PELAKSANAA BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLA

1

LAPORAN OBSERVASI PELAKSANAAN
BIMBINGAN KONSELING DI SMK NEGERI 2 JEPARA

Oleh
Tomihendra Saputra
2401414005

SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMRANG
ROMBEL 007 / NO. 3
2016
1

2

2

3


3

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan Laporan Observasi Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
SMK Negeri 2 Jepara. Laporan ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, sehingga laporan observasi ini bisa selesai tepat pada waktunya. Laporan
observasi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan-kesalahan,
terutama dalam segi penyusunan, bahasa, dan penulisannya. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya laporan
observasi ini.
Semoga, laporan observasi ini memberi banyak pengetahuan dan gambaran
mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dan bisa bermanfaat

bagi semua pihak.

Semarang, 9 Juni 2016

Penulis

4

5

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. 1
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. 2
FOTO COPY IJAZAH SEKOLAH ………………………………………3
KATA PENGANTAR ............................................................................... 4
DAFTAR ISI .............................................................................................. 5
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumusan .............................................................. 7
B. Gambaran Deskriptif Tentang Sekolah ………………………….. 9
C. Profil BK di Sekolah .....................................................................13

D. Perumusan Masalah BK di Sekolah ……………………………...13
BAB II TINJAUN DATA / INFORMASI SEKOLAH
A. Sejarah Sekolah …………………………………………………….15
B. Visi dan Misi Sekolah …...........................................…………….. 18
BAB III KAJIAN / TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling…………………………………….18
B. Orientasi Baru Bimbingan dan Konseling ………………………………. 21
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.

Fungsi Bimbingan Konseling ……………………………............... 22
Prinsip - Prinsip Bimbingan Konseling ……………………………23
Asas – Asas Bimbingan Konseling ………………………………...24

Peran Kepala Sekolah dan Guru dalam BK ………………………..27
Kegiatan Layanan dan Pendukung BK …………………………….30
Bimbingan Terhadap Peserta Bermasalah ………………………….33
Proses Konseling …………………………………………………….36
Teknik Umum Konseling ……………………………………………42
Teknik – Teknik Khusus …………………………………………….48

BAB 1V ANALISI DAN PEMBAHASAN

5

6

A. Analisis dan Pembahasan BK di Sekolah …………………………..53
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Hasil Analisis dan Pembahasan ……………………….... 59
B. Rekomendasi Berdasarkan Simpulan ……………………………... 59
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………60
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 61


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumusan
Pendidikan adalah media, aktivitas untuk mencerdaskan bangsa. Dalam
prosesnya guru merupakan ujung tombak dalam peningkatan kualitas pendidikan
sehingga semakin tinggi kualitas guru maka kualitas pendidikan diharapkan juga
meningkat, dengan demikian idealnya mampu menjawab semua permasalahan
yang dimiliki bangsa baik yang berupa material maupun sepiritual.

6

7

Agar pendidikan dapat berhasil sesuai dengan tujuan diperlukan berbagai
sarana atau sumberdaya seperti bangunan sekolah, buku/materi pelajaran, guru
dan sarana pendukung lainnya. Berkaitan dengan profesionalisme guru,
khususnya guru pembimbing perlu dicermati lagi, apakah sudah optimal
menjalankan tugasnya atau belum dalam mendampingi peserta didik mengatasi
permasalahan yang dialami yang menyangkut

dimensi kemanusiaan mereka.


Khususnya peserta didik di SMK yang harus mempersiapkan diri untuk bekerja di
masyarakat membutukan life skills yang cukup, agar peserta didik tidak canggung
melangkah dan berani menghadapi masalah. Untuk itu menuntut semangat kerja
guru pembimbing dalam membantu peserta didik mengubah perilaku yang kurang
baik menuju perilaku yang diharapkan di dunia pendidikan.
Guru sebagai tenaga pengajar, memegang peranan penting dalam dunia
pendidikan. Menjadi seorang guru yang profesional bukanlah hal yang mudah dan
tidak pula diperoleh melalui proses yang singkat dan cepat. Sudah menjadi tugas
seorang calon guru untuk mempersiapkan diri, mengukur kemampuan diri
sebelum terjun langsung ke sekolah-sekolah sebagai lahan pendidikan yang
sesungguhnya. Menjadi tenaga pendidik harus dapat memahami bagaimana
kondisi siswa saat belajar untuk mempermudah jalannya proses belajar mengajar
dikelas sehingga perlu pemahaman tentang bimbingan dan konseling dari calon
tenaga pendidik. Sehingga pada saat proses belajar seorang guru dapat
menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi siswa yang diajarnya agar mata
pelajaran yang diberikan dapat diserap dan dipahami oleh siswa tersebut.
Pelayanan bimbingna dan konseling di sekolah merupakan usaha
membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan
sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan

bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara
individual, dan kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, kondisi, serata peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga

7

8

membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi
peserta didik
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang
yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada
dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sedangkan pengertian konseling adalah suatu proses memberi bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Bimbingan dan konseling merupakan layanan dalam sekolah yang

bertujuan untuk membentuk dan memantapkan pribadi-pribadi yang baik pada
siswa, juga membantu proses perkembangan siswa dengan segala macam
hambatannya. Dalam suatu sekolah dengan sekolah yang lainnya mempunyai cara
yang berbeda dalam memberikan pelayanan ini, entah itu dalam hal fasilitas,
teknik maupun yang lainnya. Observasi ini bertujuan untuk mencari tahu tentang
bagaimana pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SMK N 2 Jepara.

B. Gambaran Deskriptif Tentang Sekolah
Pendidikan adalah belajar pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan dalam arti luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari
generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamanya, kecakapannya

8

9

serta keterampilanya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan agar dapat
memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah.

Pendidikan di mulai ketika bayi lahir dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan pada umumnya di bagi menjadi fase seperti prasekolah, sekolah dasar,
sekolah menengah kemudian perguruan tinggi, universitas. Pendidikan tentu
sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia karena pendididikan dapat
meningkatkan taraf kehidupan umat manusia.
Pendidikan seolah-olah berperan di dalam dunia pendidikan. Menurut
kurikulum SMA tahun 1975 seni rupa bukan suatu bidang studi, tetapi sub bidang
studi yang cakupanya lebih sempit dari pada bidang kesenian. Maksud dari
pendidikan seni rupa bukan memberikan pengetahuan sebagai calon-calon
kesenian, melainkan bukan hanya menggambar pemandangan dan bukan sekedar
menggambar suatu yang tepat seperti alamnya karena seni rupa memiliki cakupan
yang luas meliputi beberapa cabang di dalamnya termasuk menggambar,
mengukir, melukis dan lain-lain. Pendidikan seni sangat penting karena bisa
mempengaruhi pola pikir maupun emosi seseorang.
Pada tulisan ini saya akan membahas tentang rancangan model
pembelajaran Bimbinagn Konseling yang efektif dan inovatif. SMK Negeri 2
Jepara merupakan sekolah menengah kejuruan yang memiliki fungsi salah satunya
adalah menjaga, melestarian, dan mengembangkan budaya dan kesenian di daerah
jepara.
SMK Negeri 2 Jepara atau biasa kita sebut SMIK Jepara memiliki beberapa

jurusan atau keahlian, salah satu yang paling di jaga dan diunggulkan adalah
keahlian ukir. Terdapat 2 kelas pada tahun 2014, namun sekarang membuka prodi
baru yaitu dekorasi ukir.
Keahlian atau program studi ukir di SMIK ini menjadi perhatian utama.
Semakin lama semakin sedikit peminat yang mendaftar di program keahlian ukir.
Salah satu penyembabnya adalah pemikiran orang bahwa ukir tidak mempunyai
masa depan. Saya pikir mereka salah, sesungguhnya ukir adalah icon atau symbol
9

10

kota jepara. Jepara pada waktu dahulu sempat mendunia sampai Eropa bahkan
Amerika karena ukirnya.
Karena banyaknya persaingan pasar global ukir Jepara sendiri semakin
tertekan. Bagaimana bisa Jepara mempertahankan khas ukirnya jika generasinya
saja tidak menghargainya, dan mau mempelajarinya ? Dengan adanya tulisan ini
diharapkan bisa mendapatkan solusi rancangan model pembelajaran khususnya
dalam konteks pendidikan seni rupa di Jepara.
Dapat pula menumbuhkan kepekaan dan kesadaran yang bertujuan
memanfaatkan potensi dumber daya alam. Siswa SMK Negeri 2 Jepara

diharapkan dapat bersemangat untuk menjaga budaya kota jepara dan menjadi
lulusan dengan mental yang kreatif, inovatif,tangguh, bertanggung jawab, pantang
menyerah dan ulet dalam menghadapi persaingan global di kehidupan
bermasyarakat.
Dengan adanya laporan ini saya berharap bisa menjadi tugassebagai
tugas ujian akhir semester mata kuliah Bimbingan Konseling yang sedang saya
tempuh sekarang. Pada tulisan ini juga terdapat suatu rancangan yang mungkin
bisa di aplikasikan oleh calon guru maupun guru yang sudah mengajar sehingga
bisa memaksimalkan pembelajaran yang efektif dan inovatif.
Tentang SMK Negeri 2 Jepara :
SMK Negeri 2 Jepara atau mulai berdiri yaitu pada tahun 1959, dahulu
SMK Negeri 2 Jepara dikenal dengan nama SMIK Negeri Jepara sejak 25 Mei
1979. SMIK Negeri Jepara merupakan lembaga pendidikan khusus Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) kelompok seni dan budaya.
Pada tahun 1994 saat konsep pendidikan sistem ganda dengan konsep
dasar link dan match telah sebagai motor penggerak mampu mendorong
kemajuan industry mebel Jepara. Jasa para alumni SMK Negeri 2 Jepara juga
telah membantu dalam meningkatkan ekspor mebel Jepara, antara lain

10

11

munculnya berbagai desain baru dalam seni ukir. Mereka tentunya berperan
dalam kesejahteraan masyarakat Jepara.
SMK Negeri 2 Jepara mempersiapkan tamatan untuk dapat berkerja dan
mengembangkan profesinya pada jenis pekerjaan di bidang seni antara lain
kejuruan seni rupa terapan dan isdustri keahlian.

Seiring dengan

berkembangnya waktu SMK Negeri 2 Jepara mengembangkan program
kejuruan di luar lembaga kejuruan seni yakni program keahlian animasi.
Namun mulai tahun 2015 animasi sudah termasuk dalam kategori seni karena
teknologi termasuk dalam seni. Adapun beberapa jurusan di SMK Negeri 2
Jepara sekarang adalah sebagai berikut :

1. Desain dan produk kria kayu
2. Desain dan dekorasi ukir
3. Desain dan produk kria logam
4. Desain dan produk kria tekstil
5. Desain dan produk kria keramik
6. Tata busana / busana butik
7. Animasi
8. Dekorasi Ukir
9. Desain dan furniture
Walaupun terdapat program pendidikan baru yakni desain dan dekorasi
ukir namun peminatnya samakin berkurang bahkan kuota kelas dekorasi ukir di
tahun pertamanya pendaftar tidak mencukupi kuota kelas. Tidak ada persaingan
untuk masuk justru malah kekurangan siswa.

11

12

SMK Negeri 2 Jepara mempersiapkan tamatan untuk dapat berkerja dan
mengembangkan profesinya pada jenis pekerjaan di bidang seni antara lain
kejuruan seni rupa terapan dan isdustri keahlian.
Struktur Kepegawaian :
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat :
1. Sub Bagian Perencanaan;
2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan
3. Sub Bagian Keuangan
c. Bidang Pendidikan Dasar dan Agama :
1. Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dan Agama;
2. Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Agama; dan
3. Seksi SPEM.
d. Bidang Pendidikan Menengah, Kejuruan dan Agama :
1. Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Menengah, Kejuruan dan Agama;
2. Seksi Kurikulum Pendidikan Menengah, Kejuruan dan Agama; dan
3. Seksi SPEM.
e. Bidang Pemuda dan Olahraga :
1. Seksi Pembinaan Pemuda;
2. Seksi Pembinaan Olah Raga; dan
3. Seksi Pembinaan PLS.
f. Bidang Ketenagaan Pendidikan :
1. Seksi Pendidikan dan Pelatihan;
2. Seksi Ketenagaan TK/SD; dan
3. Seksi Ketenagaan SMP/SMU/SMK.
C. Profil BK di Sekolah

12

13

Bimbingan dan konseling di SMK Negeri 2 Jepara sudah berjalan dengan
baik. Dalam pelaksanaannya bimbingan, terdapat lima guru bimbingan dan
konseling dengan masing-masing guru bimbingan dan konseling menangani
kurang lebih 150 siswa. Guru bimbingan dan konseling mengisi satu kali satu jam
setiap seminggu sekali pada satu mata pelajaran.
D. Perumusan Masalah BK di Sekolah
1. Apa fungsi bimbingan di sekolah?
2. Bagaimana arah dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah?
3. Apa saja syarat program bimbingan di sekolah?
4. Bagaimana syarat bagi seorang pembimbing di sekolah?
5. Bagaimana prinsip-prinsip program bimbingan di sekolah?
6. Bagaimana langkah-langkah penyusunan program bimbingan?
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui fungsi bimbingan di sekolah.
2. Untuk mengetahui arah dan tujuan bimbingan dan konseling di
sekolah.
3. Untuk mengetahui apa sajasyarat program bimbingan di sekolah.
4. Untuk mengetahui syarat bagi seorang pembimbing di sekolah.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip program bimbingan di sekolah.
6. Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan program bimbingan.

Metode observasi yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah :
1. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data pada observasi
ini. Wawancara dilaksanakan selama lima hari dan respondennya terdiri dari
13

14

Wakil Kepala Sekolah, Koordinator Guru Bimbingan dan Konseling, dua
Guru Bahasa Jawa, satu Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, satu Guru Mesin,
satu Guru Matematika, empat wali kelas, dan Kepala Tata Usaha. Tujuan
dilakukan wawancara adalah untuk memperoleh informasi secara langsung
dan lebih valid terkait dengan guru bimbingan dan konseling dalam
memberikan motivasi kepada siswanya, bagaimana proses layanan
Bimbingan dan Konseling, dan peran wali kelas di SMK 2 Jepara dalam
bimbingan.
2. Angket
Angket ini ditujukan ke Sembilan siswa SMK Negeri 2 Jepara guna
mendapatkan data secara cepat. Dalam angket tersebut dituliskan cara
pengisian dan harus diisi sesuai yang dirasakan atau yang pernah dialami.
3. Pengamatan
Selama dua hari penulis melakukan pengamatan secara langsung di
SMK Negeri 2 Jepara sehingga mendapatkan data menurut sudut pandang
penulis.

BAB II TINJAUN DATA / INFORMASI SEKOLAH

A. Sejarah Sekolah
14

15

SMK Negeri 2 Jepara merupakan sekolah menengah kejuruan yang memiliki
fungsi salah satunya adalah menjaga, melestarian, dan mengembangkan budaya
dan kesenian di daerah jepara.
SMK Negeri 2 Jepara atau biasa kita sebut SMIK Jepara memiliki beberapa
jurusan atau keahlian, salah satu yang paling di jaga dan diunggulkan adalah
keahlian ukir. Terdapat 2 kelas pada tahun 2014, namun sekarang membuka prodi
baru yaitu dekorasi ukir.
Keahlian atau program studi ukir di SMIK ini menjadi perhatian utama.
Semakin lama semakin sedikit peminat yang mendaftar di program keahlian ukir.
Salah satu penyembabnya adalah pemikiran orang bahwa ukir tidak mempunyai
masa depan. Saya pikir mereka salah, sesungguhnya ukir adalah icon atau symbol
kota jepara. Jepara pada waktu dahulu sempat mendunia sampai Eropa bahkan
Amerika karena ukirnya.
Karena banyaknya persaingan pasar global ukir Jepara sendiri semakin
tertekan. Bagaimana bisa Jepara mempertahankan khas ukirnya jika generasinya
saja tidak menghargainya, dan mau mempelajarinya ? Dengan adanya tulisan ini
diharapkan bisa mendapatkan solusi rancangan model pembelajaran khususnya
dalam konteks pendidikan seni rupa di Jepara.
Dapat pula menumbuhkan kepekaan dan kesadaran yang bertujuan
memanfaatkan potensi dumber daya alam. Siswa SMK Negeri 2 Jepara
diharapkan dapat bersemangat untuk menjaga budaya kota jepara dan menjadi
lulusan dengan mental yang kreatif, inovatif,tangguh, bertanggung jawab, pantang
menyerah dan ulet dalam menghadapi persaingan global di kehidupan
bermasyarakat.
Dengan adanya laporan ini saya berharap bisa menjadi tugassebagai
tugas ujian akhir semester mata kuliah Bimbingan Konseling yang sedang saya
tempuh sekarang. Pada tulisan ini juga terdapat suatu rancangan yang mungkin

15

16

bisa di aplikasikan oleh calon guru maupun guru yang sudah mengajar sehingga
bisa memaksimalkan pembelajaran yang efektif dan inovatif.
Adapun beberapa jurusan di SMK Negeri 2 Jepara sekarang adalah sebagai
berikut :

10. Desain dan produk kria kayu
11. Desain dan dekorasi ukir
12. Desain dan produk kria logam
13. Desain dan produk kria tekstil
14. Desain dan produk kria keramik
15. Tata busana / busana butik
16. Animasi
17. Dekorasi Ukir
18. Desain dan furniture

Walaupun terdapat program pendidikan baru yakni desain dan dekorasi
ukir namun peminatnya samakin berkurang bahkan kuota kelas dekorasi ukir di
tahun pertamanya pendaftar tidak mencukupi kuota kelas. Tidak ada persaingan
untuk masuk justru malah kekurangan siswa.
SMK Negeri 2 Jepara mempersiapkan tamatan untuk dapat berkerja dan
mengembangkan profesinya pada jenis pekerjaan di bidang seni antara lain
kejuruan seni rupa terapan dan isdustri keahlian.
B. Visi dan Misi Sekolah
16

17

Visi :
“Menjadi pusat diklat dan pengembangan bidang keahlian dan kerajinan,
pariwisata dan teknologi informasi yang berwawasan kearifan local dan
lingkungan hidup yang memiliki factor keunggulan dan mampu bersaing bertaraf
nasional maupun internasional”.
Misi :
1. Menghasilkan tamatan yang berbudi luhur dan dapat mengikuti dinamika
masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan
lingkungan hidup.
2. Menghasilkan tamatan yang memiliki keunggulan mutu, siap kerja,
mandiri, memiliki etos kerja yang tinggi, produktif dan mampu
mengembangkan dirinya sesuai dengan spesifikasi program keahlian
secara berkelanjutan.
3. Mengembangkan tamatan yang mampu mengembangkan keunggulan
budaya local.
4. Menghasilkan tamatan yang mampu mengembangkan IPTEK secara
gelobal.

BAB III KAJIAN / TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya
terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan bahwa
17

18

guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or
steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Sedangkan
menurut W.S. Winkel (1981) mengemukakan bahwa guidance mempunyai
hubungan dengan guiding : “ showing a way” (menunjukkan jalan), leading
(memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan
petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice
(memberikan nasehat).
Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas tampaknya
proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal
ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, dimana
pada saat ini klien lah yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting
dan aktif dalam proses pengambilan keputusan

serta bertanggungjawab

sepenuhnya terhadap keputusan yang diambilnya.
Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini
dikemukakan pendapat dari beberapa ahli :
1) Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai
proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang
dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di
sekolah, keluarga dan masyarakat.
2) Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) mendefiniskan bimbingan
sebagai : the process of helping the individual to understand himself and
his world so that he can utilize his potentialities.
3) United States Office of Education (Arifin, 2003) memberikan rumusan
bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan
secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri
terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema
kependidikan,

jabatan,

kesehatan,

sosial

dan

pribadi.

Dalam

pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta

18

19

didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat.
4) Jones et.al. (Sofyan S. Willis, 2004) mengemukakan : “guidance is the
help given by one person to another in making choice and adjusment and
in solving problem.
5) I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa bimbingan adalah
suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada
individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai
kemampuan untuk dapat memahami dirinya

(self understanding),

kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk
mengarahkan

dirinya

(self

direction)

dan

kemampuan

untuk

merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan,
baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
6) Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
7) Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling
adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan
karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung,
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih beragam dalam
memberikan pengertian bimbingan, kendati demikian kita dapat melihat
adanya benang merah, bahwa :

19

20

1. Bimbingan merupakan

upaya untuk memberikan bantuan kepada

individu atau peserta didik.. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang
bersifat psikologis.
2. Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan kemandirian
merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.
Dari pendapat Prayitno, dkk. yang memberikan pengertian bimbingan
disatukan

dengan

konseling

merupakan

pengertian

formal

dan

menggambarkan penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang saat ini
diterapkan dalam sistem pendidikan nasional.
Keberadaan layanan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan
di Indonesia dijalani melalui proses yang panjang, sejak kurang lebih 40 tahun
yang lalu. Selama perjalanannya

telah mengalami beberapa kali pergantian

istilah, semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (dalam Kurikulum 84 dan
sebelumnya), kemudian pada Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 berganti
nama menjadi Bimbingan dan Konseling. Akhir-akhir ini para ahli mulai
meluncurkan sebutan Profesi Konseling,

meski secara formal istilah

ini

belum digunakan.
Untuk kepentingan penulisan ini, penulis akan menggunakan istilah
Bimbingan dan Konseling sesuai dengan istilah formal yang saat ini
dipergunakan dalam sistem pendidikan nasional.

B.

Orientasi Baru Bimbingan dan Konseling

20

21

Pada masa sebelumnya (atau mungkin masa sekarang pun, dalam
prakteknya masih ditemukan)
Konseling

cenderung

bersifat

bahwa penyelenggaraan Bimbingan dan
klinis-therapeutis

atau

menggunakan

pendekatan kuratif, yakni hanya berupaya menangani para peserta didik yang
bermasalah saja. Padahal kenyataan di sekolah jumlah peserta didik yang
bermasalah atau berperilaku menyimpang mungkin hanya satu atau dua orang
saja.
Dari 100 orang peserta didik paling banyak 5 hingga 10 (5% - 10%).
Selebihnya, peserta didik yang tidak memiliki masalah (90% -95%) kerapkali
tidak tersentuh oleh layanan bimbingan dan konseling. Akibatnya, bimbingan
dan konseling memiliki citra buruk dan sering dipersepsi keliru oleh peserta
didik, guru bahkan kepala sekolah. Ada anggapan bimbingan dan konseling
merupakan “polisi sekolah”, tempat menangkap, merazia, dan menghukum
para peserta didik yang melakukan tindakan indisipliner. Anggapan lain yang
keliru bahwa bimbingan dan konseling sebagai “keranjang sampah” tempat
untuk menampung semua masalah peserta didik, seperti peserta didik yang
bolos, terlambat SPP, berkelahi, bodoh, menentang guru dan sebagainya.
Masalah-masalah kecil seperti itu dapat diantisipasi dan diatasi oleh para guru
mata pelajaran atau wali kelas dan tidak perlu diselesaikan oleh guru
pembimbing.
Mengingat keadaan seperti itu, kiranya perlu adanya orientasi baru bimbingan
dan konseling yang bersifat pengembangan atau developmental

dan

pencegahan pendekatan preventif. Dalam hal ini, Sofyan. S. Willis (2004)
mengemukakan

landasan-landasan filosofis dari orientasi baru bimbingan

dan konseling, yaitu :
1. Pedagogis; artinya menciptakan kondisi sekolah yang kondusif bagi
perkembangan peserta didik dengan memperhatikan perbedaan individual
diantara peserta didik.

21

22

2. Potensial, artinya setiap peserta didik adalah individu yang memiliki
potensi untuk dikembangkan, sedangkan kelemahannya secara berangsurangsur akan diatasinya sendiri.
3. Humanistik-religius, artinya pendekatan terhadap peserta didik haruslah
manusiawi dengan landasan ketuhanan. peserta didik sebagai manusia
dianggap sanggup mengembangkan diri dan potensinya.
4. Profesional, yaitu proses bimbingan dan konseling harus dilakukan secara
profesional atas dasar filosofis, teoritis, yang berpengetahuan dan
berketerampilan berbagi teknik bimbingan dan konseling.
Dengan adanya orientasi baru ini, bukan berarti upaya-upaya
bimbingan dan konseling yang bersifat klinis ditiadakan, tetapi upaya
pemberian layanan bimbingan dan konseling lebih dikedepankan dan
diutamakan yang bersifat pengembangan dan pencegahan. Dengan demikian,
kehadiran bimbingan dan konseling di sekolah akan dapat dirasakan
manfaatnya oleh seluruh peserta didik, tidak hanya bagi peserta didik yang
bermasalah saja.
C. Fungsi Bimbingan Konseling
Dengan orientasi baru Bimbingan dan konseling terdapat beberapa
fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling. yaitu:
1. Pemahaman; menghasilkan pemahaman pihak-pihak tertentu untuk
pengembangan dan pemacahan masalah peserta didik meliputi : (a)
pemahaman diri dan kondisi peserta didik, orang tua, guru pembimbing;
(2) lingkungan peserta didik termasuk di dalamnya lingkungan sekolah;
dan keluarga peserta didik dan orang tua; lingkungan yang lebih luas,
informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan, dan sosial budaya/terutama nilainilai oleh peserta didik.

22

23

2. Pencegahan; menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik
dari berbagai permasalahan yang timbul dan menghambat proses
perkembangannya.
3. Pengentasan; menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami peserta didik.
4. Advokasi; menghasilkan kondisi pembelaaan terhadap pengingkaran atas
hak-hak dan/atau kepentingan pendidikan.
5. Pemeliharaan dan pengembangan; terpelihara

dan terkembangkannya

berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

D.

