PENGENDALIAN VEKTOR DAN RODENT RESTORAN

MAKALAH
PENGENDALIAN VEKTOR DAN RODENT DI RESTORAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengendalian vektor dan Rodent

Disusun Oleh:
Kelompok 3 :
Alih Jenis - 2B

Arie Aulia Affandi

101611123024

Rohmanur Izzani

101611123026

Aulia Radhika

101611123028

Ilafi Rumaisya Nursyi


101611123030

Zulfia Husnia

101611123032

Hardian bimanto

101611123034

Richa Frastia Prahardani

101611123060

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hidayahnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
“Pengendalian Vector Dan Rodent di Restoran” sebagai salah satu bahan tugas
Mata Kuliah Pengendalian Vector Dan Rodent.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT,
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun juga menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini juga didapatkan berkat bantuan, dorongan,
dan bimbingan dosen mata kuliah, orang tua, serta teman-teman kelompok sehingga
kendala yang penyusun hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Pengendalian Vector dan Rodent di Restoran yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Alih Jenis 2B
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada
dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan

makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.

Surabaya, Juni 2017

Penulis

i

DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 3
2.1 Pengendalian Rodent ............................................................................... 3
2.2 Pengendalian Vektor ............................................................................... 6
2.3 Pengendalian rodent dan vektor di restoran ............................................ 6

2.3.1 Restoran ............................................................................................ 6
2.3.2 Cara Pengendalian Rodent dan vector di Restoran ........................... 7
BAB III............................................................................................................ 14
PENUTUP ....................................................................................................... 14
3.1 Simpulan ................................................................................................ 14
3.2 Saran ...................................................................................................... 14

i

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Upaya pengendalian hama serangga, tikus dan rayap baik dilingkungan
perumahan (residential) dilingkungan komersial (commercial), di kantor, di
gedung bertingkat, rumah sakit, restoran, swalayan, museum, hotel, maupun di
lingkungan industrial telah dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama.
Pengendalian hama yang dilakukan selama ini lebih banyak dilakukan dengan
mengandalkan penggunaan pestisida & rodentisida saja, sangat jarang
pengendalian dilakukan secara komprehensive, yang melibatkan semua aspek

yang mempengaruhi keberadaan atau tempat yang biasanya di tempati oleh
hama tersebut. Apabila pengendalian hama hanya mengandalkan penggunaan
pestisida saja, maka untuk jangka panjang masalah yang timbul tidak akan
teratasi dengan baik, malahan akan menimbulkan masalah baru yakni
terjadinya Resistance atau Persistence serta menimbulkan potensial kesehatan
manusia, mengancam species non target, dll.
Kehadiran binatang pengganggu mulai dirasakan menimbulkan masalah
bila populasinya telah melampaui batas dan menimbulkan problematika
kesehatan dan aspek hygiene lingkungan, berbagai kerugian ekonomi dapat
ditimbulkan, demikian pula berbagai penyakit tanaman, hewan ataupun
manusia dapat ditularkan oleh hama tersebut, antara lain dengan timbulnya
berbagai macam penyakit seperti typhus, cholera, pes, malaria dan demam
berdarah yang dibawa oleh hama-hama tersebut. Tindakan antisipatif untuk
menekan akibat langsung ataupun tidak langsung perlu diupayakan
pengelolaan yang komprehensif dan terpadu antara lain dengan program
Integrated Pest Management (IPM). Program pengelolaan ini dapat meliputi
Pengendalian Hama Serangga (lalat, kecoa,dan nyamuk) dan Pengendalian
Hama Rondensia (tikus).
Dengan adanya permasalahan yang semakin banyak terjadi yaitu adanya
rodent yang merupakan suatu masalah yang tidak bisa dihindarkan karena

1

rodent pasti ada di tempat mananpun,sehingga yang perlu kita perhatikan
adalah bagaimana meminimalkan dampak buruk terutama dampak kesehatan
akibat dari rodent. Maka dari itu suatu restauran atau tempat makan harus
meminimalkan adanya rodent dan vektor agar tidak menimbulkan penyakit
pada pelanggan sehingga pelanggan dapat makan dengan puas dan bisnis
restoran akan banyak dikunjungi pelanggan dan restoran memperoleh
keuntungan yang maksimal.
Banyaknya isu pangan dan masalah hama dalam usaha makanan dan
minuman (F&B) telah menyebabkan meningkatnya kesadaran publik akan
kualitas dan keamanan makanan di setiap belahan dunia termasuk Indonesia.
Adanya hama pada sebuah outlet F&B tidak hanya merusak pengalaman
bersantap pelanggan juga memiliki resiko kontaminasi makanan. Sebagai
contoh, selain memilih restoran berdasarkan rasa yang enak, reputasi koki,
pilihan menu, desain makanan yang menarik, suasana dan dekorasi ruangan,
pelanggan biasanya juga akan memperhatikan kualitas pelayanan dari staff
restoran dan yang lebih penting adalah standar kebersihan dan hygiene dari
restoran. Ada beberapa contoh pelaporan seperti terdapat lalat di makanan tamu
atau makanan yang terkontaminasi.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengendalian vector dan rodent secara umum ?
2. Bagaimana pengendalian vector dan rodent di restoran ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dampak adanya rodent dan vektor di tempat-tempat umum
2. Tujuan Khusus.
2.1 Memberikan pengetahuan pada restoran untuk mengendalikan
keberadaan rodent dan vektor yang dapat merugikan semua pihak di
restoran.
2.2 Mengetahui beberapa jenis metode pengendalian rodent dan vektor di
restoran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Rodent
Rodent adalah hewan pengerat yang memiliki gigi depan yang selalu
tumbuh dan biasanya pada manusia bisa menyebabkan penyakit dan dapat
digunakan sebagai hewan percobaan. Tikus adalah suatu jenis binatang

pengerat yang perkembangbiakannya sangat cepat dan sering merugikan
manusia karena dalam kehidupan sehari - harinya tikus sering merusak bahan
makanan dan peralatan manusia baik di rumah, kantor, gudang, restauran,
dsb.
Banyak metode

yang digunakan dalam

mengendalikan tikus,

pengendalian terpadu hama tikus dapat dilakukan 4 tahap yaitu :
1.

Inspeksi tikus dan initial survey

2.

Sanitasi

3.


Rat proofing

4.

Rodent killing (trapping program dan rodentisida program)
Kombinasi beberapa metode akan memberikan hasil yang lebih baik

dari pada hanya menggunakan satu macam metode yang digunakan sesuai
dengan sasaran dan kondisi lingkungan.
1. Inspeksi tikus dan initial survey
Inspeksi tikus sangat penting dilakukan sebelum dilaksanakan program
pengendalian tikus, inspeksi yang baik akan memberikan hasil maksimal
dalam pengendalian. Initial Survey, ditujukan untuk menentukan kondisi
awal atau tingkat serangan dan kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus
sebelum dilakukan program pengendalian tikus.
2. Sanitasi
Sanitasi

sangat


diperlukan

dalam

upaya

suksesnya

program

pengendalian hama tikus. Untuk mendapatkan hasil sanitasi yang baik, kami
akan membuatkan beberapa rekomendasi mengenai pengelolaan sampah,

menjaga kebersihan area, sistem tata letak barang digudang dengan susunan
berjarak dari dinding dan tertata diatas palet, dll.Tikus menyukai tempattempat yang kotor dan lembab. Melakukan sanitasi berarti menghilangkan
tempat beristirahat, bersembunyi, berteduh dan berkembang biak bagi tikus,
disamping juga menghilangkan makanan tikus.
3. Rat proofing
Untuk mengendalikan tikus disuatu lokasi diupayakan agar lokasi

tersebut tertutup dari celah yang memungkinkan tikus masuk dari luar.
Tikus dapat leluasa masuk lewat bawah pintu yang renggang, lewat lubang
pembuangan air yang tidak tertutup kawat kasa, lewat shaft yang tidak
bersekat atau lewat jalur kabel telepon dan listrik dari bangunan yang
tersambung disekitarnya.
4. Rodent killing (trapping program dan rodentisida program)
Pengendalian tikus dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara non
kimia dan cara kimia :
a. Pengendalian non kimia
Pada pengendalian non kimia cara yang dilakukan adalah trapping.
Trapping adalah cara yang paling efektif untuk mengendalikan tikus
yaitu dengan membuat kandang yang diletakkan di tempat yang biasanya
dilewati oleh tikus sehingga tikus bisa masuk dan terperangkap di tempat
tersebut.
Kelebihan menggunakan metode trapping :
a. Sangat aman karena tidak mengandung racun seperti halnya umpan.
b. Cepat mendatangkan hasil.
c. Manghindari tersebarnya bangkai tikus yang sangat sulit ditemukan
dan menimbulkan bau yang sangat menyengat.
b. Pengendalian kimia
1. Poisoning
Poisoning dimaksudkan sebagai peracunan tikus melalui umpan
makanan beracun. Keberhasilan poisoning ini tergantung pada
bagaimana usaha agar tikus memilih dan menyukai umpan makanan
yang dipasang dan tidak memilih atau menyukai makanan lain yang ada

disekitarnya.
Umpan makanan haruslah yang preference bagi tikus dan
pemasangannya ditempat yang tempatnya mudah didapatkan oleh tikus.
1. Rodentisida
Rodentisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
mengendalikan tikus, rodentisida yang digunakan adalah rodentisida
antikoagulan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Slow acting yaitu membunuh tikus secara perlahan-lahan, tikus
baru mati setelah memakan beberapa kali.
2) Tidak menyebabkan tikus jera umpan.
3) Tidak berbau dan tidak berasa.
4) Memetikan tikus dengan merusak mekanisme pembekuan darah.
Jenis bahan aktif rodentisida adalah boadfakum, kumatetralil atau
bromadiolone. Sedangkan untuk area khusus yang sangat
sensitive dan memerlukan perlakuan khusus akan dilakukan
pengumpanan dengan lem tikus.
Dengan menggunakan sistem peracunan dengan rodentisida
anti coagulant. Berdasarkan cara kerja bahan aktif rodentisida,
termasuk racun kronis. Rodentisida atau anti coagulant beraksi dalam
pembekuan darah merah, setelah tikus memakan racun ini menjadi
lemah dan mengalami pendarahan, tiga hari kemudian sifat rakus tikus
akan berkurang dan tikus akan mati. Untuk memastikan tikus mati
diperlukan waktu 4 - 7 hari, dengan dosis 0,005 % dan dengan
pemasangan umpan yang tidak menimbulkan kecurigaan dan
pencemaran lingkungan serta relatif aman terhadap hewan bukan
sasaran dan aman bagi manusia.
Teknik kerjanya yaitu pemasangan umpan secara total
dilakukan 1 bulan sekali dan pengecekan atau penambahan setiap saat
sesuai kebutuhan.Adapun teknik kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan kotak-kotak umpan pada seluruh ruangan,terutama
dinding,bawah rak,lemari,dan tempat-tempat yang memungkinkan
jalannya tikus dan dipandang aman.

2. Pemasangan kotak -kotak umpan di atas plafon yang dipandang perlu.
3. Pemasangan kotak umpan di sekeliling luar bangunan.
4. Pencarian / pengambilan bangkai dan pengamanannya.
Agar memperoleh hasil pengendalian yang baik dianjurkan agar
setiap 1 bulan dilakukan service ulang untuk mencegah terjadinya gangguan
tikus yang datang dari luar atau tikus - tikus yang pada gebrakan pertama
masih bayi dan tidak terperangkap papan lem .
2.2 Pengendalian Vektor
Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan
pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha
mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak
membahayakan kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan
agar segala kegiatan dalam rangka memurunkan populasi vektor dapat
mencapai hasil yang baik. Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai,
bahkan teknologi sederhanapun, yang penting d dasarkan prinsip dan konsep
yang benar. Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat
dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut :
1. Pengendalian

vektor

harus

menerapkan

bermacam-macam

cara

pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak
merugikan/ membahayakan.
2. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi
terhadap tata lingkungan hidup

2.3 Pengendalian rodent dan vektor di restoran
2.3.1 Restoran
Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi
secara komersial, yang menyelenggarakan. Pelayanan dengan baik
kepada semua tamunya baik berupa makan maupun minum. Menurut
peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1098/Menkes/Sk/Vii/2003

tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi

Rumah Makan dan Restoran.
Persyaratan kualitas sanitasi restoran yang baik apabila
ruang makanan yaitu dapur harus bebas dari serangga, tikus dan
hewan lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa indicator suatu
restoran dikatakan baik apabila jumlah vector ataupun rodent tidak
ada (bebas).
2.3.2 Cara Pengendalian Rodent dan vector di Restoran
Makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita
harus di seleksi, sebab zat – zat atau virus yang terbawa vector dan
rodent

bisa masuk ke dalam makanan melalui perantara.

dimungkinkan juga sumber tempat pembuangan sampah dekat
dengan makanan sehingga kemungkinan penyakit yang dibawa oleh
vector seperti lalat dan rodent sehingga virus tersebut masuk ke
makanan dan dapat mengkontaminasi makanan. Hal tersebut bisa
terjadi karena oleh pengelolaan makan yang kurang memperhatikan
pemilihan sumber bahan makanan, penyimpanan bahan makanan,
cara mengolah yang kurang higienis atau tempat sangat terbuka
dekat dengan tempat sampah sehingga vektor dan rodent yang ada
di udara dan kuman – kuman penyakit bisa masuk ke dalam
makanan.
Sanitasi restoran sangat perlu diperhatikan yaitu tempat
penyimpanan air bersih harus tertutup sehingga dapat menahan
masuknya tikus dan serangga termasuk juga nyamuk aedes Aegypti.
setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang dapat
mencegah masuknya serangga (kawat kassa berukuran 32 mata per
inchi) dan tikus teralis dengan jarak 2 cm). Setiap persilangan pipa
dan dinding harus rapat sehingga tidak dapat dimasuki rodent.
Oleh karena itu restoran merupakan salah satu tempat terbaik
bagi kelangsungan hidup rodent dan vektor. Pengelola restoran
harus

mengetahui

cara-cara

yang

tepat

untuk

mencegah

perkembangbiakan vector dan rodent ini agar tidak banyak
menimbulkan kerugian baik bagi pemilik restoran, pekerja, dan
pelanggannya. Pengendalian vector dan rodent sangat perlu di
lakukan di restoran karena berhubungan dengan makanan atau
minuman yang masuk kedalam tubuh manusia sehingga untuk
menjaga kualitas dan juga terhindar dari kontaminasi makanan yang
tidak diinginkan serta tidak enimbulkan efek kesehatan di kemudian
hari. Hal yang harus diperhatikan oleh pengelola restoran, yaitu :
1.

Cari tahu apakah terdapat larva atau pupa di area seperti tempat sampah,
saluran air yang kotor, selokan, bahan yang membusuk
a. Tempat beristirahat disiang hari: dinding, plafon, permukaan

interior, tempat sampah
b. Tempat beristirahat malam hari: plafon, stop kontak dan kabel listrik

2.

Perhatikan apakah ada lalat disekitar tempat anda.

3.

Cuci tempat sampah secara rutin dan jaga agar selalu tertutup

4.

Simpan persediaan makanan di wadah kedap udara atau lemari es.
Jangan tinggalkan buah, sayur atau cairan fermentasi di area terbuka.

5.

Jaga agar pintu selalu tertutup (lalat dapat masuk dari luar)

6.

Jangan biarkan ember penuh air dimana terdapat partikel makanan
dipermukaannya yang bercampur dengan lap kotor (kosongkan, cuci
dan keringkan segera)

7.

Jaga agar tempat selalu bersih dan kering. Pastikan kebersihan sudah
diterapkan dengan benar agar tidak ada makanan atau sampah yang
dapat dijadikan tempat berkembang biak lalat. Contoh, jaga agar
saluran air tetap bersih dan bebas dari serpihan yang dapat dijadikan
tempat bertelur bagi lalat.

8.

Pasang kawat atau layar penghalang lalat pada jendela khususnya
sekitar area dapur dan tempat pembuangan

9.

Gunakan keset yang bersih untuk menghindari tertimbunnya minyak
dari tumpahan atau kaki di keset tersebut

10.

Pasang perangkap lampu dan gunakan pestisida yang benar untuk
mengurangi dan mengendalikan lalat secara efektif

Lalat adalah hama yang paling umum di Indonesia dapat ditemui di
hampir seluruh area beresiko di restoran. Keamanan pangan dimulai tepat
ketika makanan disimpan. Menjaga kebersihan untuk menghindari lalat
bertelur pada makanan atau sumber air adalah sangat disarankan. Selain itu
selalu pastikan agar seluruh makanan dapat disimpat dan tertutup dengan
baik. Persiapan masakan memerankan peranan yang paling beresiko untuk
adanya infestasi hama seperti lalat. Sebagai contoh, lalat buah memakan
buah, sayuran dan cairan fermentasi, sementara lalat rumah memakan
makanan manusia, sampah dan kotoran. Sumber makanan lalat tersebut
banyak ditemukan di sekitar dapur seperti sisa makanan. Hal terburuk bisa
saja terjadi seperti dapat ditemukannya lalat pada area penyajian atau area
makan.
Lalat dikenal sebagai hama yang menularkan penyakit seperti
Salmonellosis, polio, disentri, demam typhoid dan kolera. Lalat dapat
membawa lebih dari 100 macam oranisme pathogen dan sangat mungkin
dapat membahayakan kesehatan para tamu melalui kontaminasi makanan.
Area pembuangan dan tempat sampah tidak boleh diabaikan. Hal ini
dikarenakan lalat sangat tertarik oleh sisa fermentasi, saluran air yang kotor,
sampah busuk dan material sampah lainnya. Jika tempat sampah tidak
tertutup atau tidak dibersihkan, lalat mungkin akan berkembang biak dan
terbang ke area persiapan makanan atau bahkan area makan.
Tidak hanya lalat, pembuangan sampah secara tidak rutin juga dapat
mengundang tikus. Tikus adalah suatu jenis binatang pengerat yang
perkembangbiakannya sangat cepat dan sering merugikan manusia karena
dalam kehidupan sehari - harinya tikus sering merusak bahan makanan.
Berikut adalah beberapa cara mengendalikan populasi tikus di restoran.
1.

Mengenali tanda kehidupan tikus
Keberadaan tikus dapat dideteksi dengan beberapa cara, yang paling
umum adalah adanya kerusakan barang atau alat. Tanda –tanda berikut
merupakan penilaian adanya kehidupan tikus yaitu (Ehler and Steel,
1950) :

a. Gnawing (bekas gigitan)
b. Burrows (galian/lubang tanah)
c. Dropping (kotoran tikus)
d. Runways (jalan tikus)
e. Foot print (bekas telapak kaki)
f. Tanda lain: adanya bau tikus, bekas urine dan kotoran tikus, suara,
bangkai tikus (WHO, 1972).

2.

Perbaikan Sanitasi Lingkungan
Tujuan dari perbaikan sanitasi lingkungan adalah menciptakan
lingkungan yang tidak favourableuntuk kehidupan tikus. Dalam
pelaksanaannya dapat ditempuh dengan (Ehlers et. Al, 1950) :
a.

Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi di
tempat yang kedap tikus

b.

Menampung sampah dan sisa makanan ditempat sampah yang
terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup
rapi dan terpelihara dengan baik

c.

Tempat sampah tersebut hendaknya diletakkan di atas fondasi beton
atau semen, rak atau tonggak

d.

Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehari

e.

Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barang/alat sehingga
tidak dapat dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang.

3.

Rat Proofing
Upaya rat proofing bertujuan untuk mencegah masuk dan keluarnya
tikus dalam ruangan serta mencegah tikus bersarang di bangunan
tersebut. Upaya rat proofing dapat ditempuh dengan jalan (Ristiyanto
dan Hadi, 1992) :
a.

Membuat fondasi, lantai dan dinding bangunan terbuat dari bahan
yang kuat, dan tidak di tembus oleh tikus.

b.

Lantai hendaknya terbuat dari bahan beton minimal 10 cm.

c.

Dinding dari batu bata atau beton dengan tidak ada keretakan atau
celah yang dapat di lalui oleh tikus.

d.

Semua pintu dan dinding yang dapat ditembus oleh tikus (dengan
gigitannya), dilapisi plat logamhingga sekurang-kurangnya 30 cm
dari lantai. Celah antara pintu dan lantai maksimal 6 mm.

e.

Semua lubang atau celah yang ukurannya lebih dari 6 mm, harus
ditutup dengan adukan semen.

f.

Lubang ventilasi hendaknya ditutup dengan kawat kasa yang kuat
dengan ukuran lubang maksimal 6 mm.

4.

Pemasangan perangkap (trapping)
Macam perangkap tikus yang beredar di pasaran adalah jenis
snap/guillotine dan cage trap. Jenis cage trap digunakan untuk
mendapatkantikus hidup, guna diteliti pinjalnya. Biasanya perangkap
diletakkan di tempat jalan tikus atau di tepi bangunan. Pemasangan
perangkap lebih efektif digunakan setelah dilakukan poisoning, dimana
tikus yang tidak mati karena poisoning, dapat ditangkap dengan
perangkap (Ehler et.al, 1950).

5.

Peracunan (poisoning)
Pada umumnya

peracunan

dapat

dilakukan

apabila

tidak

membahayakan manusia ataupun binatang peliharaan. Racun tikus
terbagi menjadi dua golongan, yaitu :
a.

Single Dose Poison
Merupakan rodentisida yang berdosis akut dan bersifat letal
terhadap tikus. Tikus akan mati sesudah makan rodentisida ini satu
kali saja.

b.

Multiple Dose Poison
Merupakan tipe pengendalian dengan rodentisida yang
memerlukan pemberian yang berulang selama 3 hari atau lebih.
Rodentisida ini memiliki zat anti koagulan yang dapat menyebabkan
pendarahan internal dan kematian yang lambat dalam waktu 4-10
hari. Pemakaian rodentisida anti koagulan secara terus menerus akan
mengakibatkan tesistensi.
Racun tikus yang baisa digunakan adalah arsen, strychnine, phospor,

zinkphosphide, redsquill, barium karbonat, atau senyawa yang

mengandung salah satu atau lebih dari yang tersebut di atas. Termasuk
didalamnya rodentisida yang relatif lebih baru yaitu1080 (ten eighty),
Antu, Warfarin, dan Pival.
6.

Warfarin dan Pival
Merupakan umpan padat dengan warficida dan/atau pivalin yang
berupa cairan, mempunyai pengaruh keracunan yang khas pada tikus.
Sifat racun ini adalah anti coagulants, apabila ditelan dengan interval
waktu

beberapa

hari,

menyebabkan

perdarahan

dalam

dan

mengakibatkan kematian. Biasanya tikus mati dalam 4 sampai 7 hari
setelah makan racun dengan dosis yang adekuat. Efek toksik lebih lambat
dibandingkan 1080, Antu, Redsquill, dan racun tikus lainnya. Dengan
cara kerja yang lambat ini, tidak terjadi penolakan terhadap bahan oleh
tikus, sehingga tikus akan memakan bahan ini hingga habis sampai
mereka mati. Walaupun cara kerja anti koagulan dari Warfarin dan Pival
juga berlaku untuk binatang berdarah panas termasuk manusia, tetapi
racun ini dianggap tidak berbahaya seperti racun lainnya karena tersedia
antidotenya, yaitu vitamin D yang mudah didapat. Dosis yang dipakai
biasanya 0,5% dengan umpan tepung jagung, havermout, tepung roti,
tepung kacang, gula, jagung, dan minyak kacang.
7.

Red Squill
Racun ini relatif aman terhadap manusia, kucing dan anjing.
Bahanred squill adalah “a natural emetic” yang bila termakan oleh
sebagian besar binatang berdarah panas atau manusia, mengakibatkan
muntah yang segera dan pengosongan bahan racun. Kerja emetic dari red
squill ini menjadikan racun khusus bagi tikus jenis Norway (Ratus
Norvegicus) berhubung jenis tikus ini tidak bisa muntah. Umpan red
squill terasa pahit, dan kelemahannya aalah menimbulkan penolakan
diantara tikus dan beberapa jenis tikus selalu menghindari umpan yang
berisi red squill, terutama apabila mereka tahu pengaruh racun red squill
terhadap tikus lainnya.

8.

1080 (Ten Eighty)
1080 adalah nama umum untuk Natrium Fluoro Acetat, merupakan
racun tikus yang sangat efektif. Kelemahannya adalah terlalu beracun
terhadap manusia dan binatang peliharaan serta tidak adanya
antidotenya. Oleh karenanya hanya direkomendasikan khusus bagi
pekerja yang terlatih dan bertanggung jawab. Racun ini dilarang
dipergunakan di daerah perumahan / pemukiman karena efek racunnya
yang sangat toksik.

9.

Antu (Alpha Napthyl Thio Urea)
Nama kimia Antu adalah Alpha Napthyl Thio Urea merupakan
racun yang efektif untuk Norway rats, tetapi tidak dianjurkan untuk jenis
tikus lainnya. Kelemahan dari Antu adalah cepatnya terjadi toleransi oleh
tikus yang makan kurang dari dosis yang adekuat. Oleh karenanya Antu
tidak dapat digunakan untuk interval kurang dari 4 sampai 6 bulan di
tempat yang sama.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Rodent adalah hewan pengerat yang memiliki gigi depan yang selalu
tumbuh dan biasanya pada manusia bisa menyebabkan penyakit dan dapat
digunakan sebagai hewan percobaan. Banyak metode yang digunakan dalam
mengendalikan tikus,pengendalian terpadu hama tikus dapat dilakukan 4 tahap
yaitu Inspeksi tikus dan initial survey, Sanitasi, Rat proofing, dan Rodent
killing (trapping program dan rodentisida program). Prinsip dasar dalam
pengendalian vektor yaitu pengendalian vektor harus menerapkan bermacammacam cara pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang
tidak merugikan/ membahayakan dan Pengendalian vektor tidak menimbulkan
kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup.
Pengendalian vektor dan rodent di area restoran harus sangat
diperhatikan agar tidak merugikan banyak pihak termasuk pemilik restoran
sendiri. Pengendaliaannya dengan memperhatikan dimana tempat perindukan
larva atau vector lain, menjaga kebersihan lingkungan Restoran, dan
memasang perangkap jika ditemukan adanya vector dan rodent disekitar
Restoran.
3.2 Saran
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang dampak yang akan timbul dengan
adanya rodent dan vektor di restoran.
2. Bagi Fakultas
menambah pengetahuan baru dan menginformasikannya pada instansiinstansi atau restoran bagaimana menerapkan pengendalian rodent dan
vektor untuk meningkatkan derajat kesehatan pangan di restoran sehingga
meningkatkan kepuasan pelanggan.

3. Bagi Instansi (restoran)
Dapat mengetahui bagaimana metode dalam mengendalikan rodent di
restoran untuk menjaga kesehatan dan kepuasan pelanggan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous,

fumigasi

karantina.

http://www.retonkil.co.id/kostumer-

komersial/fumigasi/fumigasi-karantina (di akses 25 mei 2017 )
Hanang,

2005

.

Pengendalian

roden.

http://journal.unair.ac.id/download-

fullpapers-KESLING-2-1-06.pdf (di akses 25 mei 2017)
Ehlers,Victor M.,CE and Steel,Ernest W. C E. (1950). Municipal & Rural
Sanitation. Fifth Edition Mc Graw Hill Book Company Inc, New
York, Toronto, London
[PERMENKES]

Menteri

Kesehatan

1098/Menkes/Sk/Vii/2003
Makan dan Restoran

Republik

Indonesia

Nomor

tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah