FILOSOFI PEKERJAAN SOSIAL DI INDONESIA
Oleh: Furqon
Mahasiswa Pascasarjana Kosentrasi Pekerjaan Sosial
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
Weblog: tuntifurqon.wordpress.com
Email: [email protected]
Dahulu orang orang memilih pengabdian terhadap masyarakat dan sesama manusia sebagai
pengabdian tugasnya. Menurut para ahli psikologi, pertolongan atau pemberian bantuan
semacam itu merupakan salah satu bentuk sublimasi daripada dorongan tertentu yang tidak
terpenuhi semuanya. Pekerjaan sosial adalah semua tugas yang dilaksanakan untuk lebih
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik ragawi maupun rohani. Misalnya
Para ulama yang berdakwah untuk perbaikan moral dan rohani dapat disebut
pekerjaan sosial.
Para guru yang mempersiapkan anak didik dalam proses sosialisasi dapat juga disebut
sebagai pekerjaan sosial.
Dari sedikit penjelasan diatas muncul pertanyaan dari para pembaca, sebenarnya apa sih
Pekerjaan Sosial yang profesional itu?
baik kita scrol ke bawah biar tau penjelasannya
1. Pekerjaan Sosial yang Profesional
Berbeda dengan pekerjaan sosial yang dilakukan oleh warga masyarakat seperti dengan yang
di contohkan diatas professional. Yaitu pekerjaan :
Pemberian pertolongan terarah, selektif, terprogram sehingga perubahan yang
dilakukan merupakan perubahan yang terencana.
pertolongan tidak semata mata didorong oleh sentiment kemaasyarakatan pekerjaan
sosial disini merupakan lapangan tersendiri dan patut diberikan jabatan dan
kewenangan pada yang melakukannya.
Pemberian pertolongan yang ilmiah. DIlakukan seperti perhitungan yang cermat
dengan sistematika.
Pekerjaan sosial itu merupakan pemberian pertolongan yang paedagogis, yaitu
pemberian pertolongan yang bersifat mendidik, mengusahakan agar yang ditolong
dapat menolong dirinya sendiri juga pemberian pertolongan yang agagogis. Artinya
pemberian kepada individu, kelompok maupun masyarakat yang menyandang
masalah dalam rangka resosialisasi maupun revalidasi.
Pekerjaan sosial merupakan komponen politik sosial, yaitu merupakan satuan/ sistim
utama yang dapat menopang untuk mencapai kesejahteraan sosial
Charity dan pilantropi sebagai perbuatan amal adalah dasar yang paling kuat untuk
melakukan pekerjaan sosial.
Metode pendekatannya pekerjaan sosial mengalami perubahan sebagai berikut:
1. Dari pendekatan kasus pendekatan administrative ( perencanaan kebijaksanaan,
sosial).
2. Dari pendekatan mikro ( perorangan, keluarga kelompok kecil). Kepada pendekatan
makro (intervensi pada public decision).
3. Dari pendekatan kuratif rebslitatif kepada pendekatan yang bersifat pencegahan dan
pengembangan (preventif dan promotif).
4. Dari pendekatan spesifik kepada pendekataan generalitik.
1. FILSAFAT KHUSUS PEKERJAAN SOSIAL DI INDONESIA
1. Menurut sejarahnya pekerjaan sosial yang masih bersifat charity dan pilantropi
di Indonesia telah menjadi watak dan mendarah daging. Bangsa Indonesia
dalam semangat gotong royong dankekeluargaan.oleh sebab itu tujuan dan
sunmber layanan kesejahteraan sosial adalah Pancasila dan undang undang
dasar 1954
2. Kesejahteraan sosial itu pada hakikatnya merupakan pengejantuhan keadilan
sosial dalam pancasila. Tujuan dari usaha kesejahteraan sosial identik dengan
tujuan pembangunan nasional yaitu membangun manusia
3. Pendekatan system ada beberapa system yang terkait:
1. System pelaksanaan perubahan(change agent) yaitu pekerja sosial
sendiri
2. System klien atau penyandang masalah
3. System sumber yaitu sumber danaa maupoun sumber daya
4. System kegiatan yaitu lembaga lembaga yang menyelenggarakan
kegiatan demi tercapainya kesejahteraan sosial
5. System nilai dan norma yaitu pandangan dan aturan leluhur yang
dijadikan landasan pokok dan tujuan dari berbagai usaha kesejahteraan
sosial
6. Konsep dan praktik pekerjaan sosial yang menjadi profesi penyangga
utama usaha kesejahteraan sosial mesrespon kepada pergeseran usaha
kesejahteraan sosial tersebut telah mengalami perubahan. Pengetahuan,
sikap dan pengabdian dan keterampilan dapat kita katakana sebagai
modal pokok bagi seorang professional yang biasa kita sebut KAP
(Knowledge Attitude Practise)
7. Dari segi akademik atau masyarakat akademik pekerjaan sosial ini
masih kurang dikenal , sama halnya di lingkungan dunia awam. Hal itu
disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya:
1. Masih sangat langkanya/belum Adanya ilmuwan di bidang ini,
belum ada satupun Doktor pekerjaan sosial. Tingkat masterpun
masih dapat dihitung dengan jari
2. Pada tahun 1982/1983 masih di bawah 500 orang
3. Terpaku pada nama dan konsep pekerjaan sossial tradisional
yang bertumpu pada kepekaan hati sertya kemampuan rasa
untuk ikut serta merasakan pendekatan orang lain
4. Masih langkanya untuk tidak dikatakan tidak sma sekali, arfena
dan sarana komunikasi serta publikasi tentang pekerjaan sosial
5. Belum adanya organisasi profesi pekerja sosial yang mantap
6. Belum memadainya perhatian pemerintah dalam hal ini
departemen pendidikan dan kebudayaan terhadap
pembangunan pendidikan profesi pekerjaan sosial di Negara
kita ini.
1. KONSEP DASAR PEKERJAAN SOSIAL
1. Manusia sebagai makhluk sosial tak terpisahkan dari masyarakatnya.
2. Adanya saling ketergantungan antara orang dan masyarakat, Dalam
pembentukan kepribadian dan tingkah laku manusia sebagai individu,
mempunyai factor pembawaan (genetis) yang biasa kita sebut dengan factor
intrinsic, dan dunia luar yang biasanya kita sebut ekstrinsik.
3. Adanya kebutuhan umum yang sama, Kebutuhan umum ini dalam ilmu
pekerjaan sosial disebut dengan comen needs. Meskipun individu masing
masinbg berbeda tapi mempunyai comen needs yang sama. Namun demikian
mempunyai dasar yang samayang disebut motivasi. Motivasi ini didasarkan
pada:
1. Kecendrungan dasar untuk mempertahankan diri.
2. Aktualisasi potensi potensinya. Motivasi ini dapat menggejala sebagai
kebutuhan fisik biologis, rohani/psycologis dan sosial. Motivasi dapat
merupakan kebutuhan psychologis sosial.
