Peraturan Perundangan PP NO 17 TH 1990
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 1990
TENTANG
PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LISTRIK NEGARA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985
t ent ang Ket enagalist rikan dan Perat uran Pemerint ah Nomor 3
Tahun 1983 t ent ang Tat a Cara Pembinaan dan Pengawasan
Perusahaan Jawat an (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM), dan
Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana t elah diubah dengan
Perat uran Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983, maka pengat uran
Perusahaan Umum (PERUM) List rik Negara yang didirikan dengan
Perat uran Pemerint ah Nomor 18 Tahun 1972 sebagaimana t elah
diubah dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 1981 perlu
disesuaikan;
b. bahwa penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu
diat ur dengan Perat uran Pemerint ah;
Mengingat
: 1. Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 t ent ang Perusahaan
Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1989);
3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Penet apan Perat uran
Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 t ent ang
Bent uk-bent uk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor
16,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
2890) menj adi
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2904);
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 t ent ang Ket enagalist rikan
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3317);
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
2
-
5. Perat uran Pemerint ah Nomor 10 Tahun 1989 t ent ang Penyediaan
dan Pemanf aat an Tenaga List rik (Lembaran Negara Tahun 1989
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3394);
6. Perat uran Pemerint ah Nomor 3 Tahun 1983 t ent ang Tat a Cara
Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawat an (PERJAN),
Perusahaan Umum (PERUM), dan Perusahaan Perseroan (PERSERO)
(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3246) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran
Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983
Nomor 37);
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUSAHAAN
UMUM (PERUM) LISTRIK NEGARA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :
1.
Pemerint ah adalah Pemerint ah Republik Indonesia;
2.
Presiden adalah Presiden Republik Indonesia;
3.
Ment eri adalah Ment eri yang bert anggung j awab dalam bidang
ket enagalist rikan;
4.
Direkt ur Jenderal adalah Direkt ur Jenderal yang bert anggung
j awab dalam bidang ket enagalist rikan;
5.
Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Umum
(PERUM) List rik Negara;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
3
-
6.
Perusahaan adalah Perusahaan Umum (PERUM) List rik Negara;
7.
Direksi adalah Direksi Perusahaan Umum (PERUM) List rik
Negara;
8.
Direkt ur Ut ama adalah Direkt ur Ut ama Perusahaan Umum
(PERUM) List rik Negara;
9.
Pegawai adalah Pegawai pada Perusahaan Umum (PERUM) List rik
Negara;
10.
Pembinaan adalah kegiat an unt uk memberikan pedoman bagi
Perusahaan dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengendalian dengan maksud agar Perusahaan dapat
melaksanakan t ugas dan f ungsinya secara berdaya guna dan
berhasil guna sert a dapat berkembang dengan baik;
11.
Pengawasan adalah seluruh proses kegiat an penilaian t erhadap
Perusahaan dengan t uj uan agar Perusahaan dapat melaksanakan
t ugas dan f ungsinya dengan baik dan berhasil mencapai t uj uan
yang t elah dit et apkan;
12.
Pemeriksaan adalah kegiat an unt uk menilai Perusahaan dengan
cara membandingkan ant ara keadaan yang sebenarnya dengan
keadaan yang seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan
maupun dalam bidang t eknis operasional;
13.
Pengelolaan
Perusahaan
adalah
kegiat an
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian Perusahaan
sesuai dengan pembinaan yang digariskan oleh Ment eri;
BAB II
PENDIRIAN PERUSAHAAN
Pasal 2
Perusahaan yang didirikan dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 18
Tahun 1972 sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
4
-
Pemerint ah Nomor 54 Tahun 1981, dilanj ut kan berdirinya dan
dit et apkan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ket enagalist rikan dan
meneruskan
usaha-usaha
selanj ut nya
berdasarkan
ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini.
BAB III
ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN
Bagian Pert ama
Umum
Pasal 3
(1)
Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah Badan
Usaha Milik Negara di bidang ket enagalist rikan yang diserahi
t ugas semat a-mat a unt uk melaksanakan usaha penyediaan t enaga
list rik unt uk kepent ingan umum dan dapat diberi t ugas unt uk
melakukan pekerj aan usaha penunj ang t enaga list rik.
(2)
Perusahaan
melakukan
usaha-usahanya
berdasarkan
ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini dan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Dengan t idak mengurangi ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran
Pemerint ah ini, t erhadap Perusahaan berlaku Hukum Indonesia
Bagian Kedua
Tempat Kedudukan
Pasal 4
(1)
Perusahaan
Jakart a.
bert empat
kedudukan
dan
berkant or
pusat
di
(2)
Perubahan t empat kedudukan dan kant or pusat Perusahaan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
5
-
dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.
(3)
Dalam rangka pengembangan, Perusahaan dapat mengadakan
sat uan organisasi pelaksana yang dit et apkan oleh Direksi set elah
mendapat perset uj uan Ment eri.
Bagian Ket iga
Sif at , Maksud dan Tuj uan
Pasal 5
(1)
Sif at usaha dari Perusahaan adalah menyediakan t enaga list rik
bagi kepent ingan umum dan sekaligus memupuk keunt ungan
berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan.
(2)
Maksud didirikannya Perusahaan adalah unt uk mengusahakan
penyediaan t enaga list rik dalam j umlah dan mut u yang memadai
dengan t uj uan unt uk :
a. meningkat kan kesej aht eraan dan kemakmuran rakyat secara
adil dan merat a sert a mendorong peningkat an kegiat an
ekonomi;
b. mengusahakan
keunt ungan
agar
dapat
membiayai
pengembangan penyediaan t enaga list rik unt uk melayani
kebut uhan masyarakat ;
c. menj adi perint is kegiat an-kegiat an usaha penyediaan t enaga
list rik yang belum dapat dilaksanakan oleh sekt or swast a dan
koperasi;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
6
-
Bagian Keempat
Lapangan Usaha
Pasal 6
(1)
Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi dan t erj aminnya
keselamat an kekayaan Negara, Perusahaan menyelenggarakan
penyediaan t enaga list rik yang meliput i kegiat an pembangkit an,
t ransmisi dan dist ribusi sampai dengan t it ik pemakaian.
(2)
Dalam menyelenggarakan usaha sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Perusahaan melakukan perencanaan dan pembangunan
sarana penyediaan t enaga list rik, dan pengembangan penyediaan
t enaga list rik.
(3) Dengan perset uj uan Ment eri, Perusahaan dapat diberi t ugas
pekerj aan usaha penunj ang penyediaan t enaga list rik.
Pasal 7
Dalam melaksanakan usaha-usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (1), at as perset uj uan Ment eri, Perusahaan dapat bekerj a sama
dengan badan usaha lain.
Bagian Kelima
Modal
Pasal 8
(1)
Modal Perusahaan adalah kekayaan Negara yang dipisahkan dari
Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara dan t idak t erbagi at as
saham-saham.
(2)
Besarnya modal Perusahaan adalah sama dengan nilai seluruh
kekayaan Negara yang t elah t ert anam dalam Perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, berdasarkan penet apan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
7
-
Ment eri Keuangan sesuai dengan hasil perhit ungan yang dilakukan
bersama oleh Depart emen Keuangan dan Depart emen yang
bert anggung j awab dalam bidang ket enagalist rikan.
(3)
Set iap penambahan modal yang berasal dari kekayaan Negara
yang dipisahkan dilakukan dengan Perat uran Pemerint ah.
(4)
Perusahaan dapat menambah modalnya dengan dana yang
dibent uk dan dipupuk secara int ern menurut ket ent uan dalam
Pasal 54.
(5)
Perusahaan t idak mengadakan cadangan diam at au cadangan
rahasia.
(6)
Semua alat -alat likuid (liquide) yang t idak segera diperlukan oleh
Perusahaan disimpan dalam bank milik Negara yang diset uj ui
oleh Ment eri.
Pasal 9
(1)
Pembelanj aan unt uk invest asi yang dilaksanakan oleh Perusahaan
dapat berasal dari :
a. dana int ern Perusahaan;
b. penyert aan Negara melalui Anggaran Pendapat an dan Belanj a
Negara;
c. pinj aman dari dalam dan/ at au luar negeri;
d. sumber-sumber lainnya yang sah.
(2)
Anggaran invest asi diaj ukan dalam anggaran Perusahaan,
sedangkan bilamana anggaran invest asi diaj ukan pada masa
t ahun buku yang bersangkut an, maka anggaran invest asi diaj ukan
bersamaan dengan anggaran t ahunan at au perubahan anggaran
Perusahaan yang pengaj uannya dilakukan sesuai dengan t at a cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
8
-
Pasal 10
(1)
Perusahaan dapat memperoleh dan menggunakan dana yang
diperoleh unt uk mengembangkan usahanya melalui pengeluaran
obligasi at au alat -alat yang sah lainnya.
(2)
Pengeluaran obligasi at au alat -alat yang sah lainnya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), t ermasuk ket ent uan-ket ent uan yang
berhubungan dengan it u, diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 11
Set iap kegiat an penyerahan, pemindaht anganan, pembebanan,
penghapusan
akt iva
t et ap,
penerimaan
pinj aman
j angka
menengah/ panj ang, pemberian pinj aman dalam bent uk dan cara
apapun, t idak menagih lagi, menghapuskan dari pembukuan piut ang
dan persediaan barang dapat dilakukan oleh Direksi at as izin Ment eri
set elah mendapat perset uj uan t erlebih dahulu dari Ment eri Keuangan.
Pasal 12
Pembebanan t ugas t ambahan kepada Perusahaan di luar t ugas
pokoknya yang menimbulkan akibat keuangan t erhadap anggaran
Perusahaan dit et apkan oleh Ment eri set elah mendapat perset uj uan
dari Ment eri Keuangan.
Bagian Keenam
Pimpinan, Pembinaan dan Pengelola
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
9
-
Pasal 13
Perusahaan dipimpin dan dikelola oleh suat u Direksi yang t erdiri dari
seorang Direkt ur Ut ama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat ) orang
Direkt ur sesuai dengan bidang usahanya.
Pasal 14
(1)
Pembinaan t erhadap Perusahaan dilakukan oleh Ment eri, yang
dalam
pelaksanaannya dibant u oleh Direkt ur
Jenderal
berdasarkan ket ent uan-ket ent uan yang dit et apkan lebih lanj ut
oleh Ment eri.
