PENERAPAN MODEL INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat.

(1)

PENERAPAN MODEL INKUIRI SOSIAL

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

ISMAIL NUR 1102561

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing 1,

Didin Saripudin, Ph.D NIP. 197005061997021001

Pembimbing 2,

Helius Sjamsuddin, Prof. DR. MA. NIP. 130188282

Diketahui oleh

Ketua Jurusan/ Program Studi Pendidikan Sejarah Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Agus Mulyana, M.Hum. NIP. 196608081991031002


(3)

PENERAPAN MODEL INKUIRI SOSIAL

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat)

Oleh ISMAIL NUR

Sebuah Tesis yang diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

© ISMAIL NUR 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(4)

ABSTRAK

Penerapan Model Inkuiri Sosial dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat). Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi nyata yang dihadapi peserta didik dalam mata pelajaran sejarah di MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat, Kegiatan belajar mengajar sejarah yang terjadi belum mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dan cenderung teacher oriented, padahal seharusnya peserta didik diajak untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya. Melihat pada masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

‘bagaimana menerapkan model pembelajaran inkuiri sosial dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik di kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat melalui penerapan model pembelajaran inkuiri sosial. Metode Penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan empat kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri sosial . Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut : (1) Keterampilan berpikir kritis akan terbentuk kalau peserta didik dibiasakan berpikir sistematis dan kritis (critical thinking) melalui model pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik dalam mengembangkan keterampilan berpikirnya, model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik adalah model pembelajaran inkuiri sosial. (2) Tanggapan atau apresiasi dari peserta didik terhadap model pembelajaran inkuiri sosial dalam mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat sangat positip ini bisa di lihat dari hasil angket respon peserta didik terhadap model pembelajaran inkuiri sosial ada peningkatan yaitu pada siklus satu sebesar 69,31 % kategori baik dan pada siklus dua mengalami peningkatan menjadi 81,07 % kategori sangat baik. (3) Penerapan model pembelajaran inkuiri sosial dapat diperoleh dua aspek pengalaman sosial bagi peserta didik, yaitu : peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berbahasa yang dapat diperoleh melalui percakapan, diskusi dan argumentasi dengan peserta didik lain dan dapat mengurangi sifat ke-egoannya, sehingga peserta didik sadar bahwa ada pendapat orang lain yang berbeda dengan dirinya.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... MOTO ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Pertanyaan penelitian ... D. Definisi Operasional ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Model Pembelajaran Inkuiri Sosial ... 1. Konsep Model Permbelajaran ... 2. Jenis Model Pembelajaran ... 3. Model Pembelajaran Inkuiri Sosial ... B. Pembelajaran Sejarah di SMA/MA ... C. Keterampilan Berpikir Kritis ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

A. Desain Penelitian ... B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... C. Subjek Penelitian ... D. Langkah-langkah Penelitian ...

1. Studi Pendahuluan ... 2. Perencanaan dan Penyusunan Draf Model

Pembelajaran Inkuiri Sosial ... E. Prosedur Penelitian ... F. Instrumen Penelitian ... G. Validasi Instrumen ...

i ii iii iv vi vii viii x xii xiii 1 1 7 7 7 10 10 12 12 12 18 19 38 44 49 53 56 56 57 57 58 64 67 68


(6)

H. Teknik Pengumpulan Data ... I. Teknik Analisis Data ... J. Indikator Keberhasilan ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Hasil Penelitian ...

1. Deskripsi Awal Pembelajaran ... 2. Analisis dan Refleksi Awal Pembelajaran ... 3. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan ... 4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus dan Tindakan

Pembelajaran ... a. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Siklus Satu

Pertemuan Pertama ... b. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Siklus Satu

Pertemuan Kedua ... c. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Siklus Dua

Pertemuan Pertama ... d. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Siklus Dua

Pertemuan Kedua ... B. Pembahasan ...

1. Desain Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 2. Implementasi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Sosial ... 3. Kendala yang di hadapi guru dalam penerapan model inkuiri sosial dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ... DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN-LAMPIRAN 68 69 72 73 73 73 76 80 84 84 96 106 114 123 123 126 132 135 135 137 139 137


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3 . 1 4 . 2

4 . 3

4 . 4 4 . 5

4 . 6

4 . 7

Kriteria Berpikir Kritis Siswa ... Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Sejarah Sebeleum menggunakan Model Inkuiri Sosial ( Awal Pembealajaran) ... Aktivitas Guru Mitra di Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Sejarah Sebelum menggunakan Model Inkuiri Sosial (Awal Pembelajaran) ... Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ... Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Sejarah Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial (Siklus Satu Pertemuan Pertama ) ... Aktivitas Guru Mitra di Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Sejarah Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial (Siklus Satu Pertemuan Pertama) ... Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Sejarah Setelah Model Inkuiri Sosial (Siklus Satu Pertemuan Kedua) ...

72

77

78 80

90

92


(8)

4 . 8

4 . 9

4.10

4.11

4.12

4.13

4.14

Aktivitas Guru Mitra di Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Sejarah Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial (Siklus Satu Pertemuan Kedua) ... Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Sejarah Setelah Model Inkuiri Sosial (Siklus Dua Pertemuan Pertama) ... Aktivitas Guru Mitra di Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Sejarah Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial (Siklus Dua Pertemuan Pertama) ... Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Sejarah Setelah Model Inkuiri Sosial (Siklus Dua Pertemuan Kedua) ... Aktivitas Guru Mitra di Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Sejarah Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial (Siklus Dua Pertemuan Kedua ) ... Perbandingan Persentase Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat ... Indikator Persentase Keterampilan Berpikir Kritis ..

104

111

112

119

120

130 130


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 4.2

4.3

4.4

Model Spiral Kemmis dan Taggart

Salah seorang peserta didik sedang menuliskan nama dalam kegiatan pembagian kelompok belajar.

Suasana saat peserta didik diskusi dalam kelompok pada siklus satu pertemuan pertama

Suasana saat peserta didik diskusi dalam kelompok pada siklus satu pertemuan kedua

55

87

89


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4 Lampiran 5

Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14

Lampiran 15

Surat Ijin Penelitian dari Direktur Pascasarjana UPI Bandung

Surat Ijin Penelitian dari Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat.

Daftar Peserta Didik Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat

Profil Guru Mitra

Lembar Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Sejarah sebelum menggunakan Model Inkuiri Sosial

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1

Lembar Kegiatan Kelompok Siklus I Pertemuan 1

Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah dengan Model Inkuiri Sosial

Angket Respons Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri sosial

Daftar Kelompok Belajar

Format Penilaian Diskusi Kelompok Aspek-aspek Berpikir Kritis

Lembar Kegiatan Kelompok Siklus II Pertemuan 1

Pedoman Penskoran per Indikator( penilaian kemampuan berpikir kritis)

Rekapitulasi Angket Respons Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial


(11)

Lampiran 16

Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21

Siklus I

Rekapitulasi Angket Respons Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Siklus II

Soal Test Siklus I Pertemuan 1 Soal Test Siklus I Pertemuan 2 Soal Test Siklus II Pertemuan 1 Soal Test Siklus II Pertemuan 2

Profil Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah yang selama ini penulis alami dalam pembelajaran sejarah di MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut :

Pertama, kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran sejarah sangat rendah, ini bisa dilihat dari proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Peserta didik terlihat pasif, mereka hanya duduk, diam dan dengar dalam menerima fakta dan materi yang diberikan oleh guru, sehingga menyebabkan kurangnya kepedulian sosial, rendahnya keterampilan sosial dan tidak menuntut pengembangan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Kedua, minat dan motivasi peserta didik dalam belajar sejarah pun kurang karena adanya asumsi bahwa pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang kurang memberikan manfaat bagi dirinya karena hanya mempelajari mengenai kehidupan dan cerita pada masa lalu. Keadaan tersebut dapat dilihat dari peserta didik yang kurang antusias dalam menerima pembelajaran dan tampak mengantuk ketika pembelajaran sejarah berlangsung. Keadaan ini terlihat di mana peserta didik masih menempatkan diri sebagai objek, bukan subjek dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang variatif. Pola pembelajaran yang satu arah ini cenderung mengakibatkan pencapaian hasil hanya berkisar pada domain kognitif tingkat rendah atau berpikir tahap rendah, sehingga peserta didik tidak tertantang untuk berpikir kritis, akibatnya keterampilan berpikir kritis peserta didik tidak berkembang dan lebih jauh tujuan ideal dari pembelajaran sejarah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin terabaikan. Oleh karena itu, maka pembelajaran sejarah yang terjadi belum optimal sehingga kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis.


(13)

Ketiga, kegiatan belajar mengajar sejarah yang terjadi belum mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dan cenderung teacher oriented, padahal seharusnya peserta didik diajak untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya. Keadaan ini diindikasikan dengan belum diaplikasikannya pembelajaran sejarah dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, sehingga terkesan bahwa belajar sejarah hanya merupakan pelajaran hapalan semata, segudang informasi dimasukan begitu saja kepada peserta didik dan peserta didik tinggal menghafalnya di luar kepala.

