Peraturan Perundangan PP NO 8 TH 1990

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1990
TENTANG
JALAN TOL
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Undang-undang Nomor 13 Tahun
1980 t ent ang Jalan, perlu diselenggarakan Jalan Tol yang
merupakan j alan alt ernat if lint as j alan umum yang sudah ada;
b. bahwa penyelenggaraan Jalan Tol t ersebut perlu diat ur dengan
Perat uran Pemerint ah.
Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965 t ent ang Lalu Lint as dan
Angkut an Jalan Raya (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2742);
3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Bent uk-bent uk Usaha
Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 2904);
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jalan (Lembaran
Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3186);
6. Perat uran Pemerint ah Nomor 3 Tahun 1983 t ent ang Tat a Cara
Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawat an (PERJAN),
Perusahaan Umum (PERUM), dan Perusahaan Perseroan (PERSERO)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

2

-


(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3246) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran
Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983
Nomor 37);
7. Perat uran Pemerint ah Nomor 26 Tahun 1985 t ent ang Jalan
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3293);
8. Perat uran Pemerint ah Nomor 6 Tahun 1988 t ent ang Koordinasi
Kegiat an Inst ansi Vert ikal di Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3373);
MEMUTUSKAN:
Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG JALAN TOL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:
1. Ment eri adalah Ment eri yang bert anggung j awab dalam bidang
pembinaan j alan;
2. Jalan Umum adalah j alan yang diperunt ukkan bagi lalu lint as

umum;
3. Jalan Tol adalah j alan umum yang kepada para pemakainya
dikenakan kewaj iban membayar t ol;
4. Tol adalah sej umlah uang t ert ent u yang dibayarkan unt uk
pemakaian Jalan Tol;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

3

-

5. Penyelenggaraan Jalan Tol adalah semua kegiat an perwuj udan
sasaran dan kegiat an operasi Jalan Tol;
6. Perwuj udan sasaran Jalan Tol adalah meliput i kegiat an-kegiat an
perencanaan t eknik, pembangunan, dan pemeliharaan Jalan Tol;
7. Kegiat an Operasi Jalan Tol adalah pengumpulan t ol, pengat uran

pemakaian dan pengamanan Jalan Tol, sert a usaha lain yang sesuai
dengan maksud dan t uj uan Penyelenggaraan Jalan Tol;
8. Badan adalah Badan Usaha Milik Negara Jalan Tol yang diserahi
wewenang Penyelenggaraan Jalan Tol;
9. Pemakai Jalan Tol adalah pemakai j alan yang menggunakan
kendaraan bermot or dengan membayar t ol.
BAB II
JARINGAN JALAN TOL
Bagian Pert ama
Maksud dan Tuj uan Penyelenggaraan Jalan Tol
Pasal 2
(1)

Jalan diselenggarakan dengan maksud unt uk mewuj udkan
pemerat aan pembangunan dan hasil-hasilnya sert a keseimbangan
dalam pengembangan wilayah dengan memperhat ikan keadilan,
yang dapat dicapai dengan cara membina j aringan j alan yang
berasal dari pemakai j alan.

(2)


Jalan Tol diselenggarakan dengan t uj uan meningkat kan ef isiensi
pelayanan j asa dist ribusi guna menunj ang peningkat an
pert umbuhan ekonomi t erut ama di wilayah yang sudah t inggi
t ingkat perkembangannya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

4

-

Bagian Kedua
Peranan Jalan Tol
Pasal 3
Jalan Tol berperan:
a. Unt uk melayani j asa dist ribusi ut ama yang mempunyai spesif ikasi

bebas hambat an agar dicapai t ingkat ef isiensi yang maksimal dalam
penggunaan sumber daya.
b. Sebagai pemacu pengembangan
keseimbangan ant ar daerah.

wilayah

unt uk

mewuj udkan

Bagian Ket iga
Syarat -syarat Jalan Tol
Pasal 4
(1)

Jalan Tol merupakan alt ernat if lint as j alan umum yang ada dan
pada dasarnya merupakan j alan baru.

(2)


Jalan Tol didesain berdasarkan kecepat an rencana paling rendah
80 (delapan puluh) kilomet er per j am unt uk Jalan Tol ant ar kot a
dan 60 (enam puluh) kilomet er per j am unt uk Jalan Tol di
wilayah perkot aan.

(3)

Jalan Tol didesain unt uk mampu menahan muat an sumbu
t erpusat t unggal kendaraan sekurang-kurangnya 8 1/ 5 (delapan
sat u perlima) t on at au muat an sumbu t erpusat t andem
kendaraan sekurang-kurangnya 14 . (empat belas sat u perdua)
t on.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(4)


5

-

Jumlah j alan masuk ke Jalan Tol dibat asi secara ef isien dan
Tdidesain sedemikian rupa sehingga semua j alan masuk
t erkendali.
Pasal 5

(1)

Jalan Tol memberi pelayanan keamanan dan keselamat an lalu
lint as yang mant ap.

(2)

Jalan Tol harus mempunyai spesif ikasi:
a. Tidak ada persilangan sebidang dengan j alan lain at au
prasarana t ransport asi yang lain.

b. Sekurang-kurangnya t erdiri dari dua j alur unt uk masing-masing
arah.
c. Lebar bahu j alan yang cukup unt uk digunakan sebagai laj ur
darurat .

(3)

Pada set iap Jalan Tol:
a. Dilakukan pemagaran unt uk keamanan keselamat an lalu lint as
Jalan Tol.
b. Pada
t empat -t empat
yang
diperlukan
diadakan
j embat an/ t erowongan penyeberangan orang dan hewan.

(4)

Pada t empat -t empat yang membahayakan bagi pemakai Jalan Tol

diadakan rel pengaman at au kabel pengaman.

(5)

Ket ent uan t eknik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3),
dan (4), diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.
Pasal 6

(1)

Pada set iap Jalan Tol harus t ersedia sarana komunikasi, sarana

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-


det eksi pengamanan, at au pelayanan lain yang memungkinkan
pert olongan dengan segera ke t empat kej adian, sert a upaya
pengamanan t erhadap pelanggaran, kecelakaan, dan gangguan
keamanan lainnya.
(2)

Pada Jalan Tol ant ar kot a di masing-masing j urusan set iap j arak
50 (lima puluh) kilomet er t ersedia sekurang-kurangnya sat u
t empat ist irahat .

(3)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) t idak berlaku
pada Jalan Tol di dalam wilayah perkot aan.

(4)

Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diat ur oleh Ment eri.
BAB III
PENYELENGGARAAN JALAN TOL
Bagian Pert ama
Program Pengadaan dan
Program Pemeliharaan Jalan Tol
Pasal 7

Program pengadaan dan program pemeliharaan Jalan Tol dit et apkan
oleh Pembina Jalan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

Bagian Kedua
Pengadaan Jalan Tol
Paragraf 1
Perencanann Teknik Jalan Tol
Pasal 8
(1)

Prast udi kelayakan Jalan Tol merupakan suat u kumpulan
dokumen hasil st udi yang memberikan gambaran produk yang
ingin diwuj udkan yang t erdiri dari analisa perkembangan ekonomi
daerah, analisa proyeksi lalu lint as, analisa perkiraan biaya
konst ruksi dan analisa kelayakan ekonomi sert a analisa sosial
budaya.

(2)

Prast udi kelayakan sebagaimana dimaksud
dilakukan oleh Ment eri.

(3)

St udi kelayakan Jalan Tol merupakan suat u kumpulan dokumen
hasil st udi yang memberikan gambaran produk yang ingin
diwuj udkan yang t erdiri dari analisa perkembangan ekonomi
daerah, analisa proyeksi lalu lint as, analisa kelayakan ekonomi
dan keuangan sert a prarencana t eknik.

(4)

Pelaksanaan st udi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) dilakukan oleh Badan.

dalam

ayat

(1)

Pasal 9
(1)

Rencana t eknik Jalan Tol merupakan suat u kumpulan dokumen
t eknik yang memberikan gambaran produk yang ingin
diwuj udkan, yang t erdiri dari gambar t eknik, syarat -syarat umum
dan spesif ikasi pekerj aan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

8

-

Rencana t eknik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sekurang-kurangnya harus memenuhi ket ent uan t eknik j alan
mengenai:
a. Daerah Manf aat Jalan Tol yang meliput i badan j alan, saluran
t epi j alan, dan ambang pengaman;
b. Daerah Milik Jalan Tol yang meliput i Daerah Manf aat Jalan Tol
dan sej alur t anah t ert ent u di luar Daerah Manf aat Jalan Tol;
c. Daerah Pengawasan Jalan Tol yang meliput i sej alur t anah
t ert ent u di luar Daerah Milik Jalan Tol yang berada di bawah
pengawasan Pembina Jalan;
d. Dimensi Jalan Tol;
e. Beban rencana, volume lalu lint as dan kapasit as Jalan Tol;
f . Persyarat an geomet rik Jalan Tol;
g. Konst ruksi Jalan Tol;
h. Kelest arian lingkungan hidup.

(3)

Rencana t eknik Jalan Tol harus memperhat ikan keadaan sert a
f akt or pengaruh lingkungan dan harus menggambarkan hasil
opt imal sesuai dengan kebut uhan pemakai Jalan Tol dan
penghemat an sumber daya.

(4)

Ket ent uan t eknik Jalan Tol sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diat ur oleh Ment eri.
Paragraf 2
Pembangunan Jalan Tol
Pasal 10

Pembangunan Jalan Tol diselenggarakan oleh Pemerint ah yang
pelaksanaannya unt uk sebagian at au seluruhnya diserahkan kepada
Badan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

Pasal 11
(1)

Pembangunan Jalan Tol dilaksanakan sesuai dengan rencana
t eknik Jalan Tol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

(2)

Pembangunan Jalan Tol sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
t ermasuk pembangunan j alan penghubung.

(3)

Pelaksanaan pembangunan Jalan Tol diusahakan agar menj alin
keselamat an dan t idak menimbulkan gangguan t erhadap
masyarakat sekit arnya.

(4)

Ket ent uan t ent ang t at a cara pembangunan Jalan Tol guna
memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
diat ur oleh Ment eri.
Pasal 12

(1)

Dalam hal pembangunan Jalan Tol menggunakan j alan yang t elah
ada, maka Badan menyediakan j alan penggant i.

(2)

Jalan penggant i sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diadakan
agar lint as j alan umum yang t elah ada t ersebut t et ap berf ungsi.

(3)

Jalan penggant i sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
mempunyai j umlah laj ur dan kondisi lapis permukaan yang
sekurang-kurangnya sama . dengan laj ur dan kondisi lapis
permukaan lint as j alan yang digant ikan.

(4)

Jalan umum yang ada harus t et ap berperan selama pelaksanaan
pembangunan j alan umum penggant i sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) belum selesai.

(5)

Ket ent uan t eknik sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diat ur
oleh Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

10

-

Pasal 13
Dalam hal pembangunan Jalan Tol berlokasi di at as j alan yang t elah
ada, maka j alan yang ada t ersebut harus t et ap berf ungsi dengan baik.
Pasal 14
(1)

Dalam hal pelaksanaan pembangunan Jalan Tol mengganggu j alur
lalu lint as yang t elah ada, maka Badan t erlebih dahulu
menyediakan j alan penggant i sement ara.

(2)

Pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dengan memperhat ikan pendapat inst ansi yang t erkait .
Pasal 15

Dalam hal pembangunan Jalan Tol akan melint as di at as at au di bawah
j alan keret a api, maka persyarat an t ekniknya dit et apkan bersama oleh
Ment eri dan Ment eri yang bert anggung j awab dalam bidang
perkeret aapian dengan mengut amakan kepent ingan umum dan
memperhat ikan pihak yang memiliki bangunan yang t elah ada lebih
dahulu.
Bagian Ket iga
Pemeliharaan Jalan Tol
Pasal 16
(1)

Badan waj ib memelihara Jalan Tol dan j alan penghubung.

(2)

Pemeliharaan Jalan Tol meliput i perawat an,
penunj angan, dan peningkat an Jalan Tol.

rehabilit asi,

(3)

Ket ent uan t ent ang bagian j alan penghubung
dipelihara oleh Badan diat ur oleh Ment eri.

yang

waj ib

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

Pasal 17
(1)

Pemeliharaan Jalan Tol dilaksanakan menurut rencana t eknik
pemeliharaan Jalan Tol.

(2)

Pelaksanaan pemeliharaan Jalan Tol diusahakan agar t idak
menimbulkan gangguan t erhadap masyarakat sekit arnya dan
t idak merugikan pemakai j alan.

(3)

Ket ent uan t ent ang t at a cara pemeliharaan Jalan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat ur oleh Ment eri.

Tol

Bagian Keempat
Ut ilit as
Pasal 18
Persyarat an memasang, membangun, memperbaiki, menggant i baru,
memindahkan, dan merelokasi bangunan ut ilit as dan at au ut ilit as yang
t erlet ak di dalam, pada, sepanj ang, melint as di at as at au di bawah
set iap Jalan Tol diat ur oleh Ment eri.
Pasal 19
(1)

Apabila unt uk kepent ingan penyelenggaraan Jalan Tol suat u
bangunan ut ilit as dan at au ut ilit as yang t elah ada yang t erlet ak
di dalam pada, sepanj ang, melint as di at as at au di bawah.
Jalan Tol, harus dipindahkan at au direlokasi dari Jalan Tol maka
pemiliknya harus memindahkan at au merelokasi bangunan
ut ilit as t ersebut .

(2)

Biaya unt uk memindahkan at au merelokasi, t ermasuk biaya
memasang kembali bangunan ut ilit as dan at au ut ilit as t ersebut

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

pada lokasi baru dibebankan kepada Badan.
Pasal 20
(1)

Pemanf aat an lahan dan at au bangunan di Daerah Milik Jalan Tol
oleh pihak lain unt uk bangunan ut ilit as dan at au ut ilit as dapat
dilakukan sepanj ang t idak mengganggu penyelenggaraan Jalan
Tol.

(2)

Pemanf aat an lahan dan bangunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan set elah mendapat perset uj uan dari Badan.

(3)

Jika t erj adi pengembangan Jalan Tol maka bangunan ut ilit as dan
at au ut ilit as sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
direlokasi at au dibangun kemball, maka t erhadap relokasi at au
pembangunan kembali bangunan ut ilit as dan at au ut ilit as
t ersebut menj adi beban dan t anggung j awab pemilik ut ilit as yang
bersangkut an.
Bagian Kelima
Pengoperasian Jalan Tol
Paragraf 1
Pengumpulan Tol
Pasal 21
Sist em pengumpulan t ol diat ur oleh Ment eri.
Pasal 22

(1)
(2)

Pada ruas Jalan Tol t ert ent u kepada pemakai Jalan Tol dapat
diberikan karcis langganan t ol.
Tat a cara pemberian dan penggunaan karcis langganan t ol
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur oleh Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

Paragraf 2
Pengat uran Pemakaian Jalan Tol dan Pengamanan
Jalan Tol
Pasal 23
(1)

Pemakaian Jalur Lalu Lint as Jalan Tol diat ur sebagai berikut :
a. Jalur lalu lint as diperunt ukkan bagi arus lalu lint as pemakai
Jalan Tol.
b. Laj ur sebelah kanan hanya diperunt ukkan bagi kendaraan yang
mendahului kendaraan lain.
c. Dilarang menarik/ menderek/ mendorong kendaraan kecuali
menggunakan kendaraan derek yang dit et apkan oleh Badan.
d. Dilarang membuang benda dengan sengaj a/ t idak sengaj a di
sepanj ang Jalan Tol.
e. Dilarang berhent i di sepanj ang Jalan Tol.

(2)

Pemakaian Laj ur Bahu Jalan Tol diat ur sebagai berikut :
a. Laj ur bahu j alan dapat digunakan bagi arus lalu lint as dalam
keadaan darurat .
b. Laj ur bahu j alan diperunt ukan bagi kendaraan yang berhent i
darurat .
c. Dilarang menarik/ menderek/ mendorong kendaraan dilaj ur
bahu j alan.
d. Dilarang membuang benda dengan sengaj a/ t idak sengaj a di
laj ur bahu j alan

(3)

Pemakaian Median Jalan Tol diat ur sebagai berikut :
a. Median digunakan sebagai j alur pemisah ant ara dua j alur lalu
lint as yang berlawanan arah.
b. Dilarang memot ong at au melint as median kecuali dalam
keadaan darurat .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(4)

(5)

14

-

Pemakaian Gerbang Tol diat ur sebagai berikut :
a. Bangunan Gerbang Tol dipergunakan unt uk pelaksanaan
pengumpulan Tol.
b. Di Gerbang Tol pemakai j alan waj ib menghent ikan kendaraan
unt uk mengambil karcis masuk dan at au membayar t ol.
c. Dilarang menaikkan dan at au menurunkan penumpang dan
at au barang dan at au hewan di Gerbang Tol.
Tempat ist irahat di Jalan Tol digunakan sebagai t empat berhent i
sement ara bagi pemakai j alan.
Pasal 24

Pemakaian Daerah Milik Jalan Tol diat ur sebagai berikut :
a. Daerah Milik Jalan Tol diperunt ukan bagi Daerah Manf aat Jalan Tol
dan pelebaran j alan maupun penambahan j alur lalu lint as di
kemudian hari sert a kebut uhan ruangan unt uk pengamanan Jalan
Tol.
b. Dengan t et ap memperhat ikan keamanan lalu lint as dan konst ruksi
j alan, Badan dapat menggunakan Daerah Milik Jalan Tol di luar
Daerah Manf aat Jalan Tol unt uk memasang iklan, bangunan ut ilit as,
dan at au ut ilit as sert a bangunan lainnya.
Pasal 25
Pemakaian Daerah Pengawasan Jalan Tol diat ur sebagai berikut :
a. Kondisi Daerah Pengawasan Jalan Tol t idak boleh menyebabkan
pandangan bebas pengemudi dan keamanan konst ruksi Jalan Tol
t erganggu.
b. Pemasangan iklan dan bangunan lain di Daerah Pengawasan Jalan
Tol harus memperhat ikan keamanan lalu lint as dan konst ruksi

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

Jalan Tol.
Pasal 26
(1)

(2)

Dalam hal sebagian at au seluruh j alan umum t anpa t ol yang ada
t idak berf ungsi sebagaimana mest inya. maka Jalan Tol yang
merupakan j alan alt ernat if dari j alan umum t anpa t ol t ersebut
dengan sendirinya menj adi j alan umum t anpa t ol.
Jalan umum t anpa t ol yang ada t idak berf ungsi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri at au pej abat
yang dit unj uk.
Pasal 27

(1)
(2)

(3)
(4)

Dalam keadaan darurat sebagian at au seluruh ruas Jalan Tol
t ert ent u dapat dit ut up sement ara.
Pada saat penut upan sement ara sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) Badan harus melaporkan penut upan t ersebut kepada
Ment eri, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Penut upan sement ara ruas Jalan Tol waj ib diumumkan kepada
masyarakat pada hari mulai dit ut upnya ruas Jalan Tol t ersebut .
Pembukaan kembali . ruas Jalan Tol yang dit ut up sement ara
waj ib diumumkan kepada masyarakat selambat -lambat nya pada
hari mulai dibukanya ruas Jalan Tol t ersebut .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

Paragraf 3
Hak dan Kewaj iban Pemakai Jalan Tol
Pasal 28
Pemakai Jalan Tol waj ib menaat i perat uran perundang-undangan lalu
lint as j alan 'umum yang berlaku dan ket ent uan-ket ent uan yang
berlaku t ent ang Jalan Tol.
Pasal 29
Set iap pemakai Jalan Tol waj ib membayar t ol kepada Badan sesuai
dengan t arif yang dit et apkan.
Pasal 30
Pemakai Jalan Tol waj ib membayar sebesar dua kali t arif t ol j arak
t erj auh pada ruas Jalan Tol yang bersangkut an dalam hal:
a. Tidak dapat menunj ukkan karcis t anda masuk Jalan Tol pada saat
membayar t ol.
b. Menunj ukkan karcis t anda masuk yang rusak pada saat membayar
t ol.
c. Tidak dapat menunj ukkan karcis t anda masuk yang benar at au yang
sesuai dengan arah perj alanan pada saat membayar t ol.
Pasal 31
(1)

Pemakai Jalan Tol waj ib menggant i kerugian Badan yang
diakibat kan oleh kesalahannya, sebesar nilai kerusakan yang
dit imbulkan at as kerusakan pada:
a. Bagian-bagian Jalan Tol,
b. Bangunan pelengkap Jalan Tol,
c. Perlengkapan Jalan Tol,

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

d. Sarana penunj ang penyelenggaraan Jalan Tol.
(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula
unt uk j alan penghubung.
Pasal 32

Pemakai Jalan Tol berhak menunt ut gant i rugi kepada Badan at as
kerugian yang merupakan akibat kesalahan dari Badan dalam
penyelenggaraan Jalan Tol.
Paragraf 4
Kewaj iban Badan
Pasal 33
(1)

(2)

Pada set iap Jalan Tol Badan waj ib menyediakan unit ambulans,
unit pert olongan penyelamat an, unit penderekan, dan unit
pelayanan kepada pemakai Jalan Tol.
Badan waj ib menyediakan unsur pengamanan Jalan Tol
bekerj asama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 34

Badan waj ib mengusahakan agar Jalan Tol selalu dalam keadaan
memenuhi syarat unt uk dioperasikan.
Pasal 35
(1)

(2)

Badan waj ib menggant i kerugian yang diderit a oleh Pemakai
Jalan Tol sebagai akibat kesalahan dalam penyelenggaraan Jalan
Tol.
Pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diat ur oleh Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

Bagian Keenam
Usaha-usaha
Pasal 36
(1)

(2)
(3)

