PENGARUH PERSEPSI, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK MEMILIH PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS).

(1)

Yetti Agisti, 2013

PENGARUH PERSEPSI, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK

PENGARUH PERSEPSI, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN

SOSIAL TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK MEMILIH

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

(

Survey pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh YETTI AGISTI

0808418

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Yetti Agisti, 2013

Pengaruh Persepsi, Motivasi, dan Lingkungan Sosial terhadap

Minat Peserta Didik Memilih Program Studi

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

(

Survey pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh Yetti Agisti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Yetti Agisti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Yetti Agisti, 2013

PENGARUH PERSEPSI, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PERSEPSI, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK MEMILIH PROGRAM STUDI

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

(Survey pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

Bandung, Oktober 2013

Skripsi ini disetujui oleh :

Pembimbing I

Dra. Neti Budiwati, M. Si.

NIP. 19630221 198703 2 001

Pembimbing II

Leni Permana, S. Pd. M. Pd.

NIP. 19760318 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

UPI Bandung

DR. Ikaputera Waspada, MM. NIP. 19610420 198703 1 002


(4)

ABSTRAK

Yetti Agisti (2013). Pengaruh Persepsi, Motivasi, dan Lingkungan Sosial Terhadap Minat Peserta Didik Memilih Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) (Survey pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013). Dibawah bimbingan Dra. Hj. Neti Budiwati, M. Si. dan Leni Permana, S. Pd., M. Pd.

Penelitian ini berangkat dari rendahnya minat peserta didik memilih program studi IPS. Hal tersebut terlihat dari jumlah peserta didik pada program studi IPA lebih banyak dibandingkan jumlah peserta didik program studi IPS. Faktor yang diduga mempengaruhi minat peserta didik memilih program studi IPS adalah persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu metode penelitian yang mengumpulkan informasi atau data dari sejumlah responden atau sampel dalam penelitian. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 386 responden dari 7 SMA Negeri di Kota Bandung, dengan angket sebagai alat atau instrumen pengumpul data. Sedangkan untuk menganalisis data dan menguji hipotesis digunakan statistik parametrik dengan bantuan program aplikasi IBM SPSS 20.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara simultan (uji F) maupun secara parsial (uji t) persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan minat peserta didik dalam memilih program studi IPS berada pada kategori tinggi, ditunjukkan oleh persepsi peserta didik pada program studi IPS yang berada pada kategori tinggi, motivasi peserta didik yang berada pada kategori tinggi, dan lingkungan sosial peserta didik yang berada pada kategori kondusif.

Oleh karena itu, diperlukan kerja sama semua pihak baik peserta didik, orang tua, sekolah, maupun teman sebaya untuk membangun persepsi positif, motivasi tinggi, dan lingkungan sosial kondusif agar meningkatkan minat peserta didik memilih program studi IPS.


(5)

ABSTRACT

Agisti, Yetti (2013). Influence of Perception, Motivation, and Social Environment on Student Interest in Choosing Social Science Program (Survey on Student X-Class of all Senior High School in Bandung City Academic Year 2012-2013). Under guidance of Dra. Hj. Neti Budiwati, M. Si. and Leni Permana, S. Pd., M.Pd.

This research departs from the low student interest in choosing social program. This is evident from the number of student in science program more than the number of student in social science program. Research indicates that perception, motivation, and social environment has the potential to influence it.

The method of this research is survey method, that collect information or data from respondent or sample in the research. This research takes 386 respondent as sample from seven senior high school in Bandung City, with questionnaire as a tool for collecting data or research instrument. Data were processed and analyzed using parametric statistics with IBM SPSS 20 application program.

The results show that both simultaneously (F test) and partially (t test) perception, motivation, and social environment has a positive influence on student interest in choosing social science program. In addition, the results show that student interest in choosing social science program are in the high category. It indicated by perception of student to social science program that are in the high category, motivation of student are in the high category, and social environment of student are in conducive category.

Therefore, the cooperation of all parties, student, parents, school, and peers are necessary to build positive perception, high motivation, and conducive social environment for increase student interest in choosing social science program.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Persepsi ... 8

2.1.1.1 Pengertian Persepsi ... 8

2.1.1.2 Proses Terjadinya Persepsi ... 9

2.1.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 13

2.1.1.4 Cara Mengukur Persepsi ... 13

2.1.2 Motivasi ... 14

2.1.2.1 Pengertian Motivasi ... 14

2.1.2.2 Fungsi dan Tujuan Motivasi ... 15

2.1.2.3 Teori Motivasi ... 16

2.1.2.4 Proses Motivasi ... 18

2.1.2.5 Jenis-Jenis Motivasi ... 19

2.1.2.6 Cara Mengukur Motivasi ... 19

2.1.3 Lingkungan Sosial ... 20

2.1.3.1 Konsep Lingkungan Sosial ... 20

2.1.3.2 Lingkungan Keluarga ... 20

2.1.3.3 Lingkungan Sekolah... 23

2.1.3.4 Lingkungan Masyarakat (Lingkungan Teman Sebaya) ... 25

2.1.3.5 Cara Mengukur Lingkungan Sosial ... 27

2.1.4 Minat ... 27

2.1.4.1 Pengertian Minat ... 27

2.1.4.2 Perkembangan Minat ... 28

2.1.4.3 Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Minat ... 29

2.1.4.4 Jenis-Jenis Minat ... 30

2.1.4.5 Cara Mengukur Minat ... 30

2.1.5 Tinjauan Tentang Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 31


(7)

2.2 Kerangka Pemikiran ... 35

2.3 Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Metode Penelitian ... 42

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

3.2.1 Populasi ... 42

3.2.2 Sampel ... 44

3.2.2.1 Sampel Sekolah ... 44

3.2.2.2 Sampel Peserta Didik ... 46

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 47

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.5 Instrumen Penelitian ... 49

3.6 Uji Instrumen Penelitian ... 51

3.6.1 Uji Validitas Instrumen ... 51

3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 56

3.7 Prosedur Penelitian ... 58

3.8 Teknik Pengolahan Data ... 58

3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 61

3.9.1 Teknik Analisis Data ... 61

3.9.1.1 Transformasi Data melalui Method of Successive Interval (MSI) ... 61

3.9.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 61

3.9.1.2.1 Uji Normalitas ... 62

3.9.1.2.2 Uji Multikolinearitas... 62

3.9.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 63

3.9.1.2.4 Uji Autokorelasi ... 64

3.9.1.3 Uji Regresi Linier Berganda ... 65

3.9.2 Pengujian Hipotesis ... 65

3.9.2.1 Uji Parsial (Uji t) ... 66

3.9.2.2 Uji Simultan (Uji F) ... 68

3.9.2.3 Uji Koefisien Determinasi... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

4.1 Hasil Penelitian ... 70

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 70

4.1.2 Deskripsi Responden ... 71

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 72

4.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian ... 73

4.1.3.1 Persepsi ... 73

4.1.3.2 Motivasi ... 75

4.1.3.3 Lingkungan Sosial ... 76

4.1.3.3.1 Lingkungan Keluarga ... 76

4.1.3.3.2 Lingkungan Sekolah ... 78


(8)

4.1.3.3.4 Minat ... 81

4.1.4 Uji Asumsi Klasik ... 83

4.1.4.1 Uji Normalitas ... 83

4.1.4.2 Uji Multikolinearitas ... 84

4.1.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 84

4.1.4.4 Uji Autokorelasi ... 86

4.1.5 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 87

4.1.5.1 Analisis Data ... 87

4.1.5.1.1 Persamaan Regresi Linier Berganda ... 87

4.1.5.2 Pengujian Hipotesis ... 88

4.1.5.2.1 Uji Parsial (Uji t) ... 88

4.1.5.2.2 Uji Simultan (Uji F) ... 89

4.1.5.2.3 Uji Koefisien Determinasi ... 90

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

4.2.1 Pengaruh Persepsi terhadap Minat Peserta Didik Memilih Program Studi IPS ... 91

4.2.2 Pengaruh Motivasi terhadap Minat Peserta Didik Memilih Program Studi IPS ... 93

4.2.3 Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Minat Peserta Didik Memilih Program Studi IPS ... 95

4.2.4 Pengaruh Persepsi, Motivasi, dan Lingkungan Sosial terhadap Minat Peserta Didik Memilih Program Studi IPS ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1 Kesimpulan ... 98

5.2 Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Yetti Agisti, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang posisi sentral dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Hal tersebut dikarenakan pendidikan merupakan human investment yang berperan dalam kelancaran pembangunan dan kemajuan suatu negara. Selain itu, pendidikan juga mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul yang memiliki kesiapan dalam menghadapi era globalisasi. Oleh karena itu, pendidikan sudah sewajarnya menjadi prioritas utama dalam pembangunan.

Pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan nasional telah membuat regulasi serta kebijakan untuk pelaksanaan pendidikan nasional agar berjalan dengan baik. Salah satu upaya yang dilakukan agar proses pendidikan berjalan lebih optimal adalah diselenggarakannya program penjurusan yang bertujuan memfasilitasi kebutuhan pembelajaran serta kompetensi yang diperlukan peserta didik. Penjurusan mulai dilaksanakan pada jenjang pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, dan MAK, atau bentuk lain yang sederajat) dalam bentuk program studi. Dalam Pasal 79 ayat 2 PP RI No. 17 Tahun 2010, program studi yang diselenggarakan khusus di SMA dan MA terdiri atas: Program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Program studi Bahasa, Program studi Keagamaan, dan Program studi lain yang diperlukan masyarakat.

Pelaksanaan penjurusan pada tingkat pendidikan menengah saat ini dihadapkan pada sebuah permasalahan, yaitu adanya fenomena peserta didik menganggap salah satu program studi lebih unggul dibandingkan program studi lainnya yang pada akhirnya dapat mengaburkan tujuan dari diselenggarakannya penjurusan itu sendiri. Program studi IPA dianggap lebih unggul dan menjanjikan dibandingkan program studi IPS, sehingga program studi IPA lebih diminati daripada program studi IPS. Seperti yang dikemukakan oleh Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Iwan Pranoto yang menegaskan bahwa “dewasa ini


(10)

2

telah terjadi pendewaan IPA dalam minat pendidikan masyarakat” (www.metrotvnews.com). Selain itu, praktisi pendidikan yang juga sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar menjelaskan masyarakat menganggap program studi IPA lebih menjanjikan dibandingkan program studi IPS berdasarkan lima alasan. Pertama, memilih program studi IPA lebih hebat (keren). Kedua, lebih mudah melanjutkan pendidikan ke universitas. Ketiga, IPA menjanjikan masa depan. Keempat, peserta didik yang memilih IPS dikategorikan berkemampuan rendah. Kelima, orang tua dan peserta didik memandang rendah program studi IPS (www.metrotvnews.com).

Fenomena tersebut dapat menjadikan IPS seolah termarjinalisasikan. Program studi IPS dicitrakan negatif dan tidak memiliki keunggulan oleh masyarakat, padahal program studi IPS memiliki kelebihan tersendiri sama hal nya dengan program studi IPA. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Somantri (2001: 86) yaitu :

“program studi IPS melalui pendidikan IPS didalamnya memberikan

sumbangan dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia di masa depan diantaranya ialah ikut meningkatkan mutu manusia Indonesia agar mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap cita-cita luhur bangsa, memiliki keterampilan memecahkan masalah sosial tepat dan bertanggung jawab, mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan berbagai pekerjaan, mensenafaskan keimanan, ketaqwaan, dan kebudayaan”.

Di Kota Bandung terdapat 136 SMA, yang terdiri dari 27 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan 109 SMA Swasta. SMA di Kota Bandung tersebar di 6 wilayah kota, yaitu: Tegallega, Karees, Cibeunying, Bojonegara, Gedebage dan Ujung Berung. SMA Negeri di Kota Bandung pada umumnya lebih banyak menyelenggarakan program studi IPA dibandingkan program studi IPS dan Bahasa, yaitu sebanyak 25 SMA Negeri (kecuali SMA Negeri 25 Bandung). Dalam hal ini berarti sebanyak 96 % SMA Negeri di Kota Bandung lebih banyak menyelenggarakan program studi IPA dibandingkan IPS. Hal ini bertolak belakang dengan SMA Swasta di Kota Bandung yang lebih banyak menyelenggarakan program studi IPS dibandingkan program studi lainnya, yaitu sebanyak 74 SMA Swasta dari total 109 SMA Swasta dan bahkan sebanyak 16


(11)

Yetti Agisti, 2013

SMA Swasta hanya menyelenggarakan program studi IPS saja (Misalnya SMA Pasundan 5, SMA Pasundan 8, dan SMA Rajawali).

Berikut ini tabel yang menunjukkan jumlah peserta didik antara program studi IPA dan program studi IPS di SMA Negeri Se- Kota Bandung, dimana program studi IPA lebih diminati peserta didik dibandingkan program studi IPS.

Tabel 1

Jumlah Peserta Didik Program Studi IPA dan IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013

No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Total

IPA % IPS %

1 SMA Negeri 1 Bandung 519 71,10 211 28,90 730 2 SMA Negeri 2 Bandung 755 83,52 149 16,48 904 3 SMA Negeri 3 Bandung 623 95,55 29 4,45 652 4 SMA Negeri 4 Bandung 576 80,67 138 19,33 714 5 SMA Negeri 5 Bandung 627 81,96 138 18,04 765 6 SMA Negeri 6 Bandung 459 65,01 247 34,99 706 7 SMA Negeri 7 Bandung 419 63,48 241 36,52 660 8 SMA Negeri 8 Bandung 814 82,64 171 17,36 985 9 SMA Negeri 9 Bandung 505 61,51 316 38,49 821 10 SMA Negeri 10 Bandung 453 53,42 395 46,58 848 11 SMA Negeri 11 Bandung 449 53,26 394 46,74 843 12 SMA Negeri 12 Bandung 431 61,84 266 38,16 697 13 SMA Negeri 13 Bandung 333 50,53 326 49,47 659 14 SMA Negeri 14 Bandung 399 62,54 239 37,46 638 15 SMA Negeri 15 Bandung 422 53,62 365 46,38 787 16 SMA Negeri 16 Bandung 614 59,55 417 40,44 1031 17 SMA Negeri 17 Bandung 357 55,52 286 44,48 643 18 SMA Negeri 18 Bandung 410 57,91 298 42,09 708 19 SMA Negeri 19 Bandung 407 61,67 253 38,33 660 20 SMA Negeri 20 Bandung 468 70,91 192 29,09 660 21 SMA Negeri 21 Bandung 302 50,33 298 49,66 600 22 SMA Negeri 22 Bandung 484 57,96 351 42,04 835 23 SMA Negeri 23 Bandung 479 63,61 274 36,39 753 24 SMA Negeri 24 Bandung 470 66,86 233 33,14 703 25 SMA Negeri 25 Bandung 254 39,26 393 60,74 647 26 SMA Negeri 26 Bandung 276 63,59 158 36,41 434 27 SMA Negeri 27 Bandung 303 61,09 193 38,91 496

Jumlah Peserta didik 12608 6971 19579


(12)

4

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa 19.579 peserta didik SMA Negeri se- Kota Bandung dari total peserta didik sebanyak 12.608 peserta didik berada pada program studi IPA dan sisanya sebanyak 6.971 peserta didik berada pada program studi IPS. Hal ini dapat merepresentasikan minat peserta didik untuk memilih atau masuk program studi IPS lebih rendah dibandingkan program studi IPA. Dari tabel di atas diketahui sebesar 64,39% peserta didik SMA Negeri se- Kota Bandung lebih memilih masuk program studi IPA dibandingkan program studi IPS yang hanya sebesar 35,61%. Bahkan di SMA Negeri 3 Bandung, dari total peserta didik kelas X tahun ajaran 2012-2013 sebanyak 652 orang, hanya 29 orang peserta didik yang masuk atau memilih program studi IPS dan sisanya sebanyak 623 orang masuk atau memilih program studi IPA. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sebesar 95,55% peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Bandung memilih program studi IPA dan sisanya sebesar 4,45% memilih program studi IPS.

Minat peserta didik yang rendah dalam memilih program studi IPS dalam penelitian ini diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial. Saleh dan Wahab (2004: 263) menerangkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi minat seseorang terhadap sesuatu, yaitu :

1) Faktor intern atau faktor dari dalam individu yang bersangkutan. Contohnya : bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman/persepsi, motivasi, serta kepribadian. 2) Faktor ekstern atau faktor dari luar individu yang bersangkutan. Contohnya :

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat.

Teori perspektif dari Copeland menjelaskan bahwa sikap manusia, emosi, dan keadaan internal dipengaruhi oleh hasil kesimpulan dari pengamatan perilaku mereka sendiri, yang pada akhirnya memotivasi minat untuk memenuhi kebutuhan (http://digital.lib.itb.ac.id). Maka bila disimpulkan persepsi merupakan sikap yang dapat memotivasi minat atau dengan kata lain minat dipengaruhi oleh persepsi. Jika persepsi peserta didik terhadap program studi IPS baik atau bagus maka peserta didik pun akan memiliki minat yang tinggi untuk memilih program studi IPS, dan begitu pula sebaliknya. Dewasa ini, persepsi pada program studi IPS terbilang buruk. Berdasarkan penelitian Iis Muhibah pada tahun 2008 di salah


(13)

Yetti Agisti, 2013

satu SMA Negeri di Kota Bandung menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki persepsi lebih positif terhadap program studi IPS terbilang rendah, kecuali peserta didik yang telah masuk pada program studi IPS itu sendiri.

Guralnik (Sobur, 2003 : 267) mengemukakan bahwa ”motivasi merupakan perangsang dan dorongan dari dalam diri akan menyebabkan seseorang

melakukan sesuatu”. Dengan demikian adanya motivasi menyebabkan memiliki

minat untuk melakukan sesuatu. Adanya suatu tujuan atau cita-cita di bidang program studi IPS disertai dengan adanya motivasi belajar yang kuat, akan menimbulkan minat terhadap program studi IPS. Selain itu, menurut pandangan hedonisme, semua orang lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan atau kepuasan baginya. Oleh karena itu, seorang peserta didik akan memiliki dorongan atau motivasi untuk memilih program studi yang akan menimbulkan kepuasan baginya. Kepuasaan yang dimaksud berupa kepuasan dalam pencapaian tujuan atau cita-cita kedepannya dan pada akhirnya akan menimbulkan minat.

Selain itu, lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan minat individu. Dalyono (2009: 133)

mengemukakan bahwa “Lingkungan sosial merupakan semua orang/manusia lain

yang mempengaruhi kita”. Lingkungan sosial meliputi, lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat, yang dalam penelitian ini lebih ditekankan pada lingkungan teman sebaya. Lingkungan sosial akan berpengaruh terhadap minat individu, dalam hal ini minat peserta didik dalam memilih program studi IPS, seiring dengan fase perkembangan dan pertumbuhan yang dialami individu. Karena pada hakekatnya peserta didik dalam hal ini individu adalah sebagai makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan.

Baharuddin (2009: 68) menyatakan bahwa “sebagian ahli menyatakan bahwa

individu tidak berarti apa-apa tanpa adanya lingkungan yang mempengaruhinya”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Elza Septiana pada tahun 2011 menunjukkan bahwa lingkungan sosial berpengaruh positif dan signifikan secara parsial maupun simultan terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS.


(14)

6

Realita di atas menjadikan suatu permasalahan tersendiri yang sangat urgen untuk dikaji. Berangkat dari hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Persepsi, Motivasi, dan Lingkungan Sosial Terhadap Minat Peserta didik Memilih Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) (Survey pada Peserta didik Kelas X SMA Negeri Se- Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran umum persepsi, motivasi, lingkungan sosial, dan minat peserta didik memilih program studi IPS ?

2. Bagaimana pengaruh persepsi terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS ?

3. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS ?

4. Bagaimana pengaruh lingkungan sosial terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS ?

5. Bagaimana pengaruh persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui gambaran umum persepsi, motivasi, lingkungan sosial, dan minat peserta didik memilih program studi IPS

2. Mengetahui pengaruh persepsi terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS

3. Mengetahui pengaruh motivasi terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS


(15)

Yetti Agisti, 2013

4. Mengetahui pengaruh lingkungan sosial terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS

5. Mengetahui pengaruh persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu :

1) Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan, terkait faktor-faktor yang mempengaruhi minat peserta didik memilih program studi IPS.

2) Secara praktis

1. Bagi guru, mendorong guru dan pihak bimbingan konseling (BK) sekolah untuk mampu memberikan arahan bagi setiap peserta didik dalam rangka memilih program studi IPS.

2. Bagi peserta didik, mendorong peserta didik untuk memilih program studi secara tepat, penuh pertimbangan dan tidak asal-asalan.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan sekolah khususnya dalam hal kebijakan penjurusan.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sugiyono (2011: 3) mengartikan metode penelitian sebagai “cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Nazir (2003:56) mengemukakan bahwa:

Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel.

Menurut Sukmadinata (2008: 54-55) terdapat tiga karakteristik utama dari survei yaitu:

1) Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti: kemampuan, sikap, kepercayaan, dan pengetahuan dari populasi.

2) Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis walaupun bisa juga lisan) dari suatu populasi.

3) Informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.

Metode penelitian survey dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan informasi atau data dari sejumlah responden atau sampel dalam penelitian. Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis, sehingga pada akhirnya diperoleh hasil serta kesimpulan dari penelitian.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi

Riduwan (2011: 54) mengatakan bahwa “populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu

berkaitan dengan masalah penelitian”. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.


(17)

Yetti Agisti, 2013

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran 2012-2013 yang berjumlah 10.636 orang. Adapun rincian dari populasi penelitian dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 3.1

Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013

No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah

Total Laki-laki Perempuan

1 SMA NEGERI 1 192 218 410

2 SMA NEGERI 2 201 247 448

3 SMA NEGERI 3 146 144 290

4 SMA NEGERI 4 193 310 503

5 SMA NEGERI 5 140 184 324

6 SMA NEGERI 6 186 200 386

7 SMA NEGERI 7 175 195 370

8 SMA NEGERI 8 248 234 482

9 SMA NEGERI 9 187 219 406

10 SMA NEGERI 10 200 242 442

11 SMA NEGERI 11 198 269 467

12 SMA NEGERI 12 125 197 322

13 SMA NEGERI 13 145 192 337

14 SMA NEGERI 14 134 170 304

15 SMA NEGERI 15 167 195 362

16 SMA NEGERI 16 282 292 574

17 SMA NEGERI 17 148 224 372

18 SMA NEGERI 18 270 196 466

19 SMA NEGERI 19 186 195 381

20 SMA NEGERI 20 212 184 396

21 SMA NEGERI 21 155 164 319

22 SMA NEGERI 22 250 227 477

23 SMA NEGERI 23 168 217 385

24 SMA NEGERI 24 119 204 323

25 SMA NEGERI 25 207 168 375

26 SMA NEGERI 26 120 148 268

27 SMA NEGERI 27 237 210 447

JUMLAH 4.992 5.644 10.636


(18)

44

3.2.2 Sampel

Sugiyono (2011: 118) memberikan pengertian bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi”.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik proportionate stratified random sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan untuk populasi yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Teknik pengambilan sampel yang diambil bertujuan agar dapat menggambarkan secara tepat sifat populasi yang heterogen dan dilakukan dalam beberapa tahap.

3.2.2.1 Sampel Sekolah

SMA Negeri yang ada di Kota Bandung dapat diklasifikasikan kedalam tiga kluster (berdasarkan passing grade input, kualitas lulusan, sarana, prasarana, kualitas guru, dan sebagainya). Penentuan sampel sekolah dari populasi sekolah yang berjumlah 27 sekolah diambil melalui metode persentase. Hal ini didasarkan atas pendapat Arikunto (2010: 134) sebagai berikut:

Jika jumlah subjek populasi besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut dari banyak sedikitnya data

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti

Berdasarkan pada pendapat diatas, maka dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 25 %, sehingga sampel sekolah yang diambil adalah sebanyak 25 % x 27 = 6,75 dibulatkan menjadi 7 sekolah. Penentuan sampel sekolah, diambil berdasarkan kluster SMA Negeri di Kota Bandung dengan pemilihan sekolah setiap kluster dipilih secara acak dengan sistem diundi. Untuk jumlah sampel sekolah ditiap kluster dihitung melalui rumus sederhana alokasi proporsional yaitu :

n N N

n i

i  .

Keterangan :

ni = jumlah sampel menurut stratum Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah sampel seluruhnya n = jumlah populasi seluruhnya


(19)

Yetti Agisti, 2013

SMA N 19 Bandung Dari rumus tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Jumlah sekolah sampel kluster 1 = 7 : 27 x 7 = 1,81 ≈ 2 sekolah 2) Jumlah sekolah sampel kluster 2 = 6 : 27 x 7 = 1,55 ≈ 1 sekolah 3) Jumlah sekolah sampel kluster 3 = 14 : 27 x 7 = 3,63 ≈ 4 sekolah

Jadi, jumlah sampel sekolah kluster 1 yang diambil sebanyak 2 sekolah, sekolah kluster 2 sebanyak 1 sekolah, dan sekolah kluster 3 sebanyak 4 sekolah.

