KEPENTINGAN MINYAK AMERIKA DALAM INVASI (1)

KEPENTINGAN MINYAK AMERIKA
DALAM INVASI KE IRAK PADA TAHUN 2003

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
Sejarah Asia Barat Daya
Yang dibina oleh Ibu Lutfiah Ayundasari, S.Pd., M.Pd

Oleh
Rica Filasari
160731614846

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
April 2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa,


karena

atas

berkat

rahmat-Nya

penulis

dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Kepentingan Minyak Pada
Kebijakan Amerika Dalam Invasi Ke Irak Tahun 2003” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis buat guna memenuhi tugas matakuliah
Sejarah

Asia


Barat

Daya

yang

diampu

oleh

Ibu

Lutfiah

Ayundasari, S.Pd., M.Pd.
Segala

upaya

telah


penulis

lakukan

untuk

menyempurnakan tulisan ini, namun bukan tidak mungkin dalam
penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan tulisan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini memberikan
informasi

bagi

pengembangan

masyarakat
ilmu


dan

pengetahuan

bagi

bermanfaat
kita

semua,

untuk
serta

menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Malang, April 2017


Penulis

1

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................
....... i
DAFTAR ISI.................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................2
BAB II BAHASAN
A. Kebijakan Politik Amerika di Timur Tengah........................................4
B. Kebijakan Luar Negeri Amerika Terhadap Irak....................................5
C. Pengaruh Kepentingan Minyak Amerika dalam Invasi ke Irak............7
BAB III PENUTUP

A. Simpulan

.......................................................................................
10
B. Saran
.......................................................................................
11
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................. 12

2

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi minyak di Irak merupakan salah satu yang terbesar nomor dua
terbesar di dunia. Menurut Center for Global Energy Studies (CGES) London,
Irak diperkirankan memiliki lebih dari 112 miliar barel cadangan minyak. Dengan
kepemilikan cadangan minyak sebesar itu Irak memiliki 11% cadangan minyak di
dunia. Minyak merupakan faktor yang sangat diperhitungkan oleh Amerika di
berbagai kawasan dunia khususnya kawasan Timur Tengah di Irak (Dipoyudo,

1982).
Timur Tengah memiliki arti yang lebih besar terlebih dengan cadangan
minyaknya. Minyak merupakan bahan baku utama dan mentah dalam industry
kontemporer, dan sampai sekarang pun minyak masih sangat dibutuhkan dan
belum ada yang menggantikannya untuk kebutuhan industri. Maka Amerika pun
menganggap penguasaan minyak sangat strategis untuk negara maju seperti
Amerika. Cadanagn minyak Irak yang sangat banyak ini yang menempati kedua
di dunia setelah Arab Saudi menjadi faktor Amerika ingin menguasai Irak.
Amerika sangat memperhitungkan kawasan Timur Tengah yang kaya akan
minyak, terlebih lagi semenjak Dollar Amerika digunakan dalam transaksi
perdagangan minyak Internasional. Sejak digunakannya Dollar Amerika dalam
transaksi perdagangan minyak Internasional amerika pun menjadi hegemoni
perekonomian dunia. Namun terkadang timbul kekhawatiran Amerika jika negara
produsen minyak mulai beralih menggunakan dalam mata uang lain dalam
penjualan minyak mereka seperti dari Dollar Amerika beralih menggunakan Euro
(Lutfi, 2003).
Sejak munculnya Euro, Dollar Amerika pun mengalami keterpurukan dan
Irak yang menambah keterpurukan Dollar Amerika karena Irak yang pasca Perang
Teluk II mengalami sanksi ekonomi dengan mengambil sikap mengganti mata
uang dalam penjualan minyaknya dari Dollar Amerika ke Euro pada akhir tahun

2000. Padahal nilai mata uang Euro lebih rendah daripada Dollar Amerika pada
saat itu. Sikap Irak tersebut semata-mata hanya gertakan politik, bukan merupakan
suatu pertimbangan ekonomi. Maka dalam invasi Amerika ke Irak, Amerika