Lahan di Daerah Milik Jalan Tol dapat diusahakan sebagai t empat
ist irahat dan pelayanan, sepanj ang hal it u masih merupakan
sarana penunj ang penyelenggaraan Jalan Tol.
Pengusahaan lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dilakukan oleh Badan bekerj asama dengan pihak lain.
Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1)dan ayat (2) diat ur oleh Ment eri.
Pasal 37

(1)
(2)

(3)

Iklan dapat dipasang pada t empat -t empat di Daerah Milik Jalan
Tol yang dit et apkan oleh Badan.
Pemasangan iklan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t idak
mengurangi hak-hak Pemerint ah Daerah set empat sesuai dengan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1)dan ayat (2) diat ur oleh Ment eri.
Bagian Ket uj uh
Wewenang Penyelenggaraan Jalan Tol
Pasal 38

(1)
(2)
(3)

Pemerint ah menyerahkan unt uk sebagian at au seluruhnya
wewenang penyelenggaraan Jalan Tol kepada Badan.
Penyelenggaraan Jalan Tol sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat dilakukan oleh Badan bekerj asama dengan pihak lain.
Kerj asama sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) t idak

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(4)

19

-

melepaskan wewenang penyelenggaraan Jalan Tol yang ada pada
Badan.
Kerj asama sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan
berdasarkan izin Ment eri.
BAB IV
PENETAPAN STATUS JALAN TOL.
JENIS KENDARAAN, DAN TARIF TOL
Pasal 39

(1)
(2)
(3)

Penet apan suat u ruas j alan sebagai Jalan Tol, dit et apkan oleh
Presiden at as usul Ment eri.
Penet apan suat u ruas Jalan Tol menj adi j alan umum t anpa t ol
dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.
Penet apan ruas Jalan Tol menj adi j alan umum t anpa t ol
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan apabila :
a. Tuj uan penyelenggaraan Jalan Tol sudah t ercapai, at au
b. Persyarat an Jalan Tol t idak t erpenuhi, at au
c. Fungsi Jalan Tol sebagai alt ernat if j alan umum t idak berperan
lagi.
Pasal 40

Penet apan j enis kendaraan bemot or , besar t arif t ol sert a t arif t ol
berlangganan dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

-

BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 41
Biaya pra-st udi kelayakan dan pembeasan t anah unt uk pembangunan
Jalan Tol dit anggung oleh Pemerint ah.
Pasal 42
Pembiayaan unt uk penyelenggaraan Jalan Tol yang meliput i biaya
St udi kelayakan, biaya perencanaan t eknik, biaya pembangunan, dan
biaya pengoperasian sert a biaya pemeliharaan dit anggung oleh Badan
at au oleh Badan kerj a-sama dengan pihak lain.
BAB VI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 43
(1)

(2)

Barang siapa melanggar ket ent uan pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23, 28, dan 29 dikenakan ket ent uan pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 13
Tahun 1980 t ent ang Jalan.
Perbuat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah t indak
pidana pelanggaran.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 44

(1)

Dengan berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, ket ent uan
perat uran perundang-undangan yang ada kait arnya dengan Jalan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

(3)

21

-

Tol t et ap ber laku sepanj ang t idak bert ent angan at au belum
diubah at au diat ur kembali berdasarkan Perat uran Pemerint ah
ini.
Perubahan at au pengat uran kembali sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1)selambat -lambat nya dilaksanakan dalam j angka
wakt u 2 (dua) t ahun sej ak dit et apkan Perat uran Pemerint ah ini.
Kerj asama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud Pasal 38
ayat (2) yang t elah ada t et ap berlaku dan disesuaikan
berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45

Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 24 Maret 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 24 Maret 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
M0ERDI0N0

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1990
TENTANG
JALAN TOL
I. UMUM
1. Pert umbuhan dan pemerat aan kehidupan masyarakat ant ara lain
t ercermin pada pola perkembangan lalu lint as barang dan
penumpang. Perkembangan ini diusahakan unt uk dit ampung
secara ef isien. Ef isiensi relat if pada j aringan prasarana
perhubungan
mempunyai
kait an
erat
dengan
st rukt ur
pengembangan wilayah, sedang nilai absolut nya merupakan
ukuran bagi t ingkat perkembangan wilayahnya. Pengukuran
ef isiensi secara prakt is dapat dilakukan melalui pengukuran
kecepat an rat a-rat a dan volume sat uan angkut an. Makin besar
volume sat uan angkut an dan makin t inggi kecepat an rat a-rat a
yang dapat dit empuh, makin besar pula daya t ampung suat u ruas
j alan, berart i akan makin ef isien ruas j alan yang dimaksud. Pada
gilirannya pemakaian j alan yang ef isien akan mengunt ungkan
kedua belah pihak yait u pemakai j alan dan pembina j alan.
Keunt ungan ini akan memberikan dorongan yang lebih besar pada
pert umbuhan dan pemerat aan semua aspek kehidupan.
2. Pada umumnya wilayah-wilayah yang t elah t inggi t ingkat
perkembangannya menunj ukkan adanya pot ensi f inansial yang
cukup t inggi. Mengingat pert umbuhan wilayah yang t idak
seimbang,
j ust ru
di
wilayah-wilayah
dengan
t ingkat
perkembangan yang cukup t inggilah yang selalu memerlukan
dibangunnya Jalan Art eri agar dapat dihindari t imbulnya
pemborosan-pemborosan baik langsung maupun t idak langsung.
Pemborosan langsung ant ara lain biaya operasi suat u kendaraan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