Keempat, adanya asumsi bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang menjemukan juga turut melengkapi alasan bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran kelas dua.

Dari hasil wawancara di lapangan dengan guru bidang studi sejarah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa beberapa guru sejarah tidak menyangkal penggunaan model atau cara pembelajaran yang bersifat tradisional, yang kurang memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Keterbatasan waktu yang dialokasikan dan belum terbiasanya peserta didik dengan penggunaaan model pembelajaran atau metode pembelajaran lain sehingga masih perlunya bimbingan bagi para peserta didik.

Jika ditelusuri lebih jauh, beberapa masalah yang menghambat pencapaian prestasi dalam mata pelajaran sejarah tersebut setidaknya dapat dapat dirunut pada dua faktor, yaitu :

1. Rendahnya motivasi dikalangan para pelajar dalam mengikuti pembelajaran sejarah.

2. Langkanya langkah-langkah inovatif yang memadai guna penyelenggaraan pembelajaran sejarah sehingga tidak dapat mengimbangi pesatnya perubahan dalam perilaku kehidupan sosial.

Pada dasarnya, rendahnya motivasi dikalangan para pelajar seperti yang disebutkan diatas memberikan pengertian bahwa selama ini penyelenggaraan pembelajaran sejarah belum dikemas secara serius sehingga kurang menarik perhatian di kalangan para pelajar.


(14)

Materi pembelajaran sejarah yang berkisar pada peristiwa yang berhubungan dengan masalah apa (what), dimana (where), kapan (when), siapa (who), mengapa (why), dan bagaimana (how) sering disampaikan secara kering dan kurang menyentuh pada dimensi nilai (value) dari pelajaran sejarah itu sendiri (Arif, 2011 : 127).

Paulo Freire dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed (1972) dan Education for Critical Consciousnes (1973) melukiskan bahwa dalam pendidikan tradisional guru sangat dominan ketika interaksinya dengan pelajar. Guru diibaratkan sebagai orang yang mencurahkan air ke dalam gelas kosong yang pasif dan tidak bereaksi apa-apa. Pelajar tidak punya peluang untuk berbincang dan bertanya jawab dengan guru. Cara belajar yang demikian, menghasilkan pelajar yang tenggelam dalam budaya diam (culture of silence). Lulusan sekolah bukanlah pemuda yang aktif, kreatif dan tidak memiliki kesadaran terhadap isyu-isyu masyarakat sehingga tiada keberanian dalam mengatasi masalah (critical consciouesness) melainkan menggantungkan kehidupan dan nasibnya pada pihak lain. Demikianlah menurut Paulo Freire, pendidikan harus mampu mengembangkan „critical consciousness‟ tadi (Saripudin, 2008 : 43 ).

Jika keadaan ini tidak mengalami perubahan, maka dampak dari proses pembelajaran sejarah yang demikian adalah hanya pada proses penghapalan fakta-fakta sejarah. Selain itu, harapan adanya pewarisan nilai-nilai masa lampau sebagai bahan pertimbangan dalam menyelesaikan masalah di masa kini dan yang akan datang tentu tidak akan terwujud. Hal ini merupakan suatu masalah yang perlu dan segera diselesaikan.

Dalam Kompas (2004), Daud Yusuf melihat pendidikan sebagai pendorong kepada individu untuk berubah menjadi lebih berwibawa dan berketerampilan tidak pasif, tidak lemah semangat malah mampu berpikir secara matang, tenang, mempunyai daya fikir yang hikmah dan bersikap kritis. Tujuan pendidikan selalunya karena tuntutan norma sosial. Proses pendidikan selalunya hanya oleh pelajar sebagai usaha guru membimbing dan mengasah fikiran dan watak mereka tanpa melihat idealisme pendidikan itu kerana jiwa


(15)

mereka yang tidak terdidik tidak disatukan dengan pendidikan itu. Oleh karena itu, pendidikan masa kini hendaklah mampu memikul dan menggalas usaha bagi membentuk generasi muda dan modal insan yang memenuhi aspirasi masyarakat dan negara (Saripudin, 2008 : 32-33).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas tampak bahwa di satu sisi mata pelajaran sejarah memegang peranan penting dalam mengembangkan keterampilan berpikir agar peserta didik mampu untuk berpikir kritis, reflektif, analitis dan kreatif, serta membiasakan diri dalam proses berpikir ilmuwan sosial sehingga mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan khususnya pada abad ke-21 namun di pihak lain masih ditemukan kelemahan dalam pembelajaran sejarah, baik dalam rancangan maupun proses pembelajarannya.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas diperlukan suatu penelitian berkaitan dengan pembelajaran sejarah.

Melihat fokus penelitian pada peserta didik jenjang pendidikan SMA/MA khususnya di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin, di mana peserta didik sudah berada pada masa kini, peserta didik termasuk dalam kategori adolescence/remaja, yang ditandai dengan pencarian jati diri, berkembang pesatnya kemampuan intelektual dan besarnya rasa ingin tahu.

Sesungguhnya, orang sudah berpikir tentang „berpikir kritis‟ dan sudah menelaah bagaimana mengajarkannya selama hampir seratus tahun. Agaknya, Socrates sudah memulai pendekatan dalam kegiatan belajar ini lebih dari 2000 tahun yang lalu, tetapi John Dewey, filsuf, psikolog, dan edukator berkebangsaan Amerika, secara luas dipandang sebagai „bapak‟ tradisi berpikir kritis modern. Ia menamakannya sebagai „berpikir reflektif‟ dan mendefinisikannya sebagai :

Pertimbangan yang aktif, persistent (terus menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.”


(16)

Dengan mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah proses „aktif‟ Dewey ingin membandingkannya dengan cara berpikir dimana kita menerima begitu saja gagasan-gagasan dan informasi dari orang lain, agaknya kita mungkin menyebut cara berpikir seperti ini sebagai sebuah proses „pasif‟. Bagi Dewey, dan bagi setiap orang yang telah menggunakan tradisi ini kemudian, berpikir kritis secara esensial adalah sebuah proses aktif , proses dimana kita memikirkan pelbagai hal secara lebih mendalam untuk diri kita.

Selanjutnya Dewey juga mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses yang persistent (terus menerus) dan teliti, Dewey ingin membandingkan dengan cara berpikir yang tidak direfleksikan di mana kita kadang-kadang menggunakannya, misalnya kita buru-buru menuju kesimpulan atau membuat suatu keputusan yang cepat tanpa memikirkannya, tentu sesekali kita harus melakukan hal ini karena kita harus memutuskan dengan segera atau isu itu tidak cukup penting untuk dipikirkan secara lebih mendalam, tetapi sering kali kita melakukannya di saat kita harus mengambil jeda dan berpikir, ketika kita harus diam sejenak (Fisher, 2008 : 2).

Dengan menguasai keterampilan berpikir kritis, peserta didik yang belajar tentang ilmu-ilmu sosial, termasuk dalam mata pelajaran sejarah, maka peserta didik akan mampu mengolah apa yang dibacanya, dibahasnya atau pun dilihatnya, sehingga ia mampu menemukan sesuatu yang memiliki makna bagi dirinya.

Salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan suatu model pembelajaran yang dipandang mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, yaitu dengan penerapan model pembelajaran inkuiri sosial dalam pembelajaran sejarah.

Mengembangkan kebiasaan berpikir kritis melalui model pembelajaran inkuiri sosial akan memperkaya pengetahuan dan analisis peserta didik.

Dalam melakukan model pembelajaran inkuiri sosial dalam pembelajaran sejarah, peserta didik dihadapkan pada berbagai materi yang bervariasi dan analisis masalah yang berbeda.


(17)

Fakta memang diperlukan dalam mempelajari sejarah, sebab analisis dapat dilakukan jika peserta didik menguasai fakta-fakta sejarah, tetapi belajar sejarah tidak berhenti sampai pada penguasaan fakta-fakta belaka, melainkan perlu dikembangkan kebiasaan berpikir kesejarahan sampai tahap berpikir tingkat tinggi.

Pemilihan model pembelajaran inkuiri sosial dalam pembelajaran sejarah sebagai salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran, hal ini berdasarkan alasan sebagai berikut: Pertama, karakteristik model pembelajaran inkuiri sosial pada dasarnya sesuai dengan perkembangan kognitif dan perkembangan afektif peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat, yang berada pada masa adolescence/remaja dengan sikap ingin tahu yang besar, sehingga model ini dianggap sesuai untuk mengembangakan keterampilan berpikir kritis peserta didik . Metode ini memungkinkan peserta didik melihat isi pelajaran lebih realistis dan positif ketika mencari informasi secara mandiri dalam penerapan model pembelajaran inkuiri sosial yang dalam metode penelitian sejarah ada pada tahap heuristik pencarian sumber sejarah.

Kedua, model pembelajaran inkuiri sosial ini menempatkan guru sebagai fasilitator belajar, sekaligus mengurangi perannya sebagai pusat kegiatan belajar, fungsi guru ialah membantu peserta didik bagaimana untuk belajar, salah satu yang boleh digunakan ialah self-directed inquiri yaitu peserta didik lebih aktif dalam menentukan apa yang mereka pelajari kemudian mereka bereaksi terhadap perbedaan minat dan keperluan peserta didik.

Dengan demikian, peran dan kemampuan peserta didik dapat tergali lebih dalam lagi. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil fokus penelitian “Penerapan Model Inkuiri Sosial dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik”.


(18)

B. Rumusan Masalah

Melihat pada masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : „bagaimana menerapkan model inkuiri sosial dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik di kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat”.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dijabarkan lagi ke dalam pertanyaan penelitian yang lebih spesifik sebagai berikut:

1. Bagaimana desain model pembelajaran inkuiri sosial yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin ?

2. Bagaimana implementasi penerapan model inkuiri sosial dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin ?

3. Apa kendala yang di hadapi guru dalam penerapan model inkuiri sosial dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin ?

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Inkuiri Sosial

Model pembelajaran Inkuiri Sosial adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan memberikan lebih banyak pembentukan segi-segi pendidikan berdasarkan adanya sifat inkuiri pada peserta didik. Pandangan inkuiri dihubungkan dengan perbaikan masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Sekolah mempunyai peranan yang aktif dalam creative reconstruction tentang kebudayaan dan masalah-masalah sosial.


(19)

Menurut pendapat Isjoni (2007), ada tiga karakteristik pengembangan strategi model pembelajaran inkuiri sosial, yaitu :

a. Adanya aspek masalah sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas.

b. Adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri c. Penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis.

2. Pembelajaran Sejarah di SMA/Madrasah Aliyah (MA)

Kurikulum sejarah untuk tingkat SMA/Madrasah Aliyah (MA) mengacu kepada prinsip fleksibilitas, yang rancangan pembelajarannya memperhatikan peserta didik dalam memahami masa lampaunya agar mampu menghadapi persoalan hidupnya di masa kini, juga memperhatikan di mana peserta didik berada, dan mengingat kepada potensi atau kemampuannya yang berbeda (Wiriaatmadja, 2002:146).

Pembelajaran sejarah di SMA/MA, sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 061/U/1993 dimaksudkan untuk menanamkan pemahaman tentang adanya perkembangan masyarakat masa lampau hingga masa kini, menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta rasa bangga sebagai bangsa Indonesia, dan memperluas hubungan masyarakat antar bangsa di dunia. Pengembangan materi sejarah di MA, berkaitan erat dengan proses belajar mengajar.

Adapun tujuan diajarkannya mata pelajaran sejarah pada jenjang sekolah menengah atas adalah untuk:

a. Mendorong peserta didik berpikir kritis-analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang

b. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari c. Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk

memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat (Standar Kompetensi Kurikulum 2004, 2003:6)

Sehubungan dengan pembelajaran, Garvey and Krug (1977 : 1 – 2) menegaskan bahwa pada dasarnya pembelajaran sejarah merupakan suatu


(20)

kegiatan untuk membantu para pelajar, tidak hanya terbatas dalam hal penguasaan materi pelajaran, melainkan juga dalam hal pengembangan emosional dan intelektual para pelajar. Dalam hubungan ini, pelajaran sejarah juga dapat diartikan sebagai :

a. Suatu kegiatan untuk menguasai pengetahuan tentang fakta sejarah. b. Suatu kegiatan untuk memperoleh pemahaman atau apresiasi tentang

peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

c. Suatu kegiatan untuk memperoleh kemampuan dalam mengevaluasi dan mengkritisi sebuah tulisan sejarah.

d. Suatu kegiatan untuk mengkaji teknik penelitian sejarah.

e. Suatu kegiatan untuk mengetahui bagaimana menulis sejarah yang baik. 3. Keterampilan Berpikir Kritis

Salah satu kontributor terkenal bagi perkembangan tradisi berpikir kritis adalah Robert Ennis, definisinya yang sudah beredar luas dalam bidang berpikir kritis sangat mempengaruhi para ilmuwan di dunia. Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk menentukan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Fisher, 2008 : 4).

Berpikir merupakan suatu proses aktivitas mental seorang individu untuk memperoleh pengetahuan (Costa, 1985 : 43). Proses yang dimaksud merupakan aktivitas kognitif yang disadari dan diupayakan sehingga terjadi perolehan pengetahuan yang bermakna. Dengan kata lain, berpikir adalah menerima stimulus eksternal melalui indra untuk kemudian diproses secara internal.

Bila informasi akan disimpan, otak akan memasangkan, membandingkan, mengkategori, dan mempolanya menjadi informasi yang sama dengan yang telah tersimpan (Costa, 1985 : 62).

Dalam kegiatan pembelajaran, upaya untuk melatih kemampuan berpikir menjadi hal yang utama dibandingkan dengan sekedar transfer pengetahuan yang penuh dengan fakta-fakta empiris (Arif, 2011 : 131).


(21)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu produk, yaitu model pembelajaran inkuri sosial dalam pembelajaran sejarah yang dirancang sesuai dengan kondisi yang ada, dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran bidang kajian sejarah yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Menghasilkan desain model pembelajaran inkuri sosial yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah negeri (MAN) Cililin ?

2. Menemukan implementasi penerapan model inkuiri sosial dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah negeri (MAN) Cililin ?

3. Mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam penerapan model inkuiri sosial dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah negeri (MAN) Cililin ?

F. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka diharapkan akan memberikan manfaat praktis bagi sekolah, guru dan siswa.

1. Bagi sekolah :

a. Dapat dijadikan sebagai masukan dan perbandingan dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kurikulum.

b. Dapat meningkatkan prestasi sekolah terutama dalam mata pelajaran sejarah dan meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesional guru, serta memotivasi para guru yang lain untuk selalu berinovasi dan meningkatkan pengelolaan pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.


(22)

c. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pembelajaran sejarah khususnya dalam topik-topik yang membahas tentang isu-isu sosial terutama pada upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kepedulian peserta didik terhadap masalah-masalah isu-isu sosial kontemporer.

2. Bagi guru :

a. Dapat memfasilitasi para peserta didik dengan kesempatan untuk berlatih dalam mengklasifikasikan, menganalisis dan mengolah informasi berdasarkan sumber-sumber yang mereka terima. Selain itu, guru juga dapat mengembangkan model pembelajaran inkuiri sosial.

b. Memberikan pemahaman dalam menerapkan pembelajaran yang berbasis isu-isu sosial kontemporer dan mampu mengelola proses pembelajaran dengan baik dengan mengoptimalkan potensi peserta didik dan lingkungan sekolah dan masyarakatnya.

3. Bagi peserta didik :

a. Dapat mengembangkan keterampilan sosial atau intelektual peserta didik dengan mengajukan pertanyaan kritis dan keterampilan untuk memilih dan memilah informasi. Dapat pula digunakan sebagai pemecahan masalah, sebagai modal dasar untuk beradaptasi dan mempertahankan kelangsungan hidup di berbagai situasi global ataupun lokal yang selalu berubah.

b. Memberikan motivasi dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dalam proses pembelajaran menjadi sebuah kebiasaan. c. Memberikan pengalaman baru bagi peserta didik dengan

pembelajaran berbasis isu-isu sosial kontemporer , dan diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bekerjasama, dan kemampuan berkomunikasi yang dapat melatih serta merangsang peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian, metode yang akan digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang juga dikenal sebagai Classroom Action Research. Hal ini disebabkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins dalam Wiriaatmadja, 2012:11) .

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian yang sifatnya kualitatif. Dalam Wiriaatmadja (2012:4) dijelaskan bahwa, salah satu bentuk kajian inkuiri yang termasuk kualitatif adalah penelitian emansipatoris tindakan yang merupakan studi mikro untuk membangun ekspresi konkret dan praktis aspirasi perubahan di dunia sosial (khususnya pendidikan) untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kinerja para praktisinya.

Menurut Hopkins (1993), penelitian kelas (classroom research) yang kemudian disebutnya dengan classroom action research adalah penamaan lain dari penelitian emansipatoris. Selain digunakan dalam masalah-masalah sosial, penelitian tindakan juga digunakan dalam menghadapi permasalahan pendidikan. Manfaat dalam penelitian tindakan kelas menjadi suatu hal yang sangat penting sebab jika dilihat dari pengertian-pengertian tersebut, maka memperbaiki berlangsungnya pendidikan di kelas menjadi sorotan utama. Maka dari itu seseorang yang melakukan penelitian tindakan kelas akan berpikir manfaat apa yang akan dapat diraih melalui upaya perbaikan dalam tindakan.

Berbeda dengan penelitian pendidikan lainnya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki beberapa karakteristik yang diungkapkan Sukardi (2003: 211) sebagai berikut:

1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.


(24)

2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.

3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.

4. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflective thinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan.

Karakteristik diatas memperlihatkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh seorang peneliti memiliki manfaat untuk memperbaiki keadaan di lapangan berdasarkan permasalahan yang ada sehingga hasil penelitian dapat dirasakan langsung. Maka dari itu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak dapat disepelekan sebab harus memperhatikan langkah-langkah tertentu demi meningkatkan kualitas yang diharapkan.

Selain karakteristik diatas, dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini, Arikunto (2006:6-8) mengungkapkan beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh para peneliti yaitu:

1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin, maksudnya bahwa penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Oleh sebab itu penelitian tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja, maksudnya guru melakukan penelitian tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang dilakukan, dan sesudah itu tentunya ingin melakukan perbaikan.

3. SWOT (strength, weaknesses, opportunity, threat) sebagai dasar berpijak, maksudnya penelitian dimulai dengan melakukan analisis SWOT yang terdiri dari unsur-unsur strength (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan yang diidentifikasi sebelum mengidentifikasi yang lain, serta opportunity (kesempatan) dan


(25)

threat (ancaman) yang diidentifikasi dari luar diri peneliti atau subjek penelitian.

4. Upaya empirik dan sistemik, yaitu berkaitan dengan pengalaman serta berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.

5. Ikuti prinsip SMART, yaitu Spesific (khusus, tidak terlalu umum), Managable (dapat dikelola, dilaksanakan), Acceptable (dapat diterima lingkungan) dan Achievable (dapat dicapai), Realistic (operasional, tidak diluar jangkauan) serta Time-bound (diikat oleh waktu, terencana)

Pada dasarnya tujuan utama dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ialah memperbaiki praktek pembelajaran guru di kelas dan bukan untuk menghasilkan pengetahuan atau teori (Wiriaatmadja, 2012:75).

Selain karakteristik dari Sukardi di atas, Wiriaatmadja (2012 : 75) juga mengungkapkan beberapa hal yang berkaitan dengan sifat Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu :

1. Tujuan dasar Penelitian Tindakan Kelas adalah memperbaiki praktek pembelajaran guru di kelas atau dosen di ruang perkuliahan, dan bukan untuk menghasilkan pengetahuan atau teori.

2. Refleksi yang merupakan kegiatan yang mewarnai seluruh tindakan merupakan refleksi dalam tataran etik filosofis, dan bukan dalam pengertian penalaran yang bersifat sangat teknis yaitu ada masalah – ada solusi. Refleksi di sini adalah dalam memilih arah tindakan dalam kondisi tertentu dengan memperhatikan nilai-nilai yang berlaku. Apabila nilai-nilai menjadi sangat relevan dalam arah tindakan, maka refleksi mencakup juga upaya perubahan dan hasilnya. Nilai-nilai yang dilibatkan dalam refleksi jelas menunjukan bahwa upaya-upaya perbaikan itu etis sifatnya, dan hal ini berada pada tataran filosofis.

3. Penelitian Tindakan kelas mengupayakan peningkatan praktek pembelajaran dengan mengembangkan kapasitas para guru atau dosen dalam membedakan dan menilai berbagai situasi kemanusiaan yang kompleks. Agar mampu melakukannya dengan tepat maka para praktisi perlu mengembangkan peran


(26)

profesionalnya, menampilkan performans yang baik, dan melaksanakan inkuiri sebanyak mungkin. Bentuk inkuiri yang mengakui kenyataan keseharian yang demikian kompleks, cenderung untuk melakukan cara yang sederhana dengan mengabstraksikan teori dan mengaplikasikannya pada kondisi tersebut, kemudian menghasilkan generalisasi atau teori yang menjelaskan signifikansinya hanya pada aspek-aspek penting dalam kasus tersebut. Dalam Penelitian Tindakan Kelas pemahaman dan fungsinya disubordinasikan kepada apresiasi dan kebutuhan yang menyeluruh yang holistik sifatnya.

4. Kandungan misi menyetarakan dan membebaskan guru dan dosen yang dicapai dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins dalam Wiriatmadja, 2012 : 77). Selama ini guru atau dosen harus melakukan ini dan itu sesuai dengan petunjuk dari atas. Apabila hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan kredibel dan menunjukan arah yang sebaliknya maka kebenaran yang berasal dari akar rumput (grass roots, atau grounded) harus diperhatikan. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran tentang keharusan memiliki semangat kemandirian (guru atau dosen sebagai pengembang kurikulum atau curriculum developer di kelas dibenarkan kemandiriannya, mengurangi ketergantungan guru/dosen, dan keberanian mengambil prakarsa akan menumbuhkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri yang dibuktikan oleh kemampuan meneliti menunjukan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan atau professional skills para pendidik. Hal ini akan mengembalikan wibawa mereka dan kepercayaan masyarakat pengguna lembaga pendidikan.

Penelitian Tindakan Kelas yang juga dikenal dengan sebutan penelitian tindakan emansipatoris memiliki makna (dari kata emansipasi) perbaikan nasib, peningkatan status atau perjuangan kesetaraan. Penelitian tindakan kelas bersifat emansipatoris dan membebaskan (liberating) karena penelitian ini mendorong kebebasan berpikir dan berargumen pada pihak siswa, dan mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti dan menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan. (Hopkins dalam Wiriaatmadja, 2012:25).


(27)

Upaya perbaikan, selain meningkatkan kesejahteraan guru, yang sangat penting adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka.

Penelitian tindakan kelas adalah salah satu jalan yang terbuka untuk para pendidik yang ingin menambah ilmu pengetahuan, melatih praktek pembelajaran di kelas dengan berbagai model yang akan mengaktifkan guru dan siswa, mencoba melakukan penelitian untuk secara reflektif melakukan kritik terhadap kekurangan dan berusaha memperbaikinya agar pendidikan benar-benar dapat menjadi bidang profesi. (Wiriaatmadja, 2012:29-30).

Penggunaan metode penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dilakukan dalam siklus yang terdiri dari empat langkah. Empat langkah penting yang harus dilakukan adalah pengembangan plan (perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan) dan reflect (perenungan) yang dilakukan secara intensif dan sistematis. (Sukardi, 2003: 212-213)

Melalui penggunaan metode penelitian ini maka guru akan memiliki kebebasan untuk melakukan perbaikan pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan permasalahan yang dirasakan. Selain itu guru akan lebih mandiri dalam menemukan kekurangan dirinya ketika melaksanakan peran sebagai fasilitator serta mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajarannya.

A. Desain Penelitian

Model desain penelitian tindakan kelas, salah satunya adalah model siklus (cycle). Siklus dalam penelitian ini dikembangkan berulang sampai pada suatu kondisi tujuan yang diinginkan tercapai. Sebelum tahap-tahap putaran siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan melalui observasi, wawancara dengan tujuan mengkaji permasalahan– permasalahan dan sekaligus mencari solusi secara bersama dengan guru mitra terhadap permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran di kelas.

Hasil studi pendahuluan secara umum diperoleh gambaran bahwa : 1. Pembelajaran tidak bervariatif cenderung monoton

2. Pembelajaran kurang menantang dan belum memanfaatkan sumber belajar alternatif


(28)

3. Pembelajaran berorientasi mengejar ketuntasan materi pelajaran untuk mempersiapkan ujian akhir sekolah

4. Pembelajaran belum dikembangkan ke arah hakikat belajar yaitu mengembangkan nilai kebermaknaan hasil belajar pada diri peserta didik sendiri.

Dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki kelemahan dan sekaligus mengembangkan pendekatan lain sebagai alternatif pembelajaran yang learning active, peserta didik sebagai subjek pembelajar.

Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2012:66; Hopkins,1993: 48) yang melalui tahapan perencanaan (plan), tahap tindakan (act), tahap pengamatan (observe), dan tahap refleksi (reflect). Menjelaskan tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukannya. Pernasalahan penelitian difokuskan pada strategi bertanya kepada siswa dalam pembelajaran sains .

Keputusan ini timbul dari pengamatan terhadap awal yang menunjukan bahwa siswa belajar sains dengan cara menghafal dan bukan dalam proses inkuiri. Dalam diskusi dipikirkan cara untuk mendorong inkuiri siswa, apakah dengan mengubah kurikulum, atau mengubah cara bertanya pada siswa ? . Akhirnya diputuskan untuk menyusun strategi bertanya. Maka dirancanglah strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri. Semua kegiatan ini dilakukan pada tahap perencanaan (plan). Pada kotak tindakan (act), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. Pada kotak pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam buku hariannya. Dalam kotak (reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu perbaiki.