Prinsip – Prinsip Bimbingan Konseling
Sejumlah prinsip mendasari gerak langkah penyelenggaraan kegiatan

bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran
layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta berbagai aspek
operasionalisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip tersebut
adalah :
1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan; (a) melayani
semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama dan
status sosial; (b) memperhatikan tahapan perkembangan; (c) perhatian
adanya perbedaan individu dalam layanan.
2. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan yang dialami
individu; (a) menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu
terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah dan
masyarakat sekitar, (b) timbulnya masalah pada individu oleh karena
adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya.
3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan Bimbingan dan
Konseling; (a) bimbingan dan konseling bagian integral dari pendidikan
dan pengembangan individu, sehingga program bimbingan dan konseling

23

24

diselaraskan dengan program pendidikan dan pengembangan diri peserta
didik; (b) program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan; (c)
program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan
adanya tahap perkembangan individu; (d) program pelayanan bimbingan
dan konseling perlu diadakan penilaian hasil layanan.
4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan;
(a) diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara
mandiri membimbing diri sendiri; (b) pengambilan keputusan

yang

diambil oleh klien hendaknya atas kemauan diri sendiri; (c) permaslahan
individu dilayani oleh tenaga ahli/profesional yang relevan dengan
permasalahan individu; (d) perlu adanya kerja sama dengan personil
sekolah dan orang tua

dan bila perlu dengan

pihak lain yang

berkewenangan dengan permasalahan individu; dan (e) proses pelayanan
bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah memperoleh
hasil pengukuran dan penilaian layanan.

E. Asas – Asas Bimbingan Konseling
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip
tertentu, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan
asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin
keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat
menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau
mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga
dikatakan sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan
dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka

24

25

penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat
atau bahkan terhenti sama sekali.
Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah :
1. Asas

Kerahasiaan

(confidential);

yaitu

asas

yang

menuntut

dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang
menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan
tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing
(konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,
2. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang
diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban
membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor)
berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar
peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih
dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini
bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
4. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu
mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum
bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-

25

26

individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor)

hendaknya

mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan
bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta
didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa
depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang
ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju,
tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan
terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai
pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting
dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma,
baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan,
dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui
segenap layanan/kegiatan

bimbingan dan konseling ini harus dapat

meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional.

Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan

bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli
26

27

dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing
(konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan

dalam penegakan

kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak
yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien)
kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru
pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua,
guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru
pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak
yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah
maupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluasluasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.

F.

Peranan Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas dalam
Bimbingan dan Konseling

Dalam kurikulum 2004, secara tegas dikemukakan bahwa : “Sekolah
berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa yang
menyangkut tentang pribadi, sosial, belajar, dan karier”. Dengan adanya kata
“kewajiban”, maka setiap sekolah mutlak harus menyelenggarakan bimbingan
dan konseling.
Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah,
tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain Guru Pembimbing
atau Konselor sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan Bimbingan dan

27

28

konseling di sekolah, juga perlu melibatkan kepala sekolah , guru mata
pelajaran dan wali kelas.
Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan
pendidikan di sekolah memegang peranan strategis dalam mengembangkan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Secara garis besarnya, peran,
tugas dan tanggung jawab kepala sekolah, sebagai berikut :
1. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di
sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan
konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.
2. Menyediakan

prasarana,

tenaga,

dan

berbagai

kemudahan

bagi

terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
3. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan
bimbingan dan konseling.
4. Mempertanggungjawabkan

pelaksanaan

pelayanan

bimbingan

dan

konseling Di sekolah kepada Dinas Pendidikan yang menjadi atasannya.
5. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan
kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.

Sedangkan,

peran, tugas

dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran

dalam bimbingan dan konseling adalah :
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa
2. Membantu

Guru

Pembimbing

mengidentifikasi

siswa-siswa

yang

memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data
tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada Guru Pembimbing

28

29

4. Menerima siswa alih tangan dari Guru Pembimbing, yaitu siswa yang
menuntut Guru Pembimbing memerlukan pelayanan pengajar /latihan
khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan

siswa-siswa

yang

menunjang

pelaksanaan

pelayanan

pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak
lanjutnya.

Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling,
Wali Kelas berperan :
1. membantu Guru Pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di
kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
2. membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya dikelas yang menjadi
tanggung jawabnya;
3. membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa,
khususnya

dikelas

yang

menjadi

tanggung

jawabnya,

untuk

mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling;
4. berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling,
seperti konferensi kasus; dan
5. mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada Guru Pembimbing.