bermot or yang berhent i at au berj alan dan at au bergerak dengan
kecepat an sangat rendah akibat t erbaurnya peranan j alan.
Pemborosan t idak langsung ant ara lain nilai relat if dan
kepent ingan t iap pemakai j alan menyangkut segi wakt u dan
kenyamanan.
3. Pengadaan Jalan Art eri membut uhkan biaya invest asi yang sangat
besar. Padahal unt uk membina seluruh j aringan yang ada
sekarang ini biaya yang t ersedia set iap t ahunnya masih j auh dari
memadai. Mengingat azas pemerat aan dalam pemakaian seluruh
j aringan j alan dan mengingat kemampuan pembiayaan yang
masih j auh dari memadai, maka sulit lah kiranya unt uk
membebankan pembiayaan Jalan Art eri dalam wilayah-wilayah
yang t elah mencapai t ingkat perkembangan yang cukup t inggi
pada Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara (APBN). Oleh
karena it u unt uk pengadaan dan pengelolaan ruas-ruas Jalan
Art eri sepert i it u dicarikan sumber dana di luar APBN, yait u dari
pemakai j alan it u sendiri.
4. Pemerint ah mempunyai t ugas melaksanakan pekerj aan yang
menurut ukuran waj ar t idak dapat dit angani sendiri oleh rakyat
ant ara lain pembinaan j aringan j alan. Oleh karena it u pada
dasarnya j aringan j alan umum t erbuka unt uk lalu lint as umum
t anpa adanya pungut an bagi pemakainya.
Set iap pungut an perlu diat ur dengan perat uran perundang
undangan. Adanya Jalan Tol, yang kepada para pemakainya
dikenakan kewaj iban membayar t ol, perlu dibat asi seket at
mungkin yait u hanya t erbat as pada daerah-daerah yang t elah
menunj ukkan t ingkat perkembangan sedemikian rupa sehingga
biaya pembangunan Jalan Tol t ersebut dibebankan kepada
pemakainya.
Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jalan t elah
dit et apkan ket ent uan pokok yang mengat ur penyelenggaraan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

Jalan Tol. Pelaksanaan lebih lanj ut pengat uran penyelenggaraan
Jalan Tol memerlukan adanya Perat uran Pemerint ah.
II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Ist ilah-ist ilah yang dirumuskan dalam Pasal ini dimaksudkan
agar supaya t erdapat keseragaman pengert ian at as isi Perat uran
Pemerint ah ini, sehingga dapat menghindarkan kesalahpahaman
dalam penaf sirannya.
Angka 1
Cukup j elas
Angka 2
Cukup j elas
Angka 3
Cukup j elas
Angka 4
Cukup j elas
Angka 5
Yang dimaksud dengan perwuj udan sasaran adalah perwuj udan
sasaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 13
Tahun 1980 t ent ang Jalan.
Angka 6
Cukup j elas
Angka 7
Yang dimaksud dengan usaha lain yang sesuai dengan maksud
dan t uj uan penyelenggaraan Jalan Tol adalah kegiat an yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

menunj ang
penyelenggaraan
j alan
Tol
ant ara
lain
mengusahakan st asiun pengisian bahan bakar, t elepon umum,
rest oran dan t empat ist irahat (rest area).
Angka 8
Yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Negara Jalan Tol
adalah Badan Hukum Usaha Negara Jalan Tol sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-undang Nomor 13
Tahun 1980 t ent ang Jalan.
Angka 9
Cukup j elas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Tingkat perkembangan yang t inggi t ercermin dari t ingginya
t ingkat kepadat an j asa dist ribusi.
Pasal 3
Huruf a
Dengan adanya j alan bebas hambat an maka pemborosan
penggunaan sumber daya dan wakt u dapat dihindari.
Huruf b
Dengan dibangunnya Jalan Tol di wilayah t ert ent u maka
t ercipt a kemudahan-kemudahan bagi pelayanan j asa dist ribusi
sehingga memacu pert umbuhan perekonomian ant ar daerah.
Dengan demikian suat u daerah dapat mengej ar t ingkat
perkembangan daerah lain yang lebih t inggi.
Pasal 4
Ayat (1)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

26

-

Yang dimaksud dengan merupakan alt ernat if adalah bahwa selain
Jalan Tol, sebelumnya harus ada lint as j alan umum lain yang
mempunyai asal dan t uj uan yang sama unt uk menggunakan at au
t idak menggunakan Jalan Tol.
Pembangunan Jalan Tol yang merupakan sat u kesat uan sist em
dengan pembangunan j alan umum, adalah kegiat an mewuj udkan
ruas j alan baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 Perat uran
Pemerint ah Nomor 26 Tahun 1985 t ent ang Jalan. Dalam kondisi
t ert ent u, pembangunan Jalan Tol dapat dilakukan dengan
menggunakan j alan yang sudah ada.
Ayat (2)
Kecepat an rencana Jalan Tol di wilayah perkot aan lebih rendah
dari pada di luar kot a mengingat adanya ket erbat asan dalam
menent ukan lint asan j alan (alignment )
di wilayah t ersebut
yang pada umumnya padat dengan bangunan permanen.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan muat an sumbu t erpusat t unggal
kendaraan adalah muat an t erpusat kendaraan yang dipikul oleh
sat u sumbu. Yang dimaksud dengan muat an sumbu t erpusat
t andem kendaraan adalah muat an t erpusat kendaraan yang
dipikul oleh dua sumbu yang bekerj a sebagai sat u kesat uan.
Ayat (4)
Jalan masuk t erkendali ialah j alan masuk yang dilengkapi
dengan j alur peralihan (t aper) agar kendaraan yang masuk
dapat
menyesuaikan
kecepat annya
dengan
kecepat an
kendaraan di Jalan Tol. Jalan masuk (access) adalah j alan yang
diperunt ukkan kendaraan unt uk masuk ke dan keluar dari Jalan
Tol.
Pasal 5
Ayat (1)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

