Dynamic Geometry Software as an Effective Learning and
Teaching Tool”. The Electronic Journal of Mathematics and
Technology. 1(3).
Kariadinata, R. (2010). “Kemampuan Visualisasi Geometri Spasial Siswa Madrasah Aliyah Negeri (Man) Kelas X Melalui Software
Pembelajaran Mandiri”. Jurnal EDUMAT. 1(2).
Kusumah, Y.S. (2008). Pengembangan Model Computer Based E-learning untuk Meningkatkan High-Order Mathematical Thinking Siswa SMA. Usul penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. Bandung: tidak diterbitkan.
Lee, C., & Bobko, P. (1994).“Self Efficacy Beliefs: Comparasion of Five Measures”.Journal of Applied Psychology. Vol. 79. no. 6, page. 819-825.
Lohman, D.F., (1993). Spatial Ability and G. Paper Presented at the first Spearman Seminar, University of Plymouth.
Mahardikawati, D. (2011). Hubungan antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Siswa.Skripsi pada UPI: Tidak diterbitkan
Mardiah. (2012). Peningkatan Keterampilan Menulis Berita melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW Siswa Kelas VIII D MTs Pondok Pesantren As-Salam Naga Beralih Kabupaten Kampar. Tesis pada SPs UNP: Tidak diterbitkan.
Masterdac. (2012). Kecerdasan Visual Spasial. [Online].
http://www.duniaanakcerdas.com/kecerdasan-visual-spasial.html [04 Januari 2013].
Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable”
inDiagnostics Pretest Scores”. American Journal of Physics. Vol. 70 (12)
1259-1268.
McGee, M.F. (1979). Human Spatial Ability: Psychometric Studies and Environment: Genetic, Hormonal, and Neurological Influences. Psychological Bulletin, 5, halaman: 887-902.
(40)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mitchell, T.R., Hopper, H., Daniels, D., Falvy, J.G., & James, L. R., (1994), Predicting Self-efficacy and Performance During Skill Acquistion,
Journal of applied Pscychology, Vol. 79, No. 4, page. 506-507.
Mohler, J.L. (2008). “A Review of Spatial Ability Research”. Enginering Design
Graphics Journal. 72 (3), 19-30.
Muabuai, Y. (2011). Pembelajaran Geometri Melalui Model Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) Berbasis Program Cabri Geometry Ii Plus dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan.
Mustofa, A. (2010). Program Wingeom. [Online].
http://www.smpn7bgr.com/?ttg=idg&ll=109&hk=1&guru=Ahmad%20 Mustofa&jdl=Program%20Wingeom.html [04/03/2013]
National Academy of Science (2006). Learning to Think Spatially. Washington DC: The National Academics Press.
Nur, H. (2012). Hubungan antara Self-efficacy dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa MTs Al-Islamiyah Srengseng Jakarta Barat. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan
Nurfayziah, P. (2012). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Self-efficacy Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Model CORE. Tesis Pada SPs UPI: Tidak diterbitkan
Pajares, F. (2002). Overview of Social Cognitive Theory and of Self-Efficacy. [online]. Tersedia: http://www.emory.edu/education/mfp/eff.html Piaget, J.,& Inhelder, B.I. (1971). Mental Imagery in Child. New York: Basic
Books.
Puspendik. (2012). Survei Internasional PISA. [Online]. Tersedia: http://litbangkemdiknas.net. [10 Januari 2013].
Puspendik. (2012). Survei Internasional TIMMS. [Online]. Tersedia: http://litbangkemdiknas.net. [10 Januari 2013].
(41)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Putra, H.D. (2011). Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI Berbantuan Wingeom untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi dan Generalisasi Matematis Siswa SMP. Tesis UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Rahman, B. (2012). Pembelajaran Geometri dengan Wingeom untuk Meningkatkan Kemampuan Spasial dan Penalaran Matematis Siswa. Tesis Pada SPs UPI: Tidak diterbitkan
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk MeningkatkanCBSA. Bandung: Tarsito.
_____________. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung : IKIP Press
___________. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang NoneksaktaLainnya. Bandung: Tarsito
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Bandung: PT.Rajagrafindo Persada.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran: Berbasis Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Savage, T.V.,& David G.A. (1996). Effective Teaching in Elementary Social Studies. Third Edition. New Jersey Prentice-Hall Inc.
Schunk, D.H., (1990), Introduction to the Section on Motivation and Efficacy,
Journal of Educational Psychology, 82 (1), page. 3-6.
Schunk, D.H., (1991), Self-Efficacy and Academic Motivation, Educational Pscychologist, 26 (3&4), page. 207-231.
