Peraturan Perundangan PP NO 20 TH 1990
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 1990
TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi haj at
hidup orang banyak, sehingga perl u dipelihara kualit asnya agar
t et ap bermanf aat bagi hidup dan kehidupan manusia sert a makhluk
hidup lainnya;
b. bahwa agar air dapat bermanf aat secara berkelanj ut an dengan
t ingkat mut u yang diinginkan perlu dilakukan pengendalian
pencemaran air;
c. bahwa sehubungan dengan hal t ersebut di at as dipandang perlu
menet apkan
Perat uran
Pemerint ah
t ent ang
Pengendalian
Pencemaran Air;
Menimbang : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 t ent ang Pokok-pokok
Kesehat an (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2063);
3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 t ent ang Hygiene (Lembaran
Negara Tahun 1966 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2084);
4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan (Lembaran
Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3046);
5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan
2
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
2
-
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 t ent ang Perindust rian
(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3274);
8. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang Perikanan (Lembaran
Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3299);
9. Perat uran Pemerint ah Nomor 22 Tahun 1982 t ent ang Tat a
Pengat uran Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3225);
10. Perat uran Pemerint ah Nomor 29 Tahun 1986 t ent ang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338);
MEMUTUSKAN
:
Menet apkan : PERATURAN
PEMERINTAH
REPUBLIK
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR.
INDONESIA
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:
1. Air adalah semua air yang t erdapat di dalam dan at au berasal dari
sumber air, dan t erdapat di at as permukaan t anah, t idak t ermasuk
dalam pengert ian ini adalah air yang t erdapat di bawah permukaan
t anah dan air laut ;
3
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
3
-
2. Pencemaran air adalah masuknya at au dimasukkannya makhluk
hidup, zat , energi, dan at au komponen lain ke dalam air oleh
kegiat an manusia, sehingga kualit as air t urun sampai ket ingkat
t ert ent u yang menyebabkan air t idak berf ungsi lagi sesuai dengan
perunt ukkannya;
3. Pengendalian adalah upaya pencegahan dan at au penanggulangan
dan at au pemulihan;
4. Baku mut u air adalah bat as at au kadar makhluk hidup, zat , energi,
at au komponen lain yang ada at au harus ada dan at au unsur
pencemar yang dit enggang adanya dalam air pada sumber air
t ert ent u sesuai dengan perunt ukannya;
5. Beban pencemaran adalah j umlah suat u paramet er pencemaran
yang t erkandung dalam sej umlah air at au limbah;
6. Daya t ampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada
sumber
air
menerima beban pencemaran limbah t anpa
mengakibat kan t urunnya kualit as air sehingga melewat i baku mut u
air yang dit et apkan sesuai dengan perunt ukannya;
7. Baku mut u limbah cair adal ah bat as kadar dan j umlah unsur
pencemar yang dit enggang adanya dalam limbah cair unt uk dibuang
dari suat u j enis kegiat an t ert ent u;
8. Ment eri adalah Ment eri yang dit ugasi mengelola lingkungan hidup.
BAB II
INVENTARISASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR
Pasal 2
Gubernur menunj uk inst ansi t eknis di daerah unt uk melakukan
invent arisasi kualit as dan kuant it as air unt uk kepent ingan
pengendalian pencemaran air.
4
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
4
-
Pasal 3
(1)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, menet apkan
pelaksanaan invent arisasi kualit as dan kuant it as air,
priorit as
(2)
Apabila sumber air berada at au mengalir melalui at au merupakan
bat as dari dua at au lebih Propinsi Daerah Tingkat I, priorit as
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit et apkan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I di bawah koordinasi Ment eri.
Pasal 4
(1)
Dat a kualit as dan kuant it as air disusun dan didokument asikan
pada ist ansi t eknis yang bert anggung j awab di bidang
pengelolaan lingkungan hidup di daerah.
(2)
Dat a kualit as dan kuant it as air sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diolah oleh inst ansi t eknis yang bersangkut an dan laporannya
disampaikan kepada Ment eri dan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I yang bersangkut an, sekurang-kurangnya sekali dalam
set ahun.
Pasal 5
(1)
Gubernur
Kepala
Daerah
Tingkat
sumber-sumber pencemaran air.
I
mengident if ikasi
(2)
Berdasarkan hasil ident if ikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkut an
menet apkan t indak lanj ut pengendaliannya.
Pasal 6
Dat a kualit as dan kuant it as air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
5
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
5
-
dipakai sebagai:
a. dasar pert imbangan penet apan perunt ukan air dan baku mut u air
pada sumber air yang bersangkut an;
b. dasar perhit ungan daya t ampung beban pencemaran air pada
sumber air yang t elah dit et apkan perunt ukannya;
c. dasar penilaian t ingkat pencemaran air.
BAB III
PENGGOLONGAN AIR
Pasal 7
(1)
(2)
Penggolongan air
berikut :
menurut perunt ukannya dit et apkan sebagai
Golongan A :
Air yang dapat digunakan sebagai air minum
secara langsung t anpa pengolahan t erlebih
dahulu;
Golongan B :
Air yang dapat digunakan sebagai air baku air
minum;
Golongan C :
Air yang dapat digunakan
perikanan dan pet ernakan;
Golongan D :
Air yang dapat digunakan unt uk keperluan
pert anian, dan dapat dimanf aat kan unt uk usaha
perkot aan, indust ri, pembangkit list rik t enaga
air.
unt uk
keperluan
Dengan Perat uran Pemerint ah dapat dit et apkan perluasan
pemanf aat an air di luar penggolongan air sebagaimana yang t elah
dit et apkan dalam ayat (1).
6
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
6
-
Pasal 8
(1)
Ket et apan t ent ang baku mut u air unt uk golongan air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dit et apkan sebagaimana
t ercant um dalam lampiran Perat uran Pemerint ah ini.
(2)
Dengan Perat uran Pemerint ah dapat dit et apkan penambahan
paramet er dan baku mut u unt uk paramet er t ersebut dalam baku
mut u air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3)
Penilaian kualit as air yang menyangkut paramet er yang belum
t ercant um dalam baku mut u air sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan dengan meruj uk kepada f ungsi dan guna air
sert a at au kepada ilmu penget ahuan.
Pasal 9
Met oda analisis unt uk set iap paramet er baku mut u air dan baku mut u
limbah cair dit et apkan oleh Ment eri.
Pasal 10
(1)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menet apkan:
a. Perunt ukan air sesuai dengan penggolongan air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), kecuali kemudian dit ent ukan
lain oleh Ment eri;
b. baku mut u air unt uk perunt ukan air menurut penggolongan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
(2)
Perunt ukan air dan baku mut u air yang berada at au mengalir
melalui at au merupakan bat as dari dua at au lebih Propinsi
Daerah Tingkat I dit et apkan oleh para Gubernur Kepala Daerah
7
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
7
-
Tingkat I yang bersangkut an di bawah koordinasi Ment eri.
(3)
Perunt ukan air dan baku mut u air pada sumber air yang berada di
bawah
wewenang
pengelolaan
suat u
badan
pengelola
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun
1974 t ent ang Pengairan dit et apkan oleh Ment eri yang
bert anggung
j awab
di
bidang
pengairan
set elah
berkonsult asi dengan Ment eri.
Pasal 11
Apabila kualit as air lebih rendah dari kualit as air menurut golongan
yang t elah dit et apkan, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menet apkan
program peningkat an kualit as air.
Pasal 12
Apabila
kualit as
air
t elah
memenuhi
kualit as
menurut
penggolongannya sesuai yang t elah dit et apkan, Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I menet apkan program peningkat an penggolongan
perunt ukannya.
BAB IV
UPAYA PENGENDALIAN
Pasal 13
(1)
Pengendalian pencemaran air di daerah dilakukan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I.
(2)
Pengendalian pencemaran air pada sumber air yang berada di
at au mengalir melalui wilayah lebih dari sat u Propinsi Daerah
Tingkat I dilakukan oleh Para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
yang bersangkut an set elah berkonsult asi dengan Ment eri.
8
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
8
-
Pasal 14
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menent ukan daya t ampung beban
pencemaran.
Pasal 15
(1)
Ment eri set elah berkonsult asi dengan Ment eri lain dan at au
Pimpinan
lembaga
pemerint ah
non-depart emen
yang
bersangkut an menet apkan baku mut u limbah cair.
(2)
Unt uk melindungi kualit as air, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
set elah berkonsult asi dengan Ment eri dapat menet apkan baku
mut u limbah cair lebih ket at dari baku mut u limbah cair
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 16
Baku mut u air, daya t ampung beban pencemaran dan baku mut u
limbah cair dit inj au secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam
lima t ahun.
Pasal 17
(1)
Set iap orang at au badan yang membuang limbah cair waj ib
menaat i baku mut u limbah cair sebagaimana dit ent ukan dalam
izin pembuangan limbah cair yang dit et apkan baginya.
(2)
Set iap orang at au badan yang membuang limbah cair
sebagaimana dit et apkan dalam izin pembuangannya, dilarang
melakukan pengenceran.
9
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
9
-
Pasal 18
Pembuangan limbah dengan kandungan bahan radioakt if diat ur oleh
Pimpinan lembaga pemerint ah yang bert anggung j awab di bidang
t enaga at om set elah berkonsult asi dengan Ment eri.
Pasal 19
Pembuangan limbah cair ke t anah dapat dilakukan dengan izin Ment eri
berdasarkan hasil penelit ian.
Pasal 20
Penanggung j awab kegiat an waj ib membuat salut an pembuangan
limbah cair sedemikian rupa, sehingga memudahkan pengambilan
cont oh dan pengukuran debit limbah cair di luar areal kegiat an.
Pasal 21
(1)
Pembuangan limbah cair ke dalam air dikenakan pembayaran
ret ribusi.
(2)
Tat a cara dan j umlah ret ribusi dit et apkan dengan Perat uran
Daerah Tingkat I.
Pasal 22
Dalam hal Pemerint ah Daerah menyediakan t empat dan at au sarana
pembuangan dan pengolahan limbah cair, Pemerint ah Daerah dapat
memungut ret ribusi.
Pasal 23
Upaya pengendalian pencemaran air yang disebabkan oleh masuknya
10
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
10
-
limbah cair at au bahan lain t idak melalui sarana
unt uk it u dan at au yang bukan berupa sumber
masuknya ke dalam air pada sumber air diat ur
Pimpinan lembaga pemerint ah non depart emen
set elah berkonsult asi dengan Ment eri.
yang
yang
oleh
yang
dibuat khusus
t ert ent u t it ik
Ment eri at au
bersangkut an
Pasal 24
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menet apkan dan mengumumkan
sumber air dan salurannya yang dinilai t ercemar dan membahayakan
keselamat an umum.