27

-

Cukup j elas
Ayat (2)
Huruf a dan b
Sif at Jalan Tol t ersebut harus dicapai pada t ahap akhir
sesuai dengan kebut uhan lalu lint as menurut krit eria umum
yang berlaku didasari at as keamanan kendaraan, kelancaran
lalu lint as, dan kenyamanan yang waj ar dari pemakai Jalan
Tol.
Pelaksanaan secara bert ahap unt uk mencapai t ingkat akhir
ini harus dilandasi at as kepadat an lalu lint as. Pada
j embat an t ol apabila lalu lint as masih dapat dit ampung
dengan baik, maka j umlah laj ur cukup sat u unt uk masingmasing arah.
Huruf c
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Cukup j elas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Tempat ist irahat dimaksud sekurang-kurangnya t erdiri dari
sarana t empat parkir, j amban, dan pet urasan. Jenis t empat

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

ist irahat dapat dilengkapi dengan ant ara lain st asiun pengisian
bahan bakar, rest oran, t oko kecil, dan bengkel.
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 7
Program pengadaan dan program pemeliharaan j alan Tol yang
disusun dengan memperhat ikan Rencana Pembangunan Lima
Tahunan adalah merupakan gabungan susunan j adwal wakt u
pelaksanaan masing-masing rencana individual pengadaan dan
pemeliharaan Jalan Tol disert ai biaya yang diperlukan set iap
t ahun, sebagai pedoman evaluasi dana dan kegiat an
pelaksanaan t ahunan.
Program pengadaan dan program pemeliharaan Jalan Tol dapat
disusun oleh Badan dan diusulkan kepada Pembina Jalan unt uk
dit et apkan.
Yang dimaksud Pembina Jalan dalam pasal ini adalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 but ir 4 Perat uran
Pemerint ah Nomor 26 Tahun 1985 t ent ang Jalan.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan prarencana t eknik adalah suat u
kumpulan dokumen t eknik yang memberikan gambaran produk

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

29

-

yang t erdiri dari gambar t eknik dan analisa perkiraan biaya
konst ruksi yang bersif at pendahuluan, sebelum rencana t eknik
dilaksanakan.
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Selain
memperhat ikan
ket ent uan-ket ent uan
pelest arian
lingkungan hidup, dalam membuat rencana t eknik harus ada
koordinasi dengan inst ansi t erkait .
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 10
Cukup j elas

Pasal 11
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Jalan penghubung adalah j alan yang hanya berf ungsi
menghubungkan lalu lint as j alan umum dengan Jalan Tol, yang
pembangunannya dilakukan dengan memperhat ikan inst ansi

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

30

-

t erkait .
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Ket ent uan ini dimaksudkan agar lalu lint as di j alan umum t et ap
lancar selama pelaksanaan pembangunan di Jalan Tol.
Ayat (5)
Cukup j elas
Pasal 13
Cukup j elas
Pasal 14
Ayat (1)
Dalam hal lalu lint as pada j alan yang ada t erganggu oleh
pembangunan Jalan Tol, maka sudah selayaknya Badan
menyediakan j alan penggant i sement ara (det our) agar gangguan
t erhadap lalu lint as sekecil mungkin.
Ayat (2)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

31

-

Inst ansi yang t erkait ant ara lain Kepolisian Negara Republik
Indonesia (POLRI), Depart emen Perhubungan dan Pemerint ah
Daerah set empat .
Pasal 15
Cukup j elas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 18
Yang dimaksud dengan ut ilit as adalah sarana pelayanan umum
berupa ant ara lain saluran list rik, saluran t elepon, pipa-pipa
gas, air minum, sanit asi kot a.
Bangunan ut ilit as adalah prasarana pelayanan umum berupa
bangunan/ konst ruksi yang dibuat unt uk mendukung sarana
pelayanan umum t ersebut .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

32

-

Pasal 19
Ayat (1)
Pemindahan dimaksud dalam ayat ini dilakukan dengan
memperhat ikan syarat -syarat yang dit et apkan dalam Pasal 18.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan t idak mengganggu penyelenggaraan Jalan
Tol ant ara lain t idak mengganggu keamanan, konst ruksi, dan
kelancaran lalu lint as Jalan Tol.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 21
Pada dasarnya pengumpulan t ol ada dua sist em, yait u sist em
pengumpulan t ol t erbuka dan sist em pengumpulan t ol t ert ut up.
Yang dimaksud dengan sist em pengumpulan t ol t erbuka adalah
sist em pengumpulan t ol yang kepada pemakainya diwaj ibkan
membayar t ol pada saat melewat i gerbang t ol. Yang dimaksud
dengan sist em pengumpulan t ol t ert ut up adalah sist em
pengumpulan t ol yang kepada pemakainya diwaj ibkan
mengambil t anda masuk pada gerbang masuk dan membayar t ol
pada gerbang keluar.
Pasal 22
Ayat (1)
Pada ruas-ruas Jalan Tol t ersebut pemakai Jalan Tol dapat

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

33

-

membeli karcis langganan t ol unt uk sej umlah pemakaian dan
at au unt uk j angka wakt u t ert ent u.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan
yang sebagian at au seluruh j alur lalu lint as t idak dapat
berf ungsi karena ant ara lain kej adian kecelakaan lalu lint as,
pekerj aan pemeliharaan.
Huruf b
Pada dasarnya kendaraan t idak diperkenankan berhent i
disepanj ang j alur bahu j alan. Yang dimaksud dengan
kendaraan berhent i darurat adalah kendaraan yang berhent i
sebent ar karena keadaan darurat yang disebabkan ant ara
lain kendaraan mogok, menert ibkan muat an, gangguan lalu
lint as, gangguan f isik pengemudi.
Huruf c
Cukup j elas
Huruf d
Cukup j elas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup j elas

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

34

-

Huruf b
Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan
yang sebagian at au seluruh j alur lalu lint as dan j alur bahu
j alan t idak dapat berf ungsi karena ant ara lain kej adian
kecelakaan lalu lint as, pekerj aan pemeliharaan. Pengat uran
memot ong/ melint as median t ersebut diat ur oleh Badan.
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Tempat berhent i sement ara sebagaimana dimaksud dalam ayat
ini ant ara lain digunakan unt uk ist irahat , menambah bahan
bakar, memperbaiki kendaraan.
Pasal 24
Huruf a
Cukup j elas
Huruf b
Cukup j elas
Pasal 25
Huruf a
Cukup j elas
Huruf b
Dalam rangka memperhat ikan keamanan lalu lint as dan
konst ruksi Jalan Tol t ersebut . maka dalam pemasangan iklan
dan bangunan lain di Daerah Pengawasan Jalan Tol harus
t erlebih dahulu mendapat rekomendasi t eknis dari Badan.
Pasal 26
Ayat ( 1)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

35

-

Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini Badan
waj ib membuat Berit a Acara pert anggungj awaban mengenai
t idak adanya pemasukan pendapat an t ol sert a melaporkan
keadaan dimaksud kepada Ment eri.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah apabila sebagian
at au seluruh lebar j alur Jalan Tol t idak dapat dilalui kendaraan
akibat adanya kecelakaan/ kebakaran/ f orce maj eure at au
keadaan lainnya yang dapat membahayakan pemakai Jalan Tol.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 28
Cukup j elas
Pasal 29
Cukup j elas
Pasal 30
Huruf a
Cukup j elas
Huruf b

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

36

-

Yang dimaksud dengan kerusakan karcis t anda masuk adalah
kerusakan f isik karcis t anda masuk sehingga t idak dapat dibaca
oleh alat pembaca karcis at au diragukan dat a dan ident it as
pint u gerbang masuk oleh alat pembaca karcis
Huruf c
Cukup j elas
Pasal 31
Ayat (1)
Pemenuhan gant i rugi oleh pemakai Jalan Tol kepada Badan
t idak melepaskan t unt ut an t indak pidana yang dilakukannya.
Ayat (2)
Jalan penghubung disini adalah j alan penghubung yang menj adi
t anggung j awab Badan.
Pasal 32
Yang dimaksud dengan kesalahan dari Badan dalam
penyelenggaraan Jalan Tol adalah apabila Badan nyat a-nyat a
t idak
memenuhi
kewaj iban-kewaj ibannya
dalam
penyelenggaraan Jalan Tol.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 34
Yang dimaksud dengan memenuhi syarat unt uk dioperasikan
adalah ant ara lain:
a.

Kondisi

j alan

set iap

saat

harus

baik

sesuai

dengan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

37

-

perencanaan t eknik yang disyarat kan.
b. Memenuhi
kelengkapan
rambu-rambu
lalu
t anda-t anda j alan dan perlengkapan j alan lainnya.

lint as,

c. Memant au dan menert ibkan lalu lint as unt uk menj aga
keamanan, kelancaran dan keselamat an pemakai j alan.
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 37
Ayat (1)
Pemasangan iklan di Daerah Milik Jalan Tol yang dit et apkan
oleh Badan harus memperhat ikan ket ent uan Pasal 24 huruf b
Perat uran Pemerint ah ini.
Ayat (2)
Hak-hak Pemerint ah Daerah dalam ayat
pemberian izin unt uk pemasangan iklan.
Ayat (3)

ini

ant ara

lain

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

38

-

Cukup j elas
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Yang dimaksud kerj a sama ant ara lain berbent uk Usaha
Pat ungan (Joint Vent ure) at au Usaha Gabungan (Join
Operat ion). Yang dimaksud dengan pihak lain ant ara lain
BUMN/ BUMD, Perusahaan Swast a Nasional at au dan Koperasi.
Bagian-bagian penyelenggaraan Jalan Tol yang menj adi obyek
kerj a sama dengan pihak lain dapat berupa pembangunan,
pemeliharaan, dan pengoperasian Jalan Tol.
Ayat (3)
Yang
dimaksud
dengan
t idak
melepaskan
wewenang
penyelenggaraan Jalan Tol adalah bahwa ket ent uan st andar
dalam pembangunan, pemeliharaan dan pengoperasian Jalan
Tol t et ap berada dan menj adi t anggung j awab Badan
sepenuhnya.
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan f ungsi j alan t ol sebagai alt ernat if j alan
umum t idak berperan lagi adalah bilamana j alan umum t anpa

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

39

-

t ol yang mempunyai asal dan t uj uan yang sama dengan Jalan
Tol t idak dapat berf ungsi lagi. Dengan demikian Jalan Tol
menj adi j alan umum t anpa t ol.
Pasal 40
Cukup j elas
Pasal 41
Pembebasan t anah sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini
sudah t ermasuk pembebasan dari hak-hak lain yang berada di
at as, sepanj ang dan di bawah t anah t ersebut
Pasal 42
Cukup j elas
Pasal 43
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 45
Cukup j elas