SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU TERHADAP KOMPETENSI KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH DENGAN PERFORMANSI KERJA GURU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh Fransiska Novi Lestari NIM : 079114036 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

MOTTO

K u t a k a k a n m en y er a h p a d a a p a p u n j u ga , Sebel u m k u coba sem u a y a n g k u bi sa .. Tet a p i k u ber ser a h k ep a d a k eh en d a k -M u , H a t i k u p er ca y a T u h a n p u n y a r en ca n a … ~ Jeffr y T ja n dr a ~

  To a ccom p l i sh gr ea t t h i n gs, w e m u st n ot on l y a ct , bu t a l so d r ea m ; n ot on l y p l a n , bu t a l so bel i ev e.

  ~ A n a t ole F r a n ce ~ Sem u a i m p i a n k i t a d a p a t m en j a d i n y a t a , j i k a k i t a m em i l i k i k eber a n i a n u n t u k m en geja r n y a .

  ~ W a lt D isn ey ~

  

PERSEMBAHAN

K a r y a t u l i s i n i k u p er sem ba h k a n k ep a d a :

Tu h a n Y esu s K r i st u s d a n B u n d a M a r i a su m ber

sega la ber k a t .. P a p i d a n M a m i t er ci n t a … M a s D i on d a n M ba k D ew i t er say a n g.. K ek a si h k u t er k a si h,

d a n sem u a t em a n -t em a n y a n g t el a h m en d u k u n gk u ..

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU TERHADAP

KOMPETENSI KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH

DENGAN PERFORMANSI KERJA GURU

Fransiska Novi Lestari

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap

kompetensi komunikasi kepala sekolah dengan performansi kerja guru. Hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi guru terhadap kompetensi

komunikasi kepala sekolah dengan performansi kerja guru. Subyek penelitian ini adalah 60 orang

guru SMK Negeri 3 Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran skala persepsi

guru terhadap kompetensi komunikasi kepala sekolah yang disusun oleh peneliti, serta skala

performansi kerja guru milik sekolah. Skala persepsi guru terhadap kompetensi komunikasi kepala

sekolah berjumlah 38 item memiliki nilai reliabilitas (α) sebesar 0,930 dan skala performansi kerja

guru yang berjumlah 33 item memiliki nilai reliabilitas (α) sebesar 0,953. Pengujian hipotesis

menggunakan teknik analisis korelasi product moment dari Pearson. Koefisien korelasi yang

diperoleh dalam penelitian ini adalah r = 0,671 pada taraf signifikansi 0,01 dengan probabilitas

xy

  

0,000 (p<0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara

persepsi guru terhadap kompetensi komunikasi kepala sekolah dengan performansi kerja guru.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Kata Kunci : Persepsi guru, kompetensi komunikasi kepala sekolah, performansi kerja guru

  

CORRELATION BETWEEN TEACHER’S PERCEPTION TOWARD

COMMUNICATION COMPETENCE OF HEADMASTER

WITH TEACHER’S JOB PERFORMANCE

  

Fransiska Novi Lestari

ABSTRACT

The purpose of this research was to understand the correlation between teacher’s

perception toward communication competence of headmaster with teacher’s job performance. The

hypothesis of this research was about the positive correlation between teacher’s perception

toward communication competence of headmaster with teacher’s job performance. The subjects of

this research were 60 teachers of SMK Negeri 3 Yogyakarta. Data were collected using teacher’s

perception communication competence of headmaster scale which were created by researcher and

teacher’s job performance scale which were school property. Teacher’s perception toward

communication competence of headmaster scale, totally 38 items, have a value of reliability (α) of

0.930 and teachers' job performance scale, totally 33 items, have a value of reliability (α) of

0.953. The hypothesis test was using Pearson’s Product Moment Correlation Technique. The

correlation coefficient resulted from this research was r = 0.671 at 0.01 significance level with a

xy

probability of 0.000 (p <0.01). It showed that there was a positive and significant correlation

between teacher’s perception toward communication competence of headmaster with teacher’s job

performance. Thus, the hypothesis proposed in this research wes accepted.

  

Keywords : Teacher’s perception, communication competence of headmaster, teacher’s job

performance

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa melimpahkan

rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini

untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi.

  Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini

dengan kritik, saran, canda tawa, kehadiran, perhatian, dan bantuan materi

maupun nonmateri. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada:

  1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat dan kasih di setiap langkah-langkahku

  2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendukung dan membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan studi.

  3. Ibu MM. Nimas Eki S., S. Psi, M. Si selaku dosen pembimbing akademik.

  Terima kasih atas bimbingan dan dukungan selama proses belajar di kampus.

  4. Ibu P. Henrietta PDADS., S. Psi, M. A. selaku dosen pembimbing skripsi.

  Terima kasih atas bantuan, waktu, tenaga, pikiran, dan kesabaran yang diberikan selama proses penelitian, sehingga penelitian ini bisa terlaksana.

5. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. dan Bapak Y. Heri Widodo, M. Psi.

  selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan kritik yang membangun untuk skripsi saya

  6. Kepala SMK Negeri 3 Yogyakarta, Bapak Aruji. Terima kasih banyak telah meluangkan banyak waktu dan telah memberikan bantuan yang tak terhingga kepada penulis selama penelitian dilaksanakan.

  7. Seluruh guru SMK Negeri 3 Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Skripsi ini tidak akan pernah ada tanpa bantuan yang kalian berikan.

  8. Papi dan mamiku tercinta. Terima kasih yang tak terhingga atas cinta, kasih sayang, ketulusan, doa, serta dukungan yang selama ini selalu diberikan tanpa pernah berhenti. Aku sangat sayang Papi sama Mami. Ingin sekali aku bisa selalu membahagiakan Papi dan Mami..

  9. Mas Dion dan Mbak Dewi tersayang. Terima kasih banyak atas perhatian, doa, bantuan serta dukungan yang selama ini telah kalian berikan. Bahagia sekali aku punya kakak seperti kalian..

  10. Kekasihku terkasih, Mas Bagoes. Terima kasih banyak untuk cinta, kesabaran, perhatian, bantuan dan dukungan yang telah diberikan selama ini. Senangnya semakin hari kamu bisa semakin mengerti aku.

  11. Kedua nenekku tersayang yang tiada pernah letih mendoakan dan mendukungku. Terima kasih banyak atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

  12. Seluruh keluarga besar yang tak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak atas dukungan dan doa yang telah diberikan.

  13. Seluruh dosen, staf Fakultas Psikologi (Mas Gandung, Mbak Nani, Pak Gie, Mas Muji, Mas Doni), dan seluruh civitas akademika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih atas bantuannya selama ini

  14. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih atas bantuan dan pelayanan yang telah diberikan

  15. Sahabat-sahabatku tersayang : Puput, Ika, Winnie dan sahabat-sahabat lainnya. Terima kasih atas bantuan, dukungan, persahabatan yang telah kalian berikan selama ini. Kalian tak akan pernah terlupakan.

  16. Dena, terima kasih banyak untuk kerja samanya selama ini ya.

  17. Semua teman-teman satu bimbingan. Terima kasih banyak untuk dukungannya selama ini. Ayo kita lulus bersama-sama.

  18. Semua teman-teman angkatan 2007 yang tak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak atas kebersamaan serta kerja sama yang kalian berikan selama ini.

  19. Teman-teman Mudika St. Oscar : Dora, Ivent, Thomas, Mukti, Eka, Orin

dan Yudha. Makasih buat doa, dukungan yang telah kalian berikan.

  20. Sahabat dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu..terima kasih..mari kita jaga selalu kebersamaan kita..

  21. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Semoga dengan selesainya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

yang membacanya.

  Penulis Fransiska Novi Lestari

  

DAFTAR ISI

Halaman

  

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI .............................. iii

HALAMAN MOTTO .......................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................... vi

ABSTRAK ............................................................................................ vii

ABSTRACT ........................................................................................... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................. ix

KATA PENGANTAR .......................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xix

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................

  1 A. Latar Belakang .....................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .................................................................

  8 C. Tujuan Penelitian ..................................................................

  9 D. Manfaat Penelitian ................................................................

  9

  2. Manfaat Praktis ................................................................

  43 3. Aspek Persepsi.................................................................

  59 D. Dinamika Hubungan Antara Persepsi Guru terhadap Kompetensi Komunikasi Kepala Sekolah dengan Performansi Kerja Guru.............................................................................

  59 1. Definisi Guru dan Tugas-tugas Guru ................................

  57 C. Profesi Guru ..........................................................................

  

7. Persepsi Guru terhadap Kompetensi Komunikasi Kepala

Sekolah ............................................................................

  53

  51 6. Aspek Kompetensi Komunikasi ......................................

  47 5. Definisi Kompetensi Komunikasi ...................................

  45 4. Dampak Persepsi .............................................................

  42 2. Proses Persepsi ...............................................................

  9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................

  42 1. Definisi Persepsi ..............................................................

  36 B. Persepsi Guru terhadap Kompetensi Komunikasi Kepala Sekolah..................................................................................

  31 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performansi Kerja .....

  15 4. Metode Pengukuran (Performance Appraisal) .................

  12 3. Aspek Penilaian Performansi Kerja Guru .........................

  10 2. Aspek Performansi Kerja ................................................

  10 1. Definisi Performansi Kerja ..............................................

  10 A. Performansi Kerja ..................................................................

  65

  

E. Hipotesis ...............................................................................

  70 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...........................................

  71 A. Jenis Penelitian .....................................................................

  71 B. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................

  71 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ..............................

  71 1. Performansi Kerja Guru ..................................................

  71

  

2. Persepsi Guru terhadap Kompetensi Komunikasi Kepala

Sekolah ...........................................................................

  72 D. Subjek Penelitian ..................................................................

  73 E. Metode Pengumpulan Data ...................................................

  75 1. Performansi Kerja Guru ..................................................

  76

  

2. Persepsi Guru terhadap Kompetensi Komunikasi Kepala

Sekolah ............................................................................

  81 F. Validitas dan Reliabilitas .......................................................

  84 1. Validitas .........................................................................

  84 2. Seleksi Item ....................................................................

  85 3. Reliabilitas ......................................................................

  87 G. Metode Analisis Data ...........................................................

  88 1. Uji Asumsi ......................................................................

  88 2. Uji Hipotesis ...................................................................

  89 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................

  90 A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................

  90 B. Persiapan Penelitian ..............................................................

  92

  1. Perizinan Penelitian ........................................................

  92 2. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur (try out) .......................

  94 C. Deskripsi Data Penelitian ......................................................

  96 D. Hasil Penelitian .....................................................................

  97 1. Uji Asumsi ......................................................................

  97 E. Uji Hipotesis ......................................................................... 100

  F. Pembahasan ........................................................................... 101

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 105

A. Kesimpulan .......................................................................... 105 B. Saran ..................................................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

  107

LAMPIRAN ......................................................................................... 112

  DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Pemberian Skor Pada Skala Persepsi Guru terhadap

  Kompetensi Komunikasi Kepala Sekolah ................................. 83 Tabel 2. Distribusi Item Skala Persepsi Guru terhadap Kompetensi Komunikasi Kepala Sekolah ..................................................... 83 Tabel 3. Blue Print Skala Persepsi Guru terhadap Kompetensi Komunikasi Kepala Sekolah ..................................................... 83 Tabel 4. Hasil Analisis Item Skala Persepsi Guru terhadap Kompetensi Komunikasi Kepala Sekolah ................................. 86 Tabel 5. Distribusi Item Skala Persepsi Guru terhadap Kompetensi Komunikasi Kepala Sekolah setelah try out .............................. 86

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian ......................................................... 96

  

Tabel 7. Uji Normalitas .......................................................................... 99

  DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1. Skala Penelitian ................................................................... 113

  

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian ........................................................... 127

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas dan Seleksi Item ................................ 132

Lampiran 4. Statistik Deskriptif Data Penelitian ...................................... 139

Lampiran 5. Hasil Uji Beda Mean ........................................................... 141

Lampiran 6. Hasil Uji Asumsi ................................................................. 144

  

a. Uji Normalitas .................................................................................. 145

  

b. Uji Linearitas .................................................................................... 146

Lampiran 7. Hasil Uji Hipotesis .............................................................. 147

Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian ................................................ 149

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting untuk meningkatkan kualitas

  sumber daya manusia di masa depan. Dalam proses pendidikan, terjadi proses belajar mengajar untuk membantu pengembangan intelektual yang dimiliki oleh masing-masing individu. Proses belajar mengajar tersebut merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama (Usman, 2009).

  Dirjen PMPTK Dr. Badoewi (dalam Asmani, 2009) mengemukakan bahwa guru berperan vital dalam membimbing, mengajar, dan mengevaluasi proses pembelajaran bagi siswa. Guru merupakan kunci utama dalam keberhasilan proses pendidikan. Profesi guru merupakan profesi pendidik yang profesional dan berkualitas, profesi tersebut juga harus memenuhi standar kualitas guru (“Sertifikasi Tidak Menyentuh Peningkatan Kualitas Guru”, 2009). Sebagus apapun kurikulum dan perencanaan, namun kualitas pendidikan tetap tergantung pada mutu guru. Guru merupakan profesi, jabatan dan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Jenis pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan (Usman, 2009). Tanpa guru yang memiliki kompetensi dan profesionalisme yang tinggi, maka peningkatan pendidikan sulit dicapai.

  Usman (2009) memaparkan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas penting, yaitu tugas untuk mendidik yang berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup (afektif), mengajar yang berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (kognitif), serta melatih peserta didik yang berarti mengembangkan keterampilan para siswa (psikomotorik). Guru juga memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian para peserta didik serta meningkatkan kemampuan intelektual para peserta didik guna menyiapkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

  Baik tidaknya seorang guru dalam melaksanakan tugasnya dapat terlihat dari performansi kerja yang ditunjukkan oleh guru tersebut. Performansi kerja merupakan hasil yang diproduksi pada suatu pekerjaan yang spesifik selama periode waktu tertentu (Russell, 1998). Ivancevich (2001) berpendapat bahwa performansi kerja merupakan penampilan seseorang ketika mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dalam sebuah jabatan tertentu. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

  Saat ini di Indonesia masih terdapat beberapa kasus yang menunjukkan rendahnya performansi kerja yang dimiliki oleh guru, misalnya saja pengakuan yang dilakukan oleh ketua PGRI Kalimantan Selatan bahwa masih melaksanakan tugas belajar dan mengajar anak didik. Dalam hal ini, oknum guru tersebut seringkali tidak hadir ke sekolah untuk melaksanakan tugas belajar dan mengajar, tanpa memberikan alasan yang jelas atas ketidakhadiran mereka dalam melaksanakan tugas belajar dan mengajar. Oknum guru yang seringkali tidak hadir ke sekolah untuk melaksanakan tugas belajar dan mengajar tanpa memberikan alasan yang jelas atas ketidakhadirannya tersebut dikatakan tidak hanya satu atau dua orang (“PGRI Akui Ada Guru Malas Mengajar”, 2010).

  Menurut Filippo (1988), performansi kerja merupakan hasil pola tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sesuai standar prestasi, baik kualitatif maupun kuantitatif yang telah ditetapkan individu secara pribadi maupun perusahaan di mana individu bekerja. Pola tindakan yang dimaksud dapat berupa hasil atau tindakan yang tidak tampak (misalnya pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan aktivitas penalaran) maupun hasil yang tampak (misalnya output, kehadiran, waktu kerja, dan lain-lain). Dalam hal ini, adanya kasus sebagian kecil oknum guru yang seringkali tidak hadir ke sekolah untuk melaksanakan tugas belajar dan mengajar anak didik tanpa memberikan alasan yang jelas atas ketidakhadirannya tersebut menunjukkan bahwa tingkat kehadiran guru tergolong kurang. Atau dengan kata lain performansi kerja yang dimiliki oleh guru tersebut tergolong rendah.

  Tinggi rendahnya performansi kerja yang dimiliki oleh guru dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu yang berasal dari dalam individu itu sendiri terdapat empat faktor yang mempengaruhi performansi kerja seseorang. Faktor pertama adalah pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan. Hal tersebut didukung oleh Schermerhorn, Gardner, dan Martin (2001) yang turut memaparkan bahwa performansi kerja salah satunya dipengaruhi ability atau kemampuan individu yang terkait dengan pekerjaannya. Pengetahuan merupakan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan, kemudian ketrampilan adalah perilaku yang terkait dengan tugas yang dapat dikuasai melalui pembelajaran, sedangkan kemampuan merupakan keadaan mental yang memungkinkan seseorang mengambil keputusan, berkomunikasi serta berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Faktor kedua yang mempengaruhi performansi kerja adalah motivasi. Motivasi merupakan dorongan dari dalam individu yang turut menentukan besarnya semangat seseorang dalam bertindak untuk pencapaian tujuannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Schermerhorn, Gardner, dan Martin (2001) yang memaparkan bahwa performansi kerja turut dipengaruhi oleh effort yaitu usaha kerja individu. Kemudian faktor yang ketiga adalah persepsi individu mengenai perannya, yaitu keyakinan seorang individu mengenai apa yang diharapkan dari dirinya dalam melakukan tugas. Lalu faktor terakhir adalah faktor situasi, hal ini terkait dengan faktor lingkungan kerja tempat individu bekerja yaitu dukungan yang diberikan oleh organisasi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Schermerhorn, Gardner, dan Martin (2001) yang memaparkan bahwa performansi kerja juga dipengaruhi oleh support yaitu dukungan