BAB V
PERIZINAN
Pasal 25
Baku mut u limbah cair yang dizinkan dibuang ke dalam air oleh suat u
kegiat an dit et apkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
berdasarkan baku mut u limbah cair sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15.
Pasal 26
(1)
Pembuangan limbah cair ke dalam air dilakukan dengan izin yang
diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1.
(2)
Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicant umkan dalam
izin Ordonansi Gangguan.
(3)
lzin pembuangan limbah cair yang dicant umkan dalam izin
Ordonansi Gangguan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
harus menyebut kan :
a. j enis produksi, volume produksi dan kebut uhan air unt uk
produksi;
11
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
11
-
b. kualit as dan kuant it as limbah cair dan at au bahan lain yang
diizinkan unt uk dibuang ke dalam air sert a f rekuensi
pembuangannya;
c. t at a let ak saluran pembuangan limbah cair;
d. sumber dari air yang digunakan dalam proses produksi at au
unt uk menyelenggarakan kegiat annya, sert a j umlah dan
kualit as air t ersebut ;
e. larangan unt uk melakukan pengenceran limbah cair,
f . sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat .
Pasal 27
(1)
Pembuangan limbah rumah t angga diat ur dengan Perat uran
Daerah.
(2)
Pembuangan limbah cair
t ersendiri.
ke laut
diat ur
dengan perat uran
Pasal 28
(1)
Unt uk kegiat an yang waj ib membuat analisis mengenai dampak
lingkungan berdasarkan Perat uran Pemerint ah Nomor 29 Tahun
1986 t ent ang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, maka
persyarat an dan kewaj iban yang t ercant um dalam rencana
pengelolaan lingkungan dan rencana pemant auan lingkungan bagi
kegiat an t ersebut waj ib dicamt umkan sebagai syarat dan
kewaj iban dalam izin Ordonansi Gangguan bagi kegiat an yang
bersangkut an.
(2)
Apabila analisis mengenai dampak lingkungan bagi suat u kegiat an
mensyarat kan baku mut u limbah cair yang lebih ket at dari baku
mut u limbah cair sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 15 maka
unt uk kegiat an t ersebut dit et apkan baku mut u limbah cair
12
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
sebagaimana
Lingkungan.
12
-
disyarat kan
oleh
Analisis
Mengenai
Dampak
BAB VI
PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN
Pasal 29
(1)
Set iap orang yang menget ahui at au menduga
pencemaran air, berhak melaporkan kepada :
t erj adinya
a. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I at au aparat Pemerint ah
Daerah t erdekat , at au
b. Kepala Kepolisian Resort at au aparat Kepolisian t erdekat .
(2)
Aparat Pemerint ah Daerah t erdekat yang menerima laporan
t ent ang t erj adinya pencemaran air waj ib segera meneruskan
kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkut an.
(3)
Aparat Kepolisian t erdekat yang menerima laporan t ent ang
t erj adinya pencemaran air waj ib segera melaporkan kepada
Kepala Kepolisian Resort yang bersangkut an unt uk keperluan
penyidikan.
(4)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I segera melakukan penelit ian
t ent ang laporan t erj adinya pencemaran air.
(5)
Apabila hasil penelit ian sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
membukt ikan t erj adinya pencemaran air, Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I segera melakukan at au memerint ahkan
dilakukannya t indakan penanggulangan dan at au pencegahan
meluasnya pencemaran.
Pasal 30
(1)
Pengawasan kualit as air dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah
13
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
13
-
Tingkat I.
(2)
Dalam melaksanakan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dapat
menunj uk sebuah inst ansi di daerah.
(3)
Tugas pengawasan
meliput i:
sebagaimana
dimaksud
dalam
ayat
(1)
a. pemant auan dan evaluasi baku mut u limbah cair pada t empat
yang dit ent ukan;
b. pemant auan dan evaluasi perubahan kualit as air;
c. pengumpulan dan evaluasi dat a yang berhubungan dengan
pencemaran air;
d. evaluasi laporan t ent ang pembuangan limbah cair dan
analisisnya yang dilakukan oleh penanggungj awab kegiat an.
(4)
Pelaksanaan pengawasan dilakukan
sewakt u-wakt u apabila dipandang perlu.
secara
berkala
dan
(5)
Apabila hasil pengawasan menunj ukkan t erj adinya pencemaran
air, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I memerint ahkan
dilakukannya penanggulangan dan at au pencegahan meluasnya
pencemaran.
(6)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I melaporkan hasil pengawasan
kualit as air kepada Ment eri dan Ment eri lain yang t erkait .
(7)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menet apkan t at a laksana
pengawasan di daerah.
Pasal 31
(1)
Dalam rangka melaksanakan t ugasnya, pet ugas dari inst ansi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) berwenang :
a. memasuki lingkungan sumber pencemaran;
14
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
14
-
b. memeriksa bekerj anya peralat an pengolahan limbah dan at au
peralat an lain yang diperlukan unt uk mencegah pencemaran
lingkungan;
c. mengambil cont oh limbah;
d. memint a ket erangan yang diperlukan unt uk menget ahui
kualit as dan kuant it as limbah yang dibuang, t ermasuk proses
pengolahannya.
(2)
Set iap penanggungj awab kegiat an waj ib :
a. mengizinkan pet ugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
unt uk memasuki lingkungan kerj anya dan membant u
t erlaksananya t ugas pet ugas t ersebut ;
b. memberikan ket erangan dengan benar, baik secara lisan
maupun t ert ulis, apabila hal it u dimint a.
Pasal 32
(1)
Set iap penanggungj awab kegiat an waj ib menyampaikan kepada
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I :
a. laporan t ent ang pembuangan limbah cair dan hasil analisisnya
sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
b. pernyat aan bahwa laporan yang t elah disampaikan adalah
benar mewakili kualit as limbah cair yang sebenarnya dibuang.
(2)
Pedoman dan t at a cara pelaporan dit et apkan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I at au inst ansi yang dit unj uk unt uk it u.
Pasal 33
(1)
Apabila pembuangan limbah cair melanggar ket ent uan baku mut u
limbah cair yang t elah dit et apkan dalam Pasal 15, Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I mengeluarkan surat peringat an kepada
15
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
15
-
penanggungj awab kegiat an unt uk memenuhi persyarat an baku
mut u limbah cair dalam wakt u yang dit et apkan.
(2)
Apabila pada akhir wakt u yang dit et apkan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), pembuangan limbah cair belum mencapai
persyarat an baku mut u limbah maka Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I mencabut izin pembuangan limbah cair.
Pasal 34
(1)
Ment eri menunj uk laborat orium t ingkat pusat dalam rangka
pengendalian pencemaran air.
(2)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menunj uk laborat orium di
daerah unt uk melakukan analisis kualit as air dan kualit as limbah
cair dalam rangka pengawasan dan pemant auan pencemaran air.
BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 35
(1)
Pembiayaan invent arisasi kualit as dan kuant it as air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dibebankan pada anggaran daerah yang
bersangkut an.
(2)
Pembiayaan pengawasan pencemaran
anggaran daerah masing-masing.
air
dibebankan
pada
Pasal 36
(1)
Biaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan pencemaran
air akibat suat u kegiat an dibebankan kepada penanggungj awab
kegiat an yang bersangkut an.
16
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
16
-
(2)
Apabila
penanggungj awab
kegiat an
lalai
melaksanakan
penanggulangan pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) at au melaksanakan t idak sebagaimana mest inya, maka
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dapat melakukan at au
memerint ahkan unt uk melakukan penanggulangan pencemaran
air t ersebut at as beban pembiayaan penanggungj awab kegiat an
yang bersangkut an.
(3)
Apabila dipandang perlu Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah
Tingkat II at as nama Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dapat
mengambil t indakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) at as
beban
pembiayaan
penanggungj awab
kegiat an
yang
bersangkut an.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 37
(1)
Barang siapa melanggar ket ent uan dalam Pasal 17, Pasal 19,
Pasal 20, Pasal 32 Perat uran Pemerint ah ini dikenakan t indakan
administ rat if oleh Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah Tingkat
II.
(2)
Tindakan administ rat if sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
t idak menut up kemungkinan dikenakan t indakan hukum lainnya.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 38
Apabila unt uk suat u j enis kegiat an belum dit ent ukan baku mut u
limbah cairnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, maka baku
mut u limbah cair yang boleh dibuang ke dalam air oleh kegiat an
17
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
17
-
t ersebut dit et apkan oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I set elah
berkonsult asi dengan Ment eri.
Pasal 39
Apabila pada saat diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini t elah
dit et apkan baku mut u limbah cair yang dibuang ke dalam air oleh
suat u kegiat an lebih ket at dibandingkan dengan perhit ungan menurut
baku mut u limbah cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, maka
unt uk kegiat an t ersebut t et ap berlaku baku mut u limbah cair yang
t elah dit et apkan it u.
Pasal 40
Apabila pada saat diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini t elah
dit et apkan baku mut u limbah cair yang dibuang ke dalam air oleh
suat u kegiat an lebih longgar dibandingkan dengan perhit ungan
menurut baku mut u limbah cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15, maka baku mut u limbah cair kegiat an t ersebut waj ib disesuaikan
dengan baku mut u limbah cair sebagaimana dimaksud dengan Pasal 15
dalam j angka wakt u selambat -lambat nya sat u t ahun t erhit ung sej ak
diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini.
Pasal 41
Bagi kegiat an yang sudah beroperasi maka dalam wakt u sat u t ahun
set elah dikeluarkannya Perat uran Pemerint ah ini, harus sudah
memperoleh izin pembuangan limbah cair dari Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I.
Pasal 42
(1)
Apabila pada saat diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini
penggolongan
air
menurut
perunt ukkannya sebagaimana
18
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
18
-
dimaksud dalam Pasal 7 Perat uran Pemerint ah ini belum
dit et apkan, maka golongan air pada badan air t ersebut
dinyat akan sebagai air golongan B sampai ada penet apan lebih
lanj ut oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sesuai dengan
ket ent uan Pasal 10 Perat uran Pemerint ah ini.
(2)
Air pada badan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal
ini dit et apkan sebagai golongan A, apabila :
a. memenuhi kualit as air golongan A sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 Perat uran Pemerint ah ini, at au
b. berada di kawasan hut an lindung, at au
c. berada di sekit ar sumber mat a air.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 5 Juni 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
19
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
19
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 5 Juni 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO
-
20
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
20
-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 1990
TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
A. UMUM
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi haj at hidup orang
banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat t et ap bermanf aat bagi
hidup dan kehidupan manusia sert a makhluk hidup lainnya. Hal ini
berart i bahwa pemanf aat an air unt uk berbagai kepent ingan harus
dilakukan secara bij aksana dengan memperhit ungkan kepent ingan
generasi sekarang dan mendat ang.
Agar air dapat bermanf aat secara berkelanj ut an dengan t ingkat
mut u yang diinginkan, maka pengendalian pencemaran air menj adi
sangat pent ing. Pengendalian pencemaran air merupakan salah sat u
segi pengelolaan lingkungan hidup.
1. Pencemaran air selalu berart i t urunnya kualit as air sampai
ket ingkat t ert ent u yang menyebabkan air t idak dapat berf ungsi
lagi sesuai dengan perunt ukannya. Hal ini berart i bahwa perlu
dit et apkan baku mut u air yang berf ungsi sebagai t olok ukur unt uk
menent ukan t elah t erj adinya pencemaran, dan perunt ukkan air
it u sendiri. Dalam pengert ian pencemaran air, baku mut u air
akan selalu t erkait dengan perunt ukkan air. Baku mut u air di sat u
pihak merupakan suat u t ingkat mut u air yang dikehendaki bagi
suat u perunt ukan, dan di lain pihak merupakan arahan dan
pedoman bagi pengendalian pencemaran air.
Dengan dit et apkannya baku mut u air unt uk set iap perunt ukan
dan memperhat ikan kondisi airnya akan dapat dihit ung berapa
beban zat pencemar yang dapat dit enggang adanya oleh air
21
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
21
-
penerima sehingga air dapat t et ap berf ungsi sesuai dengan
perunt ukannya. Beban pencemaran ini merupakan daya t ampung
beban pencemaran bagi air penerima yang t elah dit et apkan
perunt ukannya.
2. Undang-undang
Nomor
4
Tahun
1982
t ent ang
Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
menet apkan bahwa perlindungan lingkungan hidup dilakukan
berdasarkan baku mut u lingkungan yang diat ur dengan perat uran
perundang-undangan. Baku mut u lingkungan ini dapat berbeda
unt uk set iap lingkungan, wilayah at au wakt u mengingat akan
perbedaan t at a gunanya.
Selanj ut nya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 menet apkan
kewaj iban set iap orang unt uk memelihara lingkungan hidup dan
mencegah sert a menanggulangi kerusakan dan pencemarannya
di- samping hak set iap orang at as lingkungan hidup yang baik dan
sehat . Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 t ent ang Perindust rian
menet apkan lebih lanj ut kewaj iban-kewaj iban bagi perusahaan
indust ri
unt uk melaksanakan upaya keseimbangan dan
kelest arian sumberdaya alam sert a melakukan pencegahan
t imbulnya kerusakan dan pencemaran t erhadap lingkungan hidup
akibat kegiat an indust ri yang dilakukannya.
Dampak negat if yang dit imbulkan oleh kegiat an indust ri pada
suat u t empat dapat berupa gangguan, kerusakan, dan bahaya
t erhadap keselamat an dan kesehat an masyarakat di sekelilingnya
ant ara lain oleh pencemaran air. Tercemarnya air akan dapat
menimbulkan akibat negat if t erhadap deraj at kesehat an anggot a
masyarakat . Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 t ent ang
Pokok-pokok Kesehat an menet apkan hak set iap warga negara
unt uk memperoleh deraj at kesehat an yang set inggi-t ingginya.
Hal ini berart i pula bahwa lingkungan hidup harus memenuhi
syarat kesehat an. Perat uran Pemerint ah ini dimaksudkan unt uk
22
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
22
-
melaksanakan t uj uan yang t ercant um dalam perundang-undangan
t ersebut . Di samping it u, Perat uran Pemerint ah ini berkait an
sangat erat pula dengan pelaksanaan Perat uran Pemerint ah
Nomor 29 Tahun 1986 t ent ang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
3. Pengendalian pencemaran air merupakan kegiat an yang
mencakup
a. invent arisasi kualit as dan kuant it as air pada sumber air
menurut sist em wilayah t at a pengairan;
b. penet apan golongan air menurut perunt ukannya, baku mut u
air dan baku beban pencemaran unt uk golongan air t ersebut ,
sert a baku mut u limbah cair unt uk set iap j enis kegiat an;
c. penet apan mut u limbah cair yang boleh dibuang oleh set iap
kegiat an ke dalam air pada sumber air, dan pemberian izin
pembuangannya;
d. pemant auan perubahan kualit as air pada sumber air dan
mengevaluasi hasilnya;
e. pengawasan t erhadap penat aan perat uran pengendalian
pencemaran air, t ermasuk penat aan mut u limbah cair, sert a
penegakan hukumnya.
B. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Ist ilah yang dirumuskan dalam pasal ini dimaksudkan agar
t erdapat keseragaman pengert ian at as Perat uran Pemerint ah ini
dan perat uran pelaksanaannya lebih lanj ut .
1. Rumusan ini dit urunkan dari pengert ian air sebagaimana
dirumuskan dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 11
Tahun 1974 t ent ang Pengairan. Dalam Perat uran Pemerint ah
ini pengert ian "air" dibat asi pada air yang t erdapat di at as
23
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
23
-
permukaan t anah. Hal ini didasarkan pada pert imbangan bawa
pendekat an pengendalian pencemaran air yang t erdapat di
at as permukaan t anah adalah berbeda dengan pengendalian
pencemaran air yang t erdapat di bawah permukaan t anah dan
air laut .
2. Rumusan ini dit urunkan dari pengert ian pencemaran
lingkungan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 angka 7
Undang-undang
Nomor
4
Tahun
1982
t ent ang
Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Cukup j elas.
4. Rumusan ini dit urunkan dari pengert ian baku mut u lingkungan
sebagaimana
dirumuskan
dalam
pasal
1
angka
6
Undang-undang
Nomor
4
Tahun
1982
t ent ang
Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Yang dimaksud dengan "dit enggang adanya" dalam rumusan
pengert ian ini adalah bat as at au kadar paramet er pencemaran
dalam air secara alami dan dinilai berdasarkan ilmu
penget ahuan masih dapat
dif ungsikan sesuai dengan
perunt ukannya. Baku mut u air merupakan dasar bagi
perlindungan air dan sebagai krit eria pencemaran air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan penj elasan Pasal 15
Undang-undang
Nomor
4
Tahun
1982
t ent ang
Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Beban pencemaran dinyat akan dalam sat uan, j umlah
paramet er pencemaran, biasanya sebagai sat uan berat , at au
unt uk aliran air at au limbah dinyat akan dalam sat uan j umlah
paramet er pencemaran persat uan wakt u. Beban pencemaran
dapat dit ent ukan dengan mengukur kadar paramet er
pencemaran dan volume at au debit aliran air at au limbah yang
bersangkut an. Nilai beban pencemaran t ersebut dihit ung
dengan perkalian ant ara kadar dan volume at au debit aliran
set elah sat uan volumenya disesuaikan.
24
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
24
-
Cont oh perhit ungan :
Dari pengukuran didapat konsent rasi padat an t ersuspensi
adalah 1 mg/ lit er dan debit aliran limbah sebesar 10 met er
kubik/ menit .
Debit aliran limbah set elah penyesuaian sat uan volume adalah
10 x 1000 lit er/ menit (karena 1 m3 = 1000 lit er) Maka beban
pencemaran padat an t ersuspensi dari limbah t ersebut adalah :
= 10 x 1000 (lit er/ menit ) x 1 (mg/ lit er)
= 10. 000 mg/ menit .
6. Daya t ampung beban pencemaran dit ent ukan dengan t eknik
dan met oda t ert ent u berdasarkan dat a kondisi kualit as dan
kuant it as air sert a baku mut u air pada suat u sumber air
t ert ent u. Daya t ampung beban pencemaran dapat digunakan
sebagai dasar pert imbangan dalam perizinan pembuangan
limbah-limbah cair ke sumber air yang bersangkut an; j ika
beban pencemaran dari limbah-limbah yang dibuang melebihi
daya t ampung beban pencemaran air pada sumber air t ersebut
maka besar kemungkinannya air t ersebut akan mengalami
pencemaran.
7. Yang dimaksud dengan "dit enggang adanya" dalam rumusan
pengert ian ini adalah secara administ rat if dan berdasarkan
perhit ungan rasional.
8. Cukup j elas.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan inst ansi t eknis dalam pasal ini adalah yang
dit et apkan berdasarkan perat uran perundang-undangan yang
berlaku. Invent arisasi kualit as dan kuant it as air diperlukan unt uk
menget ahui kondisi air dan kecenderungan berubahnya pada
sumber air dalam rangka pengolahan kualit as air dan
25
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
25
-
pengendalian pencemaran air. Yang dimaksud dengan kualit as air
adalah sif at air dan kandungan makhluk hidup, zat , at au energi,
at au komponen lain dalam air. Kualit as air dinyat akan sebagai
paramet er kualit as air, misalnya pH, warna, t emperat ur hant aran
list rik, konsent rasi zat kimia, konsent rasi bakt eri, dan
sebagainya.
Yang dimaksud dengan kuant it as air adalah j umlah at au debit
aliran air pada sumber air.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan sumber air dalam ayat ini adalah sama
dengan pengert ian sumber air sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan, yang
dapat berupa ant ara lain sungai, danau, dan rawa.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Laporan yang disampaikan merupakan hasil pengolahan dat a
yang dilakukan oleh inst ansi t eknis yang isi laporan meliput i
analisis dat a, kondisi dan kecenderungan kualit as dan
kuant it as air, sumber-sumber pencemaran, kesimpulan dan
saran.
Pasal 5
Ayat (1)
Yang
dimaksud
dengan
ident if ikasi
sumber-sumber
26
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
26
-
pencemaran adalah unt uk menget ahui kegiat an-kegiat an yang
berpot ensi mencemarkan air sert a kemungkinan j enis dan
besaran pencemarannya.
Ayat (2)
Tindak lanj ut pengendalian bert uj uan agar pembuangan
limbah dari sumber-sumber pencemaran t ermasuk memenuhi
kebut uhan baku mut u limbahnya sehingga air penerima limbah
yang bersangkut an memenuhi baku mut u air yang diinginkan.
Pasal 6
Cukup j elas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan perluasan pemanf aat an golongan air
adalah pemanf aat an air di luar dari penggolongan air sepert i
yang dit et apkan pada Pasal 7 ayat (1) Perat uran Pemerint ah
ini.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Ruj ukan kepada ilmu penget ahuan diperlukan bila diduga ada
paramet er yang t idak at au belum t ercakup dalam baku mut u
air.
