MAKALAH RUANG LINGKUP PENDIDIKAN DAN SIS

Makalah : Teori-teori Pendidikan
Oleh : Huda Nuralawiyah
PAI-A
08.01.263

Sekolah Tinggi Agama Islam Tasikmalaya
BAB I
PENDAHULUAN
1. A.

Latar Belakang

Pendidikan dalam bahasa lain, mereformasi dirinya sendiri sesuai tuntutan demokratisasi dan
terutama perbaikan institusi-institusi pencetak aset-aset masa depan bangsa ini agar tidak
seperti pendahulunya. Hal tersebut diungkapkan oleh Ferdiansyah, SE., MM. Anggota
KOMISI X FPG DPR RI DAPIL KAB. GARUT, KAB. & KOTA TASIKMALAYA dalam
Seminar Nasional yang diselenggarakan STAI Tasikmalaya pada bulan Mei 2010.
Pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang disebut PBM (Proses belajar-mangajar)
ialah sebuah kegiatan utuh terpadu(integral) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar
dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar.
Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal yakni hubungan antara guru dengan

para siswa dalam situasi instruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran.
Sehubungan dengan proses ini, setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri
khas) kepribadian ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis.
Hal lain yang perlu dimiliki oleh para pendidik adalah kompetensi dan profesionalisme
keguruan yang sampai batas tertentu sering terlupakan oleh para guru.
Dalam upaya mewujudkan proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien maka perilaku
yang terlibat dalam proses tersebut hendaknya didinamiskan secara baik.
Pengajar hendaknya mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar mampu
mewujudkan perilaku belajar siswa melalui interaksi belajar-mengajar yang efektif dalam
situasi belajar-mangajar yang kondusif.

Pengetahuan pengajar terhadap teori-teori dalam dunia pendidikan sangatlah penting untuk
membantunya di lapangan pendidikan yang dihadapkan pada anak didik yang beragam.
Dengan pemaparan tadi, maka dirasa perlu untuk sedikit membahas teori-teori pendidikan
untuk menambah pengetahuan guru sebagai bekal mengajar.
1. B.

Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang tadi, maka kami menentukan rumusan :

1. Apa yang dimaksud dengan teori?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
3. Apa saja teori-teori pendidikan?
1. C.

Tujuan Penilitian

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui yang dimaksud dengan teori
2. Mengetahui yang dimaksud dengan pendidikan
3. mengetahui teori-teori pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
1. A.

Pengertian Teori

Menurut Muhammad Surya, teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip terorganisasi
mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan.
Karakteristik suatu teori ialah :

1. Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan
sebagai dasar untuk penelitian
2. Memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji.
Teori merupakan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan konsep-konsep itu sendiri
merupakan hubungan dari kata-kata yang menjelaskan suatu persoalan atau kenyataan. Katakata merupakan simbol berupa bunyi dan aksara ketika kita merujuk pada suatu benda atau
realitas yang ada di dunia. Sedangkan konsep merupakan suatu penjelasan yang lebih luas
karena mengubungkan keterkaitan antara dua atau lebih dari keberadaan benda atau gejala
(peristiwa). Karenanya, teori merujuk pada suatu hubungan antara konsep-konsep yang lebih
bisa menjelaskan peristiwa atau suatu proses tertentu dari kehidupan ini.
Jadi teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia merupakan
penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan.
Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri dengan penjelasan
yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara dua teori atau lebih yang berbeda tidak
menutup kemungkinan ada suatu hal yang beririsan. Dan suatu teori yang baik diharapkan

menghilangkan irisan-irisan itu sekecil mungkin, untuk memberikan pembedaan antara
seperangkat penjelasan dengan lainnya yang memiliki karakternya masing-masing
1. B.

Pengertian Pendidikan


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata lakku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Langeveld Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan
yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu
anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari
orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup
sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
Menurut J.J. Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada
masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
Menurut Carter V.Good
a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching.( Seni, praktek, atau profesi
pengajar).
b. The systematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching
and of student control and guidance; largely replaced by the term education (Ilmu yang
sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar,
pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan).

Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anakanak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dalam definisi yang panjang ini terdapat 2 kata kunci yang layak disorot yaitu kedewasaan
dan tanggung jawab. Jadi, pendidikan bisa disimpulkan sebagai proses yang dilakukan untuk
mendewasakan manusia agar bisa bertanggung jawab dalam segala kewajibannya baik
sebagai individu maupun makhluq social.