Tabel 3.2 Sampel Sekolah

Berdasarkan Kluster SMA Negeri di Kota Bandung

KLUSTER POPULASI SEKOLAH SAMPEL SEKOLAH

1

SMA Negeri 2 Bandung

SMA N 3 Bandung SMA N 4 Bandung SMA Negeri 3 Bandung

SMA Negeri 4 Bandung SMA Negeri 5 Bandung SMA Negeri 8 Bandung SMA Negeri 11 Bandung SMA Negeri 24 Bandung

2

SMA Negeri 1 Bandung SMA Negeri 6 Bandung

SMA Negeri 7 Bandung SMA N 6 Bandung

SMA Negeri 9 Bandung

SMA Negeri 20 Bandung

SMA Negeri 22 Bandung

3

SMA Negeri 10 Bandung SMA Negeri 12 Bandung SMA Negeri 13 Bandung SMA Negeri 14 Bandung SMA Negeri 15 Bandung

SMA Negeri 16 Bandung SMA N 14 Bandung SMA Negeri 17 Bandung SMA N 15 Bandung SMA Negeri 18 Bandung SMA N 17 Bandung SMA Negeri 19 Bandung

SMA Negeri 21 Bandung SMA Negeri 23 Bandung SMA Negeri 25 Bandung SMA Negeri 26 Bandung SMA Negeri 27 Bandung


(20)

46

3.2.2.2 Sampel Peserta Didik

Setelah diperoleh sampel sekolah maka langkah selanjutnya adalah menentukan sampel peserta didik pada setiap sampel sekolah. Penentuan jumlah sampel peserta didik dilakukan melalui perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = Presisi yang ditetapkan

Dengan menggunakan rumus diatas didapat sampel peserta didik sebagai berikut:

1 . 2 

d N N n 1 ) 05 , 0 .( 636 . 10 636 . 10 2   n 1 ) 0025 , 0 ).( 636 . 10 ( 636 . 10   n 59 , 27 636 . 10  n 386 5 , 385   n

Dari perhitungan diatas, maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah 386 orang.

Sedangkan jumlah sampel peserta didik di tiap sekolah dilakukan secara proporsional seperti halnya dalam mengambil jumlah sampel sekolah, dimana memakai rumusan alokasi proportional yaitu :

n

N

N

n

i

i

.

Keterangan :

ni = jumlah sampel menurut stratum N = jumlah sampel seluruhnya

Ni = jumlah populasi menurut stratum n = jumlah populasi seluruhnya

(Riduwan, 2011: 66)

1 . 2 

d N N n Q TC AC


(21)

Yetti Agisti, 2013

Sampel peserta didik di setiap sampel sekolah diambil secara acak di setiap kelas yang berbeda. Berikut ini hasil perhitungan jumlah sampel peserta didik di setiap sampel sekolah.

Tabel 3.3

Sampel Peserta Didik Kelas X

Sampel Sekolah Jumlah Peserta Didik Sampel Peserta didik

SMA N 3 Bandung 290 290/2598 x 386 = 43,09 ≈ 43

SMA N 4 Bandung 503 503/2598 x 386 = 74,73 ≈ 75

SMA N 6 Bandung 386 386/2598 x 386 = 57,35 ≈ 57

SMA N 14 Bandung 304 304/2598 x 386 = 45,17 ≈ 45

SMA N 15 Bandung 362 362/2598 x 386 = 53,78 ≈ 54

SMA N 17 Bandung 372 372/2598 x 386 = 55,27 ≈ 55

SMA N 19 Bandung 381 381/2598 x 386 = 56,61 ≈ 57

Jumlah 2598 386

3.3 Definisi Operasional Variabel

Penulis membuat penjabaran konsep variabel penelitian yang dapat dijadikan pedoman dalam penelitian, untuk menghindari terjadinya kekeliruan di dalam menafsirkan permasalahan yang penulis teliti. Adapun bentuk operasionalisasinya yaitu :

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2004: 51) Persepsi (X1)

Jumlah skor persepsi dalam bentuk skala likert 5 poin dengan indikator :

1. Pengetahuan tentang program studi IPS

2. Pengalaman peserta didik terkait program studi IPS 3. Cakrawala berfikir peserta

didik mengenai program studi IPS

Responden

Motivasi adalah dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan

Motivasi (X2)

Jumlah skor motivasi dalam bentuk skala likert 5 poin dengan indikator :

1. Cita-cita


(22)

48

Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data

tertentu yang ingin dicapainya.

(Uno, 2012:8)

2.Keyakinan akan ketercapaian cita-cita dengan memilih program studi IPS

3.Kepercayaan akan hasil yang akan diperoleh dari memilih program studi IPS

4.Keyakinan akan daya tarik dari program studi IPS

5.Usaha untuk mempelajari IPS Lingkungan sosial,

ialah semua orang atau manusia lain yang mempenga-ruhi kita.

(Purwanto, 2010: 28)

Lingku-ngan Sosial

(X3)

Jumlah skor lingkungan sosial dalam bentuk skala likert 5 poin dengan indikator :

Lingkungan Keluarga

Orang tua :

1. Kondisi sosial ekonomi keluarga

2. Cara orang tua mendidik 3. Interaksi anak dengan orang

tua dan anggota keluarga lainnya (interaksi dalam rumah)

4. Fasilitas belajar yang disediakan orang tua

Lingkungan Sekolah

1. Sarana di sekolah 2. Kebijakan sekolah

3. Interaksi guru dengan peserta didik

4. Interaksi peserta didik dengan peserta didik

Lingkungan Masyarakat

1. Interaksi peserta didik dengan anggota masyarakat (teman sebaya)

Responden

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

(Syah, 2004: 136)

Minat (Y)

Jumlah skor minat dalam bentuk skala likert 5 poin dengan indikator :

1. Keinginan memilih program studi IPS

2. Kebanggaan bila memilih program studi IPS

3. Kepuasan pada pembelajaran IPS

4. Keinginan dan kesenangan mempelajari IPS.


(23)

Yetti Agisti, 2013

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Angket

Angket yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi sejumlah pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya. Kemudian dikumpulkan kembali untuk dianalisis dalam rangka menguji validitas dan reliabilitas angket.

Angket yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket mengenai persepsi, motivasi, lingkungan sosial, dan minat peserta didik dalam memilih program studi IPS. Pernyataan disusun dalam bentuk angket tertutup (angket berstruktur), yaitu angket yang disajikan dengan bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dari daftar pernyataan yang sudah disiapkan. Pertanyaan yang dikembangkan atas dasar definisi operasional dari masing-masing aspek yang terdapat dalam setiap variabel yang akan diukur.

2. Studi literatur

Studi literatur adalah usaha pengumpulan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang berkaitan dengan masalah-masalah variabel yang diteliti baik dari buku, karya ilmiah berupa skripsi, tesis, dan sejenisnya, artikel, jurnal, dan lain-lain.

3.5 Instrumen Penelitian

Arikunto (2010: 149) menyatakan bahwa “instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian dengan menggunakan sesuatu metode”. Dalam suatu penelitian, instrumen penelitian mempunyai peran sebagai alat atau fasilitas yang digunakan dalam mengumpulkan data, agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah instrumen non-test berupa angket atau kuesioner. Menurut Riduwan (2011:


(24)

50

respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Angket dalam penelitian ini terdiri dari angket mengenai persepsi, motivasi, lingkungan sosial, dan minat peserta didik dalam memilih program studi IPS.

Angket yang digunakan adalah angket tertutup (angket berstruktur). Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan, dimana sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Angket tertutup dalam penelitian ini berisikan sejumlah pernyataan dengan menggunakan skala pengukuran yaitu skala Likert.

Riduwan (2011: 87) menyatakan bahwa “skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang

kejadian atau gejala sosial”. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala Likert dengan 5 alternatif jawaban yang berarah positif dan negatif. Berikut ini tabel skor setiap alternatif jawaban sebagai berikut :

Tabel 3.5

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Pernyataan

Skor Lima Pilihan Alternatif Jawaban

SS/SM S/M RR TS/TM STS/

STM

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

Keterangan :

SS/SM = Sangat Setuju/Sangat Memadai

S/M = Setuju/Memadai

RR = Ragu-Ragu

TS/TM = Tidak Setuju/Tidak Memadai

STS/STM = Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Memadai

Angket yang dipilih sebagai instrumen penelitian disusun secara cermat, teliti, dan setepat mungkin guna menghasilkan data yang akurat untuk penelitian. Adapun langkah-langkah penyusunan angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan pembuatan angket, menentukan variabel, dan menentukan objek yang menjadi responden penelitian.


(25)

Yetti Agisti, 2013

c. Penulisan butir soal atau item pernyataan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

d. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan surat pengantar, petunjuk pengisian angket, dan sebagainya.

e. Pelaksanaan uji coba instrumen.

f. Penganalisaan hasil, berupa menghitung serta menganalisis validitas dan realibilitas item, dan sebagainya.

g. Mengadakan revisi terhadap item-item yang tidak valid atau tidak reliabel, sampai diperoleh item-item yang valid dan reliabel.

3.6 Uji Instrumen Penelitian

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian.