Sherman, J.A. (1980). “Mathematics, Spatial Visualization, and Related Factors: Changes in Girl and Boys grade 8-11”. Journal of Educational Psychology, 72, halaman: 476-482
(42)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Slavin, R.E.(1995). Cooperative Learning Theory Reseach and Practise, Ally and Bacon , Boston.
Slavin, R.E. (2010). Cooperative Learning: Teori, Risetdan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Staples, D.S., John, S.H., & Christopher A.H. (1998), Journal of Computer-Mediated Communication, Vol. 3, No. 4, page. 4-5
Sudrajat, D. (2008). Program Pengembangan Self-Efficacy Bagi Konselor di SMA Negeri Se-Kota Bandung. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan.
Subiyanto. (1988). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta.
Suherman, E., Turmudi., Suryadi, D., Herman, T., Suhendra., Prabawanto, S., Nurjanah., & Roahayati, A. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer. Bandung: Kurikulum Laboratorium JICA FPMIPA-UPI. Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: STIKIP Garut
Press
Suprijono, A. (2009).Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surapranata, S. (2009). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suwaji, U.T. (2008). Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika.Permasalahan Pembelajaran Geometri Ruang SMP dan Alternatif Pemecahannya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.
(43)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suwarni. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Matematika Berbantuan Wingeom. Tesis UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Tambunan, S.M. (2006). “Hubungan antara Kemampuan Spasial dengan Kecerdasan Prestasi Belajar Matematika”. Makara, Sosial Humaniora,
Vol. 10, No. 1, 27-32.
Thomas, O.J., & Holton, D. (2003). “Technology as a Tool for Teaching
Undergraduate Mathematics”. Second International Handbook of
Mathematics Education. 347-390.
Trianto. (2007).Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.
Wardhani, S., & Rumiati. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Kemendiknas. PPPPTK.
Widianto & Rofiah. (2012). Pentingnya Kecerdasan Spasial dalam Pembelajaran Geometri. [Online].
http://rendikwidiyanto.wordpress.com/ [03 Februari 2013].
Wilson, S., & Janes, D.P. (2008). Mathematical Self-Efficacy: How Constructivist Philosophies Improve Self-Efficacy. [Online]. Tersedia: http:// www. scribd.com/ doc/ 17461111/Mathematical-self-efficacy-howconstructivist-philosophies-improve-selfefficscy. [15 Januari 2013] Yamin, M. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP)
Press.
Wihatma (2004). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SLTP Melalui Cooperative Learning Tipe STAD. Tesis pada PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(44)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
(1)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jiang, Z. (2007). “ The Dynamic Geometry Software as an Effective Learning and Teaching Tool”. The Electronic Journal of Mathematics and Technology. 1(3).
Kariadinata, R. (2010). “Kemampuan Visualisasi Geometri Spasial Siswa
Madrasah Aliyah Negeri (Man) Kelas X Melalui Software
Pembelajaran Mandiri”. Jurnal EDUMAT. 1(2).
Kusumah, Y.S. (2008). Pengembangan Model Computer Based E-learning untuk Meningkatkan High-Order Mathematical Thinking Siswa SMA. Usul penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. Bandung: tidak diterbitkan.
Lee, C., & Bobko, P. (1994).“Self Efficacy Beliefs: Comparasion of Five Measures”.Journal of Applied Psychology. Vol. 79. no. 6, page. 819-825.
Lohman, D.F., (1993). Spatial Ability and G. Paper Presented at the first Spearman Seminar, University of Plymouth.
Mahardikawati, D. (2011). Hubungan antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Siswa.Skripsi pada UPI: Tidak diterbitkan
Mardiah. (2012). Peningkatan Keterampilan Menulis Berita melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW Siswa Kelas VIII D MTs Pondok Pesantren As-Salam Naga Beralih Kabupaten Kampar. Tesis pada SPs UNP: Tidak diterbitkan.
Masterdac. (2012). Kecerdasan Visual Spasial. [Online]. http://www.duniaanakcerdas.com/kecerdasan-visual-spasial.html [04 Januari 2013].
Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” inDiagnostics Pretest Scores”. American Journal of Physics. Vol. 70 (12) 1259-1268.
McGee, M.F. (1979). Human Spatial Ability: Psychometric Studies and Environment: Genetic, Hormonal, and Neurological Influences. Psychological Bulletin, 5, halaman: 887-902.
(2)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mitchell, T.R., Hopper, H., Daniels, D., Falvy, J.G., & James, L. R., (1994), Predicting Self-efficacy and Performance During Skill Acquistion, Journal of applied Pscychology, Vol. 79, No. 4, page. 506-507.
Mohler, J.L. (2008). “A Review of Spatial Ability Research”. Enginering Design Graphics Journal. 72 (3), 19-30.
Muabuai, Y. (2011). Pembelajaran Geometri Melalui Model Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) Berbasis Program Cabri Geometry Ii Plus dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan.
