PENERAPAN ASESMEN KINERJA UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN MENGANALISIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung.

(1)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian... 7

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 8

D. Sistematika Penulisan... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Tinjauan Umum Asesmen Kinerja ... 12

1. Pengertian Asesmen Kinerja ... 12

2. Task dan Rubric ... 15

3. Karakteristik dan Manfaat Asesmen Kinerja ... 20

4. Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Kinerja ... 24

B. Tinjauan Umum Keterampilan Menganalisis ... 26

1. Pengertian Keterampilan Menganalisis... 26

2. Kategori-kategori Analisis ... 28

C. Penerapan Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran Sejarah untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Metode Penelitian... 36

B. Prosedur Penelitian... 38

C. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 43

D. Definisi Operasional... 43

1. Asesmen Kinerja ... 43

2. Keterampilan Menganalisis ... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Observasi ... 46


(2)

3. Studi Dokumentasi ... 49

F. Instrumen Penelitian... 50

1. Lembar Pedoman Observasi ... 50

2. Catatan Lapangan. ... 51

3. Lembar Pedoman Wawancara ... 51

4. Lembar Task ... 52

5. Rubrik ... 52

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 54

H. Validitas Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Gambaran Umum Sekolah ... 58

1. Profil Sekolah ... 58

2. Profil Guru Mitra... 61

3. Kondisi Siswa dan Kelas ... 62

B. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Penerapan Asesmen Kinerja untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa pada Pembelajaran Sejarah ... 63

1. Deskripsi Perencanaan Penerapan Asesmen Kinerja untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa pada Pembelajaran Sejarah ... 63

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Penerapan Asesmen Kinerja untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa pada Pembelajaran Sejarah ... 66

a. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus 1 ... 66

b. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 84

c. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus III ... 98

3. Hasil Penerapan Asesmen Kinerja untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa pada Pembelajaran Sejarah ... 113

a. Deskripsi Hasil Pengolahan Data Penerapan Asesmen Kinerja .. 113

b. Analisis atau Pembahasan Hasil Penelitian Penerapan Asesmen Kinerja ... 121

4. Kendala-Kendala yang dihadapi dan Solusi dalam Mengatasinya pada Penerapan Asesmen Kinerja untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa dalam Pembelajaran Sejarah .... 126

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 129

A. Kesimpulan ... 129

B. Rekomendasi ... 131

DAFTAR PUSTAKA ... 133 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Dimensi Kognitif (Menganalisis) ... 29

Tabel 3.1 Data, Sumber Data, Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 53

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 77

Tabel 4.2 Rubrik Tugas Kelompok Siklus I ... 81

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 91

Tabel 4.4 Rubrik Tugas Kelompok Siklus II ... 94

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 106

Tabel 4.6 Rubrik Tugas Kelompok Siklus III ... 109

Tabel 4.7 Hasil Perolehan Skor Tugas Kelompok ... 117

Tabel 4.8 Hasil Presentase Aktivitas Siswa ... 120

DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Taggart ... 39

Gambar 3.2 Bagan Tiga Tahap Observasi ... 48

Gambar 4.1 Kelompok sedang Merancang Peta ... 70

Gambar 4.2 Kelompok sedang Menggambar Peta ... 71

Gambar 4.3 Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Tarumanegara ... 72

Gambar 4.4 Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya ... 74

Gambar 4.5 Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno ... 86

Gambar 4.6 Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Kediri ... 88

Gambar 4.7 Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Singasari ... 99

Gambar 4.8 Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Majapahit ... 102

Gambar 4.9 Diagram Perolehan Skor Tugas Kelompok ... 118

Gambar 4.10 Diagram Presentase Rata-Rata Skor Tugas Kelompok ... 118


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya untuk memperoleh sejumlah informasi mengenai perkembangan siswa selama kegiatan pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa. Dalam konteks pendidikan, pelaksanaan asesmen di sekolah merupakan bagian dari proses pembelajaran yakni refleksi pemahaman terhadap perkembangan atau kemajuan siswa secara individual. Pelaksanaan asesmen di sekolah-sekolah dapat meliputi kegiatan mengamati, mengumpulkan, memberi skor/penilaian, mendeskripsikan dan menginterpretasi informasi mengenai proses pembelajaran siswa.

Zainul (2008: 33) mengungkapkan “ada kesenjangan yang besar antara

asesmen yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan asesmen yang

dilakukan secara nasional atau dalam suatu daerah otonom tertentu”. Dalam

hal ini, asesmen yang dilakukan oleh guru lebih terfokus pada pencapaian proses belajar siswa selama di sekolah, sedangkan asesmen yang dilaksanakan secara nasional lebih tertuju pada pencapaian prestasi belajar siswa atau hasil belajar siswa selama menempuh pendidikan. Linson & Tighe (Ronis, 2011: 22) pun mengungkapkan “asesmen berfokus pada pengumpulan informasi mengenai pencapaian prestasi siswa yang dapat digunakan untuk


(5)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

Salah satu asesmen alternatif yang memberikan kontribusi dalam pelaksanaan penilaian pembelajaran di kelas adalah asesmen kinerja. Asesmen kinerja merupakan bagian dari asesmen alternatif yang muncul dan mulai dilakukan di sekolah-sekolah sebagai kritikan terhadap kelemahan tes baku atau tes tradisional dengan menggunakan tes objektif yang banyak mendominasi di sekolah-sekolah. Penggunaan tes tradisional atau paper and

pencil test yang mendominasi di sekolah mengakibatkan asesmen kinerja ini

menjadi bagian yang terisolir dari proses pembelajaran secara keseluruhan. Asesmen kinerja menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai hal yang kurang menantang siswa untuk menggunakan kemampuan atau keterampilan berpikirnya.

Tujuan dalam pendidikan dari Taksonomi Bloom telah menjadi salah satu arah dalam pengembangan para guru dalam mencapai suatu proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa. Terdapat tiga tingkatan Taksonomi Bloom yaitu kognitif, afektif dan pskomotorik. Ranah kognitif menjadi aspek yang mayoritas diharapkan dalam pembelajaran, begitu juga afektif dan psikomotorik yang tidak kalah pentingnya guna menjadikan siswa memiliki bekal tidah hanya kemampuan intelektual, tetapi keterampilan dan sikap yang akan membentuk nilai serta tingkah laku siswa. Menurut Arifin (2010: 21) “analisis adalah jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya”. Keterampilan menganalisis sebagai salah


(6)

satu tujuan pembelajaran ranah kognitif dari Taksonomi Bloom setelah ingatan, pemahaman dan aplikasi.

Pelajaran sejarah merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial yang membahas mengenai perubahan dan perkembangan aspek kehidupan manusia di masa lampau yang berkaitan dengan konsep tempat, waktu, tokoh dan peristiwa. Mata pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah harus memberikan kontribusi dalam pendidikan sehingga siswa dapat mengambil nilai guna mata pelajaran sejarah dengan mengabdikan masa lalu dengan keterkaitannya masa sekarang maupun masa depan. Materi sejarah yang berisikan fakta-fakta, konsep-konsep serta generalisasi harus mampu melatih daya nalar siswa dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir.

Pembelajaran tidak hanya difokuskan pada kemampuan pengetahuan dan pemahaman siswa, tetapi juga aspek kemampuan kognitif lainnya. Pada tingkat SMA/MA, Standar Kompetensi mata pelajaran sejarah kelas XI program IPS adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis perjalanan Bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional.

2. Menganalisis perkembangan Bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang.

3. Menganalisis sejarah dunia yang mempengaruhi sejarah Bangsa Indonesia dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-20 (Pusat Kurikulum, 2003: 23).

Berdasarkan Standar Kompetensi pada mata pelajaran sejarah terlihat bahwa kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa adalah kemampuan atau keterampilan menganalisis. Untuk mencapai kompetensi tersebut, siswa harus


(7)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

memiliki keterampilan menganalisis dalam mempelajari materi yang berhubungan dengan sejarah.

Dalam pembelajaran sejarah, keterampilan menganalisis siswa dapat dilakukan dengan menganalisis suatu peristiwa sejarah yang berhubungan sehingga melahirkan sebab-akibat baik peristiwa yang sezaman atau mendahuluinya. Kemampuan seperti ini tentu tidak hanya menggunakan ingatan dan hafalan siswa, tetapi juga pemahaman sehingga akan menantang keterampilan berpikir siswa dalam belajar sejarah. Guru harus memberikan ruang lingkup kepada siswa untuk mengeksplorasi materi sejarah dengan memberikan tugas. Siswa dengan sendirinya akan mencari, membandingkan, menghubungkan dan memberi interpretasi informasi yang ditemukan berdasarkan sumber yang ada.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di MAN 1 Kota Bandung pada kelas XI IPS 2 kegiatan pembelajaran sejarah yang berkembang di kelas dengan menggunakan metode tanya jawab, guru sudah mampu mengajak siswa untuk perlahan-lahan aktif mengungkapkan gagasan atau menjawab pertanyaan guru. Namun, dalam mengungkapkan gagasan dan menjawab pertanyaan dari guru, gagasan dan jawaban yang diungkapkan siswa masih pada taraf aspek kognitif pengetahuan dan pemahaman.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk menanyakan mengenai asesmen terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru sambil melihat dan mengamati buku tugas individu siswa. Dalam buku tugas tersebut, tugas yang dikerjakan siswa masih berupa


(8)

data dan fakta belum dilengkapi dengan analisis siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam tugas yang diberikan sedangkan keterkaitan antara fakta-fakta dan pemecahan masalah belum mereka kuasai.

Asesmen dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan memberikan tugas individu dan menilai keaktifan siswa tersebut belum mampu membuat siswa memiliki keterampilan menganalisis. Hal ini juga diungkapkan oleh guru yang bersangkutan bahwa keterampilan menganalisis siswa sebagian besar masih sangat rendah bahkan belum memilikinya. Pelajaran sejarah masih dianggap hafalan dari fakta-fakta, nama tokoh, tanggal, tahun dan sebagainya sehingga kemampuan kognitif yang ada dalam siswa sebagian besar adalah kemampuan mengingat dan memahami.

Selain itu juga, penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara keseluruhan masih menggunakan penilaian tes atau paper and pencil test. Penilaian tes atau paper and pencil test ini menuntut jawaban atau uraian yang benar di mana jawaban yang dituliskan pun masih kemampuan ingatan atau pengetahuan. Jawaban yang dituliskan pun sebagian masih terpaku pada buku teks. Penilaian tes yang digunakan di kelas ini belum mampu mengukur aspek kognitif lainnya dan keterampilan berpikir siswa dalam mengerjakannya.

Kusmarni (file.upi.edu/direktori/fpips/jur._pend.../prociding_ips.pdf)

mengungkapkan dalam sebuah tulisan yang berjudul “penerapan asesmen kinerja dalam pembelajaran IPS” bahwa:

Kelas yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan proses pembelajaran


(9)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

serta penguasaannya terhadap bahan ajar dan juga tidak cukup dengan kemampuan guru mengusai kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap pencapaian kompetensi peserta didik yang sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya atau kebijakan perlakuan terhadap peserta didik terkait dengan konsep ketuntasan belajar.

Merujuk dari wacana tersebut, dalam suatu kegiatan pembelajaran di kelas diperlukan penilaian pembelajaran yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Seperangkat penilaian harus dirancang oleh guru dengan sebaik mungkin sehingga mampu mengukur aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Walaupun dalam pembelajaran di kelas didukung dengan strategi atau metode pembelajaran yang baik, tanpa digunakan penilaian yang baik pula, hal ini akan menyebabkan proses pembelajaran di kelas tidak sebanding dengan hasil pencapaian kompetensi siswa selama mempelajari materi pelajaran yang bersangkutan.

Pembelajaran yang menuntut siswa untuk menunjukkan kinerja dan kompetensinya akan menyebabkan siswa menggunakan dan menantang keterampilan berpikirnya dalam mencari, menemukan, mengolah dan menggunakan informasi yang diperoleh berdasarkan tugas yang diberikan. Asesmen kinerja dapat menuntut siswa untuk melakukan suatu tugas yang menghasilkan produk, kinerja atau uraian jawaban dari suatu pertanyaan yang menuntut siswa menunjukkan kemampuan dan keterampilan berpikirnya. Tugas-tugas yang terkait dengan kinerja ini dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemampuan siswa dalam mencari, menemukan, mengolah dan menggunakan informasi.


(10)

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti perlu melakukan suatu tindakan dalam memperbaiki pembelajaran di kelas dengan penilaian pembelajaran yang lebih variatif sehingga menggambarkan secara keseluruhan proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Adanya penerapan asesmen kinerja ini diharapkan akan menjadi solusi bagi peneliti untuk memperbaiki pembelajaran di kelas agar mampu menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa dalam memahami materi sejarah.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah teridentifikasi tersebut bahwa pembelajaran sejarah belum menunjukkan keterampilan siswa dalam menganalisis. Oleh karena itu, peneliti membatasi permasalahan penelitian yakni dengan “Bagaimana Penerapan Asesmen Kinerja untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa pada Pembelajaran

Sejarah di Kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung”.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan desain perencanaan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung?

2. Bagaimana langkah-langkah dalam penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung?


(11)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

3. Apa hasil dari penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung?

4. Bagaimana kendala dan upaya dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh gambaran dalam mengembangkan desain perencanaan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung.

2. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah dalam penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung.

3. Untuk mengevaluasi hasil dari penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung.

4. Untuk mengidentifikasi kendala dan upaya mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan


(12)

keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung.

Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan manfaat bagi sekolah, guru, siswa dan peneliti. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja akan mampu menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa berdasarkan tujuan pembelajaran sejarah di SMA/MA dan tercapainya Standar Kompetensi sebagaimana yang terdapat dalam Kurikulum Sejarah sehingga hal ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah di sekolah.

2. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru mampu memiliki kreativitas lagi agar dapat menerapkan suatu strategi atau metode, penilaian yang lebih bervariasi dan sebagai referensi dalam melakukan penilaian pada pembelajaran sejarah. Hal ini juga akan membuat proses pembelajaran dan penilaian dalam pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan dan menantang kemampuan berpikir siswa.

3. Bagi Siswa

Dengan adanya penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja ini diharapkan siswa mampu menunjukkan kinerja dan kompetensi yang dimiliki didasarkan pada keterampilan menganalisis sesuai dengan tujuan pembelajaran sejarah di SMA/MA yang diharapkan.


(13)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

4.Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman secara langsung dan memperluas wawasan ketika melakukan penelitian ini mengenai model penilaian pada pembelajaran sejarah. Selain itu, penelitian ini juga dijadikan bekal peneliti baik dalam melakukan penelitian selanjutnya maupun dalam mengembangkan model asesmen (penilaian) yang lebih variatif pada pembelajaran sejarah di kelas.

D. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan, maka penyusunan penelitian akan dijabarkan dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah yang terkait dengan judul penelitian ini, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, merupakan pemaparan kajian pustaka yang terkait dengan judul penelitian yang meliputi; pengertian asesmen kinerja, task dan rubric, karakteristik dan manfaat asesmen kinerja, keunggulan dan kelemahan asesmen kinerja, tinjauan umum keterampilan menganalisis, dan penerapan asesmen kinerja dalam menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah.

Bab III Metodologi Penelitian, meliputi tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari metode penelitian, prosedur penelitian, subjek dan lokasi penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengolahan dan analisis data, serta validitas data.


(14)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, membahas hal-hal yang berkenaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan analisis data dan fakta yang ditemukan di lapangan. Bab ini meliputi gambaran umum sekolah, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan penerapan asesmen kinerja pada pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, merupakan bab terakhir di mana peneliti mengemukakan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukannya dan berisikan pula rekomendasi bagi pihak-pihak terkait dan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


(15)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan menyajikan dan mendeskripsikan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah.. Metode penelitian ini meliputi bagaimana cara-cara yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan pelaksanaan penelitian. Agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai harus dilakukan dengan sistematis, terencana dan mengikuti konsep ilmiah. Rangkaian cara penelitian ini menggambarkan prosedur, langkah-langkah dalam melakukan penelitian, subjek dan lokasi penelitian, definisi operasional, sumber data yang dikumpulkan melalui teknik dan alat pengumpulan data, pengolahan dan analisis data serta validitas data.

A. Metode Penelitian

Menurut Sukmadinata (2010: 52) “metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Adapun pengertian metode penelitian pendidikan menurut Sugiyono (2009: 6) adalah “sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat


(16)

digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah

dalam bidang pendidikan”.

Berdasarkan pengertian metode penelitian yang dikemukakan di atas, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan (Sukmadinata, 2010: 56). Kemmis pun mengemukakan secara rinci pengertian Penelitian Tindakan Kelas adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini dan situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini (Wiriaatmadja, 2008: 12).

Adapun menurut Arikunto (2009: 58) “Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan

tujuan memperbaiki mutu praktik di kelasnya”. Jadi, Penelitian Tindakan

Kelas adalah penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah, siswa dan guru. Penelitian Tindakan Kelas ini harus dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan mitra, karena adanya kolaborasi yang baik juga mampu meningkatkan tingkat kemampuan dan kinerja bagi pelaksana penelitian itu sendiri.

Menurut Kunandar (2009: 51), beberapa alasan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menjadi salah satu pendekatan dalam meningkatkan atau


(17)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

memperbaiki mutu pembelajaran di antaranya adalah “merupakan pendekatan pemecahan masalah, menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi guru dalam pembelajaran dan dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan yang dilaksanakan dengan tujuan perbaikan”. Adapun tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas juga diungkapkan oleh Arikunto (2009: 60)

“kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah,

tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat

dipecahkan tindakan yang dilakukan”.

Bagi peneliti sendiri, alasan memilh metode Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan memecahkan masalah yang terjadi di kelas sehingga diharapkan akan terjadi suatu perubahan dan peningkatan dalam kualitas pembelajaran di kelas tersebut.

B.Prosedur Penelitian

Pada Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini, peneliti menggunakan desain penelitian yang diadaptasi dari model Kemmis dan Taggart. Dalam memilih dan menggunakan desain penelitian ini, peneliti harus mengikuti proses mulai awal hingga akhir secara konsisten. Berikut ini merupakan gambar dari desain Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Taggart:


(18)

G 3.1

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2008: 66) Alasan peneliti menggunakan model desain PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart karena di dalam satu siklus atau putaran terdiri atas empat komponen seperti perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observation) dan refleksi (reflection). Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi, diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Jadi, dengan model desain PTK ini pelaksanaan penerapan dapat dilakukan dengan satu kali tindakan setiap siklus dalam acting (pelaksanaan), tidak dibutuhkan beberapa kali tindakan dalam acting (pelaksanaan) setiap siklus.

R

EF

LEC

T

OBSERVE

ACT

R

EF

LEC

TT

OBSERVE

ACT

REVISED


(19)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

Prosedur penelitian yang digunakan berdasarkan Model Kemmis dan Taggart setiap siklus yang terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection) yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan penelitian. Dalam tahap ini, peneliti menyusun serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap tindakan. Hal ini dilakukan peneliti bersama mitra untuk mendapatkan hasil penelitian atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang baik berdasarkan analisis permasalahan yang ditemukan. Pada penelitian ini, perencanaan yang disusun antara lain sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan analisa terhadap kurikulum mata pelajaran sejarah SMA/MA untuk mengetahui Kompetensi Dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan asesmen kinerja.

b. Menentukan pokok bahasan dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan asesmen kinerja.

c. Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) asesmen kinerja.

d. Membuat instrumen yang digunakan dalam penelitian baik berupa format evaluasi maupun observasi.

e. Merencanakan diskusi balikan yang dilakukan dengan kolaborator peneliti.