3.6.1 Uji Validitas Instrumen

Menurut Arikunto (2010: 211) “validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”. Pengujian validitas instrumen digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur atau instrumen dalam melakukan fungsinya. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur dan mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. “Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud” (Arikunto, 2010:

211-212). Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Pengujian validitas instrumen adalah untuk menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dan dengan apa yang kita yakini pengukurannya.


(26)

52

Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi Product Moment dari Pearson dengan bantuan program

Microsoft Excel 2010. Adapun rumus korelasi Product Moment adalah sebagai

berikut:

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi product moment dari Pearson X = Skor item

Y = Skor total

N = Jumlah responden

Selanjutnya dilakukan uji T, dimana karena subjek merupakan sampel besar, dimana N lebih besar dari 10, maka untuk melihat signifikansinya dilakukan dengan mendistribusikan rumus student t, yaitu:

) 1 ( ) 2 ( 2 r n r thit xy

  

Keterangan : thitung = Nilai t hitung

rxy = Koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden

Dengan kriteria : Jika thitung > ttabel, maka butir item valid dan signifikan.

Jika thitung < ttabel, maka butir item tidak valid dan tidak signifikan.

Dimana taraf signifikansi sebesar 5% atau  = 0,05 dan derajat kebebasan yaitu dk = n – 2.

Berikut ini hasil uji validitas instrumen dari variabel persepsi, motivasi, lingkungan sosial dam minat.

(Sudjana, 2005: 380)

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy          


(27)

Yetti Agisti, 2013

Tabel 3.6

Uji Validitas Angket Persepsi

No Item t hitung t tabel Keputusan

10 16,60 1,65 Valid

11 15,70 1,65 Valid

12 14,10 1,65 Valid

13 6,50 1,65 Valid

14 13,30 1,65 Valid

15 19,30 1,65 Valid

16 16,40 1,65 Valid

17 8,96 1,65 Valid

18 12,50 1,65 Valid

Sumber : Lampiran B.1

Berdasarkan tabel 3.6 menunjukkan nilai t hitung dari seluruh item angket persepsi lebih besar dari nilai t tabel (t hitung > t tabel) dengan α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pernyataan atau angket untuk persepsi dinyatakan valid. Hal ini berarti seluruh instrumen pernyataan persepsi menggambarkan aspek yang diukur.

Tabel 3.7

Uji Validitas Angket Motivasi

No Item t hitung t tabel Keputusan

19 20,10 1,65 Valid

20 24 1,65 Valid

21 22,68 1,65 Valid

22 13,59 1,65 Valid

23 15,69 1,65 Valid

24 9,03 1,65 Valid

25 19,50 1,65 Valid

26 8,84 1,65 Valid

27 14,50 1,65 Valid

28 9,68 1,65 Valid

29 25,10 1,65 Valid

30 14,70 1,65 Valid

31 15,90 1,65 Valid

32 18,60 1,65 Valid

33 6,94 1,65 Valid

34 16 1,65 Valid


(28)

54

Tabel 3.7 mengenai uji validitas angket motivasi menunjukkan bahwa seluruh instrumen pernyataan untuk motivasi dinyatakan valid dan berarti dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti. Hal ini dapat dilihat dari menunjukkan nilai t hitung dari seluruh item angket motivasi lebih besar dari nilai t tabel (t hitung > t tabel) dengan α = 0,05.

Tabel 3.8

Uji Validitas Angket Lingkungan Sosial

Lingkungan Keluarga Lingkungan Sekolah

No Item

t hitung t tabel Keputusan No

Item

t hitung t tabel Keputusan

1 14,07 1,65 Valid 47 7,47 1,65 Valid

2 13,37 1,65 Valid 48 8,88 1,65 Valid

3 11,17 1,65 Valid 49 9,35 1,65 Valid

4 8,45 1,65 Valid 50 9,36 1,65 Valid

5 12,18 1,65 Valid 51 8,93 1,65 Valid

6 11,65 1,65 Valid 52 10,91 1,65 Valid

7 9,78 1,65 Valid 53 10,78 1,65 Valid

8 9,45 1,65 Valid 54 17,28 1,65 Valid

9 9,86 1,65 Valid 55 13,02 1,65 Valid

35 6,59 1,65 Valid 56 9,80 1,65 Valid

36 6,87 1,65 Valid 57 12,94 1,65 Valid

37 6,98 1,65 Valid 58 13,82 1,65 Valid

38 7,49 1,65 Valid 59 17,53 1,65 Valid

39 8,50 1,65 Valid 60 13,09 1,65 Valid

40 7,69 1,65 Valid 61 6,05 1,65 Valid

41 9,45 1,65 Valid 62 14,69 1,65 Valid

42 8,50 1,65 Valid Lingkungan Teman Sebaya

43 13,92 1,65 Valid 63 16,93 1,65 Valid

44 12,83 1,65 Valid 64 23,00 1,65 Valid

45 6,19 1,65 Valid 65 20,46 1,65 Valid

46 11,32 1,65 Valid 66 11,61 1,65 Valid

67 8,29 1,65 Valid

Sumber : Lampiran B.1

Berdasarkan tabel 3.8 menunjukkan nilai t hitung dari seluruh item angket lingkungan sosial lebih besar dari nilai t tabel (t hitung > t tabel) dengan α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pernyataan atau


(29)

Yetti Agisti, 2013

angket untuk lingkungan sosial dinyatakan valid. Hal ini berarti seluruh instrumen pernyataan lingkungan sosial menggambarkan aspek yang diukur.

Tabel 3.9

Uji Validitas Angket Minat

No Item t hitung t tabel Keputusan

68 15,50 1,65 Valid

69 27,90 1,65 Valid

70 27,70 1,65 Valid

71 20,70 1,65 Valid

72 20 1,65 Valid

73 17,30 1,65 Valid

74 15,20 1,65 Valid

75 20,80 1,65 Valid

76 16,20 1,65 Valid

77 18,90 1,65 Valid

78 20,20 1,65 Valid

79 6,62 1,65 Valid

80 16,80 1,65 Valid

81 12,80 1,65 Valid

82 25,90 1,65 Valid

83 15,90 1,65 Valid

Sumber : Lampiran B.1

Sama halnya dengan uji validitas persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkunga teman sebaya), uji validitas angket minat menunjukkan bahwa seluruh instrumen pernyataan atau angket untuk valid dinyatakan valid. Hal ini terlihat pada tabel 3.9, bahwa nilai t hitung dari seluruh item angket minat lebih besar dari nilai t tabel (t hitung > t tabel)

dengan α = 0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen penelitian dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen atau pengumpul data penelitian dan menggambarkan aspek yang diukur dalam penelitian.


(30)

56

3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Arikunto (2010: 221) mengatakan bahwa “reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data, kareba instrumen tersebut sudah baik”. Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data tersebut menunjukkan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan dan konsistensinya didalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilakukan disaat yang berbeda.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian menggunakan metode Alpha. Metode Alpha yaitu metode mencari reliabilitas internal dengan menganalisis realibilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Adapun rumus pengukuran realibilitas instrumen dengan metode Alpha adalah sebagai berikut :





t i

S

S

k

k

r

.

1

1

11 (Riduwan, 2011: 115)

Dimana : r11 = Nilai realibilitas

∑Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item St = Varians total

k = Jumlah item

Langkah-langkah mencari nilai realibilitas dengan metode Alpha adalah sebagai berikut :

1) Mencari Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:

N

N

X

X

S

i i i 2 2

(Riduwan, 2011: 115)

Dimana : Si = Varians skor tiap-tiap item

∑Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi (∑Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan N = Jumlah responden


(31)

Yetti Agisti, 2013

2) Menjumlahkan Varians semua item dengan menggunakan rumus :

∑Si = S1 + S2 + S3 ... Sn (Riduwan, 2011: 116) Dimana : ∑Si = Jumlah Varians semua item

S1, S2, S3...n = Varians item ke-1,2,3... n 3) Menghitung Varians total dengan rumus :

N

N

X

X

S

i i i 2 2

(Riduwan, 2011: 115)

Dimana : Si = Varians total

∑Xi2 = Jumlah kuadrat X total (∑Xi)2 = Jumlah X total dikuadratkan N = Jumlah responden

4) Memasukkan nilai-nilai ke dalam rumus Alpha yaitu :





t i

S

S

k

k

r

.

1

1

11

Selanjutnya, dengan menggunakan taraf signifikansi  = 0,05, nilai reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan diperbandingkan atau diinterpretasikan dengan menggunakan nilai dari tabel korelasi nilai r (tabel 3.6) dengan derajat kebebasan (n – 2). Keputusannya adalah :

Jika r11 > rtabel berarti reliabel Jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel

Berikut ini hasil pengujian reliabilitas instrumen penelitian.

