PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA PENGUSAHA SATE BANDENG : Survey Pada Pengusaha Sate Bandeng Di Kota Serang.

(1)

No. Daftar/FPEB/234/UN.40.FPEB.1.PL/2013

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA PENGUSAHA SATE BANDENG

(Survey pada Pengusaha Sate Bandeng di Kota Serang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada

Program Pendidikan Ekonomi

Oleh

Gita Gustiana Wulandari 0901029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN

USAHA PENGUSAHA SATE BANDENG

(Survey pada Pengusaha Sate Bandeng di Kota Serang)

Oleh:

GITA GUSTIANA WULANDARI

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Gita 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

GITA GUSTIANA WULANDARI

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA PENGUSAHA SATE BANDENG

(Survey pada Pengusaha Sate Bandeng di Kota Serang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Prof. Dr. H. Disman, MS. NIP. 19590209 198412 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, M.M. NIP. 19610420 198703 1 002


(4)

ABSTRAK

“Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap keberhasilan Usaha Pengusaha Sate Bandeng (Survey Pada Pengusaha Sate Bandeng Di Kota Serang)”

di bawah bimbingan Prof. Dr. H. Disman, MS.

Oleh

Gita Gustiana Wulandari 0901029

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu keberhasilan usaha dalam bentuk laba para pengusaha sate bandeng yang terus menerus mengalami penurunan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran yang dimiliki para pengusaha sate bandeng mengenai pentingnya faktor wirausaha dalam bentuk perilaku kewirausahaan yaitu perilaku kreativitas, keberanian dalam menghadapi risiko dan obsesi dalam mencari peluang untuk menunjang keberhasilan usahanya.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian yaitu para pengusaha sate bandeng yang ada di Kota Serang. Sampel sebanyak 23 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey eksplanatori dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpul data dan teknik menggunakan regresi linier berganda, dalam analisis data menggunakan bantuan program SPSS 17.00 for Windows.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan bahwa secara simultan maupun secara parsial variabel kreativitas, keberanian menghadapi risiko dan obsesi mencari peluang berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha.

Kata Kunci : kreativitas, keberanian menghadapi risiko, obsesi mencari peluang,


(5)

ABSTRACT

“The influence of Entrepreneurship Behavior towards the Success of Sate Bandeng Business”

( A Survey Investigated to Entrepreneurs of Sate Bandeng in Serang) Working under Prof. Dr. H. Disman, MS.

by

Gita Gustiana Wulandari 0901029

The main issue proposed in this study is about the success of a sate bandeng business in terms of its profit which has reduction for the last three months. It is because most of the entrepreneurs of sate bandeng do not realize that entrepreneurship behavior, such as creativity, the braveness to take a risk, and obsession to find an opportunity, is a very crucial aspect to support their business. This object of this study is 23 entrepreneurs of sate bandeng in Serang. Then, the method used in this study is explanatory survey distributing questionnaire as the tool to gather the data. Besides, it also uses multiple linear regression as the technique in collecting the data supporting by SPSS 17.00 for Windows.

Therefore, it can be concluded that, simultaneously and partially, the variable of creativity, the braveness to take a risk, and obsession of finding an opportunity influences has a positive and significant factors to succeed a business.

Keywords : creativity, the braveness to take a risk, and obsession of finding an


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not d KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not d UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not d DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not d 1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not d 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not d 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not d 1.3.1 Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not d 1.3.2 Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not d BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESISError! Bookmark not 2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not d 2.1.1 Konsep UMKM ... Error! Bookmark not d 2.1.2 Konsep Keberhasilan Usaha... Error! Bookmark not d 2.1.2.1 Pengertian Keberhasilan Usaha... Error! Bookmark not d 2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha ... Error! Bookmark not d 2.1.2.3 Teori Keberhasilan Usaha ... Error! Bookmark not d 2.1.2.3.1 Teori Resource Based Strategy dari Mahoney dan PandianError! Bookmark not d 2.1.2.3.2 Teori Kompetensi Inti dari D’Aveni (1994) ... Error! Bookmark not d 2.1.2.3.3 Teori Permainan (The Theory Games) ... Error! Bookmark not d 2.1.2.4 Jalan Menuju Wirausaha Sukses ... Error! Bookmark not d 2.1.2.5 Langkah Menuju Keberhasilan Berwirausaha ... Error! Bookmark not d 2.1.2.6 Indikator Keberhasilan Usaha ... Error! Bookmark not d 2.1.3 Konsep Laba ... Error! Bookmark not d 2.1.3.1 Teori Laba ... Error! Bookmark not d 2.1.3.1.1 Teori Dinamis dari Schumpeter ... Error! Bookmark not d 2.1.3.1.2 Teori Premi Risiko dari F. Knight ... Error! Bookmark not d


(7)

2.1.3.1.3 Teori Residu dari David Ricardo ... Error! Bookmark not d 2.1.4 Konsep Pasar Persaingan Monopolistik. ... Error! Bookmark not d 2.1.5 Konsep Perilaku Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d 2.1.5.1 Konsep Perilaku ... Error! Bookmark not d 2.1.5.2 Konsep Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d 2.1.6 Unsur-unsur Perilaku Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d 2.1.6.1 Kreativitas ... Error! Bookmark not d 2.1.6.2 Keberanian Menghadapi Risiko ... Error! Bookmark not d 2.1.6.3 Obsesi Mencari Peluang ... Error! Bookmark not d 2.2 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not d 2.3 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not d 2.4 Hipotesis ... Error! Bookmark not d BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not d 3.1 Objek Penelelitian ... Error! Bookmark not d 3.2 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not d 3.3 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not d 3.3.1 Populasi ... Error! Bookmark not d 3.3.2 Sampel ... Error! Bookmark not d 3.4 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not d 3.5 Sumber Data ... Error! Bookmark not d 3.6 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not d 3.7 Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not d 3.7.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not d 3.7.2 Uji Reliabilitas... Error! Bookmark not d 3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not d 3.8.1 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not d 3.8.2 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not d 3.8.2.1 Pengujian Hipotesis Ragresi Secara Keseluruhan (Uji f) ... Error! Bookmark not d 3.8.2.2 Koefisien Determinasi Majemuk (R2) ... Error! Bookmark not d 3.8.2.3 Pengujian Hipotesis Regresi Secara Parsial (Uji t) ... Error! Bookmark not d 3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not d 3.8.3.1 Multikolinieritas ... Error! Bookmark not d 3.8.3.2 Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not d 3.8.3.3 Autokorelasi ... Error! Bookmark not d BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not d 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... Error! Bookmark not d 4.2 Gambaran Umum Responden ... Error! Bookmark not d


(8)