1

sekaligus menjaga stabilisasi Dollar Amerika terhadap Euro. Selain itu dengan
menginvasi Irak Amerika dapat menggretak negara-negara Organization of
Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk tetap menggunaka Dollar Amerika
sebagai alat pembayaran dalam transaksi penjualan minyak mereka (Lutfi, 2003).
Keuntungan-keuntungan

yang

dalam

masalah

ekonomi


diperoleh

Pemerintah Amerika serta korporasi-korporasi yang berasal dari Amerika pasca
invasi militer ke Irak. Perang Irak, perang yang di dorong oleh imperialisme
Amerika untuk menguasai sumber minyak yang ada di timur tengah, yang
diharapkan mampu menyediakan pasokan minyak yang cukup bagi Amerika,
memaksanya mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Namun dana tersebut jika
dilihat merupakan investasi jangka panjang bagi kepentingan ekonomi Amerika di
dunia. Pemerintah Amerika menganggap dana tersebut akan kembali secara
bertahap pasca perang. Uang yang dihasilkan dari bisnis rekonstruksi Irak ini juga
akan disalurkan ke kas Amerika sebagai bentuk kompensasi dan relasi yang kuat
antara pihak korporasi dengan pemerintah (Sukarwo, 2009). Infrastruktur Irak
yang hancur setelah invasi Amerika membutuhkan pembangunan yang cepat di
segala bidang. Beberapa merupakan asset yang berharga bagi Amerika, seperti
kilang minyak dan jalur pipanya yang merupakan motif dominan serangan
Amerika ke Irak. Penulis mengganggap hal ini sangat menarik dan akan
membahasnya lebih lanjut mengenai kepentingan minyak Amerika dalam invasi
ke Irak pada tahun 2003.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka dirumuskan beberapa

masalah yang diantaranya sebagai berkut:
1. Bagaimana kebijakan politik Amerika di Timur Tengah?
2. Bagaimana kebijakan luar negeri Amerika terhadap Irak?
3. Bagaimana pengaruh kepentingan minyak Amerika dalam invasi ke Irak
pada tahun 2003?

2

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan penulisan
tentang makalah ini diantaranya sebagai berikut:
1. Mengetahui kebijakan politik Amerika di Timur Tengah.
2. Mengetahui kebijakan luar negeri Amerika terhadap Irak.
3. Mengaetahui pengaruh kepentingan minyak Amerika dalam invasi ke Irak.

BAB II

3

BAHASAN

A. Kebijakan Politik Amerika di Timur Tengah
Kebijakan politik Amerika di Timur Tengah dapat dilihat pada The
Truman Doctrine serta The Eisenhower Doctrin. Doktrin Truman yang berawal
dari pernyataan Presiden Harry S. Truman pada tanggal 12 Maret 1947 dihadapan
kongres, membahas tentang perlunya Amerika menyelamatkan krisis ekonomi dan
politik di Yunani dan Turki. Upaya penyelamatan dilakukan dengan cara
memberikan bantuan ekonomi dan perlindungan militer kepada negara tersebut
yang disebut Marshall Plan dengan tujuan agar Yunani dan Turki tetap berada
dalam Pax Americana (Amerika Raya) (Setiawati, 2004).
Doktrin Truman yang semula di terapkan pada Yunani dan Turki, akhirnya
meluas ke berbagai wilayah di dunia, termasuk wilayah Timur Tengah. Perluasan
ke wilayah Timur Tengah di dukung oleh Doktrin Eisenhower. Pada 5 januari
1957, Presiden Eisenhower menekankan Amerika perlu memberi perhatian
terhadap daerah Timur Tengah dengan membuat program dengan pendekatan
bilateral dan multilateral untuk memperkuat penguasa yang Pro-Amerika yang ada
di Timur Tengah, memperluas dominasi Amerika di kawasan Timur Tengah,
memperkuat integrasi territorial dan kemerdekaan negara-negara Timur Tengah
dari agresi musuh. Untuk melakukan hal tersebut Amerika perlu bantuan dan
dukungan yang kuat. Sejak 1940 Amerika telah menetapkan kebijakan untuk
menjaga kepentingannya di Timur Tengah, yang pastinya jelas adalah kepentingan
minyak.
Presiden Eisenhower pernah berkata “disanalah tempat terpenting di dunia
berada”, lalu muncul anggapan siapa yang berhasil menguasai Timur Tengah
maka akan menguasai dunia. Lalu ada anggapan juga siapa yang menguasai
energi maka akan menguasai dunia, seperti yang dilakukan Amerika dan para
sekutunya (Damhuri, 2003). Politik Amerika di Timur Tengah pasca Perang
Dingin dilatarbelakangi oleh dua kepentingan utama, yaitu Israel dan minyak.
Pada masa Perang Dingin, Amerika juga mempunyai kepentingan untuk
membendung pengaruh komunis Uni Soviet di kawasan Timur Tengah. Namun
pasca Perang Dingin Amerika tidak terlihat melakukan politik pembendungan
pengaruh komunis oleh Uni Soviet.
4