(29)

Siklus tindakan model Kemmis dan Taggart digambarkan sebagai berikut :

Siklus Tindakan Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial

Gambar 3.1. Model Spiral Kemmis dan Taggart

(sumber : http://diditnote.blogspot.com/2013/05/penelitian-tindakan-kelas-ptk-model.html)

Dimodifikasi dari Model Spiral Kemmis dan Taggart, 1988; dalam Wiriaatmadja, 2012 : 66)

Keterangan Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Taggart untuk aplikasi penerapan model inkuiri sosial dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat .

Penelitian ini diawali dengan orientasi lapangan, yaitu kegiatan melalui observasi dan wawancara berbagai pihak komponen sekolah tentang lingkungan sekolah, kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas, dan kegiatan pembelajaran / aktivitas belajar peserta didik .


(30)

Orientasi lapangan sebagai dasar / bahan refleksi awal untuk menjadi rujukkan kepada teori yang mendukung penelitian ini, guna menetapkan langkah pada perencanaan siklus tindakan pertama (Wiriaatmadja, 2012:186). B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat mulai tanggal 1 Mei 2013 sampai dengan 30 Mei 2013 .

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswa kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat semester genap tahun akademik 2012/2013. Objek penelitian meliputi seluruh proses pembelajaran sejarah saat peserta didik menerapkan model pembelajaran inkuiri sosial berlangsung .

Penelitian dilaksanakan di MAN Cililin yang beralamat di Jalan Raya Cililin Utara Desa Sukatani Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat merupakan latar situasi sosial sebagai unsur tempat. Sedangkan yang dimaksud unsur pelaku dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 33 orang orang terdiri dari 16 orang peserta didik putra dan 17 orang peserta didik putri.

Sementara itu yang dimaksud unsur kegiatan adalah proses pembelajaran sejarah yang dilakukan oleh guru bersama peserta didik di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat.

Pemilihan salah satu kelas dalam penelitian ini sesuai dengan karakteristik dari penelitian tindakan kelas yang memang pada intinya ingin memperbaiki proses belajar mengajar dalam kelas penelitian berdasarkan permasalahan yang timbul di kelas tersebut.

Sementara itu pemilihan kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat sebagai kelas penelitian disebabkan peneliti merasa kelas ini memiliki potensi yang cukup baik dalam pembelajaran sejarah tetapi sayangnya potensi ini kurang tergali. Minat mereka terhadap pembelajaran sejarah sangat tergantung pada metode yang digunakan guru.


(31)

Pada saat peneliti melakukan pengamatan awal, peneliti melihat kelas ini menjadi kurang kondusif jika guru hanya menerangkan fakta sejarah. Hal ini berbeda ketika guru menggunakan metode yang lebih menarik sebab peserta didik terlihat lebih antusias dalam belajar, walaupun pemaknaan dari pembelajaran sejarah itu sendiri belum dapat tercapai.

Selanjutnya subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hal, peristiwa, manusia, dan situasi yang dapat diobservasi. Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah kinerja guru serta aktifitas peserta didik kelas XI IPS 1 MAN Cililin, proses interaksi antara guru dengan peserta didik, dan interaksi antara peserta didik – peserta didik sendiri dalam proses belajar mengajar sejarah.

D. Langkah-langkah Penelitian

Secara rinci langkah-langkah penelitian dijelaskan berikut ini : 1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan langkah pertama yang dilakukan peneliti dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini. Tujuan studi pendahuluan ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah selama ini.

Hasil studi pendahuluan dijadikan acuan untuk mengembangkan model pembelajaran yang relevan digunakan dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 Madrasah aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan ini adalah :

a. Studi literatur : mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan model pembelajaran inkuiri sosial dari berbagai literatur, serta mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan pengembangan model pembelajaran inkuiri sosial. Hasil studi literatur sebagai dasar-dasar pengetahuan serta landasan teoritis dalam penelitian ini.

b. Studi lapangan (pra-survey), dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat tempat dilaksanakan


(32)

penelitian ini. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi rill yang ada di lapangan tentang : proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran sejarah, kondisi guru dan siswa, kondisi sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran dan perencanaan pembelajaran yang dibuat guru (silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat evaluasi), serta materi yang diajarkan. Hasil dari studi lapangan ini digunakan sebagai landasan empiris untuk menjadi bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan pembelajaran dalam rangka implementasi model pembelajaran sejarah untuk mrningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

2. Perencanaan dan Penyusunan Draf Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Penyusunan draf model dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini diarahkan pada penerapan model pembelajaran inkuiri sosial pada mata pelajaran sejarah.

Berdasarkan hasil kajian literatur pada studi pendahuluan diketahui bahwa secara teoritis terdapat langkah-langkah pembelajaran inkuiri sosial yang dikemukakan para ahli. Namun pada penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah inkuiri sosial menurut Hasan (1996 : 13) yang meliputi langkah-langkah

a. Perumusan masalah b. Pengembangan hipotesis c. Pengumpulan data d. Pengolahan data e. Pengujian hipotesis f. Penarikan kesimpulan

Alasan peneliti menggunakan langkah-langkah tersebut adalah proses model pembelajaran inkuiri sosial tergambar secara utuh dan sistematis .

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran inkuiri sosial yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, selanjutnya disusun draft model perencanaan pembelajaran dengan tujuan implementasi model


(33)

pembelajaran inkuiri sosial pada mata pelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, yang difokuskan pada : perencanaan, implementasi dan evaluasi.

a. Perencanaan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial

Berdasarkan hasil studi di lapangan disusun perencanaan pembelajaran sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan Sanjaya (2012 ) yang terdiri dari :

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan sebagai target pencapaian hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai peserta didik setelah pembelajaran sejarah melalui model inkuiri sosial diterapkan. Seperti diketahui bahwa dalam setiap pembelajaran mencakup tiga domain, yaitu : domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotorik (Sanjaya, 2012). Demikian pula dalam pada standar kelulusan (SKL) mata pelajaran sejarah, pengembangan tujuan pembelajaran mencakup dua aspek, yaitu aspek substansi dan aspek skill. Merujuk pada substansi tersebut, maka perumusan tujuan pembelajaran ini diarahkan pada aspek substansi atau pengetahuan materi sejarah yang harus dikuasai peserta didik juga diarahkan pada pada aspek keterampilan berpikir kritis peserta didik. Aspek keterampilan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan non fisik . Sebagaimanan dikatakan Sanjaya (2012) keterampilan non fisik adalah keterampilan seseorang (peserta didik) dalam menggunakan otak sebagai alat utama dalam mengerjakan dan memecahkan suatu permasalahan .

2. Menentukan pengalaman belajar. Langkah kedua yang dilakukan dalam merencanakan pembelajaran adalah memeilih pengalaman belajar yang harus dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran sejarah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam


(34)

penelitian ini, pengalaman belajar yang ditentukan diarahka pada pengembangan langkah-langkah pembelajaran inkuiri sosial pada mata pelajaran sejarah .

3. Kegiatan belajar mengajar. Langkah selanjutnya setelah pengalaman belajar ditentukan adalah menentukan kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran sejarah. Kegiatan belajar yang direncanakan dalam pembelajaran inkuiri sosial ini dirancang dengan menggunakan kelompok atau klasikal, dimana setiap peserta didik akan belajar secara berkelompok baik dalam kelompok besar atau kelompok kecil. Peneliti menggunakan kegiatan belajar melalui pendekatan belajar kelompok dengan alasan untuk mencapai target tujuan pembelajaran yang lebih khusus yaitu peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran sejarah. Melalui kegiatan belajar kelompok sesuai dengan langkah-langkah inkuiri sosial diyakini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, sebab langkah-langkah pembelajaran inkuiri sosial merupakan suatu prosedur pembelajaran yang sistematis dan menantang ;peserta didik untuk berpikir kritis.

4. Menentukan peran guru mitra dalam pembelajaran. Peran guru mitra dalam pembelajaran sejarah dalam penelitian ini adalah sebagai pengelola pembelajaran. Dalam pelaksanaannya peran guru mitra sebagai pembimbing dan pemberi petunjuk pada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Agar guru mitra dapat melaksanakan fungsi ini dengan baik, maka sebelumnya peneliti dan guru telah melakukan diskusi tentang model pembelajaran inkuiri sosial. Tujuannya untuk menyamakan pengetahuan berkenaan dengan pembelajaran inkuiri sosial yang akan dikembangkan pada mata pelajaran sejarah.

5. Menentukan bahan dan sumber belajar yang digunakan. Bahan dan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini terdiri


(35)

dari modul dan lembar kerja siswa (LKS), serta media powerpoint yang telah disediakan oleh guru mitra. Modul dan LKS dikembangkan sesuai materi pembelajaran yang akan diajarkan pada peserta didik . Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh informasi bahwa dalam kurikulum mata pelajaran IPS khususnya pada kelas XI IPS semester 2, materi yang akan dipelajari, meliputi :

Perkembangan sejarah dunia yang mempengaruhi sejarah bangsa Indonesia dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-20.

