USAHA PERTANIAN DI INDONESIA

https://aristyakristina.wordpress.com/2012/09/20/pertanian-di-indonesia/

PERTANIAN di INDONESIA
PENDAHULUAN
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam
arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk
membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.
Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha
tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar
atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua
vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek
hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat
melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan
keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi
sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasardasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode
budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan
pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi
untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming).
Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan

kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai
intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering
kali disamakan.
Sisi yang berseberangan dengan pertanian industrial adalah pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian organik
atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan
pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian
berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian industrial.
Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub
“ideologi” pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentuk pertanian
ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan
berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk
memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam
volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul
karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan
ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk
pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini
tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
A. Pengertian Pertanian

Pertanian dalam arti luas adalah sema kegiatan yang meliputi bercocok tanam, perikanan,

peternakan dan kehi\utanan. Indonesia termasuk negara agraris, artinya sebagian besar dari
penduduk hidup di pertanian.
B. Faktor Pendorong Pertanian
Adapun faktor yang mendorong pertanian diantaranya:
1) Keadaan fisis yang baik untuk pertanian, diantaranya: tanah yang luas dan subur, iklim yang
baik, dan lapisan tanah yang gembur dan cukup tebal
2) Susunan penduduknya menurut mata pencahariannya menunjukan ±10% penduduk Indonesia
hidup dari pertanian
3) Sektor pertanian menghasilkan lebih dari 50% dari pendapatan nasional
4) Penduduk Indonesia cukup banyak, sehingga pertanian membutuhkan banyak tenaga kerja
C. Jenis-jenis Pertanian
Berdasarkan pengelolaanya, pertanian dibedakan menjadi dua, yaitu:
® Pertanian rakyat adalah pertanian yang diusahakan oleh rakyat. Pertanian ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik konsumsi sendiri maupun konsumsi lokal. Ciri-ciri:
modal kecil, lahan sempit, dikelola sederhana, tenaga kerja sederhana, tenaga kerja keluarga
sendiri, peralatan sendiri.
® Pertanian besar adalah pertanian yang diusahakan oleh perusahaan, baik swasta maupun
BUMN. Pertanian ini bertujuan untuk keperluan ekspor atau bahan baku industri. Ciri-ciri:

modal usaha besar, lahan luas, dikelola secara modern.
Berdasarkan jenis tanamannya pertanian dibedakan menjadi dua yaitu:
» Pertanian tanaman pangan
Adalah usaha pertanian yang berupa bahan pangan. Tanaman pangan dibedakan menjadi tiga
yaitu, jenis padi-padian, jenis palawija (ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah
dll) dan jenis holtikultura (buah dan sayuran)
» Pertanian tanaman perkebunan
Adalah usaha pertanian yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan perdagangan besar. Tanaman
perkebunan dapat dibedakan menjadi tanaman perkebunan musiman (tebu,tembakau,dll) dan
tanaman perkebunan tahunan (kopi,karet, coklast,dll)
Jenis-jenis sawah meliputi
1) Sawah irigasi, yaitu sawah yang menggunakan perairan secara teratur
2) Sawah tadah hujan, aytiu sawah yang menggunakan perairan dengan air huajan
3) Sawah lebak, yaitu sawah yang diusahakan di bantaran sungai besar saat penghujan
4) Sawah bancah, yaitu sawah yang diusahakan di daerah pantai dekat muara sungai. Sawah ini
juga dinamakan sawah pasang surut

Berdasarkan lahannya pertanian dibedakan menjadi empat, yaitu:
Þ


Bersawah adalah usaha bercocok tanam yang dilakukan di sawah dengan jenis tanaman

Þ Berladang adalah usaha bercocok di lahan kering, pada saat musim hujan dan dilakukan
dengan cara berpindah-pindah
Þ Bertegal, adalah usaha bercocok tanam di lahan kering dengan memanfaatkan air hujan.
Hasilnya jagung, kacang, ketela dll
Þ

Berkebun, adalah usaha bercocok tanam yang dilakukan di sekitar rumah (pekarangan)

D. Faktor Pendorong dan Penghambat Usaha Pertanian Indonesia
Faktor pendorong usaha pertanian Indonesia:
1) Pengaruh iklim muson menyebabkan berjenis-jenis flora dapat tumbuh dengan subur
2) Tanah di Indonesia subur
3) Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

Faktor penghambat usaha pertanian Indonesia:
1) Kemarau panjang
2) Hama tanaman (tikus, wereng dan belalang)
3) Penyimpangan iklim

4) Faktor manusia
e. Usaha Pemerintah memajukan pertanian
Pemerintah telah menempuh dua usaha dalam rangka meningkatkan hasil pertanian, yaitu:


Usaha dalam jangka pendek meliputi:
a) Memperluas pemakaian bibit-bibit unggul, jenis PB, IR, Bengawan dan lain-lain
b) Memperluas pemakaian pupuk dan pemberantasan hama dan mendirikan kursuskursus tani untuk memberitahukan pertanian
c) Mengadakan badan-badan: Bulgonas (Badan Usaha Logistik Nasional), Dolog (Depot
Logistik), BUUD (Badan Usaha Unit Desa), KUD (Koperasi Unit Deas)

