Penggunaan Kombinasi Pati Jagung Pragelatinasi Mesh 20 Dengan Granul Laktosa Mesh 20 Sebagai Bahan Pengisi Pada Pembuatan Tablet Vitamin C Secara Cetak Langsung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
2.1.1 Pati jagung
Jagung banyak digunakan pada industri makanan, minuman, dan
farmasi. Berdasarkan komposisi dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai
prospek sebagai pangan dan bahan baku industri (Suarni dan Sarasutha, 2002).
Pati adalah karbohidrat yang terjadi dari rangkaian molekul panjang
yang berbentuk butiran. Pati dapat diperoleh dari berbagai bagian tanaman
seperti biji, umbi, batang, dan buah. Pati dalam jaringan mempunyai bentuk
butir yang berbeda-beda. Umumnya butir padi terdiri dari lapisan-lapisan yang
mengelilingi satu titik yang disebut hillum. Hillum dapat terletak di tengah atau
dapat pula di pinggir. Biji jagung mengandung pati 54,1% - 71,7%,
karbohidarat pada jagung sebagian besar merupakan komponen pati,
sedangkan komponen lainnya adalah pentose, dekstrin, sukrosa, dan gula
pereduksi (Fahn, 1992).
Dalam dunia industri dikenal dua macam pati yaitu pati alami dan pati
modifikasi. Pati alami mempunyai beberapa kelemahan, jika dibuat menjadi
pasta maka akan terbentuk pasta yang keras dan tidak bening, serta
membutuhkan waktu yang lama dan energi yang tinggi. Selain itu pati
memiliki sifat yang lengket dan tidak tahan perlakuan dengan asam. Hal ini

menyebabkan pati alami masih terbatas penggunaannya dalam dunia industri
dibandingkan pati modifikasi. Pati modifikasi adalah pati yang diberi perlakuan
tertentu dengan tujuan menghasilkan, memperbaiki atau merubah sifat

Universitas Sumatera Utara

sebelumnya. Modifikasi terdiri dari modifikasi fisika, modifikasi kimia dan
modifikasi genetika. Perlakuan ini dapat mencakup penggunaan panas, asam,
alkali, zat pengoksidasi atau bahan kimia lainnya yang akan menghasilkan
gugus kimia yang baru dan atau perubahan bentuk, ukuran serta struktur
molekul pati. Pati yang termodifikasi mempunyai kekentalan yang stabil baik
pada suhu tinggi maupun suhu rendah, mempunyai ketahanan yang baik
terhadap perlakuan mekanis, dan daya pengentalannya tahan pada kondisi asam
(Glicksman, 1969).
Granul pati utuh tidak larut dalam air dingin. Granul pati dapat
menyerap air dan mengembang, tetapi tidak dapat kembali seperti semula. Air
yang terserap dalam molekul menyebabkan granul mengembang. Apabila
granul pati ditambahkan air panas atau dingin yang kemudian dipanaskan,
maka pati dapat mengalami gelatinasi (Winarno, 1995).
2.1.2 Klasifikasi tanaman jagung

Division

: Spermatophyta

Sub-divisio

: Angiospermae

Klass

: Monocotyledoneae

Ordo

: Graminae

Famili

: Graminaceae


Genus

: Zea

Spesies

: Zea mays L (Hartono, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Nama lain tanaman jagung
Nama Jagung di Indonesia beranekaragam yaitu jagong (Sunda, aceh,
Batak, Ambon), jhaghung (Madura), rigi (Nias), wataru (Sumba), latung
(Flores), pena (Timor), gandung (Toraja) (Hartono, 2007).
2.2 Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam
jumlah sedikit, tetapi penting untuk melakukan fungsi metabolik di dalam
tubuh. Vitamin tidak dapat disintesa oleh tubuh kecuali vitamin K, maka
vitamin harus ada dalam makanan yang dikonsumsi (Andarwulan dan
Koswara, 1989).

Vitamin dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu vitamin yang
dapat larut dalam air dan vitamin yang dapat larut dalam lemak. Jenis vitamin
yang dapat larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin
yang dapat larut dalam lemak adalah A, D, E, dan K, serta provitamin A yaitu
β-karoten. Bahan makanan yang kaya akan vitamin adalah sayur-sayuran dan
buah-buahan (Sudarmadji, 1989).
2.2.1 Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13
dengan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan
kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190oC 192oC. senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin
C sangat mudah larut dalam air (1g dapat larut sempurna dalam 3 ml air),
sedikit larut dalam alkohol (1g larut dalam 50 ml alkohol absolut atau 100 ml

Universitas Sumatera Utara

gliserin) dan tidak larut dalam benzene, eter, kloroform, minyak dan
sejenisnya. Vitamin C tidak stabil dalam bentuk larutan, terutama jika terdapat
udara, logam-logam seperti Cu, Fe, dan cahaya (Andarwulan dan Koswara,
1989). Struktur kimia vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini
(Ditjen POM, 1995) :


Gambar 2.1 Struktur Kimia Vitamin C
2.3 Amilum
Amilum merupakan campuran dua macam struktur polisakarida yang
berbeda amilosa dan amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dan
terdiri dari 250 sampai 300 unit D-glukopiranosa yang tersusun dalam ikatan α1,4 glukosa. Amilosa merupakan polisakarida, polimer yang tersusun dari
glukosa sebagai monomernya. Amilosa merupakan polimer tidak bercabang
yang bersama-sama dengan amilopektin menjadi komponen penyusun pati.

Gambar 2.2 Struktur Kimia Amilosa

Universitas Sumatera Utara

Amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun dari monomer αglukosa. Amilopektin merupakan molekul raksasa dan mudah ditemukan
karena menjadi satu dari dua senyawa penyusun pati, bersama-sama dengan
amilosa. Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin berbeda
dengan amilosa, yang terlihat dari karakteristik fisiknya. Secara struktural,
amilopektin terbentuk dari rantai glukosa yang terikat dengan ikatan α-1,6glukosa, sama dengan amilosa. Namun, pada amilopektin terbentuk cabangcabang (sekitar tiap 20 mata rantai glukosa) dengan ikatan α-1,4-glukosa.

Gambar 2.3 Struktur Kimia Amilopektin

Kedua fraksi tersebut dapat dibedakan berdasarkan reaksinya terhadap
larutan yodium, dimana amilosa memberikan warna biru ungu sedangkan
amilopektin warna merah ungu. Pada umumnya amilum mempunyai
kandungan amilosa 25% dan amilopektin 75% (Charles, 2010).
2.4 Laktosa
Laktosa dikenal juga dengan nama sakarum laktis, gula susu adalah
gula yang diperoleh dari susu. Laktosa merupakan produk sampingan air dadih,
yaitu bagian susu yang tinggal setelah lemak dan kasein diambil untuk

Universitas Sumatera Utara

pembuatan mentega dan keju. Susu sapi mengandung 2,5% - 3,0% laktosa,
sedangkan hewan menyusui lainnya mengandung 3% - 5% laktosa. Laktosa
berupa kristalin keras atau serbuk putih, stabil di udara, larut dalam 5 ml air
dan larut dalam 2,6 ml air mendidih (USP edisi XXI).
2.5 Uraian Tablet
2.5.1 Pengertian tablet
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengn cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat

dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan
cetakan baja. Tablet dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan
permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).
Untuk mendapatkan tablet yang baik, maka bahan pengisi yang akan
dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat berikut:
a. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang mengalir dalam corong alir
ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot
tablet tidak akan memiliki variasi yang besar.
b. Kompatibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga
dihasilkan tablet yang keras.
c. Mudah lepas dari

cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang

dihasilkan mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada
cetakan, sehingga permukaan tablet halus dan licin (Sheth, dkk.,1980).

