Peraturan Perundangan PP NO 15 TH 1990

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 1990
TENTANG
USAHA PERIKANAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa sumber daya ikan sebagai bagian kekayaan bangsa Indonesia
perlu dimanf aat kan secara opt imal unt uk kemakmuran rakyat ,
dengan mengusahakannya secara berdaya guna dan berhasil guna
sert a selalu memperhat ikan kelest ariannya;
b. bahwa unt uk mencapai maksud t ersebut di at as dan sebagai
pelaksanaan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang
Perikanan, dipandang perlu unt uk mengat ur usaha perikanan
dengan Perat uran Pemerint ah;
Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 t ent ang Penanaman Modal
Asing (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 2818) sebagaimana t elah diubah dengan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun
1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943);
3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 t ent ang Penanaman Modal
Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2853) sebagaimana t elah diubah dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun
1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944);
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 t ent ang Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3260);
5. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3299);

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-


2

-

MEMUTUSKAN :
Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG USAHA PERIKANAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :
1. Usaha Perikanan adalah semua usaha perorangan at au badan hukum
unt uk menangkap at au membudidayakan ikan, t ermasuk kegiat an
menyimpan, mendinginkan at au mengawet kan ikan unt uk t uj uan
komersial.
2. Perusahaan Perikanan adalah perusahaan yang melakukan Usaha
Perikanan dan dilakukan oleh warga negara Republik Indonesia at au
badan hukum Indonesia.
3. Nelayan adalah orang yang mat a pencahariannya melakukan
penangkapan ikan.

4. Pet ani Ikan adalah orang yang mat a pencahariannya melakukan
pembudidayaan ikan.
5. Izin Usaha Perikanan (IUP) adalah izin t ert ulis yang harus dimiliki
Perusahaan Perikanan unt uk melakukan Usaha Perikanan dengan
menggunakan sarana produksi yang t ercant um dalam izin t ersebut .
6. Perset uj uan Penggunaan Kapal Asing (PPKA) adalah perset uj uan
yang diberikan kepada Perusahaan Perikanan yang t elah memiliki
IUP unt uk menggunakan kapal perikanan berbendera asing dalam
rangka kerj asama dengan orang at au badan hukum asing unt uk

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

3

-

menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI).

7. Kapal Perikanan adalah kapal at au perahu at au alat apung lainnya
yang dipergunakan unt uk melakukan penangkapan ikan, t ermasuk
unt uk melakukan survai at au eksplorasi perikanan.
8. Perluasan Usaha Penangkapan Ikan adalah penambahan j umlah
kapal perikanan dan at au penambahan j enis kegiat an usaha yang
berkait an yang belum t ercant um dalam IUP.
9. Perluasan Usaha Pembudidayaan Ikan adalah penambahan areal
lahan dan at au penambahan j enis kegiat an usaha yang belum
t ercant um dalam IUP.
10. Surat Penangkapan Ikan (SPI) adalah surat yang harus dimiliki
set iap kapal perikanan berbendera Indonesia unt uk melakukan
kegiat an penangkapan ikan di Perairan Indonesia unt uk melakukan
kegiat an penangkapan ikan di Perairan Indonesia dan at au Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) yang merupakan bagian yang
t idak t erpisahkan dari IUP.
11. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah surat izin yang harus
dimiliki set iap kapal perikanan berbendera asing yang digunakan
oleh Perusahaan Perikanan Indonesia yang t elah memiliki IUP dan
PPKA unt uk melakukan penangkapan ikan di Indonesia (ZEEI) dan
merupakan bagian yang t idak t erpisahkan dari PPKA.

12. Ment eri adalah
perikanan.

Ment eri

yang bert anggung j awab

di

bidang

Pasal 2
(1)

Usaha Perikanan t erdiri at as :
a. Usaha Panangkapan Ikan;
b. Usaha Pembudidayaan Ikan.

(2)


Usaha Pembudidayaan Ikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

4

-

huruf b meliput i j enis kegiat an :
a.

pembudidayaan ikan di air t awar; dan at au

b.

pembudidayaan ikan di air payau; dan at au


c.

pembudidayaan ikan di laut .
Pasal 3

(1)

Usaha Perikanan di Wilayah Perikanan Republik Indonesia hanya
boleh dilakukan oleh perorangan warga negara Republik
Indonesia at au badan hukum Indonesia t ermasuk Koperasi.

