PEMBERDAYAAN PETANI TEBU LAHAN MARGINAL BERBASIS ADOPSI INOVASI KELEMBAGAAN DI KECAMATAN DUKUHSETI PATI.

PENDAHULUAN

Kondisi on-farm petani tebu lahan marginal di Dukuhseti adalah sebagian besar
merupakan lahan tanpa irigasi, tidak adanya drainase, dan tingkat salinitas yang tinggi. Selain
faktor on-farm, faktor penghambat yang dihadapi di Dukuhseti adalah petani pedagang yang
lebih mendominasi akses kredit, informasi dan organisasi petani tebu. Pedagang sebagai patron
berusaha mempertahankan pola hubungan tersebut untuk menjaga eksistensinya dalam
menjalankan kegiatan ekonomi dan mendapat pasokan barang secara stabil.
Hubungan patron-client antara petani dan pedagang itulah yang menjadikan petani kecil
sulit berdaya. Petani kecil bergantung dengan layanan yang diberikan oleh petani pedagang,
tetapi pada sisi lain harus berbagi keuntungan dengan petani pedagang. Keuntungan yang
berkurang dan ketergantungan itulah yang menjadikan petani tidak berdaya. Kondisi itu juga
berakibat pada sulitnya adopsi inovasi kelembagaan pada petani tebu lahan marginal.
Penelitian ini dilakukan pada petani tebu lahan marginal di lima desa di Kecamatan
Dukuhseti Pati Jawa Tengah, yaitu petani tebu di Desa Bakalan, Ngagel, Alasdowo, Dukuhseti,
dan Kembang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi keberdayaan, pola-pola
hubungan kelembagaan, faktor yang menjadikan bertahan, faktor pendorong, dan faktor
penghambat adopsi inovasi kelembagaan, menganalisis tingkat adopsi inovasi petani tebu
terhadap inovasi kelembagaan di Kecamatan Dukuhseti, serta mengembangkan model
pemberdayaan berbasis adopsi inovasi kelembagaan di Kecamatan Dukuhseti. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani tebu lahan marginal terdiri dari dua
kelompok utama, yaitu kelompok petani tebu dengan kapasitas besar (petani pedagang dan
petani besar kemitraan) serta petani tebu dengan kapasitas kecil (petani perantara, petani kecil
pemilik lahan, dan petani kecil penyewa lahan). Faktor yang menjadikan bertahan pada petani
tebu kapasitas besar adalah ektensifikasi sedangkan pada petani tebu kapasitas kecil adalah
patronasi dengan petani pedagang.
Faktor pendorong adopsi inovasi kelembagaan kemitraan pada petani tebu lahan marginal
dengan kapasitas besar adalah adopsi inovasi kelembagaan kemitraan yang seiring dengan
kondisi sebelumnya, sifat yang sesuai kondisi petani, adopsi inovasi yang kompatible, rendahnya
kompleksitas, kemudahan untuk melakukan adopsi, serta tingginya observabilitas. Faktor

pendorong adopsi inovasi kelembagaan kemitraan pada petani tebu dengan kapasitas kecil adalah
sifat ekonomi dan efek insentif serta observabilitas.
Faktor penghambat adopsi inovasi kelembagaan pada petani tebu lahan marginal dengan
kapasitas kecil adalah jenis inovasi kelembagaan yang tidak seiring dengan kondisinya, aspek
status, dan keuntungan relatif yang rendah, kompatibilitas yang rendah, kompleksitas yang tinggi
dan tingginya kesulitan untuk melakukan adopsi inovasi kelembagaan. Tidak ditemukannya
faktor penghambat adopsi inovasi kelembagaan kemitraan pada petani tebu lahan marginal
dengan kapasitas besar, menjadikan mereka lebih mudah melakukan adopsi inovasi
kelembagaan.

Petani tebu lahan marginal dengan kapasitas besar (petani pedagang dan petani besar
kemitraan) berhasil melakukan adopsi inovasi kelembagaan kemitraan (25 % dari seluruh
populasi petani). Petani tebu dengan kapasitas kecil dan merupakan 75 % dari seluruh populasi
merupakan kelompok petani laggards. Tiga penyebab utama petani tebu dengan kapasitas kecil
tidak mampu melakukan adopsi inovasi kelembagaan adalah ketimpangan luas lahan yang
mereka kelola dibandingkan dengan luas lahan petani kapasitas besar, kondisi lahan yang
marginal dan juga pola patronasi yang berakibat ketergantungan dengan petani pedagang.
Model pemberdayaan petani tebu lahan marginal berbasis adopsi inovasi kelembagaan,
yaitu model modifikasi kemitraan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing kelompok
petani.

Model

pemberdayaan

pada

petani

perantara


dilakukan

dengan

modifikasi

penyederhanaan administrasi dan agunan. Model pemberdayaan pada petani kecil pemilik lahan
dilakukan dengan modifikasi kemitraan yang memberikan keleluasaan besaran kredit dan
kemudahan kredit sehingga mengurangi ketergantungan pada petani pedagang. Model
pemberdayaan pada petani kecil penyewa lahan dilakukan dengan modifikasi kemitraan, yaitu
kredit jangka panjang yang memberikan keyakinan pada petani yang dapat dijadikan sandaran
melalui kemudahaan penundaan pembayaran kredit ketika terjadi risiko kegagalan panen. Model
kelembagaan tersebut terdiri dari empat hal yang harus dilakukan dan satu tujuan capaian, yaitu
pengondisian menuju inovasi kelembagaan, proses inovasi kelembagaan, pengondisian menuju
adopsi inovasi kelembagaan dan proses adopsi inovasi kelembagaan, serta tujuan capaian petani
sejahtera.

Dokumen yang terkait

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Double Row Pada Usahatani Pisang Barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) Dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang).

4 57 108

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DAN SIFAT INOVASI TERHADAP TINGKAT ADOPSI INOVASI BUDIDAYA PADI HIBRIDA DI KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

1 23 79

Penguatan Peran Kelembagaan Petani Dalam Peningkatan Kapabilitas Petani Mengelola Inovasi Berbasis Teknologi Informasi

2 60 172

Jaringan Komunikasi Petani Dalam Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan Di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

1 12 192

ZENDING KRISTENISASI DI MARGOREJO, KECAMATAN DUKUHSETI, KABUPATEN PATI 1852 1942

0 11 96

Peranan Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia(APTRI) Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani Tebu di Kabupaten Pati (Suatu Kasus di PG. Trangkil, Kabupaten Pati).

0 0 3

300299180 Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Petani Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi Dalam Kegiatan Optimalisasi Lahan Ringkasan

0 0 3

PEMBERDAYAAN PETANI BERBASIS MODAL SOSIAL DAN KELEMBAGAAN

0 0 8