3. Kemauan : manusia memilih yang akrab dari pada yang tidak.
4. Keserasian : merupakan yang timbul apabila orang dapat memecahkan
masalah dan dapat memnuhi kebutuhannya.
5. Kasih sayang : dihayati oleh anak kecil sebagai pemuas kebutuhan
adanya rasa kasih sayang dan perlindungan.
6. Pengakuan masyarakat : penerimaan oleh masyarakat merupakan
kebutuhan yang pemuasannya berasal dari poengakuan masyarakat.
7. Rasa harga diri : suatu penilaian yang tinggi mengenai dirinya sendiri
dan suatu perasaan akan harga diri.
Prinsip- prinsip dan nilai pekerja sosial
Proses pekerjaan sosial
Setiap ahli memiliki pandangan yang beragam mengenai proses pekerjaan sosial Latar
belakang budaya, bidang garapan dan objek pekerjaan sosial yang berbeda di antara para ahli
tersebut sehingga menghasilkan proses pekerjaan sosial yang berbeda Menurut Dean H.
Hepworth & Jo Ann Larsen
Eksplorasi, perencanaan penilaia
Pelaksanaan pencapaian tujuan
Evaluasi pelepasan
Menurut Max Siporin
Pembuatan perjanjian dan kontrak
Penilaian
Perencanaan
Evaluasi dan terminasi
Menurut Lawrance M. Bremmer.
Membangun hubungan : masuk, klarifikasi, sruktur, hubungan
Memfasilitasi dengan tindakan positif,eksporasi, konsolidasi, perencanaan, pelepasan
Nilai-nilai dasar
Nilai-nilai dasar pekerjaan sosial berdasarkan pada nilai-nilai masyarakat demokratis, yang
seperti dikemukakan oleh Helen Northen, mengandung makna bahwa:
Setiap orang bebas untuk mengungkapkan dirinya sendiri.
Setiap orang bebas untuk menjaga kerahasiaan dirinya.
Setiap orang bebas berpartisipasi di dalam pembuatan keputusan yang menyangkut
kepentingan pribadinya.
Setiap orang berkewajiban untuk mengarahkan kehidupan pribadinya secara
bertanggung jawab agar dapat bertindak secara konstruktif dalam kehidupan
masyarakat.
Setiap individu dan kelompok punya tanggung jawab sosial untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat.
Prinsip-prinsip praktik
1. Penerimaan merupakan prinsip Pekerja Sosial yang fundamental yaitu dengan
menunjukkan sikap toleran terhadap keseluruhandimensi klien
2. Tidak memberikan penilaian, hal ini berarti Pekerja Sosial menerima klien dengan apa
adanya di sertai prasangka atau penilaian
3. Individualisasi berarti memandang dan mengapresiasi sifat unik dari klien
(Bistek,1957). Setiap klien memiliki karakteristik kepribadian dan pemahaman yang
unik, yang berbeda dengan setiap individu yang lain.
4. Menentukan sendiri, ialah memberikan kebebasan mengambil keputusan oleh klien.
5. Tampil apa adanya, berarti Pekerja SOsial sebagai seorang manusia yang berperan apa
adanya, alami, tidak memakai topeng, pribadi yang asli dengan segala kekurangan dan
kelebihannya.
6. Mengontrol keterlibatan emosional, berati Pekerja Sosial mampu bersikapobjektif dan
netral.
7. Kerahasiaan, Pekerja Sosial harus menjaga kerahasiaan informasi seputar identitas, isi
pembicaraan dengan klien, pendapat proffesional lain atau catatan-catatan kasus
mengenai diri klien.
Sistem dasar
Sistem pelaksana perubahan
Sistem pelaksana perubahan adalah sekelompok orang yang tugasnya memberi bantuan atas
dasar keahlian yang berbeda-beda dan bekerja dengan sistem yang berbeda-beda pula
ukurannya.Seorang pekerja sosial dapat disebut sebagai pelaksana perubahan sementara itu
lembaga-lembaga kesejahteraan sosial yang memperkerjakannya disebut sebagai sistem
pelaksana perubahan.
Sistem Klien
Merupakanindividu, kelompok, keluarga, organisasi atau masyarakat yang meminta bantuan
atau pelayanan kepada sistem pelaksana perubahan. Sistem Klien adalah yang bermanfaat
bagi klien, yang seluruhnya berfokus pada kekuatan dan sumber-sumber klien.
Sistem Sasaran
adalah pihak-pihak yang dapat dijadikan sasaran perubahan, atau dijadikan media yang dapat
mempengaruhi proses pencapaian tujuan pertolongan.
Sistem Kegiatan
menunjukkan pada orang-orang yang bekerjasama dengan pekerja sosial untuk melakukan
usaha-usaha perubahan melalui pelaksanaan tugas-tugas atau program kegiatan.
Fokus Praktik
adalah memberdayakan klien dan memantapkan hubungan pertolongan yang
kolaboratif.Dalam praktik pekerjaan sosial berbasis-kekuatan, suatu hubungan pertolongan
kolaboratif dibentuk antara seorang profesional dan seorang individu, atau keluarga, atau
kelompok, atau sebuah organisasi, atau suatu masyarakat dengan tujuan memberdayakan dan
meningkatkan keadilan sosial dan ekonomi.
Fokus Praktik Pekerja Sosial
Mikro adalah meningkatkan keberfungsian dan keberdayaan klien.
Fokus Praktik Pekerja Sosial Makro
adalah pada perubahan keorganisasian dan komunitas/ masyarakat.
Macam- macam klien
Klien sukarela
adalah klien yang mencari pelayanan dari pekerja sosial atau badan-badan sosial atas dasar
keinginan sendiri karena mereka memang membutuhkan bantuan yang berhubungan dengan
sejumlah aspek kehidupannya sendiri.
Klien tidak sukarela
adalah klien yang ditekan atau dipaksa untuk mencari bantuan oleh seseorang yang mereka
kenal dekat, bisa anggota keluarga ataupun bukan. Mereka tidak memperoleh mandat dari
pengadilan atau hukum atau badan sosial untuk memperoleh bantuan
Klien bukan sukarela
adalah yang memiliki mandat hukum untuk menerima pelayanan-pelayan Mereka tidak
memiliki pilihan lain untuk hal tersebut.
Penelitian Pekerjaan Sosial diharapkan dapat mengembangkan konsep, teori atau
pengetahuan yang valid bagi keperluan Praktik Pekerja Sosial dalam bentuk metodametoda praktik yang ilmiah yang memenuhi persyaratan standar ilmiah.
Para pekerja sosial dan pelaksana pelayanan pekerja sosial lainnya diharapkan lebih
memahami dan membaca berbagai hasil Penelitian Pekerja Sosial serta menerapkan
konsep, teori dan pengetahuan yang dikembangkan oleh peneliti Pekerja Sosial,
kedalam praktik-praktik pertolongan Pekerjaan Sosial.
