Peranan Guru dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMP Dwi Putra Ciputat

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Achmad Hariri Badri

NIM 109011000205

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Dwi Putra. Ciputat. Tangerang Selatan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan ada atau tidaknya hubungan peranan guru dengan penanggulangan kenakalan siswa di sekolah tersebut. Pada penelitian kuantitatif ini peneliti menggunakan metode survey. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket (Questionnaire) dalam bentuk skala Likert. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 38 siswa/i dengan menggunakan metode simple random sampling. Instrument penelitian terdiri dari 2 kategori yaitu peranan guru dan kenakalan siswa, dimana instrument tersebut diambil dari teori-teori yang telah teruji. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan rumus Product Moment Karl Pearson. Berdasarkan hasil analisa data dengan Product Moment Karl Pearson diperoleh hasil nilai r hitung = 0,422, r tabel = 0,325 dengan df = 36 dan dengan perhitungan Coefficient of Determination diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 17,87%. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara peranan guru dengan penanggulangan kenakalan siswa. Sehingga dapat disimpulkan menolak Ho dan menerima Ha yaitu peranan guru dapat menanggulangi kenakalan siswa di SMP Dwi Putra. Ciputat. Tangerang Selatan.


(7)

ii

Ciputat.

This research was conducted in SMP Dwi Putra. Ciputat. Tangerang Selatan in the first semester, school year 2013/2014. The purpose of this study was to reveal whether there is any relationship from role of teachers in the prevention of delinquency students in that school. In this quantitative study researchers used a survey method. By using the techniques of data collection in the form of a questionnaire form of Likert scale. The samples in this study were students of class VIII as many 38 students by using simple random sampling method. The research instrument consisted of two categories: the role of teacher and student delinquency, The instrument was taken from the theories that have been tested. The data obtained was analyzed using Karl Pearson Product Moment formula. Based on the analysis of data with Karl Pearson Product Moment calculated results r value = 0,422, r tabel = 0,325 with df = 36 and the calculation of Coefficient of Determination values obtained for the coefficient of determination is 17,87%. The results of this study indicate a positive relationship between the role of teacher to student delinquency prevention. It can be concluded reject Ho and accept Ha is the role of the teacher can overcome student delinquency in junior Dwi Putra. Ciputat. South Tangerang.


(8)

iii

Puji serta syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, seraya berserah diri kepada-Nya, Dzat yang telah menganugerahkan kekuatan jasmani, rohani dan

fikri sehingga skripsi yang berjudul “Peranan Guru dalam Menanggulangi

Kenakalan Siswa Di Smp Dwi Putra Ciputat” dapat dituntaskan. “Hamba ini

bukanlah siapa-siapa tanpa Engkau ya Allah, Wahai Dzat Yang satu-satunya

tempat hamba bersandar, berpasrah dan memohon pertolongan.”

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada sesempurnanya ciptaan Tuhan, yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Melalui beliaulah semua umat Islam mendapatkan cahaya Tuhan, sehingga benar-benar memahami Iman, Islam dan Ihsan. Tidak lupa kepada para kolega beliau dari Anbiyaa dan Mursaliin, juga Auliyaa Allah yang sama-sama menegakan kalimat laa ilaaha illa Allah. Begitu

juga kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in tabi’at, ulama mu’tabarah, hujjaj

kiyai, guru, santri juga para cendikiawan muslim dan para pelajar yang selalu siaga untuk menebar rahmat, melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW dalam menegakkan panji-panji Islam. Semoga penulis dan pembaca termasuk ke dalam golongan tersebut. Amiin

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang terkadang membuat putus asa. Namun, berkat doa, saran, dukungan dan motivasi yang tidak akan pernah ternilai dari berbagai pihak, membuat penulis sadar akan pentingnya semangat, agar juga mampu berbuat untuk kemashlahatan umat.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga juga penghargaan yang sebesar-besarnya dengan penuh rasa tadzim kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, terlebih kepada:


(9)

iv

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan PAI dan Marhamah Saleh, MA Sekretaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang sangat sabar dan profesional dalam mengabdikan dirinya di jurusan pendidikan agama Islam. penulis ucapkan terima kasih yang setingi-tingginya karena beliau berdua telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Dimyati M. Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang begitu sabar telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam ridho sang Pencipta.

4. M. Zuhdi. Ph. D. Dosen Penasehat Akademik yang penuh perhatian telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi serta ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pelayanan dan pinjaman buku-buku yang sangat penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Selanjutnya ucapan terima kasih untuk orang terkasih yaitu Ibunda Dra. Dedeh Setiamanah dan Ayahanda Drs. Arsudin, yang selalu memberi motivasi dan dukungan buat penulis selama penulis mengerjakan skripsi serta memberikan dukungan moral dan material, doa dan senyuman yang menyemangati penulis agar tetap tabah dalam mengarungi kehidupan. Penulis memohon maaf kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta, karena belum mampu menjadi anak yang baik, juga penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Skripsi dan gelar sarjana ini penulis persembahkan khusus untuk Ibu dan Ayah tercinta.

7. Adik- adik ku tercinta: Diah Purnamasari, Lailatul Fitriani, Wesul Qurni dan Irma Nurmayanti. Mengingat kalian, adalah motivasi tersendiri untuk tetap


(10)

v

kalian yang menemani hari-hari selama kuliah.

9. Tak lupa juga teman-teman Kahfi Motivator School (Om. Bagus se-keluarga), IMC (Indonesia Master Communication), PP Ummul Rodhiyah (Abi, Dewan Guru, Santri-Santri) yang selalu memberikan motivasi, sumbangsih arahan dan pemikirannya demi kelancaran skripsi ini dan telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar banyak tentang segala hal.

10.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas segala bantuan, perhatian dan semangat yang diberikan kepada penulis. 11.Terima kasih untuk Nabilatunnadhiroh yang selalu memotivasi dan

mendampingi dari awal hingga akhir skripsi ini.

Penulis bermunajat kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada semua yang telah membantu penulis, sebagai imbalan jasa yang telah dilakukan.

Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis berharap semoga apa yang penulis kerjakan mendapat keridhaan sdan kecintaan-Nya. Akhirnya, semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat khususnya bagi penulis juga bagi pembaca umumnya. Amin.

Jakarta, 03 Januari 2014


(11)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJISKRIPSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Guru ... 7

1.Perngertian Guru ... 7

2.Syarat-syarat Guru ... 9

3.Tugas dan Tanggung Jawab Guru ... 9

4.Peranan Guru ... 10

5.Kualifikasi dan Kompetensi Guru SMP ... 11

B. Kenakalan Siswa ... 13


(12)

vii

2. Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa ... 15

3. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa ... 16

4. Upaya Penanggulangan Kenakalan Siswa ... 17

C. Kerangka Berpikir ... 19

D. Hipotesis Penelitian ... 20

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B. Metode Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel ... 24

1. Populasi ... 24

2. Sampel ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Teknik Pengolahan Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 39

1. Uji Validitas ... 29

2. Uji Reliabilitas ... 30

3. Uji Normalitas ... 31

4. Uji Homogenitas ... 31

5. Uji Hipotesis ... 32

6. Perhitungan Koefisien Determinasi ... 33

G. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 33


(13)

viii

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 36

1. Gambaran Umum SMP Dwi Putra ... 36

2. Deskripsi Varaibel Penelitian ... 40

B. Uji Analisis Data ... 45

1. Uji Validitas ... 45

2. Uji Reliabilitas ... 48

C. Pengujian Hipotesis ... 50

1. Uji Hipotesis ... 50

2. Perhitungan Koefisien Determinasi ... 54

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

1. Interpretasi Data ... 54

2. Temuan Hasil Penelitian ... 56

E. Keterbatasan Penelitian ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

B. Implikasi ... 65

C. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 23

Tabel 3.2 Agenda Wawancara ... 25

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Variabel X ... 27

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Variabel Y ... 27

Tabel 3.5 Intepretasi Data Product Moment ... 32

Tabel 3.6 Hasil Ujian Normalitas Variabel X ... 34

Tabel 3.7 Hasil Ujian Normalitas Variabel Y ... 34

Tabel 4.1 Data Guru SMP Dwi Putra ... 37

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana ... 39

Tabel 4.3 Kelas Interval Peranan Guru ... 41

Tabel 4.4 Penggolongan Tingkat Peranan Guru ... 42

Tabel 4.5 Skor Skala Peranan Guru ... 42

Tabel 4.6 Kelas Interval Kenakalan Siswa ... 44

Tabel 4.7 Penggolongan Tingkat Kenakalan Siswa ... 44

Tabel 4.8 Skor Skala Kenakalan Siswa... 45

Tabel 4.9 Hasil Ujian Validitas Variabel X ... 46

Tabel 4.10 Hasil Ujian Validitas Variabel Y ... 47

Tabel 4.11 Hasil Ujian Realibilitas Variabel X ... 49

Tabel 4.12 Hasil Ujian Realibilitas Variabel Y ... 49

Tabel 4.13 Nilai Angket Variabel X dan Y... 50

Tabel 4.14 Hasil Input Data Menggunakan Rumus Product Moment ... 52


(15)

1

Setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini telah membawa fitrahnya masing-masing dari sang pencipta, sebagaimana sabda Nabi saw:

َّص َّلا ل سر لاق :لاق ، ع َّلا يضر ةرير يبأ نع

:مَّس يّع ها ى

ام

ىّع دل ي اَلإ د ل م نم

نادِ ي ا بأف ،ةرطفلا

أ

نارص ي

Tidaklah anak yang dilahirkan kecuali atas dasar fitrah, maka kedua orang

tuanyalah yang menjadikannya sebagai Yahudi atau Nasrani.” (HR.

Bukhari)

Fitrah dalam hadist tersebut diartikan sebagai faktor pembawaan sejak manusia lahir yang biasa dipengaruhi oleh lingkungan, bahkan ia tidak dapat berkembang sama sekali tanpa adanya pengaruh lingkungan.1

Begitu juga dengan peserta didik (siswa/i), sebagai bagian dari pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang disamping mereka memiliki kesamaan-kesamaan, tentu masing-masing memiliki sifat yang khas, yang hanya dimiliki diri masing-masing. Dengan demikian tiap-tiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik.2 Mereka juga memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kebutuhan manusia pada umumnya, diantaranya: kebutuhan jasmaniah, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, rasa bebas, sukses.3

Dalam konteks ini, sekolah harus bisa menjadi wadah bagi perkembangan potensi siswa/i yang unik itu, dan sebisa mungkin memenuhi kebutuhan mereka terutama sebagai bekal untuk kehidupannya di masa yang akan datang. Terlebih jika meurujuk kepada tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertera dalam pembukaan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 3,:

1

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 45

2

Tim Dosen Fip-Ikip Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1988), h.107

3

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.


(16)

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan serta bertanggung jawab.4”

Namun demikian, pendidikan yang berlangsung selama ini masih dianggap kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan siswa saat ini yang sering dihadapkan dengan berbagai masalah yang amat kompleks sehingga sangat perlu mendapatkan perhatian kita semua. Salah satu masalah tersebut adalah semakin merosotnya tatakrama kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik kehidupan, baik di sekolah, rumah dan lingkungan sekitarnya, yang mengakibatkan timbulnya sejumlah efek negatif di dalam sekolah maupun di luar sekolah yang akhir-akhir ini semakin merisaukan. Efek tersebut di antaranya, semakin maraknya penyimpangan diberbagai norma kehidupan, baik agama maupun sosial. Hal ini dibuktikan dengan adanya berita di televisi atau koran, yang telah menampilkan banyaknya kasus-kasus sosial kemasyarakatan yang telah terjadi yang cenderung membahayakan kepentingan bersama. Contohnya seperti adanya geng motor, perkelahian antar pelajar dan lain sebagainya dimana pelakunya semua adalah siswa.

Sekolah merupakan ajang pendidikan yang kedua yang kedua setelah lingkungan keluarga bagi anak remaja. Di kota-kota besar di Indonesia masa remaja masih merupakan masa di sekolah terutama pada masa-masa permulaan, dalam masa tersebut pada umunya remaja duduk di bangku sekolah menengah pertama atau yang lebih setingkat.

Selama mereka menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi interaksi remaja dengan sesamanya, juga interaksi antara remaja dengan pendidik. Interaksi yang mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat yang negatif bagi

4


(17)

perkembangan mental sehingga anak remaja menjadi deliquen.5 Pada umumnya, deliquency merupakan produk dari konstitusi defektif dari mental dan emosi-emosi; yaitu mental dan emosi anak muda yang belum matang, yang labil dan jadi rusak/defektif, sebagai akibat proses-pengkodisian oleh lingkungan yang buruk.6 Sampai saat ini masalah kenakalan siswa masih tetap menjadi salah-satu fokus perhatian bagi setiap bangsa di dunia. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut ada yang sudah menjurus kepada tindakan kriminal seperti yang saat ini beritanya menjadi topik utama di berbagai media yaitu kecelakaan maut yang merenggut nyawa 7 orang meninggal dunia akibat sebuah mobil yang dikemudikan oleh anak musisi ternama yang baru berusia 13 tahun kehilangan kendali, keluar jalur tol hingga menabrak beberapa mobil yang ada dari arah yang berlawanan.7 Kejadian selanjutnya yaitu tauran dan perampokan yang dilakukan oleh siswa di daerah Jakarta Barat dan Jakarta Utara usai melaksanakan Ujian Nasional hingga menyebabkan empat pelajar terluka dan 1 motor hilang dirampok.8Masih banyak tindakan-tindakan yang lainnya.

Jika melihat kasus-kasus tersebut, dapat dikatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan kenakalan siswa yang pada akhirnya melakukan tindakan negatif. Faktor tersebut antara lain, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat.

Adapun gejala-gejala kenakalan siswa yang dilakukan di sekolah jenisnya bermacam-macam, dan bisa digolongkan ke dalam bentuk kenakalan yang berbentuk kenakalan ringan. Adapun bentuk dan jenis kenakalan ringan diantaranya yaitu: tidak patuh kepada orang tua dan guru, lari atau bolos dari sekolah, sering berkelahi, cara berpakaian yang tidak sopan.

5

Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.129

6

Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Mandar Maju), h. 227

7

SCTV Multimedia, Kecelakaan Dul, 2013 , p. 1 (http:// news.liputan6.com/read/686543/dul-ahmad-dhani-kecelakaan-di-jagorawi-usai-antar-pacar-pulang, Posted: 08/09/2013 06:03), di akses 10 September 2013, jam 10.00 WIB

8

Merdeka, Tawuran Usai Ujian Nsional, 2013, (

http://www.merdeka.com/jakarta/tawuran-dan-merampok-ulah-siswa-di-jakarta-usai-ujian-nasional.html, Jumat, 19 April 2013 06:07:00), di akses 10 September, jam 10.40 WIB


(18)

Meskipun kenakalan yang terjadi masih dalam bentuk kenakalan yang ringan hal itu sudah termasuk dalam kurangnya penghayatan dan pemahaman terhadap nilai-nilai agama yang diajarkan di sekolah tersebut. Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada berbagai faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititiberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.9

Fungsi sekolah yang utama ialah bukan hanya pendidikan intelektual, yakni

“mengisi otak” anak dengan berbagai macam pengetahuan. Sekolah dalam

kenyataan masih mengutamakan latihan mental formal, yaitu suatu tugas yang pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh keluarga atau lembaga lain, oleh sebab itu memerlukan tenaga yang khusus dipersiapkan untuk itu, yakni guru. Dalam pendidikan formal yang biasanya memegang peranan utama ialah guru dengan mengontrol reaksi dan respons murid.10

Dalam hal ini, bukan hanya guru pendidikan agama saja yang bertugas dalam menanggulangi kenakalan siswa di sekolah akan tetapi seluruh guru di dalam sekolah ikut berperan dalam proses perkembangan siswa dan proses penanggulangan kenakalan siswa disekolah.

Mengenai tugas guru, ahli pendidikan telah sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagaian dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain-lain.11 walaupun saat ini masih banyak guru-guru yang berpandangan bahwa tugas mereka hanya sebatas mengajar (mentransfer ilmu) di dalam kelas saja.

Guru merupakan simbol otoritas dan mencitakan iklim kelas dan kondisi-kondisi interaksi diantara murid-murid. Oleh sebab itu , sikap guru terhadap siswa mereka adalah penting, sebab guru mengambil suatu peran sentral dalam kehidupan anak-anak, yang sangat menentukan bagaimana mereka merasakan

9

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 296

10

Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: Jemmars Bandung, 1983), h.15

11


(19)

berada di sekolah dan bagaimana mereka merasakan diri mereka. Hal ini terutama selama tahun-tahun pertama atau kedua mereka masuk sekolah.12

Berbagai bentuk bimbingan telah diupayakan guru dalam menanggulangi kenakalan siswa. Mulai dari aturan-aturan yang ketat sampai pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah guna memberikan hal-hal positif dan menghindari perilaku negatif siswa.

Sebagai bagian dari lembaga pendidikan, SMP Dwi Putra yang berada di daerah Tangerang Selatan dan sudah berdiri sejak tahun 1987 ini juga memiliki masalah yang sama dengan lembaga pendidikan lainnya yaitu masalah kenakalan sisiwa. Sebagai mana sekolah pada umumnya pada SMP ini juga kerap ditemukan kenakalan-kenakalan siswa meskipun masih dalam katagori ringan seperti bolos, tidak patuh kepada guru, dan sebagainya.

