PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEK

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai kehidupan, harus dapat bimbingan
sepenuhnya dari pendidik. Karena tugasnya pendidik adalah mendidik peserta didik supaya
mempunyai latar belakang yang baik. Karena pada dasarnya anak sejak dilahirkan dalam
keadaan fitrah atau suci dan pikirannya masih dalam keadaan kosong, baru akan berisi jika
alat indranya mulai bisa menangkap sesuatu. Adapun perkembangan peserta didik itu sematamata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar keturunan dan lingkungan. Dasar keturunan
dan lingkungan akan memberi corak warna terhadap nilai hidup perkembangan bagi peserta
didik. Hal ini sebagaimana hadist nabi Muhammad SAW, yang berbunyi “Tidaklah anak yang
dilahirkan itu kecuali telah membaca fitrah (kecendrungan untuk percaya kepada Allah),
maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama yahudi, nasrani,
majusi”. (H.R. Muslim).
Dasar keturunan dan lingkungan itu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta
didik. Peserta didik akan mempunyai nilai-nilai positif jika, pengaruh dari keturunan dan
lingkungan itu menumbuhkan nilai-nilai yang positif dan peserta didik juga akan mempunyai
nilai-nilai yang negatif jika, pengaruh dari keturunan dan lingkungan itu menumbuhkan nilainilai yang negatif. Dilihat dari segi kedudukannya, Peserta didik adalah makhluk yang sedang
berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing.
mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal
kemampuan fitrahnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peserta didik dalam pendidikan
islam memiliki aspek-aspek penting yang perlu di kaji dan kembangkan dalam proses
pendidikan.

Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu.
Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan
dan perkembangan, sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk
kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
didik adalah manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitanya dengan
pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana
semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik.
peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan baik dari segi fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai

1

individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju arah titk optimal kemampuan fitrahnya (Arifin, 1996).
Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di
dunia dan di akhirat kelak. Dengan demikian dalam konsep pendidikan islam, tugas mengajar,
mendidik, dan memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk meraih surga.
Sebaliknya, melantarkan hal tersebut berarti sama dengan menjerumuskan diri kedalam
neraka. Jadi, kita tidak boleh melalaikan tugas ini, adapun hadist nabi yang berbunyi

”Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan baik”. Adapun menurut langeveld
“Anak manusia itu memerlukan pendidikan, karena ia berada dalam keadaan tidak berdaya
(hulpeoosheid)”. Dalam ketidak berdayaan ini yang dimaksud yaitu peserta didik belum
mempunyai pengetahuan sama sekali. Dalam al-quran dijelaskan pada surat an-nahl ayat 78
yang berbunyi “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu apapun, dan Allah memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur”.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia mempunyai banyak kecendrungan, ini
disebabkan oleh banyak potensi yang dibawanya. Dalam garis besar, kecendrungan itu dapat
dibagi menjadi dua, yaitu kecendrungan menjadi orang yang baik dan kecendrungan menjadi
orang yang jahat. Kecendrungan beragama termasuk kedalam kecendrungan menjadi baik.
Seperti firman Allah dalam al-quran surat ar-rum ayat 30 yang berbunyi ”Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Dari ayat tersebut dijelaslakan bahwa pada dasarnya peserta didik (anak) itu telah
membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada para pendidiknya dalam
mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia peserta didik dalam pertumbuhannya.
Dasar-dasar pendidikan agama ini harus sudah ditanamkan sejak peserta didik itu masih usia
muda, karena jika tidak demikian kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencapai

tujuan pendidikan islam yang diberikan pada masa dewasa. Dengan demikian, agar pendidik
islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai
dengan perkembangan peserta didik dan juga harus mempunyai tujuan terhadap
perkembangan peserta didik.

2

Perkembangan peserta didik dalam pendidikan islam bertujuan membangun manusia
dan masyarakat secara utuh dan menyeluruh dalam semua aspek kehidupan yang dapat
membawa perubahan pada kehidupan berbudaya dan peradaban dalam memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat program kurikulum pendidikan islam. Metodologi pendidikan
islam dalam proses belajar mengajar harus menggunakan learning based student learning
(belajar berbasis belajar siswa) dan bukan teaching learning (belajar mengajar). Akan tetapi,
diorientasikan pada cara mengaktifkan peserta didik, menemukan, dan memecahkan masalah
untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas, kreatif, inovatif

yang mampu

menerjemahkan agama dalam prilaku sosial ditengah kehidupan masyarakat global menuju
masyarakat madani. Agama islam mengajarkan kepada pendidik agar menanamkan benihbenih aqidah kepada peserta didik mereka sejak dini.

