BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENGARUH MANAJEMEN KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU TERHADAP SIKAP AKADEMIK SISWA PADA MTs MUHAMMADIYAH SRUMBUNG DAN MTs MA’ARIF TEGALRANDU KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 - Test Repository
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan
1
bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Madrasah merupakan bagian dari lembaga pendidikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspek tersebut di atas. Terwujudnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya madrasah merupakan tujuan yang tidak bisa ditawar lagi bagi bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan output serta produk pendidikan yang mampu bersaing di tengah globalisasi
2 yang berkembang pesat dewasa ini.
Upaya mewujudkan madrasah yang mampu membentuk insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif, kepala madrasah sebagai pimpinan di madrasah merupakan salah satu faktor penyumbang keberhasilan upaya penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Keberhasilan kepala madrasah dalam 1 2 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 Kementrian Agama, Implementasi Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah,
Semarang: Mapenda Kanwil Jateng, 2012, 1.
2
meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah tidak terlepas dari kompetensi dan kemampuannya sebagai kepala madrasah. Dalam Permendiknas No. 13 tahun 2007 dinyatakan bahwa kepala sekolah/madrasah diharapkan memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Pada kenyataannya, tidak semua kepala sekolah/madrasah menguasai seluruh kompetensi secara utuh. Terdapat kecenderungan kepala sekolah/madrasah
3
menguasai beberapa kompetensi saja.Selain kepala madrasah salah satu komponen utama dalam pendidikan adalah guru. Dalam Islam guru dikenal dengan al-
mu’alim atau ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis
taklim (tempat memperoleh ilmu). Dengan demikian, al-
mu’alim atau al-ustadz , dalam hal ini juga mempunyai pengertian orang yang
mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia. Pengertian guru kemudian menjadi sangat luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniyah. Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspek, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal
4 maupun aspek lainnya. 3 Kementrian Pendidikan Nasional, Panduan Diklat Calon Kepala Sekolah IN-2, Karanganyar: LPPKS, 2012, 1. 4 Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat, 2005, 12.
Kepala madrasah dan guru merupakan sumber daya manusia yang mempunyai kedudukan yang strategis dalam upaya memberdayakan seluruh potensi sekolah. Dengan demikian kemampuan manajerial kepala madrasah yang efektif sangat diperlukan dan juga kinerja guru yang tinggi sangat diperlukan. Harapannya agar tercipta iklim kerja yang kondusif. Jika iklim madrasah sudah kondusif maka kegiatan belajar mengajar akan selalu ada kesiapan lahir dan batin sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, sehingga pretasi akademik siswa dapat tercapai.
Dengan melihat kondisi madrasah sebelumnya bahwa ditemukan adanya sikap siswa terhadap kepala madrasah maupun guru yang kurang menghargai. Diantaranya ada beberapa guru yang kurang dihargai oleh siswa misalnya pada waktu pelajaran siswa satu per satu ijin keluar dengan alasan mau ke kamar kecil namun tidak kembali ke kelas, belum waktunya istirahat sudah minta istirahat, setiap pergantian jam pelajaran siswa-siswa sudah keluar semua ketika guru masuk tidak ada siswa satupun di dalam kelas, disiplinnya kepala madrasah dengan guru (sewaktu guru terlambat tidak dibukakan pintu kantornya. Dengan adanya sikap tersebut akan sangat mengganggu KBM, terutama pada sikap siswa terhadap guru dan kepala madrasah sehingga anak kurang berminat terhadap pelajarannya, sehingga siswa ketinggalan pelajaran.
4
Dari uraian di atas peneliti ingin menggali informasi bagaimana pengaruh efektifitas manajemen kepala madrasah dan kinerja guru terhadap sikap akademik siswa pada MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Peran manajemen kepala madrasah dan kinerja tenaga pendidik dalam pengelolaan institusi pendidikan sangatlah penting dalam mencapai prestasi akademik siswa, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mencoba meneliti tentang “pengaruh manajemen kepala madrasah dan kinerja guru terhadap sikap akademik siswa pada MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Tahun 2015.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan pokok penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh manajemen kepala madrasah terhadap sikap akademik siswa di MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif
Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang? 2. Bagaimanakah pengaruh kinerja guru terhadap sikap akademik siswa di MTs Muhammadiyah Srumbung dan
MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ?