Usaha jangka panjang meliputi:
a) Membuka tanah pertanian baru diluar jawa
b) Pembuatan waduk dan saluran irigasi
c) Mendirikan pabrik pupuk

https://danuadji.com/peluang-usaha-pertanian/

9 Peluang Usaha Pertanian Modern Yang
Menjanjikan

– by me 21


Peluang Usaha Pertanian Modern Yang Menjanjikan
o

1. Menaman Sayuran Organik

o

2. Menjual Alat dan Mesin Pertanian

o

3. Menjual Bibit

o

4. Menjual Pupuk


o

5. Budidaya tanaman hias

o

6. Mengelola 1 produk pangan

o

7. Penanaman Rempah Rempah

o

8. Menyediakan Jasa Perantara Ekspor Bahan Pertanian

o

9. Membuat TIM Konsuktan Untuk Para Petani


Peluang Usaha Pertanian – Peluang usaha akan terus menerus ada di zaman modern ini apa
lagi dengan berkembangnya teknologi yang canggih, kita dapat dengan mudah untuk
menemukan inspirasi peluang usaha yang akan kita kerjakan melalui bantuan mbah google
tentunya. Yang akan saya bahas kali ini adalah Peluang usaha di bidang pertanian.
Seiring berjalannya waktu dan makin canggihnya teknologi pertanian, kadang kala membuat kita
lalai akan adanya prospek yang luar biasa menganai bisnis pertanian. yang kebanyakan orang
pikirkan yaitu hanyalah memakai dan memakai fasilitas saja, jarang untuk memanfaatkan
teknoogi ini sebagai sebuah peluang bisnis pertanian yang sangat luar biasa prospek
keuntungannya.
Kita ketahui semua, bahwa dari sekian hasil pertanian adalah kebutuhan primer yang sangat
wajib untuk di konsumsi oleh masyarakat. Keadaan ini yang sebenarnya harus di manfaatkan
oleh orang yang mampu dan mau mengelola pertanian secara profesional.
Sebagai negara agraris, potensi bisnis pertanian masih tebuka lebar untuk masyarakat indonesia
bagi mereka yang mempunyai ide kreatif.

Memulai sebuah usaha pertanian juga banyak pilihan mulai dari yang modal kecil, sedang hingga
besar, semua tergantung pada modal anda. Baca juga bisnis mahasiswa
Yang dulunya kalo mau usaha pertanian harus di desa sekarang pun di kota juga bisa untuk
memulai usaha pertanian. dengan adanya teknologi semua menjadi mungkin. dan dapat di
lakukan dengan mudah jika kita mau menjalani prosesnya.

Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui banyak sekali pengusaha pertanian yang bisa
sukses dalam menjalani bisnisnya, dan ini adalah peluang usaha pertanian yang dapat anda
jalankan juga dengan menggunakan kreatifitas yang anda miliki

Peluang Usaha Pertanian Modern Yang Menjanjikan
1. Menaman Sayuran Organik

Banyak sekali wacanya mengenai bisnis pertanian yaitu menaman sayuran dan buah secara
hidroponik atau yang bisa kita sebut organik.
Memang betul, masyarakat yang sekarang semakin pintar dan modern akan lebih memilih untuk
hidup sehat dengan cara mengkonsumsi sayuran yang sedikit atau bahkan tidak terkandung
bahan perstisida di dalamnya.
Dengan kata lain memilih sayuran dan buah buahan yang di tanam secara hidroponik. Dengan
kondisi ini kita sebagai pelaku bisnis seharusnya bisa melihat pasar yang sangat jelas. Untuk
pemasaran jenis usaha ini bisa berbagai macam, mulai dari kalangan bawah, menengah sampai
yang tertinggi.

Kita mau mendapatkan untung yang bagaimana itu adalah pilihan. Karena usaha sayuran dan
buah organik sangat di butuhkan dari mulai yang ingin hidup sehat sampai perusahaan pangan
seperti careffore, hipermart, dan sebagainya.

Kelamahan dari usaha ini adalah, Anda harus terlatih dalam mengelolanya. dan biaya yang di
butuhkan di awal akan lebih tinggi. tetapi ya itu tadi, pasar anda luas, jadi anda bebas memilih
keuntungan yang seperti apa.
2. Menjual Alat dan Mesin Pertanian

Usaha ini pasti memerlukan modal yang sangat besar ? salah !
Anda bisa menjalankan usaha ini dengan bermodalkan sebuah alat komunikasi dan alat
pembayaran, biasanya visa.
Di indonesia sebenarnya adalah prospek yang sangat luar biasa untuk menjual alat pertanian,
karena kebutuhan bahan pokok yang kian meningkat, tapi malah banyak petani yang pindah
profesi menjadi pegawai atau mencari usaha lain.
Opini saya, mungkin karena mereka belum tau prospek apa yang akan mereka dapatkan ketika
fokus dan mau mengusahakan bisnis pertanian. Kondisi ini yang akan menjadi peluang untuk
anda jika ingin berbisnis alat pertanian.
lalu caranya gimana kalo mau bisnis alat pertanian tapi tidak ada modal ?
Jadilah reseller produk pertanian. Jadi gini, buatlah data terlebih dahulu mengnai alat pertanian
yang ingin anda jual, lalu carilah toko offline maupun online yang menjual alat pertanian. Ajak
mereka bekerja sama, bahasa kerennya anda menawarkan diri sebagai marketing lepas. Setelah

menemukan toko yang menyediakan alat pertanian yang anda inginkan, buatlah gambar, atau

foto yang sekiranya sama dengan produk yang anda jual.
Kalau anda mau cepat mendapat pembeli, anda harus mau jual secara offline dengan metode
metode kreatif anda. contoh toko online yang lengkap dan bisa di percaya adalah alibaba.com
cari produk nya di situ, dan jual.
Masalahnya kan banyak petani indonesia yang belum mampu membeli alat semahal itu
Mungkin sekarang iya, tapi di masa yang akan datang, petani maupun pemerintah Indonesia
memerlukan alat pertanian yang canggih untuk bisa memenuhi kebutuhan bahan pangan yang
sangat banyak.
3. Menjual Bibit

Bisnis ini sepertinya sudah sangat sulit di jalankan untuk pemula, tapi anda tidak usaha
kwawatir, dengan anda menjadi ahli dalam metode pembibitan anda akan mampu bersaing di
perusahaan-perusahaan besar lainnya, dengan cara, tetap tekun dan fokus serta usaha yang keras
dalam menjalani uasaha ini. entah itu petani kecil, sedang dan perusahaan pertanian pun
memerlukan bibit untuk lahan pertanian mereka. Prospek anda sangat luas.
Buatlah bibit yang berkualitas baik dan gunakan cara pemasaran yang ekstrim agar produk anda
dapat dengan cepat terkenal di pasaran.

4. Menjual Pupuk

Jenis usaha ini akan laku keras jika di daerah anda atau pasar anda adalah perkebunan. Yang
namanya perkebunan, tidak mungkin kalau hanya membeli pupuk 1kg saja, munkin bisa jadi 1
ton itu paling sedikit.
Tapi jika anda berada di pemukiman perkotaan tidak ada salahnya juga menjual pupuk tanaman
hias, dan jangan salah, walaupun yang mebeli hanya 1,2,3,4,5 kg saja tapi harganya mahal.
Selain menjual pupuk, anda juga bisa menyisipkan pelengkapan pertanian seperti alat
semprotnya, alat penyiram dan sebagainya. Baca juga bisnis ternak kambing
Bisnis pupuk adalah bisnis yang menguntungkan, apalagi jika anda mampu membuat produknya
sendiri, bisa di katakan perusahaan pupuk. Selain membuka lapangan pekerja buat orang lain,
saya yakin bisnis ini akan bertahan lama jika anda kreatif dan mampu membaca peluang pasar
yang tertarget. Karena para petani indonesia akan terus menggunakan pupuk sebagai vitamin
tanaman mereka.

5. Budidaya tanaman hias

Beberapa tahun terakhir ini, tanaman hias mengalami penurunan harga jual. Lalu kenapa saya
memasukkan bisnis ini kedalam peluang usaha yang menjanjikan ? alasannya simple. Opini saya,
di masa yang akan datang orang orang pintar akan membutuhkan tanaman hias sebagai
pelengkap hunian mereka, dan proses membuat tanaman hias bisa di sambi dengan kerjaan lain.
Jika anda hanya membuat tanaman hias 10 – 20 mungkin gak terasa hasilnya, tapi jika anda
mampu membuat 1000 lebih tanaman hias maka akan terasa hasilnya di masa yang akan datang.
Memang susah proses pembuatannya, tetapi dalam menggarap tanaman hias tidak memerlukan
banyak waktu, walaupun membutuhkan waktu yang sangat panjang, mudeng maksudnya kan
Jadi gini dalam 1 hari kita tidak full time akan menggarap tanaman hias itu, dan di waktu luang
kita bisa melakukan bisnis lain tanpa mengganggu proses pertumbuhan tanaman hias. Karena
membuat tanaman hias membutuhkan waktu yang sangat lama, agar tidak boring, jadi slow aja
dalam mengurusnya, tapi tetap harus teliti, agar hasil tanaman hias berkualitas.

6. Mengelola 1 produk pangan

Disini saya menyarankan anda, bagi yang baru mau memulai usaha pertanian mengenai bisnis
tentang pangan, entah itu sayuran, rempah rempah, makanan pokok dan lain lain, usahakan untuk
fokus 1 produk dulu saja. misal yang di butuhkan di Indonesia adalah kedelai, Kerjakan bisnis itu
dengan fokus sampai anda mempunyai brand, sehingga lambat laun anda tidak perlu mencari
pasar lagi, tetapi pasar yang akan mencari anda. Bisnis ini memang membutuhkan waktu yang
lumayan panjang karena membangun sebuah nama tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Baca juga usaha modal kecil
7. Penanaman Rempah Rempah

Rempah rempah masih menjadi peluang usaha yang sangat bagus untuk kalian. Karena rempah
rempah dari Indonesia sangat banyak diminati oleh negara lain. Jadi peluang untuk mendapatkan
pembeli sangat besar.
Banyak sekali jenis rempah rempah yang dapat anda jadikan sebagai bisnis, yang sangat tampak
adalah bawang merah. Bisnis rempah rempah juga akan dijadikan sebuah usaha yang sangat
menguntungkan bagi si pengelola bisnis karena semua kalangan bisa masuk mulai dari kalangan
kecil, menengah sampai kalangan atas seperti restaurant mahal.
8. Menyediakan Jasa Perantara Ekspor Bahan Pertanian

Belum banyak orang yang mampu menjadi jasa perantara eksportir bahan pertanian. Ini adalah
peluang anda untuk memasuki bisnis ini, yang anda butuhkan adalah kemampuan komunikasi
dan jiwa pemimpin yang baik. Dalam hal ini anda bisa mulai belajar perantara ekspor dan impor
di importir.org

9. Membuat TIM Konsuktan Untuk Para Petani

Sepertinya saat ini masih sedikit dan bahkan belum tampak adanya perusahaan yang berjalan di
bidang penyuluhan pertanian, entah itu dari pemerintah maupun masyarakat, mungkin ada tapi
tidak kelihatan atau malah tidak jalan. Baca juga peluang usaha ternak lele
Jika anda mampu membuat tim penyuluh pertanian, ini adalah sebuah keuntungan besar bagi
anda, pasalnya di negeri tercinta kita Indonesia ini membutuhkan banyak orang yang dapat
memerikan penyuluhan kepada petani kita agar menghasilkan produk dengan kualitas dan
kuantitas yang baik.
Selain anda dibayar sebagai tim penyuluh, anda juga bisa memasukkan barang dagangan anda
mulai dari poin nomor 1 sampai nomor 8 di atas. Jadi keuntungannya dobel. Untuk para sarjana
pertanian, jangan hanya mau bekertja di departemen atau perusahaan sahaja, seharusnya ilmu
yang di dapatkan bisa di jadikan ide peluang usaha sebagai tim penyuluh yang profesional.
Dan untuk yang tidak sekolah dan ingin menggeluti bisnis ini, anda hanya perlu pengalaman dan
komunikasi yang lancar.
Itu saja wacana mengenai peluang usaha pertanian modern yang menjanjikan. Semog
bermafaat. Salam sukses pertanian Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian

Pertanian
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pertanian
Umum



Agroindustri




Agronomi



Ilmu pertanian



Jelajah bebas

Kebijakan pertanian




Lahan usaha tani
Mekanisasi pertanian





Agribisnis

Menteri Pertanian

Perguruan tinggi pertanian



Perguruan tinggi pertanian di Indonesia
Permakultur




Pertanian bebas ternak



Pertanian berkelanjutan


Pertanian ekstensif



Pertanian intensif



Pertanian organik



Pertanian urban
Peternakan



Peternakan pabrik





Wanatani

Sejarah

Sejarah pertanian






Sejarah pertanian organik
Revolusi pertanian Arab
Revolusi pertanian Inggris



Revolusi hijau
Revolusi neolitik

Tipe



Akuakultur



Akuaponik
Hewan ternak




Hidroponik

Penggembalaan hewan





Perkebunan
Peternakan babi



Peternakan domba



Peternakan susu




Peternakan unggas




Peladangan

Portal:Pertanian



l



b



s

Gambaran klasik pertanian di Indonesia

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola
lingkungan hidupnya.[1] Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam
pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris:
crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula
berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti
pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau
eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian,
namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial
sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas
ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun
2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk
meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya.
Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu
tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika juga dipelajari dalam pertanian.
Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan
yang dilakukan dalam budidaya. "Petani" adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan
usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak
(livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.

Daftar isi


1 Cakupan pertanian



2 Sejarah singkat pertanian dunia



3 Pertanian kontemporer



4 Tenaga kerja
o



4.1 Keamanan

5 Sistem pembudidayaan tanaman
o

5.1 Bentuk pembudidayaan tanaman di Indonesia



6 Sistem produksi hewan



7 Masalah lingkungan



o

7.1 Masalah pada hewan ternak

o

7.2 Masalah penggunaan lahan dan air

o

7.3 Pestisida

o

7.4 Perubahan iklim

8 Energi dan pertanian
o

8.1 Mitigasi kelangkaan bahan bakar fosil



9 Ekonomi pertanian



10 Lihat pula



11 Referensi



12 Pranala luar

Cakupan pertanian
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam
arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman.
Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha
tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar
atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua
vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek
hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat
melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan
keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi
sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.

Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasardasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode
budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan
pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi
untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming).
Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan
kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai
intensifikasi. Karena pertanian industri selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering
kali disamakan.
Sisi pertanian industrial yang memperhatikan lingkungannya adalah pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti
pertanian organik atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun
lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya.
Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada
pertanian industrial.
Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub
"ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentuk pertanian
ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan
berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk
memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam
volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul
karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan
ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk
pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponik) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi
sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.

Sejarah singkat pertanian dunia
Lihat pula: Sejarah pertanian

Daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah. Di tempat ini ditemukan bukti-bukti awal pertanian,
seperti biji-bijian dan alat-alat pengolahnya.

Domestikasi anjing diduga telah dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya
(masyarakat berburu dan peramu) dan merupakan kegiatan pemeliharaan dan pembudidayaan
hewan yang pertama kali. Selain itu, praktik pemanfaatan hutan sebagai sumber bahan pangan
diketahui sebagai agroekosistem yang tertua.[2] Pemanfaatan hutan sebagai kebun diawali dengan
kebudayaan berbasis hutan di sekitar sungai. Secara bertahap manusia mengidentifikasi
pepohonan dan semak yang bermanfaat. Hingga akhirnya seleksi buatan oleh manusia terjadi
dengan menyingkirkan spesies dan varietas yang buruk dan memilih yang baik.[3]
Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling
awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah
umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu
dari kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah
lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania
sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman bijibijian (serealia, terutama gandum kuna seperti emmer) dan polong-polongan di daerah tersebut.
Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini
banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah
dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan
megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan terhadap dewadewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan
pangan. Pada 5300 tahun yang lalu di China, kucing didomestikasi untuk menangkap hewan
pengerat yang menjadi hama di ladang.[4]
Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara
belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Buktibukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun
sebelum Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak
pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu,
masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal
sama sekali berbeda.
Hewan ternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing/domba (7000 tahun SM) serta
babi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasi kucing. Sapi, kuda, kerbau, yak mulai
dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai dibudidayakan lebih
kemudian. Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru
dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut
bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.
Budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir
Kuno (4000 tahun SM) dan Yunani Kuna (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur
dan zaitun.
Tanaman serat didomestikasikan di saat yang kurang lebih bersamaan dengan domestikasi
tanaman pangan. China mendomestikasikan ganja sebagai penghasil serat untuk membuat papan,
tekstil, dan sebagainya; kapas didomestikasikan di dua tempat yang berbeda yaitu Afrika dan
Amerika Selatan; di Timur Tengah dibudidayakan flax.[5] Penggunaan nutrisi untuk

mengkondisikan tanah seperti pupuk kandang, kompos, dan abu telah dikembangkan secara
independen di berbagai tempat di dunia, termasuk Mesopotamia, Lembah Nil, dan Asia Timur.[6]

Pertanian kontemporer

Citra satelit pertanian di Minnesota.

Citra inframerah pertanian di Minnesota. Tanaman sehat berwarna merah, genangan air berwarna
hitam, dan lahan penuh pestisida berwarna coklat

Pertanian pada abad ke 20 dicirikan dengan peningkatan hasil, penggunaan pupuk dan pestisida
sintetik, pembiakan selektif, mekanisasi, pencemaran air, dan subsidi pertanian. Pendukung
pertanian organik seperti Sir Albert Howard berpendapat bahwa di awal abad ke 20, penggunaan
pestisida dan pupuk sintetik yang berlebihan dan secara jangka panjang dapat merusak kesuburan
tanah. Pendapat ini drman selama puluhan tahun, hingga kesadaran lingkungan meningkat di
awal abad ke 21 menyebabkan gerakan pertanian berkelanjutan meluas dan mulai dikembangkan
oleh petani, konsumen, dan pembuat kebijakan.
Sejak tahun 1990an, terdapat perlawanan terhadap efek lingkungan dari pertanian konvensional,
terutama mengenai pencemaran air,[7] menyebabkan tumbuhnya gerakan organik. Salah satu
penggerak utama dari gerakan ini adalah sertifikasi bahan pangan organik pertama di dunia, yang

dilakukan oleh Uni Eropa pada tahun 1991, dan mulai mereformasi Kebijakan Pertanian
Bersama Uni Eropa pada tahun 2005.[8] Pertumbuhan pertanian organik telah memperbarui
penelitian dalam teknologi alternatif seperti manajemen hama terpadu dan pembiakan selektif.
Perkembangan teknologi terkini yang dipergunakan secara luas yaitu bahan pangan termodifikasi
secara genetik.
Di akhir tahun 2007, beberapa faktor mendorong peningkatan harga biji-bijian yang dikonsumsi
manusia dan hewan ternak, menyebabkan peningkatan harga gandum (hingga 58%), kedelai
(hingga 32%), dan jagung (hingga 11%) dalam satu tahun. Kontribusi terbesar ada pada
peningkatan permintaan biji-bijian sebagai bahan pakan ternak di Cina dan India, dan konversi
biji-bijian bahan pangan menjadi produk biofuel.[9][10] Hal ini menyebabkan kerusuhan dan
demonstrasi yang menuntut turunnya harga pangan.[11][12][13] International Fund for Agricultural
Development mengusulkan peningkatan pertanian skala kecil dapat menjadi solusi untuk
meningkatkan suplai bahan pangan dan juga ketahanan pangan. Visi mereka didasarkan pada
perkembangan Vietnam yang bergerak dari importir makanan ke eksportir makanan, dan
mengalami penurunan angka kemiskinan secara signifikan dikarenakan peningkatan jumlah dan
volume usaha kecil di bidang pertanian di negara mereka.[14]
Sebuah epidemi yang disebabkan oleh fungi Puccinia graminis pada tanaman gandum menyebar
di Afrika hingga ke Asia.[15][16][17] Diperkirakan 40% lahan pertanian terdegradasi secara serius.[18]
Di Afrika, kecenderungan degradasi tanah yang terus berlanjut dapat menyebabkan lahan
tersebut hanya mampu memberi makan 25% populasinya.[19]
Pada tahun 2009, China merupakan produsen hasil pertanian terbesar di dunia, diikuti oleh Uni
Eropa, India, dan Amerika Serikat, berdasarkan IMF.Pakar ekonomi mengukur total faktor
produktivitas pertanian dan menemukan bahwa Amerika Serikat saat ini 1.7 kali lebih produktif
dibandingkan dengan tahun 1948.[20] Enam negara di dunia, yaitu Amerika Serikat, Kanada,
Prancis, Australia, Argentina, dan Thailand mensuplai 90% biji-bijian bahan pangan yang
diperdagangkan di dunia.[21] Defisit air yang terjadi telah meningkatkan impor biji-bijian di
berbagai negara berkembang,[22] dan kemungkinan juga akan terjadi di negara yang lebih besar
seperti China dan India.[23]

Tenaga kerja
Pada tahun 2011, International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa setidaknya
terdapat 1 miliar lebih penduduk yang bekerja di bidang sektor pertanian. Pertanian
menyumbang setidaknya 70% jumlah pekerja anak-anak, dan di berbagai negara sejumlah besar
wanita juga bekerja di sektor ini lebih banyak dibandingkan dengan sektor lainnya.[24] Hanya
sektor jasa yang mampu mengungguli jumlah pekerja pertanian, yaitu pada tahun 2007. Antara
tahun 1997 dan 2007, jumlah tenaga kerja di bidang pertanian turun dan merupakan sebuah
kecenderungan yang akan berlanjut.[25] Jumlah pekerja yang dipekerjakan di bidang pertanian
bervariasi di berbagai negara, mulai dari 2% di negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada,
hingga 80% di berbagai negara di Afrika.[26] Di negara maju, angka ini secara signifikan lebih
rendah dibandingkan dengan abad sebelumnya. Pada abad ke 16, antara 55 hingga 75 persen
penduduk Eropa bekerja di bidang pertanian. Pada abad ke 19, angka ini turun menjadi antara 35
hingga 65 persen.[27] Angka ini sekarang turun menjadi kurang dari 10%.[26]

Keamanan

Batang pelindung risiko tergulingnya traktor dipasang di belakang kursi pengemudi

Pertanian merupakan industri yang berbahaya. Petani di seluruh dunia bekerja pada risiko tinggi
terluka, penyakit paru-paru, hilangnya pendengaran, penyakit kulit, juga kanker tertentu karena
penggunaan bahan kimia dan paparan cahaya matahari dalam jangka panjang. Pada pertanian
industri, luka secara berkala terjadi pada penggunaan alat dan mesin pertanian, dan penyebab
utama luka serius.[28] Pestisida dan bahan kimia lainnya juga membahayakan kesehatan. Pekerja
yang terpapar pestisida secara jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan fertilitas.[29] Di
negara industri dengan keluarga yang semuanya bekerja pada lahan usaha tani yang
dikembangkannya sendiri, seluruh keluarga tersebut berada pada risiko.[30] Penyebab utama
kecelakaan fatal pada pekerja pertanian yaitu tenggelam dan luka akibat permesinan.[30]
ILO menyatakan bahwa pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi yang membahayakan
tenaga kerja.[24] Diperkirakan bahwa kematian pekerja di sektor ini setidaknya 170 ribu jiwa per
tahun. Berbagai kasus kematian, luka, dan sakit karena aktivitas pertanian seringkali tidak
dilaporkan sebagai kejadian akibat aktivitas pertanian.[31] ILO telah mengembangkan Konvensi
Kesehatan dan Keselamatan di bidang Pertanian, 2001, yang mencakup risiko pada pekerjaan di
bidang pertanian, pencegahan risiko ini, dan peran dari individu dan organisasi terkait pertanian.
[24]

Sistem pembudidayaan tanaman
Lihat pula: Agronomi dan Daftar tumbuhan hasil domestikasi

Budi daya padi di Bihar, India

Sistem pertanaman dapat bervariasi pada setiap lahan usaha tani, tergantung pada ketersediaan
sumber daya dan pembatas; geografi dan iklim; kebijakan pemerintah; tekanan ekonomi, sosial,
dan politik; dan filosofi dan budaya petani.[32][33]

Pertanian berpindah (tebang dan bakar) adalah sistem di mana hutan dibakar. Nutrisi yang
tertinggal di tanah setelah pembakaran dapat mendukung pembudidayaan tumbuhan semusim
dan menahun untuk beberapa tahun.[34] Lalu petak tersebut ditinggalkan agar hutan tumbuh
kembali dan petani berpindah ke petak hutan berikutnya yang akan dijadikan lahan pertanian.
Waktu tunggu akan semakin pendek ketika populasi petani meningkat, sehingga membutuhkan
input nutrisi dari pupuk dan kotoran hewan, dan pengendalian hama. Pembudidayaan semusim
berkembang dari budaya ini. Petani tidak berpindah, namun membutuhkan intensitas input pupuk
dan pengendalian hama yang lebih tinggi.
Industrialisasi membawa pertanian monokultur di mana satu kultivar dibudidayakan pada lahan
yang sangat luas. Karena tingkat keanekaragaman hayati yang rendah, penggunaan nutrisi
cenderung seragam dan hama dapat terakumulasi pada halah tersebut, sehingga penggunaan
pupuk dan pestisida meningkat.[33] Di sisi lain, sistem tanaman rotasi menumbuhkan tanaman
berbeda secara berurutan dalam satu tahun. Tumpang sari adalah ketika tanaman yang berbeda
ditanam pada waktu yang sama dan lahan yang sama, yang disebut juga dengan polikultur.[34]
Di lingkungan subtropis dan gersang, preiode penanaman terbatas pada keberadaan musim hujan
sehingga tidak dimungkinkan menanam banyak tanaman semusim bergiliran dalam setahun, atau
dibutuhkan irigasi. Di semua jenis lingkungan ini, tanaman menahun seperti kopi dan kakao dan
praktik wanatani dapat tumbuh. Di lingkungan beriklim sedang di mana padang rumput dan
sabana banyak tumbuh, praktik budidaya tanaman semusim dan penggembalaan hewan dominan.
[34]

Bentuk pembudidayaan tanaman di Indonesia


Sawah, yaitu suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air
baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut[35].



Tegalan, yaitu suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan,
ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah.
Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata.
Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman
pertanian[35].



Pekarangan, yaitu suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari dan
masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pertanian [35].

Sistem produksi hewan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Peternakan, Budi daya perikanan, dan Hewan ternak

Sistem produksi hewan ternak dapat didefinisikan berdasarkan sumber pakan yang digunakan,
yang terdiri dari peternakan berbasis penggembalaan, sistem kandang penuh, dan campuran.[36]
Pada tahun 2010, 30 persen lahan di dunia digunakan untuk memproduksi hewan ternak dengan
mempekerjakan lebih 1.3 miliar orang. Antara tahun 1960an sampai 2000an terjadi peningkatan
produksi hewan ternak secara signifikan, dihitung dari jumlah maupun massa karkas, terutama
pada produksi daging sapi, daging babi, dan daging ayam. Produksi daging ayam pada periode

tersebut meningkat hingga 10 kali lipat. Hasil hewan non-daging seperti susu sapi dan telur ayam
juga menunjukan peningkatan yang signifikan. Populasi sapi, domba, dan kambing diperkirakan
akan terus meningkat hingga tahun 2050.[37]
Budi daya perikanan adalah produksi ikan dan hewan air lainnya di dalam lingkungan yang
terkendali untuk konsumsi manusia. Sektor ini juga termasuk yang mengalami peningkatan hasil
rata-rata 9 persen per tahun antara tahun 1975 hingga tahun 2007.[38]
Selama abad ke-20, produsen hewan ternak dan ikan menggunakan pembiakan selektif untuk
menciptakan ras hewan dan hibrida yang mampu meningkatkan hasil produksi, tanpa
memperdulikan keinginan untuk mempertahankan keanekaragaman genetika. Kecenderungan ini
memicu penurunan signifikan dalam keanekaragaman genetika dan sumber daya pada ras hewan
ternak, yang menyebabkan berkurangnya resistansi hewan ternak terhadap penyakit. Adaptasi
lokal yang sebelumnya banyak terdapat pada hewan ternak ras setempat juga mulai menghilang.
[39]

Produksi hewan ternak berbasis penggembalaan amat bergantung pada bentang alam seperti
padang rumput dan sabana untuk memberi makan hewan ruminansia. Kotoran hewan menjadi
input nutrisi utama bagi vegetasi tersebut, namun input lain di luar kotoran hewan dapat
diberikan tergantung kebutuhan. Sistem ini penting di daerah di mana produksi tanaman
pertanian tidak memungkinkan karena kondisi iklim dan tanah.[34] Sistem campuran
menggunakan lahan penggembalaan sekaligus pakan buatan yang merupakan hasil pertanian
yang diolah menjadi pakan ternak.[36] Sistem kandang memelihara hewan ternak di dalam
kandang secara penuh dengan input pakan yang harus diberikan setiap hari. Pengolahan kotoran
ternak dapat menjadi masalah pencemaran udara karena dapat menumpuk dan melepaskan gas
metan dalam jumlah besar.[36]
Negara industri menggunakan sistem kandang penuh untuk mensuplai sebagian besar daging dan
produk peternakan di dalam negerinya. Diperkirakan 75% dari seluruh peningkatan produksi
hewan ternak dari tahun 2003 hingga 2030 akan bergantung pada sistem produksi peternakan
pabrik. Sebagian besar pertumbuhan ini akan terjadi di negara yang saat ini merupakan negara
berkembang di Asia, dan sebagian kecil di Afrika.[37] Beberapa praktik digunakan dalam produksi
hewan ternak komersial seperti penggunaan hormon pertumbuhan menjadi kontroversi di
berbagai tempat di dunia.[40]

Masalah lingkungan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dampak lingkungan dari pertanian

Pertanian mampu menyebabkan masalah melalui pestisida, arus nutrisi, penggunaan air berlebih,
hilangnya lingkungan alam, dan masalah lainnya. Sebuah penilaian yang dilakukan pada tahun
2000 di Inggris menyebutkan total biaya eksternal untuk mengatasi permasalahan lingkungan
terkait pertanian adalah 2343 juta Poundsterling, atau 208 Poundsterling per hektare.[41]
Sedangkan di Amerika Serikat, biaya eksternal untuk produksi tanaman pertaniannya mencapai 5
hingga 16 miliar US Dollar atau 30-96 US Dollar per hektare, dan biaya eksternal produksi
peternakan mencapai 714 juta US Dollar.[42] Kedua studi fokus pada dampak fiskal, yang
menghasilkan kesimpulan bahwa begitu banyak hal yang harus dilakukan untuk memasukkan

biaya eksternal ke dalam usaha pertanian. Keduanya tidak memasukkan subsidi di dalam
analisisnya, namun memberikan catatan bahwa subsidi pertanian juga membawa dampak bagi
masyarakat.[41][42] Pada tahun 2010, International Resource Panel dari UNEP mempublikasikan
laporan penilaian dampak lingkungan dari konsumsi dan produksi. Studi tersebut menemukan
bahwa pertanian dan konsumsi bahan pangan adalah dua hal yang memberikan tekanan pada
lingkungan, terutama degradasi habitat, perubahan iklim, penggunaan air, dan emisi zat beracun.
[43]

Masalah pada hewan ternak

PBB melaporkan bahwa "hewan ternak merupakan salah satu penyumbang utama masalah
lingkungan".[44] 70% lahan pertanian dunia digunakan untuk produksi hewan ternak, secara
langsung maupun tidak langsung, sebagai lahan penggembalaan maupun lahan untuk
memproduksi pakan ternak. Jumlah ini setara dengan 30% total lahan di dunia. Hewan ternak
juga merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca berupa gas metana dan nitro oksida
yang, meski jumlahnya sedikit, namun dampaknya setara dengan emisi total CO2. Hal ini
dikarenakan gas metana dan nitro oksida merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat
dibandingkan CO2. Peternakan juga didakwa sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya
deforestasi. 70% basin Amazon yang sebelumnya merupakan hutan kini menjadi lahan
penggembalaan hewan, dan sisanya menjadi lahan produksi pakan.[45] Selain deforestasi dan
degradasi lahan, budi daya hewan ternak yang sebagian besar berkonsep ras tunggal juga
menjadi pemicu hilangnya keanekaragaman hayati.
Masalah penggunaan lahan dan air
Lihat pula: Dampak lingkungan dari irigasi

Transformasi lahan menuju penggunaannya untuk menghasilkan barang dan jasa adalah cara
yang paling substansial bagi manusia dalam mengubah ekosistem bumi, dan dikategrikan sebagai
penggerak utama hilangnya keanekaragaman hayati. Diperkirakan jumlah lahan yang diubah
oleh manusia antara 39%-50%.[46] Degradasi lahan, penurunan fungsi dan produktivitas
ekosistem jangka panjang, diperkirakan terjadi pada 24% lahan di dunia.[47] Laporan FAO
menyatakan bahwa manajemen lahan sebagai penggerak utama degradasi dan 1.5 miliar orang
bergantung pada lahan yang terdegradasi. Deforestasi, desertifikasi, erosi tanah, kehilangan
kadar mineral, dan salinisasi adalah contoh bentuk degradasi tanah.[34]
Eutrofikasi adalah peningkatan populasi alga dan tumbuhan air di ekosistem perairan akibat
aliran nutrisi dari lahan pertanian. Hal ini mampu menyebabkan hilangnya kadar oksigen di air
ketika jumlah alga dan tumbuhan air yang mati dan membusuk di perairan bertambah dan
dekomposisi terjadi. Hal ini mampu menyebabkan kebinasaan ikan, hilangnya keanekaragaman
hayati, dan menjadikan air tidak bisa digunakan sebagai air minum dan kebutuhan masyarakat
dan industri. Penggunaan pupuk berlebihan di lahan pertanian yang diikuti dengan aliran air
permukaan mampu menyebabkan nutrisi di lahan pertanian terkikis dan mengalir terbawa
menuju ke perairan terdekat. Nutrisi inilah yang menyebabkan eutrofikasi.[48]
Pertanian memanfaatkan 70% air tawar yang diambil dari berbagai sumber di seluruh dunia.[49]
Pertanian memanfaatkan sebagian besar air di akuifer, bahkan mengambilnya dari lapisan air

tanah dalam laju yang tidak dapat dikembalikan (unsustainable). Telah diketahui bahwa berbagai
akuifer di berbagai tempat padat penduduk di seluruh dunia, seperti China bagian utara, sekitar
Sungai Ganga, dan wilayah barat Amerika Serikat, telah berkurang jauh, dan penelitian
mengenai ini sedang dilakukan di akuifer di Iran, Meksiko, dan Arab Saudi.[50] Tekanan terhadap
konservasi air terus terjadi dari sektor industri dan kawasan urban yang terus mengambil air
secara tidak lestari, sehingga kompetisi penggunaan air bagi pertanian meningkat dan tantangan
dalam memproduksi bahan pangan juga demikian, terutama di kawasan yang langka air.[51]
Penggunaan air di pertanian juga dapat menjadi penyebab masalah lingkungan, termasuk
hilangnya rawa, penyebaran penyakit melalui air, dan degradasi lahan seperti salinisasi tanah
ketika irigasi tidak dilakukan dengan baik.[52]
Pestisida
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dampak lingkungan dari pestisida

Penggunaan pestisida telah meningkat sejak tahun 1950an, menjadi 2.5 juta ton per tahun di
seluruh dunia. Namun tingkat kehilangan produksi pertanian tetap terjadi dalam jumlah yang
relatif konstan.[53] WHO memperkirakan pada tahun 1992 bahwa 3 juta manusia keracunan
pestisida setiap tahun dan menyebabkan kematian 200 ribu jiwa.[54] Pestisida dapat menyebabkan
resistansi pestisida pada populasi hama sehingga pengembangan pestisida baru terus berlanjut.[55]
Argumen alernatif dari masalah ini adalah pestisida merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan produksi pangan pada lahan yang terbatas, sehingga dapat menumbuhkan lebih
banyak tanaman pertanian pada lahan yang lebih sempit dan memberikan ruang lebih banyak
bagi alam liar dengan mencegah perluasan lahan pertanian lebih ekstensif.[56][57] Namun berbagai
kritik berkembang bahwa perluasan lahan yang mengorbankan lingkungan karena peningkatan
kebutuhan pangan tidak dapat dihindari,[58] dan pestisida hanya menggantikan praktik pertanian
yang baik yang ada seperti rotasi tanaman.[55] Rotasi tanaman mencegah penumpukan hama yang
sama pada satu lahan sehingga hama diharapkan menghilang setelah panen dan tidak datang
kembali karena tanaman yang ditanam tidak sama dengan yang sebelumnya.
Perubahan iklim
Lihat pula: Perubahan iklim dan pertanian

Pertanian adalah salah satu yang mempengaruhi perubahan iklim, dan perubahan iklim memiliki
dampak bagi pertanian. Perubahan iklim memiliki pengaruh bagi pertanian melalui perubahan
temperatur, hujan (perubahan periode dan kuantitas), kadar karbon dioksida di udara, radiasi
matahari, dan interaksi dari semua elemen tersebut.[34] Kejadian ekstrem seperti kekeringan dan
banjir diperkirakan meningkat akibat perubahan iklim.[59] Pertanian merupakan sektor yang
paling rentan terhadap perubahan iklim. Suplai air akan menjadi hal yang kritis untuk menjaga
produksi pertanian dan menyediakan bahan pangan. Fluktuasi debit sungai akan terus terjadi
akibat perubahan iklim. Negara di sekitar sungai Nil sudah mengalami dampak fluktuasi debit
sungai yang mempengaruhi hasil pertanian musiman yang mampu mengurangi hasil pertanian
hingga 50%.[60] Pendekatan yang bersifat mengubah diperlukan untuk mengelola sumber daya
alam pada masa depan, seperti perubahan kebijakan, metode praktik, dan alat untuk
mempromosikan pertanian berbasis iklim dan lebih banyak menggunakan informasi ilmiah
dalam menganalisa risiko dan kerentanan akibat perubahan iklim.[61][62]

Pertanian dapat memitigasi sekaligus memperburuk pemanasan global. Beberapa dari
peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer bumi dikarenakan dekomposisi materi organik
yang berada di tanah, dan sebagian besar gas metanan yang dilepaskan ke atmosfer berasal dari
aktivitas pertanian, termasuk dekomposisi pada lahan basah pertanian seperti sawah,[63] dan
aktivitas digesti hewan ternak. Tanah yang basah dan anaerobik mampu menyebabkan
denitrifikasi dan hilangnya nitrogen dari tanah, menyebabkan lepasnya gas nitrat oksida dan nitro
oksida ke udara yang merupakan gas rumah kaca.[64] Perubahan metode pengelolaan pertanian
mampu mengurangi pelepasan gas rumah kaca ini, dan tanah dapat difungsikan kembali sebagai
fasilitas sekuestrasi karbon.[63]

Energi dan pertanian
Sejak tahun 1940, produktivitas pertanian meningkat secara signifikan dikarenakan penggunaan
energi yang intensif dari aktivitas mekanisasi pertanian, pupuk, dan pestisida. Input energi ini
sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil.[65] Revolusi Hijau mengubah pertanian di seluruh
dunia dengan peningkatan produksi biji-bijian secara signifikan,[66] dan kini pertanian modern
membutuhkan input minyak bumi dan gas alam untuk sumber energi dan produksi pupuk. Telah
terjadi kekhawatiran bahwa kelangkaan energi fosil akan menyebabkan tingginya biaya produksi
pertanian sehingga mengurangi hasil pertanian dan kelangkaan pangan.[67]
Rasio konsumsi energi pada pertanian dan sistem pangan (%)
pada tiga negara maju
Negara
Britania Raya[68]

Tahun

Pertanian

Sistem

(secara langsung & tidak langsung) pangan

2005

1.9

11

Amerika Serikat[69] 1996

2.1

10

Amerika Serikat[70] 2002

2.0

14

Swedia[71]

2.5

13

2000

Negara industri bergantung pada bahan bakar fosil secara dua hal, yaitu secara langsung
dikonsumsi sebagai sumber energi di pertanian, dan secara tidak langsung sebagai input untuk
manufaktur pupuk dan pestisida. Konsumsi langsung dapat mencakup penggunaan pelumas
dalam perawatan permesinan, dan fluida penukar panas pada mesin pemanas dan pendingin.
Pertanian di Amerika Serikat mengkonsumsi sektar 1.2 eksajoule pada tahun 2002, yang
merupakan 1% dari total energi yang dikonsumsi di negara tersebut.[67] Konsumsi tidak langsung
yaitu sebagai manufaktur pupuk dan pestisida yang mengkonsumsi bahan bakar fosil setara 0.6
eksajoule pada tahun 2002.[67]
Gas alam dan batu bara yang dikonsumsi melalui produksi pupuk nitrogen besarnya setara
dengan setengah kebutuhan energi di pertanian. China mengkonsumsi batu bara untuk produksi
pupuk nitrogennya, sedangkan sebagian besar negara di Eropa menggunakan gas alam dan hanya

sebagian kecil batu bara. Berdasarkan laporan pada tahun 2010 yang dipublikasikan oleh The
Royal Society, ketergantungan pertanian terhadap bahan bakar fosil terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Bahan bakar yang dig