Dengan memperhatikan berbagai fenomena kenakalan yang terjadi pada kalangan siswa termasuk siswa SMP Dwi Putra (yang menjadi objek penelitian), dan mengingat pentingnya peran guru sebagai pendidik, maka penulis terdorong untuk meneliti mengenai “Peranan Guru dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di SMP Dwi Putra – Ciputat”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kenakalan siswa yang semakin marak .

2. Sekolah yang lebih mementingkan pendidikan intelektual.

3. Masih adanya guru-guru yang memahami tugas mereka hanya sebatas mengajar.

4. Guru masih kurang berperan aktif dalam hal perilaku siswa. 5. Penegakan disiplin yang lemah.

6. Perhatian guru terhadap perilaku siswa yang buruk. 7. Kurangnya perhatian orang tua.

12


(20)

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan terbatasnya waktu pada penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:

1. Tentang peranan guru di SMP Dwi Putra - Ciputat. 2. Tentang kenakalan siswa/i di SMP Dwi Putra - Ciputat.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu; Adakah korelasi yang positif antara peranan guru-guru dengan penanggulangan kenakalan siswa di SMP Dwi Putra - Ciputat?

E.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan persoalan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapakan ada atau tidaknya korelasi Antara peranan guru dengan penanggulangan kenakalan siswa di SMP Dwi Putra – Ciputat

F.

Kegunaan Penelitian

Selain untuk mencapai tujuan yang di harapkan di atas, penelitian ini nantinya di harapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan berfikir kritis dalam melatih kemampuan, untuk memahami dan menganalisis masalah-masalah pendidikan.

2. Bagi sekolah dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk mengantisipasi adanya kenakalan siswa.

3. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk dapat

menambah pembendaharaan kepustakaan, terutama bagi Jurusan Pendidikan Agama Islam.


(21)

7

1. Pengertian Guru

Guru adalah salah satu unsur terpenting dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di dalam bidang pembangunan.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , guru diartikan sebagai “orang yang

pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar”. Tapi sesederhana inikah arti guru? Kata guru dalam bahasa arab disebut muallim dan dalam bahasa inggris

teacher itu memang memeliki arti sederhana, yakni a teacher whose occupation is

teaching others. Artinya, guru ialah orang yang pekerjaannya mengajar orang

lain.2

Roestiyah NK berpendat bahwa dalam pandangan tradisonal guru dilihat sebagai seseorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.3

Pada dasarnya, setiap orang adalah guru, contoh yang digugu dan ditiru, terutama oleh anak-anak yang sering meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya.4 Dalam literatur kependidikan Islam seorang guru disebut sebagai ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan muaddib.5

Bahkan Al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulumuddin telah menyejajarkan para pendidik dengan deretan para nabi, sebagaimana ditulis:

“Makhluk (Allah) yang paling utama diatas bumi adalah manusia. Bagian manusia yang paling utama adalah hatinya. Sedangkan seorang pendidik sibuk memperbaiki, membersihkan, menyempurnakan dan mengarahkan hati agar selalu dekat kepada Allah SWT. Maka mengajar imu adalah ibadah dan pemenuhan tugas sebagqai khilafah Allaw, bahkan merupakan tugas kekhilafahan Allah yang paling utama. Sebab Allah telah membukak hati

1

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 125

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1995), h. 223.

3

Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 26

4

Andi Yudha, Kenapa Guru harus Kreaktif, ( Bandung : PT Mizan Pustaka, 2009) h. 17

5

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja


(22)

seorang alim untuk menerima suatu pengetahuan dan sifat-sifat-Nya yang paling istimewa. Hati itu berisi gudang yang berisi benda-benda yang paling berharga, kemudian ia diberi izin untuk membagikan kepada orang yang membutuhkan. Maka derajat mana yang lebih tinggi dari seorang hamba yang menjadi perantara antara tuhan dan makhluk-Nya dalam mendekatkan diri kepada Allah dan mengiringi mereka menuju surga tempat peristirahatan abadi.”6

“Guru adalah pribadi yang menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa dan peradaban manusia. Di tangannya, seorang anak yang awalnya tidak tahu apa-apa menjadi pribadi yang jenius. Melalui didikannya, lahir generasi-generasi unggul. Ia “turun” untuk memberantas kebodohan umat manusia, sekaligus menghujamkan kearifan sehingga manusia bisa paham tentang makna kedirian dan makna kehidupan.7 Guru pun harus mampu melaksanakan fungsi pendidikan yang secara garis besar dapat dilihat dari dua bentuk yaitu: memelihara kebudayaan nasional dan mengembangkan skill peserta didik.”8

Guru adalah sang pejuang dan pembebas yang berusaha sekuat dayanya untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak didikanya, seperti yang dilakukan oleh Ibu Muslimah, seorang guru dari pedalaman Belitung, yang menjadi penulisan tetralogi novel laskar pelangi oleh Andrea Hirata. Selain ibu muslimah, tentu masih banyak guru dengan pengabdian luar biasa, diatas ambang batas rasionalisme manusia pada umumnya, tetapi mungkin belum terekspos dan terpublikasi.9

Secara formal, menurut Undang-undang no. 14/2005, pasal 1, butir 1 tentang guru dan dosen, „yang disebut dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.10

Berbagai pengertian-pengertian guru di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki keahlian khusus di dalam bidang keguruan, selalu digugu dan ditiru dimanapun ia berada serta mempunyai andil yang sangat besar bagi pembangunan sumber daya manusia suatu bangsa.

6Asrorun Ni’am Sholeh,

Reorintasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Elsas, 2006), h.71-72

7

Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Jogjakarta, Diva Press, 2009), h. 8

8

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Ciputat Pers, 2002), h. 34

9

Ibid., h. 91-92

10


(23)

2. Syarat-syarat Guru

Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleksnya, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus, antara lain: mempunyai pengetahuan yang mendalam, ahli dalam bidang tertentu, memiliki tingkat pendidikan keguruan, memiliki kepekaan, terdepan dalam sains, teknologi dan informasi.11

Dalam konteks pendidikan Islam, guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi murid. Oleh karena itu menjadi pendidik hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut: zuhud, bersih tubuhnya, ikhlas, pemaaf, mejadi orang tua kedua bagi murid, mengetahui tabiat murid, menguasai mata pelajaran.12

Selain itu juga yang tak kalah pentingnya yaitu mampu mencontohkan prilaku seperti dalam al-Quran dan hadist.13

“Al-Ghazali memberikan prasyarat yang harus dipenuhi oleh pendidik yaitu: mempunyai kasih sayang, melakukan aktifitas karena Allah SWT, mampu memberi nasehat, mampu mengarahakan anak didik kepada hal-hal yang positif, mengenali tingkat nalar dan intelektualitas anak didik, mampu menumbuhkan kegairahan semangat kepada murid terhadap ilmu yang dipelajarinya, mampu mengklasifikasikan kelompok anak didiknya dan memberikan materi yang sesuai dengannya.”14

3. Tugas Guru

Tugas guru itu luas, bukan hanya melakukan tugas pengajaran, ia juga harus membimbing, akhlak, mengembangkan seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid.15 Mengingat lingkup pekerjaan guru seperti yang digambarkan di atas, maka tugas guru itu meliputi: tugas pengajaran, tugas bimbingan, tugas administrasi. Dengan terjadinya pengelolaan yang baik, maka guru akan lebih mudah mempengaruhi murid di kelasnya.16

Ag. Soejono merinci tugas guru sebagai berikut17: mengetahui karakter anak didik, membantu mengembangkan karakter yang baik dari mereka, mengajarkan

11

Fakhruddin, op. cit., h. 21-22

12

Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 111

13

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 94

14Asrorun Ni’am Sholeh

, op. cit., h.72-74

15

Zakiah Darajat, Pendidikan Islam, (Jakarta: Ruhama, 1995), h.99

16

Zakiah Darajat. Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h, 265-268

17

Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 79


(24)

berbagai keahlian, keterampilan, evaluasi setiap waktu, memberikan bimbingan saat mereka mengalami kesulitan. Selain itu juga harus harus menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)

4. Peranan Guru

Seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa-siswinya. Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi umatnya, Allah SWT berfirman18 :







“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS al-Ahzab: 21)

Sementara itu Udin Syaefudin Saud menjeleskan peran dan tugas pokok seorang guru yaitu: (1) Guru sebagai pengajar, (2) Guru sebagai pengajar dan juga sebagai Pendidik, (3) Guru sebagai Pengajar, Pendidik, dan juga agen pembaharuan dan pembangunan masyarakat, (4) Guru yang berkewenangan berganda sebagai Pendidik Profesional dengan bidang keahlian lain selain kependidikan.19 Begitu juga Syaiful Bahri Jamarah memberikan pendapat mengenai peran guru yaitu: 1) guru sebagai sumber belajar, 2) guru sebagai fasilitator, 3) guru sebagai demonstrator, 4) guru sebagai informator, 5) guru sebagai inisiator, 6) guru sebagai mediator, 7) guru sebagai organisator, 8) guru sebagai motivator, 9) guru sebagai evaluator, 10) guru sebagai entertainer

18

Armai Arief. Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), h. 117-118

19


(25)

Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik tidaknya seseorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran. Guru juga bertindak sebagai fasilitator dan demonstrator yang memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran serta mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Sebagai Informator guru hendaknya menjadi sumber informasi bagi kegiatan akademik maupun umum. Guru hendaknya menjadi pencetus ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya. Sebagai seorang mediator guru diharapkan mampu menengahi kegiatan belajar siswa dan menjadi penyedia media yang mampu memakai dan menggorganisasikan penggunaan media. Guru juga harus menjadi motivator yang hebat bagi siswa-siswinya agar selalu semangat dalam mencari ilmu. Hendaknya guru juga menjadi organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi belajar dalam diri siswa. Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan. Guru pun harus menghibur siswa-siswinya baik dalam keadaan senang ataupun susah 20

5. Kualifikasi dan Kompetensi Guru SMP

Menurut bahasa, kata kualifikasi diartikan dengan ”Pembatasan; penggolongan; tingkatan kapabilitas; kecakapan; syarat; watak; sifat”.21 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan

20

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 31

21


(26)

tertentu. Jadi, kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.22

Kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.23

Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) no 16 tahun 2007 pasal 1. Kualifikasi guru dapat dilihat dari segi derajat lulusannya, sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (permendiknas) no 16 tahun 2007, ditetapkan bahwa pendidikan minimum guru yang mengajar pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus lulusan diploma empat (D-IV) atau Strata 1 (S-1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.24

Dari beberapa persyaratan guru yang dikemukan di atas menunjukkan bahwa seorang guru bukan hanya orang yang berilmu pengetahuan saja, sebagaimana dalam Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 10 ayat 1 bahwa: ”kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadiaan, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.25

Adapun kompetensi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa: Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.26 Kompetensi kepribadian adalah kemampuann kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi

22

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), hal. 621

23

Abdul Majid, perencanaan pembelajaran, (Bandung: rosdakarya, 2010), h. 5

24

Kementrian Pendidikan Republik Indonesia, Permendiknas Kompetensi Guru, ,

(http://www.dikti.go.id.files.atur.Permen16-2007KompetensiGuru), Di download pada tanggal 21/08/13, pukul 19.09 WIB

25 E. Mulyasa, ”Undang

-undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen”, dalam

Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. III, h. 229

26

Kementrian Pendidikan Republik Indonesia, Permendiknas Kompetensi Guru,

(http://www.dikti.go.id.files.atur.Permen16-2007KompetensiGuru), Di download pada tanggal 21/08/13, pukul 19.09 WIB


(27)

teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

B.

Kenakalan Siswa

1. Pengertian kenakalan siswa

Anak didik merupakan pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang di samping mereka memiliki kesamaan-kesamaan, tentu masing-masing memiliki sifat yang khas, yang hanya dimiliki diri masing-masing. Dengan demikian tiap-tiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik.27 Sebelum membahas mengenai pengertian kenakalan remaja, maka penulis akan terlebih dahulu membahas pengertian remaja. Remaja berasal dari bahasa latin Adolescere (kata bendanya

adolescentia) yang berarti remaja, yaitu tumbuh atau tumbuh dewasa.28

Masa remaja disebut juga masa adolesensi yang berarti tumbuh ke arah dewasa. Masa remaja disebut juga masa transisi, baik dari sudut biologis, psikologis, sosial, maupun ekonomis. Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak dan keguncangan.29 Masa remaja disebut tidak realistik karena remaja cenderung untuk memandang kehidupan atau melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya.30

Remaja adalah manusia yang berada pada masa anak-anak dan dewasa mengalami perubahan yang cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak baik bentuk badan, sikap dan cara berpikir maupun bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.31

27

Tim Dosen Fip-Ikip Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1988) h.107

28

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. Ke-1, h. 244.

29

H. Djaali. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara: 2009), h. 55

30

M Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 2001), h. 162

31


(28)

Secara etimologi dalam bahasa Arab kata remaja berasal dari kata murahaqah

kata kerjanya adalah raahaqo yang berarti al-iqtirahi (dekat). Secara terminologi, berarti manusia yang mendekati kematangan baik secara fisik, akal, jiwa maupun sosial.32

Dari berbagai pengertian dapat dipahami bahwa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, yang mendekati kematangan baik secara fisik, akal, jiwa maupun sosial.

Pengertian kenakalan siswa SMP disamakan dengan pengertian kenakalan remaja, karena batas usia rata-rata para siswa tersebut termasuk dalam hal kategori usia remaja yaitu usia rata-rata mulai dari 12-21 tahun pada wanita dan 13-22 tahun pada pria.33

Kenakalan siswa adalah kenakalan yang terjadi pada saat ia mulai beranjak dewasa, istilah bakunya dalam konsep psikologi adalah juvenile delinquency

secara etimologi dapat diartikan bahwa Juvenile berasal dari kata latin yang mana artinya ialah anak-anak atau anak muda. Sedangkan “delinquere” artinya terabaikan atau mengabaikan, maka dengan itu keduanya dapat diperluas menjadi jahat, asosial, pelanggar aturan, pengacau, peneror, kriminal, susila dan lain sebagainya.

Juvenile delinquency ialah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda. Ini

merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan tingkah laku yang menyimpang.34

Kenakalan remaja jika ditinjau dari segi agama ialah kelakuan dan tindakan yang terlarang dalam agama yang dilakukan oleh orang yang sudah baligh (telah mencapai kematangan seksual).35

Ciri-ciri pokok kenakalan siswa antara lain yaitu: kenakalan terlihat dengan adanya perbuatan atau tingkah laku yang bersifat pelanggaran hukum yang

32

Muhammad al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), Cet. I, h.

55-56

33

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Siswa Rosda Karya, 2004), h. 52

34

TB. Aat Syafaat, dkk, Peranan pendidikan Islam dalam mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Perss, 2008). h. 74

35


(29)

berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral, kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang anti sosial yakni dengan perbuatan atau tingkah laku tersebut bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang ada dilingkungan hidupnya. kenakalan merupakan kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang berumur antara 13-17 tahun keatas dan belum menikah, kenakalan siswa dapat juga dilakukan bersama dalam satu kelompok siswa.36

2. Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa

Sebab-sebab terjadinya kenakalan siswa yang paling menonjol, yaitu:

kurangnya didikan agama, kurangnya pengertian dan perhatian orang tua tentang pendidikan, kurang teraturnya pengisian waktu, kurangnya perhatian masyarakat terhadap siswa. Kurangnya pengertian dan perhatian orang tua tentang pendidikan dapat mengakibatkan anak merasa tidak disayangi oleh orang tuanya dan merasa kurang mendapat perhatian, ia akan berusaha mencari kesayangan itu dengan bermacam-macam jalan. Misalnya dengan kelakuan yang menarik perhatian, sering mengeluh, berkelahi dan sebagainya. Maka banyak di antara siswa-siswa yang menjadi nakal itu, akibat dari perasaan tertekan karena tidak adanya perhatian orang tua. Kurang teraturnya pengisian waktu dapat mengakibatkan akan menggerutu, mungkin melawan kepada orang tuanya, membolos dari sekolah. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap siswa sehingga mereka merasa tidak terima, tidak diperhatikan dan pada akhirnya mereka melakukan hal hal yang tidak diinginkan. 37 Pendidikan agama bagi umat Islam merupakan dasar utama dalam mendidik anaknya, karena agama sangat membantu terbentuknya sikap dan kepribadian anak kelak.38

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya kenakalan siswa bisa di golongkan menjadi tiga antara lain: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

36

Singgih D. Gunarsa, Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 2004), Cet. Ke-11. h. 19

37

Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990), h.113-120.

38


(30)

3. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa

Akhir-akhir ini banyak kasus kenakalan siswa yang sering meresahkan masyarakat antara lain; perkelahian, perampasan, pembajakan angkutan umum, pelecehan seksual atau pun dalam bentuk-bentuk lain yang sering kita temui. Bermacam-macam bentuk kenakalan siswa semakin meningkat dan mewarnai kehidupan kita, membuat orang tua, guru, tokoh masyarakat bahkan pemerintah pun ikut resah.

Sahilun A Nasir mengkelompokkan Kenakalan remaja dapat menjadi dua bagian besar, yaitu:39

1. Kenakalan yang tergolong pelanggaran terhadap norma-norma, tetapi tidak diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

2. Kenakalan yang tergolong pelanggaran yang telah di atur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Sekarang ini yang banyak dijumpai kenakalan siswa baik yang bersifat a-moral dan a-sosial yang tidak diatur oleh undang-undang maupun yang bersifat melanggar undang-undang, antara lain: berbohong, bolos, membaca buku-buku yang berbau pornografi dan berpersta pora semalam suntuk.

Kalau di atas telah disebutkan sebagian kenakalan siswa yang tidak diatur dalam Undang-undang, maka dibawah ini akan di sebutkan kenakalan siswa yang dianggap melanggar hukum, diselesaikan dengan hukum dan disebut dengan istilah kejahatan40: perjudian, pencurian, penggelapan barang, penipuan dan pemalsuan, pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno dan pemerkosaan, pemalsuan uang dan surat-surat keterangan resmi,

Tindakan-tindakan anti sosial: perbuatan yang merugikan milik orang lain seperti: percobaan pembunuhan, menyebabkan kematian orang, turut tersangkut dalam pembunuhan, pembunuhan, pengguguran kandungan.

Kenakalan atau kerusakan yang bersifat a-moral dan asosial tersebut diatas merupakan kelakuan siswa yang menggelisahkan para orang tua, guru dan masyarakat secara umum. Yang menjadi tanggung jawab kita selaku pendidik

39

Sahilun A Nasir, Peranan Agama terhadap Pemecahan problema Remaja, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2002), Cet II, h. 82

40


(31)

sekarang adalah bagaimana cara mengarahkan para siswa dan dengan jalan apa serta mampukah kita bertanggung jawab atas semua hal tersebut. Dari pendapat diatas juga dapat disimpulkan kenakalan terbagi menjadi dua yaitu kenakalan ringan dan berat.

4. Upaya Penanggulangan Kenakalan Siswa

Dalam menghadapi kenakalan remaja, diperlukan adanya usaha-usaha untuk menanggulanginya. Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk menanggulangi kenakalan remaja adalah sebagai berikut:

a. Upaya Penaggulangan Secara Preventif

Upaya penaggulangan secara preventif yakni segala usaha yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan remaja, di antaranya dapat dilakukan dengan cara: 1) mengintensifkan pelajaran agama disekolah, dan menyediakan sarana-sarana sebagai wadah bagi siswa untuk menyalurkan kreatifitasnya.41 2) mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk memupuk jiwa agama siswa.42 3) guru harus dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa dan berusaha utnuk membantu pembinaan mental mereka serta bekerja sama dengan pihak sekolah yang lain untuk menciptakan suasana sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai agama.43

b. Upaya Penanggulangan Secara Represif

Upaya penaggulangan secara represif adalah “suatu usaha berupa pemberian sanksi atau hukuman ketika seseorang melakukan pelanggaran.44 Upaya ini bisa diwujudkan dengan jalan memberi peringatan atau hukuman kepada siswa diliquent terhadap setiap pelanggaran yang dilakuan setiap siswa. Bentuk hukuman tersebut bersifat psikologis yaitu mendidik dan menolong agar mereka menyadari akan perbuatannya dan tidak akan mengulangi kesalahannya.

Upaya penaggulangan secara represif dari lingkungan keluarga dapat ditempuh dengan jalan mendidik anak hidup disiplin terhadap peraturan yang

41

Sahilun A Nasir, op. cit., h. 90

42

Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), Cet IV, h. 90

43

Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet IV, h. 48-49

44


(32)

berlaku dan bila dilanggar harus ditindak atau diberi hukuman sesuai dengan perbuatannya. Dalam lingkungan sekolah tindakan represif dapat dilakukan dengan cara: sekolah melakukan razia tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan tempat atau alat nakal oleh siswa.45 Memberikan hukuman kepada siswa yang melakukan kesalahan atau berbuat kesalahan yang diharapkan dapat muncul rasa takut dari siswa untuk melakukan kesalahan sehingga dapat menghalangi siswa melakukan kesalahan yang berikutnya.46 Dalam lingkungan masyarakat tindakan represif dapat ditempuh dalam memfungsikan peran masyarakat sebagai kontrol sosial yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: memberi nasehat secara langsung kepada anak yang bersangkutan, membicarakan dengan orang tua anak yang bersangkutan dan dicarikan jalan keluar untuk anak tersebut dan sebagai langkah terakhir masyarakat untuk lebih berani melaporkan kepada yang berwajib tentang adanya perbuatan dengan disertai bukti-bukti yang nyata, sehingga bukti tersebut dapat dijadikan dasar yang kuat bagi instansi yang berwenang didalam menyelesaikan kasus kenakalan siswa.

c. Upaya Penanggulangan Secara Kuratif Dan Rehabilitasi

Upaya penanggulangan secara kuratif dan rehabilitasi yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut, seperti menyediakan klinik Bimbingan Psikologis (Bimbingan Penyuluhan) untuk memperbaiki tingkah laku dan membantu siswa dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi.47

Berdasarkan keterangan yang terdapat di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwasannya penanggulangan kenakalan remaja oleh pihak sekolah dapat dilakukan dengan cara (1) Usaha preventif (mencegah timbulnya kenakalan remaja), (2) Usaha represif (menghalangi timbulnya kenakalan remaja), (3) Usaha kuratif dan rehabilitatif (memperbaiki tingkah laku siswa yang pernah melakukan kenakalan remaja).

45

Sahilun A Nasir, op. cit., h. 97

46

Zahriddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. I, h. 200.

47


(33)

C.

Kerangka Berpikir

Guru saat ini bukan hanya dilihat sebagai seseorang yang berdiri di depan kelas untuk hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja kepada siswa-siswi di sekolah, tetapi guru saat ini merupakan suatu profesi profesional yang wajib memenuhi kualifikasi dan kompentesi yang telah ditetapkan pemerintah yang selalu di gugu dan ditiru dimanapun ia berada serta mempunyai andil yang sangat besar bagi pembangunan sumber daya manusia suatu bangsa.

Tugas dan peran jabatan guru itu luas, yaitu untuk membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid. Hal ini berarti bahwa, perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam kelas saja. Dengan kata lain, tugas atau fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar-mengajar saja

Berbicara mengenai siswa, khususnya siswa tingkat SMP, berarti berbicara mengenai remaja. Dalam Islam, seseorang dikatakan remaja apabila ia telah aqil

baligh yaitu suatu masa di mana ia telah bertanggung jawab atas setiap

perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan bila ia melakukan perbuatan tidak baik akan mendapatkan dosa.

Remaja merupakan sosok yang masih labil karena ia sedang melalui masa transisi yaitu masa peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasaan. Tak jarang bagi remaja yang belum memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada masa tersebut akan banyak melakukan tindakan yang menyalahi aturan atau bertentangan dengan norma-norma, yang dapat merugikan dirinya dan orang lain, yang biasa dikenal dengan kenakalan remaja.

Faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja disekolah antara lain adalah kurangnya peranan guru-guru di sekolah dalam menanamkan nilai-nilai etika dan moral di sekolah, kurangnya kerjasama, perhatian, pembinaan dan pengawasan kepala sekolah dan guru-guru terhadap pertumbuhan dan perkembangan seluruh siswa-siswi di sekolah. Mengingat prioritas utama di dalam menghadapi masalah kenakalan remaja adalah mencegah dengan cara yang memadai dan komprehensif, maka diperlukan peranan guru khususnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan moralitas siswa kearah yang lebih baik. Tindakan kuratif dan


(34)

rehabilitasi dalam mengatasi kenakalan siswa berarti usaha untuk memulihkan kembali (menolong) anak yang terlibat kenakalan agar kembali dalam perkembangan yang normal atau sesuai dengan aturan-aturan/norma-norma hukum yang berlaku. Sehingga pada diri siswa tumbuh kesadaran dan terhindar dari keputusasaan (frustasi). Penanggulangan ini dilakukan melalui pembinaan secara khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.

Kerangka berpikir penelitian ini bersifat deduktif dimana peneliti berupaya melakukan proses pikir dan meneliti dari yang bersifat umum di tarik kearah kesimpulan yang bersifat khusus, dari pemaparan diatas diduga sementara terdapat hubungan antara peranan guru dengan penanggulangan kenakalan siswa-siswi di sekolah menengah pertama (SMP) Dwi Putra - Ciputat.

D.

Hipotesis Penelitian

Ho: Tidak terdapat hubungan positif antara peranan guru dengan penanggulangan kenakalan siswa-siswi di SMP Dwi Putra - Ciputat.

Ha: Terdapat hubungan positif antara peranan guru dengan penanggulangan kenakalan siswa-siswi di sekolah menengah pertama (SMP) Dwi Putra - Ciputat.

E.

Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini penulis akan memaparkan beberapa hasil penelitian yang relevan mengenai kenakalan remaja yang telah diteliti:

1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Laila Mardiyah dengan judul “Pengaruh Intensitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Kenakalan Siswa”. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai Pengaruh intensitas Pembelajaran PAI terhadap Kenakalan Siswa diperoleh rxy atau r hitung sebesar 0,54. Angka indeks korelasi yang diperoleh bertanda positif. Ini berarti antara variabel “x” (intensitas pembelajaran PAI) dengan variabel “y” (kenakalan siswa) terdapat hubungan yang searah. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa korelasi antara variabel “x” (intensitas pembelajaran PAI) dengan variabel “y” (kenakalan siswa) di SMP


(35)

Muhammadiyah 17 Ciputat adalah korelasi yang tergolong sedang atau cukup.48

2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Tri Sutarti dengan judul “Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja”. Dari penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 10 Tangerang Selatan, diperoleh rxy atau r hitung sebesar 0,462 dan berada di indeks antara 0,40 – 0,70. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh untuk hubungan Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja menunjukan hubungan yang sedang atau cukup.49

3. Penelitian yang telah dilakukan oleh Cholid Anwar dengan judul “Pengaruh Organisasi Remaja Islam Masjid An-Nur dalam Menganggulangi Kenakalan Remaja di Lingkungan RW 012 Pondok Pinang Jakarta Selatan”. Dari penelitian yang telah dilakukan jika dilihat pada taraf 5%, diperoleh data rxy sebesar 0,325 lebih besar dari pada “r” tabel, sedangkan pada taraf 1% ternyata rxy lebih kecil dari pada “r” tabel, dimana “r” tabel pada taraf 5% sebesar 0,273 dan pada tarf signifikan 1% sebesar 0,354. Dari sini dapat diketahui adanya pengaruh kegiatan organisasi dalam penanggulangan kenakalan remaja di Lingkungan RW 012 Pondok Pinang Jakarta Selatan.50 4. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ahmad furqon dengan judul “Efektifitas

Pengajaran Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMP Negeri 5 Ciputat”. Dari penelitian yang telah dilakukan ada hubungan positif yang signifikan antara hubungan Pengajaran Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMP Negeri 5 Ciputat. Hal ini dapat dibuktikan dengan diperoleh data rxy sebesar 0,805 yan berkisar antara 0,70-0,90, ini berarti terdapat korelasi yang sangat

48

Laila Mardiyah, Pengaruh Intensitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Kenakalan Siswa, (penelitian di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010)

49

Tri Sutarti, Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja, (penelitian di SMA Negeri 10 Tangerang Selatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010)

50

Cholid Anwar, Pengaruh Organisasi Remaja Islam Masjid An-Nur dalam Menganggulangi

Kenakalan Remaja di Lingkungan RW 012 Pondok Pinang Jakarta Selatan, (penelitian di RW 012 Pondok Pinang Jakarta Selatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010)


(36)

signifikan sekali antara variabel X dengan variabel Y yaitu terdapat hubungan yang kuat atau tinggi.51

Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas terdapat relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan. Adapun kesamaannya yaitu tema penelitian tentang kenakalan remaja, mayoritas tempat penelitian yang masih dalam lingkup sekolah, mayoritas penelitian diatas bersifat korelatif. Adapun perbedaannya yaitu variaabel penelitian yang berbeda karena dari beberapa penelitian diatas belum ada yang meneliti peranan guru dalam menanggulangi kenakalan siswa, oleh karena itu penelitian ini penting untuk diteliti lebih lanjut.

51

Ahmad furqon, Efektifitas Pengajaran Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMP Negeri 5 Ciputat, (penelitian di SMP Negeri 5 Ciputat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010)


(37)

23

A.

Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 12 Februari 2013 sampai 08 Januari 2014 dengan rincian yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kegiatan Waktu

1.Persetujuan judul penelitian oleh kepala jurusan PAI 12 – 02 – 2013

2.Seminar proposal skripsi 27 – 02 – 2013

3.Bimbingan skripsi oleh dosen pembimbing yang bersangkutan

03 – 04 – 2013

4.Studi Kepustakaan

a. Revisi BAB 1 28 – 08 – 2013

b. Revisi BAB II 22 – 09 – 2013

c. Revisi BAB III 20 – 10 – 2013

d. Revisi BAB IV 31 – 12 – 2013

e. Revisi BAB V 08 – 01 – 2014

5. Pelaksanaan Penelitian

a. Penyerahan surat izin Penelitian kepada SMP Dwi Putra 01 – 11 – 2013

b. Observasi 11 – 11 – 2013

c. Penyebaran angket 09 – 12 – 2013

d. Wawancara kepada pihak sekolah 12 – 12 – 2013


(38)

b. Tempat Penelitian

Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah SMP Dwi Putra yang berlokasi di Jalan Aria Putra Bukit Nusa Indah, Sarua. Kec. Ciputat. Tangerang Selatan.

B. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan dan menjelaskan permasalahan tentang hubungan antara peranan guru dengan penanggulangan kenakalan siswa-siswi di SMP Dwi Putra., maka penulis menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode survei. Metode penelitian survei merupakan metode yang digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.1 Populasi pada penelitian ini yaitu populasi keseluruhan siswa SMP Dwi Putra yang berjumlah 185 siswa/i.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.2 Dalam menentukan sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik pengambilan sample menggunakan simple random sampling (Pengambilan sampel secara acak sederhana). Alasan peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel tersebut karena secara umum seluruh siswa memiliki karakteristik Adapun peneliti dalam teknik ini hanya mengambil 20 % dari populasi diatas yakni 38 siswa/i.

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta, Rineka Cipta, 1998), h. 115

2


(39)

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data skripsi ini menggunakan metode Penelitian Lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan di SMP Dwi Putra secara langsung dengan teknik sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti dengan menggunakan seluruh alat indera.3

Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap subyek penelitian yakni seluruh siswa/i SMP Dwi Putra beserta guru-guru yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar. Teknik ini merupakan langkah awal bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

b. Wawancara

Teknik ini dapat dipandang sebagai sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.4 Dalam penelitian ini yang dijadikan narasumber adalah: Kepala Sekolah SMP Dwi Putra atau wakilnya dan guru bimbingan konseling untuk mendapatkan informasi atau data yang peneliti butuhkan.

Tabel 3.2 Agenda wawancara

Narasumber Indikator Nomor

pertanyaan

Kepala Sekolah SMP Dwi Putra

 Peranan guru di sekolah

 Cara pencegahan kenakalan yang dilakukan guru di sekolah

1 – 13

3

Suharsimi Arikunto, Ibid., h. 145

4


(40)

Guru bimbingan konseling

 Kenakalan remaja yang sering dilakukan siswa/i

 Cara penanggulangan yang diberikan

 Data kenakalan yang dilakukan dalam sebulan terakhir

1 – 14

Guru bagian kesiswaan

 Kenakalan remaja yang sering dilakukan siswa/i

 Cara penanggulangan yang diberikan

 Data kenakalan yang dilakukan dalam sebulan terakhir

1 – 14

c. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.5

Angket yang didapat akan diolah datanya untuk mengetahui hasil penelitian. Untuk itu angket yang diberikan harus mempunyai ukuran terhadap penelitian. Untuk itu, terdapat skala pengukuran agar hasil penilaian dapat sesuai dengan penelitian tersebut, oleh karena itu peneliti menggunakan jenis skala pengukuran

skala likert.

Skala likert adalah skala yang dapat diunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu.6

5

Suharsimi Arikunto, Ibid., h. 151

6


(41)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert karena dapat mengukur sikap peranan guru dalam menanggulangi kenakalan remaja di SMP Dwi Putra Ciputat. Peranan guru dan prilaku kenkalan remaja inilah yang akan dinilai melalui angket/kuesioner yang akan diberikan peneliti terhadap sampel.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Angket Variabel X

Variabel X Indikator Favorable

(F) Unfavorable (UF) Jml Item Peranan Guru dalam Menanggulang i Kenakalan Siswa Guru sebagai fasilitator

1, 2, 3, 4, 5,

6 - 6

Guru sebagai demonstrator

24, 25, 26,

28, 29, 30 27 7

Guru sebagai

mediator 8, 9, 10, 11 7 5

Guru sebagai Motivator

18, 19, 20,

21, 22, 23 - 6

Guru sebagai evaluator

13, 14, 15,

16 12, 17 6

TOTAL 30

Tabel 3.4

Kisi-kisi Angket Variabel Y

Variabel Y Indikator Favorable

(F) Unfavorable (UF) Jml Item Kenakalan Siswa

Tidak disiplin 19, 21 20 3

Tidak patuh pada

guru 10, 12, 13 11 4

Berfoya-foya


(42)

uang

Berpenampilan tidak sopan

22, 24, 25,

26 23 5

Membawa benda-benda tajam ke sekolah

27 1

Berbicara kotor

dan tidak sopan 8 9 2

Bolos 2, 3, 4, 5 4

Berbohong 15, 16 2

Menyontek 17, 18 2

Merokok 14 1

Kurangnya

didikan Agama 1 1

Membuat

kericuhan 28, 29 2

Berkelahi 6, 7 2

TOTAL 30

E. Teknik Pengolahan Data

Setelah data kuantitatif diperoleh dengan alat pengumpulan data di atas, maka selanjutnya diadakan pengolahan dan analisis data, sehingga data-data yang telah ada dapat dipahami kemudian diuraikan dan diinterpretasikan melalui analisis data. Metode pengolahan data angket dilakukan dengan menjumlahkan skor jawaban dari masing-masing siswa, kemudian menjumlahkan seluruh skor jawaban dari 38 siswa yang dijadikan sampel tersebut, ini dinamakan sebagai variabel X (peranan guru). Untuk variabel Y (kenakalan remaja) diambil juga dari 38 siswa yang dijadikan SMP Dwi Putra, kemudian dijumlahkan sseluruhnya. Variabel X dan variabel Y ini akan digunakan memperoleh koefisien pengaruh antara peranan guru dan kenakalan remaja dengan menggunakan program komputer SPSS 20. Dalam pengelolahan data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :


(43)

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang berhasil di kumpulkan

2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut:

dalam sekala ini terdapat empat katagori jawaban yaitu: selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Item-item di beri skor berdasarkan jawaban yang di pilih dan jenis-jenis pertanyaan yang sesuai dengan variabel dan tidak sesuai dengan variabel. Pada penilaian ini pertanyaan yang sesuai dengan variabel X (Peran Guru) diberi nilai 4,3,2,1, sedangkan untuk pertanyaan yang tidak sesuai diberi nilai sebaliknya (1,2,3,4). Penilaian pertanyaan yang sesuai dengan variabel Y (Tingkah Kenakalan Remaja) diberi nilai 4,3,2,1, sedangkan untuk pertanyaan yang tidak sesuai diberi nilai sebaliknya (1,2,3,4).

3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil di kumpulkan

kedalam tabel yang telah di sediakan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa inferensia, yaitu teknik analisa yang dilakukan untuk menarik kesimpulan, menggeneralisasi populasi berdasarkan hasil pengujian hipotesis dari data sampel.7

1. Uji Validitas

Uji validitas untuk mengetahui tingkat kevalidan suatu instrumen yang diperoleh dari angket (kuesioner) untuk mendapatkan data tentang variabel peranan guru dan kenakalan siswa. Pengujian validitas dilakukan menggunakan program SPSS 20 dengan metode Korelasi Product Moment

dari Pearson, dengan melihat angka koefisien korelasi (r) yang menyatakan

hubungan antara skor per item dengan skor total. Dengan rumus sebagai berikut: 8

7

Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta, 2013), h. 68

8


(44)

√ | Keterangan:

rxy : Angka Indeks Korelasi “r” product Moment

N : Number of Cases

∑XY : Jumlah hasil perkalian skor X dan Y ∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berfungsi untuk meyakinkan apakah instrumen yang dipakai dapat dipercaya untuk menggali data atau tidak. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan program SPSS 20 dengan koefisien Cronbach’s

Alpha dan corrected item total correlation dengan rumusnya yaitu9:

[ ] [

Dimana, rumus Varians:

r = Realibilitas instrumen/koefisien alfa k = Banyaknya butir soal

= Jumlah varians butir = Total varians

N = Jumlah responden

9


(45)

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dimiliki peneliti berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas yang digunakan dalam perhitungan data penelitian ini menggunakan program SPSS 20 dengan

ujiLiliefors dengan rumus10:

Keterangan:

Lh = Nilai Liliefors hitung

F(z) = Peluang angka baku S(z) = Proporsi angka baku

Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, maka nilai Lh dibandingkan dengan nilai kritis L (Ltabel/ Lt)

pada taraf nyata 5% (0.05). Kriteria pengujian sampel dianggap normal jika nilai Lh lebih kecil dari Lt (Lh < Lt), dan sebaliknya sampel dianggap tidak

normal jika nilai Lh lebih besar dari Lt (Lh > Lt).

4. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel atau data yang diteliti memiliki tingkat keragaman yang sama atau berbeda. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F untuk data yang independen, dengan rumus:

Keterangan:

Fh = Nilai hitung dari uji F

10

Syofian Siregar, Ibid., h. 153

Lh= Nilai terbesar dari |F(z) S(z)|

Dimana

̅


(46)

S² = Nilai Varian dari masing-masing data

Untuk mengetahui apakah sampel memiliki tingkat keragaman yang sama atau berbeda, maka Fh dikonsultasikan ke dalam tabel nilai kritis F dengan

taraf nyata 5% (0.05). Dalam pengujian ini data dianggap homogen (keragaman sama) apabila nilai Fh lebih kecil dari Ft (Fh < Ft).

5. Uji Hipotesis

Pada uji hipotesis ini peneliti menggunakan perhitungan korelasi Product

Moment. Dimana Product Moment Correlation adalah salah satu teknik untuk

mencari korelasi antara dua variabel yang kerap kali digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson.

Rumuskorelasi Product Moment Karl Pearson, yaitu:

 



 2 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( y y N x x N y x xy N Keterangan:

rxy = koefisien korelasi variable X dengan variable Y

∑ XY = jumlah dari hasil perkalian antara skor variable X dan skor variable Y X = skor variabel X Y = skor variabel Y

Tabel 3.5 Besarnya “r” Product

Moment (rxy)

Interpretasi

0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat kolerasi, akan tetapi kolerasi itu sangat

lemah atau sangat rendah sehingga kolerasi itu

diabaikan (dianggap tidak ada kolerasi atau pengaruh antara variabel X dan variabel Y) 0,20 -0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat


(47)

kolerasi yang lemah atau rendah.

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat kolerasi yang sedang atau cukupan.

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat kolerasi yang kuat atau tinggi.

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat kolerasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

6. Perhitungan Koefisien Determinasi

Perhitungan koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dinyatakan dalam bentuk persen. Dimana rumus yang digunakan adalah rumus

Coefficient of Determisstion” atau koefisien penentu yang dalam hal ini

digunakan untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi „r’ product moment pada uji hipotesis di atas.

Rumus Coefficient of Determination yaitu: KD = r² x 100 %

Dimana:

KD = Koefisien determinasi r = Koefisien korelasi

G.

Pengujian Persyaratan Analisis Data

Pengujian persyaratan analisis merupakan bagian penting dalam metode ilmiah, diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Pada penelitian ini menggunakan skala linkert yaitu memberikan nilai 4-3-2-1 untuk pertanyaan positif dan memberikan nilai 1-2-3-4 untuk pernyataan negatif. Maka dari itu peneliti melakukan beberapa pengujian yang persyaratan analisis data untuk mendapatkan data yang akurat untuk mendapatkan hasil otentik.


(48)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengukur tingkat normalnya suatu data dalam penelitian. Adapun data yang dianggap normal adalah L hitung < L tabel. Pada penelitian ini, uji normalitas akan diproses menggunakan SPSS 20 sehingga hasilnya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Uji Normalitas Variabel X Menggunakan SPSS 20 Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Nilai angket 0,104 38 .200*

*. This is a lower bound of the true significance. didapat nilai n =

Dari tabel setelah diproses dengan SPSS, maka di atas dapat diartikan bahwa L hitung untuk variabel peranan guru dalam menanggulangi kenakalan remaja SMP Dwi Putra ciputat yaitu 0,104. Kemudian dalam jumlah respon sebanyak 38 orang maka nilai L tabel = 0,144. Maka dapat diketahui bahwa 0,104 < 0,144 (L hitung < L tabel), maka dapat disimpulkan

data berdistribusi normal.

Tabel 3.7

Hasil Uji Normalitas Variabel Y Menggunakan SPSS 20 Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Nilai angket ,113 38 .200*

*. This is a lower bound of the true significance. didapat nilai n =

Dari tabel setelah diproses dengan SPSS, maka di atas dapat diartikan bahwa L hitung untuk variabel kenakalan remaja smp dwi putra ciputat yaitu 0,113. Kemudian dalam jumlah respon sebanyak 38 orang maka nilai L tabel


(49)

= 0,144. Maka dapat diketahui bahwa 0,113< 0,144 (L hitung < L tabel), maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan atau keragaman antara dua keadaan variabel, uji homogen yang dilakukan dengan uji fisher.

Keterangan:

Fh = Nilai hitung dari uji F

S² = Nilai Varian dari masing-masing data Dik : varian variabel (X) peranan guru = 117,853

varian variabel (Y) kenankalan = 109,984 maka,

Fh = 117,853: 109,984= 1,071548206

Fh = 1,07

Dari hasil pengujian diperoleh F hitung = 1,07 sedangkan F tabel = 1,71 pada taraf signifikansi 5%. Karena F hitung (1,07) < F tabel (1,71) maka varians dari kedua variabel tersebut homogen.

H.

Hipotesis Statistika

Ho :

Ha :

̅

̅


(50)

36

A.

Deskripsi Data

1. Gambaran Umum SMP Dwi Putra

Obyek penelitian dalam penelitian skripsi ini adalah SMP Dwi Putra Ciputat. Untuk mengetahui kondisi umum secara ringkas tentang situasi sekolah tersebut, maka pada bab ini disajikan data tentang kondisi umum tentang SMP Dwi Putra Ciputat, adapun kondisi umum situasi sekolah yang dapat disajikan sebagai berikut:

a. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Dwi Putra

Keberadaan Indonesia dalam konstelasi dunia saat ini tidak lagi dibatasi oleh dimensi geografis semata. Arus informasi yang melintas tanpa batas mengakibatkan Indonesia menyatu dalam kehidupan global yang kian deras. Jumlah penduduk yang besar sampai saat ini hanyalah baru keunggulan potensi belaka. Dengan demikian pendidikan dan pemberdayaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dalam dunia global. Itulah yang melatar belakangi berdirinya SMP Dwi Putra.

SMP Dwi Putra merupakan lembaga pendidikan yang berada dalam naungan Yayasan Sosial dan pendidikan Ar-rachmat yang didirikan pada tahun 1986, oleh dua putra apak H. Achmat Nasution, yaitu DR. H. Adnan Buyung Nasution dan H. Sjamsi Buyung Nasution.

b. Visi, Misi dan Tujuan SMP Dwi Putra 1. Visi SMP Dwi Putra

a. Terdepan dalam prestasi belajar b. Terdepan dalam prestasi olahraga c. Beriman dan bertakwa


(51)

2. Misi SMP Dwi Putra

a. Menjadikan penerus generasi bangsa Indonesia yang berkualitas dalam belajar.

b.Menjadikan penerus bangsa yang sehat.

c. Menjadikan generasi bangsa Indonesia yang jujur.

3. Tujuan SMP Dwi Putra

Menyiapkan siswa yang kreatif, handal, trampil, disiplin, dan mampu mengembangkan diri dalam rangka meningkatan kualitas sumber daya manusia.

c. Guru Dan Tenaga Kependidikan

Salah satu komponen terpenting pada sebuah instansi pendidikan adalah guru. Baik tidaknya kualitas pembelajaran sangat di pengaruhi oleh kemampuan profesional seorang guru, karena guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor dalam proses pembelajaran. Sedangkan jumlah tenaga pendidik di SMP Dwi Putra berjumlah 16 orang termasuk kepala sekolah, wakil kepala sekolah kesiswaan, wakil kepala sekolah kurikulum, dan 13 orang guru seperti pada table berikut ini.

Tabel 4.1

Data Guru SMP Dwi Putra

No Nama TTL Pend Mapel Jabatan

1 Drs. Fuad Gagarin Siregar, MM

Medan, 31-07-1964

S2 Ekonomi Kepsek 2 Maesuroh, S. Ag Tangerang,

12-04-1974

S1 PKN Wakasek

3 Burhan, HS Jakarta,

27-08-1958

S1 KTK GP,

P.OS 4 Hassanudin, S. Ag Riau,

13-08-1966

S1 Agama GP

5 Drs. Ballen Raseng Boelerno, 02-07-1952

S1 Sejarah WK

6 Ir. Titik Puji Lestari

Grobogan, 05-06-1968

S1 Fisika WK

7 Sadini, SE Madiun,

21-11-1961

S1 Geografi BK


(52)

31-12-1973 9 Inung Idawati, SE Wonogiri,

22-10-1978

S1 Sejarah & Geografi

10 Suyitno, SE Kendal,

08-08-1981

S1 TIK WK, GP

11 Joni Wibowo Jakarta,

23-06-1980

S1 Bhs. Indonesia

WK, GP, BP 12 Ir. Nurul Qoriyati Tangerang,

14-03-1977

S1 Matemati ka

GP

13 Nurma Yunita Tangerang,

03-03-1989

S1 Bahasa Inggris

14 Nurlaila Tangerang,

06-07-1984

S1 TU

Keuanga n

15 Nurhayati Banda

Aceh, 12-07-162

S1 Ka.

Perpusta kaan

16 Mardi Tangerang,

01-03-1987

S1 TU

Administ rasi

d. Siswa

Jumlah siswa SMP Dwi Putra pada tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 185 siswa/i dengan rincian:

Kelas VII A : 33 siswa/i Kelas VII B : 34 siswa/i Kelas VIII A : 38 siswa/i Kelas VIII B : 40 siswa/i Kelas IX : 40 siswa/i

Tabel (lampiran 1) e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan sesuatu yang diadakan oleh sekelompok manusia atau alat penunjang proses pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara berarti dan optimal bagi jalannya proses 40 pendidikan. Adapun sarana dan prasarana di SMP Dwi Putra, dilihat table dibawah ini:


(53)

Tabel 4.2

Sarana dan Prasarana

No Deskripsi Jumlah Keterangan

1 Ruang kelas 9 Baik

2 Komputer 2 Baik

3 Ruang perpustakaan 1 Baik

4 Ruang kepala sekolah 1 Baik

5 Ruang yayasan 1 Baik

6 Ruang guru 1 Baik

7 Ruang tu 1 Baik

8 Papan tulis 9 Baik

9 Ruang osis 1 Sedang

10 Lab computer 1 Baik

11 Telepon 2 Baik

12 Masjid 1 Baik

13 Toilet guru 1 Sedang

14 Toilet siswa 1 Sedang

15 Ruang bp 1 Rusak

16 Ruang keterampilan 1 Rusak

17 Gudang 1 Sedang

Keadaan sarana dan prasarana SMP Dwi Putra bisa dikatakan belum memadai untuk melaksanakan proses belajara mengajar. Seperti ruangan perpustakaan yang rusak, sehingga menunda proses peminjaman buku atau sebagai referensi siswa untuk membaca. Begitu juga dengan toilet siswa yang belum memadai bila disesuaikan dengan jumlah siswa. Dua toilet untuk 254 siswa, dan lebih parah lagi toilet siswa itu dalam keadaan sedikit rusak, teruama dalam masalah air yang sering macet (tidak mengalir), sehingga mengganggu kenyamanan para siswa dalam memasuki toilet tersebut. Menurut akreditasi idealnya 1 kelas disediakan 1 toilet. Berarti bila di SMP Dwi Putra mempunyai 8 rombongan belajar, idealnya ada 8 toilet. Hal ini seharusnya tidak terjadi untuk sarana dan prasarana pun harus diperhatikan guna menunjang kelancaran proses pembelajaran.


(54)

2. Deskripsi Varaibel Penelitian

Penelitian ini mengambil satu variabel bebas (X) yaitu Peranan Guru yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat (Y) yaitu kenakalan siswa di SMP Dwi Putra Ciputat. Penelitian ini mendeskripsikan dan menguji hubungan dari variabel bebas dan terikat. Pada bagian ini disajikan deskripsi data dari masing-masing variabel berdasarkan data yang diperoleh dilapangan.

Penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sample menggunakan simple random sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana). Adapun peneliti dalam teknik ini hanya mengambil 48 % dari populasi yang terjangkau yakni 38 siswa/i dengan menggunakan angket yang masing-masing variabel terdiri dari 30 item pertanyaan dalam bentuk 4 pilihan jawaban dengan menggunakan skala likert.

Data yang diperoleh dilapangan disajikan dalam bentuk deskripsi dari data masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Analisis data yang dimaksud untuk menyajikan data tersebut meliputi Mean

(M), Median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (SD). Tabel distribusi frekuensi dan histogram dari frekuensi untuk setiap variabel ikut disajikan pula.

Deskripsi dari masing-masing variabel dapat dilihat secara rinci dalam uraian berikut:

a. Variabel Peranan Guru

Guru merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses pendidikan, sehingga peranan guru bukan hanya mengajar atau mentransfer ilmu kepada siswa/i saja tetapi juga berperan dalam pembentukan kepribadian siswa/i. Peranan guru dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan pendapat responden yang berhubungan dengan peranan guru sebagai fasilitator, demonstrator, mediator, motivator dan evaluator


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Peranan guru bimbingan konseling dalam menanggulangi perilaku menyimpang siswa di SMP Muhammadiyah 44 Pamulang

2 6 95

UPAYA GURU MATA PELAJARAN AKHLAK DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN Upaya Guru Mata Pelajaran Akhlak Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di Smp Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 1 16

UPAYA GURU MATA PELAJARAN AKHLAK DALAM MMENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI SMP Upaya Guru Mata Pelajaran Akhlak Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di Smp Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 1 19

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMK Muhammadiyah Kartasura.

0 1 15

PENDAHULUAN Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMK Muhammadiyah Kartasura.

1 2 17

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMK Muhammadiyah Kartasura.

0 2 16

PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI BOYOLALI Peran Pendidikan Karakter Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di Smp Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 14

PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI BOYOLALI Peran Pendidikan Karakter Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di Smp Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 13

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Di Desa Kedunglengkong, Simo, Boyolali.

0 1 15

STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF GURU PAI DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI SMK BRAWIJAYA KEPUNG KEDIRI

0 0 22