Menurut psikologi

perkembangan peserta didik bertujuan untuk memberikan,

mengatur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang
berkembang sesuai dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian
yang berlaku bagi anak-anak dimana saja dan dalam lingkungan sosial budaya, mempelajari
karakteristik umum perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif, psikososial,
perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan atau masa perkembangan tertentu,
tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda,
penyimpangan tingkah laku yang dialami seseorang, seperti kenakalan-kenakalan, kelainankelainan dalam fungsionalitas inteleknya. Dalam hal itu, pendidik harus mengetahui hakikat
perkembangan peserta didik. Hakikat perkembangan pada peserta didik yaitu terdiri dari
perkembangan, pertumbuhan, kematangan, dan perubahan. Hal paling utama yang harus
diketahui oleh pendidik yaitu perkembangan.
Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas menunjuk pada
keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas
kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Di dalam perkembangan juga tercakup konsep usia,
yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian”. Menurut F.J. Monks, dkk.,
(2001), pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna
dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang

bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali”. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai

3

“proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi
yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar”.
Kesimpulan umum dapat ditarik dari beberapa definisi diatas adalah bahwa
perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar,
melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus
menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu
menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar. Perkembangan
menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap
aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara
berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk atau tahap ke bentuk atau tahap berikutnya
yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan
kematian. Selain tahap perkembangan, pendidik juga harus mengetahui bagaimana
pertumbuhan peserta didik.
Menurut C.P. Chaplin (2002), mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan
atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu
keseluruhan. Adapun menurut A.E. Sinolungan (1997), “pertumbuhan menunjuk pada

perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung dan diukur, seperti panjang atau berat tubuh”.
Sedangkan menurut Ahmad Thonthowi (1993), mengartikan ”pertumbuhan sebagai
perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran size sebagai akibat dari adanya perbanyakan
sel-sel”. Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan dalam
konteks perkembangan merujuk perubahan- perubahan itu disebabkan oleh pertumbuhan
jasmani dan rohani.
Dalam pertumbuhan jasmani terdiri atas organisme fisik. Pada dimensi ini, proses
penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan ataupun tumbuhan, sebab semua
termasuk bagian dari alam. Setiap alam biotik, memiliki unsur material yang sama, yakni
yang terbuat dari unsur tanah, api, udara, dan air. Namun manusia merupakan makhluk biotik
yang unsur-unsur pembentukan materialnya bersifat profesional antara unsur tersebut.
Sehingga manusia disebut makhluk sempurna terbaik penciptaannya.
Aspek jasmani manusia memiliki dua natur yaitu natur kongkrit berupa tubuh kasar
yang tampak dan natur abstrak berupa nyawa yang menjadi sumber kehidupan tubuh. Aspek
abstrak jasmani inilah yang mampu berinteraksi dengan aspek rohani manusia. Mendidik
jasmani dalam Islam memiliki dua tujuan yaitu: membina tubuh sehingga mencapai

4

pertumbuhan secara sempurna dan mengembangkan energi potensial yang dimiliki manusia

yang berlandaskan fisik sesuai dengan perkembangkan fisik manusia.
Adapun aspek rohaniah merupakan suatu dimensi yang sangat penting, dan memiliki
pengaruh dalam mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat, tentram, dan
bahagia. Pertumbuhan rohani tidak terhambat walaupun keadaan jasmani sudah sampai pada
puncak pertumbuhannya. Penciptaan manusia mengalami kesempurnaan setelah Allah
meniupkan sebagian ruh ciptaan-Nya. Makhluk yang diciptakan dari tubuh yang dapat dilihat
oleh pandangan dan jiwa yang bisa ditanggapi oleh akal. Tetapi tidak dengan panca indera,
tubuhnya dikaitkan dengan tanah dan ruhnya pada diri atau jiwanya. Allah maksudkan ruh itu
ialah apa yang kita ketahui sebagai jiwa atau an-nafs. Oleh karena itu, maka dalam rangka
terlaksana usaha untuk mewujudkan kebahagiaan tersebut adalah mendidik peserta didik
dengan pendidikan agama. Sehingga dalam pertumbuhannya akan mengahasilkan nilai-nilai
yang baik. Yang dimaksud dengan pendidikan agama tidak hanya upaya untuk membekali
peserta didik dengan pengetahuan agama, tapi sekaligus upaya untuk menanamkan nilai
keagamaan dan membentuk sikap keagamaan sehingga menjadi bagian dari kepribadian
mereka. Perkembangan dan pertumbuhan jasmani ataupu rohani yang disebutkan diatas,
sebenarnya merupakan suatu kesatuan dalam diri manusia yang mempengaruhi satu sama
lain. Pertumbuhan dan perkembangan itu pada umumnya berjalan selaras dan pada tahaptahap tertentu menghasilkan suatu “kematangan”, baik kematangan jasmani ataupun rohani.
Istilah kematangan dalam bahasa inggris disebut dengan maturation, sering
dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Adapun dari istilah yang sering
digunakan dalam biologi, yaitu yang menunjuk pada keranuman atau kemasakan.

Chaplin (2002) mengartikan kematangan (maturation) sebagai, perkembangan proses
mencapai kemasakan atau usia masak, proses perkembangan yang dianggap berasal dari
keturunan atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun). Davidoff (1988),
menggunakan istilah kematangan (maturation) untuk menunjuk pada munculnya pola prilaku
tertentu yang bergantung pada pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan syaraf. Proses
kematangan ini juga sangat bergantung pada gen, karena pada saat terjadinya pembuahan, gen
sudah memprogramkan potensi-potensi tertentu untuk perkembangan makhluk tersebut
dikemudian hari.
Jadi, kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul
dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku
individu. Meskipun demikian, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan
5

atau pembawaan karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki
oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. Kematangan mula-mula merupakan
suatu hasil daripada adanya perubahan-perubahan tertentu,

penyesuaian tertentu dan

penyelesaian struktur pada diri individu, seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh,

syaraf, dan kelenjar-kelenjar yang disebut dengan kematangan biologis. Kematangan terjadi
juga pada aspek psikis yang meliputi keadaan berpikir, rasa kemauan, dan lain-lain, serta
kematangan dalam aspek psikis ini harus memerlukan latihan-latihan tertentu.
Dalam perkembangan mengandung perubahan-perubahan, tetapi bukan berarti setiap
perubahan bermakna perkembangan. Perubahan-perubahan tidak mempengaruhi proses
perkembangan seseorang dengan cara yang sama. Perubahan dalam perkembangan bertujuan
untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana dia hidup. Untuk
mencapai tujuan, realisasi diri atau yang biasanya disebut aktualisasi diri merupakan faktor
yang sangat penting. Tujuan ini dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan
sesuatu yang tepat, untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik atuapun
psikis.
Secara garis besar, perubahan yang terjadi dalam perkembangan dibagi kedalam empat
bentuk, yaitu:
Pertama, perubahan dalam ukuran besar terlihat dalam pertumbuhan jasmani dan
perkembangan mental seseorang. Dalam pertumbuhan jasmani dilihat dari tinggi dan berat
badannya bertambah, kecuali jika keadaan yang tidak normal mempengaruhinya, maka akan
terjadi berbagai penyimpangan dalam pertumbuhannya. Dan jika dalam perkembangan mental
yaitu akan menunjukan kemajuan yang sama, seperti terlihat pada semakin meningkat dan
bertambahnya perbendaharaan kosakata setiap tahunnya, kemampuan dalam berpikir,
mengingat, mengecap, dan menggunakan sesuatu yang berlangsung selama masa

perkembangannya dari tahun ke tahun.
Kedua, perubaha-perubahan dalam proporsi juga tampak dalam perkembangan mental. Pada
anak-anak, imajinasinya sangat bercorak atau diwarnai fantastik, sangat jauh dari kenyataan.
Perubahan juga terjadi pada minat-minat dalam diri anak.
Ketiga, hilangnya bentuk atau ciri-ciri lama terjadi dalam perkembangan individu adalah
hilangnya bentuk dan ciri-ciri tertentu. Diantara ciri-ciri fisik, terlihat secara berangsur
hilangnya kelenjar kanak-kanak (thymus gland) yang terletak dileher, kelenjar pineal pada
otak, reflek-reflek tertentu, rambut, gigi dengan hilangnya gigi anak-anak. Sedangkan ciri
mental, terlihat dalam perkembangan bicaranya, implus-implus gerakan yang kanak-kanak
6

sebelum berpikir, bentuk-bentuk gerakan bayi, seperti merangakak, merambat, perkembangan
penglihatan yang semakin tajam, terutama yang berkaitan dengan rasa dan bau atau
penciuman. Keempat, timbul atau lahirnya bentuk ciri-ciri baru berupa perubahan fisik dan
mental yang baru. Beberapa perubahan itu terjadi melalui belajar, tetapi kebanyakan
daripadanya dihasilkan karena terjadinya proses kematangan yang pada saat lahir belum
sepenuhnya dapat berkembang.
Diantara ciri dan bentuk perubahan pertumbuhan fisik yang sangat penting adalah
tumbuhnya gigi pertama dan kedua yang terlihat jelas pada masa kanak-kanak memasuki
masa remaja. Sedangkan ciri dan bentuk perkembangan mental ialah tumbuhnya rasa ingin,

khususnya pengetahuan dan nilai-nilai moral, keyakinan atau kepercayaan agama, bentukbentuk bahas aynag berbeda. Dalam perkembangan ada juga faktor yang mempengaruhi
peserta didik. Faktor tersebut yaitu faktor nature (alamiah) dan nurture (lingkungan) yang
dimana setiap perkembangan manusia dipengaruhi oleh interaksi dari kedua hal tersebut.
Faktor nature (alamiah)

muncul dan dipengaruhi oleh aliran filsafat barat yang

dikemukakan oleh Jean Jacquess Rousseau (dalam stumpf, 1999). Ia menyatakan bahwa
faktor-faktor alamiah mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Istilah nature
mengandung pengertian faktor-faktor alamiah yang berhubungan dengan aspek bio-fisiologis
terutama keturunan, genetis, dan herediter. Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh
faktor keturunan, sifat-sifat, maupun kepribadian. Bukan hanya yang bersifat fisiologis
seperti: berat badan, tinggi badan, warna kulit, rambut, jenis penyakit, akan tetapi juga
karakteristik psikologis yang menyangkut tipe, kepribadian, kecerdasan, bakat, kreativitas,
dan lain-lain. Dalam faktor ini merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan
individu sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau
segala potensi, baik fisik maupun psikis sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen –
gen.
Dalam berbagai penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi perkembangan
ditemukan bahwa baik kepribadian yang normal ataupun abnormal, pada dasarnya diturunkan
dari kedua orang tuanya. Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada
masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan
antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan
penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus
tertentu, tipe tertentu adalah akibat transmisi gen yang abnormal. para ahli psikologi anak
berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan
7

lingkungan. Para ahli Psikologi perkembangan (Papalia dkk, 1998; Santrock, 1999; Helms &
Turner, 1995; Haris & Liebert, 1991) mengakui bahwa aspek fisik maupun psikis seorang
individu sangat dipengaruhi oleh unsur genetis, dan karakteristik tersebut akan nampak pada
sifat-sifat fisik, intelegensi, dan kepribadian.
Sedangkan faktor nurture (lingkungan) dipengaruhi oleh aliran filsafat empirisme yang
dikemukakan oleh Jhon Locke. Melalui teori tabula rasa, Jhon Locke mengatakan bahwa
manusia dilahirkan dalam keadaan suci, bagaikan kertas putih yang masih bersih, ia percaya
bahwa baik dan buruknya perkembangan hidup manusia tidak dilepaskan dari pengaruh
lingkungannya. Dalam faktor nurture ini merupakan faktor yang berhubungan dengan
lingkungan eksternal seperti, pola asuh, pendidikan, sosial budaya, media masa, status sosial
ekonomi, agama, dan sebagainya. Seorang individu akan berkembang menjadi orang dewasa
yang baik, mandiri, cerdas, dan bertanggung jawab, apabila ia berada dalam lingkungan hidup
yang mendukung perkembangan tersebut. Lingkungan hidup yang buruk akan menyebabkan
individu berkembang menjadi seorang pribadi yang tidak baik, bodoh, jahat, dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan dalam perkembangan memiliki peran yang besar bagi perubahan yang
positif atau negatif pada individu. Lingkungan yang baik tentu akan membawa pengaruh
positif bagi individu, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan cenderung memperburuk
perkembangan individu.
Seorang psikolog ekologis, Urie Brofenbrenner (dalam Papalia, Olds & Feldman,
2004) menyatakan bahwa lingkungan tersebut bersifat stratifikasi yakni berlapis-lapis dari
yang terdekat sampai yang terjauh. Pengaruh lingkungan menjadi lebih kuat pada periode
sensitif. Masing-masing pertumbuhan system organ atau anggota tubuh memiliki periode
sensitif yang rentan terhadap pengaruh lingkungan. Dalam hadist lain, Nabi Muhammad SAW
menunjukkan bagaimana teman dapat mempengaruhi perilaku, karakter, dan perbuatan
seseorang dengan memberikan perumpamaan. Nabi Muhammad SAW bersabda “Persamaan
teman yang baik dan yang buruk seperti pedagang minyak kesturi dan penipu api tukang besi.
Si pedagang minyak kesturi mungkin akan memberinya padamu atau engkau akan membeli
kepadanya, atau setidaknya engkau dapat memperoleh bau yang harum darinya. Tapi si
penipu api tukang besi mungkin akan membuat pakaianmu terbakar atau kamu akan
mendapatkan bau yang tidak sedap dari padanya”. (H.R. Bukhari). Dengan demikian,
lingkungan dapat mempengaruhi keseluruhan perkembangan psikologi seseorang termasuk
tentunya perkembangan kognitif.