(2)
Direksi at au Direkt ur Ut ama unt uk dan at as nama Direksi
menerima pet unj uk-pet unj uk dari dan bert anggung j awab kepada
Ment eri t ent ang kebij aksanaan umum unt uk menj alankan
t ugas-t ugas pokok Perusahaan dan hal-hal lain yang dianggap
perlu.
(3)
Pelaksanaan t anggung j awab administ rat if f ungsional Perusahaan
sebagai badan usaha milik Negara t erhadap pemerint ah, dalam
hal ini Ment eri dan Ment eri Keuangan, dilakukan oleh Direkt ur
Ut ama at as nama Direksi.
Pasal 15
Tugas dan wewenang Direksi adalah sebagai berikut :
a. memimpin, mengurus dan mengelola Perusahaan sesuai dengan
maksud dan t uj uan Perusahaan dengan senant iasa berusaha
meningkat kan daya guna dan hasil guna dari Perusahaan;
b. menguasai, memelihara, dan mengurus kekayaan Perusahaan;
c. mewakili Perusahaan di dalam dan di luar Pengadilan;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
10
-
d. melaksanakan kebij aksanaan umum dalam mengurus Perusahaan
yang t elah digariskan oleh Ment eri;
e. menet apkan
kebij aksanaan
Perusahaan
sesuai
kebij aksanaan umum yang dit et apkan oleh Ment eri;
dengan
f . menyiapkan pada wakt unya rencana kerj a t ahunan Perusahaan
lengkap dengan anggaran keuangan;
g. mengadakan dan memelihara t at a buku dan administ rasi
Perusahaan sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suat u
Perusahaan;
h. menyiapkan susunan
perincian t ugasnya;
orgarnisasi
Perusahaan
lengkap
dengan
i. mengangkat dan memberhent ikan Pegawai sesuai dengan perat uran
kepegawaian yang berlaku bagi Perusahaan;
j . menet apkan gaj i, pensiun/ j aminan hari t ua dan penghasilan lain
bagi Pegawai sert a mengat ur semua hal kepegawaian lainnya,
sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang
berlaku ;
k. memberikan segala ket erangan t ent ang keadaan dan j alannya
Perusahaan baik dalam bent uk laporan t ahunan, maupun laporan
berkala menurut cara dan wakt u yang dit ent ukan dalam Perat uran
Pemerint ah ini sert a set iap kali dimint a oleh Ment eri;
l. menj alankan kewaj iban-kewaj iban lainnya berdasarkan pet unj uk
Ment eri.
Pasal 16
(1)
Dalam menj alankan t ugas-t ugas pokok Perusahaan :
a. Direkt ur Ut ama berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
11
-
b. Para Direkt ur berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi, masing-masing unt uk bidangnya dalam bat as-bat as yang
dit ent ukan dalam perat uran t at a t ert ib dan t at a cara
menj alankan pekerj aan Direksi.
(2)
Apabila Direkt ur Ut ama berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au apabila j abat an it u t erluang dan penggant inya
belum diangkat at au belum memangku j abat annya, maka j abat an
Direkt ur Ut ama dipangku oleh Direkt ur yang t ert ua dalam masa
j abat an berdasarkan penunj ukan sement ara Ment eri dan apabila
Direkt ur dimaksud t idak ada at au berhalangan t et ap, maka
j abat an t ersebut dipangku oleh Direkt ur lain berdasarkan
penunj ukan sement ara Ment eri, keduanya dengan kekuasaan dan
wewenang Direkt ur Ut ama.
(3)
Apabila semua anggot a Direksi berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au j abat an Direksi t erluang seluruhnya dan
belum diangkat penggant inya at au belum memangku j abat annya,
maka unt uk sement ara wakt u pimpinan dan pengurusan
Perusahaan dij alankan oleh seorang Pej abat Direksi yang dit unj uk
oleh Ment eri.
(4)
Dalam menj alankan t ugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf c, Direksi dapat melaksanakannya sendiri
at au menyerahkan kekuasaan t ersebut kepada :
a. Seorang at au beberapa orang anggot a Direksi, at au
b. Seorang at au beberapa orang Pegawai baik sendiri maupun
bersama-sama, at au
c. Orang at au badan lain,
yang khusus dit unj uk unt uk hal t ersebut .
(5)
Tat a t ert ib dan t at a cara menj alankan pekerj aan Direksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur dalam perat uran
yang dit et apkan oleh Direksi dengan perset uj uan Ment eri.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
(6)
12
-
Gaj i, t unj angan, emolumen, dan penghasilan lain dari para
anggot a Direksi dit et apkan oleh Ment eri, dengan memperhat ikan
perat uran perundangan-undangan yang berlaku.
Pasal 17
(1)
Anggot a Direksi diangkat dan diberhent ikan oleh Presiden at as
usul Ment eri set elah mendengar pert imbangan Ment eri Keuangan.
(2)
Anggot a Direksi diangkat unt uk masa 5 (lima) t ahun dan set elah
masa j abat annya berakhir dapat diangkat kembali.
(3)
Dalam hal-hal t ersebut di bawah ini, Presiden at as usul Ment eri
dapat memberhent ikan seluruh at au salah seorang anggot a
Direksi meskipun masa j abat annya sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) belum berakhir karena :
a. mut asi j abat an unt uk kepent ingan Perusahaan dan Negara;
b. at as permint aan sendiri,
c. melakukan perbuat an at au sikap yang merugikan Perusahaan;
d. melakukan t indakan at au sikap yang bert ent angan dengan
kepent ingan Negara;
e. cacat f isik at au ment al yang mengakibat kan t idak dapat
melaksanakan t ugasnya;
f . meninggal dunia;
g. t idak cukup cakap at au t ernyat a t idak melaksanakan t ugasnya
dengan baik;
h. t idak melaksanakan ket ent uan-ket ent uan dalam
dasar Perusahaan.
(4)
anggaran
Pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) huruf c dan huruf d, j ika merupakan suat u pelanggaran
t erhadap perat uran hukum pidana, merupakan pemberhent ian
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
13
-
t idak dengan hormat .
(5)
Sebelum pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) huruf c dan huruf d dilakukan, kepada anggot a
Direksi yang bersangkut an diberi kesempat an unt uk membela diri
secara t ert ulis yang dit uj ukan kepada Ment eri yang harus
dilaksanakan dalam wakt u 1 (sat u) bulan set elah anggot a Direksi
yang bersangkut an diberit ahukan oleh Ment eri t ent ang rencana
pemberhent ian it u.
(6)
Selama persoalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) belum
diput us, maka Ment eri dapat memberhent ikan unt uk sement ara
wakt u anggot a Direksi yang bersangkut an.
(7)
Jika dalam wakt u 2 (dua) bulan set elah memberhent ikan anggot a
Direksi yang bersangkut an berdasarkan ket ent uan ayat (4) belum
diperoleh keput usan mengenai pemberhent ian anggot a Direksi
t ersebut , maka pemberhent ian sement ara it u menj adi bat al dan
anggot a Direksi yang bersangkut an dapat segera menj alankan
j abat annya
lagi,
kecuali
bilamana
unt uk
keput usan
pemberhent ian t ersebut diperlukan keput usan pengadilan dalam
hal it u harus diberit ahukan kepada yang bersangkut an.
Pasal 18
(1)
Anggot a Direksi adalah warga negara Indonesia.
(2)
Anggot a Direksi diangkat berdasarkan syarat -syarat kemampuan
dan keahlian dalam bidang pengelolaan Perusahaan, memiliki
penget ahuan dan pengalaman yang diperlukan unt uk memimpin
suat u Perusahaan yang bergerak dalam bidang ket enagalist rikan,
mempunyai akhlak dan moral yang baik sert a memenuhi
syarat -syarat lainnya yang diperlukan unt uk menunj ang kemaj uan
Perusahaan yang dipimpinnya.
(3)
Direksi mencurahkan pengabdian dan kemampuannya secara
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
14
-
penuh pada t ugas, kewaj iban
diadakannya Perusahaan.
dan
pencapaian
t uj uan
Pasal 19
(1)
Ant ara para anggot a Direksi t idak boleh ada hubungan keluarga
sampai deraj at ket iga baik menurut garis lurus maupun garis ke
samping t ermasuk menant u dan ipar, kecuali j ika diizinkan
Presiden.
(2)
Jika sesudah pengangkat an, mereka memasuki hubungan
kekeluargaan yang t erlarang it u, maka unt uk dapat melanj ut kan
j abat annya, diperlukan izin t ert ulis dari Presiden.
(3)
Anggot a Direksi t idak boleh mempunyai kepent ingan pribadi baik
langsung
maupun
t idak
langsung
dalam
suat u
perkumpulan/ perusahaan lain yang berusaha/ bert uj uan mencari
laba.
(4)
Anggot a Direksi t idak dibenarkan unt uk memangku j abat an
rangkap sebagaimana t ersebut di bawah ini :
a. Direkt ur Ut ama dan Direkt ur pada badan usaha milik Negara
lainnya at au perusahaan swast a, at au j abat an lain yang
berhubungan dengan pengelolaan Perusahaan;
b. Jabat an
st rukt ural
dan
f ungsional
lainnya
inst ansi/ Lembaga Pemerint ah Pusat / Daerah;
c. Jabat an-j abat an
lainnya,
berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Ket uj uh
Rencana Kerj a dan Anggaran Perusahaan
Pasal 20
dalam
perat uran
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
15
-
(1)
Selambat -lambat nya 3 (t iga) bulan sebelum t ahun buku mulai
berlaku, Direksi mengirimkan rencana kerj a dan anggaran
Perusahaan yang meliput i anggaran invest asi dan anggaran
eksploit asi kepada Ment eri unt uk memperoleh pengesahannya
berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan Ment eri
Keuangan.
(2)
Kecuali apabila Ment eri secara t ert ulis mengemukakan keberat an
at au menolak kegiat an yang dimuat dalam rencana kerj a dan
anggaran Perusahaan sebelum menginj ak t ahun buku baru, maka
anggaran t ersebut berlaku sepenuhnya.