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not d 4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... Error! Bookmark not d 4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... Error! Bookmark not d 4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... Error! Bookmark not d 4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pekerja ... Error! Bookmark not d 4.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not d 4.3.1 Keberhasilan Usaha ... Error! Bookmark not d 4.3.2 Perilaku Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d 4.3.3 Kreativitas ... Error! Bookmark not d 4.3.4 Keberanian Menghadapi Risiko ... Error! Bookmark not d 4.3.5 Obsesi Mencari Peluang ... Error! Bookmark not d 4.4 Hasil Analisis Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not d 4.4.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not d 4.4.2 Uji Reliabilitas... Error! Bookmark not d 4.5 Hasil Pengujian Prasyaratan Analisis ... Error! Bookmark not d 4.5.1 Hasil Uji Multikolinearitas ... Error! Bookmark not d 4.5.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not d 4.5.3 Hasil Uji Autokorelasi ... Error! Bookmark not d 4.6 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not d 4.6.2 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not d 4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not d

4.7.1 Pengaruh Kreativitas Terhadap Keberhasilan Usaha pengusaha

Sate Bandeng ... Error! Bookmark not d 4.7.2 Pengaruh Keberanian Menghadapi Risiko Terhadap Keberhasilan

Usaha Pengusaha sate Bandeng ... Error! Bookmark not d 4.7.3 Pengaruh Obsesi Mencari Peluang Terhadap Keberhasilan Usaha

Pengusaha Sate Bandeng ... Error! Bookmark not d 4.8 Implikasi Pendidikan ... Error! Bookmark not d BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not d 5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not d 5.2 Saran ... Error! Bookmark not d DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not d


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah UMKM dan Usaha Besar di Indonesia

Periode 2006-2010... Error! Bookmark not d Tabel 1.2 Daftar Pengusaha Kelompok Industri Pengolahan Makanan Sate

Bandeng di Kota Serang ... Error! Bookmark not d Tabel 1.3 Laba Pengusaha Sate Bandeng Periode Februari 2013 April 2013

Dalam ribuan rupiah ... Error! Bookmark not d Tabel 2.1 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d Tabel 2.2 Nilai-nilai dan Perilaku Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not d Tabel 4.1 Daftar Kecamatan dan Luas Wilayah Kota Serang ... Error! Bookmark not d Tabel 4.2 Kelompok Industri Sate Bandeng di Kota Serang ... Error! Bookmark not d Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not d Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... Error! Bookmark not d Tabel 4.5 Karakteristik Responden Pendidikan Terakhir ... Error! Bookmark not d Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... Error! Bookmark not d Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pekerja ... Error! Bookmark not d Tabel 4.8 Keberhasilan Usaha (Laba) Pengusaha Sate Bandeng Bulan

Mei 2013 ... Error! Bookmark not d Tabel 4.9 Gambaran Keberhasilan Usaha (Laba) Pengusaha Sate BandengError! Bookmark not Tabel 4.10 Keberhasilan (laba) Pengusaha Sate Bandeng Periode Mei 2013Error! Bookmark not Tabel 4.11 Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Kreativitas ... Error! Bookmark not d Tabel 4.12 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Kreativitas .... Error! Bookmark not d Tabel 4.13 Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Kreativitas ... Error! Bookmark not d Tabel 4.14 Perilaku Kewirausahaan Dalam Keberanian Menghadapi RisikoError! Bookmark not Tabel 4.15 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Keberanian

Menghadapi Risiko ... Error! Bookmark not d Tabel 4.16 Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Kreativitas ... Error! Bookmark not d Tabel 4.17 Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Obsesi Mencari Peluang Error! Bookmark not d Tabel 4.18 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Obsesi Mencari

Peluang ... Error! Bookmark not d Tabel 4.19 Perilaku Kewirausahaan Dalam Hal Kreativitas ... Error! Bookmark not d Tabel 4.20 Uji Validitas Kreativitas ... Error! Bookmark not d Tabel 4.21 Uji Validitas Keberanian Menghadapi Risiko ... Error! Bookmark not d Tabel 4.22 Uji Validitas Obsesi Mencari Peluang ... Error! Bookmark not d Tabel 4.23 Uji Reliabilitas Variabel ... Error! Bookmark not d


(10)

Tabel 4.24 Corelation Statistics ... Error! Bookmark not d Tabel 4.25 Uji Autokorelasi ... Error! Bookmark not d Tabel 4.26 Coefficients... Error! Bookmark not d Tabel 4.27 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... Error! Bookmark not d Tabel 4.28 Koefisien Determinasi ... Error! Bookmark not d Tabel 4.29 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... Error! Bookmark not d Tabel 4.30 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... Error! Bookmark not d Tabel 4.31 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... Error! Bookmark not d


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah Menuju Kewirausahaan yang Berhasil ... Error! Bookmark not d Gambar 2.2 Keseimbangan Pasar Persaingan Monopolistik Jangka Pendek

Yang Mengalami Keuntungan ... Error! Bookmark not d Gambar 2.3 Keseimbangan Pasar Persaingan Monopolistik Jangka Pendek

Yang Mengalami Kerugian ... Error! Bookmark not d Gambar 2.4 Keseimbangan Pasar Persaingan Monopolistik Dalam Jangka

Panjang ... Error! Bookmark not d Gambar 2.5 Model Analisis Diri Kewirausahaan ... Error! Bookmark not d Gambar 2.6 Paradigma Berpikir ... Error! Bookmark not d Gambar 3.1 Statistika d Durbin- Watson ... Error! Bookmark not d Gambar 4.1 Peta Administratif Kota Serang ... Error! Bookmark not d Gambar 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not d Gambar 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... Error! Bookmark not d Gambar 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... Error! Bookmark not d Gambar 4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... Error! Bookmark not d Gambar 4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Tenaga Kerja ... Error! Bookmark not d Gambar 4.7 Keberhasilan Usaha (laba) Pengusaha Sate Bandeng Periode

Mei 2013 ... Error! Bookmark not d Gambar 4.8 Uji Heteroskedastisitas ... Error! Bookmark not d Gambar 4.9 Pengujian Autokorelasi Metode Durbin Watson ... Error! Bookmark not d Gambar 4.10 Uji t Variabel Kreativitas... Error! Bookmark not d Gambar 4.11 Uji t Variabel Keberanian Menghadapi Risiko ... Error! Bookmark not d Gambar 4.12 Uji t Variabel Obsesi Mencari Peluang ... Error! Bookmark not d


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan bagian terbesar dalam perekonomian nasional, merupakan indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. UMKM selama ini terbukti dapat diandalkan sebagai katup pengaman di masa krisis, melalui mekanisme penciptaan kesempatan kerja dan nilai tambah. Peran dan fungsi strategis ini, sesungguhnya dapat ditingkatkan dengan memerankan UMKM sebagai salah satu pelaku usaha komplementer bagi pengembangan perekonomian nasional, dan bukan subordinasi dari pelaku usaha lainnya. Keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan UMKM berarti memperkokoh bisnis perekonomian masyarakat. Hal ini akan membantu mempercepat proses pemulihan perekonomian nasional, dan sekaligus memberi dukungan nyata terhadap pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi pemerintahan.