8

Meskipun hereditas (keturunan) dan lingkungan merupakan faktor yang tak dapat
diragukan mempengaruhi perkembangan manusia, ada faktor lain yang lebih signifikan dan
dominan yaitu kehendak dan kekuatan Allah SWT yang tidak terbatas. Faktor inilah yang
memantau dan menjaga besarnya kekuatan alam dan pengasuhan yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan manusia. Hal ini dapat diterapkan pada semua aspek
perkembangan. Contohnya, perkembangan kognitif bukan semata-mata produk warisan
genetik, ataupun semata-mata produk lingkungan, sebab pada prinsipnya, ia merupakan
produk kehendak dan kekuatan Allah SWT. Sehubungan dengan hal ini, hereditas dan
kekuatan

lingkungan

merupakan

media

yang

menunjukkan

bahwa

Allah

SWT

memperlihatkan kecenderungan pola dari perkembangan individu. Dengan demikian, kedua
faktor ini memiliki batasan dalam mempengaruhi kecenderungan psikologi seseorang secara
keseluruhan dan batasan tersebut telah ditentukan oleh Allah SWT.
Peran kehendak Allah SWT dalam menentukan perkembangan individual seperti yang
dinyatakan dalam pendekatan Islam akan membantu memahami proses perkembangan yang
lebih baik dari pada pendekatan psikologi Barat dengan berbagai cara. Perlu disadari bahwa,
tidak semua konstruk dan kecenderungan psikologi dapat secara ketat dipengaruhi oleh
pengaruh

hereditas

dan

lingkungan

karena

bagimanapun

individu

kadang-kadang

menunjukkan kecenderungan tertentu yang secara jelas menyimpang dari penjelasan pengaruh
tersebut.
Maka jelaslah, hidup ini penuh dengan ketentuan Illahi. Terutama tampak nyata pada
awal kelahiran seseorang. Sebagian beruntung karena memiliki kecerdasan yang istimewa,
sementara yang lain hidup dalam keadaan serba kurang keduanya sama saja mempunyai
akibat dari perkembangannya, tetapi apa hendak di kata semua ini telah menjadi kodrat Illahi.
Dan hasilnya, perkembangan ini pada azasnya berpangkal pada kodrat Illahi atas setiap
manusia. Karenanya di atas kodrat itulah sesungguhnya perkembanganya berlangsung.
Dilihat dari pengaruh hereditas dan lingkungan dalam mempengaruhi perkembang
peserta didik, masih selalu terjadi perdebatan, seberapa besar kedua faktor tersebut
memberikan warna terhadap perkembangan individu. Dari banyak pendapat tersebut secara
garis besar terbagi menjadi tiga kelompok yaitu, pertama, pendapat para ahli mengikuti
golongan navatisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan
oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Kedua, golongan empirisme berpendapat bahwa
kebalikan dari pendapat Navatisme di atas. Asumsi psikologis yang mendasari aliran ini
adalah bahwa manusia lahir dalam keadaan netral, tidak memiliki pembawaan apapun. Ia
9