(20)

f. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan sebagai tindak lanjut dari diskusi balikan.

g. Merencanakan pengolahan dan analisis data dari hasil yang diperoleh selama penelitian.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan adalah deskripsi tindakan atau skenario kerja dan prosedur tindakan yang akan diterapkan dalam penelitian. Pelaksanaan atau tindakan dalam penelitian ini merupakan implementasi dari tahap perencanaan yang sudah disusun oleh peneliti beserta mitra. Tahap pelaksanaan (acting) yang dilakukan oleh peneliti, antara lain sebagai berikut:

a. Melaksanakan perencanaan (acting) sesuai yang direncanakan pada RPP. b. Guru memberikan tugas kelompok kepada siswa untuk membuat peta

sejarah.

c. Memberi kesempatan pada kelompok untuk mempresentasikan kinerjanya.

3. Pengamatan (Observation)

Pengamatan adalah prosedur perekaman data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan yang dirancang dengan menggunakan teknik pengumpul data. Pada tahap pengamatan (observation) dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan (acting), antara lain sebagai berikut:


(21)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

a. Melakukan observasi dengan menggunakan lembar pedoman observasi untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran sejarah dengan penerapan asesmen kinerja.

b. Melakukan pengamatan terhadap keterampilan menganalisis siswa dengan menggunakan rubrik ketika siswa menyampaikan hasil pekerjaannya atau mempresentasikannya.

c. Melakukan dokumentasi terhadap suasana proses pembelajaran saat berlangsung di kelas.

4. Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan setelah tahap perencanaan, tindakan, observasi dilakukan. Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus dan menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan asesmen kinerja dalam menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah. Tahap refleksi yang dilakukan oleh peneliti antara lain sebagai berikut:

a. Melakukan kegiatan diskusi balikan dengan kolaborator maupun mitra peneliti.

b. Merefleksikan hasil diskusi balikan.

c. Mendiskusikan hasil observasi kepada dosen pembimbing.

d. Merumuskan solusi untuk permasalahan atau kendala yang dihadapi pada siklus pertama.


(22)

C.Subjek dan Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MAN 1 Kota Bandung yang terletak di Jalan H. Alpi Cijerah, Kabupaten Bandung. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI IPS 2 semester satu tahun pelajaran 2012/2013. Kelas ini memiliki jumlah siswa sebanyak 30 orang, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Pemilihan sekolah ini, karena ketika peneliti melakukan observasi ditemukan suatu kenyataan yang belum sesuai dengan harapan, sehingga hal ini menjadi suatu masalah yang terjadi dalam kelas pada proses pembelajaran sejarah yang berkaitan dengan penilaian dan kemampuan kognitif siswa.

Selain itu juga, peneliti sudah mengetahui situasi, kondisi serta karakteristik karena peneliti pernah praktik mengajar di sekolah tersebut. Hal ini tentu akan lebih memudahkan peneliti untuk melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian baik dalam pengumpulan data maupun pengolahan data.

D. Definisi Operasional 1. Asesmen Kinerja

Menurut Zainul (2001: 8) “asesmen kinerja adalah asesmen yang

mengharuskan peserta didik mempertunjukkan kinerja bukan menjawab atau memilih jawaban dari sederetan kemungkinan jawaban yang sudah

tersedia”. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan produk dan

performance sebagai task yang akan diberikan kepada siswa dan rubrik


(23)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

siswa. Produk adalah penilaian terhadap hasil karya siswa yang berbentuk suatu benda. Hasil karya (produk) yang dihasilkan siswa ini adalah sebuah peta sejarah sedangkan performance adalah penampilan siswa ketika menampilkan dan mempresentasikan hasil karya peta tersebut.

Berdasarkan definisi tersebut, yang akan diterapkan peneliti dalam pembelajaran sejarah akan dirinci menjadi beberapa indikator yang akan peneliti kembangkan yakni sebagai berikut:

a. Pembagian kelompok

Pada awal penerapan asesmen kinerja dalam pembelajaran sejarah ini, guru membagi siswa ke dalam enam kelompok. Guru memberikan suatu tugas kelompok di mana setiap kelompok untuk membuat peta sejarah yang berbeda-beda setiap kelompoknya.

b. Pelaksanaan

Setelah membentuk kelompok dan mendapat tugas peta yang berbeda di setiap kelompoknya, masing-masing kelompok tersebut membuat peta sejarah yang dikerjakan dengan memilah dan memilih dalam mencari berbagai informasi mengenai tugas tersebut melalui buku paket atau buku sumber lainnya dan internet. Dalam membuat peta sejarah tersebut harus dihubungkan dengan bukti-bukti atau sumber yang terkait yang mendukung terdapatnya beberapa informasi. c. Presentasi kelompok

Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kinerjanya di mana perwakilan siswa dari kelompok tersebut


(24)

mendemostrasikan dan mendeskripsikan peta sejarah yang dibuatnya dengan mengemukakan pendapat serta interpretasinya.

2. Keterampilan Menganalisis

Menurut Bloom (Hermawan dkk, 2009: 48) “analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah unsur suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian bahan

itu”. Jadi, keterampilan menganalisis adalah keterampilan berpikir siswa

untuk menguraikan, memerinci dan menganalisis informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis bukan berdasarkan perasaan atau tebakan.

Berdasarkan definisi tersebut, keterampilan menganalisis siswa dalam pembelajaran sejarah akan dirinci menjadi beberapa indikator yakni sebagai berikut:

a. Memilah dan memilih informasi dalam melakukan pencarian informasi mengenai peta sejarah dari produk yang dibuat siswa.

b. Mendeskripsikan peta sejarah berdasarkan pendapat dan interpretasinya dari performance siswa.

c. Menghubungkan peta sejarah dengan bukti-bukti atau sumber yang relevan dan terkait dari product yang dibuat siswa dan performance siswa.

d. Menguraikan taktik politik kerajaan dalam memperluas wilayah kekuasaan dari performance siswa.


(25)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

e. Menarik kesimpulan dari peta sejarah yang dibuat berdasarkan informasi-informasi yang mendukung yang didasari pada fakta dari

performance siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang hendak dikumpulkan peneliti berkaitan dengan penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas yang bersangkutan. Data yang dibutuhkan adalah berupa gambaran bagaimana asesmen kinerja ini diterapkan di kelas, aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran sejarah di kelas, tanggapan siswa dan guru mengenai penerapan model asesmen ini serta pertumbuhan maupun peningkatan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah dengan penerapan asesmen kinerja.

Untuk memperoleh data penelitian tersebut diperlukan teknik pengumpul data. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2010: 153). Senada dengan pendapat tersebut

Arikunto (2003: 30) mengemukakan bahwa “pengamatan atau observasi


(26)

teliti serta pencatatan secara sistematis”. Jadi, observasi adalah suatu

kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data dan beberapa informasi dengan melakukan pencatatan dan pengamatan secara langsung.

Observasi atau pengamatan sebagai salah satu teknik dalam pengumpulan data terdapat tiga tahap yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan diskusi balikan.

a. Pertemuan perencanaan

Dalam tahap pertemuan perencanaan pihak guru yang menyajikan dan pihak pengamat mendiskusikan rencana pembelajaran yang berkaitan dengan topik atau fokus kajian dan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama sehingga perencanaan pembelajaran dapat terencana dengan baik. b. Observasi kelas

Peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dengan melakukan pengumpulan data melalui observasi yang dibantu dengan mitra peneliti.

c. Diskusi balikan

Data yang diperoleh dikumpulkan oleh peneliti dan mitra selanjutnya dianalisis dan didiskusikan bersama untuk melihat kelebihan atau kekurangan selama pengamatan berlangsung. Di bawah ini merupakan bagan tiga tahap dalam observasi yaitu sebagai berikut:


(27)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

Gambar 3.2 Bagan Tiga Tahap Observasi (Wiriaatmadja, 2008: 106) Observasi juga memiliki beberapa macam teknik observasi yaitu observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur dan observasi sistematik. Dalam memperoleh data melalui wawancara, peneliti akan menggunakan observasi terbuka. Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2008:

110) ‘observasi terbuka adalah apabila pengamat atau observer melakukan

pengamatannya dengan mengambil kertas, pensil kemudian mencatatkan

segala sesuatu yang terjadi di kelas’.

Peneliti akan menggunakan observasi terbuka dengan menggunakan catatan lapangan sebagai panduan untuk mencatat kejadian-kejadian yang berkaitan dengan penelitian selama proses penelitian berlangsung. Selain itu juga, digunakan observasi terstruktur dengan menggunakan pedoman observasi. Observasi terstruktur merupakan pengamatan yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap subjek atau objek penelitian di mana yang diamati itu sesuatu yang bersifat terstruktur (Kunandar, 2009: 148).

Pertemuan Perencanaan


(28)

2. Wawancara

Kunandar (2009: 157) mengemukakan bahwa “wawancara

merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal pada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki relevansi dengan permasalahan

Penelitian Tindakan Kelas”. Ada beberapa bentuk wawancara yaitu

wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstrukur adalah bentuk wawancara yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, akan tetapi memberi keleluasaan untuk menerangkan agak panjang mungkin tidak kefokus pertanyaan/bahasan (Elliot dalam Wiriaatmadja, 2008: 119). Dalam memperoleh data melalui wawancara ini, peneliti hanya melakukan wawancara dengan beberapa siswa yang dianggap dapat mewakili seluruh siswa, mulai dari siswa yang memiliki tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa pada penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa dalam pembelajaran sejarah.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah pengumpulan informasi yang digunakan dalam penelitian sebagai sumber data yang berkaitan dengan suasana yang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran pada saat Penelitian Tindakan


(29)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

Kelas ini dilaksanakan. Dokumen yang digunakan antara lain kamera digital untuk merekam suasana yang terjadi di kelas dengan penerapan asesmen kinerja di mana siswa membuat peta serta mempresentasikannya. Selain itu juga, dokumen yang digunakan adalah dokumen resmi yaitu silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan tugas-tugas siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen yang akan digunakan disesuaikan dengan data yang akan hendak dikumpulkan dan sesuai dengan variabel penelitian. Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan antara lain sebagai berikut:

1. Lembar Pedoman Observasi

Lembar pedoman observasi yaitu perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan dalam penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah. Aries (2011:

39) juga mengemukakan “lembar observasi ini juga dapat dimanfaatkan

untuk mencatat problema dan tingkat perkembangan siswa dalam menguasai isi pembelajaran, sikap/keterampilan siswa bekerjasama, partisipasi siswa, keterampilan bertanya atau minat siswa terhadap pembelajaran”.

Dalam menggunakan lembar pedoman observasi ini, peneliti menginginkan data yang berupa gambaran dari pelaksanaan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran


(30)

sejarah di mana melihat aktivitas-aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung. Untuk aktivitas siswa, peneliti mengamati bagaimana kegiatan siswa di kelas selama proses pembelajaran seperti ketika siswa mengerjakan tugasnya, presentasi maupun diskusi.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untut mencatat segala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran pada saat penelitian. Format catatan lapangan ini meliputi pengisian waktu ketika berlangsungnya kegiatan yang akan dicatat, mendeskripsikan kegiatan yang berlangsung seperti suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Pedoman Wawancara

Untuk melakukan wawancara agar memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan lembar pedoman wawancara yang isinya beberapa perangkat pertanyaan yang akan diajukan peneliti pada siswa bersangkutan. Lembar pertanyaan wawancara boleh dibuat sebagai satu kesatuan pedoman atau petunjuk wawancara dan boleh juga berupa lembaran tersendiri atau secara terpisah satu dari yang lainnya (Kunandar, 2009: 170).

Lembar pedoman wawancara ini digunakan untuk memperoleh data penelitian mengenai tanggapan siswa pada penerapan asesmen kinerja dalam menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah, sehingga diharapkan data yang diperoleh peneliti dalam wawancara ini menjadi sumber data yang memiliki makna pada penelitian ini.


(31)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

4. Lembar Task (Tugas)

Menurut Zainul (2008: 28) “task adalah rumusan tugas-tugas yang

harus dikerjakan dan atau didemonstrasikan oleh peserta didik selama dalam proses pendidikan dan setelah selesai proses pendidikan”. Jadi, task (tugas)

adalah seperangkat bentuk kinerja yang harus dikerjakan siswa dalam proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa selama kegiatan belajar di kelas yang dilaksanakan dalam suatu waktu tertentu.

Lembar tugas berisi uraian tugas yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok. Tugas yang harus dikerjakan oleh siswa secara berkelompok guna mendalami dan memperluas penguasan materi yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang sedang dikaji. Tugas yang diberikan guru untuk siswa adalah membuat suatu peta sejarah disertai analisis terhadap peta yang dibuatnya dan mendemonstrasikannya setiap kelompok di kelas. 5. Rubrik (Kriteria Penilaian)

Rubrik adalah panduan penilaian yang menggambarkan kriteria yang diinginkan guru dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan siswa. Pada penerapan asesmen kinerja ini, peneliti ingin melihat sejauh mana keterampilan menganalisis siswa dalam mencari, menemukan, mengolah dan menggunakan informasi yang berkenaan dengan materi sejarah yang disampaikan dengan menggunakan rubrik holistik yaitu pedoman untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria.


(32)

Data, sumber data, teknik dan alat pengumpulan data secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 Data, Sumber Data, Teknik dan Alat Pengumpulan Data

No. Data Sumber

Data Teknik Pengumpulan data Alat Pengumpulan Data 1. Cara mengembangkan

desain perencanaan asesmen kinerja untuk menumbuhkan

keterampilan

menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah

Guru dan siswa

Observasi dan diskusi balikan

Catatan

lapangan dan lembar diskusi balikan

2. Langkah-langkah

dalam penerapan

asesmen kinerja untuk menumbuhkan

keterampilan

menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah

Guru dan siswa

Observasi dan diskusi balikan

Lembar pedoman observasi dan lembar diskusi balikan

3. Hasil dari penerapan asesmen

kinerja/penumbuhan keterampilan

menganalisis dengan penerapan asesmen

kinerja pada

pembelajaran sejarah

Guru dan siswa

Observasi, dan penilaian kinerja

Lembar pedoman observasi, dan rubrik (kriteria penilaian)

4. Tanggapan mengenai kendala yang dihadapi dan cara mengatasi

kendala dalam

penerapan asesmen

kinerja pada

pembelajaran sejarah

Guru dan siswa

Observasi, wawancara dan diskusi balikan

Catatan lapangan, pedoman wawancara

dan lembar


(33)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data merupakan salah satu langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas. Data yang diperoleh dari peneliti selama melakukan penelitian adalah data yang bersifat mentah sehingga data tersebut harus diolah dan dianalisis agar memperoleh data yang bermakna dalam kegiatan penelitian ini. Data yang diperoleh ada yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Oleh karenanya dalam pengolahan dan analisis data pun disesuaikan dengan sifatnya tersebut.

1. Data Kuantitatif

Untuk data kuantitatif dalam penelitian ini adalah penggunaan rubrik

pada performance siswa dalam mempresentasikan hasil

kerjanya/karyanya. Rubrik performance siswa untuk mengukur keterampilan menganalisis siswa yakni sebagai berikut:

Jumlah skor yang diperoleh x 100% Jumlah skor maksimum 2. Data Kualitatif

Pengolahan data hasil observasi baik dengan pedoman observasi maupun wawancara dengan menggunakan analisis data kualitatif dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Sugiyono (2008: 338) menyebutkan “bahwa data yang diperoleh

dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, seperti yang telah dikemukakan makin lama


(34)

peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, komplek

dan rumit”. Untuk itu, perlu segera dilakukan reduksi data adalah

merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, kedalaman dan keluasan wawasan yang tinggi sehingga dalam melakukan reduksi data ini tidak mudah dan harus teliti.

Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilahan dengan menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasikannya berdasarkan aspek-aspek masalah yang dihadapi, memfokuskan, meringkas dan mengubah bentuk data mentah hasil observasi menjadi data yang bermakna. Hal ini dilakukan agar data-data yang diperoleh dari wawancara, observasi memiliki sumbangsi tersendiri dalam penelitian yang dilakukan.

b. Penyajian Data

Miles dan Hilberman (Sugiyono, 2009: 341) menyatakan ‘the

most frequent from of display data for qualitative research data in the has been narative text’. Yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Setelah data direduksi, data tersebut disajikan. Penyajian data dilakukan dengan cara menampilkan data penting secara lebih sederhana dan bermakna dalam bentuk narasi, tabel, grafik atau bagan.


(35)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Data

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan merangkum hal-hal penting yang dikaji oleh peneliti. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat tentang penerapan asesmen kinerja pada pembelajaran sejarah dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Kesimpulan tersebut dibuat untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian terutama berkaitan dengan judul penelitian. Tahap ini dapat memberikan informasi yang signifikan dalam melakukan analisis data dari hasil penelitian yang dilakukan.

H. Validitas Data

Pada penelitian ini validitas data menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2008: 168-170) yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

1. Member check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber, siapa pun juga (kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa pegawai administrasi sekolah, orang tua siswa dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya.

Dalam hal ini, alat pengumpul data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data baik observasi, wawancara maupun studi dokumentasi


(36)

diperiksa kembali kepada orang-orang yang terkait dalam penelitian ini, sehingga data-data yang diperoleh selama penelitian diketahui kebenarannya dan kepastiannya.

2. Audit Trail dilakukan untuk memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh

peneliti atau pengamat mitra peneliti lainnya. Audit Trail dapat dilakukan oleh oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang sama seperti peneliti.

Hal ini dilakukan dengan mengecek atau memeriksa kebenaran hasil data penelitian sementara, beserta prosedur dan pengumpulan datanya sehingga dapat diketahui kesalahan-kesalahannya dengan cara mengkonfirmasikannya pada bukti-bukti temuan yang telah diperiksa dan dicek kesahihannya pada sumber data dari tangan pertama.

3. Meminta nasihat kepada pakar yang disebut Expert Opinion, yang dalam hal ini adalah pembimbing penelitian. Pakar atau pembimbing akan memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau

judgements terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti kemukakan.

Hal ini dilakukan oleh peneliti agar kegiatan penelitian yang dilakukan dapat diketahui kekurangannya dan pembimbing memberikan arahan serta masukan sehingga memberikan jalan peneliti untuk memperbaiki kegiatan penelitiannya.


(37)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini akan menyimpulkan hasil akhir dari penelitian dan merekomendasikan terhadap berbagai pihak yang terkait baik dari pihak sekolah, guru, siswa maupun peneliti sendiri. Adapun kesimpulan dan rekomendasinya adalah sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan bab-bab sebelumnya dan hasil pengolahan pada bab IV terhadap penelitian di kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bandung dalam penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, desain perencanaan dalam menerapkan asemen kinerja untuk

menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah yaitu dilakukan melalui tahapan penyusunan Silabus dan RPP yang memuat model asesmen kinerja dan disesuaikan dengan kondisi siswa. Task dirancang oleh peneliti sebagai bentuk tugas yang harus dikerjakan siswa dengan rubrik sebagai pedoman penilaian untuk memberi skor terhadap kinerja siswa secara berkelompok. Task yang dirancang oleh peneliti disesuaikan dengan materi sejarah yaitu mengenai kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Peneliti merancang dan menyusun task yang membuat siswa menunjukkan kemampuan dan keterampilan menganalisis.

Kedua, langkah-langkah pelaksanaan asesmen kinerja di kelas pada


(38)

apersepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa dan dilanjutkan dengan kegiatan inti yang lebih terfokus pada kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Guru menerapkan asesmen kinerja yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kinerjanya secara berkelompok dengan mengerjakan tugas yang diberikan guru, kemudian dipresentasikan di depan kelas. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya menggambarkan peta yang terkait dengan tugas, siswa juga menunjukkan kinerja dan mempresentasikan sehingga terjadi interaksi dengan siswa lainnya. Pada kegiatan akhir guru pun memberikan penilaian dengan menggunakan rubrik dan memberikan apresiasi terhadap kelompok yang melakukan presentasi serta siswa yang ikut berpartisipasi pada kegiatan diskusi.