Di Amerika terdapat dua aliran pemikiran besar mengenai politik
Washington kepada Timur Tengah pemikiran ini dimiliki oleh kalangan intelektual
dan politisi Amerika. Pemikiran yang pertama adalah Israel First, yang di tokohi
oleh Hendry Kissinger mantan Mentri Luar Negeri Amerika. Pemikiran ini
menggangap Israel tidak hanya sebuah aset strategis, tetapi juga di dukung penuh
dalam bidang demokratis dan norma-norma Baratnya, Israel juga menjadi tempat
berlindung orang-orang Yahudi yang menderita akibat penderitaan historis.
Kemudian pemikiran yang kedua disebut Evenhanded yang tidak setuju
dengan Doktin Israel First. Menurut mereka doktrin itu malah menyulitkan
rezim-rezim Arab yang selama ini bergantung pada Amerika. Menurut mereka
juga Israel First menimbulkan gerakan fundamentalis Islam radikal yang
mengancam keberadaan warga Amerika di kawasan Timur Tengah. Namun
pendukung Israel First masih lebih unggul dikarenakan didukung oleh aliansi
politik yang sangat kuat. Kebijakan Amerika di Timur Tengah yang kebanyakan
penduduknya beragama Islam mengalami bnayak ketegangan dan permusuhan.
Amerika pun menganggap Islam menjadi musuh dan begitu juga sebaliknya.
Ketegangan semakin meruncing akibat kebijakan Presiden George W. Bush yang
selalu mengidentikan Islam dengan terorisme, karena itulah Amerika melancarkan
invasi ke negara-negar Islam yang lemah seperti Afganistan dan Irak. Sementara
pihak Amerika mendungkung Israel yang menindas Palestina.
B. Kebijakan Luar Negeri Amerika Terhadap Irak
Konflik yang timbul antara Amerika dan Irak bermula dari kebijakan
Saddam Hussein untuk melakukan invasi militer ke wilayah negara Kuwait.
Perang itu lebih dikenal sebagai Perang Irak, disebut juga sebagai Perang Teluk II
antara Irak dengan Pasukan Multinasional (Pasukan anti-Irak) di bawah pimpinan
Amerika (Mashad, 2003). Perang Teluk II yang dilancarkan oleh pasukan
multinasional disebut dengan Operation Desert Shield atau Operasi Perisai Gurun,
yang sejak 17 januari 1991 di ubah menjadi Operation Desert Strom atau Operasi
Badai Gurun. Peran ini mengancam kepentingan Amerika dalam bidang minyak,
karena lading minyak Kuwait yang setiap hari memberi keuntungan Amerika di
rebut pihak lain. Dengan segala kuasanya Amerika meminta PBB untuk mengusir