Tabel 3.10 Uji Reliabilitas

Variabel r hitung r tabel Keputusan

Persepsi (X1) 0,69 0,11 Reliabel

Motivasi (X2) 0,88 0,11 Reliabel

Lingkungan Sosial (X3) 0,86 0,11 Reliabel

Minat (Y) 0,92 0,11 Reliabel


(32)

58

Tabel 3.10 diatas menunjukkan bahwa instrumen penelitian pada persepsi, motivasi, lingkungan sosial, dan minat dinyatakan reliabel. Hal ini dikarenakan rhitung lebih besar dari rtabel yang bernilai 0,11. Dengan demikian, seluruh instrumen dalam penelitian ini merupakan instrumen yang dapat dipercaya.

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan persiapan atau pembuatan rancangan penelitian, pelaksanaan, dan pembuatan laporan hasil penelitian, dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian adalah : a. Membuat proposal atau rancangan penelitian

b. Menentukan dan menyusun instrumen penelitian

c. Menuliskan butir soal atau item pernyataan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat

d. Melaksanakan uji coba instrumen

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan pelaksanaan dilakukan dengan turun ke lapangan mengumpulkan data dengan menyebarkan angket penelitian kepada peserta didik kelas X di SMA yang dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya, data yang diperoleh dari angket yang telah diisi responden dianalisis dengan alat analisis yang sesuai dengan jenis data yang dipakai dalam penelitian.

3. Tahap Pembuatan Laporan Hasil Penelitian

Pada tahap ini, peneliti menyusun hasil penelitian dan menuliskannya dalam bentuk laporan penelitian. Hal ini ditujukan agar hasilnya diketahui orang lain, serta prosedurnya pun diketahui orang lain sehingga dapat mengecek kebenaran pekerjaan penelitian yang dilakukan.

3.8 Teknik Pengolahan Data

Data penelitian dihasilkan atau diungkap melalui instrumen penelitian berupa angket yang diisi oleh responden. Setelah data diperoleh, maka data


(33)

Yetti Agisti, 2013

tersebut selanjutnya diolah. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mengolah data adalah sebagai berikut :

1. Verifikasi Data (Editing)

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah. Verifikasi data yang dimaksud adalah pemeriksaan kelengkapan jumlah instrumen yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah instrumen yang disebarkan. Penyeleksian data dipilih data yang memadai untuk diolah, yaitu berupa kelengkapan pengisian setiap butir pernyataan dan kelengkapan pengisian identitas subjek.

2. Penskoran Data (Coding)

Pemberian kode atau skor untuk setiap opsi dari setiap item berdasarkan ketentuan yang ada. Adapun pola pembobotan untuk coding tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11

Pola Pembobotan Kuesioner

No Alternatif Jawaban Bobot

Positif Negatif

1. Sangat Setuju/Sangat Memadai 5 1

2. Setuju/Memadai 4 2

3. Ragu-Ragu 3 3

4. Tidak Setuju/Tidak Memadai 2 4

5. Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak

Memadai 1 5

Penskoran data dilakukan pada item-item yang perlu diberi skor, dengan kriteria pemberian skor dari menggunakan skala pengukuran yaitu skala Likert dengan 5 alternatif jawaban. Pengkodean data dilakukan pada item-item pada angket yang tidak diberi skor, seperti pengkodean jenis kelamin : Laki-laki diberi kode 1 dan perempuan diberi kode 0.

3. Pengelompokan Data (Tabulating)

Data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu : pertama kelompok data persepsi, kedua kelompok data motivasi, ketiga kelompok data lingkungan sosial, dan keempat kelompok data minat. Hal ini dilakukan untuk melihat gambaran umum karakteristik sumber data penelitian.


(34)

60

Hasil coding dituangkan ke dalam tabel rekapitulasi secara lengkap untuk seluruh item setiap variabel. Adapun tabel rekapitulasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12

Rancangan Rekapitulasi Hasil Skoring Angket

Responden Skor Item Total

1 2 3 4 5 6 ……… N

1. 2. 3. N

Selanjutnya untuk mengetahui gambaran umum setiap variabel penelitian berdasarkan distribusi frekuensi digunakan rumus konversi skala lima di bawah ini :

Tabel 3.13

Pedoman Konversi Norma Absolut Skala 5 Rentang

(Mi + 1,5 SDi) – (Mi + 3,0 SDi) (Mi + 0,5 SDi) – (Mi + 1,5 SDi) (Mi - 0,5 SDi) – (Mi + 0,5 SDi) (Mi - 1,5 SDi) – (Mi - 0,5 SDi) (Mi + 3,0 SDi) – (Mi - 1,5 SDi) Sumber : Suprian (2005: 82)

Setelah itu, dicari skor maksimal ideal (SMi), rata-rata ideal (Mi), dan standar deviasi ideal (SDi) untuk mengetahui rentang berdasarkan pedoman konversi norma absolut skala 5 di atas.

4. Analisis data

Analisis data menggunakan alat analisis dan metode statistik yang sesuai dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian. Analisis data yang dilakukan terdiri dari dua macam, yaitu : analisis data untuk tujuan deskriptif data dan Analisis data untuk tujuan menguji hipotesis.

Data yang diperoleh dianalisis dan diterapkan sesuai dengan pendekatan atau desain penelitian yang diambil. Hal ini ditujukan untuk mampu membuat interpretasi dan kesimpulan penelitian yang tepat dan akurat.


(35)

Yetti Agisti, 2013

3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.9.1 Teknik Analisis Data

3.9.1.1 Transformasi Data melalui Method of Successive Interval (MSI)

Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data ordinal. Transformasi data ordinal menjadi interval gunanya untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik yang mana data setidaknya berskala interval (Riduwan dan Kuncoro, 2011: 30). Data ordinal tersebut ditransformasikan menjadi data interval melalui metode MSI. Langkah-langkah transformasi data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menghitung frekuensi setiap pilihan jawaban responden pada setiap item 2. Menghitung proporsi setiap pilihan jawaban responden berdasarkan frekuensi

yang diperoleh

3. Menghitung proporsi kumulatif berdasarkan proporsi yang diperoleh

4. Menentukan nilai Z untuk setiap pilihan jawaban berdasarkan proporsi kumulatif yang diperoleh

5. Menentukan nilai ordinat/Z densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh 6. Menentukan nilai Skala/Scale Value (SV) dengan menggunakan rumus :

(density at lower limit – density at upper limit) (Area below upper limit – area below lower limit)

7. Menghitung skor hasil transformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan menggunakan rumus : Y = 1 + Svmin (dengan nilai absolut)

8. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus: SV + Y

3.9.1.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan apabila peneliti menggunakan analisis parametrik. Sebelum melakukan pengujian hipotesis pada tahapan analisis data, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik terhadap asumsi-asumsi analisis regresi.


(36)

62

3.9.1.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui sebaran data antara nilai yang paling rendah hingga yang paling tinggi serta variabilitasnya. Jika data yang dianalisis membentuk sebaran normal, maka penelitian dapat menggunakan teknik analisis statistic parametric. Sebaliknya, jika data tidak berdistribusi normal, maka analisis yang digunakan adalah analisis-analisis statistik non-parametrik. Dalam penelitian uji normalitas yang dideteksi dengan uji normal probability plot (Normal P-P Plot) menggunakan bantuan program aplikasi IBM SPSS 20.

3.9.1.2.2 Uji Multikolinearitas

Istilah multikolinieritas pertama kali dikemukakan oleh Ragner Frisch (1934) yang mengartikan sebagai adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak diantara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi (Rohmana, 2010: 140).

Multikolinieritas merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap asumsi model linier klasik (clasical linier regression model, CLRM), karena bisa mengakibatkan estimator OLS memiliki :

1. Kesalahan baku (standard error) yang membesar 2. Selang keyakinan yang membesar

3. Satu atau beberapa koefisien regresi yang tidak signifikan secara statistik, meskipun koefisien determinasinya tinggi

4. Estimator OLS dan standard error sensitif terhadap perubahan kecil data. Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam model regresi OLS, yaitu:

1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai t- hitung. Jika R2 tinggi (biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas. 2. Melakukan uji korelasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi, perlu

dicurigai adanya masalah multikolinieritas.


(37)

Yetti Agisti, 2013

4. Melakukan regresi auxiliary, dengan cara memberlakukan satu variabel independen sebagai variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap diperlakukan sebagai variabel independen.

5. Melihat nilai Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF) atau faktor inflasi varians. Jika faktor inflasi varians dari variabel X (VIF) melampaui angka 10 (angka ini merupakan kriteria yang sangat relatif), maka telah terjadi multikolinieritas yang tinggi (adanya multikolinieritas) dan sebaliknya (Rohmana, 2010: 143-149).