Kodek Etik Dalam Pekerjaan Sosial
Pekerja Sosial merupakan sebuah profesi yang membantu masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dan memecahkan masalah sosialnya dengan memanfaatkan sumber yang ada
untuk meningkatkan keberfungsian sosialnya. Pekerjaan Sosial bertujuan untuk
meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, baik secara individual maupun
kelompok , dimana kegiatannya difokuskan kepada relasi sosial mereka khususnya interaksi
orang-orang dengan lingkungannya.
Pekerja sosial sebagai profesi memiliki kode etik dimana kode etik tersebut terdiri dari
beberapa unsur, atau bagian. Nilai etika merupakana salah satu nilai yang terkandung didalam
profesionalisme. Pada dasarnya orang yang professional adalah orang yang tau akan keahlian,
meluangkan waktunya untuk pekerjaan ataua kegiatan itu dan bangga akan pekerjaannya itu.
Pekerjaan social sebagai suatu profesi memiliki ciri – ciri atau sifat umum. Ciri – ciri atau
sifat umum yang pertama adalah adanya pengetahuan khusus dimana suatu profesi selalu
mengandalkan adanya suatu pengetahuan atau keterampilan khusus yang dimiliki oleh
sekelompok orang yang professional untuk melaksanakan tugasnya. Adanya kaidah dan
standar moral yang sangat tinggi merupakan ciri atau sifat umum yang kedua dari sebuah
profesi. aturan permainan ini disebut sebagai kode etik. kode etik ini harus ditaati oleh semua
anggota profesi yang bersangkutan.
Ciri atau sifat umum yang ketiga adalah pengabdian kepada kepentingan masyarakat. hal ini
menyiratkan bahwa profesi harus dapat meletakkan kepentingan pribadinya di bawah
kepentingan masyarakat. Dan ciri dan sifat umum yang keempat adalah ada izin khusus untuk
bisa menjelaskan sesuatu profesi serta adanya suatu organisasi profesi.Hal inilah yang
melandaskan pekerjaan social sebagai suatu profesi yang harus tunduk pada nilai – nilai dan
kode etik. Kode etik dalam sebuah pekerjaan social professional memiliki peran yang sangat
penting dalam implementasinya Fungsi dan tujuan kode etik pekerjaan social dalam
pelayanan social adalah memberikan bimbingan dan inspirasi kepada anggota-anggotanya,
sebagai pengakuan akan pentingnya kode etik itu bagi status profesi di dalam komunitas dan
masyarakat, serta untuk mengokohkan akar perilaku yang profesional dari anggotaanggotanya. Karena apabila terjadi deviasi yang dilakukan oleh satu orang saja dapat
menodai seluruh anggota se-profesi yang lain.
Kode Etik Pekerjaan Sosial
1. Perilaku dan Intergritas pribadi Pekerja Sosial Profesional Prinsip etiknya adalah
pekerja sosial harus mempunyai perilaku yang dapat dipercaya. Dalam batas tertentu,
profesi pekerja sosial adalah seperti dokter, ‘mengobati’ dan ‘menyembuhkan’
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang sedang sakit. Tanpa adanya
perilaku yang dapat dipercaya, pekerja sosial tidak dapat menjalankan profesi tersebut
dengan baik. Integritas setidaknya ditunjukkan dengan konsistensi pekerja sosial
dengan misi profesional, nilai, dan prinsip etika, dan standar etika dalam aktivitas
pertolongan yang dilakukannya. Pekerja sosial harus memelihara standard perilaku
dan integritas pribadi dalam kapasitas atau identitas sebagai pekerja sosial.
2. Tanggung jawab Etis Pekerja Sosial Proefsional Terhadap Kelayan Tanggung jawab
utama pekerjaan
sosial adalah terhadap klien. Dimana tanggungjawab pelayanan
terhadap klien disesuaikan dengan prioritas kebutuhan yang klien perlukan.Prinsip
etiknya adalah pekerja sosial harus mengutamakan tujuan untuk membantu
masyarakat yang membutuhkan dan memusatkan pada permasalahan sosial.
3. Tanggung jawab etis Pekerja Sosial Profesional Terhadap Kolega dan Profesi Lain
Pekerja sosial sebaiknya memperlakukan kolega dengan penuh penghargaan, hormat
dan adil serta percaya. Pekerja sosial harus bekerjasama dengan koleganya untuk
meningkatkan kepentingan professional serta menjaga kerahasiaan yang dikemukakan
oleh koleganya dalam kaitan dan hubungan dan transaksi profesional mereka. Sebagai
pekerja sosial profesional kita harus menghormati dan menjalin kerjasama dengan
kolega dari profesi lain agar mereka melakukan hal sama terhadap kolega pekerja
sosial. Seorang pekerja sosial akan di uji dalam menyelesaikan permasalahan agar
tidak mendapatkan permasalahan dalam pertanggung jawaban terhadap klien dan
kolega.
4. Tanggung jawab etis pekerja sosial profesional terhadap lembaga yang
mempekerjakannya Pekerja sosial tentu saja harus bertanggung jawab terhadap
lembaga yang mempekerjakannnya dan harus mengikuti aturan-aturan yang
ada/berlaku di lembaga dengan kata lain harus berkomitmen terhadap lembaga
tempatnya bekerja. Pekerja sosial harus selalu berusaha untuk mencegah serta
menghilangkan adanya bentuk dikriminasi dalam sebuah kebijakan dan sebagai
pekerja sosial yang profesional harus selalu berupaya dapat meningkatakan kualitas
kebijakan dan prosedur pelayanan lembaga dimana tempat dia bekerja serta mampu
menggunakan sumber – sumber organisasi secara tepat menurut tujuannya.
5. Tanggung jawab etis pekerja sosial profesional terhadap profesi pekerjaan sosial Di
dalam tanggung jawab pekerja sosial terhadap profesinya ada tiga point yang harus di
tingkatkan yaitu pertama bagaimana pekerja sosial profesional memelihara intergritas
profesinya yaitu, seorang pekerja sosial hendaknya memegang teguh dan memajukan
nilai-nilai, etika, pengetahuan dan misis profesi, yang kedua yaitu dalam pelayanan
masyarakat dimana seorang pekerja sosial harus membantu profesi dalam usahanya
menciptakan ketersediaan pelayanan bagi masyarakat, dan yang terakhir atau yang
ketiga adalah pengembangan pengetahuan, yaitu seorang pekerja sosial harus mampu
memegang tanggung jawab dalam mengidentifikasi , mengembangkan dan
memanfaatkan sebesar-besarnya pengetahuan bagi praktek profesional.
6.Tanggung jawab pekerja sosial profesional terhadap masyarakat Pekerja sosial hendaknya
berusaha untuk selalu dapat meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat terutama
kelompok-kelompok yang kurang beruntung atau tertindas agar dapat mengembangkan
pilihan dan kesempatannya, dimana seorang pekerja sosial harus dapat memberikan
pelayanan-pelayanan yang tepat di dalam keadaan dan kondisi darurat dan mampu
menciptakan kondisi kondisi yang mendorong muunculnya rasa hormat terhadap
keanekaragaman budaya .
DILEMA ETIK DALAM PEKERJA SOSIAL
A. Dilema etis dalam pekerja sosial
Dalam setiap menangani aksus, baik dalam setting praktik langsung maupun praktik tidak
langsung pekerja sosial di tuntut untuk membuat suatu keputusan etik yang tepat tetapi
masalah nya keputusan etik yang tepat tidak mudah di bayangkan sebab pada kenyataan nya
oekerja sosial dihadapkan kepada dilema- dilema etik yang sangat sulit untuk di putuskan.
1. Dilema etik dalam praktik langsung
Dalam praktik langsung, menurut Reamer (1999:93) dilema etik paling tidak menyangkut
tema-tema etik berikut sebagai berikut :
1. Kerahasiaan dan Privacy
2. Self- Determination dan paternalism
3. Membagi loyalitas
4. Batas profesionalitas dan konflik kepentingan
5. Antara nilai profesional dan nilai personal
6. Dilema etik dalam praktik tidak langsung
7. Keterbatasan sumber
8. Antara tanggung jawab pemerintah dan personal
9. Patut terhadap peraturan dan hukum
10. Dilema menagemen lembaga
11. Memperingatkan teman sekerja.
.PRINSIP- PRINSIP HAM
1. Universal
Prinsip HAM yang satu ini dibagi menjadi dua pemahaman, universal dan tidak dapat
dicabut. Jika ditarik dari akar bahasanya, maka universal berasal dari katauniverse, yang
mana pemahaman atas kata universe ini sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu alam semesta,
keseluruhan bidang, dan semua.
2. alam semesta yang berarti “di seluruh dunia”. HAM ada di mana-mana dan tidak ada
satu pun jengkal tanah dan lautan di dunia ini yang tidak menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia. Misalnya, kalau kita lagi di Jakarta, kita punya HAM. Begitu kita pergi ke
Semarang, HAM itu hilang.. Kemanapun kita pergi, HAM itu tetap melekat pada kita.
3. seluruh Bidang”. HAM mencakup keseluruhan bidang atau sisi-sisi hidup manusia.
Ada HAM untuk kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, pribadi. Tidak ada satu
pun bidang kehidupan manusia yang tidak terdapat HAM di dalamny
4. HAM untuk semua manusia. Tidak peduli kita kulit putih atau hitam, orang Jawa atau
Minang,. Intinya, HAM itu dimiliki orang karena mereka manusia. Ia berlaku untuk
siapa saja, kapan saja, di mana saja, dan dalam sisi kehidupan mana saja.
2. Saling Terkait
Tiap hak asasi yang dimiliki oleh manusia, hak untuk hidup, menyatakan pendapat, memilih
agama dan kepercayaan, menjadi bagian dalam masyarakat, dan hak-hak lainnya, adalah hakhak yang mempunyai keterikatan satu dengan yang lainnya dan membentuk HAM secara
keseluruhan. Prinsip Saling Terkait mempunyai dua unsur, yaitu interdependence (saling
membutuhkan) dan interrelatedness (saling terhubung).
3. Tidak Dapat Dibagi
Prinsip ini sebenarnya merupakan pengembangan dari prinsip Saling Terkait. Secara logika,
apabila hak-hak asasi yang kita miliki terkumpul menjadi satu kesatuan, akan jelas bahwa
HAM itu tidak dapat dibagi,Sebagai analogi, seorang manusia tidak bisa hanya menerima hak
politik tanpa menerima hak sosial dan budaya. Atau seseorang mustahil hanya mempunyai
hak pribadi tanpa memiliki hak ekonomi.
4. Kesetaraan dan Non-Diskriminatif
Semua manusia terlahir bebas dan memiliki kesetaraan dalam hak asasi manusiaPrinsip nondiskriminasi itu sederhana. Kita memperlakukan orang lain secara setara tanpa melihat
perbedaan status sosial, ekonomi, gender, budaya, politik, maupun agama.
5. Partisipasi dan Inklusif
setiap orang memiliki hak untuk turut serta dalam pemerintahan tanpa memandang atributatribut yang melekat kepadanya.Selain itu, partisipasi juga menegaskan bahwa setiap manusia
harus diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk diterima dalam suatu komunitas atau
masyarakat. Hal ini berkaitan dengan prinsip setara dan non-diskriminasi.
6. Akuntabilitas dan Rule of Law
Dua prinsip terakhir ini lebih mengarah kepada pemerintah kita biar mereka tidak seenaknya
me-’modif’ hak-hak kseseorang kedua prinsip ini jadi landasan untuk menuntut pemerintah
dalam melindungi hak asasi kita sebagai warga negara.
Pelayanan Pekerja Sosial Berbasis HAM
Pekerja sosial adalah bidang keahlian yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan
berbagai upaya guna meningkatkan kemampuan orang dalam melaksanakan fungsi-fungsi
sosialnya melalui interaksi; agar orang dapat menyesuaikan diri dengan situasi kehidupannya
secara memuaskan. Kekhasan pekerja sosial adalah pemahaman dan keterampilan dalam
memanipulasi perilaku manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam profesi pekerja sosial terdapat pelayanan-pelayanan yang berbasis HAM, dalam artian
seorang pekerja sosial tidak boleh melewati batasan-batasan HAM,
Berikut adalah bentuk Pelayanan Pekerja sosial berbasis HAM, yaitu :
1. Diskriminasi. Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap
individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili
oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai
dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk
membeda-bedakan yang lain. Seorang pekerja sosial tidak boleh memperlakukan
Klien nya secara tidak adil, baik dipandang dari karakteristik suku, antar golongan,
agama, jenis kelamin kepercayaan (Agama) , aliran politik ataupun kondisi fisik klien
nya.
2. Affirmative Action (tindakan Afirmatif). Affirmative action (tindakan afirmatif)
adalah kebijakan yang diambil yang bertujuan agar kelompok/golongan tertentu
(gender ataupun profesi) memperoleh peluang yang setara dengan
kelompok/golongan lain dalam bidang yang sama. Dalam hal ini seorang pekerja
sosial tidak boleh membeda-bedakan klien nya dalam menyelesaikan masalah, karena
klien nya tersebut bisa jadi dari kumpulan adat terpencil ataupun berasal dari kaum
minoritas baik dari segi apapun, pekerja sosial harus melayani klien nya tersebut.
3. Anti Kekerasan. Dalam hal ini pelayanan yang diberikan oleh seorang pekerja sosial
tidak boleh dalam bentuk kekerasan, baik dari perkataan, sikap dan hal-hal lain yang
termasuk dalam kategori kekerasan.
4. State Obligation (Kewajiban Negara).
Referensi:
1. Budi Wibhawa, Santoso Tri Raharjo & Meilany Budiarti. 2010. Dasar-Dasar Pekerja
Sosial. Bandung: Widya Padjadjaran.
2. Jusman Iskandar& Niti Miharjo. 1981. Pengantar Penelitian Pekerjaan Sosial.
Bandung: LSP STKS. H
3. Miftachul Huda. 2009. Pekerja sosial & kesejahteraan sosial.Yogyakarta: pustaka
belajar.
Mahasiswa Pascasarjana Kosentrasi Pekerjaan Sosial
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
Weblog: tuntifurqon.wordpress.com
Email: [email protected]
Dahulu orang orang memilih pengabdian terhadap masyarakat dan sesama manusia sebagai
pengabdian tugasnya. Menurut para ahli psikologi, pertolongan atau pemberian bantuan
semacam itu merupakan salah satu bentuk sublimasi daripada dorongan tertentu yang tidak
terpenuhi semuanya. Pekerjaan sosial adalah semua tugas yang dilaksanakan untuk lebih
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik ragawi maupun rohani. Misalnya
Para ulama yang berdakwah untuk perbaikan moral dan rohani dapat disebut
pekerjaan sosial.
Para guru yang mempersiapkan anak didik dalam proses sosialisasi dapat juga disebut
sebagai pekerjaan sosial.
Dari sedikit penjelasan diatas muncul pertanyaan dari para pembaca, sebenarnya apa sih
Pekerjaan Sosial yang profesional itu?
baik kita scrol ke bawah biar tau penjelasannya
1. Pekerjaan Sosial yang Profesional
Berbeda dengan pekerjaan sosial yang dilakukan oleh warga masyarakat seperti dengan yang
di contohkan diatas professional. Yaitu pekerjaan :
Pemberian pertolongan terarah, selektif, terprogram sehingga perubahan yang
dilakukan merupakan perubahan yang terencana.
pertolongan tidak semata mata didorong oleh sentiment kemaasyarakatan pekerjaan
sosial disini merupakan lapangan tersendiri dan patut diberikan jabatan dan
kewenangan pada yang melakukannya.
Pemberian pertolongan yang ilmiah. DIlakukan seperti perhitungan yang cermat
dengan sistematika.
Pekerjaan sosial itu merupakan pemberian pertolongan yang paedagogis, yaitu
pemberian pertolongan yang bersifat mendidik, mengusahakan agar yang ditolong
dapat menolong dirinya sendiri juga pemberian pertolongan yang agagogis. Artinya
pemberian kepada individu, kelompok maupun masyarakat yang menyandang
masalah dalam rangka resosialisasi maupun revalidasi.
Pekerjaan sosial merupakan komponen politik sosial, yaitu merupakan satuan/ sistim
utama yang dapat menopang untuk mencapai kesejahteraan sosial
Charity dan pilantropi sebagai perbuatan amal adalah dasar yang paling kuat untuk
melakukan pekerjaan sosial.
Metode pendekatannya pekerjaan sosial mengalami perubahan sebagai berikut:
1. Dari pendekatan kasus pendekatan administrative ( perencanaan kebijaksanaan,
sosial).
2. Dari pendekatan mikro ( perorangan, keluarga kelompok kecil). Kepada pendekatan
makro (intervensi pada public decision).
3. Dari pendekatan kuratif rebslitatif kepada pendekatan yang bersifat pencegahan dan
pengembangan (preventif dan promotif).
4. Dari pendekatan spesifik kepada pendekataan generalitik.
1. FILSAFAT KHUSUS PEKERJAAN SOSIAL DI INDONESIA
1. Menurut sejarahnya pekerjaan sosial yang masih bersifat charity dan pilantropi
di Indonesia telah menjadi watak dan mendarah daging. Bangsa Indonesia
dalam semangat gotong royong dankekeluargaan.oleh sebab itu tujuan dan
sunmber layanan kesejahteraan sosial adalah Pancasila dan undang undang
dasar 1954
2. Kesejahteraan sosial itu pada hakikatnya merupakan pengejantuhan keadilan
sosial dalam pancasila. Tujuan dari usaha kesejahteraan sosial identik dengan
tujuan pembangunan nasional yaitu membangun manusia
3. Pendekatan system ada beberapa system yang terkait:
1. System pelaksanaan perubahan(change agent) yaitu pekerja sosial
sendiri
2. System klien atau penyandang masalah
3. System sumber yaitu sumber danaa maupoun sumber daya
4. System kegiatan yaitu lembaga lembaga yang menyelenggarakan
kegiatan demi tercapainya kesejahteraan sosial
5. System nilai dan norma yaitu pandangan dan aturan leluhur yang
dijadikan landasan pokok dan tujuan dari berbagai usaha kesejahteraan
sosial
6. Konsep dan praktik pekerjaan sosial yang menjadi profesi penyangga
utama usaha kesejahteraan sosial mesrespon kepada pergeseran usaha
kesejahteraan sosial tersebut telah mengalami perubahan. Pengetahuan,
sikap dan pengabdian dan keterampilan dapat kita katakana sebagai
modal pokok bagi seorang professional yang biasa kita sebut KAP
(Knowledge Attitude Practise)
7. Dari segi akademik atau masyarakat akademik pekerjaan sosial ini
masih kurang dikenal , sama halnya di lingkungan dunia awam. Hal itu
disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya:
1. Masih sangat langkanya/belum Adanya ilmuwan di bidang ini,
belum ada satupun Doktor pekerjaan sosial. Tingkat masterpun
masih dapat dihitung dengan jari
2. Pada tahun 1982/1983 masih di bawah 500 orang
3. Terpaku pada nama dan konsep pekerjaan sossial tradisional
yang bertumpu pada kepekaan hati sertya kemampuan rasa
untuk ikut serta merasakan pendekatan orang lain
4. Masih langkanya untuk tidak dikatakan tidak sma sekali, arfena
dan sarana komunikasi serta publikasi tentang pekerjaan sosial
5. Belum adanya organisasi profesi pekerja sosial yang mantap
6. Belum memadainya perhatian pemerintah dalam hal ini
departemen pendidikan dan kebudayaan terhadap
pembangunan pendidikan profesi pekerjaan sosial di Negara
kita ini.
1. KONSEP DASAR PEKERJAAN SOSIAL
1. Manusia sebagai makhluk sosial tak terpisahkan dari masyarakatnya.
2. Adanya saling ketergantungan antara orang dan masyarakat, Dalam
pembentukan kepribadian dan tingkah laku manusia sebagai individu,
mempunyai factor pembawaan (genetis) yang biasa kita sebut dengan factor
intrinsic, dan dunia luar yang biasanya kita sebut ekstrinsik.
3. Adanya kebutuhan umum yang sama, Kebutuhan umum ini dalam ilmu
pekerjaan sosial disebut dengan comen needs. Meskipun individu masing
masinbg berbeda tapi mempunyai comen needs yang sama. Namun demikian
mempunyai dasar yang samayang disebut motivasi. Motivasi ini didasarkan
pada:
1. Kecendrungan dasar untuk mempertahankan diri.
2. Aktualisasi potensi potensinya. Motivasi ini dapat menggejala sebagai
kebutuhan fisik biologis, rohani/psycologis dan sosial. Motivasi dapat
merupakan kebutuhan psychologis sosial.
3. Kemauan : manusia memilih yang akrab dari pada yang tidak.
4. Keserasian : merupakan yang timbul apabila orang dapat memecahkan
masalah dan dapat memnuhi kebutuhannya.
5. Kasih sayang : dihayati oleh anak kecil sebagai pemuas kebutuhan
adanya rasa kasih sayang dan perlindungan.
6. Pengakuan masyarakat : penerimaan oleh masyarakat merupakan
kebutuhan yang pemuasannya berasal dari poengakuan masyarakat.
7. Rasa harga diri : suatu penilaian yang tinggi mengenai dirinya sendiri
dan suatu perasaan akan harga diri.
Prinsip- prinsip dan nilai pekerja sosial
Proses pekerjaan sosial
Setiap ahli memiliki pandangan yang beragam mengenai proses pekerjaan sosial Latar
belakang budaya, bidang garapan dan objek pekerjaan sosial yang berbeda di antara para ahli
tersebut sehingga menghasilkan proses pekerjaan sosial yang berbeda Menurut Dean H.
Hepworth & Jo Ann Larsen
Eksplorasi, perencanaan penilaia
Pelaksanaan pencapaian tujuan
Evaluasi pelepasan
Menurut Max Siporin
Pembuatan perjanjian dan kontrak
Penilaian
Perencanaan
Evaluasi dan terminasi
Menurut Lawrance M. Bremmer.
Membangun hubungan : masuk, klarifikasi, sruktur, hubungan
Memfasilitasi dengan tindakan positif,eksporasi, konsolidasi, perencanaan, pelepasan
Nilai-nilai dasar
Nilai-nilai dasar pekerjaan sosial berdasarkan pada nilai-nilai masyarakat demokratis, yang
seperti dikemukakan oleh Helen Northen, mengandung makna bahwa:
Setiap orang bebas untuk mengungkapkan dirinya sendiri.
Setiap orang bebas untuk menjaga kerahasiaan dirinya.
Setiap orang bebas berpartisipasi di dalam pembuatan keputusan yang menyangkut
kepentingan pribadinya.
Setiap orang berkewajiban untuk mengarahkan kehidupan pribadinya secara
bertanggung jawab agar dapat bertindak secara konstruktif dalam kehidupan
masyarakat.
Setiap individu dan kelompok punya tanggung jawab sosial untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat.
Prinsip-prinsip praktik
1. Penerimaan merupakan prinsip Pekerja Sosial yang fundamental yaitu dengan
menunjukkan sikap toleran terhadap keseluruhandimensi klien
2. Tidak memberikan penilaian, hal ini berarti Pekerja Sosial menerima klien dengan apa
adanya di sertai prasangka atau penilaian
3. Individualisasi berarti memandang dan mengapresiasi sifat unik dari klien
(Bistek,1957). Setiap klien memiliki karakteristik kepribadian dan pemahaman yang
unik, yang berbeda dengan setiap individu yang lain.
4. Menentukan sendiri, ialah memberikan kebebasan mengambil keputusan oleh klien.
5. Tampil apa adanya, berarti Pekerja SOsial sebagai seorang manusia yang berperan apa
adanya, alami, tidak memakai topeng, pribadi yang asli dengan segala kekurangan dan
kelebihannya.
6. Mengontrol keterlibatan emosional, berati Pekerja Sosial mampu bersikapobjektif dan
netral.
7. Kerahasiaan, Pekerja Sosial harus menjaga kerahasiaan informasi seputar identitas, isi
pembicaraan dengan klien, pendapat proffesional lain atau catatan-catatan kasus
mengenai diri klien.
Sistem dasar
Sistem pelaksana perubahan
Sistem pelaksana perubahan adalah sekelompok orang yang tugasnya memberi bantuan atas
dasar keahlian yang berbeda-beda dan bekerja dengan sistem yang berbeda-beda pula
ukurannya.Seorang pekerja sosial dapat disebut sebagai pelaksana perubahan sementara itu
lembaga-lembaga kesejahteraan sosial yang memperkerjakannya disebut sebagai sistem
pelaksana perubahan.
Sistem Klien
Merupakanindividu, kelompok, keluarga, organisasi atau masyarakat yang meminta bantuan
atau pelayanan kepada sistem pelaksana perubahan. Sistem Klien adalah yang bermanfaat
bagi klien, yang seluruhnya berfokus pada kekuatan dan sumber-sumber klien.
Sistem Sasaran
adalah pihak-pihak yang dapat dijadikan sasaran perubahan, atau dijadikan media yang dapat
mempengaruhi proses pencapaian tujuan pertolongan.
Sistem Kegiatan
menunjukkan pada orang-orang yang bekerjasama dengan pekerja sosial untuk melakukan
usaha-usaha perubahan melalui pelaksanaan tugas-tugas atau program kegiatan.
Fokus Praktik
adalah memberdayakan klien dan memantapkan hubungan pertolongan yang
kolaboratif.Dalam praktik pekerjaan sosial berbasis-kekuatan, suatu hubungan pertolongan
kolaboratif dibentuk antara seorang profesional dan seorang individu, atau keluarga, atau
kelompok, atau sebuah organisasi, atau suatu masyarakat dengan tujuan memberdayakan dan
meningkatkan keadilan sosial dan ekonomi.
Fokus Praktik Pekerja Sosial
Mikro adalah meningkatkan keberfungsian dan keberdayaan klien.
Fokus Praktik Pekerja Sosial Makro
adalah pada perubahan keorganisasian dan komunitas/ masyarakat.
Macam- macam klien
Klien sukarela
adalah klien yang mencari pelayanan dari pekerja sosial atau badan-badan sosial atas dasar
keinginan sendiri karena mereka memang membutuhkan bantuan yang berhubungan dengan
sejumlah aspek kehidupannya sendiri.
Klien tidak sukarela
adalah klien yang ditekan atau dipaksa untuk mencari bantuan oleh seseorang yang mereka
kenal dekat, bisa anggota keluarga ataupun bukan. Mereka tidak memperoleh mandat dari
pengadilan atau hukum atau badan sosial untuk memperoleh bantuan
Klien bukan sukarela
adalah yang memiliki mandat hukum untuk menerima pelayanan-pelayan Mereka tidak
memiliki pilihan lain untuk hal tersebut.
Penelitian Pekerjaan Sosial diharapkan dapat mengembangkan konsep, teori atau
pengetahuan yang valid bagi keperluan Praktik Pekerja Sosial dalam bentuk metodametoda praktik yang ilmiah yang memenuhi persyaratan standar ilmiah.
Para pekerja sosial dan pelaksana pelayanan pekerja sosial lainnya diharapkan lebih
memahami dan membaca berbagai hasil Penelitian Pekerja Sosial serta menerapkan
konsep, teori dan pengetahuan yang dikembangkan oleh peneliti Pekerja Sosial,
kedalam praktik-praktik pertolongan Pekerjaan Sosial.
Kodek Etik Dalam Pekerjaan Sosial
Pekerja Sosial merupakan sebuah profesi yang membantu masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dan memecahkan masalah sosialnya dengan memanfaatkan sumber yang ada
untuk meningkatkan keberfungsian sosialnya. Pekerjaan Sosial bertujuan untuk
meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, baik secara individual maupun
kelompok , dimana kegiatannya difokuskan kepada relasi sosial mereka khususnya interaksi
orang-orang dengan lingkungannya.
Pekerja sosial sebagai profesi memiliki kode etik dimana kode etik tersebut terdiri dari
beberapa unsur, atau bagian. Nilai etika merupakana salah satu nilai yang terkandung didalam
profesionalisme. Pada dasarnya orang yang professional adalah orang yang tau akan keahlian,
meluangkan waktunya untuk pekerjaan ataua kegiatan itu dan bangga akan pekerjaannya itu.
Pekerjaan social sebagai suatu profesi memiliki ciri – ciri atau sifat umum. Ciri – ciri atau
sifat umum yang pertama adalah adanya pengetahuan khusus dimana suatu profesi selalu
mengandalkan adanya suatu pengetahuan atau keterampilan khusus yang dimiliki oleh
sekelompok orang yang professional untuk melaksanakan tugasnya. Adanya kaidah dan
standar moral yang sangat tinggi merupakan ciri atau sifat umum yang kedua dari sebuah
profesi. aturan permainan ini disebut sebagai kode etik. kode etik ini harus ditaati oleh semua
anggota profesi yang bersangkutan.
Ciri atau sifat umum yang ketiga adalah pengabdian kepada kepentingan masyarakat. hal ini
menyiratkan bahwa profesi harus dapat meletakkan kepentingan pribadinya di bawah
kepentingan masyarakat. Dan ciri dan sifat umum yang keempat adalah ada izin khusus untuk
bisa menjelaskan sesuatu profesi serta adanya suatu organisasi profesi.Hal inilah yang
melandaskan pekerjaan social sebagai suatu profesi yang harus tunduk pada nilai – nilai dan
kode etik. Kode etik dalam sebuah pekerjaan social professional memiliki peran yang sangat
penting dalam implementasinya Fungsi dan tujuan kode etik pekerjaan social dalam
pelayanan social adalah memberikan bimbingan dan inspirasi kepada anggota-anggotanya,
sebagai pengakuan akan pentingnya kode etik itu bagi status profesi di dalam komunitas dan
masyarakat, serta untuk mengokohkan akar perilaku yang profesional dari anggotaanggotanya. Karena apabila terjadi deviasi yang dilakukan oleh satu orang saja dapat
menodai seluruh anggota se-profesi yang lain.
Kode Etik Pekerjaan Sosial
1. Perilaku dan Intergritas pribadi Pekerja Sosial Profesional Prinsip etiknya adalah
pekerja sosial harus mempunyai perilaku yang dapat dipercaya. Dalam batas tertentu,
profesi pekerja sosial adalah seperti dokter, ‘mengobati’ dan ‘menyembuhkan’
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang sedang sakit. Tanpa adanya
perilaku yang dapat dipercaya, pekerja sosial tidak dapat menjalankan profesi tersebut
dengan baik. Integritas setidaknya ditunjukkan dengan konsistensi pekerja sosial
dengan misi profesional, nilai, dan prinsip etika, dan standar etika dalam aktivitas
pertolongan yang dilakukannya. Pekerja sosial harus memelihara standard perilaku
dan integritas pribadi dalam kapasitas atau identitas sebagai pekerja sosial.
2. Tanggung jawab Etis Pekerja Sosial Proefsional Terhadap Kelayan Tanggung jawab
utama pekerjaan
sosial adalah terhadap klien. Dimana tanggungjawab pelayanan
terhadap klien disesuaikan dengan prioritas kebutuhan yang klien perlukan.Prinsip
etiknya adalah pekerja sosial harus mengutamakan tujuan untuk membantu
masyarakat yang membutuhkan dan memusatkan pada permasalahan sosial.
3. Tanggung jawab etis Pekerja Sosial Profesional Terhadap Kolega dan Profesi Lain
Pekerja sosial sebaiknya memperlakukan kolega dengan penuh penghargaan, hormat
dan adil serta percaya. Pekerja sosial harus bekerjasama dengan koleganya untuk
meningkatkan kepentingan professional serta menjaga kerahasiaan yang dikemukakan
oleh koleganya dalam kaitan dan hubungan dan transaksi profesional mereka. Sebagai
pekerja sosial profesional kita harus menghormati dan menjalin kerjasama dengan
kolega dari profesi lain agar mereka melakukan hal sama terhadap kolega pekerja
sosial. Seorang pekerja sosial akan di uji dalam menyelesaikan permasalahan agar
tidak mendapatkan permasalahan dalam pertanggung jawaban terhadap klien dan
kolega.
4. Tanggung jawab etis pekerja sosial profesional terhadap lembaga yang
mempekerjakannya Pekerja sosial tentu saja harus bertanggung jawab terhadap
lembaga yang mempekerjakannnya dan harus mengikuti aturan-aturan yang
ada/berlaku di lembaga dengan kata lain harus berkomitmen terhadap lembaga
tempatnya bekerja. Pekerja sosial harus selalu berusaha untuk mencegah serta
menghilangkan adanya bentuk dikriminasi dalam sebuah kebijakan dan sebagai
pekerja sosial yang profesional harus selalu berupaya dapat meningkatakan kualitas
kebijakan dan prosedur pelayanan lembaga dimana tempat dia bekerja serta mampu
menggunakan sumber – sumber organisasi secara tepat menurut tujuannya.
5. Tanggung jawab etis pekerja sosial profesional terhadap profesi pekerjaan sosial Di
dalam tanggung jawab pekerja sosial terhadap profesinya ada tiga point yang harus di
tingkatkan yaitu pertama bagaimana pekerja sosial profesional memelihara intergritas
profesinya yaitu, seorang pekerja sosial hendaknya memegang teguh dan memajukan
nilai-nilai, etika, pengetahuan dan misis profesi, yang kedua yaitu dalam pelayanan
masyarakat dimana seorang pekerja sosial harus membantu profesi dalam usahanya
menciptakan ketersediaan pelayanan bagi masyarakat, dan yang terakhir atau yang
ketiga adalah pengembangan pengetahuan, yaitu seorang pekerja sosial harus mampu
memegang tanggung jawab dalam mengidentifikasi , mengembangkan dan
memanfaatkan sebesar-besarnya pengetahuan bagi praktek profesional.
6.Tanggung jawab pekerja sosial profesional terhadap masyarakat Pekerja sosial hendaknya
berusaha untuk selalu dapat meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat terutama
kelompok-kelompok yang kurang beruntung atau tertindas agar dapat mengembangkan
pilihan dan kesempatannya, dimana seorang pekerja sosial harus dapat memberikan
pelayanan-pelayanan yang tepat di dalam keadaan dan kondisi darurat dan mampu
menciptakan kondisi kondisi yang mendorong muunculnya rasa hormat terhadap
keanekaragaman budaya .
DILEMA ETIK DALAM PEKERJA SOSIAL
A. Dilema etis dalam pekerja sosial
Dalam setiap menangani aksus, baik dalam setting praktik langsung maupun praktik tidak
langsung pekerja sosial di tuntut untuk membuat suatu keputusan etik yang tepat tetapi
masalah nya keputusan etik yang tepat tidak mudah di bayangkan sebab pada kenyataan nya
oekerja sosial dihadapkan kepada dilema- dilema etik yang sangat sulit untuk di putuskan.
1. Dilema etik dalam praktik langsung
Dalam praktik langsung, menurut Reamer (1999:93) dilema etik paling tidak menyangkut
tema-tema etik berikut sebagai berikut :
1. Kerahasiaan dan Privacy
2. Self- Determination dan paternalism
3. Membagi loyalitas
4. Batas profesionalitas dan konflik kepentingan
5. Antara nilai profesional dan nilai personal
6. Dilema etik dalam praktik tidak langsung
7. Keterbatasan sumber
8. Antara tanggung jawab pemerintah dan personal
9. Patut terhadap peraturan dan hukum
10. Dilema menagemen lembaga
11. Memperingatkan teman sekerja.
.PRINSIP- PRINSIP HAM
1. Universal
Prinsip HAM yang satu ini dibagi menjadi dua pemahaman, universal dan tidak dapat
dicabut. Jika ditarik dari akar bahasanya, maka universal berasal dari katauniverse, yang
mana pemahaman atas kata universe ini sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu alam semesta,
keseluruhan bidang, dan semua.
2. alam semesta yang berarti “di seluruh dunia”. HAM ada di mana-mana dan tidak ada
satu pun jengkal tanah dan lautan di dunia ini yang tidak menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia. Misalnya, kalau kita lagi di Jakarta, kita punya HAM. Begitu kita pergi ke
Semarang, HAM itu hilang.. Kemanapun kita pergi, HAM itu tetap melekat pada kita.
3. seluruh Bidang”. HAM mencakup keseluruhan bidang atau sisi-sisi hidup manusia.
Ada HAM untuk kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, pribadi. Tidak ada satu
pun bidang kehidupan manusia yang tidak terdapat HAM di dalamny
4. HAM untuk semua manusia. Tidak peduli kita kulit putih atau hitam, orang Jawa atau
Minang,. Intinya, HAM itu dimiliki orang karena mereka manusia. Ia berlaku untuk
siapa saja, kapan saja, di mana saja, dan dalam sisi kehidupan mana saja.
2. Saling Terkait
Tiap hak asasi yang dimiliki oleh manusia, hak untuk hidup, menyatakan pendapat, memilih
agama dan kepercayaan, menjadi bagian dalam masyarakat, dan hak-hak lainnya, adalah hakhak yang mempunyai keterikatan satu dengan yang lainnya dan membentuk HAM secara
keseluruhan. Prinsip Saling Terkait mempunyai dua unsur, yaitu interdependence (saling
membutuhkan) dan interrelatedness (saling terhubung).
3. Tidak Dapat Dibagi
Prinsip ini sebenarnya merupakan pengembangan dari prinsip Saling Terkait. Secara logika,
apabila hak-hak asasi yang kita miliki terkumpul menjadi satu kesatuan, akan jelas bahwa
HAM itu tidak dapat dibagi,Sebagai analogi, seorang manusia tidak bisa hanya menerima hak
politik tanpa menerima hak sosial dan budaya. Atau seseorang mustahil hanya mempunyai
hak pribadi tanpa memiliki hak ekonomi.
4. Kesetaraan dan Non-Diskriminatif
Semua manusia terlahir bebas dan memiliki kesetaraan dalam hak asasi manusiaPrinsip nondiskriminasi itu sederhana. Kita memperlakukan orang lain secara setara tanpa melihat
perbedaan status sosial, ekonomi, gender, budaya, politik, maupun agama.
5. Partisipasi dan Inklusif
setiap orang memiliki hak untuk turut serta dalam pemerintahan tanpa memandang atributatribut yang melekat kepadanya.Selain itu, partisipasi juga menegaskan bahwa setiap manusia
harus diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk diterima dalam suatu komunitas atau
masyarakat. Hal ini berkaitan dengan prinsip setara dan non-diskriminasi.
6. Akuntabilitas dan Rule of Law
Dua prinsip terakhir ini lebih mengarah kepada pemerintah kita biar mereka tidak seenaknya
me-’modif’ hak-hak kseseorang kedua prinsip ini jadi landasan untuk menuntut pemerintah
dalam melindungi hak asasi kita sebagai warga negara.
Pelayanan Pekerja Sosial Berbasis HAM
Pekerja sosial adalah bidang keahlian yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan
berbagai upaya guna meningkatkan kemampuan orang dalam melaksanakan fungsi-fungsi
sosialnya melalui interaksi; agar orang dapat menyesuaikan diri dengan situasi kehidupannya
secara memuaskan. Kekhasan pekerja sosial adalah pemahaman dan keterampilan dalam
memanipulasi perilaku manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam profesi pekerja sosial terdapat pelayanan-pelayanan yang berbasis HAM, dalam artian
seorang pekerja sosial tidak boleh melewati batasan-batasan HAM,
Berikut adalah bentuk Pelayanan Pekerja sosial berbasis HAM, yaitu :
1. Diskriminasi. Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap
individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili
oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai
dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk
membeda-bedakan yang lain. Seorang pekerja sosial tidak boleh memperlakukan
Klien nya secara tidak adil, baik dipandang dari karakteristik suku, antar golongan,
agama, jenis kelamin kepercayaan (Agama) , aliran politik ataupun kondisi fisik klien
nya.
2. Affirmative Action (tindakan Afirmatif). Affirmative action (tindakan afirmatif)
adalah kebijakan yang diambil yang bertujuan agar kelompok/golongan tertentu
(gender ataupun profesi) memperoleh peluang yang setara dengan
kelompok/golongan lain dalam bidang yang sama. Dalam hal ini seorang pekerja
sosial tidak boleh membeda-bedakan klien nya dalam menyelesaikan masalah, karena
klien nya tersebut bisa jadi dari kumpulan adat terpencil ataupun berasal dari kaum
minoritas baik dari segi apapun, pekerja sosial harus melayani klien nya tersebut.
3. Anti Kekerasan. Dalam hal ini pelayanan yang diberikan oleh seorang pekerja sosial
tidak boleh dalam bentuk kekerasan, baik dari perkataan, sikap dan hal-hal lain yang
termasuk dalam kategori kekerasan.
4. State Obligation (Kewajiban Negara).
Referensi:
1. Budi Wibhawa, Santoso Tri Raharjo & Meilany Budiarti. 2010. Dasar-Dasar Pekerja
Sosial. Bandung: Widya Padjadjaran.
2. Jusman Iskandar& Niti Miharjo. 1981. Pengantar Penelitian Pekerjaan Sosial.
Bandung: LSP STKS. H
3. Miftachul Huda. 2009. Pekerja sosial & kesejahteraan sosial.Yogyakarta: pustaka
belajar.