27
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
27
-
Pasal 9
Penet apan met ode analis dimaksudkan unt uk menggunakan
ruj ukan yang sama dalam pengukuran dan penilaian paramet er
pencemaran dalam baku mut u air dan baku mut u limbah cair
t ermaksud.
Pasal 10
Ayat (1)
Karena perunt ukan air dan baku mut u air menyangkut
kepent ingan umum maka unt uk set iap air pada sumber air
perlu dit et apkan perunt ukan dan golongannya oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I. Dalam hal kondisi mut u air t idak
memenuhi krit eria mut u unt uk perunt ukan yang seharusnya,
t idak boleh kemudian golongannya dit et apkan sesuai dengan
kondisi mut u t ersebut , yang diperlukan adalah program agar
kondisi mut u air t ersebut dapat memenuhi krit eria mut u unt uk
perunt ukkan yang seharusnya.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Yang dimaksud dalam ayat ini adalah wewenang suat u badan
pengelola sepert i ot orit a dan sebagainya.
Pasal 11
Program peningkat an t ersebut bert uj uan agar kualit as air
t ersebut mencapai t ingkat sesuai dengan penggolongan
perunt ukannya dalam j angka wakt u t ert ent u at au bahkan
menaikkan sampai kualit as yang lebih baik lagi.
Pasal 12
Yang dimaksud dengan peningkat an penggolongan perunt ukannya
adalah agar air yang bersangkut an dapat dit et apkan sebagai
28
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
28
-
golongan air dengan t ingkat kualit as air yang lebih baik.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Dalam hal sumber air, menj adi bat as propinsi at au mengalir
melalui dua at au lebih propinsi, para Gubernur yang
bersangkut an perlu berkonsult asi t erlebih dahulu dengan
Ment eri sebelum menet apkan pengendalian pencemarannya
agar dapat dicapai ket erpaduannya/ pengendalian pencemaran
t erhadap sumber air t ersebut .
Pasal 14
Daya t ampung beban pencemaran digunakan sebagai salah sat u
dasar pert imbangan dalam perizinan pembuangan limbah cair ke
sumber air. lnf ormasi t ent ang daya t ampung beban pencemaran
ini bersif at t erbuka unt uk diket ahui oleh set iap orang.
Pasal 15
Ayat (1)
Baku mut u limbah cair dit et apkan unt uk set iap j enis kegiat an,
misalnya baku mut u limbah cair unt uk indust ri pupuk, t apioka,
kelapa sawit dan sebagainya. Baku mut u limbah cair t ersebut
dilengkapi dengan pedoman penerapannya.
Ayat (2)
Mengingat kondisi air pada sumber air dan t ingkat t eknologi
pengolahan limbah dit iap daerah dapat berbeda, maka
Gubernur dalam rangka pengendalian pencemaran air dapat
menet apkan baku mut u limbah cair yang lebih ket at bagi
daerahnya.
29
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
29
-
Pasal 16
Baku mut u air dipengaruhi oleh perkembangan keadaan. Baku
mut u limbah cair yang ant ara lain didasarkan pada t ingkat
kemampuan t eknologi yang dapat berubah dengan perkembangan
wakt u. Sedangkan daya t ampung beban pencemaran dipengaruhi
oleh baku mut u air yang dit et apkan dan kondisi air pada sumber
air yang bersangkut an. Karena it u, baku mut u air, daya t ampung
beban pencemaran, dan baku mut u limbah cair perlu dit inj au
secara berkala. Jangka wakt u lima t ahun dipandang sebagai
wakt u yang layak unt uk melakukan peninj auan kembali t ersebut .
Pasal 17
Ayat (1)
Baku mut u limbah cair membat asi kadar dan beban
pencemaran yang dibuang ke air pada sumber air. Baku mut u
limbah cair t ersebut berlaku unt uk pembuangan limbah cair ke
dalam air dan ke air laut .
Ayat (2)
Pengenceran limbah cair t idak mengurangi beban pencemaran,
t et api hanya memperbesar volume limbah cair sehingga
mengecilkan kadarnya. Pengenceran di sini t ermasuk
mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran
pembuangan limbah cair.
Pasal 18
Cukup j elas
Pasal 19
Pembuangan limbah cair ke t anah dapat menimbulkan
pencemaran t anah dan pencemaran air t anah. Namun dengan
t eknologi t ert ent u limbah cair dapat diolah dengan cara
menempat kan limbah cair di t anah, sebagai cont oh adalah ant ara
lain yang dikenal dengan cara "spray irrigat ion", t et api unt uk
30
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
30
-
penerapannya perlu penelit ian agar
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
t idak
menimbulkan
Pasal 20
Tempat pengambilan cont oh harus dilengkapi dengan f asilit asf asilit as yang memudahkan pihak-pihak yang berkepent ingan
unt uk pengambilan cont oh dari saluran limbah dan pengukuran
debit limbahnya. Fasilit as yang dimaksud misalnya t ersedianya
sarana j alan, sarana bak kont rol, kerangan bagi aliran limbah
bert ekanan dan sebagainya.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 22
Pungut an ret ribusi oleh Pemerint ah Daerah hanya dikenakan
t erhadap pemakai sarana pengolahan limbah cair yang disediakan
oleh Pemerint ah Daerah. Adapun besarnya pemungut an ret ribusi
dit ent ukan sesuai dengan ket ent uan yang berlaku. Pembuangan
at au pengolahan limbah, dapat dilakukan oleh Pemerint ah
Daerah sendiri at au dapat diserahkan kepada pihak swast a.
Pasal 23
Yang dimaksud dalam pasal ini dengan pencemaran air oleh
masuknya limbah cair at au bahan lain t idak melalui sarana yang
dibuat khusus unt uk it u adalah misalnya pencemaran air yang
diakibat kan oleh masuknya bahan pencemar ke dalam air karena
misalnya t erbawa oleh air huj an, erosi, at au penggerusan;
cont ohnya adalah masuknya sisa bahan pest isida dan pupuk dari
lahan pert anian ke dalam air.
31
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
31
-
Pasal 24
Yang dimaksud dengan sumber air yang membahayakan
keselamat an umum adalah ant ara lain air yang mengandung
misalnya bahan kimia yang berbahaya dan beracun sepert i logam
beracun. Pengumuman ini dimaksudkan unt uk mencegah
penggunaan sumber air t ersebut yang dapat membahayakan
keselamat an, t ermasuk kesehat an, penggunaannya sement ara
upaya pengendalian dilakukan.
Pasal 25
Cukup j elas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Izin ordonansi gangguan yang dberikan harus mengacu kepada
izin pembuangan limbah cair yang dikeluarkan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan
dimana t erj adi kesalahan dalam proses operasi sehingga
menimbulkan beban pencemaran yang j auh lebih besar dari
keadaan normal. Unt uk it u penanggung j awab kegiat an harus
menyediakan sarana dan menyusun prosedur unt uk keadaan
t ersebut , misalnya sarana penampungan sement ara limbah
cair yang dihasilkan pada keadaan darurat t ersebut unt uk
selanj ut nya diolah sehingga limbah cair yang dibuang t et ap
memenuhi baku mut u limbah sebagaimana dit ent ukan dalam
izinnya.
32
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
32
-
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Dari st udi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dapat
diket ahui t ingkat mut u limbah cair suat u kegiat an yang bila
dibuang t idak mencemarkan air penerimanya. Bisa t erj adi dari
hasil st udi t ersebut didapat kan bahwa kegiat an t ersebut
mampu mencapai t ingkat mut u limbah cair yang lebih baik
dari baku mut u yang lebih ket at dari perat uran baku mut u
limbah cair yang dit et apkan.
Pasal 29
Ayat (1)
Ket ent uan ayat ini dimaksudkan unt uk memberikan kej elasan
bahwa set iap orang dapat melaporkan t ent ang t erj adinya
pencemaran lingkungan, dan menget ahui t at a laksananya.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Tugas pej abat kepolisian sebagai pej abat penyidik unt uk
melakukan penyelidikan t ent ang adanya unsur pidana dalam
kasus pencemaran air yang dilaporkan padanya.
33
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
33
-
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Bent uk t indakan t ersebut ant ara lain dengan menghent ikan
masuknya limbah cair ke t empat
t ersebut dari sumbernya
dan at au melokalisir pencemaran.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Jika pada saat Perat uran Pemerint ah ini dit et apkan belum ada
inst ansi t eknis di daerah yang khusus bert ugas unt uk it u,
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dapat menunj uk inst ansi
lain di Daerah.
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Cukup j elas
Ayat (6)
Cukup j elas
Ayat (7)
Tat a laksana yang akan dit et apkan oleh Gubernur meliput i
ant ara lain t anda pengenal, surat t ugas pengawasan dan
sebagainya.
34
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
34
-
Pasal 31
Ayat (1)
Pet ugas yang memasuki areal kegiat an sumber pencemaran
bert ugas memeriksa ant ara lain bekerj anya peralat an
pengolahan limbah, mengambil cont oh limbah dan memeriksa
saluran pembuangan limbah. .
Ayat (2)
Penanggung j awab kegiat an yang menghalangi at au t idak
mengizinkan pet ugas menj alankan t ugasnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dapat dikenakan ket ent uan
pidana yang ant ara lain diat ur dalam Pasal 216 Kit ab
Undang-undang Hukum Pidana. Memasuki lingkungan kerj a
harus diart ikan sedemikian rupa bahwa pet ugas harus dapat
segera menuj u ke t empat sasaran t ugasnya.
Pasal 32
Ayat (1)
Pernyat aan t ent ang kebenaran laporan harus dit andat angani
oleh penanggungj awab kegiat an dan at au diket ahui oleh
pemilik at au penanggungj awab perusahaan.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
35
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
35
-
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Penunj ukan sat u laborat orium oleh Gubernur dimaksudkan
agar t erdapat kepast ian dat a hasil analisis kualit as dan
kuant it as limbah.
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat . (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "dipandang perlu" adalah keadaan yang
mengharuskan diambil t indakan segera unt uk mencegah
meluasnya pencemaran.