Universitas Sumatera Utara

2.5.2 Bahan pengisi

Bahan pengisi adalah suatu zat yang inert secara farmakologis yang
ditambahkan kedalam suatu formulasi sediaaan tablet yang bertujuan untuk
penyesuaian bobot, ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu
kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet
(Charles, 2010).
Macam-macam bahan pengisi (Charles, 2010) :
1. Golongan Gula
 Laktosa : disebut juga gula susu atau Saccharum Lactis.
 Sukrosa : disebut juga gula pasir atau Saccaharum album.
 Manitol : berupa Kristal dengan rasa manis, larut dalam air.
 Sorbitol : serbuk mikro kristalin berwarna putih, tak berbau, rasa manis,
larut dalam air.
2. Golongan Amylum
Disebut juga pati, yaitu serbuk berwarna putih, tidak berbau, tidak
berasa, tidak larut dalam air, bila dididihkan dengan air setelah dingin akan
membentuk larutan kental yang jernih.
Pati dapat dipoeroleh dari :
Gandum (Amylum Tritici), Padi (Amylum Oryzae), Jagung (Amylum Maydis),
Kentang (Amylum Solani), Singkong (Amylum Manihot). Pati dalam
pembuatan tablet kecuali sebagai bahan pengisi dapat juga digunakan sebagai

bahan pengikat dan bahan pengembang.

Universitas Sumatera Utara

Maka dalam penelitian ini dibuat modifikasi yaitu dengan cara
pragelatinasi. Pati pragelatinasi terbuat dari pati alami. Setelah di pragelatinasi
bentuknya berupa granul yang free flowing dan mempunyai daya ikat sehingga
bisa dibuat cetak langsung.
3. Golongan organik dan anorgnik
 Bolus alba.
 Natrium klorida.
 Natrium sulfat.
 Magnesium karbonat.
4. Zat pengisi lainnya
 Avicel
 Aerosil
2.5.3 Metode pembuatan tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi
kering (mesin rol atau mesin slug) dan kempa langsung. Tujuan granulasi
basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau

kemampuan kempa. Granulat kering dibuat dengan cara menekan massa serbuk
pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet yang besar kemudian digiling dan
diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Cetak
langsung merupakan pengempaan langsung dengan kecepatan tinggi tanpa
tahap granulasi terlebih dahulu (Ditjen POM, 1995).
a. Granulasi basah

Universitas Sumatera Utara

Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu
dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak
menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40oC 50oC. setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet
(Anief, 1994). Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu
serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan
pengadukan yang akan menghasilkan granul (Lachman, dkk., 1994).
b. Granulasi kering
Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin di granulasi
basah karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan lembab, tidak dapat
dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas

dan dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk cetak langsung (Lachman,
dkk.,1994).
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugged atau
dicetak langsung menjadi tablet yang tebal dan datar dengan garis tengah
sekitar 1 inci. Tablet harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak
menimbulkan serbuk yang berceceran. Tablet ini dipecahkan dengan tangan
atau alat dan diayak dengan lubang yang di inginkan, pelicin ditambahkan dan
tablet dikempa (Ansel, 1989).
c. Cetak Langsung
Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, ammonium
klorida, dan metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga

Universitas Sumatera Utara

memungkinkan untuk langsung dicetak tanpa memerlukan granulasi (Ansel,
1989). Proses tablet cetak langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien
yang sesuai (termasuk pengisi, desintegran, dan pelicin), yang akan mengalir
dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang
kokoh (Charles, 2010).
2.5.4 Metode cetak langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah
mengalir sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk
langsung dicetak dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering
(Sheth,dkk., 1980)
Cetak langsung dapat diartikan sebagai pembuatan tablet dari bahanbahan yang berbentuk kristal atau serbuk tanpa merubah karakter fisiknya.
Metode ini digunakan pada bahan-bahan (baik obat mupun bahan tambahan)
yang mudah mengalir dan memiliki kompresibilitas yang baik yang
memungkinkan untuk langsung di cetak dalam mesin tablet tanpa memerlukan
proses granulasi. Pada umumnya obat yang dapat dibuat dengan metode kempa
langsung hanya sedikit, karena bahan-bahan yang memiliki sifat-sifat tersebut
di atas tidak banyak.
Cara cetak langsung ini sangat disukai karena banyak keuntungan yaitu
secara ekonomi merupakan penghematan besar karena relatif hanya
menggunakan sedikit alat, energi dan waktu. Metode ini sangat sesuai untuk
zat aktif yang tidak tahan panas dan kelembaban tinggi dan dapat menghindari