1. C.

Teori-teori pendidikan


Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Pendidikan klasik,
Pendidikan pribadi
Teknologi pendidikan,
Pendidikan interaksional,

Untuk lebih jelasnya mengenai teori-teori yang dikemukakan oleh beliau, berikut adalah
penjelasannya :
1. 1.

Pendidikan klasik,

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafatklasik, seperti Perenialisme,
Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai
upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih

menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses.
Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan
dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam
prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik
memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
1. 2.

Pendidikan pribadi

Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah
memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi
yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam
hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya
menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan
pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis.
yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi
kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum
humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual
(kurikulum subjek akademis),

1. Teknologi pendidikan,
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan
pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun
diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologipendidikan, lebih diutamakan adalah
pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan
pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa
data-data obyektif danketerampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan
vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan

dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara
individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara
efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam
masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan
dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
1. 4.

Pendidikan interaksional,


Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran
manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan
manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama
dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak
dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan
materi pembelajaran dan denganlingkungan, antara pemikiran manusia dengan
lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan
interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta.
Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan
interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat
yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksisosial.
Selain dari teori-teori tersebut, berikut akan dijelaskan teori-teori pendidikan yang berasal
dari barat.
1. Teori Koneksionisme
Edward Lee Thorndike adalah tokoh psikologi yang mampu memberikan pengaruh besar
terhadap berlangsungnya proses pembelajaran. Teorinya dikenal dengan teori StimulusRespons. Menurutnya, dasar belajar adalah asosiasi antara stimulus (S) dengan respons (R).
Stimulus akan memberi kesan kepada pancaindra, sedangkan respons akan mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan. Asosiasi seperti itu disebut Connection. Prinsip itulah
yang kemudian disebut sebagai teori Connectionism.

Pendidikan yang dilakukan Thorndike adalah menghadapkan subjek pada situasi yang
mengandung problem. Model eksperimen yang ditempuhnya sangat sederhana, yaitu dengan
menggunakan kucing sebagai objek penelitiannya. Kucing dalam keadaan lapar dimasukkan
ke dalam kandang yang dibuat sedemikian rupa, dengan model pintu yang dihubungkan
dengan tali. Pintu tersebut akan terbuka jika tali tersentuh/tertarik. Di luar kandang diletakkan
makanan untuk merangsang kucing agar bergerak ke-luar. Pada awalnya, reaksi kucing
menunjukkan sikap yang tidak terarah, seperti meloncat yang tidak menentu, hingga akhirnya
suatu saat gerakan kucing menyentuh tali yang menyebabkan pintu terbuka.
Setelah percobaan itu diulang-ulang, ternyata tingkah laku kucing untuk keluar dari kandang
menjadi semakin efisien. Itu berarti, kucing dapat memilih atau menyeleksi antara respons
yang berguna dan yang tidak. Respons yang berhasil untuk membuka pintu, yaitu menyentuh

tali akan dibuat pembiasaan, sedangkan respons lainnya dilupakan. Eksperimen itu
menunjukkan adanya hubungan kuat antara stimulus dan respons.
Thorndike merumuskan hasil eksperimennya ke dalam tiga hukum dasar (Suwardi, 2005: 3436), sebagai berikut:
a. Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)
Hukum ini memberikan keterangan mengenai kesiapan seseorang merespons (menerima atau
menolak) terhadap suatu stimulan. Pertama, bila sese¬orang sudah siap melakukan suatu
tingkah laku, pelaksanaannya akan memberi kepuasan baginya sehingga tidak akan
melakukan tingkah laku lain. Contoh, peserta didik yang sudah benar-benar siap menempuh

ujian, dia akan puas bila ujian itu benar-benar dilaksanakan.
Kedua, bila seseorang siap melakukan suatu tingkah laku tetapi tidak dilaksanakan, maka
akan timbul kekecewaan. Akibatnya, ia akan melakukan ting¬kah laku lain untuk
mengurangi kekecewaan. Contoh peserta didik yang sudah belajar tekun untuk ujian, tetapi
ujian dibatalkan, ia cenderung melakukan hal lain (misalnya: berbuat gaduh, protes) untuk
melampiaskan kekecewaannya.
Ketiga, bila seseorang belum siap melakukan suatu perbuatan tetapi dia harus melakukannya,
maka ia akan merasa tidak puas. Akibatnya, orang tersebut akan melakukan tingkah laku lain
untuk menghalangi terlaksananya tingkah laku tersebut. Contoh, peserta didik tiba-tiba diberi
tes tanpa diberi tahu lebih dahulu, mereka pun akan bertingkah untuk menggagalkan tes.
Keempat, bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku dan tetap tidak
melakukannya, maka ia akan puas. Contoh, peserta didik akan merasa lega bila ulangan
ditunda, karena dia belum belajar.
b. Hukum Latihan (The Law of Exercise)
Hukum ini dibagi menjadi dua, yaitu hukum penggunaan (the law of use), dan hukum bukan
penggunaan (the law of disuse). Hukum penggunaan menyatakan bahwa dengan latihan
berulang-ulang, hubungan stimulus dan respons akan makin kuat. Sedangkan hukum bukan
penggunaan menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons akan semakin
melemah jika latihan dihentikan.
Contoh: Bila peserta didik dalam belajar bahasa Inggris selalu menghafal perbendaharaan
kata, maka saat ada stimulus berupa pertanyaan “apa bahasa Inggrisnya kata yang berbahasa
Indonesia….” maka peserta didik langsung bisa merespons pertanyaan itu dengan mengingat
atau mencari kata yang benar. Sebaliknya, jika tidak pernah menghafal atau mencari, ia tidak
akan memberikan respons dengan benar.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prinsip utama belajar adalah pengulangan. Makin
sering suatu pelajaran diulang, akan semakin banyak yang dikuasainya. Sebaliknya, semakin
tidak pernah diulang, pelajaran semakin sulit untuk dikuasai.
c. Hukum Akibat (The Law of Effect)

Hubungan stimulus-respons akan semakin kuat, jika akibat yang ditimbulkan memuaskan.
Sebaliknya, hubungan itu akan semakin lemah, jika yang dihasilkan tidak memuaskan.
Maksudnya, suatu perbuatan yang diikuti dengan akibat yang menyenangkan akan cenderung
untuk diulang. Tetapi jika akibatnya tidak menyenangkan, akan cenderung ditinggalkan atau
dihentikan. Hubungan ini erat kaitannya dengan pemberian hadiah (reward) dan sanksi
(punishment).
Contoh: Peserta didik yang biasa menyontek lalu dibiarkan saja atau justru diberi nilai baik,
anak didik itu akan cenderung mengulangnya, sebab ia merasa diuntungkan dengan kondisi
seperti itu. Tetapi, bila ia ditegur atau dipindahkan sehingga temannya tahu kalau ia
menyontek, ia akan merasa malu (merasa tidak diuntungkan oleh kondisi). Pada kesempatan
lain, ia akan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan itu, sebab ia merasakan ada hal yang
tidak menyenangkan baginya.
2. Teori Classical Conditionins
Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov, warga Rusia yang hidup
pada tahun 1849-1936. Teorinya adalah tentang condi¬tioned reflects. Pavlov mengadakan
penelitian secara intensif mengenai kelenjar ludah. Penelitian yang dilakukan Pavlov
menggunakan anjing sebagai objeknya. Anjing diberi stimulus dengan makanan dan isyarat
bunyi, dengan asumsi bahwa suatu ketika anjing akan merespons stimulan berdasarkan
kebiasaan.
Ketika akan makan, anjing mengeluarkan liur sebagai isyarat dia siap makan. Percobaan itu
diulang berkali-kali, dan pada akhirnya percobaan dilakukan dengan memberi bunyi saja
tanpa diberi makanan. Hasilnya, anjing tetap mengeluarkan liur dengan anggapan bahwa di
balik bunyi itu ada makanan. Lewat penemuannya, Pavlov meletakkan dasar behaviorisme
sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi berbagai penelitian mengenai proses belajar dan
pengembangan teori-teori belajar.
Prinsip belajar menurut Pavlov adalah sebagai berikut:
a. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan/ mempertautkan
antara perangsang (stimulus) yang lebih kurang dengan perangsang yang lebih lemah.
b. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
c. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme/individu.
d. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.
e. Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.
Teori-teori pendidikan yang dihubungkan dengan filsafat
Selain itu, teori-teori pendidikan pun dihubungkan dengan berbagai aliran filsafat. Hal ini,
dikarenakan terdapat kaitan yang sangat erat antara filsafat dengan pendidikan, karena filsafat
mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakatnya, sementara pendidikan
berusaha mewujudkan citra tersebut.

Filsafat pendidikan berusaha menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokol
sekitar pendidikan, seperti apa, mengapa, kemana, bagaimana, dsb.
Aliran-aliran filsafat pada gilirannya melahirkan filsafat-filsafat pendidikan seperti:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Idealisme
Realism
Perenialisme
Essensialisme
Pragmatism
Progresivisme
Eksistensialisme.

Namun demikian, kita mempunyai filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu, Pancasila.
Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan.
Menurutnya apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide
sebagai kebenaran yang bersifat mental. Variasi dari aliran ini di antaranya :
1. Spiritualisme
2. Rasionalisme
3. Neo-kantianisme
Umumnya aliran ini menekankan bahwa pendidikan merupakan kegiatan intelektual untuk
membangkitkan ide yag masih laten antara lain melalui instropeksi dan Tanya jawab. Karena
itu lembaga pendidikan/sekolah harus berfungsi membantu siswa mencari dan menemukan
kebenaran, keindahan, dan kehidupan yang teratur.
Tujuan pendidikan adalah untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi siswa.
Kurikulum nya berisikan pendidikan liberal dan vokasional/praktis. Metodenya harus berupa
struktur dan atmosfir yang member kesempatan siswa untuk berfikir.
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang mengangap segala kenyataan yang bisa
ditangkap oleh panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Variasi dari aliran ini
diantaranya :
1. Realism
2. Materialism
3. Positivism/neopositivisme
Realisme menekankan adanya pengakuan adanya kenyataan hakiki yang objektif; tujuan
pendidikan agar para siswa bertahan hidup di dunia yang bersifat alamiah dan memperoleh
keamanan dan hidup bahagia. Kurikulum sebaiknya meliputi :
1. 1.
2. 2.
3. 3.

Sains/IPA dan matematika
Ilmu kemanusiaan dan ilmu social
Nilai-nilai

Metode pendidikan berupa pembiasaan dan metode mengajar bersifat otoriter.

Positivism mengemukakan bahwa jika sesuatu disebut ada maka sesuatu itu harus dapat
diamati dan diukur karena Positivism sangat mengutamakan ilmiah.
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus
dinilai dari segi nilai kegunaan praktis. Pendidikan yaitu suatu proses eksperimental dan
metode mengajar yang penting berupa pemecahan masalah. Tujuan pendidikan harus
mengajarkan seseorang bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang
terjadi di dalam masyarakat. Metode nya berupa pemecahan masalah, penyelidikan dan
penemuan. Kurikulummya berbasis masyarakatm lahan praktek cita-cita demokratis.
Konstruktivisme lebih menekankan pada perkembangan konsep pengertian yang mendalam
sebagai hasil konstruksi aktif si pelajar dalam tujuan pendidikannya. Krurikulumnya berupa
program aktivitas antara pengetahuan dan keterampilan.
Pancasila memandang tujuan pendidikan seyogyanya untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Kurikulum disesuaikan dengan jenjang pendidikan, dan
menggunakan metode-metode pilihan yang disesuaikan. Orientasi pendidikan ditujukan
untuk fungsi konservasi dan juga fungsi kreasi.
BAB III
KESIMPULAN
Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa
tertentu dalam lingkungan
Pendidikan bisa disimpulkan sebagai proses yang dilakukan untuk mendewasakan manusia
agar bisa bertanggung jawab dalam segala kewajibannya baik sebagai individu maupun
makhluq social.
Teori-teori pendidikan dihubungkan dengan filsafat, karena memiliki kaitan erat dengan
tujuannya. Teori tersebut diantaranya : Idealisme
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Realism
Perenialisme
Essensialisme
Pragmatism
Progresivisme
Eksistensialisme
Pancasila

Selain itu teori pendidikan pun dapat digaris besarkan menjadi 4 teori, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Pendidikan klasik,
Pendidikan pribadi
Teknologi pendidikan,
Pendidikan interaksional,

DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2008 Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cet-13. Bandung.
Rosdakarya.
Syaripudin, Tatang. 2006. Landasan Pendidikan. Bandung. Sub Koordinator MKDP Landasa
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Iniversitas Pendidikan Indonesia.
S, Nasution. 2004. Didaktik Asas-asas Mengajar.Cet-3. Jakarta. Bumi Aksara.
Nurani Soyomukti. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo)Liberal, MarxisSosialis, Postmodern. Ar-ruzzmedia, Yogyakarta. Cetakan: I,
Gunansyah, Ganes. Hand out. Dasar-dasar Pendidikan. 2008.
Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani
Quraisy,2004
http://id.wikipedia.org