Dalam penelitian ini, cara yang dipakai untuk mendeteksi keberadaan multikolinieritas pada persamaan model adalah dengan melihat tolerance/TOL dan faktor inflasi varians (varians inflation factor, VIF) menggunakan program aplikasi IBM SPSS 20.

3.9.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi penting dalam OLS adalah variabel-variabel pengganggu dalam kaitannya dengan variabel bebas bersifat homoskedastisitas artinya ui mempunyai varian (variance) yang sama, dimana penyimpangan atas asumsi ini dinamakan heteroskedastisitas.

Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas antara lain adalah estimator OLS tidak menghasilkan estimator Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Akibatnya varian tidak lagi minimum, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan perhitungan standard error metode OLS menjadi tidak bisa dipercaya kebenarannya dan interval estimasi maupun uji hipotesis yang didasarkan pada distribusi t maupun uji F tidak bisa lagi dipercaya untuk evaluasi hasil regresi.

Ada beberapa cara untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas, yaitu : (1) Metode informal (grafik), kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

a. Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.


(38)

64

(2) Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

(3) Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi. Apabila melalui pengujian hipotesis lewat uji t terhadap variabel independennya ternyata signifikan secara statistik, berarti model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

(4) Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test) berdasarkan rumusan berikut :

 

  

 

  

1 n n

d 6 -1

rs 2

2 1

(Rohmana, 2010: 170) Keterangan :

d1 : perbedaan rank residual dengan variabel independen n : jumlah observasi

(5) Uji heteroskedastisitas lainnya, seperti uji heteroskedastisitas berdasarkan residual OLS atau model ekonometrika linier dan metode Goldfelt-Quandt

Dalam penelitian ini, gejala heteroskedastisitas dideteksi menggunakan metode grafik dan uji Glejser dengan menggunakan bantuan program aplikasi IBM SPSS 20.

3.9.1.2.4 Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya (Rohmana, 2010: 192). Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukannya variabel penting. Akibatnya parameter yang diestimasi menjadi bias dan varian tidak minimum sehingga tidak efisien.

Apabila data yang dianalisis mengandung autokorelasi, maka estimator yang didapatkan memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Estimator metode kuadrat terkecil masih linier 2) Estimator metode kuadrat terkecil masih tidak bias

3) Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum (Rohmana, 2010: 193)

Dalam penelitian ini, cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji d Durbin-Watson, yaitu dengan cara


(39)

Yetti Agisti, 2013

membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan tabel Durbin Watson, dimana dibantu oleh program aplikasi IBM SPSS 20. Mekanisme uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut:

1) Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual ei 2) Hitung nilai d (Durbin-Watson)

3) Dapatkan nilai kritis dl dan du

4) Ikuti aturan keputusan yang diberikan pada tabel berikut ini :

Tabel 3.14

Aturan Keputusan Autokorelasi

Nilai Statistik d Hasil

0 ≤ d ≤ dL Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif

dL  d  dU Daerah ragu-ragu; tidak ada keputusan dU ≤ d ≤ 4 - dU Menerima hipotesis nol; tidak ada

autokorelasi positif atau positif

4 – dU  d  4 - dL Daerah ragu-ragu; tidak ada keputusan 4 – dL ≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol; ada

autokorelasi positif

Sumber : Rohmana, 2010 : 195)

3.9.2.3Uji Regresi Linear Berganda

Uji regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda, karena variabel bebas dari penelitian lebih dari dua variabel. Model persamaan regresi ganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = a0+ β1X1+ β2X2 + β3X3 + e

Keterangan :

Y = Minat peserta didik memilih program studi IPS a = Konstanta

Β = Koefisien regresi X1 = Persepsi

X2 = Motivasi

X3 = Lingkungan Sosial e = Error term

3.9.2 Pengujian Hipotesis

Hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Arikunto,


(40)

66

Daerah Penerimaan Ho

dirumuskan, apakah terbukti atau tidak kebenarannya dengan berdasar pada data ang telah terkumpul. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis akan dilakukan baik secara simultan (bersama-sama) ataupun secara parsial (sebagian).

Adapun pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan melalui uji satu pihak (uji pihak kanan) yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Uji Pihak Kanan Sumber : (Sugiyono, 2011 : 232)

Keterangan :

H0: β = 0, artinya variabel independen tidak dapat memprediksikan perubahan variabel dependen

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen dapat memprediksikan perubahan variabel dependen

Selanjutnya pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan mencari terlebih dahulu nilai statistik dan tabel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini terdiri atas uji parsial, uji simultan, dan uji determinasi.

3.9.2.3Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial dalam penelitian ini menggunakan korelasi parsial. Tujuan uji korelasi parsial ini adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dimana variabel lain dianggap konstan.

α


(41)

Yetti Agisti, 2013

Adapun rumus korelasi parsial yang digunakan adalah sebagai berikut :

2 2 2 1 2 2 1 2 1

1

1

r

parsial

yx

r

x

x

r

x

rx

ryx

yx

r

(Sugiyono, 2011 : 268)

Keterangan :

Ryx1x2 = Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y

ryx1 = Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y ryx2 = Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y rx1x2 = Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2

Uji signifikansinya dapat dihitung melalui rumus :

p r n t    1 3 r parsial p Keterangan :

rp = korelasi parsial yang ditemukan n = Jumlah sampel

t = t hitung atau statistik yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel Setelah diperoleh t hitung, selanjutnya bandingkan dengan t tabel dengan α disesuaikan, adapun cara mencari t tabel dapat digunakan rumus :

1

-k

-n

tabel

t

Keterangan :

t = t tabel pada α yang disesuaikan n = Banyak sampel

k = Jumlah variabel independen

Uji hipotesis pada penelitian ini adalah uji pihak kanan dengan kriteria pengujian : Jika + t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis diterima dan signifikan.

Lebih jelasnya berarti jika + t hitung ≥ t tabel maka koefisien korelasi parsial tersebut signifikan (nyata) dan menunjukkan adanya pengaruh secara parsial variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen).


(42)

68

3.9.2.3Uji Simultan (Uji F)

Secara simultan dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi ganda dan dapat dihitung melalui rumus :

2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

r

1

ryx

2ryx

-r

r

x

x

x

rx

yx

yx

x

Ryx

(Sugiyono, 2011 : 266)

Keterangan :

Ryx1x2 = Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y

ryx1 = Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y ryx2 = Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y rx1x2 = Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi dapat digeneralisasikan maka dilakukan uji signifikansi. Uji signifikansinya dapat dihitung melalui rumus:

 

1 1 R

statistik 2 2     k n R K F Keterangan :

R2 = Korelasi ganda yang telah ditemukan k = Jumlah variabel independen

n = Banyak sampel

F = F hitung/statistik yang selanjutnya dibandingkan dengan F table

Setelah diperoleh F hitung atau F statistik, selanjutnya dibandingkan dengan F tabel dengan α disesuaikan, yaitu 0,05%.

F tabel = F {(1- α ) (dk = k), (dk = n-k-1)} Kriteria :

 Ho diterima dan Ha ditolak jika Fhitung ≤ Ftabel  Ho ditolak dan Ha diterima jika Fhitung ≥ Ftabel

Hal ini berarti jika Fhitung ≤ Ftabel, maka koefisien korelasi ganda yang diuji tidak signifikan. Sebaliknya, jika Fhitung ≥ Ftabel maka koefisien korelasi ganda yang diuji signifikan dan menunjukkan ada pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen, dan ini dapat diberlakukan untuk seluruh populasi.


(43)

Yetti Agisti, 2013

3.9.2.3Uji Koefisien Determinasi

Selain uji t dan F, penelitian ini juga melakukan uji koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan nilai yang dipergunakan untuk mengukur besarnya sumbangan (share) variabel X terhadap variasi atau naik turunnya Y. Koefisien determinasi (R2) juga merupakan cara untuk mengukur ketepatan suatu garis regresi. Menurut Damodar Gujarati (1998: 98) dalam bukunya Ekonometrika dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0< R2<1), dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Jika R2 semakin mendekati 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat atau dekat, dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

2) Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh atau tidak erat, dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

Analisis koefisien determinasi dalam penelitian ini menggunakan program aplikasi IBM SPSS 20. Hal ini agar memudahkan peneliti menghitung dan menarik kesimpulan mengenai koefisien determinasi dari variabel penelitian.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan tentang pengaruh persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS (survey pada peserta didik kelas X SMA Negeri Se- Kota Bandung tahun ajaran 2012-2013), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Minat peserta didik memilih program studi IPS berada pada kategori tinggi, ditunjukkan oleh persepsi peserta didik pada program studi IPS yang berada pada kategori tinggi, motivasi peserta didik yang berada pada kategori tinggi, dan lingkungan sosial peserta didik yang berada pada kategori kondusif.