Universitas Sumatera Utara

kemungkinan terjadi perubahan zat aktif akibat pengkristalan kembali yang
tidak terkendali selama proses pengeringan.
Kecepatan pelarutan obatnya akan lebih baik karena zat aktif tidak
terdapat dalam granul, sehingga dapat segera dilepaskan dan siap dengan
pelarutan setelah tablet hancur.
Untuk

obat

dengan

dosis

tinggi,

jika

volume

bulk

tinggi,

kompresibilitas yang jelek dan sifat alir yang jelek, tidak akan memungkinkan
campuran untuk cetak langsung. Perbedaan ukuran partikel atau densitas antara
obat dan partikel bahan tambahan akan mempengaruhi homogenitas campuran.
Pemilihan bahan pembawa, serbuk yang bersifat kompresibilitas setelah
dicetak akan mengalami deformasi plastik, yaitu terjadinya perubahan bentuk
dari partikel aslinya, setelah tekanan tidak akan kembali ke bentuk semula.
(Sheth, dkk.,1980).
2.5.5 Teori pencampuran
Proses pencampuran merupakan proses yang sangat penting sebelum
dilakukan pencetakan tablet. Pencampuran bertujuan untuk memperoleh
campuran homogen antar partikel-partikel penyusunnya, pencampuran yang
kurang baik atau tidak homogen akan menyebabkan kadar zat aktif dalam
tablet kurang seragam. Untuk mendapatkan campuran yang homogen akan
menyebabkan kadar zat aktif dalam tablet kurang seragam. Untuk mendapatkan
campuran yang homogen pada pencampuran serbuk ada beberapa faktor yang
mempengaruhi :

Universitas Sumatera Utara

Bentuk partikel, bentuk partikel berpengaruh terhadap gerakan partikel
pada waktu pencampuran, partikel-partikel yang ideal berbentuk bola karena
lebih mudah bergerak, sedangkan partikel yang berbentuk jarum dan partikel
yang tidak teratur lebih sukar bergerak dan membentuk agregat.
Kerapatan massa,

dalam proses

pencampuran

di

dalam alat

pencampuran dapat terjadi segresi karena gesekan dari partikel yang
mempunyai perbedaan kerapatan massa, untuk komponen yang kerapatan
massanya besar akan turun ke bawah, sedangkan komponen yang kerapatan
massanya kecil akan tetap diatas sehingga dibutuhkan waktu pencampuran
yang lebih lama untuk mendapatkan campuran yang homogen.
Kelengketan dan kelicinan, untuk bahan yang bersifat lengket, maka
pada proses pencampuran partikelnya akan bergerombol satu sama lain dan
melekat pada dinding sehingga proses pencampuran akan lebih sukar, lain
halnya bila didapatkan bahan yang licin, bahan tersebut akan membantu dalam
proses pencampuran.
Kelembaban, pengaruh kelembaban tinggi yang dominan adalah gaya
kapiler, gaya ini mengkibatkan bahan cenderung menggumpal dan melekat
pada dinding, sedangkan pada kelembaban yang rendah gaya yang dominan
adalah gaya elektrostatik, gaya ini menyebabkan partikel-partikel bermuatan,
cenderung membentuk agregat dan mengalami segresi.
Lama pencampuran, keefektifan waktu yang digunakan untuk proses
pencampuran akan mempengaruhi hasil pencampuran karena campuran yang

Universitas Sumatera Utara

sudah homogen bila proses pencampurannya dilanjutkan maka pada waktu
yang lama tidak homogen lagi (Parrot, 1997).
2.5.6 Komposisi tablet
Komposisi umum dalam tablet adalah (Chrles, 2010) :
1.

Zat berkhasiat

2.

Bahan pengisi : ditambahkan untuk mendapatkan berat yang diinginkan.
Bahan pengisi harus bersifat inert.

3.

Bahan pengikat : ditambahkan untuk mengikat komponen-komponen
tablet untuk dijadikan granul dengan ukuran yang sama dan bentuk speris
setelah dipaksakan melewati ayakan. Dengan adanya bahan pengikat,
komponen tablet akan mudah dibentuk menjadi granul, sehingga akan
memudahkan dalam pencetakan.

4.

Bahan pengembang : ditambahkan untuk memecahkan tablet menjadi
partikel kecil sehingga luas permukaan diperbesar dan absorpsi
dipermudah.

5.

Bahan pelicin : ditambahkan dengan maksud untuk meningkatkan daya
alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada
punch dan die, mengurangi gesekan antara butir-butir granul dan
mempermudah pengeluaran tablet dari die.

6.

Zat pewarna : ditambahkan dengan maksud untuk memperindah tablet,
membedakan dosis, spesifikasi dari pabrik, serta untuk mempermudah
pengawasan.

Universitas Sumatera Utara

7.

Zat pewangi dan pemanis : ditambahkan untuk menutupi bau dan rasa
yang tidak enak, memberikan bau tertentu.

8.

Adjuvants : ditambahkan sebagai antioksidan dan mengurangi efek
samping.

9.

Absorban : ditambahkan untuk melindungi bahan berkhasiat dari pengaruh
lembab,

menghomogenkan

distribusi

zat

berkhasiat,

menghindari

kebasahan akibat sifat dan kombinasi zat berkhasiat.
10. Bahan pembasah : ditambahkan untuk mempercepat hancurnya tablet.
Misalnya: Natrium lauril sulfat, polisorbat, dan aerosil dimana bahan ini
akan mempercepat penetrasi air ke dalam tablet.
2.5.7 Evaluasi tablet
1. Kadar zat berkhasiat
Kadar zat berkhasiat tertera dalam monografi masing-masing tablet
baik batasan nilainya maupun cara penetapannya.
2. Kekerasan Tablet
Ketahanan dari tablet terhadap goncangan pada waktu pengangkutan,
pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan
dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang dibutuhkan untuk memecah tablet
(Lachman, dkk., 1994).
3. Friabilitas
Untuk mengetahui keutuhan tablet (terkikis) karena selama transfortasi
tablet mengalami benturan dengan dinding wadahnya (Lachman, dkk., 1994).

Universitas Sumatera Utara

4. Waktu Hancur
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya
terlarut sempurna, tetapi hanya menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk
hancur di bawah kondisi yang ditetapkan (Lachman, dkk.,1994).
Waktu hancur yang semakin cepat akan semakin cepat pula pelarutan
dari bahan berkhasiat sehingga akan lebih cepat berkhasiat dalam tubuh
(Murni, 2008).
5. Keseragaman Sediaan (Ditjen POM, 1995)
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua cara, yaitu:
a) Keragaman bobot, dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya
lebih besar atau sama dengan 50 mg.
b) Keseragaman kandungan, dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan
aktifnya kurang dari 50 mg.
6. Disolusi
Adalah proses melarutnya suatu obat (Ansel, 1989). Saat sekarang ini
disolusi dipandang sebagai salah satu uji pengawasan mutu yang paling penting
dilakukan pada sediaan farmasi. Pada uji disolusi dapat diketahui Cepatnya
obat atau tablet melarut menentukan kadar bahan berkhasiat yang terlepas di
dalam tubuh. Karena itu laju larut berhubungan langsung dengan kemajuan
dari tablet dan perbedaan bioavibilitas dari berbagai formula (Lachman, dkk.,
1994).
Pada tiap pengujian, volume dari media disolusi (seperti yang
dicantumkan dalam masing-masing monografi) ditempatkan dalam bejana dan

Universitas Sumatera Utara

biarkan mencapai temperatur 37oC ± 0,5oC. kemudian 1 tablet yang diuji di
masukkan ke dalam bejana atau ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk
diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi. Tablet
harus memenuhi persyaratan seperti yang terdapat dalam monografi untuk
kecepatan disolusi (Ansel,1989).
2.5.8 Masalah dalam pembuatan tablet
Pada pembuatan tablet dan pengembangan formula atau proses
pencetakan tablet selalu timbul masalah-masalah yang disebabkan karena
kesalahan formula, mesin pencetak ataupun keduanya.
Masalah-masalah

yang

timbul

dalam

pembuatan

tablet

dan

pengembangan formula tersebut antara lain (Lachman, dkk., 1994) :
1. Capping (splitting)
Yaitu retak pada permukaan atas atau bawah tablet.
Penyebabnya :
a. Kurangnya bahan pengikat atau bahan tidak sesuai
Ini dapat diatasi dengan menambahkan lagi bahan pengikat, dan digranulasi
kembali atau mengganti jenis pengikat. Untuk bahan-bahan yang hidrofob
dipakai bahan pengikat yang kuat misalnya : gom arab dan turunan selulosa.
b. Kerusakan Punch atau die
Permukaan punch yang cekung lama kelamaan bertambah datar yang akan
membentuk cakar yang dapat merusak permukaan tablet. Kerusakan die
selalu terjadi pada tempat pencetakan yang berbentuk lingkaran. Lingkaran

Universitas Sumatera Utara

ini akan bertambah besar, sehingga tablet akan dikeluarkan melalui lubang
yang lebih sempit diatasnya yang menyebabkan capping.
c. Granul-granul terlalu kering
Dapat diatasi dengan menyemprotkan air atau menambahkan zat yang
higroskopis untuk mempertahankan tingkat kelembaban yang dikehendaki,
misalnya : Polietilen glikol 4000, Sorbitol atau Metil selulosa.
d. Tekanan yang berlebihan
Mengatasinya dengan cara mengatur besarnya tekanan pada mesin cetak.
e. Pengaturan Punch yang tidak sesuai
Punch bawah pada saat naik harus rata dengan permukaan die ketika tablet
akan dikeluarkan, bila permukaan berada di bawah dari permukaan die
maka pada proses pengeluaran tablet, sebagian dari tablet akan berada
dalam die sehingga pada saat penyapu tablet mengeluarkan tablet keluar dan
sebagian tablet tersebut akan tertinggal dalam die.
2. Picking dan sticking
Picking adalah melekatnya massa pada permukaan punch sedangkan
Sticking adalah melekatnya massa pada dinding die.
Penyebabnya :


Kurang keringnya granul-granul



Kurangnya bahan pelicin



Punch dan die yang kotor ataupun kasar



Terdapatnya zat yang bertitik lebur rendah

Universitas Sumatera Utara

3. Humidity relative ruang cetak
Humidity (kelembaban) relatif ruang cetak akan berbeda pada saat pagi,
siang dan sore dimana jumlah lembab sangat berpengaruh terhadap
pencetakan zat berkhasiat yang higroskopis.
4. Motling
Yaitu ketidaksamaan distribusi warna, sehingga warna dari tablet tidak
merata. Penyebabnya :


Pencampuran yang kurang homogen.



Suhu pengeringan yang terlalu tinggi.

2.6 Spektrofotometri Ultraviolet (Uv)
Spektrofotometri Uv adalah pengukuran panjang gelombang dari
intensitas sinar ultraviolet yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet berada
pada panjang gelombang 200 - 400 nm. Panjang gelombang adalah jarak antara
satu lembah dan satu puncak, sebagai sumber cahaya biasanya digunakan
lampu hidrogen atau deutrum untuk pengukuran Uv (Dachriyanus, 2004).
Spektrofotometri Uv memiliki sumber cahaya tunggal, dimana sinyal
pelarut dihilangkan terlebih dahulu dengan mengukur pelarut tanpa sampel,
setelah itu larutan sampel diukur (Dachriyanus, 2004).

Universitas Sumatera Utara