Mustofa, A. (2010). Program Wingeom. [Online].
http://www.smpn7bgr.com/?ttg=idg&ll=109&hk=1&guru=Ahmad%20 Mustofa&jdl=Program%20Wingeom.html [04/03/2013]
National Academy of Science (2006). Learning to Think Spatially. Washington DC: The National Academics Press.
Nur, H. (2012). Hubungan antara Self-efficacy dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa MTs Al-Islamiyah Srengseng Jakarta Barat. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan
Nurfayziah, P. (2012). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Self-efficacy Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Model CORE. Tesis Pada SPs UPI: Tidak diterbitkan
Pajares, F. (2002). Overview of Social Cognitive Theory and of Self-Efficacy. [online]. Tersedia: http://www.emory.edu/education/mfp/eff.html
Piaget, J.,& Inhelder, B.I. (1971). Mental Imagery in Child. New York: Basic Books.
Puspendik. (2012). Survei Internasional PISA. [Online]. Tersedia: http://litbangkemdiknas.net. [10 Januari 2013].
Puspendik. (2012). Survei Internasional TIMMS. [Online]. Tersedia: http://litbangkemdiknas.net. [10 Januari 2013].
(3)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Putra, H.D. (2011). Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI Berbantuan Wingeom untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi dan Generalisasi Matematis Siswa SMP. Tesis UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Rahman, B. (2012). Pembelajaran Geometri dengan Wingeom untuk Meningkatkan Kemampuan Spasial dan Penalaran Matematis Siswa. Tesis Pada SPs UPI: Tidak diterbitkan
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk MeningkatkanCBSA. Bandung: Tarsito.
_____________. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung : IKIP Press
___________. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang NoneksaktaLainnya. Bandung: Tarsito
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Bandung: PT.Rajagrafindo Persada.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran: Berbasis Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Savage, T.V.,& David G.A. (1996). Effective Teaching in Elementary Social Studies. Third Edition. New Jersey Prentice-Hall Inc.
Schunk, D.H., (1990), Introduction to the Section on Motivation and Efficacy, Journal of Educational Psychology, 82 (1), page. 3-6.
Schunk, D.H., (1991), Self-Efficacy and Academic Motivation, Educational Pscychologist, 26 (3&4), page. 207-231.
Sherman, J.A. (1980). “Mathematics, Spatial Visualization, and Related Factors: Changes in Girl and Boys grade 8-11”. Journal of Educational Psychology, 72, halaman: 476-482
(4)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Slavin, R.E.(1995). Cooperative Learning Theory Reseach and Practise, Ally and Bacon , Boston.
Slavin, R.E. (2010). Cooperative Learning: Teori, Risetdan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Staples, D.S., John, S.H., & Christopher A.H. (1998), Journal of Computer-Mediated Communication, Vol. 3, No. 4, page. 4-5
Sudrajat, D. (2008). Program Pengembangan Self-Efficacy Bagi Konselor di SMA Negeri Se-Kota Bandung. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan.
Subiyanto. (1988). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta.
Suherman, E., Turmudi., Suryadi, D., Herman, T., Suhendra., Prabawanto, S., Nurjanah., & Roahayati, A. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer. Bandung: Kurikulum Laboratorium JICA FPMIPA-UPI.
Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: STIKIP Garut Press
Suprijono, A. (2009).Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surapranata, S. (2009). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suwaji, U.T. (2008). Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika.Permasalahan Pembelajaran Geometri Ruang SMP dan Alternatif Pemecahannya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.
(5)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suwarni. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Matematika Berbantuan Wingeom. Tesis UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Tambunan, S.M. (2006). “Hubungan antara Kemampuan Spasial dengan
Kecerdasan Prestasi Belajar Matematika”. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 10, No. 1, 27-32.
Thomas, O.J., & Holton, D. (2003). “Technology as a Tool for Teaching
Undergraduate Mathematics”. Second International Handbook of Mathematics Education. 347-390.
Trianto. (2007).Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.
Wardhani, S., & Rumiati. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Kemendiknas. PPPPTK.
Widianto & Rofiah. (2012). Pentingnya Kecerdasan Spasial dalam Pembelajaran Geometri. [Online].
http://rendikwidiyanto.wordpress.com/ [03 Februari 2013].
Wilson, S., & Janes, D.P. (2008). Mathematical Self-Efficacy: How Constructivist Philosophies Improve Self-Efficacy. [Online]. Tersedia: http:// www. scribd.com/ doc/ 17461111/Mathematical-self-efficacy-howconstructivist-philosophies-improve-selfefficscy. [15 Januari 2013]
Yamin, M. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Wihatma (2004). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SLTP Melalui Cooperative Learning Tipe STAD. Tesis pada PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
(6)
Arcat, 2013
Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom