Pembuatan pati Jagung (Amylum maydis) Pragelatinasi dan Pemanfaatannya sebagai Pengembang pada Sediaan Tablet Antalgin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Pati Jagung
Jagung banyak digunakan pada industri makanan, minuman, dan farmasi.
Berdasarkan komposisi dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek
sebagai pangan dan bahan baku industri (Suarni dan Sarasutha, 2002).
Pati atau amilum merupakan campuran dua macam struktur polisakarida
yang berbeda yaitu 25% amilosa dan 75% amilopektin. Kedua fraksi tersebut
dapat dibedakan berdasarkan reaksinya terhadap larutan yodium, dimana amilosa
memberikan warna biru ungu sedangkan amilopektin memberikan warna merah
ungu (Varro, dkk., 1976).
Pati adalah karbohidrat yang terjadi dari rangkaian molekul panjang yang
berbentuk butiran. Pati dapat diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti biji,
umbi, batang dan buah. Pati dalam jaringan mempunyai bentuk butir yang
berbeda-beda. Umumnya butir padi terdiri dari lapisan- lapisan yang mengelilingi
suatu titik yang disebut hillum. Hillum dapat terletak ditengah atau dapat pula
dipinggir. Biji jagung mengandung pati 54,1-71,7%, karbohidrat pada jagung
sebagian besar merupakan komponen pati, sedangakan komponen lainnya adalah
pentose, dekstrin, sukrosa, dan gula pereduksi (Fahn, 1992).
Granul pati utuh tidak larut dalam air dingin. Granul pati dapat menyerap
air dan mengembang, tidak dapat kembali seperti semula.. Apabila granul pati

ditambahkan air panas atau dingin kemudian dipanaskan, maka pati mengalami
gelatinasi (Winarno, 1995).

5
Universitas Sumatera Utara

2.2 Klasifikasi Tanaman Jagung
Divisio

: Spermatophyta

Sub-divisio

: Angiospermae

Klass

: Monocotyledoneae

Ordo


: Graminae

Famili

: Graminaceae

Genus

: Zea

Spesies

: Zea mays L (Hartono, 2007).

Nama Jagung di Indonesia beranekaragam yaitu jagong (Sunda, aceh,
Batak, Ambon), jhaghung (Madura), rigi (Nias), wataru (Sumba), latung (Flores),
pena (Timor), gandung (Toraja) (Hartono, 2007).
2.3 Modifikasi Pati
2.3.1 Modifikasi pati dengan cara fisika (Pragelatinasi)

Amilum pregelatinasi merupakan modifikasi dengan proses merubah
struktur amilum baik secara fisika maupun mekanik dengan memecahkan semua
atau bagian dari granul-granul dengan adanya air, kemudian amilum-amilum itu
segera dikeringkan. Jika suatu sistem pati dan air berangsur-angsur dipanaskan
dari suhu rendah sampai dengan suhu 60°C, maka yang pertama granul pati akan
menyerap air, sehingga granula membengkak dan selanjutnya granul pati
akan mengembung sehingga membentuk suatu massa yang seperti pasta kental
(Soekemi, 1987).
Pati pragelatinisasi adalah pati yang telah mengalami gelatinisasi dengan
memanaskan pasta pati di bawah suhu gelatinisasinya kemudian dikeringkan.
Pemanasan pasta pati dalam air akan menyebabkan molekul air disekitar granula

6
Universitas Sumatera Utara

memutuskan ikatan hidrogen, masuk ke dalam granula dan granula akan
mengembung secara irreversible, proses ini disebut gelatinisasi. Amilopektin akan
tetap berada di dalam granula, sedangkan amilosa akan dilepas ke dalam larutan
membentuk matriks intergranular sehingga terjadi peningkatan viskositas
(Wurzburg, 1989).

Pati pragelatinasi terdiri dari gabungan butir amilum utuh dan amilum
yang mengalami pemecahan yang membentuk ukuran yang lebih sehingga
memiliki daya alir dan kompresibilitas yang baik (Juheini, dkk., 2004). Menurut
Bolhuis dan Chowchan (1996), untuk bahan penghancur tablet digunakan amilum
pragelatinasi parsial yaitu dengan memanaskan suspensi amilum di bawah suhu
gelatinasinya yaitu pada suhu 55-60oC selama 15 menit. Suhu gelatinasi amilum
rata-rata mencapai gelatinasi sempurna pada suhu 70-80oC selama 30 menit.
Amilum pragelatinasi sempurna lebih bersifat sebagai pengikat.
Pati pregelatinisasi mempunyai sifat umum yaitu terdispersi dalam air
dingin. Parameter pengeringan dapat mempengaruhi sifat dan karakteristik dari
pati yang diperoleh seperti produk yang halus dan lembut memberikan viskositas
yang tinggi dari dispersi tetapi cenderung menyerap air terlalu cepat menyebabkan
produk menjadi lembek, hal ini dapat dicegah dengan pemberian hydrofobik agent
pada partikel. Bentuk dan karakteristik densitas mempengaruhi karena
terbentuknya lapisan yang tebal dan padat serta mempunyai tingkat absorbsi air
yang rendah, viskositas pasta panas yang tinggi dan viskositas pasta dingin yang
rendah. Pati pregelatinisasi bersifat instan, dimana dapat larut dalam dalam air
dingin (cold water soluble). Di samping itu, pati pregelatinisasi memiliki

7

Universitas Sumatera Utara

viskositas yang lebih rendah dibanding pati yang tidak dipregelatinisasi (Juheini,
dkk., 2004).
Bolhuis dan Chowhan (1996), menyebutkan bahwa selama proses
pembuatan amilum pragelatinasi beberapa ikatan hidogen antara amilosa dan
amilopektin putus. Amilopektin inilah yang membuatnya dapat digunakan sebagai
bahan pengikat, sedangkan amilosa digunakan sebagai penghancur.
Suhu gelatinasi merupakan suhu dimana granula pati tersebut mengalami
gelatinasi sangat cepat, maka tidak semua granula dalam sampel pati mengalami
gelatinasi pada suhu yang sama, hal ini mencerminkan adanya perbedaan gaya
ikat internal dalam tiap-tiap granul. Sehingga dengan adanya perbedaan suhu
pembuatan pregelatinasi dapat mengetahui kemampuan amilosa dan amilopektin
dalam amilum tersebut (Varro, dkk., 1976).
Perbedaan

penggunaan

suhu


untuk

pemanasan

pada

pembuatan

pragelatinasi akan berpengaruh pada sifat fisik tablet karena amilopektin sebagai
bahan pengikat dan amilosa sebagai bahan penghancur, dimana kedua kandungan
amilum tersebut pada proses hidrasi amilum dapat mengembang lebih optimal.
Pengembangan amilum oleh adanya suhu yang optimal akan menghasilkan gel
dari amilum pragelatinasi tersebut mempunyai ikatan antar granul yang kuat.
Sehingga amilum pragelatinasi yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan tablet menghasilkan mutu yang baik dan memenuhi syarat dalam
Farmakope Indonesia (Varro, dkk., 1976).

8
Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Modifikasi pati dengan cara kimia
Modifikasi Pati secara kimia melibatkan sejumlah bahan kimia ke dalam
pati. Bahan kimia yang ditambahkan dapat berupa asam, basa, garam, maupun
unsur halogen. Berikut ini adalah beberapa modifikasi yang banyak dijumpai di
industri.
1. Degradasi dengan asam atau basa. Merupakan reaksi pemecahan pati menjadi
molekul-molekul yang lebih sederhana seperti glukosa, maltosa dan dextrin.
Bahan kimia yang ditambahkan berupa asam karboksilat, garam dari asam kuat
maupun asam lemah.
2. Reduksi dan Oksidasi merupakan proses modifikasi pati menjadi alkohol,
pemanis untuk pengidap diabetes. Hasil dari modifikasi ini adalah sorbitol dan
manitol. Reaksi reduksi biasanya melibatkan hidrogen dari katalis Raney-Nickel.
3. Esterifikasi dengan menggunakan asam organik maupun anorganik, asam
anorganik yang boleh digunakan dalam industri makanan adalah asam fosfat. Pati
termodifikasi tersebut dikenal dengan gelating agents.
4. Asetilasi yaitu pati termodifikasi yang diperoleh dari mereaksikan pati dengan
gugus hidroksil sehingga menghasilkan hemiacetal dan aldehid. Pati cross-linking
terbentuk dengan dialdehid. Reaksi asetilasi merupakan reaksi reversible, karena
itu gugus asetal tidak stabil selama penyimpanan dan membebaskan asetil aldehid
yang tidak diperbolehkan di industri makanan. (Johnson, 1979).

Modifikasi dapat dilakukan dalam bentuk tepung maupun dalam bentuk
pasta. Modifikasi secara kimia bertujuan untuk membuat pati mempunyai
karakteristik yang sesuai untuk aplikasi tertentu. Misal, pati dapat dibuat lebih

9
Universitas Sumatera Utara

tahan terhadap kerusakan akibat panas dan bakteri, serta membuat pati menjadi
lebih hidrofilik (Johnson, 1979).
2.4 Antalgin (Metampiron)
2.4.1 Uraian Bahan
Rumus Bangun

Rumus Molekul : C13H16N3NaO4S. H2O
Nama IUPAC

: METHAMPYRONUM

Nama lain


: Metampiron, antalgin

Berat Molekul

: 351,37

Pemerian

: serbuk hablur, putih atau putih kekunignan

Kelarutan

: larut dalam air, larut dalam HCl 0,02N

Khasiat

: Analgetik, antipiretik, untuk macam-macam rasa sakit,
pada kolik dan sakit setelah operasi (Ditjen, POM RI,
1995)


10
Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Farmakologi Antalgin (Metampiron)
Antalgin bekerja sebagai analgesik. Diabsorpsi dari saluran pencernaan,
mempunyai waktu paruh 1- 4 jam. Antalgin adalah derivate metansulfonat dari
amidopirina yang bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi
sensitivitas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh. Tiga
efek utamanya adalah sebagai antipiretik, analgesik dan anti-inflamasi. Antalgin
mudah larut dalam air dan mudah diabsorpsi ke dalam jaringan tubuh (Kirana dan
Tan, 2002).
2.5 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis atau lebih bahan obat atau dengan atau tanpa zat tambahan
(Ditjen, POM RI, 1995).
Bentuk sediaan tablet mempunyai keuntungan yang meliputi ketepatan
dosis, praktis dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah dikemas, tahan
alam penyimpanan, mudah dibawa, serta bentuk yang memikat (Lachman, et al.,
1994).

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik adalah sebagai
berikut:
a. Kekerasan yang utuh dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik selama
pengemasan dan pengangkutan hingga sampai pada konsumen.
b. Dapat melepaskan bahan obatnya sampai pada ketersediaan hayatinya.

11
Universitas Sumatera Utara

c. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya.
d. Mempunyai penampilan yan menarik, baik pada bentuk, warna dan rasanya.
Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan dikempa
menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat berikut:
1. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong air ke
dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak
akan memiliki variasi yang besar.
2. Kompatibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, menghasilkan tablet
yang keras.
3. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan
mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga
permukaan tablet halus dan licin (Lachman, et al., 1994).
2.6 Bahan - bahan tambahan dalam pembuatan Tablet
2.6.1 Bahan Pengisi (diluent/filler)
Bahan pengisi berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah
dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit
dikempa. Untuk obat hidrofobik yang kelarutannya dalam air kecil, maka
digunakan bahan pengisi yang larut dalam air (Ditjen, POM RI, 1995). Pengisi
diperlukan jika dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk. Pengisi juga dapat
ditambah karena alasan kedua yaitu memperbaiki daya kohesi sehingga dapat
dikempa langsung atau memacu aliran. Bahan pengisi yang biasa digunakan
antara lain laktosa, manitol,
dekstrosa, amilum, sukrosa dan mikrokristal (Lachman, et al., 1994).

12
Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Bahan Pengikat (binder)
Bahan pengikat diperlukan dalam pembuatan tablet dengan maksud untuk
meningkatkan kohesifitas antar partikel serbuk sehingga memberikan kekompakan
dan daya tahan tablet (Voigt,1995). Penambahan ini dimaksudkan agar tablet
kompak tidak mudah pecah. Bahan pengikat ini sangat membantu dalam
pembuatan granul, diantara bahan pengikat yang digunakan adalah cairan amilum,
gelatin, gom arab, tragakan, derivat selulosa dan polivinil pirolidon (Lachman, et
al., 1994). Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak atau berlebihan akan
menghasilkan massa yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga
tablet yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama.
2.6.3 Bahan Penghancur (disintegrant)
Bahan penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya atau
hancurnya tablet dalam medium air, sehingga pecah menjadi granul atau partikel
penyusunnya. Fragmen-fragmen tablet ini memungkinkan untuk larutnya obat dan
tercapai bioavailabilitas yang diharapkan. Jenis bahan penghancur seperti pati dan
jenis-jenis lainnya adalah jenis bahan penghancur yang paling umum digunakan
dan harganya juga paling murah. Biasanya digunakan dengan konsentrasi 5-20%
dari berat tablet. (Lachman, et al., 1994). Mekanisme aksi penghancur tablet oleh
bahan penghancur sebagai berikut :
a. Perembesan air (Wicking)
Begitu tablet kontak dengan cairan, maka air segera masuk ke dalam tablet
melalui

13
Universitas Sumatera Utara

saluran pori yang terbentuk selama pentabletan. Karena sifat hidrofilitas bahan
penghancur maka perembesan air lewat pori akan lebih cepat dan efektif, sehingga
memisahkan partikel partikel granul dan menghancurkan tablet (Voight, 1995).
b. Pengembangan (Swelling)
Air merembes kedalam tablet melalui celah antar partikel atau jembatan hidrofil
yang terbentuk. Dengan adanya air maka bahan penghancur akan mengembang
dimulai dari bagian lokal lalu meluas keseluruh bagian tablet. Akibat
pengembangan bahan penghancur menyebabkan tablet pecah dan hancur (Voight,
1995).
c. Deformasi/ perubahan bentuk (Deformation)
Pada saat pengempaan tablet, partikel/granul yang mengalami penekanan proses
pengempaan akan berubah bentuknya. Apabila tablet terkena air maka partikel
yang membentuk akan kembali ke bentuk semula sebelum tekanan diberikan.
Akibat dari perubahan bentuk, maka partikel/granul penyusun tablet akan
berdesakan dan tablet akan hancur (Voight, 1995).
2.6.4 Bahan Pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin ditambahkan pada pembuatan tablet yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan yang terjadi antara dinding ruang kempa dengan tepi tablet
selama pentabletan (lubrikan), memperbaiki sifat alir granul (glidant), atau
mencegah bahan yang dikempa agar tidak melekat pada dinding ruang kempa dan
permukaan punch (anti adherent). Sebagai bahan pelicin yang umum digunakan
adalah magnesium stearat, talk dan kalsium stearat. Jumlah pelicin yang

14
Universitas Sumatera Utara

digunakan pada pembuatan tablet satu dengan yang lain berbeda-beda mulai dari
0,1% sampai 5% (Ansel, 1989).
2.7 Metode Pembuatan Tablet
Metode pembuatan tablet pada dasarnya dikenal tiga macam yaitu cetak
langsung, granulasi kering dan granulasi basah (Ansel, 1989).
2.7.1 Metode Granulasi Basah
Metode ini merupakan metode pembuatan yang paling banyak digunakan
dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan
mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul basah,
pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan bahan
penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).
2.7.2 Metode Granulasi Kering
Pada metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat kering
ke dalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya
besar dari campuran serbuk, memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan
menjadi granul, penambahan bahan pelicin dan penghancur kemudian dicetak
menjadi tablet (Ansel, 1989). Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak
bisa diolah dengan granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau
karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel,
1989).

15
Universitas Sumatera Utara

2.7.3 Metode Cetak Langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir
sebagaimana

sifat-sifat

kohesinya

yang

memungkinkan

untuk

langsung

dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering. Kempa
langsung dapat diartikan sebagai pembuatan tablet dari bahan-bahan yang
berbentuk kristal atau serbuk tanpa merubah karakter fisiknya setelah dicampur
dengan ukuran tertentu. Metode ini digunakan pada bahan-bahan (baik obat
maupun bahan tambahan) yang mudah mengalir dan memiliki kompresibilitas
yang baik yang memungkinkan untuk langsung ditablet dalam mesin tablet tanpa
memerlukan proses granulasi. Pada umumnya obat yang dapat dibuat dengan
metode kempa langsung hanya sedikit, karena bahan-bahan yang memiliki sifatsifat tersebut di atas tidak banyak. Cara kempa langsung ini sangat disukai karena
banyak keuntungan yaitu secara ekonomi merupakan penghematan besar karena
relatif hanya menggunakan sedikit alat, energi dan waktu (Lachman, et al., 1994).
2.8 Evaluasi tablet
1.

Kadar zat berkhasiat
Kadar zat berkhasiat tertera dalam monografi masing-masing tablet baik

batasan nilainya maupun cara penetapannya.
2

Kekerasan Tablet
Ketahanan dari tablet terhadap goncangan pada waktu pengangkutan,

pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan
dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang dibutuhkan untuk memecah tablet
(Lachman, dkk., 1994).

16
Universitas Sumatera Utara

3

Friabilitas
Untuk mengetahui keutuhan tablet (terkikis) karena selama transfortasi

tablet mengalami benturan dengan dinding wadahnya (Lachman, dkk., 1994).
4.

Waktu Hancur
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya

terlarut sempurna, tetapi hanya menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk
hancur di bawah kondisi yang ditetapkan (Lachman, dkk.,1994).
Waktu hancur yang semakin cepat akan semakin cepat pula pelarutan dari
bahan berkhasiat sehingga akan lebih cepat berkhasiat dalam tubuh (Murni, 2008).
5.

Keseragaman Sediaan (Ditjen, POM RI, 1995)
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua cara, yaitu:

a)

Keragaman bobot, dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya

lebih besar atau sama dengan 50 mg.
b)

Keseragaman kandungan, dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan

aktifnya kurang dari 50 mg.
6.

Disolusi
Adalah proses melarutnya suatu obat (Ansel, 1989). Saat sekarang ini

disolusi dipandang sebagai salah satu uji pengawasan mutu yang paling penting
dilakukan pada sediaan farmasi. Pada uji disolusi dapat diketahui Cepatnya obat
atau tablet melarut menentukan kadar bahan berkhasiat yang terlepas di dalam
tubuh. Karena itu laju larut berhubungan langsung dengan kemajuan dari tablet
dan perbedaan bioavibilitas dari berbagai formula (Lachman, dkk., 1994).

17
Universitas Sumatera Utara

Pada tiap pengujian, volume dari media disolusi (seperti yang
dicantumkan dalam masing-masing monografi) ditempatkan dalam bejana dan
biarkan mencapai temperatur 37oC ± 0,5oC. kemudian 1 tablet yang diuji di
masukkan ke dalam bejana atau ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk
diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi. Tablet harus
memenuhi persyaratan seperti yang terdapat dalam monografi untuk kecepatan
disolusi (Ansel,1989).
2.8.1 Masalah dalam pembuatan tablet
Pada pembuatan tablet dan pengembangan formula atau proses pencetakan
tablet selalu timbul masalah-masalah yang disebabkan karena kesalahan formula,
mesin pencetak ataupun keduanya. Masalah-masalah yang timbul dalam
pembuatan tablet dan pengembangan formula tersebut antara lain (Lachman, dkk.,
1994):
1.

Capping (splitting)
Yaitu retak pada permukaan atas atau bawah tablet.
Penyebabnya :
a. Kurangnya bahan pengikat atau bahan tidak sesuai
Ini dapat diatasi dengan menambahkan lagi bahan pengikat, dan

digranulasi kembali atau mengganti jenis pengikat. Untuk bahan-bahan yang
hidrofob dipakai bahan pengikat yang kuat misalnya : gom arab dan turunan
selulosa.
b. Kerusakan Punch atau die
Permukaan punch yang cekung lama kelamaan bertambah datar yang akan

18
Universitas Sumatera Utara

membentuk cakar yang dapat merusak permukaan tablet. Kerusakan die selalu
terjadi pada tempat pencetakan yang berbentuk lingkaran. Lingkaran ini akan
bertambah besar, sehingga tablet akan dikeluarkan melalui lubang yang lebih
sempit diatasnya yang menyebabkan capping.
c. Granul-granul terlalu kering
Dapat diatasi dengan menyemprotkan air atau menambahkan zat yang
higroskopis untuk mempertahankan tingkat kelembaban yang dikehendaki,
misalnya : Polietilen glikol 4000, Sorbitol atau Metil selulosa.
d. Tekanan yang berlebihan
Mengatasinya dengan cara mengatur besarnya tekanan pada mesin cetak.
e. Pengaturan Punch yang tidak sesuai
Punch bawah pada saat naik harus rata dengan permukaan die ketika tablet
akan dikeluarkan, bila permukaan berada di bawah dari permukaan die maka pada
proses pengeluaran tablet, sebagian dari tablet akan berada dalam die sehingga
pada saat penyapu tablet mengeluarkan tablet keluar dan sebagian tablet tersebut
akan tertinggal dalam die.
2.

Picking dan sticking
Picking adalah melekatnya massa pada permukaan punch sedangkan

Sticking adalah melekatnya massa pada dinding die.
Penyebabnya :
a.

Kurang keringnya granul-granul

b.

Kurangnya bahan pelicin

c.

Punch dan die yang kotor ataupun kasar

d.

Terdapatnya zat yang bertitik lebur rendah

19
Universitas Sumatera Utara

3.

Humidity relative ruang cetak
Humidity (kelembaban) relatif ruang cetak akan berbeda pada saat pagi,

siang dan sore dimana jumlah lembab sangat berpengaruh terhadap pencetakan zat
berkhasiat yang higroskopis.
4.

Motling
Yaitu ketidaksamaan distribusi warna, sehingga warna dari tablet tidak

merata. Penyebabnya

adalah pencampuran yang kurang homogen dan suhu

pengeringan yang terlalu tinggi.

20
Universitas Sumatera Utara