Pasal 37
Ayat (1)
Bent uk t indakan administ rat if yang dimaksud dalam ayat ini
ant ara lain dapat berupa pencabut an izin pembuangan limbah,
penghent ian sement ara kegiat an, penyegelan semua saluran
36
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
36
-
pembuangan limbah cair at au berupa t indakan lainnya yang
dit ent ukan dalam izin.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 38
Cukup j elas
Pasal 39
Cukup j elas
Pasal 40
Cukup j elas
Pasal 41
Cukup j elas
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 43
Cukup j elas
REPUBLIK INDO NESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 1990
TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi haj at
hidup orang banyak, sehingga perl u dipelihara kualit asnya agar
t et ap bermanf aat bagi hidup dan kehidupan manusia sert a makhluk
hidup lainnya;
b. bahwa agar air dapat bermanf aat secara berkelanj ut an dengan
t ingkat mut u yang diinginkan perlu dilakukan pengendalian
pencemaran air;
c. bahwa sehubungan dengan hal t ersebut di at as dipandang perlu
menet apkan
Perat uran
Pemerint ah
t ent ang
Pengendalian
Pencemaran Air;
Menimbang : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 t ent ang Pokok-pokok
Kesehat an (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2063);
3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 t ent ang Hygiene (Lembaran
Negara Tahun 1966 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2084);
4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan (Lembaran
Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3046);
5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan
2
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
2
-
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 t ent ang Perindust rian
(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3274);
8. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang Perikanan (Lembaran
Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3299);
9. Perat uran Pemerint ah Nomor 22 Tahun 1982 t ent ang Tat a
Pengat uran Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3225);
10. Perat uran Pemerint ah Nomor 29 Tahun 1986 t ent ang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338);
MEMUTUSKAN
:
Menet apkan : PERATURAN
PEMERINTAH
REPUBLIK
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR.
INDONESIA
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:
1. Air adalah semua air yang t erdapat di dalam dan at au berasal dari
sumber air, dan t erdapat di at as permukaan t anah, t idak t ermasuk
dalam pengert ian ini adalah air yang t erdapat di bawah permukaan
t anah dan air laut ;
3
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
3
-
2. Pencemaran air adalah masuknya at au dimasukkannya makhluk
hidup, zat , energi, dan at au komponen lain ke dalam air oleh
kegiat an manusia, sehingga kualit as air t urun sampai ket ingkat
t ert ent u yang menyebabkan air t idak berf ungsi lagi sesuai dengan
perunt ukkannya;
3. Pengendalian adalah upaya pencegahan dan at au penanggulangan
dan at au pemulihan;
4. Baku mut u air adalah bat as at au kadar makhluk hidup, zat , energi,
at au komponen lain yang ada at au harus ada dan at au unsur
pencemar yang dit enggang adanya dalam air pada sumber air
t ert ent u sesuai dengan perunt ukannya;
5. Beban pencemaran adalah j umlah suat u paramet er pencemaran
yang t erkandung dalam sej umlah air at au limbah;
6. Daya t ampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada
sumber
air
menerima beban pencemaran limbah t anpa
mengakibat kan t urunnya kualit as air sehingga melewat i baku mut u
air yang dit et apkan sesuai dengan perunt ukannya;
7. Baku mut u limbah cair adal ah bat as kadar dan j umlah unsur
pencemar yang dit enggang adanya dalam limbah cair unt uk dibuang
dari suat u j enis kegiat an t ert ent u;
8. Ment eri adalah Ment eri yang dit ugasi mengelola lingkungan hidup.
BAB II
INVENTARISASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR
Pasal 2
Gubernur menunj uk inst ansi t eknis di daerah unt uk melakukan
invent arisasi kualit as dan kuant it as air unt uk kepent ingan
pengendalian pencemaran air.
4
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
4
-
Pasal 3
(1)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, menet apkan
pelaksanaan invent arisasi kualit as dan kuant it as air,
priorit as
(2)
Apabila sumber air berada at au mengalir melalui at au merupakan
bat as dari dua at au lebih Propinsi Daerah Tingkat I, priorit as
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit et apkan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I di bawah koordinasi Ment eri.
Pasal 4
(1)
Dat a kualit as dan kuant it as air disusun dan didokument asikan
pada ist ansi t eknis yang bert anggung j awab di bidang
pengelolaan lingkungan hidup di daerah.
(2)
Dat a kualit as dan kuant it as air sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diolah oleh inst ansi t eknis yang bersangkut an dan laporannya
disampaikan kepada Ment eri dan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I yang bersangkut an, sekurang-kurangnya sekali dalam
set ahun.
Pasal 5
(1)
Gubernur
Kepala
Daerah
Tingkat
sumber-sumber pencemaran air.
I
mengident if ikasi
(2)
Berdasarkan hasil ident if ikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkut an
menet apkan t indak lanj ut pengendaliannya.
Pasal 6
Dat a kualit as dan kuant it as air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
5
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
5
-
dipakai sebagai:
a. dasar pert imbangan penet apan perunt ukan air dan baku mut u air
pada sumber air yang bersangkut an;
b. dasar perhit ungan daya t ampung beban pencemaran air pada
sumber air yang t elah dit et apkan perunt ukannya;
c. dasar penilaian t ingkat pencemaran air.
BAB III
PENGGOLONGAN AIR
Pasal 7
(1)
(2)
Penggolongan air
berikut :
menurut perunt ukannya dit et apkan sebagai
Golongan A :
Air yang dapat digunakan sebagai air minum
secara langsung t anpa pengolahan t erlebih
dahulu;
Golongan B :
Air yang dapat digunakan sebagai air baku air
minum;
Golongan C :
Air yang dapat digunakan
perikanan dan pet ernakan;
Golongan D :
Air yang dapat digunakan unt uk keperluan
pert anian, dan dapat dimanf aat kan unt uk usaha
perkot aan, indust ri, pembangkit list rik t enaga
air.
unt uk
keperluan
Dengan Perat uran Pemerint ah dapat dit et apkan perluasan
pemanf aat an air di luar penggolongan air sebagaimana yang t elah
dit et apkan dalam ayat (1).
6
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
6
-
Pasal 8
(1)
Ket et apan t ent ang baku mut u air unt uk golongan air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dit et apkan sebagaimana
t ercant um dalam lampiran Perat uran Pemerint ah ini.
(2)
Dengan Perat uran Pemerint ah dapat dit et apkan penambahan
paramet er dan baku mut u unt uk paramet er t ersebut dalam baku
mut u air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3)
Penilaian kualit as air yang menyangkut paramet er yang belum
t ercant um dalam baku mut u air sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan dengan meruj uk kepada f ungsi dan guna air
sert a at au kepada ilmu penget ahuan.
Pasal 9
Met oda analisis unt uk set iap paramet er baku mut u air dan baku mut u
limbah cair dit et apkan oleh Ment eri.
Pasal 10
(1)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menet apkan:
a. Perunt ukan air sesuai dengan penggolongan air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), kecuali kemudian dit ent ukan
lain oleh Ment eri;
b. baku mut u air unt uk perunt ukan air menurut penggolongan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
(2)
Perunt ukan air dan baku mut u air yang berada at au mengalir
melalui at au merupakan bat as dari dua at au lebih Propinsi
Daerah Tingkat I dit et apkan oleh para Gubernur Kepala Daerah
7
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
7
-
Tingkat I yang bersangkut an di bawah koordinasi Ment eri.
(3)
Perunt ukan air dan baku mut u air pada sumber air yang berada di
bawah
wewenang
pengelolaan
suat u
badan
pengelola
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun
1974 t ent ang Pengairan dit et apkan oleh Ment eri yang
bert anggung
j awab
di
bidang
pengairan
set elah
berkonsult asi dengan Ment eri.
Pasal 11
Apabila kualit as air lebih rendah dari kualit as air menurut golongan
yang t elah dit et apkan, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menet apkan
program peningkat an kualit as air.
Pasal 12
Apabila
kualit as
air
t elah
memenuhi
kualit as
menurut
penggolongannya sesuai yang t elah dit et apkan, Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I menet apkan program peningkat an penggolongan
perunt ukannya.
BAB IV
UPAYA PENGENDALIAN
Pasal 13
(1)
Pengendalian pencemaran air di daerah dilakukan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I.
(2)
Pengendalian pencemaran air pada sumber air yang berada di
at au mengalir melalui wilayah lebih dari sat u Propinsi Daerah
Tingkat I dilakukan oleh Para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
yang bersangkut an set elah berkonsult asi dengan Ment eri.
8
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
8
-
Pasal 14
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menent ukan daya t ampung beban
pencemaran.
Pasal 15
(1)
Ment eri set elah berkonsult asi dengan Ment eri lain dan at au
Pimpinan
lembaga
pemerint ah
non-depart emen
yang
bersangkut an menet apkan baku mut u limbah cair.
(2)
Unt uk melindungi kualit as air, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
set elah berkonsult asi dengan Ment eri dapat menet apkan baku
mut u limbah cair lebih ket at dari baku mut u limbah cair
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 16
Baku mut u air, daya t ampung beban pencemaran dan baku mut u
limbah cair dit inj au secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam
lima t ahun.
Pasal 17
(1)
Set iap orang at au badan yang membuang limbah cair waj ib
menaat i baku mut u limbah cair sebagaimana dit ent ukan dalam
izin pembuangan limbah cair yang dit et apkan baginya.
(2)
Set iap orang at au badan yang membuang limbah cair
sebagaimana dit et apkan dalam izin pembuangannya, dilarang
melakukan pengenceran.
9
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
9
-
Pasal 18
Pembuangan limbah dengan kandungan bahan radioakt if diat ur oleh
Pimpinan lembaga pemerint ah yang bert anggung j awab di bidang
t enaga at om set elah berkonsult asi dengan Ment eri.
Pasal 19
Pembuangan limbah cair ke t anah dapat dilakukan dengan izin Ment eri
berdasarkan hasil penelit ian.
Pasal 20
Penanggung j awab kegiat an waj ib membuat salut an pembuangan
limbah cair sedemikian rupa, sehingga memudahkan pengambilan
cont oh dan pengukuran debit limbah cair di luar areal kegiat an.
Pasal 21
(1)
Pembuangan limbah cair ke dalam air dikenakan pembayaran
ret ribusi.
(2)
Tat a cara dan j umlah ret ribusi dit et apkan dengan Perat uran
Daerah Tingkat I.
Pasal 22
Dalam hal Pemerint ah Daerah menyediakan t empat dan at au sarana
pembuangan dan pengolahan limbah cair, Pemerint ah Daerah dapat
memungut ret ribusi.
Pasal 23
Upaya pengendalian pencemaran air yang disebabkan oleh masuknya
10
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
10
-
limbah cair at au bahan lain t idak melalui sarana
unt uk it u dan at au yang bukan berupa sumber
masuknya ke dalam air pada sumber air diat ur
Pimpinan lembaga pemerint ah non depart emen
set elah berkonsult asi dengan Ment eri.
yang
yang
oleh
yang
dibuat khusus
t ert ent u t it ik
Ment eri at au
bersangkut an
Pasal 24
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menet apkan dan mengumumkan
sumber air dan salurannya yang dinilai t ercemar dan membahayakan
keselamat an umum.
BAB V
PERIZINAN
Pasal 25
Baku mut u limbah cair yang dizinkan dibuang ke dalam air oleh suat u
kegiat an dit et apkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
berdasarkan baku mut u limbah cair sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15.
Pasal 26
(1)
Pembuangan limbah cair ke dalam air dilakukan dengan izin yang
diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1.
(2)
Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicant umkan dalam
izin Ordonansi Gangguan.
(3)
lzin pembuangan limbah cair yang dicant umkan dalam izin
Ordonansi Gangguan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
harus menyebut kan :
a. j enis produksi, volume produksi dan kebut uhan air unt uk
produksi;
11
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
11
-
b. kualit as dan kuant it as limbah cair dan at au bahan lain yang
diizinkan unt uk dibuang ke dalam air sert a f rekuensi
pembuangannya;
c. t at a let ak saluran pembuangan limbah cair;
d. sumber dari air yang digunakan dalam proses produksi at au
unt uk menyelenggarakan kegiat annya, sert a j umlah dan
kualit as air t ersebut ;
e. larangan unt uk melakukan pengenceran limbah cair,
f . sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat .
Pasal 27
(1)
Pembuangan limbah rumah t angga diat ur dengan Perat uran
Daerah.
(2)
Pembuangan limbah cair
t ersendiri.
ke laut
diat ur
dengan perat uran
Pasal 28
(1)
Unt uk kegiat an yang waj ib membuat analisis mengenai dampak
lingkungan berdasarkan Perat uran Pemerint ah Nomor 29 Tahun
1986 t ent ang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, maka
persyarat an dan kewaj iban yang t ercant um dalam rencana
pengelolaan lingkungan dan rencana pemant auan lingkungan bagi
kegiat an t ersebut waj ib dicamt umkan sebagai syarat dan
kewaj iban dalam izin Ordonansi Gangguan bagi kegiat an yang
bersangkut an.
(2)
Apabila analisis mengenai dampak lingkungan bagi suat u kegiat an
mensyarat kan baku mut u limbah cair yang lebih ket at dari baku
mut u limbah cair sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 15 maka
unt uk kegiat an t ersebut dit et apkan baku mut u limbah cair
12
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
sebagaimana
Lingkungan.
12
-
disyarat kan
oleh
Analisis
Mengenai
Dampak
BAB VI
PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN
Pasal 29
(1)
Set iap orang yang menget ahui at au menduga
pencemaran air, berhak melaporkan kepada :
t erj adinya
a. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I at au aparat Pemerint ah
Daerah t erdekat , at au
b. Kepala Kepolisian Resort at au aparat Kepolisian t erdekat .
(2)
Aparat Pemerint ah Daerah t erdekat yang menerima laporan
t ent ang t erj adinya pencemaran air waj ib segera meneruskan
kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkut an.
(3)
Aparat Kepolisian t erdekat yang menerima laporan t ent ang
t erj adinya pencemaran air waj ib segera melaporkan kepada
Kepala Kepolisian Resort yang bersangkut an unt uk keperluan
penyidikan.
(4)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I segera melakukan penelit ian
t ent ang laporan t erj adinya pencemaran air.
(5)
Apabila hasil penelit ian sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
membukt ikan t erj adinya pencemaran air, Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I segera melakukan at au memerint ahkan
dilakukannya t indakan penanggulangan dan at au pencegahan
meluasnya pencemaran.
Pasal 30
(1)
Pengawasan kualit as air dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah
13
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
13
-
Tingkat I.
(2)
Dalam melaksanakan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dapat
menunj uk sebuah inst ansi di daerah.
(3)
Tugas pengawasan
meliput i:
sebagaimana
dimaksud
dalam
ayat
(1)
a. pemant auan dan evaluasi baku mut u limbah cair pada t empat
yang dit ent ukan;
b. pemant auan dan evaluasi perubahan kualit as air;
c. pengumpulan dan evaluasi dat a yang berhubungan dengan
pencemaran air;
d. evaluasi laporan t ent ang pembuangan limbah cair dan
analisisnya yang dilakukan oleh penanggungj awab kegiat an.
(4)
Pelaksanaan pengawasan dilakukan
sewakt u-wakt u apabila dipandang perlu.
secara
berkala
dan
(5)
Apabila hasil pengawasan menunj ukkan t erj adinya pencemaran
air, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I memerint ahkan
dilakukannya penanggulangan dan at au pencegahan meluasnya
pencemaran.
(6)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I melaporkan hasil pengawasan
kualit as air kepada Ment eri dan Ment eri lain yang t erkait .
(7)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menet apkan t at a laksana
pengawasan di daerah.
Pasal 31
(1)
Dalam rangka melaksanakan t ugasnya, pet ugas dari inst ansi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) berwenang :
a. memasuki lingkungan sumber pencemaran;
14
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
14
-
b. memeriksa bekerj anya peralat an pengolahan limbah dan at au
peralat an lain yang diperlukan unt uk mencegah pencemaran
lingkungan;
c. mengambil cont oh limbah;
d. memint a ket erangan yang diperlukan unt uk menget ahui
kualit as dan kuant it as limbah yang dibuang, t ermasuk proses
pengolahannya.
(2)
Set iap penanggungj awab kegiat an waj ib :
a. mengizinkan pet ugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
unt uk memasuki lingkungan kerj anya dan membant u
t erlaksananya t ugas pet ugas t ersebut ;
b. memberikan ket erangan dengan benar, baik secara lisan
maupun t ert ulis, apabila hal it u dimint a.
Pasal 32
(1)
Set iap penanggungj awab kegiat an waj ib menyampaikan kepada
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I :
a. laporan t ent ang pembuangan limbah cair dan hasil analisisnya
sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
b. pernyat aan bahwa laporan yang t elah disampaikan adalah
benar mewakili kualit as limbah cair yang sebenarnya dibuang.
(2)
Pedoman dan t at a cara pelaporan dit et apkan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I at au inst ansi yang dit unj uk unt uk it u.
Pasal 33
(1)
Apabila pembuangan limbah cair melanggar ket ent uan baku mut u
limbah cair yang t elah dit et apkan dalam Pasal 15, Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I mengeluarkan surat peringat an kepada
15
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
15
-
penanggungj awab kegiat an unt uk memenuhi persyarat an baku
mut u limbah cair dalam wakt u yang dit et apkan.
(2)
Apabila pada akhir wakt u yang dit et apkan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), pembuangan limbah cair belum mencapai
persyarat an baku mut u limbah maka Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I mencabut izin pembuangan limbah cair.
Pasal 34
(1)
Ment eri menunj uk laborat orium t ingkat pusat dalam rangka
pengendalian pencemaran air.
(2)
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menunj uk laborat orium di
daerah unt uk melakukan analisis kualit as air dan kualit as limbah
cair dalam rangka pengawasan dan pemant auan pencemaran air.
BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 35
(1)
Pembiayaan invent arisasi kualit as dan kuant it as air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dibebankan pada anggaran daerah yang
bersangkut an.
(2)
Pembiayaan pengawasan pencemaran
anggaran daerah masing-masing.
air
dibebankan
pada
Pasal 36
(1)
Biaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan pencemaran
air akibat suat u kegiat an dibebankan kepada penanggungj awab
kegiat an yang bersangkut an.
16
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
16
-
(2)
Apabila
penanggungj awab
kegiat an
lalai
melaksanakan
penanggulangan pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) at au melaksanakan t idak sebagaimana mest inya, maka
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dapat melakukan at au
memerint ahkan unt uk melakukan penanggulangan pencemaran
air t ersebut at as beban pembiayaan penanggungj awab kegiat an
yang bersangkut an.
(3)
Apabila dipandang perlu Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah
Tingkat II at as nama Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dapat
mengambil t indakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) at as
beban
pembiayaan
penanggungj awab
kegiat an
yang
bersangkut an.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 37
(1)
Barang siapa melanggar ket ent uan dalam Pasal 17, Pasal 19,
Pasal 20, Pasal 32 Perat uran Pemerint ah ini dikenakan t indakan
administ rat if oleh Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah Tingkat
II.
(2)
Tindakan administ rat if sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
t idak menut up kemungkinan dikenakan t indakan hukum lainnya.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 38
Apabila unt uk suat u j enis kegiat an belum dit ent ukan baku mut u
limbah cairnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, maka baku
mut u limbah cair yang boleh dibuang ke dalam air oleh kegiat an
17
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
17
-
t ersebut dit et apkan oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I set elah
berkonsult asi dengan Ment eri.
Pasal 39
Apabila pada saat diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini t elah
dit et apkan baku mut u limbah cair yang dibuang ke dalam air oleh
suat u kegiat an lebih ket at dibandingkan dengan perhit ungan menurut
baku mut u limbah cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, maka
unt uk kegiat an t ersebut t et ap berlaku baku mut u limbah cair yang
t elah dit et apkan it u.
Pasal 40
Apabila pada saat diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini t elah
dit et apkan baku mut u limbah cair yang dibuang ke dalam air oleh
suat u kegiat an lebih longgar dibandingkan dengan perhit ungan
menurut baku mut u limbah cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15, maka baku mut u limbah cair kegiat an t ersebut waj ib disesuaikan
dengan baku mut u limbah cair sebagaimana dimaksud dengan Pasal 15
dalam j angka wakt u selambat -lambat nya sat u t ahun t erhit ung sej ak
diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini.
Pasal 41
Bagi kegiat an yang sudah beroperasi maka dalam wakt u sat u t ahun
set elah dikeluarkannya Perat uran Pemerint ah ini, harus sudah
memperoleh izin pembuangan limbah cair dari Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I.
Pasal 42
(1)
Apabila pada saat diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini
penggolongan
air
menurut
perunt ukkannya sebagaimana
18
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
18
-
dimaksud dalam Pasal 7 Perat uran Pemerint ah ini belum
dit et apkan, maka golongan air pada badan air t ersebut
dinyat akan sebagai air golongan B sampai ada penet apan lebih
lanj ut oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sesuai dengan
ket ent uan Pasal 10 Perat uran Pemerint ah ini.
(2)
Air pada badan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal
ini dit et apkan sebagai golongan A, apabila :
a. memenuhi kualit as air golongan A sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 Perat uran Pemerint ah ini, at au
b. berada di kawasan hut an lindung, at au
c. berada di sekit ar sumber mat a air.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 5 Juni 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
19
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
19
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 5 Juni 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO
-
20
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
20
-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 1990
TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
A. UMUM
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi haj at hidup orang
banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat t et ap bermanf aat bagi
hidup dan kehidupan manusia sert a makhluk hidup lainnya. Hal ini
berart i bahwa pemanf aat an air unt uk berbagai kepent ingan harus
dilakukan secara bij aksana dengan memperhit ungkan kepent ingan
generasi sekarang dan mendat ang.
Agar air dapat bermanf aat secara berkelanj ut an dengan t ingkat
mut u yang diinginkan, maka pengendalian pencemaran air menj adi
sangat pent ing. Pengendalian pencemaran air merupakan salah sat u
segi pengelolaan lingkungan hidup.
1. Pencemaran air selalu berart i t urunnya kualit as air sampai
ket ingkat t ert ent u yang menyebabkan air t idak dapat berf ungsi
lagi sesuai dengan perunt ukannya. Hal ini berart i bahwa perlu
dit et apkan baku mut u air yang berf ungsi sebagai t olok ukur unt uk
menent ukan t elah t erj adinya pencemaran, dan perunt ukkan air
it u sendiri. Dalam pengert ian pencemaran air, baku mut u air
akan selalu t erkait dengan perunt ukkan air. Baku mut u air di sat u
pihak merupakan suat u t ingkat mut u air yang dikehendaki bagi
suat u perunt ukan, dan di lain pihak merupakan arahan dan
pedoman bagi pengendalian pencemaran air.
Dengan dit et apkannya baku mut u air unt uk set iap perunt ukan
dan memperhat ikan kondisi airnya akan dapat dihit ung berapa
beban zat pencemar yang dapat dit enggang adanya oleh air
21
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
21
-
penerima sehingga air dapat t et ap berf ungsi sesuai dengan
perunt ukannya. Beban pencemaran ini merupakan daya t ampung
beban pencemaran bagi air penerima yang t elah dit et apkan
perunt ukannya.
2. Undang-undang
Nomor
4
Tahun
1982
t ent ang
Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
menet apkan bahwa perlindungan lingkungan hidup dilakukan
berdasarkan baku mut u lingkungan yang diat ur dengan perat uran
perundang-undangan. Baku mut u lingkungan ini dapat berbeda
unt uk set iap lingkungan, wilayah at au wakt u mengingat akan
perbedaan t at a gunanya.
Selanj ut nya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 menet apkan
kewaj iban set iap orang unt uk memelihara lingkungan hidup dan
mencegah sert a menanggulangi kerusakan dan pencemarannya
di- samping hak set iap orang at as lingkungan hidup yang baik dan
sehat . Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 t ent ang Perindust rian
menet apkan lebih lanj ut kewaj iban-kewaj iban bagi perusahaan
indust ri
unt uk melaksanakan upaya keseimbangan dan
kelest arian sumberdaya alam sert a melakukan pencegahan
t imbulnya kerusakan dan pencemaran t erhadap lingkungan hidup
akibat kegiat an indust ri yang dilakukannya.
Dampak negat if yang dit imbulkan oleh kegiat an indust ri pada
suat u t empat dapat berupa gangguan, kerusakan, dan bahaya
t erhadap keselamat an dan kesehat an masyarakat di sekelilingnya
ant ara lain oleh pencemaran air. Tercemarnya air akan dapat
menimbulkan akibat negat if t erhadap deraj at kesehat an anggot a
masyarakat . Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 t ent ang
Pokok-pokok Kesehat an menet apkan hak set iap warga negara
unt uk memperoleh deraj at kesehat an yang set inggi-t ingginya.
Hal ini berart i pula bahwa lingkungan hidup harus memenuhi
syarat kesehat an. Perat uran Pemerint ah ini dimaksudkan unt uk
22
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
22
-
melaksanakan t uj uan yang t ercant um dalam perundang-undangan
t ersebut . Di samping it u, Perat uran Pemerint ah ini berkait an
sangat erat pula dengan pelaksanaan Perat uran Pemerint ah
Nomor 29 Tahun 1986 t ent ang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
3. Pengendalian pencemaran air merupakan kegiat an yang
mencakup
a. invent arisasi kualit as dan kuant it as air pada sumber air
menurut sist em wilayah t at a pengairan;
b. penet apan golongan air menurut perunt ukannya, baku mut u
air dan baku beban pencemaran unt uk golongan air t ersebut ,
sert a baku mut u limbah cair unt uk set iap j enis kegiat an;
c. penet apan mut u limbah cair yang boleh dibuang oleh set iap
kegiat an ke dalam air pada sumber air, dan pemberian izin
pembuangannya;
d. pemant auan perubahan kualit as air pada sumber air dan
mengevaluasi hasilnya;
e. pengawasan t erhadap penat aan perat uran pengendalian
pencemaran air, t ermasuk penat aan mut u limbah cair, sert a
penegakan hukumnya.
B. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Ist ilah yang dirumuskan dalam pasal ini dimaksudkan agar
t erdapat keseragaman pengert ian at as Perat uran Pemerint ah ini
dan perat uran pelaksanaannya lebih lanj ut .
1. Rumusan ini dit urunkan dari pengert ian air sebagaimana
dirumuskan dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 11
Tahun 1974 t ent ang Pengairan. Dalam Perat uran Pemerint ah
ini pengert ian "air" dibat asi pada air yang t erdapat di at as
23
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
23
-
permukaan t anah. Hal ini didasarkan pada pert imbangan bawa
pendekat an pengendalian pencemaran air yang t erdapat di
at as permukaan t anah adalah berbeda dengan pengendalian
pencemaran air yang t erdapat di bawah permukaan t anah dan
air laut .
2. Rumusan ini dit urunkan dari pengert ian pencemaran
lingkungan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 angka 7
Undang-undang
Nomor
4
Tahun
1982
t ent ang
Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Cukup j elas.
4. Rumusan ini dit urunkan dari pengert ian baku mut u lingkungan
sebagaimana
dirumuskan
dalam
pasal
1
angka
6
Undang-undang
Nomor
4
Tahun
1982
t ent ang
Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Yang dimaksud dengan "dit enggang adanya" dalam rumusan
pengert ian ini adalah bat as at au kadar paramet er pencemaran
dalam air secara alami dan dinilai berdasarkan ilmu
penget ahuan masih dapat
dif ungsikan sesuai dengan
perunt ukannya. Baku mut u air merupakan dasar bagi
perlindungan air dan sebagai krit eria pencemaran air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan penj elasan Pasal 15
Undang-undang
Nomor
4
Tahun
1982
t ent ang
Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Beban pencemaran dinyat akan dalam sat uan, j umlah
paramet er pencemaran, biasanya sebagai sat uan berat , at au
unt uk aliran air at au limbah dinyat akan dalam sat uan j umlah
paramet er pencemaran persat uan wakt u. Beban pencemaran
dapat dit ent ukan dengan mengukur kadar paramet er
pencemaran dan volume at au debit aliran air at au limbah yang
bersangkut an. Nilai beban pencemaran t ersebut dihit ung
dengan perkalian ant ara kadar dan volume at au debit aliran
set elah sat uan volumenya disesuaikan.
24
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
24
-
Cont oh perhit ungan :
Dari pengukuran didapat konsent rasi padat an t ersuspensi
adalah 1 mg/ lit er dan debit aliran limbah sebesar 10 met er
kubik/ menit .
Debit aliran limbah set elah penyesuaian sat uan volume adalah
10 x 1000 lit er/ menit (karena 1 m3 = 1000 lit er) Maka beban
pencemaran padat an t ersuspensi dari limbah t ersebut adalah :
= 10 x 1000 (lit er/ menit ) x 1 (mg/ lit er)
= 10. 000 mg/ menit .
6. Daya t ampung beban pencemaran dit ent ukan dengan t eknik
dan met oda t ert ent u berdasarkan dat a kondisi kualit as dan
kuant it as air sert a baku mut u air pada suat u sumber air
t ert ent u. Daya t ampung beban pencemaran dapat digunakan
sebagai dasar pert imbangan dalam perizinan pembuangan
limbah-limbah cair ke sumber air yang bersangkut an; j ika
beban pencemaran dari limbah-limbah yang dibuang melebihi
daya t ampung beban pencemaran air pada sumber air t ersebut
maka besar kemungkinannya air t ersebut akan mengalami
pencemaran.
7. Yang dimaksud dengan "dit enggang adanya" dalam rumusan
pengert ian ini adalah secara administ rat if dan berdasarkan
perhit ungan rasional.
8. Cukup j elas.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan inst ansi t eknis dalam pasal ini adalah yang
dit et apkan berdasarkan perat uran perundang-undangan yang
berlaku. Invent arisasi kualit as dan kuant it as air diperlukan unt uk
menget ahui kondisi air dan kecenderungan berubahnya pada
sumber air dalam rangka pengolahan kualit as air dan
25
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
25
-
pengendalian pencemaran air. Yang dimaksud dengan kualit as air
adalah sif at air dan kandungan makhluk hidup, zat , at au energi,
at au komponen lain dalam air. Kualit as air dinyat akan sebagai
paramet er kualit as air, misalnya pH, warna, t emperat ur hant aran
list rik, konsent rasi zat kimia, konsent rasi bakt eri, dan
sebagainya.
Yang dimaksud dengan kuant it as air adalah j umlah at au debit
aliran air pada sumber air.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan sumber air dalam ayat ini adalah sama
dengan pengert ian sumber air sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan, yang
dapat berupa ant ara lain sungai, danau, dan rawa.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Laporan yang disampaikan merupakan hasil pengolahan dat a
yang dilakukan oleh inst ansi t eknis yang isi laporan meliput i
analisis dat a, kondisi dan kecenderungan kualit as dan
kuant it as air, sumber-sumber pencemaran, kesimpulan dan
saran.
Pasal 5
Ayat (1)
Yang
dimaksud
dengan
ident if ikasi
sumber-sumber
26
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
26
-
pencemaran adalah unt uk menget ahui kegiat an-kegiat an yang
berpot ensi mencemarkan air sert a kemungkinan j enis dan
besaran pencemarannya.
Ayat (2)
Tindak lanj ut pengendalian bert uj uan agar pembuangan
limbah dari sumber-sumber pencemaran t ermasuk memenuhi
kebut uhan baku mut u limbahnya sehingga air penerima limbah
yang bersangkut an memenuhi baku mut u air yang diinginkan.
Pasal 6
Cukup j elas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan perluasan pemanf aat an golongan air
adalah pemanf aat an air di luar dari penggolongan air sepert i
yang dit et apkan pada Pasal 7 ayat (1) Perat uran Pemerint ah
ini.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Ruj ukan kepada ilmu penget ahuan diperlukan bila diduga ada
paramet er yang t idak at au belum t ercakup dalam baku mut u
air.
27
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
27
-
Pasal 9
Penet apan met ode analis dimaksudkan unt uk menggunakan
ruj ukan yang sama dalam pengukuran dan penilaian paramet er
pencemaran dalam baku mut u air dan baku mut u limbah cair
t ermaksud.
Pasal 10
Ayat (1)
Karena perunt ukan air dan baku mut u air menyangkut
kepent ingan umum maka unt uk set iap air pada sumber air
perlu dit et apkan perunt ukan dan golongannya oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I. Dalam hal kondisi mut u air t idak
memenuhi krit eria mut u unt uk perunt ukan yang seharusnya,
t idak boleh kemudian golongannya dit et apkan sesuai dengan
kondisi mut u t ersebut , yang diperlukan adalah program agar
kondisi mut u air t ersebut dapat memenuhi krit eria mut u unt uk
perunt ukkan yang seharusnya.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Yang dimaksud dalam ayat ini adalah wewenang suat u badan
pengelola sepert i ot orit a dan sebagainya.
Pasal 11
Program peningkat an t ersebut bert uj uan agar kualit as air
t ersebut mencapai t ingkat sesuai dengan penggolongan
perunt ukannya dalam j angka wakt u t ert ent u at au bahkan
menaikkan sampai kualit as yang lebih baik lagi.
Pasal 12
Yang dimaksud dengan peningkat an penggolongan perunt ukannya
adalah agar air yang bersangkut an dapat dit et apkan sebagai
28
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
28
-
golongan air dengan t ingkat kualit as air yang lebih baik.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Dalam hal sumber air, menj adi bat as propinsi at au mengalir
melalui dua at au lebih propinsi, para Gubernur yang
bersangkut an perlu berkonsult asi t erlebih dahulu dengan
Ment eri sebelum menet apkan pengendalian pencemarannya
agar dapat dicapai ket erpaduannya/ pengendalian pencemaran
t erhadap sumber air t ersebut .
Pasal 14
Daya t ampung beban pencemaran digunakan sebagai salah sat u
dasar pert imbangan dalam perizinan pembuangan limbah cair ke
sumber air. lnf ormasi t ent ang daya t ampung beban pencemaran
ini bersif at t erbuka unt uk diket ahui oleh set iap orang.
Pasal 15
Ayat (1)
Baku mut u limbah cair dit et apkan unt uk set iap j enis kegiat an,
misalnya baku mut u limbah cair unt uk indust ri pupuk, t apioka,
kelapa sawit dan sebagainya. Baku mut u limbah cair t ersebut
dilengkapi dengan pedoman penerapannya.
Ayat (2)
Mengingat kondisi air pada sumber air dan t ingkat t eknologi
pengolahan limbah dit iap daerah dapat berbeda, maka
Gubernur dalam rangka pengendalian pencemaran air dapat
menet apkan baku mut u limbah cair yang lebih ket at bagi
daerahnya.
29
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
29
-
Pasal 16
Baku mut u air dipengaruhi oleh perkembangan keadaan. Baku
mut u limbah cair yang ant ara lain didasarkan pada t ingkat
kemampuan t eknologi yang dapat berubah dengan perkembangan
wakt u. Sedangkan daya t ampung beban pencemaran dipengaruhi
oleh baku mut u air yang dit et apkan dan kondisi air pada sumber
air yang bersangkut an. Karena it u, baku mut u air, daya t ampung
beban pencemaran, dan baku mut u limbah cair perlu dit inj au
secara berkala. Jangka wakt u lima t ahun dipandang sebagai
wakt u yang layak unt uk melakukan peninj auan kembali t ersebut .
Pasal 17
Ayat (1)
Baku mut u limbah cair membat asi kadar dan beban
pencemaran yang dibuang ke air pada sumber air. Baku mut u
limbah cair t ersebut berlaku unt uk pembuangan limbah cair ke
dalam air dan ke air laut .
Ayat (2)
Pengenceran limbah cair t idak mengurangi beban pencemaran,
t et api hanya memperbesar volume limbah cair sehingga
mengecilkan kadarnya. Pengenceran di sini t ermasuk
mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran
pembuangan limbah cair.
Pasal 18
Cukup j elas
Pasal 19
Pembuangan limbah cair ke t anah dapat menimbulkan
pencemaran t anah dan pencemaran air t anah. Namun dengan
t eknologi t ert ent u limbah cair dapat diolah dengan cara
menempat kan limbah cair di t anah, sebagai cont oh adalah ant ara
lain yang dikenal dengan cara "spray irrigat ion", t et api unt uk
30
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
30
-
penerapannya perlu penelit ian agar
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
t idak
menimbulkan
Pasal 20
Tempat pengambilan cont oh harus dilengkapi dengan f asilit asf asilit as yang memudahkan pihak-pihak yang berkepent ingan
unt uk pengambilan cont oh dari saluran limbah dan pengukuran
debit limbahnya. Fasilit as yang dimaksud misalnya t ersedianya
sarana j alan, sarana bak kont rol, kerangan bagi aliran limbah
bert ekanan dan sebagainya.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 22
Pungut an ret ribusi oleh Pemerint ah Daerah hanya dikenakan
t erhadap pemakai sarana pengolahan limbah cair yang disediakan
oleh Pemerint ah Daerah. Adapun besarnya pemungut an ret ribusi
dit ent ukan sesuai dengan ket ent uan yang berlaku. Pembuangan
at au pengolahan limbah, dapat dilakukan oleh Pemerint ah
Daerah sendiri at au dapat diserahkan kepada pihak swast a.
Pasal 23
Yang dimaksud dalam pasal ini dengan pencemaran air oleh
masuknya limbah cair at au bahan lain t idak melalui sarana yang
dibuat khusus unt uk it u adalah misalnya pencemaran air yang
diakibat kan oleh masuknya bahan pencemar ke dalam air karena
misalnya t erbawa oleh air huj an, erosi, at au penggerusan;
cont ohnya adalah masuknya sisa bahan pest isida dan pupuk dari
lahan pert anian ke dalam air.
31
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
31
-
Pasal 24
Yang dimaksud dengan sumber air yang membahayakan
keselamat an umum adalah ant ara lain air yang mengandung
misalnya bahan kimia yang berbahaya dan beracun sepert i logam
beracun. Pengumuman ini dimaksudkan unt uk mencegah
penggunaan sumber air t ersebut yang dapat membahayakan
keselamat an, t ermasuk kesehat an, penggunaannya sement ara
upaya pengendalian dilakukan.
Pasal 25
Cukup j elas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Izin ordonansi gangguan yang dberikan harus mengacu kepada
izin pembuangan limbah cair yang dikeluarkan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan
dimana t erj adi kesalahan dalam proses operasi sehingga
menimbulkan beban pencemaran yang j auh lebih besar dari
keadaan normal. Unt uk it u penanggung j awab kegiat an harus
menyediakan sarana dan menyusun prosedur unt uk keadaan
t ersebut , misalnya sarana penampungan sement ara limbah
cair yang dihasilkan pada keadaan darurat t ersebut unt uk
selanj ut nya diolah sehingga limbah cair yang dibuang t et ap
memenuhi baku mut u limbah sebagaimana dit ent ukan dalam
izinnya.
32
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
32
-
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Dari st udi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dapat
diket ahui t ingkat mut u limbah cair suat u kegiat an yang bila
dibuang t idak mencemarkan air penerimanya. Bisa t erj adi dari
hasil st udi t ersebut didapat kan bahwa kegiat an t ersebut
mampu mencapai t ingkat mut u limbah cair yang lebih baik
dari baku mut u yang lebih ket at dari perat uran baku mut u
limbah cair yang dit et apkan.
Pasal 29
Ayat (1)
Ket ent uan ayat ini dimaksudkan unt uk memberikan kej elasan
bahwa set iap orang dapat melaporkan t ent ang t erj adinya
pencemaran lingkungan, dan menget ahui t at a laksananya.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Tugas pej abat kepolisian sebagai pej abat penyidik unt uk
melakukan penyelidikan t ent ang adanya unsur pidana dalam
kasus pencemaran air yang dilaporkan padanya.
33
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
33
-
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Bent uk t indakan t ersebut ant ara lain dengan menghent ikan
masuknya limbah cair ke t empat
t ersebut dari sumbernya
dan at au melokalisir pencemaran.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Jika pada saat Perat uran Pemerint ah ini dit et apkan belum ada
inst ansi t eknis di daerah yang khusus bert ugas unt uk it u,
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dapat menunj uk inst ansi
lain di Daerah.
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Cukup j elas
Ayat (6)
Cukup j elas
Ayat (7)
Tat a laksana yang akan dit et apkan oleh Gubernur meliput i
ant ara lain t anda pengenal, surat t ugas pengawasan dan
sebagainya.
34
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
34
-
Pasal 31
Ayat (1)
Pet ugas yang memasuki areal kegiat an sumber pencemaran
bert ugas memeriksa ant ara lain bekerj anya peralat an
pengolahan limbah, mengambil cont oh limbah dan memeriksa
saluran pembuangan limbah. .
Ayat (2)
Penanggung j awab kegiat an yang menghalangi at au t idak
mengizinkan pet ugas menj alankan t ugasnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dapat dikenakan ket ent uan
pidana yang ant ara lain diat ur dalam Pasal 216 Kit ab
Undang-undang Hukum Pidana. Memasuki lingkungan kerj a
harus diart ikan sedemikian rupa bahwa pet ugas harus dapat
segera menuj u ke t empat sasaran t ugasnya.
Pasal 32
Ayat (1)
Pernyat aan t ent ang kebenaran laporan harus dit andat angani
oleh penanggungj awab kegiat an dan at au diket ahui oleh
pemilik at au penanggungj awab perusahaan.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
35
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
35
-
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Penunj ukan sat u laborat orium oleh Gubernur dimaksudkan
agar t erdapat kepast ian dat a hasil analisis kualit as dan
kuant it as limbah.
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat . (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "dipandang perlu" adalah keadaan yang
mengharuskan diambil t indakan segera unt uk mencegah
meluasnya pencemaran.
Pasal 37
Ayat (1)
Bent uk t indakan administ rat if yang dimaksud dalam ayat ini
ant ara lain dapat berupa pencabut an izin pembuangan limbah,
penghent ian sement ara kegiat an, penyegelan semua saluran
36
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
36
-
pembuangan limbah cair at au berupa t indakan lainnya yang
dit ent ukan dalam izin.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 38
Cukup j elas
Pasal 39
Cukup j elas
Pasal 40
Cukup j elas
Pasal 41
Cukup j elas
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 43
Cukup j elas