3. Bagaimana pengaruh manajemen kepala madrasah dan kinerja guru terhadap sikap akademik siswa MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs
Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang? C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut 1.
Untuk mengetahui pengaruh manajemen kepala madrasah dan kinerja guru di MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten
Ma’arif Magelang .
2. Untuk mengetahui pengaruh manajemen kepala madrasah terhadap sikap akademik siswa di MTs Muhammadiyah Srumbung dan
MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang 3. Untuk mengetahui pengaruh manajemen kepala madrasah dan kinerja guru terhadap sikap akademik siswa MTs
Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.
D. Kegunaan Penelitian 1.
Kegunaan Teoritis a.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berhubungan
6
dengan manajemen kepala madrasah dan kinerja guru serta pengaruhnya terhadap sikap akademik siswa.
b.
Menjadikan bahan masukan untuk perbaikan dalam system pembelajaran khususnya dalam penerapan manajemen pengelolaan sekolah atau Madrasah Tsanawiyah 2. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu perbaikan sistem pengelolaan pendidikan, khususnya dalam manajemen pengelolaan institusi pendidikan khususnya di Madrasah Tsanawiyah.
E. Kajian Pustaka
Padma Hadi dalam tesis pascasarjana STIE Widya Wiwaha tentang Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Terhadap Peningkatan Kompetensi Guru di SMP Negeri
1 Borobudur Kabupaten Magelang tahun 2012, menyimpulkan bahwa
kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kompetensi guru. Hal ini dibuktikan dengan uji determinasi, yang membuktikan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh besar 76,9% terhadap
5 peningkatan kompetensi guru.
Jurnal ilmiah tentang Pengaruh Efektifitas Kepemimpinan
Manajerial Kepala Sekolah dan Kompensasi terhadap Kinerja Guru
menyimpulkan bahwa Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinannya sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kamajuan sekolah. Pada saat menjadi guru tugas pokoknya adalah mengajar dan membimbing siswa untuk mempelajari mata pelajaran tertentu sedangkan Kepala Sekolah bertugas pokoknya adalah “ memimpin “ dan “mengelola” guru beserta stafnya untuk bekerja sebaik-baiknya demi mencapai tujuan
6 sekolah.
Umaedi jurnal pendidikan April 1999 menyimpulkan bahwa Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang yang mewakili berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat sekolah dan secara profesional harus terlibat dalam setiap proses perubahan di sekolah melalui penerapan prinsip
- – prinsip pengelolaan kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan di dalam sekolah itu sendiri maupun sekolah lain. Di samping itu, 5 Padma Hadi, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap
Peningkatan Kompetensi Guru di SMP Negeri 1 Borobudur Kabupaten Magelang tahun 2012 ( Tesis Pascasarjana: STIE Widya Wiwaha Yogyakarta, 2012). 6 Ilmiahpertanian
akses 25 maret 2015
8
seorang pemimpin harus mampu menjalankan fungsinya sebagai pemimpin. Hal ini ditunjukan dengan mampu menempatkan gaya dan perilaku kepemimpinannya, apabila seorang pemimpin berlaku
7 seenaknya malah bisa menurunkan kreativitas anggotanya.
Siti Wasiyatun dalam Jurnal Kependidikan berjudul Pengaruh
Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Mutu Mengajar Guru , menyimpulkan bahwa supervisi akademik
kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu mengajar guru. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan nilai koofisien regresi sebesar 0,580 dan nilai t hitung sebesar 7,063
8
dengan tingkat signifikan 0,000 ≤ 0,05.
Suratno dalam Jurnal kependidikan berjudul Peningkatan
Kinerja Kepala Sekolah Melalui Kegiatan Supervisi Manajerial Pengawas Secara Kolaboratif Pada kepala SMP di Daerah Binaan Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015 menyimpulkan
bahwa melalui supervisi manajerial dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan kinerja kepala sekolah. Berdasarkan penelitian ini, kenaikan kinerja kepala sekolah melalui bimbingan dan pembinaan selama dua bulan mencapai 1,1%, dengan supervisi yang
7 8 Umaedi, Jurnal Pendidikan, April 1999 Siti Wasiyatun, Avicena Jurnal kependidikan, Magelang: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Magelang, 2014.
dilaksanakan pengawas akan menambah motivasi dan semangat kerja kepala sekolah dalam melaksanakan tugas.
