Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Samosir Chapter III V

BAB III
LOKASI DAN KEGIATAN WISATA SAMOSIR

Pendeskripsian mengenai keberagaman bentuk kegiatan wisata dan lokasi
wisata yang terdapat di Samosir adalah dasar dalam melakukan kegiatan
pengembangan pariwisata, beragam lokasi wisata di Samosir akan dijelaskan dan
dianalisis untuk mendapatkan gambaran mengenai proses pengembangan secara
lanjutan agar dapat menjadikan kegiatan dan lokasi wisata tersebut memiliki nilai
wisata yang tinggi serta mengikutsertakan aspek sosio-kultural yang terkait dengan
hal tersebut.

3.1 Kegiatan Wisata
Secara sederhana kegiatan wisata dapat diartikan sebagai proses interaksi
antara wisatawan dengan objek wisata yang ada, baik berupa proses interaksi antara
wisatawan dengan objek materi wisata (bangunan, lanskap, pertunjukan seni budaya)
maupun interaksi antara wisatawan dengan kehidupan masyarakat setempat.
Konsepsi ini bertujuan mendudukkan pemahaman mengenai kegiatan wisata secara
luas dalam lingkup pengembangan kawasan wisata.

36


Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan konsepsi tersebut, kegiatan wisata di Samosir dapat dibagi atas
kategorisasi :
1. Kegiatan wisata lanskap
2. Kegiatan wisata air
3. Kegiatan wisata budaya atau atraksi seni budaya, dan
4. Kegiatan wisata sejarah.
Keempat kategorisasi kegiatan wisata ini bertujuan untuk mempermudah
proses identifikasi kegiatan wisata yang akan masuk dalam strategi pengembangan
wisata Samosir secara menyeluruh.
Samosir sebagai wilayah yang terdapat ditengah keberadaan Danau Toba
menyimpan beragam kekayaan bentuk kegiatan wisata, hal ini sejalan dengan istilah
wisata Samosir, yakni “Negeri Indah Kepingan Surga.” Pernyataan ini tidak
berlebihan mengingat banyaknya lokasi dan kegiatan wisata di Samosir serta
menawarkan suatu pengalaman wisata yang tidak terdapat di wilayah lainnya.
Selain itu, pengembangan wisata nasional yang terfokus pada pengembangan
wilayah

Danau


Toba

turut

mencakup

wilayah

Samosir

dalam

proses

pengembangannya sehingga kegiatan-kegiatan wisata yang sudah ada ditingkatkan
dan juga mendorong masyarakat untuk memunculkan kegiatan wisata kreatif lainnya
untuk menambah daya saing kegiatan wisata di Samosir.
Sejalan dengan itu, Sitor Silalahi, S.Pd (50 Tahun) Camat Ronggurnihuta
menuturkan bahwa :


37

Universitas Sumatera Utara

“. . . Samosir ini erat kaitannya dengan Danau Toba, satu kawasan.
Sekarang ini pemerintah memasukkan wilayah Danau Toba sebagai
salah satu destinasi wisata nasional sehingga diperlukan
pembangunan untuk mendukung hal itu, Samosir masuk dalam hal
ini, kemarin pesta kemerdekaan Republik Indonesia, Samosir
menjadi penyelenggaranya.”
Pendapat ini mendukung proses pengembangan kegiatan wisata di Samosir
melalui cara pembangunan infrastruktur transportasi, aksesbiliti hinggaaspek yang
mendukung kenyamanan wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata di Samosir.

Selain itu, Dapot Simbolon (51 Tahun) informan penelitian yang juga Camat
Simanindo mengatakan :
“Pariwisata Samosir itu kegiatan utama disini selain pertanian, usaha
wisata yang menggerakkan kehidupan disini . . .
banyak

pembangunan dilakukan sekarang ini untuk mendukung kegiatan
wisata itu, misalnya pelatihan masyarakat menjadi pemandu wisata,
perbaikan jalan, pembebasan lahan.”
Hal ini menggambarkan suatu proses peningkatan kegiatan wisata sedang
berjalan di Samosir, meliputi pelatihan masyarakat menjadi pemandu wisata, usaha
perbaikan jalan menuju lokasi wisata, pembebasan lahan untuk mendukung usaha
wisata hingga pada perbaikan fasilitas lainnya yang terdapat di daerah tujuan wisata
Samosir.
Kegiatan wisata yang dilakukan di Samosir juga merupakan suatu bentuk
kegiatan wisata yang harus dibangun dengan dasar pemikiran keterhubungan antar
kegiatan wisata dalam lingkup mendukung pengembangan kegiatan wisata di

38

Universitas Sumatera Utara

Samosir dengan beragam bentuk kegiatan wisata yang telah ada, maupun bentuk
kegiatan wisata lainnya yang dilakukan masyarakat di Samosir.

3.1.1 Kegiatan Wisata Lanskap

Kegiatan wisata lanskap dalam penelitian ini merujuk pada pengertian
kegiatan wisata berbasis alam; mencakup pemandangan dan kontur wilayah Samosir
yang berada di tengah Danau Toba serta hamparan pemandangan hijau yang alami.
Kegiatan wisata lanskap di Samosir ini dapat dilakukan dengan berjalan kaki,
naik sepeda, kendaraan roda dua maupun roda empat. Fasilitas penunjang kegiatan
wisata lanskap tersebut hingga saat ini dilakukan oleh pengelola kegiatan wisata
secara swasta.

Rolas Naibaho (25 Tahun) pengelola kegiatan wisata secara swasta
mengatakan bahwa :
“pengelolaan wisata disini banyak secara swasta, kalaupun ada
pemerintah hanya mendukung kegiatan tersebut . . . misalnya
penyewaan sepeda, kereta itu dari kami (swasta).”
Kalau di sini syarat untuk menyewa alat transportasi hanya
menggunakan KTP, dan biayanya tidak terlalu mahal, untuk
menyewa sepeda motor Rp. 70.000,- , sepeda Rp.25.000,- , dan
mobil Rp.250.000,- / hari .”

Pendapat tersebut didukung oleh keterangan informan Martha Sinaga (22
Tahun) yang mengatakan :


39

Universitas Sumatera Utara

“keindahan Samosir yang berada di pinggir Danau Toba adalah
karunia Tuhan untuk kehidupan masyarakat Samosir, untuk itu
kegiatan wisata yang ada adalah bagian kehidupan masyarakat
Samosir, perlu kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah
untuk mendukung wisata disini.
Pendapat kedua informan tersebut menguatkan keterangan mengenai kegiatan
wisata di Samosir yang merupakan kegiatan utama dalam kehidupan masyarakat
Samosir sehari-hari selain kegiatan pertanian maupun sektor perikanan atau tambak.
Kegiatan wisata yang berdasar pada pemandangan alam dan hamparan Danau Toba
adalah bagian penting dalam menggerakkan usaha kegiatan wisata lanskap di
Samosir, selain itu juga kehidupan masyarakat dengan segala atribusi kehidupan
kulturalnya membuka peluang mengisi bentuk kegiatan wisata lainnya dan
memberikan suasana kegiatan wisata dengan beragam pilihan

3.1.2 Kegiatan Wisata Air

Kegiatan wisata air didefinisikan sebagai suatu bentuk kegiatan wisata yang
berkaitan dengan penggunaan air, dan juga hubungan interaksi antara wisatawan
dengan aspek alamiah berupa air; baik itu sungai yang mengalir, air danau, air terjun,
sumber mata air panas).
Kegiatan wisata air yang dilakukan di Samosir merupakan unsur utama dalam
kegiatan wisata di wilayah tersebut, dikelilingi oleh Danau Toba menjadikan kegiatan
wisata air dapat dilakukan dengan beragam cara, seperti berenang, melintasi dengan
perahu dan lain sebagainya.

40

Universitas Sumatera Utara

Kekayaan hamparan Danau Toba yang luas dan keberadaan Samosir yang
tepat berada ditengah Danau Toba memberikan keuntungan secara letak terhadap
Samosir dengan segala kegiatan wisata air yang dapat dilakukan.
Rolas Naibaho (25 Tahun) seorang informan mengatakan :
“Danau Toba memberikan keuntungan bagi kegiatan wisata di
Samosir, letak Samosir yang berada ditengah Danau Toba
memberikan beragam pengalaman wisata, walau kebersihan danau

faktor utama bagi kenyamanan wisatawan.”
Aspek kebersihan dalam kegiatan wisata air adalah bagian penting, hal ini
memberikan dukungan terhadap kenyamanan wisatawan yang melakukan kegiatan
wisata dalam konteks berinteraksi dengan air Danau Toba, kebersihan Danau Toba
adalah tanggungjawab bersama masyarakat Samosir, pemerintah, pengelola wisata
hingga wisatawan untuk bersama menjaga kebersihan lingkungan Danau Toba dan
Samosir.

Roni (34 Tahun) wisatawan yang berkunjung ke Samosir mengungkapkan
bahwa :
“Kebersihan Danau Toba penting, 'kan orang kemari untuk berlibur,
pokoknya kegiatan dengan air, jadi paling tidak air harus bersih,
gak buat gatal-gatal . . . lingkungan disini pun lumayan bersih, gak
ada sampah berserakan, jadi suasananya enak, misalnya menaiki
Banana but, Zet sky dan itu ada di Pantai Pasir Putih, biaya
menyewa banana bout Rp.30.000,- dan zet sky Rp.50.000,-”
Aspek kebersihan lingkungan adalah hal utama dalam setiap kegiatan wsiata,
tidak terkecuali kegiatan wisata air, dimana air adalah elemen utama yang menjadi
daya tarik kegiatan wisata tersebut. Kondisi air di Danau Toba menjadi hal penting
41


Universitas Sumatera Utara

yang diperhatikan untuk memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi wisatawan
yang berlibur di Samosir, selain itu kebersihan lingkungan juga perlu diperhatikan
untuk mendukung kegiatan wisata di Samosir secara luas.

3.1.3 Wisata dan Atraksi Budaya
Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan
perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis
wisata ini dapat memberikan manfaat dalam bidang sosial budaya karena dapat
membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri masyarakat lokal yang
memiliki kebudayaan tersebut. Dewasa ini, pariwisata budaya berkembang dengan
cepat karena adanya tren baru di kalangan wisatawan yaitu kecenderungan untuk
mencari sesuatu yang unik dan autentik dari suatu kebudayaan.
Museum Batak di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo merupakan salah satu
museum di Indonesia yang menyimpan benda-benda warisan kebudayaan masyarakat
Batak. Museum ini sangat unik karena memiliki bentuk bangunan yang sama dengan
rumah adat tradisional Batak yaitu Rumah Bolon. Selain itu, museum ini juga
menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat Batak pada

zaman dahulu kala. Potensi yang terdapat di museum ini dinilai dapat memenuhi
kriteria kebutuhan tren wisata yang ada sekarang karena museum ini memiliki
bangunan yang unik dan menarik serta koleksi bersifat autentik (asli) yang layak
dikomunikasikan dengan pengunjung. Museum Batak memiliki potensi yang besar

42

Universitas Sumatera Utara

untuk dikembangkan sebagai salah satu atraksi wisata budaya yang unik di kawasan
Desa Tomok.
Mida Simbolon (45 Tahun) mengatakan bahwa :
“museum Batak menjadi bagian kegiatan wisata, selain melihat
Sigale-gale ataupun keindahan Danau Toba . . . wisatawan bisa
melihat informasi mengenai budaya Batak disitu secara lengkap.”
Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan dengan keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara melakukan kunjungan ke
tempat lain atau luar negeri, mempelajari keadaan, kebiasaan dan adat istiadat
masyarakat, cara hidup, budaya serta seni yang dimiliki oleh mereka. Perjalanan ini
biasanya dilakukan wisatawan untuk mengambil kesempatan mengambil bagian

dalam kegiatan-kegiatan budaya seperti seni tari, seni drama, seni musik dan seni
suara atau kegiatan yang memiliki motif sejarah dan sebagainya, kegiatan ini
dilakukan biasanya dalam pesta Danau Toba setiap tahunnya.
Keberadaan budaya sebagai bagian dari kegiatan wisata memiliki arti penting,
selain sebagai menjaga kesinambungan kebudayaan, juga memberikan pengalaman
dan pengetahuan yang menarik bagi wisatawan. Ratih Sitanggang (21 Tahun)
menuturkan :
“disini sering diadakan acara budaya, seperti upacara memanggil
hujan, mangokal holi atau pesta budaya kek pesta danau toba
kemarin dipusatkan disini . . . banyak wisatawan yang tertarik, kan
acara disini belum tentu ada didaerahnya (asal wisatawan).”

43

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1 Even pembukaan HORAS SAMOSIR FIESTA 2017

Even HORAS SAMOSIR FIESTA merupakan kegiatan atraksi budaya yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Samosir guna untuk melestarikan budaya
Batak dan juga untuk menarik minat pengunjung wisata. Berbagai kegiatan dilakukan
dalam even ini seperti : lomba manortor, lomba mengarang lagu batak, festival
gondang naposo. Even ini dilakukan mulai dari bulan februari sampai desember.
Even HORAS SAMSOIR FIESTA sudah dilakukan mulai dari tahun 2014 dan
sampai sekarang.
Wisata budaya menurut Pendit (1994:41) adalah jenis wisata yang paling
populer di negeri kita. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa wisata jenis inilah yang
menjadi aspek penarik bagi wisatawan mancanegara yang ingin mengetahui
kebudayaan dan kesenian kita serta segala sesuatu yang berhubungan dengan adat
istiadat dan kehidupan seni budaya kita.

44

Universitas Sumatera Utara

Mengutip pendapat Spillane (1987) yang mengatakan bahwa atraksi wisata
merupakan suatu bentuk daya tarik derah tujuan wisata, termasuk juga hasil senibudaya dan kreatifitas suatu daeah yang dapat menarik minat kunjungan wisata ke
daerah tersebut.
Kegiatan atraksi budaya menjadi bagian penting dalam kegiatan wisata yang
tidak hanya mengandalkan satu bentuk kegiatan wisata saja, wisatawan memiliki
beragam pilihan kegiatan wisata dan memiliki nilai daya tarik tersendiri bagi
wisatawan, sebagaimana dikemukakan oleh Munawaroh (1999:93-94) yang
mengatakan :
“Dalam perspektif budaya, aktivitas kepariwisataan merangsang
tumbuh kembangnya kreasi seni budaya yang dapat diperkenalkan
kepada para wisatawan. Untuk itu, perlu digali kebudayaan daerah
(lokal), dikembangkan, bahkan dilestarikan.”
Kegiatan wisata dan atraksi budaya adalah dua hal yang saling melengkapi
suatu daya tarik wisata, selain sebagai bentuk identitas kebudayaan juga merupakan
menjaga kesinambungan kebudayaan yang ada. Kegiatan wisata budaya menjadi
pendukung keberlangsungan dan menjaga kelestarian suatu kebudayaan, serta
memberikan ruang bagi berkembanganya seni kreatif yang berakar pada kehidupan
budaya suatu masyarakat.

3.1.4 Kegiatan Wisata Sejarah
Seperti halnya kegiatan wisata dan atraksi budaya, kegiatan wisata sejarah
juga memiliki keterkaitan dengan kegiatan wisata budaya. Kegiatan wisata sejarah

45

Universitas Sumatera Utara

memberikan pengalaman mengenai asal-mula dan perkembangan yang mencakup
lokasi wisata, masyarakat, dan mengenai lokasi-lokasi wisata dengan nilai sejarah.
Kegiatan wisata sejarah di Samosir terdapat diberagam lokasi yang tersebar di
wilayah Kabupaten Samosir. Kegiatan wisata sejarah yang dapatdilakukan di Samosir
mencakup sejarah asal-mula masyarakat Batak Toba dan sejarah perkembangan
masyarakat Batak Samosir.

Kegiatan wisata sejarah di Samosir tidak hanya sebatas kunjungan pada
museum Batak yang terdapat di Simanindo, melainkan juga wisata sejarah yang dapat
dilakukan di Gunung Pusuk Buhit dan Batu Hobon yang memiliki keterkaitan
terhadap sejarah penciptaan dan asal mula masyarakat Batak, Makam Raja Sidabutar,
Batu Parsidangan, Permandian Aek Sipitu Dai(permandian air tujuh rasa), Batu
Hobon juga menjadi objek wisata dengan konten sejarah.
Bagi wisatawan, aspek sejarah memiliki nuansa sendiri bagi pengalaman
wisata yang mereka lakukan. Agus (28 Tahun) seorang wisatawan dan informan
penelitian ini mengatakan :
“. . . sejarah hal menarik dalam berwisata, ada pengalaman baru dan
pengetahuan baru yang didapat dari cerita-cerita tempat sejarah,
lagian kan sejarah masing-masing tempat beda-beda.”
Apek sejarah menjadi daya tarik wisata sebagaimana diungkapkan oleh
informan Agus (28 Tahun) tersebut merupakan bagian dari kegiatan wisata yang
tidak hanya menawarkan keindahan alam melainkan juga pengalaman dan

46

Universitas Sumatera Utara

pengetahuan baru yang didapat dari kisah suatu tempat dan sejarah kehidupan
masyarakat setempat adalah bagian dari kegiatan menarik berwisata.

Pengalaman berbeda yang dimiliki oleh setiap wisatawan dapat menjadi daya
tarik kegiatan wisata sejarah yang dilakukan, selain itu kegiatan wisata sejarah juga
dapat menjadi sarana edukasi bagi wisatawan mengenai sejarah dan budaya
masyarakat setempat.

3.2 Lokasi Wisata

Secara sederhana, suatu wilayah menjadi daerah tujuan wisata dikarenakan
memiliki lokasi wisata. Kabupaten Samosir memiliki beragam lokasi wisata dan
beragam kegiatan wisata, hal ini menjadikan Kabupaten Samosir menjadi wilayah
wisata yang menjanjikanuntuk dikunjungi oleh wisatawan.

Adapun lokasi wisata yang terdapat di wilayah Kabupaten Samosir meliputi :

3.2.1

Kecamatan Simanindo

47

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2 Lokasi wisata Makam Raja Sidabutar
Makam Raja yang terbuat daru batu utuh tanpa ada persambungan yang di pahat
untuk tempat peristirahatan Raja marga Sidabutar

Gambar 3 Lokasi Wisata Museum Huta Bolon

48

Universitas Sumatera Utara

Tempat penyimpanan benda-benda kuno/pusaka orang Batak dan juga
terdapat perkampungan Rumah Batak yang masih asli dengan atap Ijuk dan
tatanan rumah Batak asli.

Gambar 4 Lokasi wisata Museum Huta Bolon

Gambar 5 Lokasi wisata Batu Parsidangan

49

Universitas Sumatera Utara

Batu yang disusun sedemikian pada masa Pemerintahan Raja Siallagan untuk
mengadili/eksekusi para penjahat/kriminal.
Keberagaman lokasi wisata pada Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir
terdiri atas lokasi wisata alam/lanskap, wisata sejarah budaya, dan atraksi seni
budaya. Keberagaman lokasi ini memberikan pilihan kepada wisatawan untuk dapat
menentukan lokasi wisata yang sesuai dengan keinginan wisatawan.
Seorang informan, E Silalahi (52 Tahun) menuturkan bahwa :

“banyak lokasi wisata disini (Kecamatan Simanindo), letaknya pun
dekat-dekat gak jauh kali, kadang wisatawan datang kesini karena
memang kesini tujuannya, kadang juga ada yang udah masuk paket
wisata dari hotel.”
Lebih lanjut Anna Gurning (48 Tahun) seorang informan memberikan
keterangan tambahan :
“. . . dari ujung ke ujung disini (Kecamatan Simanindo, Samosir)
semuanya jadi wisata, disini saja banyak pilihan wisata, dari lihat
Sigale-gale sampai ke Goa Marlakkop, kadang gak siap juga
dijalani semua dalam seharian.
Keterangan informan tersebut menguatkan tentang keberagaman lokasi wisata
yang terdapat disalah satu wilayah di Samosir, yang terentang dari situs wisata
sejarah hingga pada situs wisata alam/lanskap yang kesemuanya menawarkan
pengalaman wisata yang menarik bagi wisatawan.

50

Universitas Sumatera Utara

3.2.2

Kecamatan Pangururan

Gambar 6 Lokasi wisata Pasir Putih
Hamparan pasir luas, berwarna putih halus dan bersih yang membuat kita
nyaman untuk rekreasi,berenang, serta olahraga air.

Gambar 7 Lokasi wisata Permandian Air Panas
Permandian Air Panas yang bersumber dari Gunung Pucuk Buhit dan terletak
di sebeleh utara kaki Gunung Pucuk Buhit

51

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8 Lokasi wisata Pasir Putih

Sebagaimana lokasi wisata yang terdapat di Kecamatan Simanindo, lokasi
wisata di Kecamatan Pangunguran menawarkan keberagaman lokasi wisata dari
lokasi wisata alam/lanskap berupa Pantai Pasir Putih Parbaba hingga pada keberadaan
Kampung Tenun Ulos Batak.
Keberadaan Pantai Pasir Putih Parbaba yang terletak di pinggiran Danau Toba
menawarkan pengalaman wisata yang menarik, dan juga didukung oleh keberadaan
Kampung Tenun Ulos Batak yang terdapat disekitar Pantai Pasir Putih Parbaba.

Anggi (32 Tahun) seorang informan yang tinggal di Kampung Tenun Ulos
Batak mengatakan bahwa :
“Kampung Ulos ini sudah lama ada, dulunya gak begitu
diperhatikan 'kan Ulos ini biasanya dipakai sehari-hari disini, tapi
kemudian kami berinisiatif membangun Kampung Tenun Ulosyang

52

Universitas Sumatera Utara

menyatukan Partonun agar mudah wisatawan mencari Ulos buat
oleh-oleh sewaktu berkunjung ke Pasir Putih Parbaba.”
Seorang wisatawan bernama Yuni (30 Tahun) dari Jakarta yang datang
berkunjung ke Kampung Tenun Ulos Batak ketika penelitian ini dilakukan
mengatakan :
“Kami datang kesini mau ke Kampung Ulos Batak . . . 'kan
beritanya ada di media makanya kami datang kemari, bagus juga
ada oleh-oleh yang masih kental nilai budayanya, setelah kami lihat
ada juga lokasi wisata bagus disini seperti Pantai Pasir Putih
(Parbaba).”
Keterangan informan ini memberikan gambaran mengenai pemenuhan
keinginan wisatawan terhadap lokasi wisata yang saling mendukung untuk
menjadikan wilayah tersebut sebagai daerah tujuan wisata yang memiliki
keberagaman tujuan wisata, selain itu minimnya informasi juga menjadi perhatian
penting terhadap usaha pengembangan kegiatan wisata.
Tujuan wisatawan ke Kampung Ulos Batak di Kecamatan Pangunguran tidak
disertai dengan informasi dan promosi keberagaman wisata di wilayah tersebut,
sehingga wisatawan mengalami kesulitan untuk mendapatkan keberagaman objek
wisata lainnya yang terdapat di wilayah Kecamatan Pangunguran tersebut.

53

Universitas Sumatera Utara

3.2.3

Kecamatan Sianjur Mula Mula

Gambar 9 Lokasi wisata Sopo Guru Tatea Bulan (patung Raja-raja besar suku
Batak)

Gambar 10 Lokasi wisata Aek Si Pitu Dai (Air Tujuh Rasa)

54

Universitas Sumatera Utara

Lokasi wisata Aek Sipitu Dai ini memiliki tuuh mata air yang tiap sumber
mata airnya memiliki rasa air yang berbeda-beda.

Lokasi objek wisata di Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir
didominasi oleh lokasi objek wisata alam/lanskap yang menawarkan pemandangan
alam berupa Gunung Pusuk Buhit, selain itu bagi wisatawan keberadaan Gunung
Pusuk Buhit juga menjadi daerah tujuan wisata yang memberikan informasi
mengenai kebudayaan masyarakat Toba dengan cerita folklor tentang asal-mula
keberadaan masyarakat Batak-Toba yang berasal dari Si Boru Deak Parujar yang
turun dari langit ke bumi dan kemudian menurunkan generasi Batak selanjutnya.
Untuk menempuh perjalanan ke lokasi wisata ini dibutuhkan waktu 25 menit dari
kota Pangururan dan menggunakan angkutan umum.
Informasi mengenai folklor Gunung Pusuk Buhit beserta dengan atribusi
lainnya yang berada di wilayah tersebut, seperti Batu Hobon adalah bagian dari
promosi wisata.
Agus (28 Tahun) seorang wisatawan dari Medan, mengatakan bahwa :
“Awalnya sering kudengar tentang legenda Pusuk Buhit dengan
Batu Hobon, baru ini aku pertama kemari . . . sebagai tujuan wisata
hal ini sudah bagus, namun infrastrukturnya yang belum memadai,
jalan dan minimnya informasi mengenai Pusuk Buhit dan Batu
Hobon.”
Sama halnya dengan Deni (26 Tahun) wisatawan asal Bandung yang
berkunjung ke objek wisata Gunung Pusuk Buhit menuturkan :

55

Universitas Sumatera Utara

“. . . minim informasi mengenai folklor Pusuk Buhit dan Batu
Hobon, selain cerita-cerita foklor . . . akses jalan juga menjadi
persoalan, lelah juga harus mendaki menuju keatas, aksesnya
terbatas, harusnya dilengkapi fasilitas untuk disabilitas.”
Keterangan informan tersebut mendeksripsikan lokasi objek wisata Gunung
Pusuk Buhit dan Batu Hobon yang terdapat di Kecamatan Sianjur Mula-mula adalah
daerah tujuan wisata utama di wilayah tersebut, namun terdapat beberapa aspek
pendukung kegiatan wisata belum mendukung, seperti akses infrastruktur jalan
menuju wilaayah tersebut, minimnya informasi hingga menjadi lokasi wisata yang
ramah terhadap kaum disabilitas.
Masyarakat setempat, Pak Manik (40 Tahun) mengatakan bahwa saat ini
proses pengembangan wisata di wilayah Kecamatan Sianjur Mula-mula dan
Kabupaten Samosir secara umum sedang dilakukan untuk mendukung kawasan
Danau Toba sebagai destinasi wisata nasional, secara lengkap Pak Manik (40 Tahun)
menjelaskan :
“. . . Samosir termasuk bagian dari pengembangan destinasi wisata
nasional, proses pembangunan sedang berlangsung, banyak lokasi
wisata yang diperbaiki infrastrukturnya untuk mendukung kegiatan
wisata disini, seperti pembangunan jalan lintas dan keikutsertaan
masyarakat sebagai pemandu wisata, prosesnya lagi berjalan saat
ini.”
Keterangan informan tersebut memberikan gambaran proses pembangunan
yang sedang berlangsung dalam konteks pengembangan kegiatan wisata dan juga
pemeliharaan objek wisata di Kabupaten Samosir sebagai bagian dari destinasi wisata
nasional, yang tentunya memiliki beragam fasilitas pendukung kegiatan wisata yang

56

Universitas Sumatera Utara

baik, seperti akses jalan lintas, pengadaan sumber informasi wisata yang bekerja
sama dengan masyarakat setempat melalui pelatihan pemandu wisata serta fasilitas
pendukung lainnya yang mendukung kegiatan wisata.

3.2.4

Kecamatan Onan Runggu

Gambar 11 Lokasi wisata Hariara Na Bolon (Pohon Besar)

Lokasi wisata di Kecamatan Onan Runggu merupakan kombinasi antara objek
wisata alam/lanskap dan juga objek wisata kultural-sejarah, keberadaan Pantai Bebas
Sukkean dan Hariara Na Bolon adalah aspek penarik wisatawan untuk berkunjung ke
wilayah ini. Lokasi wisata ini berjarak 20 km dari kota

Pangururan , untuk

nmenempuh perjalanan ke lokasi bisa menggunakan sepeda motor dan mobil. Sampai

57

Universitas Sumatera Utara

sekarang belom ada angkutan khusus untuk para wisatawan yag datang, jadi untuk
sampai ke lokasi wisata harus menggunakan angkutan umum dengan ongkos Rp.
15.000,-.
Siti Sihombing (30 Tahun) informan penelitian mengatakan bahwa :
“Orang (wisatawan) kalau datang kemari liat Hariara Na Bolon,
pohon besar dengan akar-akarnya yang sudah lama tumbuh disini,
orang bilang sudah jarang liat pohon kek gitu, tapi banyak orang
kesini foto-foto di pohon itu . . . disini banyaknya tempat wisata tapi
masih tradisional jadi belum kek tempat lain, mungkin kalau
dikelola bisa jadi tempat wisata.
Keberadaaan Kecamatan Onan Runggu apabila dikembangkan secara lebih
lanjut memiliki nilai wisata yang menarik, Kecamatan Onan Runggu adalah pusat
kegiatan ekonomi masyarakat setempat yang telah ada sejak dahulu, proses transaksi
pada masyarakat Batak dilakukan seminggu sekali di pasar atau disebut Onan. Hal ini
mendukung sebagai aspek wisata yang menarik apabila dikemas dengan baik.

58

Universitas Sumatera Utara

3.2.5

Kecamatan Harian Boho

Gambar 12 Lokasi wisata Air Terjun Sampuran Efrata Sosor Dolok

Aspek penyampaian informasi dan promosi tempat wisata yang terdapat di
Kecamatan Harian Boho menjadi perhatian penting untuk memunculkan objek wisata
laternatif selain menara pandangan Tele, hal ini mendukung kegiatan wisata sebagai
bagian kehidupan masyarakat setempat.
Kegiatan wisata di Kecamatan Harian Boho memiliki beragam objek
kunjungan wisata yang beragam, namun pada umumnya wisatawan yang berkunjung
ke wilayah ini akan mendatangi menara pandangan Tele sebagai tujuan wisata utama.
Keberadaan menara pandangan Tele merupakan titik pandang tertinggi untuk dapat
menikmati keindahan alam Samosir secara luas.

59

Universitas Sumatera Utara

Gambar 13 Lokasi wisata Menara Pandang Tele

Kecamatan Harian Boho selain memiliki objek wisata menara pandangan Tele
juga memiliki objek wisata lainnya yang juga menarik untuk dikunjungi, seperti
Partukko Naginjang, Air Terjun Sampuran Efrata Sosor Dolok dan Mata Air Pohan
Pokki, selain itu keberadaan makam Sitor Situmorang seorang sastrawan besar
Indonesia di Kecamatan Harian Boho juga menjadi aspek penarik kegiatan wisata di
daerah tersebut.

60

Universitas Sumatera Utara

3.2.6

Kecamatan Nainggolan

Gambar 14 Lokasi wisata Pantai Maria Raja
Objek wisata yang terdapat di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir
hingga saat ini terinventarisir sebanyak dua daerah tujuan wisata, yakni Batu Guru
dan Pantai Maria yang berada di pesisir hamparan Danau Toba. Proses kreatif
kehidupan masyarakat di Kecamatan Nainggolan dapat menjadi bentuk dukungan
terhadap munculnya objek dan kegiatan wisata lainnya yang dapat menambah
perbendaharaan wisata di wilayah tersebut.
Aspek garapan pengembangan kegiatan wisata di Pantai Maria Raja menjadi
fokus pengembangan kegiatan wisata Kecamatan Nainggolan, untuk dapat
memunculkan garapan objek wisata yang menarik dan memiliki perbedaan dengan
objek dan kegiatan wisata air yang tersebar di pinggir Danau Toba pada umumnya.

61

Universitas Sumatera Utara

Selain itu, kegiatan wisata dan atraksi budaya serta sejarah dapat menjadi nilai
wisata yang baru dan menarik selain objek wisata yang telah ada sebelumnya. Dalam
program pengembangan kegiatan wisata Kabupaten Samosir, pengembangan unsur
wisata budaya dan sejarah beserta dengan atraksi budaya dapat menjadi pilihan
dikarenakan wisata budaya dan sejarah memiliki nilai yang berbeda dengan kegiatan
wisata alam, sehingga pembentukan citra wisata yang berbasis budaya dan sejarah
mampu menjadi daya tarik wisata dan menarik wisatawan untuk berkunjung ke
Kecamatan Nainggolan.

3.2.7

Kecamatan Sitio Tio

Gambar 15 Lokasi wisata Permadian Boru Saruding

62

Universitas Sumatera Utara

Lokasi wilayah Kecamatan Sitio Tio yang berbatasan dengan Kabupaten
Humbang Hasundutan memiliki ciri khas kegiatan wisata tersendiri dibandingkan
dengan lokasi wisata lainnya di Kabupaten Samosir, hal ini didasarkan pada kontur
alam dan geografis Kecamatan Sitio Tio yang berada dipinggir Danau Toba dan juga
daratan yang terpisah dari geografis Pulau Samosir.
Daerah tujuan wisata di Samosir, tepatnya di Kecamatan Sitio Tio memiliki
dua lokasi wisata utama, yakni Mata Air Datu Parngongo dan Pemandian Boru
Saruding. Kedua lokasi wisata tersebut didukung oleh kondisi bentang alam
Kecamatan Sitio Tio yang memiliki hamparan hutan hijau.
Berbeda dengan lokasi wisata lainnya di Kabupaten Samosir yang pada
umumnya mengandalkan lokasi yang berada di pinggir Danau Toba dan juga
kegiatan wisata air yang berkaitan dengan pemanfaatan Danau Toba, lokasiwisata air
di Kecamatan Sitio Tio ini tidak bergantung pada aliran air Danau Toba, melainkan
sumber mata air alami yang muncul dari dalam tanah.
Kegiatan wisata Mata Air Datu Parngongo berkorelasi dengan Pemandian
Boru Saruding, kedua kegiatan wisata ini dapat menjadi satu kesatuan kegiatan wisata
air dengan kegiatan wisata alam, seperti trekking ooutdoor (perjalanan luar ruang)
sambil menikmati keindahan panorama alam yang terdapat di wilayah Kecamatan
Sitio Tio.

63

Universitas Sumatera Utara

Keberadaan lokasi wisata Mata Air Datu Parngongo dan Pemandian Boru
Saruding juga memiliki potensi sebagai lokasi wisata sejarah budaya terkait dengan
asal-usul dan cerita yang meliputi lokasi wisata tersebut.

3.2.8

Kecamatan Ronggurnihuta

Gambar 16 Lokasi wisata Danau Sidihoni

Kecamatan Ronggurnihuta yang secara geografis wilayah berada dibawah
Kabupaten Samosir merupakan suatu wilayah dengan keistimewaan tersendiri,
dimana Kecamatan Ronggurnihuta berada tepat ditengah Pulau Samosir yang
terbentuk oleh aktivitas vulkanik Toba pada masa silam.
Lokasi wisata di Kecamatan Ronggurnihuta memiliki beragam pilihan lokasi
dan kegiatan wisata, seperti lokasi wisata Gua Sidam-dam dengan kegiatan wisata

64

Universitas Sumatera Utara

trekking outdoor dan wisata lanskap dan juga lokasi wisata Danau Sidihoni yang
merupakan kegiatan wisata alam dan wisata air.
Pengembangan kegiatan wisata di Kecamatan Ronggurnihuta pada saat
sekarang ini memprioritaskan pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan wisata,
seperti akses jalan dan juga akses informasi terhadap lokasi-lokasi wisata yang
terdapat di Kecamatan Ronggurnihuta.
Lokasi wisata danau diatas danau, yakni keberadaan Danau Sidihoni yang
berada diatas Danau Toba menjadi lokasi wisata primadona di Kecamatan
Ronggurnihuta. Lebih Lanjut Sitor Silalahi (50 Tahun) mengatakan :
“. . . dulunya jarang orang kemari tapi semenjak adanya geopark
dan cerita gunung vulkanis Toba banyak yang datang berkunjung . .
. kabarnya Danau Sidihoni adalah danau yang terbentuk akibat
vulkanis Toba ribuan tahun lalu, ada peningkatan kedatangan
wisatawan ke Danau Sidihoni dalam dua tahun terakhir, dan terus
mengalami peningkatan hingga sekarang.”

Pendapat informan tersebut didukung oleh keterangan Tipo Marbun (24
Tahun) yang menuturkan bahwa :
“Danau Sidihoni ini kecil sebenarnya, masih lebih luas Danau Toba
namun keberadaannya diatas Danau Toba menjadi cerita tersendiri
dan menarik untuk dikunjungi . . . ada banyak wisatawan kemari,
kadang ada juga mahasiswa yang berlibur kesini . . . tapi itu tadi,
promosi masih kurang, akses jalan pun belum terlalu bagus.”
Kurangnya pengenalan mengenai objek wisata di Kecamatan Ronggurnihuta
menjadi permasalahan tersendiri dalam melakukan pengembangan pariwisata di
Samosir secara menyeluruh, begitu juga dengan akses jalan menuju wilayah

65

Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Ronggurnihuta yang belum masuk dalam kategori jalan negara sehingga
menyulitkan kegiatan pengembangan wisata, namun hal ini menjadi bagian proses
pengembangan kegiatan wisata nasional yang mencakup wilayah Kabupaten Samosir.
Jarak lokasi ini sekitar 5 km dari Kota Pangururran dan membutuhkan waktu 20
menit, akses menuju ke lokasi masih kurang bagus.

3.3 Wisatawan
Wisatawan adalah unsur penting dalam suatu kegiatan pariwisata, karena
wisatawan adalah individu maupun kelompok yang mengunjungi lokasi wisata dan
memberikan penilaian terhadap lokasi wisata beradasarkan kunjungan mereka.
Usaha pertama kali untuk memberikan definisi mengenai pariwisata dan
wisatawan dilakukan di forum internasional pada tahun 1937 oleh Komisi Ekonomi
Liga Bangsa-Bangsa (Economic Commission of the League of Nations). Formula
batasan definisi wsiatawan yang diterima secara internasional pada saat itu adalah :
“ tourist is any person travelling for a period of 24 hours or more in a
country ather than that in which be usually resides “.
Batasan definisi wisatawan ini dianggap kurang jelas sehingga menganggap
komisi untuk menyempurnakannya dengan mengkategorikan orang-orang yang
seharusnya dianggap wisatawan.

66

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya, Komisi Liga Bangsa-Bangsa menyempurnakan pengertian
wisatawan dengan mengelompokkan orang-orang yang dapat disebut wisatawan dan
bukan wisatawan. Komisi merumuskan bahwa yang dianggap wisatawan adalah :
1. Wisatawan adalah mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan
karena alan keluarga, kesehatan, dan lain-lain.
2. Wisatawan adalah mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan
pertemuan-pertemuan atau tugas-tugas tertentu (ilmu pengetahuan, tugas
pemerintah diplomasi, agama, olahraga, dan lain-lain).
3. Wisatawan adalah mereka yang mengadakan perjalanan dengan tujuan
usaha.
4. Wisatawan adalah mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan
kapal laut walaupun berada di suatu negara kurang dari 24 jam.
Konsepsi mengenai wisatawan tersebut menjadi fokus perhatian dalam
penelitian ini untuk dapat mengidentifikasi mengenai definisi wisatawan yang
melakukan kunjungan ke Kabupaten Samosir.
Sedangkan yang tidak bisa digolongkan sebagai wisatawan adalah :
1. Mereka yang datang baik dengan maupun tanpa kontrak kerja, dengan tujuan
mencari kerja ataupun mengadakan kegiatan usaha di suatu negara.
2. Mereka yang datang untuk mengusahakan tempat tinggal tetap di suatu
negara.

67

Universitas Sumatera Utara

3. Penduduk di suatu tapal batas negara dan mereka bekerja di negara yang
berdekatan.
4. Wisatawan-wisatawan yang melewati suatu negara tanpa tinggal, walaupun
perjalanan tersebut berlangsung lebih dari 24 jam.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Komisi Fasilitas International Civil
Aviation Organization (ICAO) tidak dapat menerima batasan pengertian wisatawan
menurut Liga Bangsa-Bangsa sehingga mereka menyiapkan batasan sendiri. Batasan
baru tersebut bukan lagi menggunakan pengertian tourist atau wisatawan, tetapi
foreign visitor atau pengunjung asing.
Pengertian pengunjung atau visitor menurut The International Union of Office
Travel Organization (IUOTO) dan World Tourism Organization (WTO) adalah
seseorang yang melakukan perjalanan ke negara lain selain negaranya di luar tempat
kediamannya dengan tujuan utama kunjungan selain alasan untuk melakukan
kegiatan yang menghasilkan upah. Termasuk dalam definisi ini adalah penumpang
kapal pesiar yang kembali ke kapal pesiarnya untuk menginap walaupun kapal
tersebut berlabuh di pelabuhan untuk jangka waktu beberapa hari.
IUOTO dan WTO juga memberikan definisi pelancong sebagai pegunjung
sementara, tinggal satu hari di negara atau tempat yang dikunjungi tanpa menginap,
termasuk di dalamnya penumpang kapal pesiar.
Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan,
pengertian wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata, sedangkan

68

Universitas Sumatera Utara

pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan perjalanan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,
Pengertian wisatawan masih sama dengan pengertian sebelumnya, sedangkan
pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi
dalam jangka waktu sementara.
Wisatawan dapat dibedakan lagi menjadi:
1. Wisatawan Internasional (Mancanegara) adalah orang yang melakukan
perjalanan wisata diluar negerinya dan wisatawan didalam negerinya.
2. Wisatawan Nasional (Domestic) adalah penduduk Indonesia yang melakukan
perjalanan di wilayah Indonesia diluar tempatnya berdomisili, dalam jangka
waktu sekurang-kurangya 24 jam atau menginap kecuali kegiatan yang
mendatangkan nafkah ditempat yang dikunjungi.

3.3.1 Pengunjung dan Karakteristiknya
Pengunjung atau wisatawan yang melakukan kegiatan wisata di Kabupaten
Samosir memiliki karakteristik dalam konteks pariwisata secara umum, orang-orang

69

Universitas Sumatera Utara

yang datang berkunjung disuatu tempat atau negara, biasanya mereka disebut sebagai
pengunjung yang terdiri dari beberapa orang dengan bermacam-macam motivasi
kunjungan termasuk didalamnya adalah wisatawan, sehingga tidak semua
pengunjung termasuk wisatawan.
Wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Samosir, secara sederhana dapat
dibagi menjadi dua bagian besar, yakni wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara.
Kedua jenis wisatawan ini memiliki kontribusi terhadap perkembangan kegiatan
wisata yang dilakukan di Kabupaten Samosir.
Menurut International Union of Official Travel Organization (IUOTO),
pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain
dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang
menerima upah.
Pengunjung digolongkan dalam dua kategori, yaitu:
1. Wisatawan (tourist)
Pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya selama 24 jam di
negara yang kunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan kedalam
klasifikasi sebagai berikut:
a. Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,
keagamaan dan olahraga.
b. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, misi, dan lain
sebagainya.

70

Universitas Sumatera Utara

2. Pelancong (exursionist)
Pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam
waktu kurang dari 24 jam.
Berdasarkan konsepsi tersebut, individu yang berkunjung ke Kabupaten
Samosir sebahagian besar adalah wisatawan yang tinggal dan menetap di beragam
lokasi wisata yang tersebar di Kabupaten Samosir, dengan tujuan melakukan kegiatan
rekreasi dan menyenangkan diri. Dapot Simbolon (51 Tahun) Camat Simanindo
menuturkan :
“Pada umumnya yang datang berkunjung ke Samosir adalah
wisatawan, setidaknya memerlukan 3 hari untuk dapat mengelilingi
seluruh objek wisata yang ada di Kabupaten Samosir, hal ini
mengakibatkan wisatawan tinggal di Samosir dan mening katkan
kegiatan wisata secara umum, kadang ada juga pelancong yang
sekedar melintas namun hal ini juga menjadi perhatian dalam
pengembangan wisata dan menarik wisatawan.”

Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan Rolas Naibaho yang mengatakan
:
“. . . yang berkunjung ke Samosir banyaknya wisatawan, karena
mereka menginap kalau pun dibandingkan dengan pelancong yang
melintas jumlahnya sedikit, pelancong biasanya masyarakat yang
menggunakan jalur darat dan jalan lintas untuk memotong lewat
jalur Samosir menuju Dairi atau Simalungun.”
Karakteristik pengunjung dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu
karakteristik sosial-ekonomi dan karakteristik perjalanan wisata Smith (1989:13).
Dalam hal ini karakteristik pengunjung memberikan pengaruh yang tidak langsung
terhadap pengembangan pariwisata. Tidak dapat diterapkan secara langsung langkah71

Universitas Sumatera Utara

langkah yang harus dilakukan hanya dengan melihat karakteristik pengunjung,
melainkan perlu melihat keterkaitan dengan maksud tujuan pengunjung.

3.4 Masyarakat
Hal mendasar untuk memberdayakan masyarakat lokal dalam pengembangan
pariwisata adalah dengan pembangunan pariwisata tersebut. Pengembangan kegiatan
wisata ini dapat terwujud sesuai dengan kondisi alam, daerah, serta harapan dan
pandangan dari masyarakat apabila dalam pelaksanaannya seluruh lapisan masyarakat
turut serta dalam pelaksanaan program pengembangan pariwisata tersebut.
Masyarakat

memberi

dukungan

positif

terhadap

adanya

rencana

pengembangan pariwisata dengan beragam cara dan upaya kegiatan serta objek
wisata yang beragam, hal ini mengambil bentuk pariwisata yang bersahabat dengan
alam dan lingkungan. Hal ini disebabkan karena masyarakat sadar akan keberadaan
potensi ekologis yang dimiliki daerah mereka.

Wawancara dengan Dapot Simbolon (51 Tahun) yang menyatakan bahwa :
“Sektor pariwisata baik untuk dikembangkan di Kabupaten
Samosir, karena wilayah ini memiliki potensi alam yang cocok
untuk dijadikan tujuan yang berbasis kelestarian lingkungan.
Disamping hal tersebut rencana pengembangan pariwisata ini
nantinya diharapkan dapat memberikan pendapatan bagi daerah ini
sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Untuk
itu
guna
mewujudkan
rencana
ini
perlu
adanya

72

Universitas Sumatera Utara

penyuluhan/sosialisasi tentang pariwisata dan manfaatnya bagi
masyarakat oleh inisiator pengembangan rencana ini.”

Berhubungan dengan pengembangan pariwisata di wilayah Kabupaten
Samosir,

maka

perlu

untuk

melibatkan

masyarakat

terhadap

kepentingan

mempertahankan lahan-lahan pertanian dan potensi alam lainnya guna menunjang
pengembangan pariwisata di wilayah tersebut. Kenyataan ini diperkuat dari hasil
wawancara dengan salah seorang pengetua desa yaitu Ibu R. Samosir (54 Tahun),
beliau menyatakan:
“Penduduk ini (Samosir) mempunyai komitmen yang tinggi untuk
tidak menjual tanah mereka, penduduk percaya bahwa tanah yang
mereka miliki harus dilestarikan dan bukan untuk dijual, jika
mempunyai uang mereka akan membeli untuk memperluas tanah
mereka sehingga dengan demikian ada kepercayaan bahwa leluhur
mereka tidak menjadi marah. Dengan adanya komitmen seperti ini
maka sampai saat ini sebagian besar lahan-lahan pertanian di
Samosir masih lestari.”
Dalam pengembangan kegiatan wisata, kunci pokok yang harus diperhatikan
adalah tetap terjaganya kelestarian lingkungan dan kehidupan masyarakat setempat.
Disamping itu, keberadaan tradisi adat-istiadat dan budaya juga memegang peranan
penting sebagai penunjang dalam pengembangan pariwisata itu sendiri, sehingga
harus tetap dilestarikan keberadaannya.
Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Yudhiantari (2002) yang
mengatakan bahwa minat dari wisatawan juga akan berkurang untuk berkunjung pada
suatu daerah jika tidak terdapat keunikan adat-istiadat masyarakat tersebut, sehingga

73

Universitas Sumatera Utara

pada akhirnya pengembangan pariwisata tidak akan berjalan secara maksimal dan
menyeluruh.
Seperti telah diketahui bahwa dalam usaha pengembangan kegiatan wisata,
peran serta masyarakat setempat tidak bisa diabaikan, karena mereka lebih tahu
daerah mereka dibanding orang luar, sehingga dengan demikian dalam rangka
mengimplementasikan rencana pengembangan pariwisata di Kabupaten Samosir,
keterlibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan adalah sangat diperlukan. Menurut
Khodyat (1996) menyebutkan bahwa :
“dalam pengembangan suatu kawasan menjadi objek ekowisata
harus didasarkan pada kebijakan yang dirumuskan dari hasil
musyawarah dan mufakat dengan masyarakat setempat (lokal).”
Gunawan (2008) menyarankan kegiatan pariwisata hendaknya menjamin
keikutsertaan masyarakat setempat, dan langkah-langkah perlu dicari agar masyarakat
setempat dapat benar-benar terlibat dalam kegiatan ekowisata serta perlunya interaksi
ketiga pihak yang ikut terlibat, yaitu sektor pemerintah, swasta dan masyarakat
setempat.
Selain keterlibatan masyarakat dalam pengembangan wisata sebagai pemandu
wisata dan juga pengetahuan masyarakat terhadap wilayah dan kehidupan budaya di
Samosir, masyarakat Samosir sampai saat ini juga terlibat dalam kegiatan wisata
berupa penyewaan tempat tinggal (home stay) secara individual yang tidak terikat
pada sistem penginapan modern seperti hotel, losmen dan lain sebagainya.

74

Universitas Sumatera Utara

Menurut I Wayan Mongol dalam Yudhiantari (2002) pengoptimalan rumahrumah penduduk sebagai rumah tinggal bagi wisatawan yang datang akan berdampak
positif pada daya dukung lahan, sehingga tidak perlu dibangun lagi akomodasi yang
memerlukan banyak lahan.
Dengan adanya peran serta secara aktif warga masyarakat dalam mengelola
usaha pariwisata, maka masyarakat akan bisa menikmati secara langsung pendapatan
dari sumber-sumber alam mereka sendiri, dan pada akhirnya secara perlahan-lahan
akan timbul perasaaan untuk tetap menjaga dan melestarikan sumber daya alam.
Sesuai Pendapat Lindberg-Hawkins (1995) mengemukakan bahwa partisipasi
lokal memberikan peluang efektif dalam kegiatan pembangunan. Hal ini berarti
memberi wewenang atau kekuasaan pada masyarakat sebagai pemeran sosial dan
bukan subjek pasif untuk mengelola sumberdaya, membuat keputusan serta kontrol
pada

kegiatan-kegiatan

yang

mempengaruhi

kehidupan

sesuai

dengan

kemampuannya. Masyarakat di wilayah Kabupaten Samosir pada umunya antusias
dengan adanya rencana pengembangan kegiatan pariwisata.
Menurut Sasmaya (2012) keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kegiatan
wisata akan memberikan pengaruh positif pada masyarakat, baik secara langsung
ataupun secara tidak langsung. Secara langsung meliputi masyarakat sebagai
pengusaha atau pengelola jasa akomodasi, restoran, atraksi, serta sebagai tenaga
pemasaran atau promosi. Sedangkan pengaruh tidak langsung pada masyarakat

75

Universitas Sumatera Utara

adalah masyarakat sebagai suplier bahan kebutuhan pada kegiatan wisata, serta
masyarakat sebagai pengelola usaha jasa penunjang kegiatan pariwisata.
Berikut data jumlah hotel dan restoran yang ada:
1. Jumlah hotel 82 unit
2. Jumlah restoran/café 32 unit
Untuk

usaha

akomodasi/makanan/minuman

ada

1.585

usaha,

angkutan/pergudangan dan komunikasi ada 585 usaha, jasa kemasyarakatan/social
budaya/hiburan dan jasa perorangan 342 unit usaha, usaha persewaan ada 77 unit.

Sehubungan dengan ini, informan penelitian Sitor Silalahi S.Pd (50 Tahun)
mengatakan :
“Penumbuhan dan pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten
Samosir pastinya akan membawa pengaruh positif terhadap
masyarakat terutama dalam penyerapan tenaga kerja sehingga dapat
mengurangi terjadinya urbanisasi. Disamping itu apabila yang
dikembangkan adalah menjadikan tiap kecamatan di Kabupaten
Samosir sebagai tujuan wisata maka saya pastikan bahwa program
ini dapat mengisi perut rakyat, sehingga kesejahteraan akan lahir
disini.”

Keterlibatan masyarakat Samosir dalam pengelolaan kegiatan wisata di
wilayah tersebut juga membutuhkan kesiapan masyarakat sebagai bagian dari
penyelenggaran kegiatan wisata dan juga kesiapan wilayah mereka sebagai daerah
tujuan wisata, sejalan dengan hal itu Josephine (2010) diperlukan upaya pendekatan
kepada masyarakat melalui penyuluhan, pelatihan yang bersifat meningkatkan
76

Universitas Sumatera Utara

keterampilan dan juga meningkatkan pengetahuan arti pentingnya sumber daya alam
bagi keberlanjutan kegiatan wisata di Samosir.
Secara umum masyarakat ikut serta dan terlibat dalam usaha kegiatan di
Samosir, walaupun masyarakat juga berharap pada keterlibatan dari pihak swasta,
namun keberadaan dari masyarakat tetap memiliki otoritas dalam segala aspek
kegiatan dan disisi lain peran pihak luar menurut masyarakat memiliki dampak yang
besar terhadap pengelolaan kegiatan wisata.
Menurut Manuaba (2008) keterlibatan pihak swasta sangat diperlukan guna
mengembangkan suatu objek wisata. Adapun bentuk keterlibatan swasta tersebut
meliputi penambahan fasilitas, serta penambahan sarana dan prasarana. Adanya
keterlibatan swasta tersebut tidak berarti bahwa seluruh kegiatan dalam pengelolaan
dan pengembangan kawasan objek wisata diserahkan sepenuhnya kepada swasta.
Untuk itu proses pengelolaan sangat perlu diperhatikan guna tercapainya
keseimbangan ekonomis yang diperoleh oleh masyarat dengan stakeholder.
Keberadaan pihak swasta dalam kegiatan wisata yang turut melibatkan
masyarakat Samosir sebagai penyelenggara kegiatan wisata cukup beralasan, hal ini
dikarenakan masyarakat Samosir secara umum masih memiliki keterbatasan
mengenai tata cara pengelolaan kegiatan wisata yang sesuai dengan kaidah pariwisata
yang berlaku secara umum.
Dengan adanya keterlibatan masyarakat sebagai penyelenggara kegiatan
wisata di Samosir, masyarakat juga mengharapkan adanya pemasukan ekonomis

77

Universitas Sumatera Utara

sebagai bagian dari mata pencaharian mereka selain bertani dan memanfaatkan hasil
danau. Masyarakat Samosir mengharapkan adanya sistem retribusi dalam kegiatan
wisata yang dapat mendukung keterlibatan masyarakat secara aktif dan juga mampu
memberikan pemasukan kepada masyarakat secara finansial, Pak Manik (40 Tahun)
mengatakan bahwa :
“pemungutan retribusi kegiatan pariwisata diakui secara sah oleh
negara, selama semua proses pembangunan objek dan daya tarik
wisata yang ada disini sepenuhnya ditanggung oleh masyarakat
setempat, namun apabila dalam pembangunan objek/daya tarik
wisata di desa tersebut ada campur tangan pemerintah maka
pemungutan retribusi terhadap kunjungan wisata dilakukan oleh
pemerintah.”
Berdasarkan keterangan-keterangan yang didapat dari informan penelitian,
keberadaan unsur masyarakat dalam pengelolaan kegiatan wisata memiliki arti
penting, sebagai pendukung kegiatan wisata dan juga aspek kebersamaan antara
masyarakat, pemerintah, pengelola wisata dan wisatawan dalam menciptakan
kegiatan wisata yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat setempat.
Pengembangan pariwisata Samosir dengan melibatkan masyarakat tersebut dengan
memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan, pelestarian potensi alam serta
mempertahankan nilai-nilai sosial budaya yang ada di masyarakat.
Sistem pemungutan retribusi yang baik adalah salah satu faktor pendukung
dalam peningkatan pendapatan asli daerah. Berdasarkan Perda No.7 Tahun 2008
Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya adalah mengelola retribusi memasuki tempat
rekreasi dengan sistem pemungutan retribusi oleh petugas di setiap posko objek
wisata, dengan tarif karcis masuk mulai dari Rp 2.000 s/d Rp 5.000/orang/ objek
wisata.

78

Universitas Sumatera Utara

Retrib