Saat ini, perkembangan UMKM berkembang dengan pesat, bahkan jumlah UMKM di Indonesia rupanya jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah usaha besar. Perkembangan UMKM dan usaha besar di Indonesia bisa dilihat pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah UMKM dan Usaha Besar di Indonesia Periode 2006-2010

Tahun Jumlah UMKM Jumlah Usaha Besar

2006 49.021.803 4.577

2007 50.145.800 4.463

2008 51.414.262 4.650

2009 52.764.603 4.677

2010 53.823.732 4.838

Sumber : DEPKOPNAS

Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah UMKM terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yakni dari tahun 2006 hingga 2010 sedangkan


(13)

2

jumlah usaha besar cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2006 jumlah UMKM mencapai 49.021.803 unit sedangkan jumlah usaha besar hanya sebanyak 4.577 unit. dan sampai pada tahun 2010 jumlah UMKM di Indonesia mencapai 53.823.732 unit sedangkan jumlah usaha besar hanya sebanyak 4.838 unit.

Melihat kondisi tersebut, maka tidak salah bila keberadaan UMKM di Indonesia harus tetap dipertahankan karena UMKM dapat dijadikan sebagai penopang hidup bagi masyarakat kecil dan menengah serta dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian daerah maupun nasional.

Menurut Tulus Tambunan (2009: 2-4), UMKM sangat penting karena karakteristik-karakteristik utama mereka yang berbeda dengan usaha besar, sebagai berikut :

1. Jumlah UMKM sangat banyak jauh melebihi usaha besar.

2. Mempunyai suatu potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar. 3. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih “cocok” terhadap proporsi

-proporsi dari faktor-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di negara sedang berkembang (NSB), yakni sumber daya alam (SDA) dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang berlimpah tetapi modal serta sumber daya manusia (SDM) atau tenaga kerja berpendidikan tinggi yang sangat terbatas. 4. Tingkat fleksibilitas UMKM tinggi.

Krisis ekonomi yang melanda sebagian negara di Asia Tenggara sejak pertengahan tahun 1997 adalah harga mahal yang harus dibayar untuk model pembangunan kapitalistik pilihan pemerintah, yang pada dasarnya mengejar pertumbuhan tinggi, ekspansi usaha, dan konglomerasi. Indonesia menderita paling parah dibanding dengan negara ASEAN lainnya, dan itu mencerminkan rapuhnya struktur dasar perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang pada tahun 1996 sebesar 8% merosot jadi -13,7% di akhir tahun 1998. Pendapatan perkapita yang sebelumnya mencapai di atas US$1.000 merosot lagi jadi US$300. Indonesia kembali menjadi negara miskin.

Akibat dari terpuruknya perekonomian nasional, terdapat ribuan angkatan kerja yang tidak memperoleh lapangan pekerjaan sehingga terjadi pengangguran. Pengangguran yang pada tahun 1997 hanya 4,7% naik menjadi 5,4% pada tahun


(14)

3

1998. Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) menyebutkan, sekitar 1,4 juta orang kehilangan pekerjaan di sektor formal, sementara pekerjaan di sektor non-formal bertambah 3,6 juta menjadi 57,3 juta orang pada tahun 1998. (Benedicta, 2003: 1).

Menurut Astamoen (2008: 5), salah satu penyebab kurang cepatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih sedikitnya jumlah entrepreneur sebagai pelaku ekonomi, antara lain pengusaha, pedagang, dan lain-lain. Dengan banyaknya entrepreneur, dua indikator penting dalam suatu negara maju dan makmur secara ekonomi akan tepenuhi, yaitu rendahnya angka pengangguran dan tingginya devisa terutama dari hasil barang-barang ekspor yang dihasilkan.

Buchari Alma (2003: 4) menerangkan bahwa suatu pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya. katakanlah jika dihitung semua wirausahawan indonesia mulai dari pedagang kecil sampai perusahaan besar ada sebanyak tiga juta, tentu bagian terbesarnya adalah kelompok-kelompok kecil yang belum terjamin mutunya dan belum terjamin kelangsungan hidupnya. Sebagai contoh, keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata disponsori oleh wirausahawan yang telah berjumlah 2% tingkat sedang, berwirausaha kecil sebanyak 20% dari jumlah penduduknya. Inilah kunci keberhasilan pembangunan negara Jepang.

Contoh lain, di Samarinda terdapat peningkatan dalam jumlah industri kecil dan menengah. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 6.950 unit UKM dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 13.233 unit, atau meningkat sebesar 91%. (www.kaltimpost.web.id).

Terlepas dari berbagai kontribusinya dalam perekonomian nasional, UMKM seringkali dihadapkan dengan berbagai permasalahan klasik yang menghambat keberhasilan usaha yang bersifat internal dan eksternal. Permasalahan internal tersebut diantaranya : (1) terbatasnya penguasaan dan pemilikan asset produksi, terutama permodalan; (2) rendahnya kemampuan SDM; (3) ditinjau dari konsentrasi pekerjaan sumber dayanya, pengembangannya terhambat oleh konsentrasi rakyat di pedesaan yang bergerak pada sektor


(15)

4

pertanian; (4) kelembagaan usaha belum berkembang secara optimal dalam penyediaan fasilitas bagi kegiatan ekonomi. Sedangkan permasalahan eksternal yang dimaksud adalah : (1) terbatasnya pengakuan dan jaminan keberadaan UKM; (2) kesulitan mendapatkan data yang jelas dan pasti tentang jumlah dan penyebaran UKM; (3) alokasi kredit sebagai aspek pembiayaan masih sangat timpang, baik antar golongan, antar wilayah, dan antar desa-kota; (4) sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk fashion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek; (5) rendahnya nilai tukar komoditi yang dihasilkan; (6) terbatasnya akses pasar; (7) terdapatnya pungutan-pungutan atau biaya siluman yang tidak proporsional.

Berkaitan dengan usaha, tentunya para pengusaha UMKM baik perusahaan atau organisasi manapun pasti ingin mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dengan kata lain mereka ingin mencapai keberhasilan usaha. Menurut Albert Widjaja (Suryana, 2006 : 168) laba perusahaan masih merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran keberhasilan usaha. Sedangkan menurut beberapa ahli dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha adalah persaingan, kekuatan modal, penguasaan teknologi, menejemen dan perilaku kewirausahaan.

Kriteria keberhasilan usaha kecil dalam penelitian Ghost, dkk (Riyanti, 2003: 27), tentang wirausaha kecil di Singapura menunjukkan hasil bahwa dari 85% responden yang menjawab, 70% wirausaha menggunakan net profit growth (laba bersih) untuk mengukur keberhasilan usaha, disusul oleh laba penjualan (sales revenue growth, 61%), laba setelah pajak (return on investment, 50%), dan pangsa pasar (market share, 48%). Selanjutnya, 38% dari wirausaha yang menggunakan kriteria keberhasilan laba bersih (net profit growth), berpendapat bahwa prestasi 6-10% pertumbuhan pertahun merupakan indikator keberhasilan usaha.

Saat ini UMKM sudah banyak tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. keberadaan UMKM ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, tidak terkecuali oleh masyarakat di Kota Serang. Berdasarkan data dari Disperindag Kota Serang jumlah UMKM di Kota Serang pada tahun 2011 mencapai 13.669


(16)

5

unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 31.010 orang. Namun sayangnya pengelolaan UMKM ini belum optimal.

Salah satu yang merasakan belum optimalnya keberadaan UMKM di Kota Serang adalah bagi para pengusaha industri sate bandeng, padahal kita tahu sate bandeng merupakan makanan unggulan khas Kota Serang yang seharusnya industri ini dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Namun pada kenyataannya, industri sate bandeng ini kurang dapat maju di daerahnya sendiri. Saat ini industri sate bandeng di kota Serang berjumlah 23 unit. Jumlah ini terus menurun dari tahun ke tahun. Sebelumnya, di tahun 2012 pengusaha industri sate bandeng ini berjumlah 27 unit. Berikut daftar pengusaha sate bandeng yang terdapat di kota serang pada tahun 2013.

Tabel 1.2

Daftar Pengusaha Kelompok Industri Pengolahan Makanan Sate Bandeng di Kota Serang

No Nama Pengusaha Bahan Baku Kapasitas Produksi/Tahun

Jumlah Tenaga Kerja

Teknologi

1 Cepi Awaludin Lokal 5.250 Kg 3 Tradisional

2 Ratu Tuti M Lokal 4.500 6 Tradisional

3 Aliyah Lokal 3750 Kg 6 Tradisional

4 Mamah Lokal 4500 Kg 5 Tradisional

5 Harni Asih Lokal 3750 Kg 2 Tradisional

6 Heri Lokal 3750 Kg 3 Tradisional

7 Among Lokal 3750 Kg 6 Tradisional

8 Alimu Saeful Lokal 4500 Kg 4 Tradisional

9 Ika Sartika Lokal 3750 Kg 4 Tradisional

10 Neneng Sofiah Lokal 6240 biji 5 Tradisional

11 Agus Setiawan Lokal 1000 3 Tradisional

12 Marsinah Lokal 18.000 3 Tradisional

13 Sabihah Lokal 7.500 biji 4 Tradisional

14 Juwah Lokal 7.500 biji 5 Tradisional

15 Mahdufah Lokal 7.500 biji 3 Tradisional

16 Nafsiah Lokal 7.500 biji 2 Tradisional

17 Hj. Masitoh Lokal 7.500 biji 4 Tradisional

18 Marsinah Lokal 18.000 4 Tradisional

19 H. Muhammad Lokal 4500 Kg 4 Tradisional

20 Hj. Sopiah Lokal 1.800 6 Tradisional

21 Midah Dahmalia Lokal 12.000 kg 3 Tradisional

22 Rimadi Lokal 1.800 3 Tradisional

23 Uun Haeraotul Lokal 1.800 5 Tradisional


(17)

6

Sebagai salah satu unit usaha, kegiatan industri sate bandeng ini tentu tidak lepas dari munculnya berbagai hambatan. Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian kepada sejumlah pengusaha sate bandeng, di peroleh informasi bahwa salah satu penyebab kurang berkembangnya usaha sate bandeng di Kota Serang ini salah satunya adalah jumlah laba yang diterima para pengusaha sate bandeng yang cenderung menurun. Berikut ini adalah tabel laba 10 orang pengusaha sate bandeng selama 3 bulan terakhir yang terdiri dari bulan Februari 2013, Maret 2013 hingga April 2013.

Tabel 1.3

Laba Pengusaha Sate Bandeng Periode Februari 2013 - April 2013 Dalam ribuan rupiah

No Nama Laba Pengusaha Ket.

Februari’13 Maret'13 April'13

1 H. Muhamad 17.950 17.400 16.000 Turun

2 Ibu Ratu 17.700 16.800 16.400 Turun

3 Cepi A 16.500 16.100 15.750 Turun

4 Ibu Mamah 15.600 16.050 15.275 Turun

5 Ibu Uun 15.700 14.000 13.200 Turun

6 Ibu Aliyah 17.000 16.800 16.000 Turun

7 Among 18.250 17.950 17.000 Turun

8 Harni Asih 16.700 15.400 14.200 Turun

9 Agus S 14.350 13.900 13.000 Turun

10 Neneng Sofiah 17.450 17.975 16.250 Turun

Jumlah 167.200 162.375 153.075 Turun

Rata-Rata 16.720 16.237,5 15.307,5 Turun

Sumber : Kuesioner prapenelitian, Data diolah

Dari survey yang dilakukan pada 10 pengusaha sate bandeng di Kota Serang, ternyata hampir semuanya mengalami penurunan laba selama 3 bulan terakhir. Dapat kita lihat pada table 1.3 diatas bahwa rata-rata laba pengusaha menurun selama periode 3 bulan. Pada bulan Februari 2013, rata-rata laba pengusaha yaitu sebesar Rp.16.200.000,00 sedangkan pada bulan Maret 2013 turun menjadi Rp.16.237.500,00 dan penurunan pun terjadi pada bulan April 2013 yaitu turun menjadi Rp.15.307.500,00.

Berdasarkan kondisi yang terjadi di lapangan, peneliti menggunakan teori resources based strategy (strategi berbasis sumber daya) dari Mahoney dan


(18)

7

Pandian dalam pendekatan penelitian nya. Teori ini cocok untuk menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan krisis eksternal. Teori ini dinilai potensial untuk memelihara keberhasilan perusahaan ketika berada dalam situasi eksternal yang bergejolak, misalnya dalam keadaan krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia. Teori ini mengutamakan pengembangan kapabilitas internal yang unggul, tidak transparan, sukar ditiru oleh pesaing, memberi daya saing jangka panjang yang melebihi tuntutan pasar saat ini, dan kebal terhadap resesi. Menurut teori ini, sumber daya perusahaan berupa tanah, teknologi, tenaga kerja (termasuk kapabilitas dan pengetahuan), modal dan kebiasaan rutin dapat dikelola secara khusus untuk memperoleh keuntungan yang terus-menerus dari persaingan. Untuk meraih keuntungan yang berkesinambungan, perusahaan harus berusaha mencari dan menumbuhkan kapabilitas khusus dari semua sumber daya yang mungkin belum dimanfaatkan secara optimal dan dapat dirubah menjadi peluang yang produktif yang unik melalui pencarian ide-ide baru atau wawasan manajemen yang lebih luas secara terus-menerus. (Suryana, 2006: 170). Selain teori strategi berbasis sumber daya, penelitian ini juga di dukung oleh teori dinamis dari Schumpeter, teori premi risiko dari F. Knight dan teori permainan untuk setiap variabel independen nya.

Teori Dinamis dari J. Schumpeter menyatakan bahwa, profit terdapat pada kehidupan perekonomian yang dinamis dan diperoleh oleh pengusaha yang dinamis pula. Pengusaha-pengusaha yang dinamis yang disebut juga sebagai captain of entrepreneur, yaitu pengusaha pionir, yang berani menempuh jalan baru, menggunakan teknik baru dan mencoba metode-metode produksi baru, maka pada mereka akan diterima keuntungan-keuntungan mendahului pengusaha-pengusaha yang lainnya. Mereka akan menerima super normal profit, sedang pengusaha-pengusaha lainnya hanya normal profit saja. Baru dalam jangka yang lama, maka pengusaha-pengusaha lain-nya akan mencontohnya untuk menggunakan teknik dan metode produksi baru. Dengan demikian maka super normal profit akan hilang. (Ika Waspada, Jurnal UPI). Teori premi risiko dari F.

Knight di dalam bukunya “Risk Uncertainty and Profit” mengemukakan tentang profit dihubungkan dengan ketidak-pastian. Oleh karena itu, maka pengusaha


(19)

8

harus mempunyai “perfect for seight”. Untuk keberaniannya menanggung risiko dan pandangannya yang tajam tentang masa datang, maka sudah seharusnya mereka menerima penggantian atas kecakapannya. (Ika Waspada, Jurnal UPI). Sedangkan teori permainan (Game Theory) merupakan suatu usaha untuk mempostulir tindakan-tindakan strategi, yang apabila diikuti oleh para partisipan dalam sebuah situasi kompetitif, akan memungkinkan mereka untuk mengurangi tingkat ketidakpastian yang melingkupi tindakan-tindakan mereka. Hal tersebut tidak langsung dicapai dengan mengasumsi bahwa kita mengetahui apa yang akan dilakukan oleh seorang oponen, tetapi secara tidak langsung dengan jalan mengasumsi bahwa oponen tersebut mempunyai keterangan tertentu dan bahwasa ia dimotivasi dengan cara-cara tertentu, atau dengan perkataan lain bahwasa ia berperilaku secara rasional. (Winardi, 1981: 223).

Berdasarkan informasi yang didapat dilapangan dan teori yang digunakan di duga faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng adalah sikap para pengusaha yang kurang kreatif dan inovatif, kurang berani dalam menghadapi risiko dan kurang bisa memanfaatkan peluang usaha. Sebagian besar mereka tidak menyadari bahwa hal yang mendasar untuk mencapai keberhasilan usaha adalah berasal dari dalam diri pengusaha itu sendiri yaitu faktor wirausaha dalam bentuk perilaku kewirausahaan.

Dari fakta dan argumen diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha pengusaha sate

bandeng di Kota Serang. Dengan judul yang diangkat adalah “PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA PENGUSAHA SATE BANDENG (Survey pada pengusaha sate bandeng di Kota Serang)”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah, terlihat bahwa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha pengusaha sate bandeng di Kota Serang, yang ditandai dengan penurunan laba pengusaha pada tiga bulan terakhir. Keberhasilan usaha yang terus


(20)

9

menurun ini terjadi karena faktor internal yaitu rendahnya kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh para pengusaha sate bendeng dalam bentuk perilaku kewirausahaan dimana pengusaha sate bandeng ini kurang kreatif dalam mengolah produk olahan bandeng, serta kurang berani menghadapi risiko usaha dan kurang jeli dalam melihat peluang usaha.

Dalam penelitian ini maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu pada faktor perilaku kewirausahaan. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha sate bandeng di Kota Serang?

2. Bagaimana pengaruh kreativitas terhadap keberhasilan usaha pengusaha sate bandeng di Kota Serang?

3. Bagaimana pengaruh keberanian menghadapi risiko terhadap keberhasilan usaha pengusaha sate bandeng di Kota Serang?

4. Bagaimana pengaruh obsesi mencari peluang terhadap keberhasilan usaha pengusaha sate bandeng di Kota Serang?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha sate bandeng di Kota Serang.

2. Untuk mengetahui pengaruh kreativitas terhadap keberhasilan usaha pengusaha sate bandeng di Kota Serang.

3. Untuk mengetahui pengaruh keberanian menghadapi risiko terhadap keberhasilan usaha pengusaha sate bandeng di Kota Serang.

4. Untuk mengetahui pengaruh obsesi mencari peluang terhadap keberhasilan usaha pengusaha sate bandeng di Kota Serang?


(21)

10

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya terkait keberhasilan usaha.

2. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha, terutama bagi para pengusaha sate bandeng di Kota Serang, serta dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pemerintah untuk mendorong kemajuan usaha kecil rakyat.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 118), Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Dimana keberhasilan usaha sebagai variabel terikat (Y), kreativitas sebagai variabel bebas (X1), keberanian menghadapi risiko sebagai variabel bebas (X2) dan obsesi mencari peluang sebagai variabel bebas (X3). Adapun subjek dari penelitian ini yaitu pengusaha sate bandeng di Kota Serang.

3.2 Metode Penelitian

Metode dalam suatu penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah yang diselidiki. Melalui metode penelitian diharapkan akan dapat memilih teknik pengumpulan data yang tepat serta menentukan suatu metode penelitian yang tepat.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survey eksplanatori (explanatory methode) yaitu suatu metode penelitian yang bermaksud menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan pengujian hipotesis.

Adapun pengertian penelitian survey menurut Masri Singarimbun (1995:3) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Tujuan dari penelitian explanatory adalah untuk menjelaskan atau menguji hubungan antar variabel yang diteliti.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha sate


(23)

61

bandeng yang terdaftar di Disperindag Kota Serang yang berjumlah 23 pengusaha.

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 177), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2012: 122) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Sehingga dalam penelitian ini, jumlah sampel sama dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 23 pengusaha sate bandeng.

3.4 Operasionalisasi Variabel

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Konsep / konstruk Variabel Definisi Operasional Skala Dependen

Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuannya. Suatu bisnis dikatakan berhasil bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis. Henry Faizal Noor (2007 : 379)

Keberhasilan Usaha (Y)

Jawaban responden mengenai keberhasilan usaha dengan

indikator jumlah laba yang diterima pada satu bulan terakhir dengan rumus :

Π = TR – TC Dimana

TR = Total Revenue TC = Total Cost

Rasio

Independen Perilaku Kewirausahaan kreativitas merupakan

kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Kreativitas (X1)

Jawaban responden mengenai kreativitas dengan indikator: 1) Kemampuan berfikir imajinasi 2) Keterbukaan terhadap hal-hal

baru

3) Kemampuan menghasilkan ide /


(24)

62

Dedi Supriadi (Buchari Alma, 2003: 32).

gagasan baru

4) Kemampuan menciptakan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya

Keberanian menghadapi risiko, yaitu suatu usaha untuk menimbang dan menerima risiko dalam mengambil keputusan untuk menghadapi ketidakpastian. Dusselman (Suryana, 2006: 50)

Keberanian Menghadapi

Risiko (X2)

Jawaban responden mengenai keberanian menghadapi risiko dengan indikator :

1) Keberanian membuat keputusan dalam mencari peluang memperoleh keuntungan. 2) Keberanian menghadapi risiko

usaha.

3) Kemampuan untuk menilai risiko secara realistis.

4) Keberanian untuk menghadapi kegagalan dalam usahanya.

Ordinal

Obsesi mencari peluang (ambisi untuk mencari peluang) adalah keinginan yang kuat yang dimiliki oleh wirausaha dalam mencari peluang menuju keberhasilan usaha. (Suryana, 2006: 27).

Obsesi Mencari Peluang (X3)

Jawaban responden mengenai obsesi mencari peluang dengan indikator :

1) Mencari berbagai peluang untuk meningkatkan keberhasilan usaha.

2) Memiliki ambisi yang besar untuk mencapai keberhasilan usaha.

Ordinal

3.5 Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang diambil adalah Data Primer dan Data

Sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada pengusaha sate bandeng di Kota Serang sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari DISPERINDAG Kota Serang, Badan Pusat Statistik dan internet.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Studi dokumentasi, merupakan teknik mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Studi ini digunakan untuk mencari atau


(25)

63

memperoleh hal-hal atau variabel-variabel berupa catatan, laporan, serta dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

2. Kuesioner (angket), merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2012: 199).

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 268), sebelum menyusun angket harus melalui beberapa prosedur yaitu:

1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner

2. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner

3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal.

4. Menentukan jenis data yang akan dukumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.

3. Wawancara, yaitu usaha untuk mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan lisan. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada pemilik usaha sate bandeng.

3.7 Instrumen Penelitian

Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur perilaku kewirausahaan. Dalam penelitian, fenomena keberhasilan usaha ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dan dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. (Sugiyono, 2012: 93).

Jawaban setiap item instumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:

1. Setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5


(26)

64

3. Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3 4. Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2 5. Sangat tidak setuju/ tidak pernah diberi skor 1

Agar hipotesis yang telah dirumuskan dapat diuji maka diperlukan pembuktian melalui pengolahan data yang telah terkumpul. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data ordinal. Dengan adanya data berjenis ordinal maka data tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakan Methods of Succesive Interval (MSI) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

 Untuk butir tersebut berapa banyak orang yang mendapatkan (menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.

 Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P).

 Tentukan proporsi kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.

 Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk setiap kategori.

 Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel ordinat distribusi normal.

Hitung SV (Scale of Value = nilai skala) dengan rumus sebagai berikut: SV= (Density of Lower Limit) – (Density at Upper Limit)

(Area Bellow Upper Limit) – (Area Bellow Lower Limit)

 Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus: Y = SV + (1+ |SV min|)

Dimana nilai k = 1 + |SV min|

Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya maka alat ukur tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itulah terhadap angket yang diberikan kepada responden dilakukan 2 (dua) macam tes, yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.


(27)

65

3.7.1 Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 211), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

  

 

 

2

2 2

2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N rXY

(Suharsimi Arikunto, 2010 : 213) Dengan menggunakan taraf signifikan

= 0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya responden dimana :

r hitung > r 0,05 = valid r hitung r 0,05 = tidak valid.

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya, (Riduwan, 2008: 217).

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid) Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu:

1. Dengan melihat harga r dan diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi, cukup, dan sebagainya.

2. Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik r product moment sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan. Begitu juga arti sebaliknya.


(28)

66

3.7.2 Uji Reliabilitas

Suharsimi Arikunto (2010: 221), Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus alpha dari Cronbach sebagaimana berikut:

             

2 2 11 1 1 t b k k r  

(Suharsimi Arikunto, 2010: 239) dimana :

11

r = reliabilitas instrument k = banyaknya butir pertanyaan

2 i

= jumlah varians butir

2 t

 = varians total

Kriteria pengujiannya adalah jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi pada

= 0,05, maka instrumen tersebut adalah reliabel, sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrument tidak reliabel.

Selanjutnya, untuk melihat signifikansi reliabilitasnya dilakukan dengan mendistribusikan rumus student t, yaitu:

t

hit

=

√ √

Dengan kriteria : Jika thitung> ttabel, maka instrumen penelitian reliabel dan signifikan, begitu pula sebaliknya.


(29)

67

3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.8.1 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda (multiple linear regression method) dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.00 For Windows. Tujuan Analisis Regresi Linier Berganda adalah untuk mempelajari bagaimana eratnya pengaruh antara satu atau beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat. Model analisis ekonometrika yang digunakan adalah sebagai berikut :

Dimana :

Y = keberhasilan usaha β0 = konstanta regresi β1 = koefisien regresi X1 β2 = koefisien regresi X2 β3 = koefisien regresi X3 X1 = kreativitas

X2 = keberanian menghadapi risiko X3 = obsesi mencari peluang e = faktor pengganggu

Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik regresi linier berganda dimana data-data yang digunakan bersifat interval. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh dari variabel penelitian kreativitas (X1), keberanian menghadapi risiko (X2) dan obsesi mencari peluang (X3) terhadap keberhasilan pengusaha (Y).


(30)

68

3.8.2 Pengujian Hipotesis

3.8.2.1 Pengujian Hipotesis Ragresi Secara Keseluruhan (Uji f)

Uji F digunakan dengan maksud untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan mencari nilai Fhitung dengan menggunakan korelasi ganda dan dapat dihitung dengan rumus:

RYXiXj =

j i i j ir j i X X r Y rX YX rYX YX r YX r 2 2 2 1 2   

Uji signifikansinya dapat dihitung dengan rumus : F= ) /( ) 1 ( ) 1 /( ) /( ) 1 /( 2 2 k n R k R k n RSS k ESS     

(Yana Rohmana, 2010:78) Dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Jika Fhitung< Ftabel maka H0diterima dan H1 ditolak (keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel Y).

2) Jika Fhitung> Ftabel maka Ho ditolak dan H1 diterima (keseluruhan variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

3.8.2.2 Koefisien Determinasi Majemuk (R2)

Menurut (Gujarati, 2001:94), dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X.

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana perubahan variabel terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya, untuk menguji hal ini digunakan rumus koefisien determinasi sebagai berikut:

R2 =


(31)

69

=

 

2 2

y y

y i yˆ

i

(Agus Winarjono, 2007:39) Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

1.8.2.3Pengujian Hipotesis Regresi Secara Parsial (Uji t)

Pada penelitian ini akan dilakukan uji hipotesis secara parsial atau sebagian dengan menggunakan korelasi parsial (tstatistik). Tujuan uji korelasi parsial (tstatistik) ini adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dimana variabel lain dianggap konstan.

1) Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis:

Ho : βi ≤ 0, artinya masing- masing variabel Xi secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel Y, dimana i = X1, X2, X3 Hi : βi > 0, artinya masing-masing variabel Xi secara parsial berpengaruh

terhadap variabel Y, dimana i = X1, X2, X3

2) Menghitung nilai statistik t (t hitung) dan mencari nilai-nilai t kritis dari tabel distribusi t pada α dan degree of fredom tertentu. Adapun nilai t hitung dapat dicari dengan formula sebagai berikut :

(Yana Rohmana, 2010:74) Dimana merupakan nilai dari hipotesis nul.

Atau, secara sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(32)

70

(Yana Rohmana, 2010:74)

3) Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel) dengan α = 0,05. Keputusannya menerima atau menolak H0, sebagai berikut :

 Jika t hitung > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima H1, artinya variabel itu signifikan.

 Jika t hitung < nilai t kritisnya maka H0 diterima atau menolak H1, artinya variabel itu tidak signifikan.

Kaidah keputusan:

Tolak Ho jika t hit> t tabel, dan terima Ho jika t hit< t tabel.

3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik

Dalam menggunakan model regresi berganda dengan metode OLS adalah harus bebas dari uji asumsi klasik yang terdiri dari multikolinieritas, heteroskedatis dan autokorelasi.

3.8.3.1 Multikolinieritas

Multikolinearitas adalah situasi di mana terdapat korelasi variabel bebas antara satu variabel dengan yang lainnya. Dalam hal ini dapat disebut variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel-variabel yang nilai korelasi antara sesamanya sama dengan nol. Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan Multikolinearitas dalam model regresi OLS (Gujarati, 2001:166), yaitu:

1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi (biasanya berkisar 0,8 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas. 2. Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi,

perlu dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.

3. Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika nilai


(33)

71

Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu, maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.

4. Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu variabel independen lainnya.

5. Variance inflation factor dan tolerance. (VIF)

Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multiko dengan uji Variance inflation factor dan tolerance. (VIF), dengan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Untuk melihat gejala multikolinearitas, kita dapat melihat dari hasil Collinerity Statistics. Hasil VIF yang lebih besar dari lima menunjukan adanya gejala multikolinearitas.

Apabila terjadi multikolinearitas menurut Yana Rohmana (2010: 149-154) disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Tanpa ada perbaikan 2. Dengan perbaikan:

o Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori). o Menghilangkan salah satu variabel independen.

o Menggabungkan data Cross-Section dan data Time Series. o Transformasi variabel.

o Penambahan Data.

3.8.3.2 Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik adalah bahwa varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan δ2

. inilah yang disebut sebagai asumsi heterokedastisitas (Gujarati, 2001:177). Heteroskedastisitas berarti setiap varian disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan atau varian yang sama. Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian


(34)

72

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Keadaan heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :

 Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model.

 Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin benar.

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005:147-161), yaitu sebagai berikut :

1. Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

 Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

 Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk, diantaranya: 1 i 2 1 i 1 i 2 1

i X atau û X

û      

4. Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

 

         1 n n d 6 -1 rs 2 2 1 Dimana :

d1= perbedaan setiap pasangan rank n = jumlah pasangan rank

5. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi


(35)

73

residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji metode grafik, dengan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tidak memiliki pola tertentu. Salah satu uji untuk menguji heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual.

3.8.3.3 Autokorelasi

Asumsi penting lainnya yang akan diuji dalam penelitian ini adalah uji autokorelasi. Autokorelasi menggambarkan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi antara variabel pengganggu disturbance term. Adanya gejala autokorelasi dalam model regresi OLS dapat menimbulkan :

1) Estimator OLS menjadi tidak efisien karena selang keyakinan melebar

2) Varian populasi 2 diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran ( ^2).

3) Akibat butir b, R2 bisa ditaksir terlalu tinggi (overestimated)

4) Jika 2 tidak diestimasi terlalu rendah, maka varians estimator OLS ( ^i). 5) Pengujian signifikansi (t dan F) menjadi lemah.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi pada model regresi antara lain dengan metode Grafik, uji loncatan (Runs Test) atau uji Geary (Geary Test), uji Durbion Watson (Durbin Watson d test), uji Breusch-Godfrey (Breusch-Godfrey test) untuk autokorelasi berorde tinggi.

Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui beberapa cara di bawah ini:

1) Graphical method, metode grafik yang memperlihatkan hubungan residual dengan trend waktu.

2) Runs test, uji loncatan atau uji Geary (geary test).


(36)

74

4) Uji d Durbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat seperti pada gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1

Statistika d Durbin- Watson Sumber: Gudjarati 2001: 216 Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower

dU = Durbin Tabel Up

H0 = Tidak ada autkorelasi positif H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin- Watson dengan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Uji ini mengahasilkan nilai DW hitung (d) dan nilai DW tabel (dL dan dv).

Menolak H0

Bukti autokorelasi

positif

Menolak H0

*

Bukti autokorelasi

negatif

Daerah keragu-raguan

Daerah keragu-raguan Menerima H0 atau

H*0 atau

kedua-duanya

d

0 dL du 4-du 4-dL 4


(37)

Gita Gustiana Wulandara , 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh kreativitas, keberanian menghadapi risiko dan obsesi mencari peluang terhadap keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perilaku kewirausahaan para pengusaha sate bandeng di Kota Serang yang terdiri dari kreativitas tergolong sedang sedangkan perilaku kewirausahaan dalam hal keberanian menghadapi risiko dan obsesi mencari peluang masih tergolong rendah. Selain itu keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang yang dilihat berdasarkan indikator laba juga masih tergolong rendah.

2. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek kreativitas berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang. Kreativitas merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan usaha karena dengan adanya kreativitas pengusaha akan mampu menghasilkan ide-ide baru mengenai produ-produknya dan memungkinkan para pengusaha untuk menciptakan produk baru dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. 3. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek keberanian menghadapi risiko

berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang. Seorang wirausaha akan selalu dihadapkan pada situasi yang berisiko. Maka dari itu, seorang pengusaha harus memiliki keberanian untuk menghadapi risiko karena semakin besar risiko yang dihadapi oleh seorang wirausaha, maka semakin besar pula peluang tercapainya keberhasilan usaha.


(38)

Gita Gustiana Wulandara , 2013

4. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek obsesi mencari peluang berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang. Peluang


(39)

112

merupakan hal yang paling berharga bagi seorang wirausaha. Pengusaha yang mampu mengenali dan memanfaatkan peluang, maka akan mendapatkan kesempatan yang besar dalam mencapai keberhasilan usaha.

5.2 Saran

1. Para pengusaha sate bandeng harus bisa meningkatkan perilaku kewirausahaan nya, baik dari aspek kreativitas, keberanian mnghadapi risiko maupun obsesi mencari peluang, karena pada dasarnya ketiga perilaku tersebut saling berkaitan dan sangat penting untuk diterapkan demi keberlangsungan usaha dan terciptanya keberhasilan usaha.

2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas, para pengusaha dapat mencari informasi melalui berbagai sumber baik dari buku bacaan, internet maupun sumber lainnya mengenai produk olahan bandeng. Selain itu, para pengusaha juga perlu mengikuti pendidikan informal baik diklat, pelatihan maupun seminar-seminar yang diadakan oleh berbagai pihak terkait.

3. Untuk meningkatkan keberanian menghadapi risiko, para pengusaha harus memiliki kerja sama dengan berbagai pihak terkait seperti bank, investor, konsumen dan lain-lain sehingga pengusaha dapat meminimalisir risiko yang akan dihadapi dengan cara berbagi risiko dengan pihak yang terlibat.

4. Untuk meningkatkan obsesi mencari peluang, para pengusaha harus mencari berbagai informasi mengenai produk yang sedang diminati konsumen dan harus dapat membaca keadaan pasar serta pesaingnya.

5. Bagi lembaga yang terkait, seperti Dinas KUMKM agar lebih memperhatikan usaha yang dijalankan oleh wirausaha kecil dengan cara melakukan pemberian modal serta memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan agar pengusaha dapat lebih percaya diri dan dapat mencapai keberhasilan usaha yang diharapkan.


(1)

72

Gita Gustiana Wulandara , 2013

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pengusaha Sate Bandeng Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Keadaan heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :

 Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model.

 Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin benar.

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005:147-161), yaitu sebagai berikut :

1. Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

 Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

 Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran

variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,

diantaranya: 1 i 2 1 i 1 i 2 1

i X atau û X

û      

4. Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

 

         1 n n d 6 -1 rs 2 2 1 Dimana :

d1= perbedaan setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank

5. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi


(2)

73

Gita Gustiana Wulandara , 2013

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pengusaha Sate Bandeng Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji metode grafik, dengan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tidak memiliki pola tertentu. Salah satu uji untuk menguji heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual.

3.8.3.3 Autokorelasi

Asumsi penting lainnya yang akan diuji dalam penelitian ini adalah uji autokorelasi. Autokorelasi menggambarkan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi antara variabel pengganggu disturbance term. Adanya gejala autokorelasi dalam model regresi OLS dapat menimbulkan :

1) Estimator OLS menjadi tidak efisien karena selang keyakinan melebar

2) Varian populasi 2 diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran ( ^2).

3) Akibat butir b, R2 bisa ditaksir terlalu tinggi (overestimated)

4) Jika 2 tidak diestimasi terlalu rendah, maka varians estimator OLS ( ^i).

5) Pengujian signifikansi (t dan F) menjadi lemah.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi pada model regresi antara lain dengan metode Grafik, uji loncatan (Runs Test) atau uji Geary (Geary Test), uji Durbion Watson (Durbin Watson d test), uji Breusch-Godfrey (Breusch-Godfrey test) untuk autokorelasi berorde tinggi.

Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui beberapa cara di bawah ini:

1) Graphical method, metode grafik yang memperlihatkan hubungan residual dengan trend waktu.

2) Runs test, uji loncatan atau uji Geary (geary test).


(3)

74

Gita Gustiana Wulandara , 2013

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pengusaha Sate Bandeng Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4) Uji d Durbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat seperti pada gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1

Statistika d Durbin- Watson Sumber: Gudjarati 2001: 216 Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower

dU = Durbin Tabel Up

H0 = Tidak ada autkorelasi positif

H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin- Watson dengan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Uji ini mengahasilkan nilai DW hitung (d) dan nilai DW tabel (dL dan dv).

Menolak H0

Bukti autokorelasi

positif

Menolak H0

*

Bukti autokorelasi

negatif

Daerah keragu-raguan

Daerah keragu-raguan Menerima H0 atau

H*0 atau

kedua-duanya

d 0 dL du 4-du 4-dL 4


(4)

Gita Gustiana Wulandara , 2013

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pengusaha Sate Bandeng Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

111 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh kreativitas, keberanian menghadapi risiko dan obsesi mencari peluang terhadap keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perilaku kewirausahaan para pengusaha sate bandeng di Kota Serang yang terdiri dari kreativitas tergolong sedang sedangkan perilaku kewirausahaan dalam hal keberanian menghadapi risiko dan obsesi mencari peluang masih tergolong rendah. Selain itu keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang yang dilihat berdasarkan indikator laba juga masih tergolong rendah.

2. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek kreativitas berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang. Kreativitas merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan usaha karena dengan adanya kreativitas pengusaha akan mampu menghasilkan ide-ide baru mengenai produ-produknya dan memungkinkan para pengusaha untuk menciptakan produk baru dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. 3. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek keberanian menghadapi risiko

berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang. Seorang wirausaha akan selalu dihadapkan pada situasi yang berisiko. Maka dari itu, seorang pengusaha harus memiliki keberanian untuk menghadapi risiko karena semakin besar risiko yang dihadapi oleh seorang wirausaha, maka semakin besar pula peluang tercapainya keberhasilan usaha.


(5)

Gita Gustiana Wulandara , 2013

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pengusaha Sate Bandeng Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

112

4. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek obsesi mencari peluang berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap keberhasilan usaha para pengusaha sate bandeng di Kota Serang. Peluang


(6)

112

Gita Gustiana Wulandara , 2013

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Pengusaha Sate Bandeng Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

merupakan hal yang paling berharga bagi seorang wirausaha. Pengusaha yang mampu mengenali dan memanfaatkan peluang, maka akan mendapatkan kesempatan yang besar dalam mencapai keberhasilan usaha.

5.2 Saran

1. Para pengusaha sate bandeng harus bisa meningkatkan perilaku kewirausahaan nya, baik dari aspek kreativitas, keberanian mnghadapi risiko maupun obsesi mencari peluang, karena pada dasarnya ketiga perilaku tersebut saling berkaitan dan sangat penting untuk diterapkan demi keberlangsungan usaha dan terciptanya keberhasilan usaha.

2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas, para pengusaha dapat mencari informasi melalui berbagai sumber baik dari buku bacaan, internet maupun sumber lainnya mengenai produk olahan bandeng. Selain itu, para pengusaha juga perlu mengikuti pendidikan informal baik diklat, pelatihan maupun seminar-seminar yang diadakan oleh berbagai pihak terkait.

3. Untuk meningkatkan keberanian menghadapi risiko, para pengusaha harus memiliki kerja sama dengan berbagai pihak terkait seperti bank, investor, konsumen dan lain-lain sehingga pengusaha dapat meminimalisir risiko yang akan dihadapi dengan cara berbagi risiko dengan pihak yang terlibat.

4. Untuk meningkatkan obsesi mencari peluang, para pengusaha harus mencari berbagai informasi mengenai produk yang sedang diminati konsumen dan harus dapat membaca keadaan pasar serta pesaingnya.

5. Bagi lembaga yang terkait, seperti Dinas KUMKM agar lebih memperhatikan usaha yang dijalankan oleh wirausaha kecil dengan cara melakukan pemberian modal serta memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan agar pengusaha dapat lebih percaya diri dan dapat mencapai keberhasilan usaha yang diharapkan.