9 Dari penelitian yang ada kebanyakan mengungkap manajemen
kepemimpinan dan kinerja guru hanya pada satu lembaga, dalam hal ini penulis memilih dua lokasi untuk komparatif dengan judul pengaruh manajemen kepala madrasah dan kinerja guru terhadap sikap akademik siswa pada MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang tahun 2015.
F. KERANGKA PIKIR 1.
Manajemen Kepala Madrasah (X
1 ) Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi.
Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesioanal dituntun oleh suatu kode etik. Dalam proses manajemen terlibat fungsi- 9 Suratno, Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: Himpunan Pembina Bahasa
Indonesia, 2015
10
fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organization),
10 pemimpinan (leading), pengawasan (controlling).
Kepala madrasah dapat didefinisikan sebagai tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepemimpinan kepala madrasah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Kepala madrasah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi madrasah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan
11 pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Manajemen Kepala Madrasah adalah pemimpin madrasah yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan dan perannya sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator untuk meningkatkan
12 profesionalisme guru.
2. )
2 Kinerja guru (X 10 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004, 1. 11 12 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, 25.
Maisah, Manajemen Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press Group, 2013, 67.
Kinerja seorang guru dikatakan baik jika guru telah melakukan seluruh aktivitas yang ditunjukkan dalam tanggung jawabnya untuk mendidik, mengajar, mengarahkan dan memandu peserta didik dalam rangka menggiring perkembangan peserta didik kearah kedewasaan mental-spritual maupun fisik biologis.
Pengertian guru yang baik lebih bersifat sebagai kemampuan personal seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan pengajaran. Standar kompetensi guru yang harus di miliki seorang guru dipilah dalam tiga komponen yang saling kait mengkait, yakni pengelolaan pembelajaran,
13 pengembangan profesi, penguasaan akademik.
Kinerja guru dapat direalisasikan melalui prestasi kerja atau pencapaian hasil kerja yang dicapai guru atau kompetensi, yaitu (1) Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; (2) Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap berakhlak mulia, arif dan berwibawa dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik;
(3) Professional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam dan; (4) Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan 13 berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat, 2005, 93
12
guru, orang tua wali, peserta didik dan masyarakat sekitar (pasal 8,
14 UUGD 14/2005). Kinerja guru juga merupakan faktor penentu dalam mendukung sikap akademik siswa.
3. Sikap Akademik Siswa (Y) Sikap (attitude) suatu bentuk evaluasi atau reaksi
15
perasaan. Sikap merupakan kecenderungan pembelajaran untuk memilih sesuatu. Efek sikap ini dapat diamati dalam reaksi pembelajaran (positif atau negatif). Sikap juga merupakan salah satu dari enam faktor yang memotivasi belajar. Sikap dalam hal ini adalah suatu kombinasi, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam posisi untuk merespon orang, kelompok, peristiwa, atau obyek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan .Sikap adalah sebuah trait yang selain aktif mempelajarinya, tetapi telah ditampilkan dengan perubahan tingkah laku yang sesuai. Biasanya sikap memerlukan bakat, minat, dan aktif yang merubah prilaku. Sedangkan menurut Chaplin mengemukakan bahwa prestasi akademik adalah suatu keberhasilan yang khusus
16 dari seseorang dalam melaksanakan tugas akademik.
14 Kusnandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007,
54. 15 16 Saifudin Azwar, Sikap Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015, 5.Yul Iskandar, Bakat Minat, Sikap dan Personality MMPI-Dg, Jakarta: Yayasan Darma Graha. 2004, 9.
Akademi (bahasa yunani: Akademia) adalah suatu institusi pendidikan tinggi, penelitian, atau keanggotaan kehormatan. Nama ini berasal dari sekolah filsafat prato yang didirikan pada sekitar tahun 385 SM di Akademia, sebuah tempat suci Athena, dewi kebijaksanaan dan kemampuan, di seberah utara Athena, yunani. Di dunia barat, akademia adalah istilah yang umum digunakan
17 untuk institusi pendidikan tinggi secara kolektif.
The Attitude Academy provides corporate-style attitude and
motivational coaching specifically for 13 to 18 year-olds in school.
It is well understood in business that employee attitudes are key to
successful performance. It is also absolutely clear that the present
education system fails to equip young people with the skills to meet
either business or social requirements in this area. This results in
cost to businesses that find it necessary to provide training; and
direct and rising costs to society evidenced by unprecedented rates
of youth unemployment and crime. Our solution to these key issues
in business and society is to provide cost effective attitude and
motivational coaching aimed at 13-18 year olds, while they are
18 still in school.
Leaders should be a key source of ethical guidance for
employees. Yet, little empirical research focuses on an ethical
dimension of leadership. We propose social learning theory as a
theoretical basis for understanding ethical leadership and offer a
constitutive definition of the ethical leadership construct. In seven
interlocking studies, we investigate the viability and importance of
this construct. We develop and test a new instrument to measure
ethical leadership, examine the proposed connections of ethical
leadership with other constructs in a nomological network, and
demonstrate its predictive validity for important employee
17outcomes. Specifically, ethical leadership is related to
18https://www.linkedin.com/company/the-attitude-academy
14
consideration behavior, honesty, trust in the leader, interactional
fairness, socialized charismatic leadership (as measured by the
idealized influence dimension of transformational leadership), and
abusive supervision, but is not subsumed by any of these. Finally,
ethical leadership predicts outcomes such as perceived
effectiveness of leaders, followers’ job satisfaction and dedication,
19 and their willingness to report problems to management.
Yang artinya bahwa sikap akademik memberikan sikap dan pelatihan motivasi khusus untuk 13 sampai 18 tahun di sekolah.
Hal ini juga dipahami dalam bisnis yang sikap akademik merupakan kunci untuk kinerja yang sukses. Hal ini juga benar- benar jelas bahwa sistem pendidikan saat ini gagal untuk memperlengkapi orang-orang muda dengan keterampilan untuk memenuhi bisnis atau persyaratan sosial di daerah ini. Hal ini menyebabkan biaya untuk bisnis yang merasa perlu untuk memberikan pelatihan; dan langsung dan meningkatnya biaya kepada masyarakat dibuktikan dengan tingkat belum pernah terjadi sebelumnya dari pengangguran kaum muda dan kejahatan. Solusi kami untuk isu-isu kunci dalam bisnis dan masyarakat adalah untuk memberikan biaya yang efektif dan sikap pembinaan motivasi yang ditujukan untuk anak usia 13-18 tahun, sementara mereka masih di sekolah
19
Pemimpin harus menjadi sumber utama bimbingan etis bagi karyawan. Namun, penelitian empiris kecil berfokus pada dimensi etika kepemimpinan. Kami mengusulkan teori pembelajaran sosial sebagai dasar teoritis untuk memahami kepemimpinan etis dan menawarkan definisi konstitutif konstruk kepemimpinan etis. Dalam tujuh studi saling, kami menyelidiki kelangsungan hidup dan pentingnya membangun ini. Kami mengembangkan dan menguji instrumen baru untuk mengukur kepemimpinan etis, memeriksa koneksi diusulkan kepemimpinan etis dengan konstruksi lain dalam jaringan nomological, dan menunjukkan validitas prediktif untuk hasil kerja yang penting.
Secara khusus, kepemimpinan etis berkaitan dengan perilaku pertimbangan, kejujuran, kepercayaan pemimpin, keadilan interaksional, disosialisasikan kepemimpinan karismatik (yang diukur dengan dimensi pengaruh ideal dari kepemimpinan transformasional), dan pengawasan kasar, tapi tidak dimasukkan oleh semua ini. Akhirnya, kepemimpinan etis memprediksi hasil seperti efektivitas dirasakan pemimpin, kepuasan kerja pengikut 'dan dedikasi, dan kesediaan mereka untuk melaporkan masalah manajemen.
20
Sikap akademik antara !ain: a.Keingintahuan b. Kritis c. 20 Terbuka
Blogspot.com/2012/06/etika dan etika akademika. html
16
d.
Obyektif e. Tekun dan Konsisten
f. Berani mempertahankan kebenaran g.
Berpandangan kedepan h. lndependent i. Kreatif
Hipotesa uraian di atas bahwa Manajemen Kepala Madrasah dan Kinerja Guru berhubungan dengan Sikap Akademik Siswa.
X 1
ry x
1
2 Y
R y.x
1 .x
2 X 2
ry x
2 Keterangan :
X
1 : Manajemen Kepala Madrasah
X
2 : Kinerja Guru
Y : Sikap Akademik Siswa
G. Metode Penelitian 1.
Operasional Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen
(variabel bebas) yang terdiri dari variabel majemen kepala madrasah (X
1 ), variabel kinerja guru (X 2 ) dan variabel dependen (variabel terikat)
yaitu sikap akademik (Y). Variabel ini merupakan terjemahan yang masih memiliki pengertian yang bersifat umum. Oleh karena itu, supaya penelitian mempunyai batas pengertian yang jelas dan mudah diukur, maka perlu dijabarkan arti setiap variabel ke dalam suatu definisi operasional. Kemudian definisi operasional bertujuan untuk menjelaskan makna variable yang sedang di teliti. Menurut Masri.S yang dikutip dalam bukunya Riduan memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variable, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variable. Dapat disimpulkan bahwa definisi operasional itu harus bisa diukur dan spesifik serta bisa dipahami orang lain, adapun definisi operasional adalah sebagai berikut : a.
1 ) adalah pemimpin madrasah yang
Manajemen Kepala Madrasah (X bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan dan perannya
18
sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator untuk meningkatkan profesionalisme guru b.
Kinerja guru (X
2 ) adalah merupakan tingkat professional dalam proses
belajar mengajar selama periode tertentu yang diwujudkan melalui pedagogik, kepribadian, professional dan sosial (undang-undang guru dan dosen no : 14 tahun 2005).
c.
Sikap akademik siswa (Y) adalah sikap yang dipersiapkan untuk melakukan suatu tindakan. Sikap akademik antara !ain: Keingintahuan, Kritis, Terbuka, Obyektif, Tekun dan Konslsten,Berani mempertahankan kebenaran, Berpandangan kedepan, lndependent, Kreatif
2. Desain Instrumen Penelitian
Pengembangan alat pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mengacu kepada variabel yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti mencakup manajemen kepala madrasah, kinerja guru dan sikap akademik. Oleh karena itu ditetapkan alat pengumpul data yang relevan dengan fokus permasalahan
Alat pengumpul data dikembangkan dengan angket yang berbentuk skala likert dengan alternative jawaban untuk masing-masing variabel dan diberikan skor sebagai berikut: sangat baik, baik, kurang baik, tidak baik, sangat tidak baik.
Responden guru dipersilahkan untuk menjawab pernyataan dan pernyataan yang diajukan dalam kuesioner sesuai dengan keadaan mengenai variabel manajemen kepala madrasah (X
1 ), variabel kinerja
guru (X
2 ), variabel dependen (variabel terikat) yaitu sikap akademik (Y)
di MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Tahun 2015.
H.
Kisi-kisi Instrumen Penelitian 1.
Manajemen kepala madrasah (X
1 )
Data yang dihasilkan dari persebaran angket berskala pengukuran ordinal mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala likert dengan kisaran secara kontinus 1-5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut:
1 = sangat baik, 2 = baik, 3 = kurang baik, 4 = tidak baik, 5 = sangat tidak baik.
Variabel Definisi Operasional Dimensi Indikator
Manajemen Kepala
Madrasah Manajemen kepala madrasah adalah pemimpin madrasah yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan madrasah
Educator 1.
Kepala sekolah mampu meningkatkan profesionalisme guru 2.
Kepala sekolah mampu meningkatkan kemampuan guru tentang pembelajaran
20
3.
Kepala sekolah mampu meningkatkan keterampilan guru tentang pembelajaran
4.
Kepala sekolah memotivasi guru dan siswa untuk disiplin dalam belajar dan bekerja serta berprestasi5.
Kepala sekolah dapat membina kepribadian guru6.
Kepala sekolah dapat membina moral guru7.
Kepala sekolah dapat membina perilaku guru8.
Manajer Kepala sekolah
dapat memimpin realisasi program pendidikan sekolah
9.