bagaikan kertas putih (tabula rasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki. Ketiga,
Golongan Konvergensi muncul karena melihat kedua pendapat (Nativisme dam Empirisme)
di atas yang saling bertentangan dan keduanya berada pada garis yang ekstrim, dan banyak
mempunyai kelemahan-kelemahan jika dihadapkan pada realitas yang ada terlebih lagi pada
abad modern.
Kalau dilihat dari sudut pandang islam, yang diasumsikan dari struktur nafsani tidak
lantas menerima ketiga aliran di atas. Disamping terdapat kelemahan-kelemahan, ketiga aliran
tersebut hanya berorientasi teorinya pada pola pikir antroposentris. Artinya perkembangan
kepribadian manusia seakan-akan hanya dipengaruhi oleh faktor manusiawi. Manusia dalam
pandangan islam telah memiliki seperangkat potensi, disposisi, dan karakteristik unik.
Potensi itu paling tidak mencakup keimanan, ketauhidan, keislaman, keselamatan,
keikhlasan, kesucian, kecendrungan menerima kebenaran dan kebaikan, dan sifat lainnya.
Semua potensi itu bukan diturunkan dari orangtua, melainkan diberikan oleh Allah SWT.
Sejak di alam perjanjian (mitsq). Proses pemberian potensi-potensi itu melalui struktur rohani.
Oleh karena itu, maka struktur rohani disebut juga dengan fitrah al-munazalah (yang
diturunkan). Jadi secara potensial, kondisi kejiwaan manusia tidak netral, apalagi kosong
seperti kertas putih. Namun secara aktual manusia tidak memiliki kebaikan atau keburukan
yang diwarisi. Kebaikan dan keburukan sangat tergantung pada realisasi dirinya.
Perkembangan kehidupan manusia bukanlah diprogram secara deterministic, seperti robot,
mesin, atau otomatis. Manusia secara fitri memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam
mengaktualisasikan potensinya. Ia berhak memiliki dan menentukan jalan hidupnya sendiri.
Di dalam al quran banyak ditemukan sosok yang memiliki perkembangan kehidupan
yang soleh dimana perkembangan itu dipengaruhi oleh faktor keturunan orang tua. Islam
menganjurkan kepada umatnya agar setiap manusia memiliki keturuan yang berkepribadian
tangguh, baik, dan ahli beribadah. Bukan keturunan yang lemah dalam hal ini dijelaskan
dalam surat Al-Ahqah ayat 15 yang berbunyi “ Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah,
dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah
tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia
berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak

10

cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orangorang yang berserah diri”.
Perlu diperhatikan bahwa di dalam kebaikan garis keturunan itu ada juga yang
menurunkan keturunan yang buruk, jahat dan zhalim. Dalam surat al-Shaffat ayat 113
dijelaskan “ Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya
ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata”.
Jadi keturunan orangtua bukan satu-satunya faktor yang menentukan kepribadian
individu. Baik buruknya kepribadian individu bergantung pada faktor-faktor yang kompleks,
seperti faktor lingkungan, potensi bawaan, keturunan, bahkan takdir Allah. Adanya takdir atau
sunnah Allah, manusia tidak mengetahuinya, manusia tetap disuruh berusaha dengan akal dan
kemampuan yang telah diberikan Allah SWT. Berusaha untuk memperbaiki dan
meningkatkan dirinya sendiri maupun berusaha untuk memelihara dan membimbing.

11

DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Jaenudin, Ujam. 2015. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Pustaka Setia.
Jamaluddin,

M.

Dery.

2010.

Peserta

didik

dalam

pendidikan

agama

islam.

http://deryjamaluddin.page.tl/Peserta-didik-dalam-Pendidikan-Agama-Islam.htm. 1 Desember
2016.
Tarjo,

Sutarman.

2013.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi.

http://panritanusantara.blogspot.co.id/2013/01/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_27.html?
m=1. 1 Desember 2016.
Prayogo,

Bagus.

2013.

Ilmu

pendidikan

islam.

http://yogaqbagus.blogspot.co.id/2014/03/makalah-ilmu-pendidikan-islam-tentang.html.
Desember 2016.

12

5