Ketiga, hasil dari penerapan asesmen kinerja pada pembelajaran sejarah

ini adalah dapat menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa melalui pelaksanaan dalam tiga siklus. Dari hasil observasi aktivitas siswa memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan dari siklus I sampai III. Dengan adanya peningkatan aktivitas siswa ini menyebabkan tumbuhnya keterampilan menganalisis siswa pada materi pembelajaran sejarah. Tumbuhnya keterampilan menganalisis siswa secara khusus dapat dilihat dari task yang diberikan untuk siswa yang dikerjakan secara berkelompok. Dari perolehan skor tiap siklusnya dapat digambarkan bahwa terjadi pertumbuhan keterampilan menganalisis siswa yang berbeda dengan keadaan sebelumnya yaitu keterampilan menganalisis siswa sama sekali belum terlihat.


(39)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

Keempat, dalam menerapkan asesmen kinerja pada pembelajaran peneliti

menghadapi kendala sehingga memperhambat proses pembelajaran yang sudah direncanakan dengan sebaik mungkin. Kendala yang dihadapi di antaranya yaitu kurangya keterampilan guru dalam mengelola alokasi waktu pembelajaran dan dalam mengkondisikan kelas ketika presentasi dan diskusi. Namun, kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan upaya perbaikan yakni mengelola alokasi waktu untuk pengerjaan tugas dan presentasi dengan sebaiknya berdasarkan hasil revisi dan refleksi dengan mitra peneliti.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pengalaman peneliti selama menerapkan asesmen kinerja pada pembelajaran sejarah, berikut ini rekomendasi bagi beberapa pihak yang terkait dengan penelitian ini yang ditujukan untuk mengembangkan asesmen kinerja adalah sebagai berikut:

Bagi pihak sekolah, peneliti berharap penerapan asesmen kinerja dapat meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran di MAN 1 Kota Bandung. Pihak sekolah mendukung dan memotivasi guru-guru dalam menghasilkan ide-ide baru untuk pelaksanaan asesmen di sekolah yang tidak hanya mengukur hasil belajar tetapi juga proses pembelajaran di kelas.

Bagi guru, dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan inspirasi untuk guru sehingga mampu memiliki kreativitas agar dapat menerapkan suatu strategi atau metode, penilaian yang lebih bervariasi. Guru


(40)

tidak hanya sebagai pusat informasi, namun juga sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran.

Bagi siswa, dengan adanya penelitian penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis pada pembelajaran sejarah diharapkan siswa mampu menunjukkan kinerja dan kompetensi yang dimiliki didasarkan pada keterampilan menganalisis. Siswa tidak hanya memproses informasi yang diterima dan dicari, tetapi juga dapat menyampaikan kepada teman-temannya di kelas sehingga lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Bagi peneliti, dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa dengan diterapkannya asesmen kinerja. Keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah merupakan fokus penelitian yang menitikberatkan pada aspek kognitif. Namun, penelitian ini tentu jauh dari kesempurnaan sehingga diharapkan ada pengembangan penelitian selanjutnya mengenai asesmen kinerja pada fokus penelitian yang berbeda.

Demikian kesimpulan dan rekomendasi yang dikemukakan. Semoga dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, secara khususnya sebagai bahan pertimbangan sekolah dalam mengembangkan asesmen kinerja.


(41)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aries, E.F. (2011). Asesmen dan Evaluasi. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, S dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Kunandar. (2009). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.

Mc Millan, J.H (2007). Clasroom Assessment: Principles And Practice For Effective

Standards-Based Instruction. United States of America: Pearson Allyn And

Bacon.

Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.

Nitko, A.J dan Brookhart, S.M. (2007). Educational Assessment Of Students. Pearson Merril Prentice Hall.


(42)

Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah SMA & MA.

Jakarta:Depdiknas.

Ronis, D. (2011). Asesmen Sesuai Cara Kerja Otak. Jakarta: PT. Indeks.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alvabeta.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.

Tim Pengembang MKDP. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.

Zainul, A. (2001). Alternative Assesment. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Sumber Jurnal dan Skripsi:

Ismaun. (2001). Paradigma Pendidikan Sejarah yang Terarah dan Bermakna. Jurnal Historia No. 4 Vol. II.

Zainul, A. (2008). Asesmen Alternatif untuk mendukung Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Historia Special Edition 1.


(43)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

Zainul, A. (2004). Penerapan Asesmen Alternative dalam Pembelajaran Sejarah

Lokal. Jurnal Historia No. 9 Vol V.

Puryani, Y. (2009). Penerapan Model Asesmen Kinerja Performance Assessment dan

Personal Comunication untuk Meningkatkan Minat Membaca Siswa di Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Bandung. UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Internet:

Bathesta, Y dan Wahyuni LS. Rubrik: Asesmen Alternatif Untuk Menilai Peserta

Didik Secara Realtime dan Komprehensif. [online] 18 Juni 2012. Tersedia di

images.lussysf.multiply.multiplycontent.com/.../makalah_rubrik.pdf.

Kusmarni, Y. (2010). Asesmen Kinerja Suatu Penilaian Alternatif dalam

Pembelajaran Sejarah untuk Menghadapi Tantangan Globalisasi. [online] 18

Juni 2012. Tersedia di http://www.yahoo.com/Assessmen.

Kusmarni, Y. Penerapan Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran IPS. [online] 15 Juni

2012. Tersedia:

file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND.../Prociding_IPS.pdf.

Mulyana, E. Asesmen dalam Pembelajaran Sains SD. [Online] 1 Agustus 2012. Tersedia: http://re-searchengines.com/0405edi.html.

Yanto, A. Alternative Assessment. [online] 21 Juni 2012. Tersedia di http://contohskripsiptkpgsdkumpulanrppbaru.blogspot.com/2011/10/alternativ e-asessment.html.


(1)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

apersepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa dan dilanjutkan dengan kegiatan inti yang lebih terfokus pada kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Guru menerapkan asesmen kinerja yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kinerjanya secara berkelompok dengan mengerjakan tugas yang diberikan guru, kemudian dipresentasikan di depan kelas. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya menggambarkan peta yang terkait dengan tugas, siswa juga menunjukkan kinerja dan mempresentasikan sehingga terjadi interaksi dengan siswa lainnya. Pada kegiatan akhir guru pun memberikan penilaian dengan menggunakan rubrik dan memberikan apresiasi terhadap kelompok yang melakukan presentasi serta siswa yang ikut berpartisipasi pada kegiatan diskusi.