Kepala sekolah dapat memimpin realisasi program pengembangan sarana dan prasarana sekolah10. Kepala sekolah dapat memimpin realisasi program pengembangan guru di sekolah
11. Kepala sekolah dapat memimpin realisasi program pengembangan fasilitas sekolah
12. Kepala
Administrator
sekolah dapat mengadministrasi kan kurikulum
13. Kepala sekolah dapat mengadministrasi kan keuangan
14
Kepala sekolah dapat mengadministra sikan fasilitas sekolah bersama guru dan staf yang terkait15 Kepala sekolah dapat mengadministrasi kan guru murid, dan staf sekolah lainnya bersama guru dan staf yang terkait
16
Supervisor Kepala sekolah dapat melakukan supervise klinis kepala guru
17
Kepala sekolah mampu melakukan memotivasi guru di sekolah
18
Leader Kepala sekolah mampu menunjukkan kepribadian yang patut diteladani oleh guru dan staf
19
Kepala sekolah memiliki keahlian dasar dalam memimpin sekolah
20
Kepala sekolah memiliki pengetahuan tentang administrasi dan pengawasan22 sekolah
21 Inovator Kepala sekolah mampu bekerja secara kreatif
22 Kepala sekolah mampu bekerja secara objektif
Motivator
23 Kepala sekolah
dapat memotivasi guru dalam bekerja melalui pengaturan lingkungan fisik kelas dan sekolah
24 Kepala sekolah mampu melakukan motivasi guru dalam upaya peningkatan hasil akademik siswa
25 Kepala sekolah dapat mengevaluasi guru dalam bekerja 2. 2 )
Variabel kinerja guru (X Data yang dihasilkan dari persebaran angket berskala pengukuran ordinal mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala likert dengan kisaran secara kontinus 1-5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut:
1 = sangat baik, 2 = baik, 3 = kurang baik, 4 = tidak baik, 5 = sangat tidak baik.
Variabel Definisi Dimensi Indikator
Operasional1
2
3
4 1. Kinerja Guru (X
1 ) Merupakan Pedagogik Guru memahami dengan baik ciri-
proses kerja yang
ciri peserta didik
dicapai guru atau kompetensi yang diwujudkan 2.
Guru memahami potensi-potensi anak didik 3. Guru menguasai berbagai model dan strategi pembelajaran
4. Guru menguasai cara menerapkan
ICT dalam PBM 5. Guru menguasai bahasa Indonesia yang baik sebagai medium of instruction yang efektif
6. Guru menguasai pendekatan pedagogic dalam permasalahan pembelajaran 7. Guru merancang PBM yang komprehensif 8. Guru menilai kemajuan belajar peserta didik secara total
9. Guru membimbing anak bila menghadapi persoalan dalam pembelajaran
24
10. Guru menguasai prinsip dan proses PBM 11.
Kepribadian Guru memiliki
komitmen dan kemauan tinggi dalam melakukan tugasnya sebagai guru professional
12. Guru memiliki rasa kasih saying kepada peserta didik tanpa membeda- bedakan
13. Guru memiliki rasa tanggung jawab yang kokoh dalam melaksanakan fungsinya sebagai guru 14.
Professional Guru menguasai
substansi atau materi atau isi teaching subjects atau mata pelajaran yang menjadi bidang keahlian 15. Guru menguasai learning quipment dan learning resources yang diperlukan dalam proses belajar mengajar
16. Guru menguasai bagaimana mengolah learning resources dari lingkungan hidup sehingga dapat dipergunakan untuk mendukung proses pembelajaran
17. Guru menguasai bagaimana menerapkan teknologi informasi dalam upaya meningkatkan efektivitas belajar anak 18. Guru menguasai bagaimana menyusun rencana pelajaran yang mengemas isi, media teknologi dan values dalam setiap proses pembelajaran.
19. Sosial Guru memahami berbagai faktor yang berpengaruh dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung PBM
20. Guru mengerti berbagai faktor sosial-kultural dan ekonomi yang berpengaruh terhadap proses pendidikan peserta didik.
21. Guru memahami pentingnya hubungan antara sekolah dengan orang tua dan tokoh masyarakat yang berpengaruh terhadap proses pendidikan anak
26 di sekolah 22. Guru mengerti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan dijunjung tinggi oleh masyarakat
23. Guru menguasai dan memahami perubahan- perubahan akibat dampak globalisasi
24. Guru menguasai dan memahami perubahan- perubahan akibat dampak globalisasi
25. Guru cepat tanggap terhadap situasi lingkungan sekitar 3.
Sikap akademik (Y) Data yang dihasilkan dari persebaran angket berskala pengukuran ordinal mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala likert dengan kisaran secara kontinus 1-5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut:
1 = sangat baik, 2 = baik, 3 = kurang baik, 4 = tidak baik, 5 = sangat tidak baik.
Variabel Definisi Dimensi Indikator
Operasional
1
2
3
4 Sikap Sikap yang keingintahuan 1. Siswa selalu meliputi aktif dalam akademik Keingintahuan, mengikuti kritis, terbuka, proses obyektif, tekun pembelajaran. dan konsisten berani mempertahankan kebenaran, berpandangan ke depan, independen, obyektif, kreatif
2. Siswa menujukan sikap bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan.
3. Siswa selalu berusaha ingin tahu dalam menerima pelajaran. Kritis 4.
Siswa kritis dalam menerima dan memecahkan masalah pelajaran.
5. Siswa kritis berusaha mengadakan Tanya jawab dengan guru bila belum jelas. Terbuka 6.
Siswa memiliki
28
tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas guru.
7. Siswa bersikap lapang dada terhadap guru dan teman dalam menerima pelajaran.
8. Siswa terbuka dan saling memaafkan apabila melakukan kesalahan. Obyektif 9.
Siswa menunjukan rasa senang sikap senang
10. Siswa tidak membeda- bedakan antara guru satu dengan guru yang lain.
11. Siswa bersaha untuk mendapatkan nilai yang bagus dari semua pelajaran yang diterimanya. Tekun dan 12.
Siswa tekun konsisten belajar disekolah maupun dirumah.
13. Siswa selalu konsiten terhadap tugas yang diterima dengan penuh tanggung jawab. Berani 14.
Jujur dalam mempertahankan perkataan. kebenaran 15.
Jujur dalam perbuatan. Berpandangan 16.
Siswa rajin berkunjung ke depan keperpustaka an untuk menambah wawasan.
17. Siswa rajin mencari informasi lewat beberapa media untuk meningakan pengetahuan.
18. Siswa memiliki tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas 19. Siswa mampu mempersiapk an prestasi untuk melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi.
30
Independen 20.
Siswa tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar yang tidak mendukung.
21. Mandiri tidak selalu menggantun gkan temannya.
22. Selalu percaya diri terhadap kemapuan yang dimilikinya. Kreatif 23.
Berani memberikan usul-usul bagus demi peningkatan siswa dan guru.
24. Mengadakan kegiatan lomba untuk semua kelas.
25. Berani menemukan cara baru dam pemecahan masalah tanpa melanggar etika.
3. Populasi dan Sampel Penelitian a.
Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil
21 akhir suatu kesimpulan.
b.
Sampel
22 Arikunto mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi.
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Untuk sekedar ancer- ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih 4.
Pengembangan Instrumen penelitian a.
Teknik Pengumpulan Data 1)
Dokumentasi 2)
Angket Angket diberikan kepada responden yang dari yaitu guru MTs Muhammadiyah Srumbung dan
MTs Ma’arif 21 Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. 22 Sukardi, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm. 53 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 117
32
b.
Menguji Validitas Untuk menguji validitas menggunakan rumus korelasi product moment, sebagai berikut : c.
Menguji Reliabilitas untuk uji reliabilitas dengan menggunakan teknik belah dua kelompok ganjil dan genap, hasilnya dikorelasikan dengan rumus product moment, kemudian dilanjutkan dengan rumus Spearman Brown sebagai berikut
23
:
11=
2 1+
5. Analisis Data
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regression. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya pengaruh dan kontribusi variabel X
1
dan X
2
terhadap Y. Analisis ini untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan manajemen kepala madrasah (X
1 ), kinerja guru (X 2 ), terhadap sikap akademik (Y) di MTs
23 Madyo Ekosusilo, Materi Kuliah Evaluasi Pendidikan, 2013, slide 61
Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Tahun 2015.
I. Sistematika Pembahasan
Bab I, Pendahuluan berisi tentang pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritik, dan sistematika pembahasan.
Bab II, Landasan teoritis yang membahas beberapa kajian yang sifatnya teoritis yang mengandung tema sentral. Pada sub bab pertama dibahas tentang manajemen kepala madrasah, sub bab kedua membahas kinerja guru, sub bab sikap akademik siswa.
Bab
III, Profil Madrasah berisi gambaran umum MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. (1) letak geografis (2) sejarah berdirinya madrasah, dan (3) visi dan misi madrasah. Kedua memaparkan kondisi objektif, (1) struktur organisasi sekolah dan pembagian tugas, (2) keadaan guru, karyawan dan siswa (3) sarana dan prasarana.
Bab IV, berisi analisis manajemen di MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, dibagi dalam tiga sub pembahasan, yaitu, (1) Pengaruh manajemen kepala madrasah terhadap sikap akademik siswa di MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif
34
Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, (2) Pengaruh kinerja guru terhadap sikap akademik siswa di MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, (3) Pengaruh manajemen kepala madrasah dan kinerja guru madrasah terhadap sikap akademik siswa MTs Muhammadiyah Srumbung dan MTs Ma’arif Tegalrandu Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang
Bab V, merupakan bagian akhir dari pembahasan berupa penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran teoritis maupun praktis. Bagian akhir memuat Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran, Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian, Daftar Riwayat Hidup.
BAB II Landasan Teori A. Manajemen Kepala Madrasah Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai
suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama.
Dikatakan kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara- cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para professional
24 dituntun oleh suatu kode etik.
Manajemen Ilmu pengetahuan yang mendalami masalah
25 managemen . Organisasi pengelolaan terutama pengelolaan
perusahaan. Manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Manajemen pendidikan Islam menurut Ramayulius yang dikutip oleh Maisah adalah suatu proses pemanfaatan semua 24 sumber daya yang dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan atau 25 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2004, 1.
Enskilopedia Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. H. 2123
36
lainnya, sebagai perangkat keras atau lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan
26 kesejahteraan baik dunia maupun akhirat.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pemimpin, yaitu: perencanaan (Planning), Pengorganisasian (organizing), pemimpinan
27 (leading), dan pengawasan (controlling).
Kepemimpinan merupakan kemampuan dan ketrampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Pada firman Allah S.W.T surat al-Baqarah ayat 247 seorang pemimpin harus berilmu pengetahuan sebagaimana surat al-Baqarah berikut :
ىلص
ىتؤي للهاً مسجلاً ملعلا ىف تطسب هدازً مكيلع وفطصا َللها َنِّإ
: ةرقبلا ( ميلع عساً للهاً ءاشي نم وكلم
ج ) .
Artinya : “… Sesungguhnya Allah telah memilihnya (Thalud) menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa. Allah memberikan pemerintahan kepada
26 27 Maisah, Manajemen Pendidikan, Ciputat: Gaung Persada, 2013, 5.
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2004,1. siapa yang di kehendaki-Nya. Dan Allah maha luas pemberian- Nya lagi Maha mengetahui. (QS Al-Baqarah [2] : 247)
Ayat diatas meskipun sebab-sebab turunnya berkaitan dengan kisah Thalut ketika di angkat menjadi pemimpin bani Israil, tetapi makna dan kandungannya berlaku bagi siapa pun yang menjadi pemimpin. Berdasarkan ayat diatas, seorang pemimpin harus memiliki wawasan keilmuan yang luas dan memadai (al-
‘alim). Dengan ilmu yang luas pemimpin
menganalisis situasi dan kondisi objektif bawahannya. Ia pun bisa merumuskan berbagai program dan skala untuk meningkatkan kualitas instansi yang di pegangnya dengan efektif dan efisien
Kepala madrasah tersusun dari dua kata, yaitu kepala dan madrasah. Kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin
28
dalam suatu organisasi atau lembaga. Kata Madrasah juga ditemukan dalam bahasa Hebrew atau Aramy, dari akar kata yang sama yaitu “darasa” yang berarti “membaca dan belajar” atau “tempat duduk untuk belajar”. Dari kedua bahasa tersebut, kata madrasah mempunyai arti yang sama: “tempat belajar. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata “madrasah” memiliki arti “sekolah” kendati pada mulanya kata “sekolah” itu
28 Donni Juni Priansa, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014. 49.
38
sendiri bukan berasal dari bahasa Indonesia, melainkan dari
29 bahasa asing, yaitu school atau scola.
Kepala madrasah dapat didefinisikan sebagai tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Dalam firman Allah Q.S Al Imran ayat 159 dijelaskan bahwa:
نم اٌضفنلا بلقلا ظيلغ اظف تنك ٌلً ميل تنل للها نم تمحر امبف
لك ٌتف تمسع اذ اف رملا يف مىرً اشً ميل رفغتساً مينع فعاف كلٌح
نيلك ٌتملا بحي للها نّا للها لعArtinya :