1. Revolusi Amerika 2. Revolusi Perancis 3. Revolusi Rusia

4. Revolusi Industri di Eropa .

6. Merencanakan alat evaluasi yang digunakan. Langkah terakhir dalam kegiatan perencanaan adalah memilih alat evaluasi yang digunakan dalam model pembelajaran inkuiri sosial pada mata pelajaran sejarah. Melihat pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui penerapan model inkuiri sosial, yaitu untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada meta pelajaran sejarah, maka alat evaluasi yang dipilih peneliti adalah tes bentuk uraian. Tes ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran atau untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran sejarah setelah model pembelajaran inkuiri sosial diterapkan.

b. Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Sosial

Implementasi adalah tahapan proses pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan. Proses pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang umumnya digunakan guru mitra, yang terbagi dalam tiga tahapan pembelajaran, yaitu :


(36)

2. Kegiatan inti

3. Kegiatan akhir atau penutup

Ketiga tahapan pembelajaran tersebut di dalamnya telah tercakup didalamnya langkah-langkah inkuiri sosial yang dikembangkan dalam penelitian ini. Secara garis besar implementasi pembelajaran inkuiri sosial yang telah direncanakan sesuai tahapan pembelajarandi uraian berikut ini :

1. Tahap kegiatan awal atau pendahuluan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan guru adalah melakukan orientasi, yaitu membina suasana atau iklim pembelajaran yang resfonsif, mengkondisikan peserta didik untuk siap melaksanakan proses pembelajaran, dan memberikan motivasi agar peserta didik termotivasi untuk belajar. Selain itu, pada tahap ini guru menyampaikan topik materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai oleh peserta didik, serta menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik mulai dari merumuskan masalah sampai dengan penarikan kesimpulan. Setelah itu guru membagi peserta didik dikelas dengan enam kelompok yang terdiri dari lima sampai dengan enam peserta didik dalam setiap kelompoknya.

2. Tahap kegiatan inti. Pada tahap ini peserta didik melakukan kegiatan belajar secara kelompok dan mengerjakan tugas yang telah disiapkan dalam Lembar Kegiatan Kelompok . Setiap kelompok diarahkan untuk mengerjakannya sesuai dengan langkah-langkah inkuiri sosial, yang dimulai dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah data, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Pada tahap perumusan masalah, peserta didik diarahkan untuk membuat rumusan masalah sesuai dengan tugas yang diberikan. Rumusan permasalahan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Pada tahapan perumusan hipotesis, peserta didik diarahkan untuk


(37)

membuat jawaban sementara dari pertanyaan yang dirumuskan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan tahapan pengumpulan data dan pengolahan data. Pada tahap ini siswa melakukan pengujian dari modul yang dipersiapkan guru mitra atau buku-buku lain yang di miliki peserta didik berkenaan dengan materi yang dipelajari. Selain itu siswa melakukan diskusi-diskusi dikelompoknya dalam rangka mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan dalam rangka pengujian hipotesis. Pada tahap pengujian hipotesis peserta didik diarahkan untuk membuktikan jawaban melalui penyajian data-data yang mendukung dan dengan logika pengetahuan yang rasional sesuai konsep. Penyajian data dilakukan melalui kegiatan presentasi di depan kelas, sehingga tercipta diskusi antar kelompok. Pada tahap ini, setiap kelompok secara bergiliran menyajikan hasil pekerjaannya di depan kelas, dan kelompok lain memberikan tanggapan atau pendapat. Pada tahapan kegiatan inti ini, peran guru mitra adalah sebagai fasilitator dan motivator proses pembelajaran, yang memberikan bimbingan dan petunjuk kepada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Tahap Kegiatan Penutup. Kegiatan yang dilakukan pada tahap adalah membuat kesimpulan dan refleksi, dan melakukan evaluasi. Pada tahap penarikan kesimpulan, guru mendorong peserta didik untuk dapat membuat kesimpulan atas kegiatan belajar mengajar yang baru dilakukan. Selanjutnya, guru melakukan evaluasi (tes) dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah. Pada tahap refleksi, guru mitra mencatat hal-hal penting yang menjadi masukan untuk perbaikan perencanaan pembelajaran sejarah pada siklus berikutnya.


(38)

c. Evaluasi Model Pembelajaran Inkuiri Sosial

Evaluasi yang dimaksud dalam tahap ini adalah tahap melakukan terhadap penilaian draf awal model pembelajaran yang telah disusun .

Evaluasi merupakan tahap penting untuk dilakukan, sebab penemuan model pembelajaran inkuiri sosial yang cocok untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik di madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat didasarkan atas hasil evaluasi terhadap implementasi dari rencana yang telah dibuat.

Kegiatan evaluasi akan dilakukan baik terhadap rencana maupun implementasi model pembelajaran, sebab rencana pembelajaran disusun oleh guru dengan beberapa masukan dari peneliti, maka evaluasi juga dilakukan bersama-sama peneliti dan guru.

Penilaian juga dilakukan setelah rencana pembelajaran tersebut dilaksanakan untuk melihat kecocokan antara rencana dengan implementasinya, baik yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran, materi, metode, media dan sumber belajar, serta evaluasi. Berkenaan dengan tujuan pembelajaran yang dinilai adalah kesesuaiannya dengan kompetensi dasar yang meliputi aspek substansi (pengetahuan) dan keterampilan berpikir kritis.

E. Prosedur Penelitian Siklus Satu

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

1. Penyusunan desain pembelajaran yang mencakup penentuan jenis dan topik yang akan dijadikan model pembelajaran inkuiri sosial

2. Membuat instrumen penelitian dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

3. Sosialisasi kepada peserta didik mengenai model pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri sosial .


(39)

b. Tindakan

Pada tahap ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun diterapkan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dlaksanakan di kelas ini adalah model pembelajaran inkuiri sosial, kegiatan belajar yang direncanakan dalam pembelajaran inkuiri sosial ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kelompok atau klasikal, dimana setiap individu (peserta didik) akan belajar secara kelompok baik dalam kelompok besar atau kecil. Melalui kegiatan belajar kelompok yang disesuaikan dengan langkah-langkah inkuiri sosial diyakini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, sebab langkah-langkah pembelajaran inkuiri sosial merupakan suatu prosedur pembelajaran yang sistematis dan menantang peserta didik untuk berpikir kritis.

Tahapan model pembelajaran ini meliputi: 1. Perumusan masalah

2. Tahap pengembangan hipotesis 3. Tahap pengumpulan data 4. Tahap pengolahan data 5. Tahap pengujian hipotesis 6. Tahap perumusan kesimpulan c. Observasi

Selama kegiatan pembelajaran dengan model inkuiri soaial, peneliti yang dibantu guru sejarah (guru mitra) dikelas XI IPS 1 MAN Cililin, melakukan observasi. Observasi yang dilaksanakan berupa monitoring dan mendokumentasikan segala aktivitas peserta didik di kelas.

d. Refleksi

Pada akhir siklus dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil dari kegiatan pada tahapan tindakan dan observasi. Hasil dari kegiatan pada tahapan tindakan dan observasi yang dianalisis sebagai bahan untuk merefleksi apakah pembelajaran yang


(40)

dilaksanakan sebelumnya sesuai dengan yang direncanakan dan diharapkan.

Siklus Dua

Hasil refleksi pada siklus I kemudian di tindak lanjuti dengan pelaksanaan siklus ke II. Tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada siklus ini meliputi : a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

1. Penyusunan desain pembelajaran yang mencakup penentuan jenis dan topik yang akan dijadikan model pembelajaran inkuiri sosial

2. Membuat instrumen penelitian dan menyusun RPP.

3. Sosialisasi kepada peserta didik mengenai model pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri sosial .

b. Tindakan

Pada tahap ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun diterapkan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dlaksanakan di kelas ini adalah model pembelajaran inkuiri sosial, kegiatan belajar yang direncanakan dalam pembelajaran inkuiri sosial ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kelompok atau klasikal, dimana setiap individu (peserta didik) akan belajar secara kelompok baik dalam kelompok besar atau kecil. Melalui kegiatan belajar kelompok sesuai dengan langkah-langkah inkuiri sosial diyakini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, sebab langkah-langkah pembelajaran inkuiri sosial merupakan suatu prosedur pembelajaran yang sistematis dan menantang siswa untuk berpikir kritis.

Tahapan model pembelajaran ini meliputi: 1. Perumusan masalah

2. Tahap pengembangan hipotesis 3. Tahap pengumpulan data 4. Tahap pengolahan data 5. Tahap pengujian hipotesis


(41)

6. Tahap perumusan kesimpulan c. Observasi

Selama kegiatan pembelajaran dengan model inkuiri sosial, peneliti yang dibantu guru sejarah dikelas XI IPS 1 MAN Cililin, melakukan observasi. Observasi yang dilaksanakan berupa monitoring dan mendokumentasikan segala aktivitas siswa di kelas.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti membandingkan hasil pada siklus II dengan hasil pada siklus I.