  Berdasarkan pemaparan mengenai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi performansi kerja guru tersebut, dapat diketahui bahwa dukungan organisasi merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi performansi kerja seorang guru. Dukungan yang diberikan oleh organisasi dapat dilakukan oleh sesama guru maupun oleh atasan, yaitu kepala sekolah. Salah satu bentuk dukungan organisasi yang bisa diberikan oleh kepala sekolah adalah dengan memberikan motivasi kepada bawahannya. Menurut Ranupandojo dan Husnan (1996), salah satu tugas atasan adalah bisa memberikan motivasi kepada karyawan agar dapat bekerja sesuai pengarahan yang diberikan. Dengan begitu kepemimpinan dari seorang atasan dapat digunakan untuk mempengaruhi bawahannya guna pencapaian tujuan bersama yang telah direncanakan. Dalam hal ini, atasan yang dimaksudkan adalah kepala sekolah karena kepala sekolah merupakan atasan dalam organisasi sekolah (Lazaruth, 1988). Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk memberikan motivasi agar guru dapat bekerja dengan sebaik dan seefektif mungkin sesuai dengan pengarahan yang telah diberikannya guna pencapaian tujuan bersama yang telah dibuat.

  Kepala sekolah merupakan seorang pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah (Lazaruth, 1988). Dengan begitu dapat dikatakan bahwa kepala sekolah merupakan pemimpin dalam organisasi sekolah. Memimpin berarti mengusahakan melalui orang lain agar segala sesuatu itu terlaksana seperti

  (Supardi & Anwar, 2002). Anoraga dan Suyati (1995) menyatakan bahwa

komunikasi yang baik adalah jalinan pengertian antara pihak yang satu dengan

pihak yang lain, sehingga apa yang dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan akhirnya dilaksanakan. Apabila perusahaan maupun instansi

tidak dapat melaksanakan komunikasi dengan baik, maka semua rencana-

rencana, instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, sasaran-sasaran, motivasi-

motivasi dan sebagainya, hanya akan tinggal di kertas. Dengan kata lain, tanpa

adanya komunikasi yang baik pekerjaan akan menjadi simpang siur dan kacau

balau sehingga tujuan perusahaan maupun instansi kemungkinan tidak akan

tercapai.

  Untuk bisa memberikan motivasi kepada guru, diperlukan komunikasi

yang baik dari kepala sekolah. Komunikasi yang baik tersebut mensyaratkan

dimilikinya kompetensi komunikasi yang juga baik dari kepala sekolah.

Kompetensi komunikasi menurut Jablin dan Sias (dalam Payne, 2005) adalah

sejumlah kemampuan yang dimiliki oleh seorang komunikator untuk

digunakan dalam proses komunikasi. Hal tersebut didukung oleh Kreitner dan

Kinicki (2010) yang memaparkan bahwa kompetensi komunikasi merupakan

kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dalam situasi yang spesifik.

  Persepsi yang dimiliki oleh guru turut menentukan penilaian yang

diberikannya mengenai baik buruknya kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh kepala sekolahnya. Robbin dan Judge (2008) menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses di mana individu mengatur dan lingkungan mereka. Proses tersebut akan mempengaruhi perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya. Dengan demikian, persepsi yang dimiliki oleh guru terhadap kompetensi komunikasi kepala sekolahnya akan mempengaruhi perilakunya dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.

  Persepsi yang dimiliki oleh masing-masing guru belum tentu sama satu sama lain. Schiffman dan Kanuk (2000) menjelaskan bahwa dua individu mungkin menerima stimulus yang sama dalam kondisi yang sama, akan tetapi bagaimana seseorang mengenal, memilih, mengatur, dan menafsirkannya merupakan proses yang sangat individual. Dengan demikian, masing-masing guru bisa memiliki persepsi yang berbeda mengenai kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh kepala sekolahnya. Begitu juga apabila kepala sekolah merasa sudah memiliki kompetensi komunikasi yang baik, belum tentu guru akan mempersepsikan bahwa kepala sekolah sudah memiliki kompetensi komunikasi yang baik.

  Menurut Copey (dalam Riyono, 2001), dalam hubungan antara manusia yang lebih menentukan perilaku individu bukanlah apa yang dilakukan oleh orang lain, tetapi bagaimana individu tersebut melihat dan merasakan apa yang dilakukan. Dengan demikian, dalam organisasi sekolah, persepsi yang dimiliki oleh guru mengenai kompetensi komunikasi kepala sekolahnya merupakan hal yang sangat penting. Baik buruknya persepsi seseorang mengenai sesuatu akan menentukan sikap dan tindakan yang akan yang dimiliki oleh guru mengenai kompetensi komunikasi kepala sekolahnya dapat menentukan sikap dan tindakan guru dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaannya yang tampak pada performansi kerja yang ditunjukkannya.

  Proses komunikasi dalam suatu organisasi antara pemimpin dan karyawan diharapkan dapat menimbulkan semangat kerjasama yang produktif dalam usahanya mencapai tujuan (Anoraga & Suyati, 1995). Dalam hal ini, persepsi yang dimiliki guru mengenai kompetensi komunikasi kepala sekolahnya akan menentukan penilaian guru apakah kepala sekolah mampu melakukan komunikasi yang efektif dengan dirinya atau tidak, penilaiannya tersebut dapat mempengaruhi semangat kerja yang dimilikinya serta mengarah pada performansi kerja yang ditunjukkannya. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi guru terhadap kompetensi komunikasi kepala sekolah dengan performansi kerja guru.Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi guru terhadap kompetensi komunikasi kepala sekolah dengan performansi kerja guru.

B. Rumusan Masalah

  Masalah pokok yang ingin diteliti adalah: “Apakah ada hubungan antara persepsi guru terhadap kompetensi komunikasi kepala sekolah dengan performansi kerja guru?”.

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap kompetensi komunikasi kepala sekolah dengan performansi kerja guru.

  D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Organisasi serta Psikologi Pendidikan. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi salah satu referensi teoretis dalam pengembangan lebih lanjut mengenai studi tentang hubungan antara persepsi guru terhadap kompetensi komunikasi kepala sekolah dan performansi kerja guru.

2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Subjek Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan refleksi dan evaluasi bagi guru berkaitan dengan performansi kerja yang dimilikinya.

  b. Bagi Sekolah Hasil penelitian dapat memberikan tambahan data deskriptif untuk sekolah yang diteliti sehingga sekolah tersebut dapat mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap kompetensi komunikasi kepala

sekolah dengan performansi kerja guru di sekolahnya saat ini.

   

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERFORMANSI KERJA

1. Definisi Performansi Kerja

  Performansi kerja merupakan suatu topik yang sangat menarik untuk diteliti lebih mendalam, karena performansi kerja sangat penting baik bagi individu itu sendiri maupun bagi organisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Campbell (1990) yang mengatakan bahwa performansi kerja karyawan merupakan topik yang sangat menarik untuk diteliti karena performansi kerja sangat penting untuk kesuksesan organisasi. Ivancevich (2001) berpendapat bahwa performansi kerja merupakan penampilan seseorang ketika mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dalam sebuah jabatan tertentu.

  Menurut Miner (1998) performansi kerja merupakan kesuksesan dalam melakukan suatu pekerjaan. Kesuksesan di sini tidak hanya sebatas jumlah atau kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan atau sering disebut produktivitas, namun lebih pada keseluruhan tindakan yang diharapkan pada individu yang melakukan pekerjaan. Hal tersebut didukung oleh Maier (dalam Filippo, 1988) yang menyatakan bahwa performansi kerja merupakan kesuksesan yang tersebut ukurannya tidak dapat disamakan pada semua orang, akan tetapi lebih merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditekuninya. Menurut Albanese (dalam Riggio, 2002) performansi kerja yang ditunjukkan oleh karyawan dalam suatu perusahaan berkaitan dengan perilaku-perilaku karyawan yang diungkapkan melalui pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan.

  Menurut Cascio (1998) performansi kerja adalah prestasi dan pencapaian karyawan dalam tugas yang telah dibebankan padanya.

  Cascio (1998) mendefinisikan performansi kerja terkait dengan tiga hal, yaitu pencapaian prestasi yang dilakukan karyawan dalam menjalankan tugas yang dibebankan padanya, bagaimana menentukan ukuran keberhasilan dalam menjalankan tugasnya dan memberikan penilaian terhadap kemajuan yang sudah dicapai dalam menjalankan tugasnya secara periodik. Performansi kerja juga merupakan perilaku- perilaku atau tindakan-tindakan yang relevan terhadap tercapainya tujuan organisasi. Tujuan-tujuan tersebut bergantung pada wewenang penilai yg menentukan apa yang harus dicapai oleh karyawan (McCloy, Champbell & Cudeck, 1994).

  Filippo (1988) memberi batasan mengenai performansi kerja sebagai hasil pola tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sesuai standar prestasi, baik kualitatif maupun kuantitatif yang telah individu bekerja. Pola tindakan yang dimaksud dapat berupa hasil atau tindakan yang tidak tampak (misalnya pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan aktivitas penalaran) maupun hasil yang tampak (misalnya output, kehadiran, waktu kerja, dan lain-lain).

  Secara sederhana performansi kerja adalah kesuksesan yang dicapai seseorang dalam melakukan pekerjaan. Kesuksesan yang dimaksudkan tersebut ukurannya tidak dapat disamakan pada semua orang, namun lebih merupakan hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku sesuai pekerjaan yang ditekuninya.

  Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa performansi kerja merupakan penampilan seseorang ketika mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dalam sebuah jabatan tertentu.

2. Aspek Performansi Kerja

  Furtwengler (2002) memaparkan bahwa pengukuran performansi kerja meliputi beberapa aspek, yaitu : a. Perbaikan performansi kerja yang mengacu pada kualitas layanan.

  b. Pengembangan karyawan yang mengacu pada keahlian karyawan.

  c. Kepuasan karyawan yang menjadi elemen kunci dalam perbaikan performansi kerja.

  d. Keputusan kompensasi yang mengacu pada peningkatan motivasi

e. Komunikasi yang mengacu pada evaluasi performansi kerja secara bersama-sama.

  Di samping itu, Gomes (2001) menyatakan bahwa penilaian performansi kerja didasarkan pada beberapa deskripsi perilaku yaitu : a. Quantitiy of work (kuantitas kerja) Merupakan jumlah waktu kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan,

  b. Quality of work (kualitas kerja) Merupakan kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya,

  c. Job knowledge (pengetahuan tentang pekerjaan) Merupakan luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya,

  d. Creativeness (kreativitas) Merupakan keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan atau

tindakan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul,

  e. Cooperation Merupakan kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain, f. Dependability (dapat diandalkan) Merupakan kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran maupun penyelesaian kerja, g. Initiative (inisiatif) Merupakan semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya.

  h. Personal qualities (kualitas pribadi) Terkait dengan kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan, serta integrasi pribadi.

  Dimensi atau indikator performansi kerja juga dapat digunakan sebagai aspek-aspek yang menjadi tolok ukuran dalam menilai performansi kerja. Ukuran-ukuran tersebut dijadikan tolok ukur dalam menilai performansi kerja seseorang. Dimensi ataupun ukuran performansi kerja sangat diperlukan karena dapat memiliki banyak manfaat baik bagi banyak pihak, adapun survey literatur mengenai dimensi atau indikator yang menjadi ukuran performansi kerja adalah sebagai berikut : John miner (1988, dalam Sudarmanto 2009), mengemukakan bahwa terdapat empat dimensi yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai performansi kerja, yaitu:

  a. Kualitas Merupakan tingkat kesalahan, kerusakan serta kecermatan b. Kuantitas Merupakan jumlah pekerjaan yang dihasilkan c. Penggunaan waktu dalam kerja Merupakan tingkat ketidakhadiran, keterlambatan, waktu kerja yang efektif atau jam kerja hilang

  d. Kerjasama dengan orang lain dalam bekerja Berdasarkan empat dimensi performansi kerja tersebut, terdapat dua hal yang terkait dengan aspek perilaku individu, yaitu penggunaan waktu dalam kerja (tingkat kepatuhan terhadap jam kerja, disiplin) serta kerja sama. Keempat dimensi kerja tersebut memunculkan kecenderungan mengukur performansi kerja pada level individu.

  Armstrong (2004) menjelaskan bahwa terdapat dua sasaran dalam pengukuran performansi kerja, yaitu sasaran kerja yang mengacu pada hasil yang dicapai serta sasaran pengembangan yang mengacu pada hal yang harus dipelajari agar dapat meningkatkan performansi kerja.