Ketiga, hasil dari penerapan asesmen kinerja pada pembelajaran sejarah

ini adalah dapat menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa melalui pelaksanaan dalam tiga siklus. Dari hasil observasi aktivitas siswa memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan dari siklus I sampai III. Dengan adanya peningkatan aktivitas siswa ini menyebabkan tumbuhnya keterampilan menganalisis siswa pada materi pembelajaran sejarah. Tumbuhnya keterampilan menganalisis siswa secara khusus dapat dilihat dari task yang diberikan untuk siswa yang dikerjakan secara berkelompok. Dari perolehan skor tiap siklusnya dapat digambarkan bahwa terjadi pertumbuhan keterampilan menganalisis siswa yang berbeda dengan keadaan sebelumnya yaitu keterampilan menganalisis siswa sama sekali belum terlihat.


(2)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

Keempat, dalam menerapkan asesmen kinerja pada pembelajaran peneliti

menghadapi kendala sehingga memperhambat proses pembelajaran yang sudah direncanakan dengan sebaik mungkin. Kendala yang dihadapi di antaranya yaitu kurangya keterampilan guru dalam mengelola alokasi waktu pembelajaran dan dalam mengkondisikan kelas ketika presentasi dan diskusi. Namun, kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan upaya perbaikan yakni mengelola alokasi waktu untuk pengerjaan tugas dan presentasi dengan sebaiknya berdasarkan hasil revisi dan refleksi dengan mitra peneliti.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pengalaman peneliti selama menerapkan asesmen kinerja pada pembelajaran sejarah, berikut ini rekomendasi bagi beberapa pihak yang terkait dengan penelitian ini yang ditujukan untuk mengembangkan asesmen kinerja adalah sebagai berikut:

Bagi pihak sekolah, peneliti berharap penerapan asesmen kinerja dapat meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran di MAN 1 Kota Bandung. Pihak sekolah mendukung dan memotivasi guru-guru dalam menghasilkan ide-ide baru untuk pelaksanaan asesmen di sekolah yang tidak hanya mengukur hasil belajar tetapi juga proses pembelajaran di kelas.

Bagi guru, dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan inspirasi untuk guru sehingga mampu memiliki kreativitas agar dapat menerapkan suatu strategi atau metode, penilaian yang lebih bervariasi. Guru


(3)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

tidak hanya sebagai pusat informasi, namun juga sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran.

Bagi siswa, dengan adanya penelitian penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis pada pembelajaran sejarah diharapkan siswa mampu menunjukkan kinerja dan kompetensi yang dimiliki didasarkan pada keterampilan menganalisis. Siswa tidak hanya memproses informasi yang diterima dan dicari, tetapi juga dapat menyampaikan kepada teman-temannya di kelas sehingga lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Bagi peneliti, dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah menumbuhkan keterampilan menganalisis siswa dengan diterapkannya asesmen kinerja. Keterampilan menganalisis siswa pada pembelajaran sejarah merupakan fokus penelitian yang menitikberatkan pada aspek kognitif. Namun, penelitian ini tentu jauh dari kesempurnaan sehingga diharapkan ada pengembangan penelitian selanjutnya mengenai asesmen kinerja pada fokus penelitian yang berbeda.

Demikian kesimpulan dan rekomendasi yang dikemukakan. Semoga dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, secara khususnya sebagai bahan pertimbangan sekolah dalam mengembangkan asesmen kinerja.


(4)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aries, E.F. (2011). Asesmen dan Evaluasi. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, S dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Kunandar. (2009). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.

Mc Millan, J.H (2007). Clasroom Assessment: Principles And Practice For Effective

Standards-Based Instruction. United States of America: Pearson Allyn And

Bacon.

Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.

Nitko, A.J dan Brookhart, S.M. (2007). Educational Assessment Of Students. Pearson Merril Prentice Hall.


(5)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah SMA & MA.

Jakarta:Depdiknas.

Ronis, D. (2011). Asesmen Sesuai Cara Kerja Otak. Jakarta: PT. Indeks.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alvabeta.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.

Tim Pengembang MKDP. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.

Zainul, A. (2001). Alternative Assesment. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Sumber Jurnal dan Skripsi:

Ismaun. (2001). Paradigma Pendidikan Sejarah yang Terarah dan Bermakna. Jurnal Historia No. 4 Vol. II.

Zainul, A. (2008). Asesmen Alternatif untuk mendukung Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Historia Special Edition 1.


(6)

Nur’afifah, 2013

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Menumbuhkan Keterampilan Menganalisis Siswa Pada

Zainul, A. (2004). Penerapan Asesmen Alternative dalam Pembelajaran Sejarah

Lokal. Jurnal Historia No. 9 Vol V.

Puryani, Y. (2009). Penerapan Model Asesmen Kinerja Performance Assessment dan

Personal Comunication untuk Meningkatkan Minat Membaca Siswa di Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Bandung. UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Internet:

Bathesta, Y dan Wahyuni LS. Rubrik: Asesmen Alternatif Untuk Menilai Peserta

Didik Secara Realtime dan Komprehensif. [online] 18 Juni 2012. Tersedia di

images.lussysf.multiply.multiplycontent.com/.../makalah_rubrik.pdf.

Kusmarni, Y. (2010). Asesmen Kinerja Suatu Penilaian Alternatif dalam

Pembelajaran Sejarah untuk Menghadapi Tantangan Globalisasi. [online] 18

Juni 2012. Tersedia di http://www.yahoo.com/Assessmen.

Kusmarni, Y. Penerapan Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran IPS. [online] 15 Juni

2012. Tersedia:

file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND.../Prociding_IPS.pdf.

Mulyana, E. Asesmen dalam Pembelajaran Sains SD. [Online] 1 Agustus 2012. Tersedia: http://re-searchengines.com/0405edi.html.

Yanto, A. Alternative Assessment. [online] 21 Juni 2012. Tersedia di http://contohskripsiptkpgsdkumpulanrppbaru.blogspot.com/2011/10/alternativ e-asessment.html.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING (REACT) UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas IX G SMP Negeri 29 Bandung).

0 2 53

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.

0 4 36

PEMANFAATAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN SOSIAL : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Kartika XIX – 1 Bandung Kelas VII A.

0 2 49

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA MUHAMMADIYAH KEDAWUNG DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan di Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah Kedawung Kabupaten Cirebon.

4 39 100

PENERAPAN ASESMEN KINERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 2 SMAN 22 Bandung.

3 17 47

PENERAPAN MEDIA PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KESEJARAHAN SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SEJARAH :Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 1 MAN 1 Bandung.

0 5 39

PENERAPAN MODEL INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 MAN Cililin Kabupaten Bandung Barat.

0 1 55

UPAYA MENUMBUHKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SEJARAH MELALUI PENERAPAN ASESMEN KINERJA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI Bahasa 1 MAN 2 Bandung.

0 0 57

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas XI IPS 2 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung.

2 31 44

PENERAPAN MODEL ASESMEN KINERJA UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI IPS MAN CILEDUG KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 18