(2)

Pengecualian t erhadap ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) hanya dapat diberikan di bidang penangkapan ikan,
sepanj ang hal t ersebut menyangkut kewaj iban Negara Republik
Indonesia berdasarkan ket ent uan perset uj uan int ernasional at au
hukum int ernasional yang berlaku.

(3)


Wilayah Perikanan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliput i :
a.

Perairan Indonesia;

b.

Sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya di
dalam wilayah Republik Indonesia,

c.

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI).
Pasal 4

Perusahaan Perikanan dapat bekerj asama dengan Nelayan dan at au
Pet ani Ikan dalam suat u bent uk kerj asama yang saling mengunt ungkan
berdasarkan pedoman yang dit et apkan oleh Ment eri.


PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

5

-

Pasal 5
(1)

Perusahaan Perikanan dapat menggunakan kapal perikanan
berbendera asing unt uk melakukan penangkapan ikan di ZEEI
melalui kerj asama at au sewa dengan orang at au badan hukum
asing.

(2)


Cara kerj asama at au sewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dit et apkan oleh Ment eri.
BAB II
PERIZINAN USAHA PERIKANAN
Pasal 6

(1)

Perusahaan Perikanan yang melakukan Usaha Perikanan di
Wilayah Perikanan Republik Indonesia waj ib memiliki Izin Usaha
Perikanan (IUP).

(2)

IUP diberikan unt uk masing-masing Usaha Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan berlaku selama perusahaan
masih melakukan Usaha Perikanan.

(3)


Dalam IUP unt uk Usaha Penangkapan Ikan dicant umkan koordinat
daerah penangkapan ikan, j umlah dan ukuran Kapal Perikanan
Sert a j enis alat t angkap yang digunakan.

(4)

Dalam IUT unt uk Usaha Pembudidayaan Ikan dicant umkan luas
lahan at au perairan dan let ak lokasinya.
Pasal 7

(1)

Kapal Perikanan berbendera Indonesia yang digunakan oleh
Perusahaan Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) yang melakukan Usaha Penangkapan Ikan waj ib dilengkapi

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

Surat Penangkapan Ikan (SPI).
(2)

Dalam SPI dicant umkan ket et apan mengenai daerah penangkapan
ikan dan j enis alat penangkap ikan yang digunakan.

(3)

SPI berlaku selama 3 (t iga) t ahun dan set erusnya unt uk set iap
kali berakhir masa berlakunya diberikan perpanj angan selama 3
(t iga) t ahun oleh pemberi izin sepanj ang kapal dimaksud masih
dipergunakan oleh Perusahaan Perikanan yang bersangkut an
sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 8

Unt uk kepent ingan kelest arian sumberdaya ikan, pemberi izin set iap
t ahun sekali meninj au kembali ket et apan mengenai daerah
penangkapan ikan dan at au j enis alat penangkap ikan sebagaimana
t ercant um dalam IUP dan SPI.
Pasal 9
(1)

Perusahaan Perikanan yang t elah memiliki IUP yang akan
menggunakan Kapal
Perikanan berbendera asing unt uk
menangkap ikan di ZEEI waj ib memiliki Perset uj uan Penggunaan
Kapal Asing (PPKA) dan berlaku selama 3 (t iga) t ahun.

(2)

Dalam PPKA dicant umkan koordinat daerah penangkapan ikan,
j umlah dan ukuran Kapal Perikanan sert a j enis alat t angkap yang
digunakan.

(3)

Kapal Perikanan berbendera asing yang digunakan oleh
Perusahaan Perikanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
waj ib dilengkapi dengan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI).

(4)

SIPI berlaku selama 1 (sat u) t ahun dan set iap kali masa
berlakunya berakhir, dapat diperbaharui unt uk j angka wakt u 1

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

(sat u) t ahun sepanj ang kebij aksanaan unt uk memberikan
kesempat an menggunakan kapal berbendera asing masih berlaku.
Pasal 10
(1)

Gubernur Kepala Daerah Tingkai I at au Pej abat yang dit unj uk
memberikan :
a. IUP dan SPI kepada Perusahaan Perikanan yang melakukan
penangkapan ikan yang berdomisili di wilayah administ rasinya,
yang menggunakan Kapal Perikanan t idak bermot or, Kapal
Perikanan bermot or luar, dan Kapal Perikanan bermot or dalam
yang berukuran t idak lebih dari 30 GT dan at au yang mesinnya
berkekuat an t idak lebih dari 90 Daya Kuda (DK), dan
berpangkalan di wilayah administ rasinya sert a t idak
menggunakan modal dan at au t enaga asing;
b. IUP kepada
Perusahaan
Perikanan
yang
melakukan
pembudidayaan ikan di air t awar, di air payau dan di laut yang
t idak menggunakan modal asing dan at au t enaga asing.

(2)

Ket ent uan mengenai t at acara pemberian IUP dan SPI
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I dengan berpedoman kepada Tat acara
Pemberian Izin Usaha Perikanan yang diat ur oleh Ment eri.
Pasal 11

(1)

Kecuali t erhadap kegiat an-kegiat an yang menj adi kewenangan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10, Ment eri at au Pej abat yang dit unj uknya memberikan
IUP, PPKA, SPI dan SIPI kepada Perusahaan Perikanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 8.

(2)

Kewenangan memberikan IUP kepada Perusahaan Perikanan yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

penanaman modalnya dilakukan dalam rangka Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1970 t ent ang Penanaman Modal Dalam Negeri
sebagaimana t elah diubah dengan Undang-undang Nomor 11
Tahun 1970 dan dalam rangka Undang-undang Nomor 6 Tahun
1968 t ent ang Penanaman Modal Asing sebagaimana t elah diubah
dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilimpahkan oleh Ment eri kepada Ket ua
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
(3)

Ket ent uan mengenai t at acara pemberian IUP dan SPI sert a PPKA
dan SIPI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) maupun
pelimpahan kewenangan kepada Ket ua Badan Koordinasi
Penanaman Modal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat ur
oleh Ment eri.
Pasal 12

Perusahaan Perikanan yang t elah memiliki IUP dapat melakukan
Perluasan Usaha Penangkapan Ikan at au Perluasan Usaha
Pembudidayaan Ikan set elah mendapat perset uj uan pemberi izin.
Pasal 13
(1)

Pemegang IUP berkewaj iban :
a. Melaksanakan ket ent uan yang t ercant um dalam IUP dan SIP;
b. Memohon perset uj uan t ert ulis dari pemberi izin dalam hal
memindah-t angankan IUP-nya;
c. Menyampaikan laporan kegiat an usaha set iap 6 (enam) bulan
sekali.

(2)

Pemegang PPKA berkewaj iban :
a. Melaksanakan ket ent uan yang t ercant um dalam PPKA dan SIPI;
b. Menyampaikan laporan kegiat an usaha set iap 3 (t iga) bulan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

sekali kepada pemberi izin.
Pasal 14
(1)

Kewaj iban memiliki IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) dikecualikan bagi :
a. Kegiat an penangkapan ikan yang dilakukan oleh Nelayan
dengan menggunakan sebuah Kapal Perikanan t idak bermot or
at au menggunakan mot or luar at au mot or dalam berukuran
t ert ent u;
b. Kegiat an pembudidayaan ikan di air t awar yang dilakukan oleh
Pet ani Ikan di kolam air t enang dengan areal lahan t ert ent u;
c. Kegiat an pembudidayaan ikan di air payau yang dilakukan oleh
Pet ani Ikan dengan areal lahan t ert ent u;
d. Kegiat an pembudidayaan ikan di laut yang dilakukan oleh
Pet ani Ikan dengan areal lahan at au perairan t ert ent u.

(2)

Ukuran Kapal Perikanan dan luas areal lahan at au perairan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur oleh Ment eri.

(3)

Nelayan dan Pet ani Ikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
waj ib mencat at kan kegiat an perikanannya kepada Dinas
Perikanan Daerah.
BAB III
PENCABUTAN IUP, SPI, PPKA DAN SIPI
Pasal 15

(1)

IUP dapat dicabut oleh pemberi izin dalam, hal Perusahaan
Perikanan :
a. Melakukan perluasan usaha t anpa perset uj uan t ert ulis dari
pemberi izin; at au

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

10

-

b. Tidak menyampaikan laporan kegiat an usaha 3 (t iga) kali
bert urut -t urut at au dengan sengaj a menyampaikan laporan
yang t idak benar; at au
c. Tidak melaksanakan ket ent uan yang t ercant um dalam IUP;
at au
d. Memindah-t angankan IUP-nya t anpa perset uj uan t ert ulis dari
pemberi izin; at au
e. Selama 1 (sat u) t ahun bert urut -t urut sej ak IUP dikeluarkan
t idak melaksanakan kegiat an usahanya.
(2)

SPI dapat dicabut oleh pemberi izin apabila :
a. Perusahaan Perikanan t idak melaksanakan ket ent uan yang
t ercant um dalam IUP dan at au SPI; at au
b. Perusahaan Perikanan menggunakan Kapal Perikanan di luar
kegiat an penangkapan ikan; at au
c. Perusahaan Perikanan t idak lagi menggunakan Kapal Perikanan
yang dilengkapi dengan SPI t ersebut ; at au
d. IUP yang dimiliki oleh Perusahaan Perikanan dicabut oleh
pemberi izin.
Pasal 16

(1)

PPKA dapat dicabut oleh pemberi izin apabila :
a. Perusahaan Perikanan t idak melaksanakan ket ent uan yang
t ercant um dalam PPKA; at au
b. Perusahaan Perikanan t idak menyampaikan laporan kegiat an
usaha 3 (t iga) kali bert urut -t urut at au dengan sengaj a
menyampaikan laporan yang t idak benar; at au
c. Perusahaan Perikanan selama 1 (sat u) t ahun bert urut -t urut
sej ak PPKA dikeluarkan t idak melaksanakan kegiat an

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

usahanya; at au
d. IUP dicabut oleh pemberi izin.
(2)

SIPI dapat
Perikanan :

dicabut

oleh

pemberi

izin

apabila Perusahaan

a. Tidak melaksanakan ket ent uan yang t ercant um dalam PPKA
dan at au SIPI; at au
b. Menggunakan Kapal Perikanan di luar kegiat an penangkapan
ikan; at au
c. Tidak lagi menggunakan Kapal Perikanan yang dilengkapi
dengan SIPI t ersebut ; at au
d. IUP dan at au PPKA dicabut oleh pemberi izin.
Pasal 17
Ket ent uan mengenai t at acara pencabut an IUP dan SPI sert a PPKA dan
SIPI dit et apkan oleh Ment eri.
BAB IV
PUNGUTAN PERIKANAN
Pasal 18
(1)

Perusahaan Perikanan yang melakukan Usaha Penangkapan Ikan
at au Usaha Pembudidayaan Ikan di laut at au perairan lainnya di
Wilayah Perikanan Republik Indonesia, dikenakan pungut an
perikanan.

(2)

Pungut an perikanan t idak dikenakan bagi :
a. Usaha pembudidayaan ikan yang dilakukan di t ambak at au di
kolam
di
at as
t anah
yang
menurut
perat uran
perundang-undangan t elah menj adi hak t ert ent u dari yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

bersangkut an;
b. Nelayan dan Pet ani Ikan sebagaimana dimaksud'dalam Pasal 1
ayat .
Pasal 19
Pungut an Perikanan dikenakan kepada Perusahaan Perikanan at as ikan
hasil penangkapan at au pembudidayaan.
Pasal 20
(1)

Pungut an Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
dit et apkan sebagai berikut :
a. Unt uk kegiat an penangkapan ikan sebesar 2, 5 % (dua set engah
prosen) dari harga j ual seluruh hasil ikan yang dit angkap;
b. Unt uk kegiat an pembudidayaan ikan sebesar 1 % (sat u prosen)
dari harga j ual seluruh hasil ikan yang dibudidayakan.

(2)

Tat acara pemungut an Pungut an Perikanan diat ur oleh Ment eri
dengan perset uj uan Ment eri Keuangan.
Pasal 21

Pungut an Perikanan bagi Perusahaan Perikanan yang menggunakan
Kapal Perikanan berbendera asing unt uk menangkap ikan di ZEEI
dit et apkan oleh Ment eri dengan perset uj uan Ment eri Keuangan dan
digunakan khusus unt uk membiayai pembangunan perikanan nasional.

Pasal 22
(1)

Pungut an perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

izin usahanya diberikan oleh Ment eri at au pej abat yang
dit unj uknya, merupakan pendapat an Pemerint ah Pusat dan
dialokasikan :
a. sebesar 70 % (t uj uh puluh prosen) unt uk Pemerint ah Pusat dan
digunakan khusus unt uk membiayaj pembangunan perikanan
nasional;
b. sebesar 30 % (t iga puluh prosen) merupakan pendapat an
langsung Pemerint ah Daerah yang bersangkut an dan digunakan
unt uk membiayai pembangunan perikanan Daerah.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 23
(1)

Pembinaan dan pengawasan t erhadap kegiat an Usaha Perikanan,
Nelayan dan Pet ani Ikan dilakukan oleh Ment eri dan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I secara t erat ur dan berkesinambungan.

(2)

Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliput i
pembinaan iklim usaha, sarana usaha, t eknik produksi,
pemasaran dan mut u hasil perikanan.

(3)

Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
t erhadap dipenuhinya ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah
ini dan ket ent uan perat uran perundang-undangan lainnya yang
berkait an dengan kegiat an penangkapan ikan dan pembudidayaan
ikan sert a pananganan hasil perikanan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

BAB VI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 24
Set iap Perusahaan Perikanan yang melanggar ket ent uan Pasal 6
dipidana menurut ket ent uan Pasal 25, 26 dan Pasal 29 Undang-undang
Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang Perikanan.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
Izin Usaha Perikanan yang t elah diberikan sebelum dit et apkannya
Perat uran Penierint ah ini, t et ap berlaku sampai habis masa berlakunya
dan harus diperbaharui sepanj ang Perusahaan Perikanan yang
bersangkut an masih melanj ut kan kegiat annya berdasarkan ket ent uan
Perat uran Pemerint ah ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 28 Mei 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 28 Mei 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 1990
TENTANG
USAHA PERIKANAN
UMUM
Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 mengamanat kan agar
pemanf aat an sumber daya ikan diarahkan unt uk sebesar-besar
kemakmuran dan kesej aht eraan rakyat Indonesia. Dengan demikian
pemanf aat an sumber daya ikan t ersebut pada dasarnya hanya dapat
dilaksanakan oleh warga negara Republik Indonesia, baik secara
perorangan maupun dalam bent uk badan hukum, dan harus dapat
dinikmat i secara merat a, baik oleh produsen maupun konsumen.
Pemerat aan pemanf aat an sumber daya ikan hendaknya j uga t erwuj ud
dalam perlindungan t erhadap kegiat an usaha yang masih lemah sepert i
nelayan dan pet ani ikan kecil agar t idak t erdesak oleh kegiat an usaha
yang lebih kuat . Oleh karena it u dalam rangka pengembangan
usahanya perlu didorong ke arah kerj asama dalam wadah koperasi. Di
samping it u diharapkan pula adanya kerj asama ant ara perusahaan
perikanan yang kuat dengan nelayan/ pet ani ikan kecil dengan dasar
saling mengunt ungkan, misalnya dalam bent uk Perusahaan Int i Rakyat
(PIR).
Walaupun sumber daya ikan dimanf aat kan unt uk sebesar-besar
kemakmuran dan kesej aht eraan rakyat , namun demikian dalam
memanf aat kan sumber daya ikan t ersebut harus senant iasa menj aga
kelest ariannya. Ini berart i bahwa pengusahaan sumber daya ikan harus
seimbang dengan daya dukungnya sehingga diharapkan dapat
memberikan manf aat secara t erus menerus dan lest ari. Dengan kat a
lain pemanf aat an sumber daya ikan harus dilakukan secara rasional.
Salah sat u cara unt uk menj aga kelest arian sumber daya ikan dilakukan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

dengan pengendalian usaha perikanan melalui perizinan. Penerapan
perizinan t ersebut dit uj ukan bagi perusahaan perikanan, sedangkan
bagi nelayan dan pet ani ikan kecil dibebaskan dari kewaj iban unt uk
memiliki izin. Akan t et api unt uk keperluan pembinaan dan
pengendalian pemanf aat an sumber daya ikan t et ap diperlukan
pencat at an t erhadap usahanya.
Perizinan selain berf ungsi unt uk menj aga kelest arian sumber daya ikan
j uga berf ungsi unt uk membina usaha perikanan dan memberikan
kepast ian usaha perikanan. Unt uk mendorong pengembangan usaha
perikanan, kepada para pengusaha baik perorangan maupun badan
hukum, diberikan kemudahan berupa berlakunya izin usaha perikanan
selama perusahaan masih beroperasi. Hal ini t idak berart i memberi
keleluasaan bagi pengusaha penangkap ikan unt uk memanf aat kan
sumber daya ikan t anpa kendali. Pengendalian t et ap dilakukan dengan
penent uan j angka wakt u t ert ent u beroperasinya kapal yang dikait kan
dengan t ersedianya sumber daya ikan. Disamping it u masih ada
kemudahan lain yait u unt uk semua kegiat an dalam sat u bidang usaha
perikanan hanya diperlukan sebuah izin.
Sebagian besar usaha penangkapan ikan dilakukan oleh nelayan yang
dalam memasarkan hasil t angkapannya berada dalam posisi yang
lemah sehingga sering mendapat kan harga yang t idak waj ar. Dilain
pihak harga ikan pada t ingkat konsumen relat if t inggi karena
panj angnya mat a rant ai pemasaran. Oleh karena it u unt uk
mewuj udkan harga yang waj ar bagi konsumen dan mengunt ungkan
bagi nelayan dalam rangka meningkat kan kesej aht eraan dan usahanya
sekaligus memperpendek mat a rant ai pemasaran, Pemerint ah
memberikan bimbingan dan dorongan agar hasil t angkapannya dij ual
melalui pelelangan. Unt uk it u Pemerint ah menyediakan t empat
pelelangan ikan.
Sumber daya ikan pada hakekat nya merupakan kekayaan negara. Oleh
karena it u perusahaan perikanan yang t elah memperoleh manf aat dari

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

sumber daya ikan t ersebut khususnya usaha yang bersif at ekst rakt if
maupun usaha pembudidayaan di laut dan di perairan lain a di Wilayah
Republik Indonesia, dikenakan pungut an perikanan at as hasil kegiat an
perikanannya. Namun bagi para nelayan dan pet ani ikan yang hasil
usahanya hanya sekedar unt uk memenuhi kebut uhan hidup sehari-hari
sert a usaha pembudidayaan ikan yang dilakukan di t ambak at au di
kolam di at as t anah yang menurut perat uran perundang-undangan
t elah menj adi hak t ert ent u dari yang bersangkut an dibebaskan dari
pungut an perikanan.
Pembinaan dan pengawasan merupakan salah sat u hal yang pent ing
dalam upaya mengembangkan usaha perikanan. Melalui upaya
pembinaan dan pengawasan, Pemerint ah mencipt akan iklim usaha
secara sehat dan mant ap, sert a melakukan upaya-upaya pencegahan
penggunaan sarana usaha (produksi) yang t idak sesuai dengan
ket ent uan, penerapan t eknik berproduksi yang ef ekt if dan ef isien,
sert a penerapan pembinaan mut u hasil perikanan yang bert uj uan
unt uk meningkat kan daya saing dipasaran int ernasional dan
melindungi konsumen dari hal-hal yang dapat merugikan sert a
membahayakan kesehat an. Dari pembinaan dan pengawasan sepert i
it u diharapkan dapat merangsang perkembangan usaha perikanan yang
pada akhirnya akan dapat mencipt akan lapangan kerj a, meningkat kan
penerimaan devisa negara dan meningkat kan kesej aht eraan para
nelayan dan pet ani ikan kecil.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Angka 1 sampai dengan Angka 8
Cukup j elas
Angka 9
Yang dimaksud dengan areal lahan mencakup areal unt uk
pembudidayaan ikan di air t awar, air payau dan unt uk
pembudidayaan ikan di laut .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

Pasal 2
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Usaha pembudidayaan ikan t erdiri dari pembudidayaan ikan di air
t awar, di air payau dan di laut , yang mencakup seluruh kegiat an
pembudidayaan j enis ikan yang dapat dibudidayakan menurut
masing-masing
kegiat an
t ersebut ,
t ermasuk
kegiat an
pembenihannya. Apabila dalam permohonan Izin Usaha Perikanan
(IUP) rencana usahanya t elah mencakup kegiat an pembudidayaan
ikan di air t awar, air payau dan di laut , maka IUP yang diberikan
meliput i ket iga kegiat an t ersebut . Namun apabila hanya salah
sat u kegiat an saj a, maka IUP hanya diberikan unt uk kegiat an
t ersebut .
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Pengecualian t erhadap ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), yait u pemanf aat an yang dilakukan oleh orang at au
badan hukum asing hanya dapat diizinkan di bidang penangkapan
ikan sepanj ang negara Republik Indonesia t erikat unt uk
melaksanakan ket ent uan-ket ent uan perset uj uan int ernasional
at au ket ent uan- ket ent uan hukum int ernasional yang berlaku.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 4
Ayat (1)
Bent uk kerj asama ant ara perusahaan perikanan dengan sej umlah
nelayan/ pet ani ikan pada saat ini dikenal dengan Perusahaan Int i
Rakyat (PIR).
Ayat (2)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

-

Cukup j elas
Pasal 5
Ayat (1)
Kerj asama ant ara Perusahaan Perikanan Indonesia dengan orang
at au badan hukum asing dalam menggunakan kapal perikanan
berbendera asing unt uk melakukan penangkapan ikan di Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) ant ara lain dalam bent uk bagi
hasil, kerj asama operasi penangkapan ikan, kerj asama keagenan
dan kerj asama lainnya.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Usaha Perikanan dapat berupa Usaha Penangkapan Ikan dan
Usaha Pembudidayaan Ikan. Unt uk masing-masing usaha
t ersebut diperlukan IUP. Khusus unt uk Usaha Pembudidayaan
Ikan, IUP dapat mencakup pembudidayaan ikan di air t awar, di
air payau dan di laut , sepanj ang kegiat an t ersebut t elah
dit uangkan dalam rencana usaha yang diset uj ui dan dit et apkan
dalam IUP. Namun apabila dalam Perset uj uan Prinsip maupun IUP
hanya diset uj ui/ dit et apkan unt uk salah sat u kegiat an saj a
misalnya Pembudidayaan Ikan di air payau, maka apabila
Perusahaan Perikanan t ersebut ingin melakukan kegiat an lainnya
di luar yang diset uj ui/ dit et apkan dalam IUP, Perusahaan
Perikanan t ersebut harus mengaj ukan Permohonan Perset uj uan
Perluasan Usaha.
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

21

-

Pasal 7
Cukup j elas
Pasal 8
Apabila berdasarkan hasil pengkaj ian t ingkat pemanf aat an di
daerah penangkapan yang lama t idak lagi memungkinkan
beroperasinya kapal perikanan sej umlah t ert ent u, maka kapal-kapal
t ersebut harus dipindahkan ke daerah penangkapan ikan di perairan
lainnya yang masih pot ensial dan at au dilakukan penggant ian alat
penangkap ikan yang digunakan.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
SIPI t idak diberikan lagi kepada orang at au badan hukum asing
apabila Perusahaan
Perikanan
Indonesia t elah
mampu
memanf aat kan seluruh j umlah t angkapan yang diperbolehkan di
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI).
Pasal 10
Ayat (1)
Penent uan ukuran kapal dimaksudkan unt uk mengendalikan
pemanf aat an sumber daya ikan agar t ercapai pemanf aat an yang
opt imal t anpa mengganggu kelest ariannya.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 11

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

Cukup j elas
Pasal 12
Perluasan Usaha khususnya di bidang Penangkapan Ikan yang
dilakukan t anpa perset uj uan t erlebih dahulu dari pemberi izin,
dapat membahayakan kelest arian sumber daya karena kegiat an
penangkapan t ersebut berada di luar pengendalian pemanf aat an.
Pasal 13
Ayat (1)
Huruf a dan Huruf b
Cukup j elas
Huruf c
Dat a yang diperoleh melalui laporan kegiat an Perusahaan
Perikanan digunakan unt uk bahan evaluasi pemanf aat an
sumber daya perikanan dalam rangka pengelolaan dan
pengendaliannya. Hasil evaluasi selanj ut nya digunakan unt uk
penent uan alokasi pengembangan usaha dalam rangka
pengembangan pemanf aat an sumber daya.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Tuj uan dari pencat at an kegiat an perikanan Nelayan dan Pet ani
Ikan oleh Pemerint ah dimaksudkan unt uk kepent ingan
pengumpulan dat a dalam rangka pembinaan t erhadap Nelayan,
Pet ani Ikan dan pengelolaan sumber daya ikan ant ara lain dalam
bent uk pengendalian pemanf aat annya sesuai dengan daya dukung
pot ensi yang t ersedia.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

Pasal 15
Cukup j elas
Pasal 16
Cukup j elas
Pasal 17
Cukup j elas
Pasal 18
Ayat (1)
Pungut an perikanan t erhadap Perusahaan Perikanan yang
melakukan usaha penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan di
laut at au perairan lainnya di Wilayah Perikanan Republik
Indonesia, karena perusahaan yang bersangkut an t elah
memperoleh manf aat langsung dari kekayaan negara.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 19
Cukup j elas
Pasal 20
Cukup j elas
Pasal 21
Cukup j elas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

Pasal 23
Cukup j elas
Pasal 24
Cukup j elas
Pasal 25
Cukup j elas
Pasal 26
Cukup j elas

24

-