F. Instrumen Penelitian

Ada empat instrumen dalam penelitian ini, yaitu: 1. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran di dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri sosial . Lembar observasi tersebut digunakan sebagai pedoman melakukan observasi atau pengamatan untuk memeroleh informasi bagaimana proses dengan model pembelajaran inkuiri sosial yang dilaksanakan di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat. (ada pada lampiran)

2. Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis.

Rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis disusun berdasarkan aspek dan indikator berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini. Interval skor rubrik ini ada lima yaitu 0, 1, 2, 3, 4. Terdapat kriteria yang telah ditentukan untuk setiap skor tersebut. (lihat lampiran 14)

3. Angket Respons Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran

Angket respons terhadap pelaksanaan model pembelajaran inkuiri sosial berdasarkan indikator-indikator model pembelajaran inkuiri sosial . Angket ini disusun untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk setiap siklus. (lihat lampiran 9) .


(42)

4. Tes Tertulis

Tes terdiri dari dua jenis yaitu tes kemampuan awal dan tes akhir siklus. Tes kemampuan awal diberikan pada awal siklus pertama dan bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis awal siswa. Sedangkan tes akhir siklus untuk mengukur peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan model inkuiri soaial . Dalam penelitian ini dilaksanakan dua kali tes akhir siklus yaitu: tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II.

5. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan adalah foto-foto kegiatan siswa selama proses pembelajaran inkuiri sosial . Foto-foto ini digunakan sebagai alat bantu untuk menggambarkan apa yang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran berlangsung.

G. Validasi Instrumen

Validasi instrumen pada penelitian ini menggunakan jenis validitas isi, di mana instrumen memiliki kesesuaian isi dalam mengungkap atau mengukur indikator yang diamati. Instrumen memuat hal-hal yang sesuai dengan aspek dan indikator berpikir kritis berdasarkan pustaka yang dikaji oleh peneliti. Penentuan validitas instrumen dilakukan oleh ahli pada bidang berpikir kritis.

H. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian yang akan digunakan meliputi komunikasi, dokumen, serta berlangsungnya pembelajaran yaitu aktifitas guru dan peserta didik kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat yang dapat diobservasi dalam proses belajar mengajar sejarah. Data penelitian yang telah disebutkan di atas akan diperjelas dalam uraian berikut ini.

1. Komunikasi interaktif ini terjadi antara guru dengan peserta didik antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Pengumpulan data yang berupa komunikasi atau interaksi ini dilakukan dengan observasi langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran sejarah di dalam kelas. dan juga selama diskusi balikan yang dilakukan peneliti dengan kolaborator.


(43)

2. Dokumen dalam penelitian ini adalah catatan atau bahan tertulis yang dibuat oleh peneliti bersama kolaborator atau juga hasil kerja peserta didik secara tertulis, misalnya tugas peserta didik. Catatan yang pada akhirnya akan digunakan dan diobservasi adalah catatan yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan peserta didik di kelas maupun yang dibuat guru atau peneliti berhubungan dengan permasalahan penelitian.

3. Aktifitas yaitu interaksi antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik, tindakan yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran serta melihat bagaimana respon peserta didik terhadap tindakan guru tersebut. Data ini diperoleh melalui observasi langsung yang dilakukan peneliti dan kolaborator.

Data-data dalam penelitian ini diambil melalui instrumen lembar observasi, tes, angket, dan dokumentasi. Selama pelaksanaan pembelajaran inkuiri sosial berlangsung, peneliti mencatat segala informasi dengan menggunakan lembar observasi.

Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran saat melaksanakan model pembelajaran inkuiri sosial.

Di setiap akhir siklus dilaksanakan tes tertulis yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dan pengisian angket respons terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri sosial yang bertujuan untuk mengetahui respons peserta didik terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk setiap siklus.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan rencana tindakan, menggambarkan hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran dan mendeskripsikan aktivitas atau partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran serta kemampuan berpikir kritis peserta didik sesuai dengan hasil pengamatan. Sedangkan teknik kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan tentang efektivitas dari pembelajaran yang meliputi hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa.


(44)

Penentuan hasil belajar berdasarkan hasil soal akhir siklus, dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis peserta didik ditentukan dari hasil penilaian kemampuan menyelesaikan soal dengan baik berdasarkan rubrik penilaian yang disusun. Peningkatan pembelajaran ditentukan berdasarkan pencapaian pada aspek-aspek hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa.

Berikut analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Penyajian data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun informasi secara sistematis dari tahap reduksi data sehingga mempermudah dalam membaca data.

2. Triangulasi

Triangulasi data dilakukan dengan memadukan data yang diperoleh dari hasil lembar observasi, angket, tes, dan dokumentasi untuk mempermudah dalam penarikan kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah pemberian makna pada data yang diperoleh dari penyajian data. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil data yang telah diperoleh.

a. Analisis Data Hasil Observasi

Data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran inkuiri sosial .

b. Analisis Hasil Tes

Analisis hasil tes dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri soaial . Data hasil tes dianalisis berdasarkan pedoman penilaian yang telah dibuat oleh peneliti.

Pedoman penilaian hasil test berdasarkan rubrik skor berpikir kritis. Adapun perhitungannya bisa dilihat dalam rumus berikut :

1. Penskoran per Indikator Kemampuan Berpikir Kritis dalam Tes

x 100 %


(45)

Keterangan:

Jumlah skor nomor soal 1 pada indikator.

Jumlah skor nomor soal 2 pada indikator.

Jumlah skor nomor soal 3 pada indikator.

Jumlah skor nomor soal 4 pada indikator.

Jumlah skor nomor soal 5 pada indikator.

=

Persentase per indikator berpikir kritis siswa.

2. Penskoran per Indikator Aspek Kemampuan Berpikir Kritis dalam Tes

Keterangan:

= persentase berpikir kritis indikator ke-k, dengan k = 1,2,3,

… , n

n = banyaknya indikator per aspek

=

Persentase kemampuan berpikir siswa per aspek

3.

Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Siswa secara Klasikal

Keterangan:

= persentase berpikir kritis siswa per aspek ke-i, dengan i = 1,2,3,

= persentase kemampuan berpikir kritis secara klasikal Setelah diperoleh hasil persentase kemampuan berpikir kritis siswa, peneliti menentukan kategori kemampuan berpikir kritis siswa. Pemberian kategori bertujuan untuk mengetahui kualifikasi persentase kemampuan berpikir kritis siswa. (Slameto,1996 :189).


(46)

Tabel 3.1

Tabel Kriteria Berpikir Kritis Siswa

Skor Kriteria

89 % < X

100 % Sangat Tinggi 78 % < X

89 % Tinggi

64 % < X

78 % Sedang 55 % < X

64 % Rendah

0 % < X

55 % Sangat Rendah

J. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat tergolong ke dalam kategori tinggi atau sangat tinggi, yaitu 78 % < X

89 %.


(47)

BAB V

KESIMPULAN

Pada bab V ini, peneliti akan menjelaskan mengenai dua hal, yaitu mengenai kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan bagian kedua akan menyajikan rekomendasi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini serta hasil analisis yang didapat dari tes kemampuan awal. Tes siklus satu tes siklus dua, maka penulis menarik beberapa kesimpulan penelitian yang dikemukakan sebagai berikut:

Model pembelajaran inkuiri sosial dapat dijadikan alternatif dalam memperbaiki kelemahan pembelajaran sejarah khusunya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik di kelas XI IPS 1, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cililin Kabupaten Bandung Barat .

Implementasi model pembelajaran inkuiri sosial pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang meliputi pendahuluan/ kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan inti, terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada implementasinya, dilakukan sesuai dengan desain model pembelajaran inkuiri sosial pada mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat. yang dihasilkan peneliti melalui proses Penelitian Tindakan Kelas .

Dalam hal ini, peningkatan keterampilan berpikir Kritis peserta didik mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada sekolah dengan kategori tinggi, sedang maupun rendah.

Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri sosial sesuai dan cocok diimplementasikan pada mata pelajaran sejarah di SMA/MA untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, karena menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada masing-masing kategori tersebut.


(1)

untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. Oleh karena itu, kepala sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap berbagai upaya perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran yang dilakukan guru, baik berupa motivasi dan dukungan fasilitas maupun keterbukaan terhadap berbagai inovasi dalam bidang pembelajaran.

Model pembelajaran inkuiri sosial yang dihasilkan ini merupakan salah satu contoh model yang dapat dijadikan pedoman oleh kepala sekolah dalam mendorong, membina dan memfasilitasi inovasi dan peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan oleh guru, terutama dalam implementasi mata pelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

3. Rekomendasi kepada Peneliti Selanjutnya

Penelitian Tindakan Kelas ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, sehingga dianggap perlu untuk memberikan rekomendasi dilakukannya penelitian lanjutan. Dengan demikian penelitian yang dilakukan selanjut tidak hanya terbatas pada jenjang SMA/MA tapi jenjang, SD/MI atau SMP/MTs tetapi tujuannya sama yaitu untuk peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.

Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini menghasilkan satu model pembelajaran inkuiri sosial yang cocok dan cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa di kelas XI Program IPS pada mata pelajaran sejarah. Oleh karena itu, diberikan rekomendasi kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian pengembangan pada bidang kajian atau mata pelajaran lain dan pada subjek lain dengan jenjang/ tingkat pendidikan yang berbeda.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Alma, Buchari.( 2008). Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Bandung : Alfabeta.

Alfian, Magdalia., Soeyono, Nana., Suhartono, Sudarini. (2007). Sejarah untuk SMA dan MA Kelas XI 2 . Jakarta : Erlangga.

Angelo, T. A. (1995). Classroom assessment for critical thinking. Teaching of Psychology,

Arif, Muhammad. (2011). Pengantar Kajian Sejarah. Bandung : Yrama Widya. Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Banks, James A. and Ambrose A. Clegg, Jr (1985). Teaching Strategies in The Social Studies:Inquiry, Valuing and Decision Making (Third Edition). New York: Longman

Beyer, K. Barry. 1971. Inquiry In The Sosial Studies Classroom (A Strategy For Teaching). Charles E Merrill Publishing Company. Ohio

Borich, Gary D. (1992). Effective Teaching methods. New York: Macmillan Publishing Co.

Bruce,Marsha,Jarolimek (1993) Social Studies in Elementary Education (9 th. Ed)New York:Macmillan Publishing, Co.Ltd.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

BSNP .(2007). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model silabus, Mata Pelajaran sejarah, SMA/MA. Depdiknas

Clark, H.L (1973) Teaching Social Studies in Secondary Schools,London:Collin Macmillan Publishers.

Costa, L. Arthur. 1985. Developing Minds. California: Association for Supervision and Curriculum Development.


(3)

Fisher, Alec. (2008) . Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga. Freire, Paulo. (2001). Pedagogi Pengharapan Menghayati Kembali Pedagogi

Kaum Tertindas. Yogyakarta : Kanisius

Garvey dan Krug. (1997). Models of History Teaching in the Secondary School. Melbourne : Oxford University Press.

Glaser, E. (1941). An Experience in the Development of Critical Thinking.

Advanced School of Education at Teacher’s College, Columbia University. Gulo, W. ( 2008). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta : Grasindo

Hasan,S.H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Dep. P dan K Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Hasan, S.H. (1999). Pendidikan Sejarah Untuk Membangun manusia Baru Indonesia, dalam Mimbar Pendidikan , Nomor 2 Tahun XVIII. Bandung : IKIP Bandung.

Hasan, S.H. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia : Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung : Rizqi Press.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research (2nd ed.). Philadelphia: Open University Press.

Isjoni. (2007). Integrated Learning (Pendekatan Pembelajaran IPS Di Pendidikan Dasar). Bandung : Falah Production.

Ismaun, H. (2012). Kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam Pendidikan Sejarah, Hand Out, Pascasarjana UPI Bandung.

Ismaun, H. (2001). Paradigma Pendidikan Sejarah Yang Terarah dan bermakna, Hand Out, Pascasarjana UPI Bandung.

Jarolimek, J ( 1977 ). Social Studies in Elementary Education . New York: Mc Milland Published.

Joyce, B., Weil,M, Calhoun ( 2000 ). Models of Teaching – Model-model Pengajaran Edisi kedelapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kemp, Jerold. E. (1995). The Instructional Design Process. New York : Harper and Row Publisher.

Makmun, Abin Syamsuddin . (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.


(4)

M.D, Dahlan. (1990). Model-Model Mengajar Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar), Bandung Diponegoro

Paul, R., Fisher, A. And Nosich, G. (1993). Workshop on Critical Thinking Strategis. Foundation for Crical Thinking, Sonoma State University, CA. Piaget, (1977). The Development of Thought, Equilibrium Of Cognitive, Structures.

(A.Rosin. Trans). New York : The Viking Press

Robert A, Wilkins (1990). Model Lessons, Bridging The Gap Between Models Of Teaching and Classroom Application . Curtin University, Perth Western Australia.

Sanjaya, Wina . (2012). Strategi Pembelajaran Berorinetasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Saripudin, Didin., Ahmad, Abdul Razaq. (2008). Masyarakat dan Pendidikan : Perspektif Solsiologi. Pahang : Yayasan Istana Abdul Aziz.

Sjamsuddin, Helius . (2007) . Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak Slameto. (1996). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Soekamto, Toeti dan Sarifudin, Udin . (1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : UT

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dann R & D. Bandung : Alfabeta

Sunaryo (1989). Evaluasi Hasil Belajar, Jakarta ,P2LPTK Dikti, Depdikbud Suniti (2001). Pengembangan Model Inkuiri Sosial Untuk Mata Pelajaran IPS.

Bandung : PPs UPI. Tesis : Tidak Diterbitkan

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Tim UPI Bandung. (2009). Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru : Materi dan Metodologi Sejarah. Bandung : UPI Bandung

Tim UPI Bandung. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Bandung.

Tim Penyusun Kamus. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka


(5)

Wilson. S.M. dan Wineburg, S.S. (1993). Wrinkles in Time and Place : Using Performence Assesment to Understand The Knowledge of History Teachers. American Educational research Journal.

Wiriaatmaja,R (2002) Menyegarkan Kembali Model Pendidikan Inkuiri di Kalangan Pengajar Sejarah. Pendidikan Sejarah di Indonesia Perspektif Lokal, Nasional, dan Global, Bandung:Historia Utama Press.

Wiriaatmaja,R (2002) Pendidikan Sejarah Di Indonesia : Perspektif Lokal, Nasional dan Global . Bandung:Historia Utama Press.

Wiriaatmaja,R (2012) Metode Penelitian Tindakan Kelas : Untuk MeningkatkanKinerja Guru dan Dosen, Bandung, Remaja Rosdakarya Zaini, Hisyam., Munthe, Bermawi., Aryani, Ayu Sekar. (2008). Strategi

Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Internet :

Irvani. (2011). Strategi Pembelajaran Inkuiri. Tersedia di

http://irvanikaryatulis.blogspot.com/2011/10/strategi-pembelajaran-inkuiri.html. Diakses Tanggal 1 November 2012.

Larasati, Wahyuti. (2010). Model Pembelajaran Berbasis Kontekstual. Tersedia di

http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com/2010/10/model-pembelajaran-berbasis-kontekstual.html . Diakses Tanggal 18 Juni 2012

Sudrajat, Ahmad. (2008). Pembelajaran Inkuiri Sosial (Social Inquiry).Tersedia di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/30/pembelajaran-inkuiri-sosial/. Diakses Tanggal 13 Agustus 2012.

Sutrisno, Joko. (2008) . Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Tersedia di

http://www.erlangga.co.id/pendidikan/364-example-pages-and-menu-links.html. Diakses Tanggal 27 Februari 2013.

Umami, Mariza. (2010). Berfikir Kritis. Tersedia di http://marizaumami.wordpress.com/2010/06/15/makalah-berfikir-kritis/. Diakses Tanggal 27 februari 2013

---. (2012).10 Definisi Berpikir Kritis . Tersedia di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/12/10-definisi-berpikir-kritis.html. Diakses Tanggal 27 Februari 2013.


(6)

---. (2012). Teori Belajar Berpikir Kritis. Tersedia di http://ediconnect.blogspot.com/2012/03/teori-belajar-berpikir-kritis.html. Diakses Tanggal 27 Februari 2013.

---. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Tersedia di http://diditnote.blogspot.com/2013/05/penelitian-tindakan-kelas-ptk-


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL INKUIRI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP

0 16 152

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.

0 4 36

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TEMA POTENSI PERTANIAN : Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas VIII E di SMP Negeri 2 Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 5 49

PENERAPAN METODE INKUIRI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TERHADAP ISU KESENJANGAN SOSIAL-EKONOMI DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII C SMPN 5 Kota Bandung.

0 4 62

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA MUHAMMADIYAH KEDAWUNG DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan di Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah Kedawung Kabupaten Cirebon.

4 39 100

PENERAPAN ASESMEN KINERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung.

3 17 47

UPAYA MENUMBUHKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SEJARAH MELALUI PENERAPAN ASESMEN KINERJA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI Bahasa 1 MAN 2 Bandung.

0 0 57

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung.

2 31 44

PENERAPAN ASESMEN KINERJA UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN MENGANALISIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung.

0 0 43

Pengembangan Modul IPA Berbasis Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas VII SMP Pada Materi Kalor.

0 0 19