29

30

Berkenaan peran guru mata pelajaran dan wali kelas dalam bimbingan
dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata
pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawireligius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami
dan menghargai tanpa syarat.
G. Kegiatan Layanan dan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Kegiatan layanan merupakan kegiatan dalam rangka memenuhi fungsifungsi bimbingan dan konseling. Sedangkan kegiatan pendukung merupakan
kegiatan untuk menopang terhadap keberhasilan layanan yang diberikan.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional saat ini terdapat tujuh
jenis layanan dan lima kegiatan pendukung. Namun sangat mungkin ke
depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis layanan maupun
kegiatan pendukung. Para ahli bimbingan di Indonesia saat ini sudah mulai
meluncurkan dua jenis layanan baru yaitu layanan konsultasi dan layanan
mediasi. Namun, kedua jenis layanan ini belum dijadikan sebagai kebijakan
formal dalam sistem pendidikan.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tujuh jenis layanan dan
lima kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang saat ini diterapkan
dalam pendidikan nasional.

1. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Layanan Orientasi; Layanan orientasi merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama
lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di
lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali
dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan
orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi
untuk pencegahan dan pemahaman.
b. Layanan Informasi; merupakan layanan yang memungkinan peserta
didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi
belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan
informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil
keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial,
30

31

c.

d.

e.

f.

g.

belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang
memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan
pemahaman.
Layanan Pembelajaran; merupakan layanan yang memungkinan
peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
dalam menguasai materi belajar atau penguasaan kompetensi yang
cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek
tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik
dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.
Layanan Penempatan dan Penyaluran; merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran
di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program
latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar
peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap
potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk
pengembangan.
Layanan Konseling Perorangan; merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap
muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang
dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling
perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah
yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk
pengentasan dan advokasi.
Layanan Bimbingan Kelompok; merupakan layanan yang
memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan
(topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan
kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan
tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik
dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik)
tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan
sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu
melalui
dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok
berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan
Layanan Konseling Kelompok; merupakan layanan yang
memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok)
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar
31

32

peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok.
Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan
advokasi.

2. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang
telah dikemukakan di atas, kiranya perlu dilaksanakan berbagai kegiatan
pendukung Dalam hal ini, terdapat lima jenis kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling, yaitu :
a. Aplikasi Instrumentasi Data; merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang
lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun
non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala
karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
b. Himpunan Data; merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data
dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta
didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
c. Konferensi Kasus; merupakan kegiatan untuk
membahas
permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh
pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan
konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi
kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun
komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat
terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
d. Kunjungan Rumah; merupakan kegiatan untuk memperoleh data,
keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja
sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk
memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang
tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.
e. Alih Tangan Kasus; merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang
32

33

dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain
yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau
konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik
dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas
permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.

H.

Bimbingan terhadap Peserta Didik Bermasalah

Bimbingan terhadap peserta didik bermasalah tetap menjadi perhatian
bimbingan dan konseling, namun perlu diingat bahwa tidak semua masalah
peserta didik harus ditangani oleh Guru Pembimbing (konselor). Dalam hal
ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta
mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana dalam bagan
berikut :

Masalah
peserta didik

Ringan

Semua Guru/Wali Kelas

Sedang

Guru Pembimbing

Berat

Alih Tangan Kasus

1. Masalah (kasus) ringan, seperti : membolos, malas, kesulitan belajar pada
bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum
minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus
ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada
kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan
rumah.
2. Masalah (kasus) sedang, seperti : gangguan emosional, berpacaran,
dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar,
karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan,
mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus
sedang dibimbing oleh guru pembimbing (konselor), dengan berkonsultasi
33

34

dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya.
Dapat pula mengadakan konferensi kasus.
Masalah (kasus) berat, seperti : gangguan emosional berat, kecanduan
alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, peserta didik hamil, percobaan bunuh
diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan
referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli
hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.
I.

Proses Konseling
Dari beberapa jenis layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan
kepada peserta didik, tampaknya untuk layanan konseling perorangan perlu
mendapat perhatian lebih. Karena layanan yang satu ini boleh dikatakan
merupakan ciri khas dari layanan bimbingan dan konseling.
Dalam prakteknya, memang strategi layanan bimbingan dan konseling
harus terlebih dahulu mengedepankan layanan – layanan yang bersifat
pencegahan dan pengembangan, namun tetap saja layanan yang bersifat
pengentasan pun masih diperlukan. Oleh karena itu, guru maupun konselor
seyogyanya dapat menguasai proses dan berbagai teknik konseling, sehingga
bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka pengentasan
masalahnya dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap
awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3)
tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).
1. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan
sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini
beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya :
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport).
Kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya
asas-asas bimbingan dan konseling, terutama asas kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah.

34

35

Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah
melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas
masalah klien.
c. Memb