(3)
Rencana kerj a dan/ at au anggaran t ambahan at au perubahan
anggaran yang t ert era di dalam t ahun buku yang bersangkut an
harus diaj ukan t erlebih dahulu kepada Ment eri, menurut cara
dan wakt u yang dit et apkan oleh Ment eri, unt uk memperoleh
pengesahannya berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan
Ment eri Keuangan.
(4)
Apabila dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah permint aan
perset uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diaj ukan, oleh
Ment eri t idak diberikan keberat an secara t ert ulis, maka
perubahan rencana kerj a dan anggaran t ersebut dianggap t elah
disahkan.
(5)
Rencana kerj a dan/ at au anggaran Perusahaan yang t elah
disahkan merupakan landasan kerj a dan menj adi t ugas bagi
Direksi
unt uk
melaksanakan
kegiat an
yang t ercant um
didalamnya.
Pasal 21
(1)
Semua pembiayaan dalam rangka pelaksanaan t ugas Sat uan
Pengawasan Int ern, Dewan Pengawas sert a t enaga ahli,
dibebankan kepada Perusahaan dan secara j elas dianggarkan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
16
-
dalam anggaran Perusahaan.
(2)
Perusahaan dilarang membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh
Depart emen/ Inst ansi yang membina dan mengawasi Perusahaan
dalam rangka pembinaan dan pengawasan Perusahaan.
Bagian Kedelapan
Harga Jual Tenaga List rik
Pasal 22
(1)
Harga j ual t enaga list rik dit et apkan oleh Presiden berdasarkan
usul Ment eri.
(2)
Dalam mengusulkan harga j ual t enaga list rik sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Ment eri memperhat ikan hal-hal sebagai
berikut :
a.
kepent ingan rakyat dan kemampuan dari masyarakat ;
b.
kaidah-kaidah indust ri dan niaga yang sehat ;
c.
biaya produksi;
d.
ef isiensi pengusahaan;
e.
kelangkaan sumber energi primer yang digunakan;
f.
skala pengusahaan dan int er koneksi sist em yang dipakai;
g.
t ersedianya sumber dana unt uk invest asi.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
17
-
Bagian Kesembilan
Sist em Akunt asi
Pasal 23
Tahun Buku Perusahaan adalah t ahun t akwim, kecuali j ika dit et apkan
lain oleh Ment eri.
Pasal 24
(1)
Set iap perubahan baik yang diakibat kan oleh t ransaksi maupun
oleh kej adian lain dalam Perusahaan yang mempengaruhi akt iva,
hut ang, modal, biaya dan pendapat an harus dibukukan at as dasar
sist em akunt asi yang dapat dipert anggungj awabkan.
(2)
Sist em akunt ansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun
dan dilaksnakan oleh Direksi agar dapat berj alan dengan baik
berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian int ern, t erut ama
pemisahan f ungsi pengurusan, pencat at an, penyimpanan dan
pengawasan.
(3)
Dalam rangka pemeriksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan menilai sist em yang dit et apkan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan bilamana perlu memberikan
pet unj uk dan saran penyempurnaan.
Bab Kesepuluh
Pengawasan
Pasal 25
(1)
Ment eri melakukan pengawasan umum at as j alannya Perusahaan.
(2)
Pada Perusahaan dibent uk Dewan Pengawas yang bert anggung
j awab kepada Ment eri.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
18
-
(3)
Dewan Pengawas bert ugas unt uk melaksanakan pengawasan
t erhadap pengelolaan Perusahaan t ermasuk pelaksanaan rencana
kerj a dan anggaran Perusahaan.
(4)
Dewan Pengawas melaksanakan t ugas, wewenang dan t anggung
j awabnya sesuai dengan ket ent uan-ket ent uan yang berlaku
t erhadap Perusahaan dan menj alankan keput usan-keput usan dan
pet unj uk-pet unj uk dari Ment eri.
Pasal 26
Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya berkewaj iban :
a. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri melalui Direkt ur
Jenderal mengenai rancangan rencana kerj a dan anggaran
Perusahaan,
sert a
perubahan/ t ambahannya,
laporan-laporan
lainnya dari Direksi;
b. mengawasi pelaksanaan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan
sert a menyampaikan hasil penilaiannya kepada Ment eri dengan
t embusan kepada Direksi dan Direkt ur Jenderal;
c. mengikut i perkembangan kegiat an Perusahaan dan dalam hal
Perusahaan menunj ukan gej ala kemunduran, segera melaporkannya
kepada Ment eri dengan t embusan kepada Direkt ur Jenderal, dengan
disert ai saran mengenai langkah perbaikan yang harus dit empuh;
d. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri dengan t embusan
kepada Direkt ur Jenderal dan kepada Direksi mengenai set iap
masalah lainnya yang dianggap pent ing bagi pengelolaan
Perusahaan;
e. memberikan laporan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan secara
berkala (t riwulan dan t ahunan) sert a pada set iap wakt u yang
diperlukan mengenai perkembangan Perusahaan dan hasil
pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
19
-
f . melakukan t ugas-t ugas pengawasan lain yang dit ent ukan oleh
Ment eri.
Pasal 27
Dalam melaksanakan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26, Dewan Pengawas waj ib memperhat ikan :
a. pedoman dan pet unj uk-pet unj uk Ment eri
memperhat ikan ef isiensi Perusahaan;
dengan
senant iasa
b. ket ent uan dalam perat uran pendirian Perusahaan sert a perat uran
perundang-undangan yang berlaku;
c. pemisahan t ugas pengawasan dengan t ugas pengurusan Perusahaan
yang merupakan t ugas dan t anggung j awab Direksi.
Pasal 28
Dalam melaksanakan t ugas dan kewaj iban
mempunyai wewenang sebagai berikut :
Dewan
Pengawas
a. melihat buku-buku dan surat -surat sert a dokumen-dokumen lainnya,
memeriksa keadaan kas (unt uk keperluan verif ikasi) dan memeriksa
kekayaan Perusahaan;
b. memasuki
pekarangan-pekarangan,
gedung-gedung
kant or-kant or yang dipergunakan oleh Perusahaan;
c. memint a
penj elasan-penj elasan
dari
pimpinan
mengenai segala persoalan yang menyangkut
Perusahaan;
dan
Perusahaan
pengelolaan
d. memint a Direksi dan/ at au pej abat lainnya dengan sepenget ahuan
Direksi unt uk menghadiri rapat Dewan Pengawas;
e. menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
20
-
t erhadap hal-hal yang dibicarakan;
f . melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu sebagaimana diat ur
dalam perat uran pendirian Perusahaan.
Pasal 29
(1)
Dewan Pengawas mengadakan rapat sekurang-kurangnya 3 (t iga)
bulan sekali dan sewakt u-wakt u apabila diperlukan.
(2)
Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan
hal-hal yang berhubungan dengan Perusahaan sesuai dengan
t ugas pokok, f ungsi dan hak sert a kewaj ibannya.
(3)
Keput usan rapat Dewan
musyawarah unt uk muf akat .
(4)
Unt uk set iap rapat dibuat risalah rapat .
Pengawas
diambil
at as
dasar
Pasal 30
Unt uk membant u kelancaran pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas,
Ment eri dapat mengangkat seorang Sekret aris at as beban Perusahaan.
Pasal 31
(1)
Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 t erdiri
dari unsur-unsur Pej abat dari Depart emen yang diserahi t ugas
mengurus bidang ket enagalist rikan, Depart emen Keuangan dan
Depart emen/ Inst ansi lain yang kegiat annya berhubungan dengan
Perusahaan at au pej abat yang diusulkan oleh Ment eri dengan
memperhat ikan pert imbangan Ment eri Keuangan.
(2)
Salah seorang anggot a Dewan Pengawas diangkat sebagai Ket ua
Dewan t ersebut .
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
21
-
Pasal 32
(1)
Anggot a Dewan Pengawas diangkat dari t enaga yang mempunyai
dedikasi, dipandang cakap dan mempunyai kemampuan unt uk
menj alankan kebij aksanaan Ment eri mengenai pembinaan dan
pengawasan Perusahaan.
(2)
Di samping syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) anggot a
Dewan Pengawas t idak dibenarkan memiliki kepent ingan yang
bert ent angan dengan at au mengganggu kepent ingan Perusahaan.
Pasal 33
(1)
Anggot a Dewan Pengawas berj umlah sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang dan sebanyak-banyaknya 5 (l ima) orang yang t erdiri dari
Ket ua dan anggot a Dewan.
(2)
Ket ua Dewan Pengawas yang mengkoordinasikan anggot a Dewan
Pengawas bert anggung j awab at as pelaksanaan pengawasan
kepada Ment eri dan/ at au Ment eri Keuangan.
Pasal 34
(1)
Masa j abat an Ket ua dan anggot a Dewan Pengawas ialah 3 (t iga)
t ahun.
(2)
Anggot a Dewan Pengawas set elah selesai masa j abat annya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diangkat kembali
dengan t et ap memperhat ikan ket ent uan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32.
Pasal 35
(1)
Pengangkat an dan pemberhent ian anggot a Dewan Pengawas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
22
-
dilakukan oleh Presiden at as usul Ment eri set elah mendengar
pert imbangan Ment eri Keuangan.
(2)
Apabila Ment eri berpendapat bahwa anggot a-anggot a at au salah
seorang anggot a Dewan Pengawas set elah menj abat beberapa
wakt u t ernyat a t idak at au t idak dapat menj alankan t ugasnya
dengan
baik,
maka
Ment eri
dapat
mengusulkan
pemberhent iannya kepada Presiden.
Pasal 36
Jika dianggap perlu Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya
dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 37
Anggot a Dewan Pengawas t idak dibenarkan merangkap j abat an lain
pada badan usaha swast a yang dapat menimbulkan pert ent angan
kepent ingan secara langsung maupun t idak langsung dengan
kepent ingan Perusahaan.
Pasal 38
(1)
Pengawasan
int ern
Pengawasan Int ern.
Perusahaan
dilakukan
oleh
Sat uan
(2)
Sat uan Pengawasan Int ern dipimpin oleh seorang Kepala yang
bert anggung j awab kepada Direkt ur Ut ama.
Pasal 39
(1)
Sat uan Pengawasan Int ern bert ugas membant u Direkt ur Ut ama
dalam mengadakan penilaian at as sist em pengendalian
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
23
-
pengelolaan (manaj emen) dan pelaksanaannya pada Perusahaan
dan memberikan saran-saran perbaikannya.
(2)
Direksi menggunakan pendapat dan saran Sat uan Pengawasan
Int ern sebagai bahan unt uk melaksanakan penyempurnaan
pengelolaan (manaj emen) Perusahaan yang baik dan dapat
dipert anggungj awabkan.
Pasal 40
Dalam pelaksanaan t ugasnya, Sat uan Pengawasan Int ern waj ib
menj aga kelancaran pelaksanaan t ugas sat uan organisasi lainnya
dalam Perusahaan sesuai dengan t ugas dan t anggung j awabnya
masing-masing.
Pasal 41
Sat uan Pengawasan Int ern dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 42
Pimpinan Sat uan Pengawasan Int ern harus memiliki pendidikan
dan/ at au kelancaran yang cukup memenuhi persyarat an sebagai
pengawas int ern, obyekt if dan berdedikasi t inggi.
Pasal 43
Kepala Sat uan Pengawasan Int ern diangkat dan diberhent ikan oleh
Direksi.
Pasal 44
(1)
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
melakukan pemeriksaan akunt ansi at as laporan keuangan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
24
-
t ahunan Perusahaan.
(2)
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat j uga
dilakukan oleh Akunt an Publik dengan ket ent uan bahwa hasil
pemeriksaannya diset uj ui Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan.
(3)
Dalam melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat pula dilakukan pemeriksaan operasional t ahunan
t erhadap Perusahaan.
Pasal 45
Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 disampaikan
pula kepada Ment eri, Ment eri Keuangan, Direksi dan Dewan Pengawas.
Pasal 46
Dengan t idak mengurangi wewenang pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam pasal-pasal pada Bagian ini set iap Kepala Unit
Organisasi dalam Perusahaan bert anggung j awab melakukan
pengawasan melekat dalam lingkungan t ugasnya masing-masing.
Bagian Kesebelas
Kepegawaian
Pasal 47
(1)
Unt uk memperlancar t uj uan Perusahaan, perlu dicipt akan adanya
ket ent raman, ket enangan sert a kegairahan kerj a dalam
Perusahaan dengan memberikan penghargaan yang layak kepada
semua Pegawai sesuai dengan prest asinya.
(2)
Kedudukan
hukum,
susunan
j abat an,
kepangkat an,
pemberhent ian, gaj i, pensiun dan t unj angan bagi Pegawai, diat ur
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
25
-
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Penghasilan-penghasilan lain
Pegawai diat ur t ersendiri oleh
Direksi set elah mendapat perset uj uan Ment eri.
Pasal 48
Direksi
mengangkat
dan
memberhent ikan
Pegawai/ pekerj a
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 49
(1)
Kepada Pegawai diberikan pensiun berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai.
perat uran
(2)
Di samping pensiun, kepada Pegawai dapat diberikan j aminan
hari t ua lainnya yang diat ur oleh Direksi set elah mendapat
perset uj uan Ment eri.
Bagian Keduabelas
Tanggung Jawab Pegawai dan
Tunt ut an Gant i Rugi
Pasal 50
(1)
Semua Pegawai t ermasuk anggot a Direksi dalam kedudukan
selaku demikian yang t idak dibebani t ugas penyimpanan uang,
surat -surat berharga dan barang-barang persediaan, yang karena
t indakan-t indakan melawan hukum at au karena melalaikan
kewaj iban dan t ugas yang dibebankan kepada mereka dengan
langsung maupun t idak langsung t elah menimbulkan kerugian
bagi Perusahaan, diwaj ibkan menggant i kerugian t ersebut .
(2)
Ket ent uan-ket ent uan gant i rugi t erhadap pegawai negeri berlaku
sepenuhnya t erhadap Pegawai.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
26
-
(3)
Semua Pegawai yang dibebani t ugas penyimpanan, pembayaran
at au penyerahan uang dan surat -surat berharga milik Perusahaan
dan barang-barang persediaan milik Perusahaan yang disimpan
dalam gudang at au t empat penyimpanan yang
khusus dan
semat a-mat a digunakan unt uk keperluan it u, bert anggung j awab
t ent ang pelaksanaan t ugasnya kepada Badan Pemeriksa
Keuangan.
(4)
Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) t idak perlu
mengirimkan pert anggungj awaban mengenai cara mengurusnya
kepada Badan Pemeriksaan Keuangan.
(5)
Tunt ut an t erhadap Pegawai t ersebut dilakukan menurut
ket ent uan yang dit et apkan bagi bendaharawan yang oleh Badan
Pemeriksa Keuangan dibebaskan dari pert anggungj awaban
mengenai cara pengurusannya.
(6)
Semua surat bukt i dan surat lainnya bagaimanapun sif at nya, yang
t ermasuk bilangan t at a buku dan administ rasi Perusahaan,
disimpan di t empat Perusahaan at au t empat lain yang dit unj uk
oleh Ment eri, kecuali j ika unt uk sement ara dipindahkan ke Badan
Pemeriksa Keuangan dalam hal dianggapnya perlu unt uk
kepent ingan sesuat u pemeriksaan.
(7)
Unt uk keperluan pemeriksaan bert alian dengan penet apan paj ak
dan pemeriksaan akunt ansi pada umumnya surat bukt i dan surat
lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) unt uk sement ara
dapat dipindahkan ke Depart emen Keuangan dan/ at au Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Bagian Ket igabelas
Pelaporan
Pasal 51
(1)
Unt uk t iap t ahun buku oleh Direksi disusun perhit ungan t ahunan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
27
-
yang t erdiri dari neraca dan perhit ungan laba rugi.
(2)
Neraca dan perhit ungan laba rugi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dikirimkan kepada Ment eri dengan t embusan kepada
Ment eri
Keuangan,
Badan Pemeriksa Keuangan,
Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Direkt ur Jenderal dan
Dewan Pengawas selambat lambat nya 6 (enam) bulan sesudah
t ahun buku (berakhir) menurut cara yang dit et apkan oleh
Ment eri.
(3)
Cara penilaian pos dan perhit ungan t ahunan harus disebut kan.
(4)
Jika dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah menerima perhit ungan
t ahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) oleh Ment eri t idak
diaj ukan keberat an t ert ulis, maka perhit ungan t ahunan it u
dianggap t elah disahkan.
(5)
Perhit ungan t ahunan disahkan oleh Ment eri set elah dinilai
bersama oleh Ment eri dan Ment eri Keuangan berdasarkan hasil
pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
at au Badan yang dit unj uknya.
(6)
Pengesahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) memberi
pembebasan kepada Direksi t erhadap segala sesuat unya yang
t ermuat dalam perhit ungan t ahunan t ersebut .
(7)
Direkt ur Ut ama diwaj ibkan menyampaikan laporan t riwulanan
dan laporan berkala lainnya sesuai bat as wakt u yang dit et apkan
besert a laporan lainnya menurut ket ent uan Anggaran Dasar ini
dan perat uran perundang-undangan, kepada pej abat / inst ansi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
Pasal 52
Hasil penilaian at as laporan keuangan t riwulanan dan t ahunan sert a
laporan lainnya dari Perusahaan yang dilakukan oleh Direkt ur Jenderal
disampaikan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan dalam bat as wakt u
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
28
-
selambat -lambat nya 2 (dua) bulan set elah menerima laporan dari
Direkt ur Ut ama.
Pasal 53
(1)
Laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dan Pasal
52 ini disampaikan t epat pada wakt unya.
(2)
Bent uk laporan pelaksanaan t ugas sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri Keuangan set elah mendengar
pert imbangan Ment eri.
Bagian Keempat belas
Penggunaan Laba
Pasal 54
(1)
Dari laba bersih yang t elah disahkan menurut Pasal 51 disisihkan
unt uk :
a.
Dana Pembangunan Semest a sebesar 55% (lima puluh lima
persen);
b.
Cadangan umum sebesar 20% (dua puluh persen) hingga
cadangan umum t ersebut mencapai j umlah dua kali modal
Perusahaan;
c.
Cadangan t uj uan sebesar 5% (lima persen);
d.
Sisanya sebesar 20% (dua puluh persen) dipergunakan unt uk
dana sosial, pendidikan, j asa produksi dan sumbangan dana
pensiun
yang
perincian
perbandingan
pembagiannya
dit et apkan lebih lanj ut oleh Ment eri.
(2)
Apabila j umlah cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b t elah t ercapai, j umlah dari bagian laba bersih
yang diperunt ukkan unt uk pemupukan cadangan umum t ersebut
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
29
-
selanj ut nya dapat dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi
pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.
(3)
Sebelum cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b mencapai j umlah 2 (dua) kali modal Perusahaan, dengan
perset uj uan Ment eri Keuangan at as usul Ment eri, Direksi dapat
menggunakan dana cadangan umum t ersebut unt uk kepent ingan
pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.
(4)
Cadangan t uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
ant ara lain diperlukan unt uk pemupukan dana bagi pembelanj aan
perluasan kapasit as Perusahaan.
Bagian Kelimabelas
Pembubaran Perusahaan
Pasal 55
(1)
Pembubaran
Perusahaan
dan
penunj ukan
dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah.
likuidat urnya
(2)
Semua kekayaan Perusahaan set elah diadakan likuidasi menj adi
milik Negara.
(3)
Pert anggung j awaban likuidasi oleh likuidat ur dilakukan kepada
Ment eri yang memberi pembebasan t anggung j awab t ent ang
pekerj aan yang t elah diselesaikan olehnya.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 56
Dengan
berlakunya
Perat uran
Pemerint ah
ini,
maka
ket ent uan-ket ent uan pelaksanaan yang t elah dikeluarkan berdasarkan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
30
-
Perat uran Pemerint ah Nomor 18 Tahun 1972 sebagaimana t elah diubah
dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 1981 masih t et ap
berlaku sepanj ang t idak bert ent angan at au belum digant i dengan
ket ent uan baru yang dikeluarkan berdasarkan Perat uran Pemerint ah
ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 57
Dengan berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, maka Perat uran
Pemerint ah Nomor 18 Tahun 1972 sebagaimana t elah diubah dengan
Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 1981 dinyat akan t idak berlaku.
Pasal 58
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 28 Mei 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
31
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 28 Mei 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO
-
REPUBLIK INDO NESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 1990
TENTANG
PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LISTRIK NEGARA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985
t ent ang Ket enagalist rikan dan Perat uran Pemerint ah Nomor 3
Tahun 1983 t ent ang Tat a Cara Pembinaan dan Pengawasan
Perusahaan Jawat an (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM), dan
Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana t elah diubah dengan
Perat uran Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983, maka pengat uran
Perusahaan Umum (PERUM) List rik Negara yang didirikan dengan
Perat uran Pemerint ah Nomor 18 Tahun 1972 sebagaimana t elah
diubah dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 1981 perlu
disesuaikan;
b. bahwa penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu
diat ur dengan Perat uran Pemerint ah;
Mengingat
: 1. Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 t ent ang Perusahaan
Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1989);
3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Penet apan Perat uran
Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 t ent ang
Bent uk-bent uk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor
16,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
2890) menj adi
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2904);
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 t ent ang Ket enagalist rikan
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3317);
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
2
-
5. Perat uran Pemerint ah Nomor 10 Tahun 1989 t ent ang Penyediaan
dan Pemanf aat an Tenaga List rik (Lembaran Negara Tahun 1989
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3394);
6. Perat uran Pemerint ah Nomor 3 Tahun 1983 t ent ang Tat a Cara
Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawat an (PERJAN),
Perusahaan Umum (PERUM), dan Perusahaan Perseroan (PERSERO)
(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3246) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran
Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983
Nomor 37);
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUSAHAAN
UMUM (PERUM) LISTRIK NEGARA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :
1.
Pemerint ah adalah Pemerint ah Republik Indonesia;
2.
Presiden adalah Presiden Republik Indonesia;
3.
Ment eri adalah Ment eri yang bert anggung j awab dalam bidang
ket enagalist rikan;
4.
Direkt ur Jenderal adalah Direkt ur Jenderal yang bert anggung
j awab dalam bidang ket enagalist rikan;
5.
Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Umum
(PERUM) List rik Negara;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
3
-
6.
Perusahaan adalah Perusahaan Umum (PERUM) List rik Negara;
7.
Direksi adalah Direksi Perusahaan Umum (PERUM) List rik
Negara;
8.
Direkt ur Ut ama adalah Direkt ur Ut ama Perusahaan Umum
(PERUM) List rik Negara;
9.
Pegawai adalah Pegawai pada Perusahaan Umum (PERUM) List rik
Negara;
10.
Pembinaan adalah kegiat an unt uk memberikan pedoman bagi
Perusahaan dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengendalian dengan maksud agar Perusahaan dapat
melaksanakan t ugas dan f ungsinya secara berdaya guna dan
berhasil guna sert a dapat berkembang dengan baik;
11.
Pengawasan adalah seluruh proses kegiat an penilaian t erhadap
Perusahaan dengan t uj uan agar Perusahaan dapat melaksanakan
t ugas dan f ungsinya dengan baik dan berhasil mencapai t uj uan
yang t elah dit et apkan;
12.
Pemeriksaan adalah kegiat an unt uk menilai Perusahaan dengan
cara membandingkan ant ara keadaan yang sebenarnya dengan
keadaan yang seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan
maupun dalam bidang t eknis operasional;
13.
Pengelolaan
Perusahaan
adalah
kegiat an
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian Perusahaan
sesuai dengan pembinaan yang digariskan oleh Ment eri;
BAB II
PENDIRIAN PERUSAHAAN
Pasal 2
Perusahaan yang didirikan dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 18
Tahun 1972 sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
4
-
Pemerint ah Nomor 54 Tahun 1981, dilanj ut kan berdirinya dan
dit et apkan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ket enagalist rikan dan
meneruskan
usaha-usaha
selanj ut nya
berdasarkan
ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini.
BAB III
ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN
Bagian Pert ama
Umum
Pasal 3
(1)
Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah Badan
Usaha Milik Negara di bidang ket enagalist rikan yang diserahi
t ugas semat a-mat a unt uk melaksanakan usaha penyediaan t enaga
list rik unt uk kepent ingan umum dan dapat diberi t ugas unt uk
melakukan pekerj aan usaha penunj ang t enaga list rik.
(2)
Perusahaan
melakukan
usaha-usahanya
berdasarkan
ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini dan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Dengan t idak mengurangi ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran
Pemerint ah ini, t erhadap Perusahaan berlaku Hukum Indonesia
Bagian Kedua
Tempat Kedudukan
Pasal 4
(1)
Perusahaan
Jakart a.
bert empat
kedudukan
dan
berkant or
pusat
di
(2)
Perubahan t empat kedudukan dan kant or pusat Perusahaan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
5
-
dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.
(3)
Dalam rangka pengembangan, Perusahaan dapat mengadakan
sat uan organisasi pelaksana yang dit et apkan oleh Direksi set elah
mendapat perset uj uan Ment eri.
Bagian Ket iga
Sif at , Maksud dan Tuj uan
Pasal 5
(1)
Sif at usaha dari Perusahaan adalah menyediakan t enaga list rik
bagi kepent ingan umum dan sekaligus memupuk keunt ungan
berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan.
(2)
Maksud didirikannya Perusahaan adalah unt uk mengusahakan
penyediaan t enaga list rik dalam j umlah dan mut u yang memadai
dengan t uj uan unt uk :
a. meningkat kan kesej aht eraan dan kemakmuran rakyat secara
adil dan merat a sert a mendorong peningkat an kegiat an
ekonomi;
b. mengusahakan
keunt ungan
agar
dapat
membiayai
pengembangan penyediaan t enaga list rik unt uk melayani
kebut uhan masyarakat ;
c. menj adi perint is kegiat an-kegiat an usaha penyediaan t enaga
list rik yang belum dapat dilaksanakan oleh sekt or swast a dan
koperasi;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
6
-
Bagian Keempat
Lapangan Usaha
Pasal 6
(1)
Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi dan t erj aminnya
keselamat an kekayaan Negara, Perusahaan menyelenggarakan
penyediaan t enaga list rik yang meliput i kegiat an pembangkit an,
t ransmisi dan dist ribusi sampai dengan t it ik pemakaian.
(2)
Dalam menyelenggarakan usaha sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Perusahaan melakukan perencanaan dan pembangunan
sarana penyediaan t enaga list rik, dan pengembangan penyediaan
t enaga list rik.
(3) Dengan perset uj uan Ment eri, Perusahaan dapat diberi t ugas
pekerj aan usaha penunj ang penyediaan t enaga list rik.
Pasal 7
Dalam melaksanakan usaha-usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (1), at as perset uj uan Ment eri, Perusahaan dapat bekerj a sama
dengan badan usaha lain.
Bagian Kelima
Modal
Pasal 8
(1)
Modal Perusahaan adalah kekayaan Negara yang dipisahkan dari
Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara dan t idak t erbagi at as
saham-saham.
(2)
Besarnya modal Perusahaan adalah sama dengan nilai seluruh
kekayaan Negara yang t elah t ert anam dalam Perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, berdasarkan penet apan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
7
-
Ment eri Keuangan sesuai dengan hasil perhit ungan yang dilakukan
bersama oleh Depart emen Keuangan dan Depart emen yang
bert anggung j awab dalam bidang ket enagalist rikan.
(3)
Set iap penambahan modal yang berasal dari kekayaan Negara
yang dipisahkan dilakukan dengan Perat uran Pemerint ah.
(4)
Perusahaan dapat menambah modalnya dengan dana yang
dibent uk dan dipupuk secara int ern menurut ket ent uan dalam
Pasal 54.
(5)
Perusahaan t idak mengadakan cadangan diam at au cadangan
rahasia.
(6)
Semua alat -alat likuid (liquide) yang t idak segera diperlukan oleh
Perusahaan disimpan dalam bank milik Negara yang diset uj ui
oleh Ment eri.
Pasal 9
(1)
Pembelanj aan unt uk invest asi yang dilaksanakan oleh Perusahaan
dapat berasal dari :
a. dana int ern Perusahaan;
b. penyert aan Negara melalui Anggaran Pendapat an dan Belanj a
Negara;
c. pinj aman dari dalam dan/ at au luar negeri;
d. sumber-sumber lainnya yang sah.
(2)
Anggaran invest asi diaj ukan dalam anggaran Perusahaan,
sedangkan bilamana anggaran invest asi diaj ukan pada masa
t ahun buku yang bersangkut an, maka anggaran invest asi diaj ukan
bersamaan dengan anggaran t ahunan at au perubahan anggaran
Perusahaan yang pengaj uannya dilakukan sesuai dengan t at a cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
8
-
Pasal 10
(1)
Perusahaan dapat memperoleh dan menggunakan dana yang
diperoleh unt uk mengembangkan usahanya melalui pengeluaran
obligasi at au alat -alat yang sah lainnya.
(2)
Pengeluaran obligasi at au alat -alat yang sah lainnya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), t ermasuk ket ent uan-ket ent uan yang
berhubungan dengan it u, diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 11
Set iap kegiat an penyerahan, pemindaht anganan, pembebanan,
penghapusan
akt iva
t et ap,
penerimaan
pinj aman
j angka
menengah/ panj ang, pemberian pinj aman dalam bent uk dan cara
apapun, t idak menagih lagi, menghapuskan dari pembukuan piut ang
dan persediaan barang dapat dilakukan oleh Direksi at as izin Ment eri
set elah mendapat perset uj uan t erlebih dahulu dari Ment eri Keuangan.
Pasal 12
Pembebanan t ugas t ambahan kepada Perusahaan di luar t ugas
pokoknya yang menimbulkan akibat keuangan t erhadap anggaran
Perusahaan dit et apkan oleh Ment eri set elah mendapat perset uj uan
dari Ment eri Keuangan.
Bagian Keenam
Pimpinan, Pembinaan dan Pengelola
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
9
-
Pasal 13
Perusahaan dipimpin dan dikelola oleh suat u Direksi yang t erdiri dari
seorang Direkt ur Ut ama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat ) orang
Direkt ur sesuai dengan bidang usahanya.
Pasal 14
(1)
Pembinaan t erhadap Perusahaan dilakukan oleh Ment eri, yang
dalam
pelaksanaannya dibant u oleh Direkt ur
Jenderal
berdasarkan ket ent uan-ket ent uan yang dit et apkan lebih lanj ut
oleh Ment eri.
(2)
Direksi at au Direkt ur Ut ama unt uk dan at as nama Direksi
menerima pet unj uk-pet unj uk dari dan bert anggung j awab kepada
Ment eri t ent ang kebij aksanaan umum unt uk menj alankan
t ugas-t ugas pokok Perusahaan dan hal-hal lain yang dianggap
perlu.
(3)
Pelaksanaan t anggung j awab administ rat if f ungsional Perusahaan
sebagai badan usaha milik Negara t erhadap pemerint ah, dalam
hal ini Ment eri dan Ment eri Keuangan, dilakukan oleh Direkt ur
Ut ama at as nama Direksi.
Pasal 15
Tugas dan wewenang Direksi adalah sebagai berikut :
a. memimpin, mengurus dan mengelola Perusahaan sesuai dengan
maksud dan t uj uan Perusahaan dengan senant iasa berusaha
meningkat kan daya guna dan hasil guna dari Perusahaan;
b. menguasai, memelihara, dan mengurus kekayaan Perusahaan;
c. mewakili Perusahaan di dalam dan di luar Pengadilan;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
10
-
d. melaksanakan kebij aksanaan umum dalam mengurus Perusahaan
yang t elah digariskan oleh Ment eri;
e. menet apkan
kebij aksanaan
Perusahaan
sesuai
kebij aksanaan umum yang dit et apkan oleh Ment eri;
dengan
f . menyiapkan pada wakt unya rencana kerj a t ahunan Perusahaan
lengkap dengan anggaran keuangan;
g. mengadakan dan memelihara t at a buku dan administ rasi
Perusahaan sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suat u
Perusahaan;
h. menyiapkan susunan
perincian t ugasnya;
orgarnisasi
Perusahaan
lengkap
dengan
i. mengangkat dan memberhent ikan Pegawai sesuai dengan perat uran
kepegawaian yang berlaku bagi Perusahaan;
j . menet apkan gaj i, pensiun/ j aminan hari t ua dan penghasilan lain
bagi Pegawai sert a mengat ur semua hal kepegawaian lainnya,
sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang
berlaku ;
k. memberikan segala ket erangan t ent ang keadaan dan j alannya
Perusahaan baik dalam bent uk laporan t ahunan, maupun laporan
berkala menurut cara dan wakt u yang dit ent ukan dalam Perat uran
Pemerint ah ini sert a set iap kali dimint a oleh Ment eri;
l. menj alankan kewaj iban-kewaj iban lainnya berdasarkan pet unj uk
Ment eri.
Pasal 16
(1)
Dalam menj alankan t ugas-t ugas pokok Perusahaan :
a. Direkt ur Ut ama berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
11
-
b. Para Direkt ur berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi, masing-masing unt uk bidangnya dalam bat as-bat as yang
dit ent ukan dalam perat uran t at a t ert ib dan t at a cara
menj alankan pekerj aan Direksi.
(2)
Apabila Direkt ur Ut ama berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au apabila j abat an it u t erluang dan penggant inya
belum diangkat at au belum memangku j abat annya, maka j abat an
Direkt ur Ut ama dipangku oleh Direkt ur yang t ert ua dalam masa
j abat an berdasarkan penunj ukan sement ara Ment eri dan apabila
Direkt ur dimaksud t idak ada at au berhalangan t et ap, maka
j abat an t ersebut dipangku oleh Direkt ur lain berdasarkan
penunj ukan sement ara Ment eri, keduanya dengan kekuasaan dan
wewenang Direkt ur Ut ama.
(3)
Apabila semua anggot a Direksi berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au j abat an Direksi t erluang seluruhnya dan
belum diangkat penggant inya at au belum memangku j abat annya,
maka unt uk sement ara wakt u pimpinan dan pengurusan
Perusahaan dij alankan oleh seorang Pej abat Direksi yang dit unj uk
oleh Ment eri.
(4)
Dalam menj alankan t ugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf c, Direksi dapat melaksanakannya sendiri
at au menyerahkan kekuasaan t ersebut kepada :
a. Seorang at au beberapa orang anggot a Direksi, at au
b. Seorang at au beberapa orang Pegawai baik sendiri maupun
bersama-sama, at au
c. Orang at au badan lain,
yang khusus dit unj uk unt uk hal t ersebut .
(5)
Tat a t ert ib dan t at a cara menj alankan pekerj aan Direksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur dalam perat uran
yang dit et apkan oleh Direksi dengan perset uj uan Ment eri.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
(6)
12
-
Gaj i, t unj angan, emolumen, dan penghasilan lain dari para
anggot a Direksi dit et apkan oleh Ment eri, dengan memperhat ikan
perat uran perundangan-undangan yang berlaku.
Pasal 17
(1)
Anggot a Direksi diangkat dan diberhent ikan oleh Presiden at as
usul Ment eri set elah mendengar pert imbangan Ment eri Keuangan.
(2)
Anggot a Direksi diangkat unt uk masa 5 (lima) t ahun dan set elah
masa j abat annya berakhir dapat diangkat kembali.
(3)
Dalam hal-hal t ersebut di bawah ini, Presiden at as usul Ment eri
dapat memberhent ikan seluruh at au salah seorang anggot a
Direksi meskipun masa j abat annya sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) belum berakhir karena :
a. mut asi j abat an unt uk kepent ingan Perusahaan dan Negara;
b. at as permint aan sendiri,
c. melakukan perbuat an at au sikap yang merugikan Perusahaan;
d. melakukan t indakan at au sikap yang bert ent angan dengan
kepent ingan Negara;
e. cacat f isik at au ment al yang mengakibat kan t idak dapat
melaksanakan t ugasnya;
f . meninggal dunia;
g. t idak cukup cakap at au t ernyat a t idak melaksanakan t ugasnya
dengan baik;
h. t idak melaksanakan ket ent uan-ket ent uan dalam
dasar Perusahaan.
(4)
anggaran
Pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) huruf c dan huruf d, j ika merupakan suat u pelanggaran
t erhadap perat uran hukum pidana, merupakan pemberhent ian
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
13
-
t idak dengan hormat .
(5)
Sebelum pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) huruf c dan huruf d dilakukan, kepada anggot a
Direksi yang bersangkut an diberi kesempat an unt uk membela diri
secara t ert ulis yang dit uj ukan kepada Ment eri yang harus
dilaksanakan dalam wakt u 1 (sat u) bulan set elah anggot a Direksi
yang bersangkut an diberit ahukan oleh Ment eri t ent ang rencana
pemberhent ian it u.
(6)
Selama persoalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) belum
diput us, maka Ment eri dapat memberhent ikan unt uk sement ara
wakt u anggot a Direksi yang bersangkut an.
(7)
Jika dalam wakt u 2 (dua) bulan set elah memberhent ikan anggot a
Direksi yang bersangkut an berdasarkan ket ent uan ayat (4) belum
diperoleh keput usan mengenai pemberhent ian anggot a Direksi
t ersebut , maka pemberhent ian sement ara it u menj adi bat al dan
anggot a Direksi yang bersangkut an dapat segera menj alankan
j abat annya
lagi,
kecuali
bilamana
unt uk
keput usan
pemberhent ian t ersebut diperlukan keput usan pengadilan dalam
hal it u harus diberit ahukan kepada yang bersangkut an.
Pasal 18
(1)
Anggot a Direksi adalah warga negara Indonesia.
(2)
Anggot a Direksi diangkat berdasarkan syarat -syarat kemampuan
dan keahlian dalam bidang pengelolaan Perusahaan, memiliki
penget ahuan dan pengalaman yang diperlukan unt uk memimpin
suat u Perusahaan yang bergerak dalam bidang ket enagalist rikan,
mempunyai akhlak dan moral yang baik sert a memenuhi
syarat -syarat lainnya yang diperlukan unt uk menunj ang kemaj uan
Perusahaan yang dipimpinnya.
(3)
Direksi mencurahkan pengabdian dan kemampuannya secara
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
14
-
penuh pada t ugas, kewaj iban
diadakannya Perusahaan.
dan
pencapaian
t uj uan
Pasal 19
(1)
Ant ara para anggot a Direksi t idak boleh ada hubungan keluarga
sampai deraj at ket iga baik menurut garis lurus maupun garis ke
samping t ermasuk menant u dan ipar, kecuali j ika diizinkan
Presiden.
(2)
Jika sesudah pengangkat an, mereka memasuki hubungan
kekeluargaan yang t erlarang it u, maka unt uk dapat melanj ut kan
j abat annya, diperlukan izin t ert ulis dari Presiden.
(3)
Anggot a Direksi t idak boleh mempunyai kepent ingan pribadi baik
langsung
maupun
t idak
langsung
dalam
suat u
perkumpulan/ perusahaan lain yang berusaha/ bert uj uan mencari
laba.
(4)
Anggot a Direksi t idak dibenarkan unt uk memangku j abat an
rangkap sebagaimana t ersebut di bawah ini :
a. Direkt ur Ut ama dan Direkt ur pada badan usaha milik Negara
lainnya at au perusahaan swast a, at au j abat an lain yang
berhubungan dengan pengelolaan Perusahaan;
b. Jabat an
st rukt ural
dan
f ungsional
lainnya
inst ansi/ Lembaga Pemerint ah Pusat / Daerah;
c. Jabat an-j abat an
lainnya,
berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Ket uj uh
Rencana Kerj a dan Anggaran Perusahaan
Pasal 20
dalam
perat uran
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
15
-
(1)
Selambat -lambat nya 3 (t iga) bulan sebelum t ahun buku mulai
berlaku, Direksi mengirimkan rencana kerj a dan anggaran
Perusahaan yang meliput i anggaran invest asi dan anggaran
eksploit asi kepada Ment eri unt uk memperoleh pengesahannya
berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan Ment eri
Keuangan.
(2)
Kecuali apabila Ment eri secara t ert ulis mengemukakan keberat an
at au menolak kegiat an yang dimuat dalam rencana kerj a dan
anggaran Perusahaan sebelum menginj ak t ahun buku baru, maka
anggaran t ersebut berlaku sepenuhnya.
(3)
Rencana kerj a dan/ at au anggaran t ambahan at au perubahan
anggaran yang t ert era di dalam t ahun buku yang bersangkut an
harus diaj ukan t erlebih dahulu kepada Ment eri, menurut cara
dan wakt u yang dit et apkan oleh Ment eri, unt uk memperoleh
pengesahannya berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan
Ment eri Keuangan.
(4)
Apabila dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah permint aan
perset uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diaj ukan, oleh
Ment eri t idak diberikan keberat an secara t ert ulis, maka
perubahan rencana kerj a dan anggaran t ersebut dianggap t elah
disahkan.
(5)
Rencana kerj a dan/ at au anggaran Perusahaan yang t elah
disahkan merupakan landasan kerj a dan menj adi t ugas bagi
Direksi
unt uk
melaksanakan
kegiat an
yang t ercant um
didalamnya.
Pasal 21
(1)
Semua pembiayaan dalam rangka pelaksanaan t ugas Sat uan
Pengawasan Int ern, Dewan Pengawas sert a t enaga ahli,
dibebankan kepada Perusahaan dan secara j elas dianggarkan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
16
-
dalam anggaran Perusahaan.
(2)
Perusahaan dilarang membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh
Depart emen/ Inst ansi yang membina dan mengawasi Perusahaan
dalam rangka pembinaan dan pengawasan Perusahaan.
Bagian Kedelapan
Harga Jual Tenaga List rik
Pasal 22
(1)
Harga j ual t enaga list rik dit et apkan oleh Presiden berdasarkan
usul Ment eri.
(2)
Dalam mengusulkan harga j ual t enaga list rik sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Ment eri memperhat ikan hal-hal sebagai
berikut :
a.
kepent ingan rakyat dan kemampuan dari masyarakat ;
b.
kaidah-kaidah indust ri dan niaga yang sehat ;
c.
biaya produksi;
d.
ef isiensi pengusahaan;
e.
kelangkaan sumber energi primer yang digunakan;
f.
skala pengusahaan dan int er koneksi sist em yang dipakai;
g.
t ersedianya sumber dana unt uk invest asi.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
17
-
Bagian Kesembilan
Sist em Akunt asi
Pasal 23
Tahun Buku Perusahaan adalah t ahun t akwim, kecuali j ika dit et apkan
lain oleh Ment eri.
Pasal 24
(1)
Set iap perubahan baik yang diakibat kan oleh t ransaksi maupun
oleh kej adian lain dalam Perusahaan yang mempengaruhi akt iva,
hut ang, modal, biaya dan pendapat an harus dibukukan at as dasar
sist em akunt asi yang dapat dipert anggungj awabkan.
(2)
Sist em akunt ansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun
dan dilaksnakan oleh Direksi agar dapat berj alan dengan baik
berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian int ern, t erut ama
pemisahan f ungsi pengurusan, pencat at an, penyimpanan dan
pengawasan.
(3)
Dalam rangka pemeriksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan menilai sist em yang dit et apkan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan bilamana perlu memberikan
pet unj uk dan saran penyempurnaan.
Bab Kesepuluh
Pengawasan
Pasal 25
(1)
Ment eri melakukan pengawasan umum at as j alannya Perusahaan.
(2)
Pada Perusahaan dibent uk Dewan Pengawas yang bert anggung
j awab kepada Ment eri.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
18
-
(3)
Dewan Pengawas bert ugas unt uk melaksanakan pengawasan
t erhadap pengelolaan Perusahaan t ermasuk pelaksanaan rencana
kerj a dan anggaran Perusahaan.
(4)
Dewan Pengawas melaksanakan t ugas, wewenang dan t anggung
j awabnya sesuai dengan ket ent uan-ket ent uan yang berlaku
t erhadap Perusahaan dan menj alankan keput usan-keput usan dan
pet unj uk-pet unj uk dari Ment eri.
Pasal 26
Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya berkewaj iban :
a. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri melalui Direkt ur
Jenderal mengenai rancangan rencana kerj a dan anggaran
Perusahaan,
sert a
perubahan/ t ambahannya,
laporan-laporan
lainnya dari Direksi;
b. mengawasi pelaksanaan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan
sert a menyampaikan hasil penilaiannya kepada Ment eri dengan
t embusan kepada Direksi dan Direkt ur Jenderal;
c. mengikut i perkembangan kegiat an Perusahaan dan dalam hal
Perusahaan menunj ukan gej ala kemunduran, segera melaporkannya
kepada Ment eri dengan t embusan kepada Direkt ur Jenderal, dengan
disert ai saran mengenai langkah perbaikan yang harus dit empuh;
d. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri dengan t embusan
kepada Direkt ur Jenderal dan kepada Direksi mengenai set iap
masalah lainnya yang dianggap pent ing bagi pengelolaan
Perusahaan;
e. memberikan laporan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan secara
berkala (t riwulan dan t ahunan) sert a pada set iap wakt u yang
diperlukan mengenai perkembangan Perusahaan dan hasil
pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas;
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
19
-
f . melakukan t ugas-t ugas pengawasan lain yang dit ent ukan oleh
Ment eri.
Pasal 27
Dalam melaksanakan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26, Dewan Pengawas waj ib memperhat ikan :
a. pedoman dan pet unj uk-pet unj uk Ment eri
memperhat ikan ef isiensi Perusahaan;
dengan
senant iasa
b. ket ent uan dalam perat uran pendirian Perusahaan sert a perat uran
perundang-undangan yang berlaku;
c. pemisahan t ugas pengawasan dengan t ugas pengurusan Perusahaan
yang merupakan t ugas dan t anggung j awab Direksi.
Pasal 28
Dalam melaksanakan t ugas dan kewaj iban
mempunyai wewenang sebagai berikut :
Dewan
Pengawas
a. melihat buku-buku dan surat -surat sert a dokumen-dokumen lainnya,
memeriksa keadaan kas (unt uk keperluan verif ikasi) dan memeriksa
kekayaan Perusahaan;
b. memasuki
pekarangan-pekarangan,
gedung-gedung
kant or-kant or yang dipergunakan oleh Perusahaan;
c. memint a
penj elasan-penj elasan
dari
pimpinan
mengenai segala persoalan yang menyangkut
Perusahaan;
dan
Perusahaan
pengelolaan
d. memint a Direksi dan/ at au pej abat lainnya dengan sepenget ahuan
Direksi unt uk menghadiri rapat Dewan Pengawas;
e. menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
20
-
t erhadap hal-hal yang dibicarakan;
f . melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu sebagaimana diat ur
dalam perat uran pendirian Perusahaan.
Pasal 29
(1)
Dewan Pengawas mengadakan rapat sekurang-kurangnya 3 (t iga)
bulan sekali dan sewakt u-wakt u apabila diperlukan.
(2)
Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan
hal-hal yang berhubungan dengan Perusahaan sesuai dengan
t ugas pokok, f ungsi dan hak sert a kewaj ibannya.
(3)
Keput usan rapat Dewan
musyawarah unt uk muf akat .
(4)
Unt uk set iap rapat dibuat risalah rapat .
Pengawas
diambil
at as
dasar
Pasal 30
Unt uk membant u kelancaran pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas,
Ment eri dapat mengangkat seorang Sekret aris at as beban Perusahaan.
Pasal 31
(1)
Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 t erdiri
dari unsur-unsur Pej abat dari Depart emen yang diserahi t ugas
mengurus bidang ket enagalist rikan, Depart emen Keuangan dan
Depart emen/ Inst ansi lain yang kegiat annya berhubungan dengan
Perusahaan at au pej abat yang diusulkan oleh Ment eri dengan
memperhat ikan pert imbangan Ment eri Keuangan.
(2)
Salah seorang anggot a Dewan Pengawas diangkat sebagai Ket ua
Dewan t ersebut .
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
21
-
Pasal 32
(1)
Anggot a Dewan Pengawas diangkat dari t enaga yang mempunyai
dedikasi, dipandang cakap dan mempunyai kemampuan unt uk
menj alankan kebij aksanaan Ment eri mengenai pembinaan dan
pengawasan Perusahaan.
(2)
Di samping syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) anggot a
Dewan Pengawas t idak dibenarkan memiliki kepent ingan yang
bert ent angan dengan at au mengganggu kepent ingan Perusahaan.
Pasal 33
(1)
Anggot a Dewan Pengawas berj umlah sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang dan sebanyak-banyaknya 5 (l ima) orang yang t erdiri dari
Ket ua dan anggot a Dewan.
(2)
Ket ua Dewan Pengawas yang mengkoordinasikan anggot a Dewan
Pengawas bert anggung j awab at as pelaksanaan pengawasan
kepada Ment eri dan/ at au Ment eri Keuangan.
Pasal 34
(1)
Masa j abat an Ket ua dan anggot a Dewan Pengawas ialah 3 (t iga)
t ahun.
(2)
Anggot a Dewan Pengawas set elah selesai masa j abat annya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diangkat kembali
dengan t et ap memperhat ikan ket ent uan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32.
Pasal 35
(1)
Pengangkat an dan pemberhent ian anggot a Dewan Pengawas
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
22
-
dilakukan oleh Presiden at as usul Ment eri set elah mendengar
pert imbangan Ment eri Keuangan.
(2)
Apabila Ment eri berpendapat bahwa anggot a-anggot a at au salah
seorang anggot a Dewan Pengawas set elah menj abat beberapa
wakt u t ernyat a t idak at au t idak dapat menj alankan t ugasnya
dengan
baik,
maka
Ment eri
dapat
mengusulkan
pemberhent iannya kepada Presiden.
Pasal 36
Jika dianggap perlu Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya
dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 37
Anggot a Dewan Pengawas t idak dibenarkan merangkap j abat an lain
pada badan usaha swast a yang dapat menimbulkan pert ent angan
kepent ingan secara langsung maupun t idak langsung dengan
kepent ingan Perusahaan.
Pasal 38
(1)
Pengawasan
int ern
Pengawasan Int ern.
Perusahaan
dilakukan
oleh
Sat uan
(2)
Sat uan Pengawasan Int ern dipimpin oleh seorang Kepala yang
bert anggung j awab kepada Direkt ur Ut ama.
Pasal 39
(1)
Sat uan Pengawasan Int ern bert ugas membant u Direkt ur Ut ama
dalam mengadakan penilaian at as sist em pengendalian
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
23
-
pengelolaan (manaj emen) dan pelaksanaannya pada Perusahaan
dan memberikan saran-saran perbaikannya.
(2)
Direksi menggunakan pendapat dan saran Sat uan Pengawasan
Int ern sebagai bahan unt uk melaksanakan penyempurnaan
pengelolaan (manaj emen) Perusahaan yang baik dan dapat
dipert anggungj awabkan.
Pasal 40
Dalam pelaksanaan t ugasnya, Sat uan Pengawasan Int ern waj ib
menj aga kelancaran pelaksanaan t ugas sat uan organisasi lainnya
dalam Perusahaan sesuai dengan t ugas dan t anggung j awabnya
masing-masing.
Pasal 41
Sat uan Pengawasan Int ern dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 42
Pimpinan Sat uan Pengawasan Int ern harus memiliki pendidikan
dan/ at au kelancaran yang cukup memenuhi persyarat an sebagai
pengawas int ern, obyekt if dan berdedikasi t inggi.
Pasal 43
Kepala Sat uan Pengawasan Int ern diangkat dan diberhent ikan oleh
Direksi.
Pasal 44
(1)
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
melakukan pemeriksaan akunt ansi at as laporan keuangan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
24
-
t ahunan Perusahaan.
(2)
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat j uga
dilakukan oleh Akunt an Publik dengan ket ent uan bahwa hasil
pemeriksaannya diset uj ui Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan.
(3)
Dalam melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat pula dilakukan pemeriksaan operasional t ahunan
t erhadap Perusahaan.
Pasal 45
Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 disampaikan
pula kepada Ment eri, Ment eri Keuangan, Direksi dan Dewan Pengawas.
Pasal 46
Dengan t idak mengurangi wewenang pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam pasal-pasal pada Bagian ini set iap Kepala Unit
Organisasi dalam Perusahaan bert anggung j awab melakukan
pengawasan melekat dalam lingkungan t ugasnya masing-masing.
Bagian Kesebelas
Kepegawaian
Pasal 47
(1)
Unt uk memperlancar t uj uan Perusahaan, perlu dicipt akan adanya
ket ent raman, ket enangan sert a kegairahan kerj a dalam
Perusahaan dengan memberikan penghargaan yang layak kepada
semua Pegawai sesuai dengan prest asinya.
(2)
Kedudukan
hukum,
susunan
j abat an,
kepangkat an,
pemberhent ian, gaj i, pensiun dan t unj angan bagi Pegawai, diat ur
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
25
-
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Penghasilan-penghasilan lain
Pegawai diat ur t ersendiri oleh
Direksi set elah mendapat perset uj uan Ment eri.
Pasal 48
Direksi
mengangkat
dan
memberhent ikan
Pegawai/ pekerj a
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 49
(1)
Kepada Pegawai diberikan pensiun berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai.
perat uran
(2)
Di samping pensiun, kepada Pegawai dapat diberikan j aminan
hari t ua lainnya yang diat ur oleh Direksi set elah mendapat
perset uj uan Ment eri.
Bagian Keduabelas
Tanggung Jawab Pegawai dan
Tunt ut an Gant i Rugi
Pasal 50
(1)
Semua Pegawai t ermasuk anggot a Direksi dalam kedudukan
selaku demikian yang t idak dibebani t ugas penyimpanan uang,
surat -surat berharga dan barang-barang persediaan, yang karena
t indakan-t indakan melawan hukum at au karena melalaikan
kewaj iban dan t ugas yang dibebankan kepada mereka dengan
langsung maupun t idak langsung t elah menimbulkan kerugian
bagi Perusahaan, diwaj ibkan menggant i kerugian t ersebut .
(2)
Ket ent uan-ket ent uan gant i rugi t erhadap pegawai negeri berlaku
sepenuhnya t erhadap Pegawai.
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
26
-
(3)
Semua Pegawai yang dibebani t ugas penyimpanan, pembayaran
at au penyerahan uang dan surat -surat berharga milik Perusahaan
dan barang-barang persediaan milik Perusahaan yang disimpan
dalam gudang at au t empat penyimpanan yang
khusus dan
semat a-mat a digunakan unt uk keperluan it u, bert anggung j awab
t ent ang pelaksanaan t ugasnya kepada Badan Pemeriksa
Keuangan.
(4)
Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) t idak perlu
mengirimkan pert anggungj awaban mengenai cara mengurusnya
kepada Badan Pemeriksaan Keuangan.
(5)
Tunt ut an t erhadap Pegawai t ersebut dilakukan menurut
ket ent uan yang dit et apkan bagi bendaharawan yang oleh Badan
Pemeriksa Keuangan dibebaskan dari pert anggungj awaban
mengenai cara pengurusannya.
(6)
Semua surat bukt i dan surat lainnya bagaimanapun sif at nya, yang
t ermasuk bilangan t at a buku dan administ rasi Perusahaan,
disimpan di t empat Perusahaan at au t empat lain yang dit unj uk
oleh Ment eri, kecuali j ika unt uk sement ara dipindahkan ke Badan
Pemeriksa Keuangan dalam hal dianggapnya perlu unt uk
kepent ingan sesuat u pemeriksaan.
(7)
Unt uk keperluan pemeriksaan bert alian dengan penet apan paj ak
dan pemeriksaan akunt ansi pada umumnya surat bukt i dan surat
lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) unt uk sement ara
dapat dipindahkan ke Depart emen Keuangan dan/ at au Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Bagian Ket igabelas
Pelaporan
Pasal 51
(1)
Unt uk t iap t ahun buku oleh Direksi disusun perhit ungan t ahunan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
27
-
yang t erdiri dari neraca dan perhit ungan laba rugi.
(2)
Neraca dan perhit ungan laba rugi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dikirimkan kepada Ment eri dengan t embusan kepada
Ment eri
Keuangan,
Badan Pemeriksa Keuangan,
Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Direkt ur Jenderal dan
Dewan Pengawas selambat lambat nya 6 (enam) bulan sesudah
t ahun buku (berakhir) menurut cara yang dit et apkan oleh
Ment eri.
(3)
Cara penilaian pos dan perhit ungan t ahunan harus disebut kan.
(4)
Jika dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah menerima perhit ungan
t ahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) oleh Ment eri t idak
diaj ukan keberat an t ert ulis, maka perhit ungan t ahunan it u
dianggap t elah disahkan.
(5)
Perhit ungan t ahunan disahkan oleh Ment eri set elah dinilai
bersama oleh Ment eri dan Ment eri Keuangan berdasarkan hasil
pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
at au Badan yang dit unj uknya.
(6)
Pengesahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) memberi
pembebasan kepada Direksi t erhadap segala sesuat unya yang
t ermuat dalam perhit ungan t ahunan t ersebut .
(7)
Direkt ur Ut ama diwaj ibkan menyampaikan laporan t riwulanan
dan laporan berkala lainnya sesuai bat as wakt u yang dit et apkan
besert a laporan lainnya menurut ket ent uan Anggaran Dasar ini
dan perat uran perundang-undangan, kepada pej abat / inst ansi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
Pasal 52
Hasil penilaian at as laporan keuangan t riwulanan dan t ahunan sert a
laporan lainnya dari Perusahaan yang dilakukan oleh Direkt ur Jenderal
disampaikan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan dalam bat as wakt u
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
28
-
selambat -lambat nya 2 (dua) bulan set elah menerima laporan dari
Direkt ur Ut ama.
Pasal 53
(1)
Laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dan Pasal
52 ini disampaikan t epat pada wakt unya.
(2)
Bent uk laporan pelaksanaan t ugas sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri Keuangan set elah mendengar
pert imbangan Ment eri.
Bagian Keempat belas
Penggunaan Laba
Pasal 54
(1)
Dari laba bersih yang t elah disahkan menurut Pasal 51 disisihkan
unt uk :
a.
Dana Pembangunan Semest a sebesar 55% (lima puluh lima
persen);
b.
Cadangan umum sebesar 20% (dua puluh persen) hingga
cadangan umum t ersebut mencapai j umlah dua kali modal
Perusahaan;
c.
Cadangan t uj uan sebesar 5% (lima persen);
d.
Sisanya sebesar 20% (dua puluh persen) dipergunakan unt uk
dana sosial, pendidikan, j asa produksi dan sumbangan dana
pensiun
yang
perincian
perbandingan
pembagiannya
dit et apkan lebih lanj ut oleh Ment eri.
(2)
Apabila j umlah cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b t elah t ercapai, j umlah dari bagian laba bersih
yang diperunt ukkan unt uk pemupukan cadangan umum t ersebut
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
29
-
selanj ut nya dapat dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi
pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.
(3)
Sebelum cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b mencapai j umlah 2 (dua) kali modal Perusahaan, dengan
perset uj uan Ment eri Keuangan at as usul Ment eri, Direksi dapat
menggunakan dana cadangan umum t ersebut unt uk kepent ingan
pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.
(4)
Cadangan t uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
ant ara lain diperlukan unt uk pemupukan dana bagi pembelanj aan
perluasan kapasit as Perusahaan.
Bagian Kelimabelas
Pembubaran Perusahaan
Pasal 55
(1)
Pembubaran
Perusahaan
dan
penunj ukan
dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah.
likuidat urnya
(2)
Semua kekayaan Perusahaan set elah diadakan likuidasi menj adi
milik Negara.
(3)
Pert anggung j awaban likuidasi oleh likuidat ur dilakukan kepada
Ment eri yang memberi pembebasan t anggung j awab t ent ang
pekerj aan yang t elah diselesaikan olehnya.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 56
Dengan
berlakunya
Perat uran
Pemerint ah
ini,
maka
ket ent uan-ket ent uan pelaksanaan yang t elah dikeluarkan berdasarkan
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
30
-
Perat uran Pemerint ah Nomor 18 Tahun 1972 sebagaimana t elah diubah
dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 1981 masih t et ap
berlaku sepanj ang t idak bert ent angan at au belum digant i dengan
ket ent uan baru yang dikeluarkan berdasarkan Perat uran Pemerint ah
ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 57
Dengan berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, maka Perat uran
Pemerint ah Nomor 18 Tahun 1972 sebagaimana t elah diubah dengan
Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 1981 dinyat akan t idak berlaku.
Pasal 58
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 28 Mei 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
-
31
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 28 Mei 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO
-