2. Persepsi berpengaruh positif terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS, artinya semakin tinggi persepsi maka minat peserta didik memilih program studi IPS akan semakin tinggi.

3. Motivasi berpengaruh positif terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS, artinya semakin tinggi motivasi maka minat peserta didik memilih program studi IPS akan semakin tinggi.

4. Lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS, artinya semakin kondusif lingkungan sosial maka minat peserta didik memilih program studi IPS akan semakin tinggi.

5. Persepsi, motivasi, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan teman sebaya secara simultan berpengaruh positif terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS.


(1)

99

5.2 Saran

Peneliti mengajukan beberapa saran terkait hasil penelitian dan hasil pembahasan yaitu sebagai berikut :

1. Persepsi positif peserta didik pada program studi IPS harus terus dibangun untuk meningkatkan minat peserta didik memilih program studi IPS. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari faktor-faktor lain yang salah satunya adalah lingkungan sosial yang kondusif baik dari pihak orang tua, teman sebaya, dan sekolah sehingga persepsi positif tersebut tidak hanya sekedar pemaknaan positif atau hanya sebatas minat yang diucap secara verbal, tetapi berwujud menjadi minat yang dimanifestasikan dan benar-benar dilakukan. 2. Motivasi peserta didik yang tinggi pada program studi IPS harus dijaga agar

mampu meningkatkan minat peserta didik memilih program studi IPS. Oleh karena itu, peserta didik hendaknya terus memupuk motivasi pada program studi IPS. Salah satunya dengan meluangkan waktu mempelajari IPS. Selain itu, orang tua beserta sekolah diharapkan membantu menjaga dan meningkatkan motivasi peserta didik pada program studi IPS dengan cara memfasilitasi sarana belajar IPS, membekali pengetahuan seputar program studi IPS, dan sebagainya.

3. Lingkungan sosial yang kondusif diharapkan terus dipertahankan untuk meningkatkan minat peserta didik memilih program studi IPS. Khusus, untuk lingkungan sekolah diharapkan membuat kebijakan yang mampu meningkatkan kualitas program studi IPS, sehingga mampu menarik minat peserta didik memilih program studi IPS. Selain itu, sekolah diharapkan mampu meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai program studi IPS dan khusus guru mata pelajaran IPS, diharapkan lebih meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam memberikan materi pembelajaran sehingga meningkatkan minat peserta didik mempelajari IPS.

4. Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi minat peserta didik memilih program studi IPS di kelas XI IPS dengan jumlah sampel yang lebih besar.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ahmadi, Abu. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Baharuddin. (2009). Psikologi Pendidikan (Refleksi Teoritis terhadap Fenomena). Jogyakarta: Ar Ruzz Media Group.

Dalyono, M. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djaali. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bachri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gujarati, Damador. (1995). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hasbullah. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Mangkunegara,AP. (2005). Perilaku Organisasi. Bandung: Refika Aditama. Nasution, S. (2009). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ormrod, Jeanne Ellis. (2002). Psikologi Pendidikan : Membantu Siswa Tumbuh

dan Berkembang. Jakarta: Erlangga.

Purwanto, M. Ngalim. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Rosdakarya. Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riduwan dan Kuncoro, E.A. (2011). Cara Menggunakan dan Memakai Path

Analysis (Analisis Jalur). Bandung : Alfabeta.

Rohmana, Yana. (2010). Ekonometrika: Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi UPI.


(3)

101

Sadulloh, Uyoh, dkk. (2011). PEDAGOGIK (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta. Saleh, Abdul Rahman dan Abdul Wahab, Muhbib. (2004). Psikologi : Suatu

Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media.

Santrock, John W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Somantri, Muhammad Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan

IPS. Bandung: PT Rosdakarya.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suprian, AS. (2005). Evaluasi Pendidikan. Bandung: FPTK-UPI.

Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan Dengan Metode Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Tiga. Jakarta: Balai Pustaka

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Uno, Hamzah B. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Woolfolk, Anita E. (1995). Educational Psychology. United State of America: The Ohio State University.

Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(4)

Sumber Skripsi

Fujita. (2008). Hubungan Motivasi, Persepsi Tentang SMK dan Lingkungan

Keluarga Siswa SMP dengan Minat Melanjutkan Ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (Suatu Kasus Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Margaasih Kab. Bandung dan SMP Wiyata Bakti Cimahi). Skripsi pada FPIPS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Muhibah, Iis. (2008). Analisis Diskriminan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat Memilih Jurusan IPS dengan Jurusan IPA (Studi Kasus Pada Siswa SMAN 3 Bandung). Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rachmanto, Angga. (2011). Persepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Teknik Bangunan FPTK UPI Tentang Minat Kerja. Skripsi Sarjana pada FPTK

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suhaebah, Siti. (2005). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi SMAN di Kota Bandung. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Wahyudi, Tri. (2002). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Kelas X

dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga di SMA Islam Sultan Agung Semarang Tahun Ajaran 2006-2007. Skripsi UNES: tidak diterbitkan. Sumber Tesis

Aria, Novika Felis. (2011). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat Memilih Jurusan IPS pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Juwana Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2010/2011. Under Graduates thesis pada Universitas Negeri

Semarang: tidak diterbitkan.

Ningrum, Apriyanti. (2012). Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Lingkungan

Sekolah terhadap Pembentukan Modal Sosial : Survey pada Siswa Kelas X SMA Negeri di Kota Bandung. Tesis Magister pada PIPS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Sumber Artikel

Oebaidillah, Syarief. (2013, 22 Juli). IPA Lebih Menjanjikan Ketimbang IPS?.

Metro TV News [Online]. Tersedia: Error! Hyperlink reference not valid..

[10 Desember 2013].

Oebaidillah, Syarief. (2013, 22 Juli). Terjadi Pendewaan Peminatan Bidang IPA di Masyarakat. Metro TV News [Online]. Tersedia: http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/07/22/3/169873/Terjadi-Pendewaan-Peminatan-Bidang-IPA-di-Masyarakat.html. [10 Desember 2013].


(5)

103

Sugianto, A. dan Neti Budiwati. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Siswa SLTP Melanjutkan ke SMK di Kabupaten Sumedang.

Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Jurnal

Carmichael, Colin. (2009). “Factor Influencing The Development Of Middle School Students’Interest In Statistical Literacy”. Statistics Education Research Journal. 8. (1). 62-81,

Hidi, Suzanne. (1990). “Interest and Its Contribution as a Metal Resource for Learning”. Journal of Educational Research. 60. (4). 549-571.

Subramaniam, PR. (2009). “Motivational Effect of Interest on Student Engagement and Learning in Physical Education”. Int. Journal Psychology Education. 46. (2). 11-19.

Sumber Internet

Gondang Kala, Raden M. (2008). Link and Match Lembaga Pendidikan dan

Dunia Kerja. [Online]. Tersedia: http://mahakom1.blogspot.com/2008/12/

link-and-match-lembaga-pendidikan-dan.html. [22 Januari 2013].

Harum, Akhmad. (2011). Persepsi [Online]. Tersedia: http://bukunnq.wordpress.com/2011/04/23/persepsi.html. [30 Juni 2012]. Rikmawan. (2010). Konsep Pendidikan IPS dan Karakteristik Pendidikan IPS di

SD [Online]. Tersedia:

http://rikmawan.wordpress.com/2010/11/29/konsep-pendidikan-ips-dan-karakteristik-pendidikan-ips-di-sd.html. [04 September 2012].

Pratama, Sony Dhirta dkk. Konsep Dasar IPS dan Ilmu-Ilmu Sosial dalam

Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://oktaseiji.wordpress.com/ 2011/04/24/konsep-dasar-ips-dan-ilmu-ilmu-sosial-dalam pembelajaran.

html. [04 September 2012].

Syafiq, Ahmad. (2008). Link and Match, Solusi atau Ilusi ?. [Online]. Tersedia: http://materi.uniku.ac.id/tracer%20studi%20dikti/LINK%20AND%20MATCH .html. [22 Januari 2013].

Unila, Mathedu. (2009). Pengertian Minat. [Online]. Tersedia: http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html. [22 Januari 2013].

Valdosta. (2008). Teori Hierarki Kebutuhan Maslow [Online]. Tersedia: http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/regsys/maslow.html. [25 September 2012] Wikipedia. (2013). Kota Bandung. [Online]. Tersedia:


(6)

Wulandari, Mukti. (2002). Internet Sebagai Subtitusi Jasa Pos dalam

Berkomunikasi (Analisa Terhadap Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Menggunakan Internet dalam Berkomunikasi) [Online]. Tersedia: