PENERAPAN METODE KISAH PADA MATA PELAJAR

PENERAPAN METODE KISAH PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM di MTs ALKHAIRAAT BITUNG SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Agama Islam ( S.Pd.I ) Jurusan Pendidikan Agama Islam ( PAI )

Oleh :

ABDUL WAHID

NIM : 11.2.3.120

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan termasuk hal yang dibutuhkan manusia sepanjang hayat. Setiap individu membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat urgen artinya, sebab tanpa adanya pendidikan maka umat manusia sekarang tidak akan berbeda dengan generasi manusia terdahulu, bahkan mungkin juga malah lebih minim, lebih jelek kualitasnya. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa eksistensi peradaban masyarakat dalam suatu bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat tersebut.

Dewasa ini, pendidikan sangat diperlukan baik bagi anak-anak maupun bagi orang dewasa. Sebagian besar masyarakat menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu setiap negara senantiasa berusaha meningkatkan mutu pendidikan, di samping bidang yang lain dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu dan kompetitif.

Menuntut ilmu dalam agama Islam merupakan kewajiban bagi setiap laki- laki dan perempuan, karena pendidikan berusaha membentuk pribadi yang berkualitas. Dengan demikian pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas, tidak saja berkualitas dalam segi kognitif, afektif, psikomotorik tetapi juga aspek spiritual. Hal ini membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak didik Menuntut ilmu dalam agama Islam merupakan kewajiban bagi setiap laki- laki dan perempuan, karena pendidikan berusaha membentuk pribadi yang berkualitas. Dengan demikian pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas, tidak saja berkualitas dalam segi kognitif, afektif, psikomotorik tetapi juga aspek spiritual. Hal ini membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak didik

kognitif, dan spiritual. 1 Suatu hal menarik bahwa teknologi semakin meningkat, tetapi

kenyataannya pendidikan masih saja terlena dengan pola pendidikan tradisional, disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang konsep dasar

pendidikan. 2 Menurut Like Wilardjo, bahwa keberhasilan negara Cina pada IPTEK

adalah karena kecanggihan dalam investasi di dunia pendidikan di mana mereka mengirim para siswa terbaiknya untuk belajar di luar negeri kemudian kembali ke

negaranya untuk mengembangkan pendidikan. 3 Pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada pada keberadaan guru

yang bermutu. Keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Pendidikan merupakan bahan kajian yang selalu menimbulkan pertanyaan dan ketertarikan yang terus-menerus, ada yang menjadi perdebatan dan ada pula menjadi sasaran penelitian di dalam pengembangan pendidikan itu sendiri. Tidak heran kalau khususnya di Indonesia pendidikan menjadi topik yang sangat sering dibahas baik dari segi perencanaan,

1 Sri Mahmudah, Jurnal Penerapan Metode Kisah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI, ( Semarang, 2011), h. 1.

2 Anwar Hafid, Jafar Ahiri, Pendais Haq, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan,( Cet. 1; Bandung : Alfabeta, 2013), h. iii. 3

Like Wilardjo, Penjelasan Mata Kuliah Filsafat Ilmu di Program Doctor Islamic

Studies , dalam Jamal Ma‟mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Cet. I; Jogjakarta: DIVA Press, 2011), h. 6-7.

model, media, metode, dan masih banyak yang lainnya. Dalam hal ini sangat jelas bahwa banyak pemerhati pendidikan yang salah satunya juga adalah pendidik dapat memahami salah satu komponen peningkatan kualitas suatu bangsa adalah pendidik.

Pendidik sangat berperan penting dalam perubahan kualitas pendidikan mulai dari perancangan, pengelolaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 4 Berbicara

mengenai guru, sesungguhnya mereka diharapkan menjadi masyarakat yang memiliki pengetahuan luas dan pemahaman yang mendalam. Disamping penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki keragaman metode dan model pembelajaran, karena tidak ada satu metode atau model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang beragam. Apabila konsep pembelajaran tersebut dipahami oleh para guru, maka upaya mendesain pembelajaran bukan menjadi beban, tetapi pekerjaan yang menantang. Penulis dalam hal ini akan lebih melihat dari sudut pandang metodologi pembelajaran yang dimana menurut penulis adalah hal yang terpenting dalam menyampaikan informasi kepada pendidik.

Menurut Hamdani bahwa proses belajar mengajar merupakan proses interaksi edukatif antara pendidik yang menciptakan suasana belajar dan peserta

didik yang memberi respon terhadap usaha pendidik tersebut. 5

4 Ishak Wanto talibo, Perencanaan Pengajaran, (Cet. 1; Manado : STAIN Manado Press,2013), h. v.

Menurut banyak penelitian, bahwa masih sedikit pendidik yang berupaya mencari metode pembelajaran secara meyakinkan, yang dapat menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang disampaikan oleh guru. Akibatnya, proses pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya mencapai tujuan. Dan sebagian besar guru masih menggunakan komunikasi searah/guru sebagai pusat pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran itu seharusnya sebagai teknik pendidik untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik agar dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh peserta didik

dengan baik. 6

Metode pembelajaran sangat diperlukan seorang pendidik dalam upaya mengefektivitaskan pembelajaran supaya peserta didik tidak monoton dalam menerima pembelajaran dan juga dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah tersebut. Berbagai macam metode diusahakan oleh pendidik agar peserta didik tidak jenuh dalam materi yang diberikan apalagi materi yang membahas tentang sejarah misalanya pelajaran sejarah kebudayaan islam. Al-quran dan hadits banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah para malaikat, para nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya. Dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai paedagogis religius yang memungkinkan peserta didik mampu meresapinya. Cerita atau kisah adalah salah

5 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar,( Bandung : Pustaka Setia,2011),h. 81

6 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pleksanaan Strategi Belajar Mengajar : Teknik Penyajian) , (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), h. 1 6 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pleksanaan Strategi Belajar Mengajar : Teknik Penyajian) , (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), h. 1

tidak lepas dari tujuan pembelajaran.

Mata pelajaran SKI adalah termasuk mata pelajaran yang sangat memungkinkan diterapkan metode kisah seperti kisah tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam kemajuan Islam, sejarah Dinasti Umayyah, Abassiyah, Fathimiyah, Ayubiyah, sejarah Islam masuk ke Nusantara dan penulis tertarik pada kisah dakwah Rasulullah periode Mekkah dan Madinah untuk menjadi bahan penelitian.

Beberapa macam teknik kisah yang dapat dipergunakan antara lain :

Pendidik dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari buku gambar, menggunakan boneka, bermain peran dalam suatu kisah, atau berkisah dengan menggunakan jari tangan. Sehingga dari variasi metode kisah tersebut penulis tertarik untuk meneliti terhadap metode kisah pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-khairaat Bitung yang diharapkan proses pembelajaran lebih variatif, aktif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Setelah itu penulis memulai dengan observasi awal sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya agar dapat menjadi pertimbangan apakah kasus ini dapat diangkat dan dijadikan penelitian sehingga dapat membantu memberikan referensi tambahan di dunia pendidikan sekarang ini

7 Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005) h. 8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemahaman dari latar belakang masalah di atas yang mendasari pentingnya penelitian ini maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut “ Bagaimanakah Penerapan Metode Kisah Pada Mata Pelajaran SKI Di MTs Alkhairaat Bitung”?

Rumusan masalah yang diangkat dapat memberikan berbagai ruang lingkup pembahasan dalam cakupan yang luas, sehingga penulis membatasi pada masalah-masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan metode kisah pada mata pelajaran SKI di MTs Alkhairaat Bitung ?

2. Apa saja kendala pendidik terhadap penerapan metode kisah dalam pengembangan kreativitas siswa pada mata pelajaran SKI di MTs Alkhairaat Bitung?

3. Bagaimana pengembangan kreativitas siswa melalui penerapan metode kisah pada mata pelajaran SKI di MTs Alkhairaat Bitung?

C. Pengertian Judul

Skripsi yang akan diteliti oleh penulis diberi judul : Penerapan Metode Kisah Pada Mata Pelajaran SKI Di MTs Alkhairaat Bitung. Beberapa istilah atau kata-kata yang membentuk judul tersebut di anggap perlu untuk dipaparkan pengertiannya masing-masing yang kemudian dijelaskan secara keseluruhan sehingga dapat dipahami bersama. Berikut ini pengertian beberapa istilah atau kata-kata yang membentuk judul tersebut yaitu :

1. 8 Penerapan adalah pemasangan, pengenaan, perihal, mempraktekkan.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan

2. Metode adalah cara sedangkan dalam pemakaian yang umum dapat diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan

tertentu. 9 Metode (method) , secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan

hodos ( jalan atau cara ), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum atau luas metode atau metodik berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar. Prof. Dr.Winarno Surachmad, mengatakan bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan dari pada murid-murid di sekolah.Pasaribu dan simanjutak, mengatakan bahwa metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk

mencapai tujuan. 10 Sehingga diambil kesimpulan bahwa metode adalah prosedur atau cara yang diambil untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian

ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini, yaitu teknik

8 Kamus Besar Bahasa Indonesia , ( Jogjakarta : GITA MEDIA PRESS, 2006), h. 752.

9 M. Sobry Sutikno, Metode dan Model-Model Pembelajaran (Cet. 1 ; Mataram :

Holistica Lombok, 2014) , h. 33.

10 https://www.academia.edu (diakses pada jam 20.00 Wita, tangga l 3Maret 2015) 10 https://www.academia.edu (diakses pada jam 20.00 Wita, tangga l 3Maret 2015)

3. Kisah adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu peristiwa, kejadian, dan sebagainya, atau juga karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang lain, lakon yang diwujudkan dalam gambaran hidup ( sandiwara, wayang, dan sebagainya), omong kosong,

dongeng yang tidak dijamin kebenarannya. 11 Dalam skripsi ini peneliti bermaksud untuk melihat sejauhmana proses

Penerapan Metode Kisah Pada Mata Pelajaran SKI di MTs Alkhairaat Bitung .

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas maka adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui penerapan metode kisah pada mata pelajaran SKI di MTs Alkhairaat Bitung.

2. Mengetahui Apa saja kendala dan solusi pendidik terhadap penerapan metode kisah pada mata pelajaran SKI di MTs Alkhairaat Bitung.

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian lainnya. Menjadi suatu bukti pengabdian yang

11 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op. cit. h. 188 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op. cit. h. 188

b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi semua pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan, Memaksimalkan kemampuan peserta didik dalam hal kecerdasan, perilaku, dan keterampilan. Dan diharapkan juga bisa direalisasikan di kehidupan sehari-hari khususnya untuk pendidik dalam memilih metode pembelajaran yang tepat.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Metode Kisah

Sekarang ini sudah tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan di setiap Negara khususnya di Indonesia. Melalui pendidikan dapat membentuk manusia yang berpengetahuan, bermoral, dan bermartabat. Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, pada tahun 1920-an telah mengumandangkan bahwa inti pendidikan adalah “memanusiakan manusia”. Oleh

karena itu seharusnya dengan pendidikan dapat membantu peserta didik menjadi kepribadian yang merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, serta menjadi anggota masyarakat yang berguna. Kenyataannya penilaian terhadap tingkat keberhasilan pendidikan tergantung pula pada pendidik itu sendiri. Pendidik yang kurang tepat dalam pemilihan metode pembelajaran dapat berpengaruh pada keberhasilan pemahaman peserta didik, sehingga sangat disadari perlunya kepekaan pendidik dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik. Di Mts Alkhairaat khususnya Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam penulis tertarik dengan metode pembelajaran Alkisah yang diterapkan oleh pendidik. Banyak metode yang perlu diketahui oleh pendidik salah satunya adalah metode Alkisah dimana melalui metode ini pendidik dapat melihat efektivitas metode tersebut dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Metode Kisah sangat diperlukan dalam hal pengembangan pembelajaran sebagai alternatif pilihan dalam penyajian pelajaran terutama pelajaran SKI yang

dulunya terkesan hanya berhubungan dengan metode ceramah saja, yang menimbulkan kejenuhan pada peserta didik.Metode kisah merupakan metode yang sering digunakan oleh khususnya masyarakat di Indonesia. Metode kisah atau cerita sangat digemari oleh anak-anak ketika mereka tidur maka sebelum itu terasa tidak pas kalau tidak diceritakan sebuah dongeng oleh orang tua kepada anak-anaknya. Namun, mungkin ketika kita melihat penerapannya dalam pendidikan formal banyak di kalangan pendidik yang belum terlalu berminat dengan metode tersebut karena banyak yang berpendapat bahwa metode tersebut lebih pas digunakan di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau TK (Taman Kanak-Kanak) sedangkan di SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Umum) itu kurang pas untuk diterapkan. Sebelum kita membahasnya lebih jauh maka penulis akan mencoba memberikan pemahaman tentang pengertian metode kisah itu sendiri.

1. Pengertian Metode

Metode dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan ﻂرﻴق bentuk jamaknya ﻂر ﻕ yang berarti jalan atau cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, 12 yaitu tujuan pendidikan anak dalam Islam. Sedangkan istilah metode

dengan pengertian jalan atau cara dalam Al- Qur‟an disebutkan sebagaimana firman Allah swt dalam Surat Al-Maidah ayat 35:

Terjemahnya:

12 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Pentafsir Al- Qur‟an, Jakarta, 1973, h. 236

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya,

supaya kamu mendapat keberuntungan.(QS. Al-Maidah ; 35) 13

Dengan kata lain metode dapat diartikan sebagai jalan atau cara yang digunakan untuk menyampaikan dan menjelaskan materi pendidikan kepada anak didik, sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau untuk mengembangkan sikap-sikap dan keterampilannya agar mampu mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan norma, yang penulis maksud ialah norma atau ajaran Islam.

Ketika kita melihat peninjauan dari kaidah ushul dijelaskan bahwa :

Terjemahnya : Perintah melakukan suatu perkara (termasuk didalamnya adalah

pendidikan ) maka juga diperintahkan untuk mencari medium/metodenya, dan medium tersebut hukumnya sama terhadap apa yang dituju. 14

Kaidah ushul tersebut dijelaskan bahwa dalam proses pendidikan Islam membutuhkan metode yang tepat, sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam metode pendidikan Islam sangat diperlukan dan dipahami bahwa seorang pendidik harus dapat memahami hakikat metode dan relevansi dengan tujuan pendidikan islam yaitu terbentuknya pribadi muslim yang beriman yang senantiasa siap dalam pengabdian terhadap Allah SWT. Adapun pendidik juga

13 Depag. RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, Surat Al-Maidah Ayat 35, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al- Qur‟an, 1987, h. 165

14 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis da Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: PT Trigenda Karya, 1993), h. 229 14 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis da Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: PT Trigenda Karya, 1993), h. 229

Selain daripada itu, seorang pendidik pun harus bisa memberikan dorongan kepada peserta didik menggunakan akal pikiran dalam menelaah dan mempelajari gejala kehidupan dan alam disekitarnya. Memotivasi peserta didik untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan pengaktualisasi keimanan dan ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik juga dalam hal ini harus mendorong peserta didik untuk menyelidiki dan meyakini bahwa Islam adalah kebenaran yang hakiki, serta dapat membimbing mereka tentang amaliah yang

benar serta pengetahuan dan kecerdasan yang cukup. 15 Istilah metode mengajar terbagi atas dua kata yaitu, metode dan mengajar.

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu metha dan hodos. Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Sehingga dapat diartikan bahwa metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mancapai sebuah tujuan. Sedangkan mengajar secara istilah dapat diartikan dengan menyajikan atau menyampaikan. Sehingga dapt diambil kesimpulan bahwa metode mengajar adalah sebuah cara yang harus dilalui untuk menyampaikan bahan pengajaran

agar mencapai tujuan pengajaran. 16 Adapun beberapa ahli pernah menjelaskan tentang metode pembelajaran sebagai berikut :

15 Ibid, h.230

16 Zuhairini dan Abd Ghofir, Metodologi Pembedlajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang (UM PRESS), Cet. 1:2004), h. 54.

a. Abd. Rahman Ghunaimah menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran.

b. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah jalan yang diikuti oleh kita dalam memberikan pemahaman berbagai macam materi pembelajaran kepada peserta didik.

c. Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah teknik dalam penyampaian bahan ajar kepada peserta didik dengan tujuan agar dapat mudah, efektif, dan dicerna dengan baik

dalam memahami pelajaran. 17 Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi dalam memilih dan

memilah metode pembelajaran yang tepat adalah sebagai berikut :

a. Capaian tujuan Pendidik harus mengerti dan memahami dengan jelas tujuan pendidikan, karena itu yang akan nmenjadi sasaran utama dan pengaruh tindakan-tindakan dalam menjalankan fungsi pendidik.

b. Peserta didik Peserta didik yang nanti akan menerima dan mempelajari materi juga harus memperhatikan pemilihan metode mengajar, karena metode mengajar itu ada yang menuntut pengetahuan dan kecekatan tertentu.

c. Bahan ajar Pada dasarnya metode pembelajaran adalah wadah dalam menyampaikan bahan ajar dalam mencapai tujuan materi yang sesuai dengan tingkat

17 Ibid, h. 55 17 Ibid, h. 55

d. Fasilitas Fasilitas disini yang dimaksud adalah alat peraga, ruang, waktu, kesempatan, tempat dan alat-alatpraktikum, buku-buku, perpustakaan dan sebagainya.

e. Pendidik Setiap pendidik harus menguasai metode yang akan digunakan karena

berhubungan dengan profesionalitas pendidik dalam menyampaikan materi.

f. Situasi Situasi dapat mempengaruhi metode yang akan disampaikan, keadaan suasana, keadaan pendidik, keadaan kelas, dan sebagainya.

g. Partisipasi Apabila pendidik menginginkan peserta didik aktif secara merata maka pendidik harus pintar dalam memilih metode misalnya menggunakan metode diskusi kelompok dan sebagainya.

h. Kebaikan dan Kelemahan Metode Tertentu Setiap metode pasti mempunyai kelamahan dan kelabihan masing-masing, maka dalam hal ini pendidik harus pintar-pintar memilih dan mengkombinasi

metode-metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. 18

18 Ibid, h. 57-60

2. Pengertian Kisah

Kisah/Qishah berasal dari kata al-qasshu yang berarti mencari ataupun mengikuti jejak. Kata al-qashash ditinjau dari segi bahasa berasal dari bentuk

mashdar yaitu al-qishah yang berarti berita atau keadaan. 19 Terdapat dalam surat Al-Kahfi, ayat 64 :

Terjemahnya : Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali,

mengikuti jejak mereka semula. (QS. Al-Kahfi, ; 64) 20

Dan dalam surat Al-Qashash, ayat 11:

Terjemahnya : Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak

mengetahuinya. (QS. Al-Qashas; 11) 21

Qashash juga berarti berita yang berurutan, sebagaimana firman Allah surat Al-Imran, ayat 62 :

Terjemahnya : Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .( QS. Al- Imran ; 62) 22

19 Manna‟Khalil Qathan, Mabahits fi „ulumil Qur‟an, Cet. III, tanpa tahun, h. 305-310.

20 Depag. RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, Surat Al-Maidah Ayat 35, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al- Qur‟an, 1987, h.564.

21 Depag. RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, h. 755.

Dan dalam surat Yusuf, ayat 111 :

Terjemahnya : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum

yang beriman. (QS. Yusuf ; 111) 23

Kata kisah atau cerita dapat juga berarti tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya) dan karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang, kejadian dan sebagainya (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya

rekaan belaka). 24 Dalam bahasa arab, kata kisah atau cerita adalah

bentuk

jamaknya adalah 25 ص

, yang berarti kisah atau cerita.

Dengan demikian metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menceritakan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang lain baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Metode kisah yang disampaikan merupakan salah satu metode pendidikan yang

22 Depag. RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, h. 165.

23 Depag. RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, h. 461.

24 Anton M. Moeliono, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1993, h. 165

25 Mahmud Yunus, Op.cit., h. 343.

mashur dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasarkan oleh ketulusan hati yang mendalam.

B. Macam-Macam Kisah dalam Al-Q ur’an Sepanjang sejarah peradaban Islam, terbentuknya suatu generasi yang unggul adalaha dimasa sahabat Rasul. Sebagai produk yang asli system pendidikan Islam yang dilakukan oleh Rasulullah dibawah Bimmbingan wahyu Allah SWT secara langsung.

Adapun materi dan metode Nabi dalam mendidik sahabatnya adalah materi dan metode yang diambil langsung dari kitab suci Al- Qur‟an yang mana esensinya tidak akan pernah berubah sepanjang hayat.

Pembelajaran yang dilaksanakan oleh Rasulullah ini yakni metode Qur‟ani yaitu cara ataupun tindakan dalam ruang lingkup peristiwa pendidikan yang

terkandung dalam Al- 26 Qur‟an dan sunnah. Metode Qissah (kisah) banyak sekali ditemukan dalam Al- Qur‟an, yang

hal tersebut sebagai salah satu cara (metode) untuk mendidik umat manusia. Didalamnya memuat perihal umat pada masa lalu beserta nabi mereka dan

peristiwa yang terjadi pada masa itu. 27 Dalam Al- Qur‟an dijelaskan berbagai macam kisah antara lain :

26 Syahidin, Menelusuri metode Pendidikan dalam Al- Qur‟an, (Bandung: Al-Fabeta, 2009), h. 45

27 Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur‟an, (Banung: Mizan, 1996), h. 42 27 Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur‟an, (Banung: Mizan, 1996), h. 42

b. Kisah Al-Qur‟an yang berhubungan dengan kejadian masa lalu dan figur- figur orang yang dapat diambil hikmah.

c. Kisah-kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa Rasulullah SAW.

C. F aedah-F aedah Kisah

Dalam metode kisah terdapat beberapa faedah yakni :

a. Penjelasan mengenai dasar-dasar berdakwah dan dasar-dasar syariat bagi nabi sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 25 :

Terjemahnya : Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS. Al-

Anbiya‟ ; 25). 28

b. Untuk meneguhkan hati dan mengokohkan kepercayaan orang mukmin akan pertolongan Allah terhadap orang yang mukmin dan kehancuran bagi umat yang melanggar. Hal ini terdapat dalam Q.S. Hud ayat 120 :

Terjemahnya : Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah- kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah

28 Depag. RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, h. 615 28 Depag. RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, h. 615

c. Membenarkan Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan dan mengabdikan jejak dan peninggalan-peninggalannya.

d. Membenarkan kebenaran Nabi Muhammad dalam dakwah dan tentang orang terdahulu disepanjang masa dan generasi.

e. Memperlihatkan kebohongan ahli kitab atas petunjuk yang disembunyikan serta menantang mereka dengan keterangan dalam kitab mereka sebelum terjadi penyimpangan, seperti dalam Q.S Al-Imran ayat 93 :

Terjemahnya : Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan[212]. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah

Dia jika kamu orang-orang yang benar". (QS. Al-Imran ; 93 ) 30

f. Qashash atau cerita merupakan bentuk sastra yang menarik untuk didengar dan mudah diserap ke dalam jiwa dan menjadi pembelajaran yang berharga

sebagaimana dalam Q.S. Yusuf ayat 111. 31 Adapun hikmah-hikmah kisah dalam Al- Qur‟an adalah :

29 Depag. RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, h. 434.

30 Depag. RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, h. 112

31 Ibid , h. 431-432 31 Ibid , h. 431-432

b. Menunjukkan kehebatan Al-Qur‟an, hal ini terbukti dengan tak satupun para pakar sastrawan Arab yang mampu menandingi kehebatannya.

c. Betapa besarnya perhatian dalam kisah-kisah terdahulu sehingga dilestarikan dalam Al- Qur‟an.

D. Pembelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)

a. Pengertian dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran SKI

Sejarah ditinjau dari segi etimologi berasal dari bahasa arab syajarah yang Terjemahnya adalah pohon. Dalam bahasa yang lainnya peristiwa sejarah disebutkan dengan histore (Perancis), geschicte (Jerman). Sejarah menurut istilah disebut sebagai sesuatu yang terkumpul atau tersusun dari serangkaian peristiwa dimasa lampau. Sejarah inilah yang kemudian memberikan pembelajaran terhadap

pemahaman objektif dan subjektif tentang masa lampau. 32 Kebudayaan adalah sebuah manifestasi dari akal dan rasa manusia. Hal ini

dapat menjelaskan bahwa kebudayaan tercipta atas dasar dari manusia itu sendiri. Kebudayaan Islam , dapat diartikan bahwa sebuah kebudayaan yang disaring dan tidak melenceng dari ajaran Islam.

Menurut bahasa, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu budh yaitu akal. Kemudian dari kata budh itu sendiri mengalami perubahan menjadi kata budhi yang kemudian jamaknya adalah budaya. Jika dilaihat dari segi bahasa Arab maka kebudayaan itu disebut dengan Ats-Tsaqafah. Jika dirunut dalam

32 Sitti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta:LESFI, 2004), h. 4 32 Sitti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta:LESFI, 2004), h. 4

Dalam bukunya Hamkah yang berjudul Pandangan Hidup Muslim menjelaskan kata kebudayaan tersebut terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Budi yang berarti cahaya atau sinar yang kemudaian terdapat dalam bentuk manusia dan daya pikir yang kemudian berkaitan dengan upaya, yakni usaha keaktifan manusia melaksanakan dengan anggota tubuh yang deigerakkan oleh

budinya. 34 Al-Kroeber dan C. Kluckhon dalam bukunya berjudul Culture, A Critical

Review of Concepts and Definitions telah menghimpun sebanyak 160 definisi kebudayaan itu sendiri. Dari sekian banyak pendapat tersebut, sehingga diambil sebuah kesimpulan bahwa kebudayaan adalah sebuah manifestasi dari kerja jiwa

manusia dalam artian yang luas. 35 Islam adalah adalah agama yang ajaran-ajarannya berupa wahyu dari

Tuhan kepada umat manusia yang kemudian melalui Muhammad sebagai Rasul. 36 Datangnya dari Allah, ada yang melalui perantaraan malaikat Jibril,

adapun juga secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Allah SWT juga men jelaskan dalam Al qur‟an bahwa islam itu sendiri adalah al- „amilush shalihat

33 Munawir, Jurnal PGMI Madrasatuna , volume 04, nomor 01, September 2012, h. 6

34 Ibid.

35 Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta:Amzah 2006), h. 16

36 Tim Penyusun Iain Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN AMPEL PRESS 2004), h. 1.

yang maksudnya adalah iman dan amal. Abdul Qodir Audah menjelaskan definisi Islam bahwa :

1) al-Islam „aqidah wa nizham (Islam adalah kepercayaan dan sistem syariah)

2) al-Islam dinum wa daulah (Islam adalah Agama dan Negara) Berdasarkan beberapa definisi diatas sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa Islam berarti seorang mukmin yang saleh ataupun seorang mukmin yang sungguh-sungguh mengamalkan syariat Islam. Kebudayaan islam berarti sebuah

manifestasi dari al- „amilush shalihat yakni seorang muslim atau golongan kaum muslimin. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan sebuah mata pelajaran yang lebih cenderung

perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasiterhadapsejarah Islam dimasa lalu, mulai dari sejarah masyarakat Arab sebelum Islam, sejarah lahirnya dan kerasulan nabi Muhammad saw. Sampai pada masa khulafaurrasyidin. Secara substansi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam tataran motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandungnila-nilai kearifan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap,

watak, dan perubahan kepribadian peserta didik. 37

E. Efektifitas Metode Kisah Dalam Mata Pelajaran SKI

Setelah diuraikan definisi operasional metode kisah dan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) disini kemudian akan dijelaskan tentang

37 Munawir, op.cit, h. 7

efektifitas metode kisah pada mata pelajaran SKI. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa tercapainya tujuan pembelajaran bergantung pada berbagai komponen yang saling berkaitan salah satunya adalah metode pembelajaran. Pembelajaran SKI diperlukan upaya dari pendidik agar peserta didik merasa tertarik dan mudah dipahami maka pendidik harus terampildalam mengolah metode pembelajaran kisah seefektif dan efisien mungkin. Metode ini dapat dilaksanakan dengan mengkombinasikan sejarah Islam dengan cerita atau kisah yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Penyampaiannya juga harus mudah dipahami, juga disesuaikan dengan karakteristik dan materi yang disampaikan. Agar lebih menarik pendidik juga dapat menggunakan media pembelajaran seperti audio visual seperti CD, film, dan media pembelajaran lainnya, sehingga peserta didikpun dapat dengan antusias mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung dan langsung meresap ke dalam pikiran dan hati.

Metode kisah sangat efektif dalam penbelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini karena didalamnya sangat berkaitan dan cocok dengan perkembangan sejarah Islam.

Adapun beberapa indikator yang menjadikan metode kisah efektif dalam pembelajaran SKI adalah sebagai berikut :

1. Selama proses pembelajaran peserta didik lebih antusias dan tidak mudah merasa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Peserta didik lebih mudah memahami materi yang sedang diberikan.

3. Dapat merubah pola pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan.

4. Meningkatkan prestasi peserta didik khususnya dalam mata pelajaran SKI.

5. Dapat melahirkan muslim yang beriman, bertakwa, berakhlakul karimah, dan cerdas,

Apabila indikator-indikator tersebut telah terwujud dengan baik dalam proses pembelajaran SKI, maka dapat dikatakan bahwa metode kisah tersebut sudah efektif dan bisa menjadi variasi metode yang dapat dipergunakan dalam pendidikan agama Islam khususnya SKI sehingga materi tersebut yang pada umumnya kurang diminati menjadi pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Hal ini tentunya bergantung pula pada kejelian pendidik dalam mengkombinasi metode kisah ini dengan komponen-komponen pendidikan yang lain, maka pendidik harus bisa menguasai dalam hal penggunaan metode, media, dan sumber-sumber pembelajaran lainnya yang dapat mendukung terlaksananya pembelajaran yang efektif.

Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode kisah adalah sebagai berikut :

1. Choosing a story, yaitu pemilihan cerita yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran yang akan dilangsungkan.

2. Size of story group, yaitu pengorganisasian kelompok cerita, semakin sedikit anggota kelompok maka semakin efektif proses pembelajarannya.

3. Chair or floor for story time, yaitu penempatan posisi tempat duduk peserta didik dengan formasi setengah lingkaran.

4. Transition to story time, yaitu perubahan dalam cerita yang kemudian memberikan rangsangan terhadap aktivitas peserta didik dalam

mendengarkan cerita dengan perilaku dan kekacauan. 38

Adapun menurut Agus F. Tangyong, dkk, berpendapat bahwa :

1. Peserta didik harusnya dibiasakan mendengarkan cerita dari pendidik.

2. Penduduk harus sering meminta peserta didik untuk menceritakan kejadian- kejadian penting yang dialami.

3. Pendidik bercerita atau berkisah melalui gambar kemudian diceritakan lagi oleh peserta didik sesuai dengan pemikirannya. 39

Sheilla Ellison dan Barbara Ann Barnett mengungkapkan bahwa : “Kids love hearing what their parents were like at their age. Let your child

tell you a story about their life now, their friends, toys, games, events, and hobbies”.

“Anak-anak sering mendengar cerita tentang apa yang disukai orang tua mereka waktu kecil. Bukankah anak muda mengungkapkan suatu cerita tentang kehidupan mereka sekarang, teman, mainan mereka, kegiatan dan

kebiasan- 40 kebiasaan yang mereka suka”.

Menurut Quthb bahwa pendidik dapat memberikan cerita-cerita yang sederhana dan mamapu dipahami oleh peserta didik. Hal ini dapat menunjukkan

38 Verna Hildebrand, h. 187, dalam Tomi Purwadi, Skripsi Efektivitas Metode Kisah Terhadap Hasil Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII di SMP ALMUBARAk

Pondok Aren Tangerang Selatan ,(Jakarta : UIN SYARIF HIDYATULLAH PRESS 2014), h. 18.

39 Agus F. Tangyong, dkk, Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta : PT GRAMEDIA, 1990), h. 119

40 Sheilla Ellison And Barbara Ann Barnett, 365 Ways To Help Your Children Grow, (Noperville : Illionis Source Books. Inc, 1996). h. 251.

daya tarik dan menyentuh perasaan juga mempengaruhi jiwa yang tentunya sesuai dengan perkembangan anak.

Contoh menyampaikan cerita Metode : cerita Teknik : buku bacaan (teks) Langkah pelaksanaan :

1. Pendidik mempersiapkan alat peraga.

2. Pendidik mengatur organisasi kelas.

3. Memberikan stimulus agar peserta didik mau mendengarkan.

4. Pendidik berkisah.

5. 41 Pemberian tugas. Menurut Mahmud Yunus langkah-langkah metode kisah adalah sebagai

berikut:

1. Dimulai dengan pendahuluan.

2. Memulai menceritakan dengan bahasa yang teranga (jelas) lagi mudah dipahami dan menarik hati peserta didik.

3. Setelah kisah selesai kem udian pendidik dan peserta didik mengambil kesimpulan serta mengajak peserta didik meneladani kisah tersebut.

4. Dalam kisah nabi pendidik harus dapat membandingkan orang mukmin yang kemudian mendapatkan kebahagiaan dan orang kafir yang kemudian

41 Tomi Purwadi, Skripsi Efektivitas Metode Kisah Terhadap Hasil Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII di SMP ALMUBARAk Pondok Aren Tangerang Selatan ,(Jakarta :

UIN SYARIF HIDYATULLAH PRESS 2014), h. 19.

mendapatkan kesengsaraan. Kemudian mengajak peserta didik untuk mengamalkan apa-apa yang diajarkan Rasul.

5. Kemudian guru mulai menanyakan pertanyaan mulai dari awal kisah sampai pada akhir kisah.

6. Setelah itu npendidik menyuruh peserta didik untuk menceritakan kembali satu per satu.

7. Pada akhir pendidik memberikan pertanyaan tentang penyebab terjadinya kejadian dalam kisah tersebut dan akibatnya. 42

42 Mahmud Yunus, Skripsi Metodik Khusus Pendidikan Agama ( Jakarta: PT Hidakarya Agung), h. 28 dalam Tomi Purwadi, Skripsi Efektivitas Metode Kisah Terhadap Hasil

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII di SMP ALMUBARAk Pondok Aren Tangerang Selatan ,(Jakarta : UIN SYARIF HIDYATULLAH PRESS 2014), h. 20-21.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pada skripsi ini peneliti memprioritaskan pada metodologi penelitian kualitatif yang esensinya adalah sebagai berikut : Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang diprioritaskan kepada kualitas (Quality) fenomena atau gejala sosial yang kemudian menjadi suatu pengembangan konsep teori. Berg mengatakan bahwa : "Qualitative Research (QR) thus refers to the meaning, concept, definition, characteristics, methapors,

simbols, and descriptons of things”. 43 Maksudnya adalah penelitian kualitatif lebih terfokus pada sesuatu yang bersifat deskriptif seperti pada proses suatu

langkah kerja, pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang, gambar-gambar, simbol-simbol dan lain sebagainya.

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Lokasi pelaksanaan penelitian berada di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Alkhairaat Bitung. adapun peneliti merasa pentingnya mengambil sumber-sumber data yang dirujuk, maka peneliti mengambil waktu penelititan selama tiga bulan, dimulai dari observasi tempat-tempat yang akan dijadikan pilihan lokasi penelitian. Kemudian berdasarkan dari hasil observasi ditentukan MTs Alkhairaat Bitung sebagai lokasi Penelitian. Kemudian secara tertulis atau resmi, mengajukan

43 Bruce L. Berg, Qualitative Research Methods For The Social Sciences (Boston : Pearson Education Inc, 2007) h. 3.

surat permohonan izin penelitian pada tanggal 25 Mei 2015. Sehingga keseluruhan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti baik sebelum adanya permohonan secara tertulis di sekolah tersebut sampai dengan selesai melaksanakan penelitian terhitung mulai dari tanggal 26 mei sampai dengan tanggal 31 Juli 2015.

Pemilihan tempat penelitian difokuskan di MTs Alkhairaat Bitung dikarenakan sekolah tersebut adalah termasuk sekolah yang menerapkan pendidikan yang mengacu pada dasar-dasar agama, dan termasuk sekolah yang menurut peneliti adalah sekolah piloting atau sekolah yang menjadi patokan pelaksanaan pendidikan Islam di kota Bitung.

C. Subjek Penelitian

Pada penelitian kualitatif konsep populasi dan sampel disebut sebagai subjek penelitian atau unit analisis. Subjek penelitian memiliki kedudukan yang penting dalam penelitian karena semua data ataupun masalah-masalah diambil dari subjek penelitian. Konsep dari subjek penelitian ini adalah berhubungan

dengan apa atau siapa yang diteliti. 44

Subjek yang dipaparkan peneliti disini adalah keseluruhan peserta didik kelas VIII A sampai VIII E yang ada di MTs Alkhairaat Bitung karena menurut Robert B. Burns populasi dapat berupa organisme, orang ataupun sekumpulan orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang

44 Djam‟an Satori, Aan Jomariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. III; Bandung: CV. ALFABETA, 2011), h. 45.

semuanya memiliki ciri yang harus didefinisikan secara spesifik. 45 Setelah itu dapat dikatakan bahwa populasi merupakan objek atau subjek penelitian.

Dalam menetapkan sampel dari populasi, maka diperlukan metode sampel penelitian yang dipaparkan oleh Djam‟an Satori bahwa sampel dalam penelitian

adalah bagian kecil dari suatu populasi yang diambil sesuai dengan prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasi. 46

Selanjutnya dalam menetapkan peserta didik yang dijadikan sampel, maka peneliti menentukan menggunakan metode purposive sampling yaitu menentukan langsung peserta didik yang terdapat dikelas VIII A sampai VIII E. Pertimbangan ini diambil karena berdasarkan fakta bahwa peserta didik di kelas terpilh merupakan rombongan belajar yang sudah mengalami proses pembelajaran di kelas VII dan akan menghadapi jenjang kelas IX sehingga dapat diyakini telah siap dalam mengikuti semua tahapan yang diperlukan dalam prosedur penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam upaya pengumpulan data terhadap obyek penelitian, maka peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi Metode ini digunakan peneliti dimaksudkan karena untuk mengetahui secara langsung fakta-fakta yang berhubungan dengan aspek studi yang

45 Robert B. Burns, Introduction to Research Methods (French Forest NSW: Longman, 2000), h. 83.

46 Djam‟an Satori, Aan Jomariah, Op. cit., h. 46.

dikembangkan peneliti. Observasi sangat bermanfaat terhadap pemecahan masalah penelitian atau sesuai dengan tujuan penelitian skripsi. M.Q. Patton

mengatakan adapun manfaat observasi adalah sebagai berikut : 47

1) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data

dalam keseluruhan situasi atau memperoleh pandangan yang menyeluruh.

2) Memungkinkan peneliti melakukan pendekatan induktif yang akan membuka kemungkinan melakukan penemuan.

3) Peneliti dapat mengamati hal-hal yang kurang atau hal-hal yang tidak dapat diamati orang lain atau orang yang berada dalam lingkungan tersebut.

4) Peneliti dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat terungkap oleh responden dalam wawancara.

5) Peneliti dapat menemukan hal-hal diluar pandangan responden sehingga mendapatkan gambaran secara lebih komprehensif.

6) Peneliti dapat mengumpulkan data yang lebih banyak, lebih terinci dan lebih cermat.

b. Wawancara Wawancara adalah merupakan teknik pengumpulan data secara langsung dari sumbernya yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada yang diwawancarai oleh interviewer . Hal ini dimaksudkan sebagai berikut:

1) Mengkonstruksi tentang seseorang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain sebagainya.

47 M.Q. Patton, Qualitative Evaluation and Research Methods (Newbury Park, CA :Sage Publication, Inc, 1990), h. 724-726.

2) Memverifikasi, merubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain.

3) Memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan peneliti. 48

c. Studi Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang juga sangat berperan dalam penelitian kualitatif. Dokumen juga dikatakan adalah sesuatu yang tertulis atau dicetak yang dapat digunakan sebagai bukti.

Adanya teknik ini peneliti dapat memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis yang menjadi pelengkap teknik observasi dan wawancara.

E. Analisis Data

Data-data yang telah terkumpul kemudian diproses oleh peneliti dengan melakukan analisis data. Namun, peneliti juga melakukan analisis data pada saat melakukan pengumpulan data yang bertujuan untuk memeriksa kembali data yang telah ada dan untuk perencanaan pengumpulan data selanjutnya guna mendapatkan hasil yang akurat.

Adapun menurut Moleong menganalisis data setelah data terkumpul adalah sebagai berikut : 49

48 Y. S. Licoln & E. G. Guba, Naturalistic Inquiry dalam Djam‟an Satori, Aan Jomariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. III ; Bandung : CV. ALFABETA, 2011), h. 132.

49 Moleong, L.J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. III, Jakarta: Remaja Rosdakarya. 2000), h. 190.

1. Reduksi data, yaitu dengan membuat abstraksi yang merupakan rangkuman dari hasil penelitian yang ada.

2. Menyusun dalam satuan-satuan, yaitu mengidentifikasi data penelitian yang kemudian disusun menjadi satuan-satuan yang sesuai dengan fokus penelitian.

3. Kategorisasikan, artinya adalah dengan mengelompokkan data-data tertentu.

4. Pemerikasaan keabsahan, dimaksudkan untuk mengecek keabsahan data dari hasil penelitian dengan teori-teori yang digunakan.

5. Penafsiran dan kesimpulan, peneliti melakukan penafsiran terhadap data-data yang kemudian dapat dijadikan sebagai suatu kesimpulan.

F. Pengecekkan Keabsahan data

Hal ini dilakukan peneliti dengan empat cara yaitu :

1. Uji Kredibilitas Uji kredibilitas adalah agar dapat menjadi tolak ukur peneliti terhadap pengamatan dan yang ada dalam kenyataan sesuai dengan yang ada di lapangan.

a. Triangulasi, peneliti melakukan pengecekkan terhadap kebenaran data tertentu dengan cara triangulasi data.

b. Bahan referensi, peneliti menggunakan referensi berupa dokumen, foto, dan lain sebagainya yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

c. Mengkonfirmasi data terhadap yang telah diwawancarai agar dicek kembali untuk lebih terjamin keabsahannya.

d. Pengamatan, peneliti mengadakan pengamatan agar lebih paham terhadap situasi lapangan.

2. Transferabilitas Peneliti pada tahap ini berupaya dalam melakukan laporan penelitian secermat mungkin dalam rangka agar pembaca dapat memahami isi laporan tersebut.

3. Dependabilitas Peneliti kembali menelusuri sejauhmana kualitas proses penelitian apakah sesuai dengan proses penelitian atau tidak.

4. Konfirmabilitas Peneliti dalam hal ini untuk melihat hubungan konfirmabilitas antara temuan hasil penelitian dengan data yang sudah dikumpulkan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat Girian adalah salah satu lembaga pendidikan milik Yayasan Pendidikan Islam Alkhairaat. MTs Al-Khairaat Girian berdiri atas inisiatif tokoh masyarakat dan tokoh agama di wilayah Girian weru pada tanggal 16 Juni 1990. Dengan demikian MTs Al-Khairaat Girian telah beroperasi sebagai Lembaga Pendidikan setingkat SMP kurang lebih 19 Tahun ( telah meluluskan 15 tahun pelajaran ). Kehadiran MTs Al-Khairaat Girian sebagai satu – satunya Madrasah di Kecamatan Girian mempermudah masyarakat yang berada diwilayah kecamatan Girian, kecamatan Ranowuluh, kecamatan Madidir, dan kecamatan Matuari dalam menyekolahkan anaknya di Madrasah. Terbukti dengan jumlah siswa yang cukup banyak mendaftar walaupun secara geografis MTs Al-Khairaat diapit oleh SMP Negeri I Bitung dan SMP Al-Khairaat Bitung yang masing-masing hanya berjarak kurang lebih 300 – 500 m.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25