3. Aspek Penilaian Performansi Kerja Guru

  Guru memiliki standar penilaian performansi yang khusus dibandingkan dengan penilaian standar performansi kerja organisasi pada umumnya. Performansi kerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan standar atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Pada penilaian performansi kerja guru, kriteria yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

  Dalam organisasi sekolah, berhasil tidaknya tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh performansi kerja guru, karena tugas utama guru adalah mengelola kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pendidikan, terjadi proses belajar mengajar untuk membantu pengembangan intelektual yang dimiliki oleh masing-masing individu. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama (Usman, 2009). Kualitas pendidikan dapat meningkat apabila proses belajar mengajar di dalam kelas juga berlangsung dengan baik, dalam arti guru yang melaksanakan proses belajar mengajar telah melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai evaluasi pembelajaran secara terpadu. Departemen pendidikan nasional (2008) memaparkan bahwa penilaian terhadap performansi kerja guru

dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran dikelas yaitu:

a. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran

  Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran merupakan tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru tersebut dapat dilihat dari proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Unsur/komponen yang ada dalam silabus terdiri dari: 1) Identitas Silabus 2) Stándar Kompetensi (SK) 3) Kompetensi Dasar (KD) 4) Materi Pembelajaran 5) Kegiatan Pembelajaran 6) Indikator 7) Alokasi waktu 8) Sumber pembelajaran

  Kemudian program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan sitilah RPP, merupakan penjabaran lebih rinci dan specifik dari silabus, yang ditandai oleh adanya komponen-komponen : 1) Identitas RPP 2) Stándar Kompetensi (SK) 3) Kompetensi dasar (KD) 4) Indikator 5) Tujuan pembelajaran 6) Materi pembelajaran 7) Metode pembelajaran 8) Langkah-langkah kegiatan

  10) Penilaian Apabila dikaitkan dengan aspek performansi kerja menurut Gomes (2001), maka perencanaan program kegiatan pembelajaran terkait dengan aspek creativeness (kreatifitas). Dalam membuat rencana program kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk dapat kreatif, sehingga dapat menyusun sebaik mungkin komponen- komponen rencana program kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya. Dalam hal ini, guru juga diharapkan dapat kreatif dalam merencanakan metode pembelajaran yang akan disampaikannya sehingga proses pembelajaran menjadi menarik dan tidak monoton, dengan demikian diharapkan dapat menjadikan siswa bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar.

  Selain itu, perencanaan program kegiatan pembelajaran juga terkait dengan aspek job knowledge (pengetahuan tentang pekerjaan) menurut Gomes (2001) karena untuk dapat menyusun rencana program kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya, guru harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai materi pembelajaran yang akan disampaikannya terlebih dahulu. Dengan pemahaman yang baik mengenai materi yang akan disampaikannya tersebut guru dapat menyusun komponen-komponen yang terdapat dalam rencana program kegiatan pembelajarannya semaksimal mungkin.

b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

  Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan inti penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan tersebut ditandai dengan adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Majid (2005) menambahkan bahwa tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal (membuka pelajaran), kegiatan inti (menyampaikan materi pelajaran), dan kegiatan penutup (menutup pelajaran). Kegiatan tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab seorang guru yang dalam pelaksanaanya menuntut kemampuan guru.

1) Pengelolaan Kelas

  Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas. Dalam hal ini, guru dituntut untuk membuat siswa tertarik untuk memperhatikan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

  Apabila pengelolaan kelas terkait dengan aspek personal qualities (kualitas pribadi) apabila dikaitkan dengan aspek performansi kerja menurut Gomes (2001). Dalam pengelolaan kelas, guru dituntut untuk mampu memimpin kelas, membuat siswa tertarik untuk mendengarkan materi yang disampaikannya, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar.

2) Penggunaan Media dan Sumber Belajar

  Dalam pelaksanaan pembelajaran, seorang guru juga harus mampu menggunakan media dan sumber belajar. Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber belajar dalam hal ini adalah buku pedoman. Selain harus mengerti dan memahami buku pedoman yang digunakan, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan

kemampuannya dalam proses pembelajaran.

  Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru dapat memanfaatkan media yang sudah ada (by utilization) misalnya peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat mendesain media untuk kepentingan pembelajaran (by design) misalnya membuat media foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.