5

pasukan Irak, alasan Amerika adalah bahwa Kuwait berhak bernegara dan Irak
melanggar hukum Internasional.
Pada akhir Perang Teluk II Amerika sangat kuat di wilayah tersebut.
Militer Irak hancur dan rezim Saddam Hussein terpuruk. Beberapa tujuan
Amerika dalam mencegah agresi militer Irak dengan mempertahankan Irak dalam
kondisi lemah, berupaya membalikan program NBC (Nuclear Biological
Chemical) Irak, Amerika berupaya menggulingkan rezim Irak, mencegah
instabilitas diantara para sekutunya yang dapat di akibatkan oleh tindakan
Amerika. Empat tujuan ini yang mendasari Amerika untuk melakukan tindakan
koersi atas Irak sejak Perang Teluk II.
Namun pada Perang Teluk I hal yang berbeda pun terjadi, Amerika malah
cenderung membela Irak. Perang Teluk I adalah perang antara Iran dan Irak yang
bermula dari Saddam Hussein yang membatalkan perjanjian damai Iran-Irak
(Perjanjian Aljier 1975) (Mashad, 2003). Keberpihakan Amerika ini sangat
berbeda dengan kondisi pada Perang Teluk II, pasang surut hubungan antara Irak
dan Amerika memang lazim terjadi. Hubungan terendah Amerika dan Irak adalah
pasca tragedi 9/11, Amerika menginvasi Irak pada 20 Maret 2003 tanpa dikutuk
apalagi di cegah oleh PBB. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka Amerika
mempunyai kesempatan untuk menyerang Irak setelah Amerika mengeluarkan
tuduhan bahwa Pemerintahan Saddam Hussein terkait dengan jaringan teroris AlQaeda pimpinan Osama bin Laden yang di tuduh sebagai aktor utama dalam
tragedi 9/11. Peristiwa tersebut mengangkat kata terorisme menjadi kata yang
paling sering di gunakan Amerika dan melahirkan sebuah doktrin Bush “either
you are with us or with our enemy” yaitu tindakan untuk mencari dan
mendapatkan

dukungan

ke

negara-negara

lain

dalam

hal

mendukung

pemberantasan terorisme di dunia. Doktrin ini dapat mempengaruhi hubungan
Amerika dengan negara-negara lain.
Aksi Amerika memberantas terorisme adalah penyerangan terhadap
Afganistan yang didukung Inggris sekutu Amerika, karena mereka yakin bahwa
dalang dibalik peristiwa 9/11 adalah Osama bin Laden, akan tetapi sampai
sekarang tuduhan itu belum terbukti. Untuk menutupi kegagalannya Amerika pun
membuka kembali kasusnya dengan Irak sebagai pengalihan. Bush, yang di

6

dukung oleh Inggris, Spanyol, dan Australia tetap bersikeras menyerang Irak
untuk menggulingkan Saddam Hussein dengan alasan Irak mempunyai senjata
pemusnah massal (WMD). Tragedi 9/11 juga mempermudah Bush untuk
melakukan ambisinya menggulingkan Saddam Hussein dan membuat Irak
menjadi negara yang lebih demokratis agar lebih mudah untuk dikuasi.
Terdapat enam faktor yang menjadi latar belakang Bush dalam ambisi
perangnya, Pertama Bush menggunakan isu perang untuk menutupi ketidak
berhasilannya dalam mengatasi permasalahan sosial-ekonomi di Amerika, Kedua
Dendam Bush terhadap Saddam Hussein, Ketiga, Bush ingin menutupi
kegagalannya mencari Osama bin Laden di Afganistan, Keempat terisnpirasi
keberhasilannya menaklukan Rezim Taliban dan menciptakan Rezim Boneka di
Afganistan, Kelima mengedepankan pendekatan pragmatis dan militeris, Keenam
melucuti senjata Irak agar Israel aman dari ancaman militer Arab.
C. Pengaruh Kepentingan Minyak Amerika dalam Invasi ke Irak
Kepentingan minyak merupakan alasan utama yang melatarbelakangi
invasi Amerika ke Irak. Irak adalah negara yang memiliki cadangan minyak
terbanyak nomor dua di dunia setelah Arab Saudi (Dipoyudo, 1982). Minyak
selalu menjadi penyebab terjadinya beberapa konfilk yang ada di Timur Tengah
seperti konflik antara Amerika dengan Irak. Timur Tengah memang bukan hanya
padang pasir yang luas tetapi yang lebih penting adalah di bawahnya yang
menyimpan setidaknya 70% cadangan minyak di dunia. OPEC mencatat ada
sekitar 800 miliar barel dan tersebar dibeberapa negara Timur Tengah seperti Arab
Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar (Damhuri, 2003).
Amerika adalah negara industri yang sangat besar dan Amerika juga
memerlukan minyak untuk menjalankan kegiatan industrinya baik minyak dalam
negeri maupun dari luar negeri. Amerika hanya memiliki cadangan minyak
sebesar 22 miliar barel yang habis digunakan selama tiga tahun saja, maka dari itu
habir 60% kebutuhan minyak Amerika adalah dengan cara impor, dan 30% dari
total impor Amerika berasal dari Timur Tengah, Amerika tidak bisa lepas dari
Timur Tengah karena suplai minyak mereka. Keamanan energi atas akses minyak
menjadi prioritas utama Amerika dan karenanya dibutuhkan kebijakan luar negeri
yang akan mendukung hal tersebut. Oleh karena itu, inti dari kebijakan Amerika
7

terhadap Timur Tengah yang mempunyai cadangan minyak terbesar di dunia
termasuk Irak adalah demi kepentingan nasional Amerika mengenai akses minyak
di daerah Timur Tengah untuk kepentingan industri Amerika atau demi
sekuritisasi kepentingan nasional Amerika di kawasan Timur Tengah.
Selain cadangan minyak yang dimiliki oleh Irak, ada juga kepentingan
ekonomi lainnya yang mendasari invasi Amerika terhadap Irak seperti minyak
dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi dunia jika harganya tidak stabil apalagi
jika harga minyak naik dengan tajam, dan mengakibatkan nilai impor minyak
naik, biaya produksi meningkat dan menurunkan produktivitas. Produktivitas
ekonomi menurun membuat terhambatnya pertumbuhan ekonomi yang sangat
penting bagi Amerika. Obsesi Amerika untuk menguasai minyak di Irak masih
terbentur oleh hambatan beberapa negara besar yang tidak menyukai dominasi
Amerika terhadap minyak di Irak seperti Perancis, Rusia dan Jerman yang telah
menjalin kerja sama dengan Irak sejak program oil for food di berlakukan.
Kemudia Irak juga bekerja sama dengan beberapa negara Dewan Keamanan PBB
(Perancis, Rusia, dan Cina) agar Irak mendapat dukungan untuk pencabutan
sanksi embargo, dan beberapa negara lain yang khawatir jika Saddam Hussein
tersingkir maka perusahaan Amerika yang akan mendominasi dan negara-negara
lain yang bekerjasama dengan Irak akan tersingkir. Kekhawatiran negara-negara
non-Amerika mulai muncul pasca invasi Amerika terhadap Irak yang mana
Presiden Bush menunjuk lima perusahaan Amerika untuk merekonstruksi Irak
pasca perang yaitu Kellog Brown and Root, Betchel Group, Fluor, Louis Berger
Group, Parsons Corp.
Amerika telah menyediakan dana untuk hal tersebut dengan harapan dana
tersebut dapat kembali pasca invasi selesai, lalu pihak pentagon sudah mulai
merencanakan perusahaan minyak non-Amerika dalam daftar blacklist Amerika
seperti perusahaan Shell dari Inggris, Total dari Perancis, dan ENI dari Italia.
Dollar Amerika juga sebagai patokan harga minyak begitu juga untuk
pembayarannya dan menjadikan Amerika sebagai hegemoni ekonomi dunia.
Tetapi muncullah mata uang Euro yang semakin hari mampu menunjukan menjadi
pesaing Dollar Amerika dan menjadi ketakutan tersendiri bagi Amerika. Sejak
kemunculan Euro pada 1 Januari 1999, Euro sudah mampu menggeser Dollar

8

Amerika dan Euro pun dijadikan alternatif dalam aktivitas ekonomi global
termasuk dalam hal jual-beli minyak dunia. Kekhawatiran Amerika juga muncul
dari para anggota OPEC yang mana jika mereka memutuskan bahwa pembayaran
minyaknya hanya dalam mata uang Euro karena sebagian produksi minyak di
dunia di hasilkan oleh negara-negara OPEC tersebut. Jelas Perang Irak yang
dilancarkan oleh Amerika bertujuan untuk mengalahkan Saddam Hussein yang
memegang kuasa atas Irak dan Amerika pun dengan mudah untuk menggunakan
minyak di Irak dan membuat Amerika menjadi hegemoni perekonomian dunia.

9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan politik Amerika di Timur Tengah dapat dilihat pada The
Truman Doctrine serta The Eisenhower Doctrin. Doktrin Truman yang berawal
dari pernyataan Presiden Harry S. Truman pada pada tanggal 12 Maret 1947
dihadapan kongres, membahas tentang perlunya Amerika menyelamatkan krisis
ekonomi dan politik di Yunani dan Turki. Upaya penyelamatan dilakukan dengan
cara memberikan bantuan ekonomi dan perlindungan militer kepada negara
tersebut yang disebut Marshall Plan dengan tujuan agar Yunani dan Turki tetap
berada dalam Pax Americana (Amerika Raya) (Setiawati, 2004).
Konflik yang timbul antara Amerika dan Irak bermula dari kebijakan
Saddam Hussein untuk melakukan invasi militer ke wilayah negara Kuwait.
Perang itu lebih dikenal sebagai Perang Irak, disebut juga sebagai Perang Teluk II
antara Irak dengan Pasukan Multinasional (Pasukan anti-Irak) di bawah pimpinan
Amerika (Mashad, 2003). Terdapat enam faktor yang menjadi latar belakang Bush
dalam ambisi perangnya, Pertama Bush menggunakan isu perang untuk menutupi
ketidak berhasilannya dalam mengatasi permasalahan sosial-ekonomi di Amerika,
Kedua Dendam Bush terhadap Saddam Hussein, Ketiga, Bush ingin menutupi
kegagalannya mencari Osama bin Laden di Afganistan, Keempat terisnpirasi
keberhasilannya menaklukan Rezim Taliban dan menciptakan Rezim Boneka di
Afganistan, Kelima mengedepankan pendekatan pragmatis dan militeris, Keenam
melucuti senjata Irak agar Israel aman dari ancaman militer Arab.
Kepentingan minyak merupakan alasan utama yang melatarbelakangi
invasi Amerika ke Irak. Irak adalah negara yang memiliki cadangan minyak
terbanyak nomor dua di dunia setelah Arab Saudi (Dipoyudo, 1982). Amerika
adalah negar industri yang sangat besar dan Amerika juga memerlukan minyak
untuk menjalankan kegiatan industrinya baik minyak dalam negeri maupun dari
luar negeri. Jelas Perang Irak yang dilancarkan oleh Amerika bertujuan untuk
mengalahkan Saddam Hussein yang memegang kuasa atas Irak dan Amerika pun
10

dengan mudah untuk menggunakan minyak di Irak dan membuat Amerika
menjadi hegemoni perekonomian dunia.
B. Saran
Ekonomi dan agama memang dua hal yang sangat diperhatikan oleh
sebagian besar negara-negara di dunia. Dalam bidang ekonomi yang menjadi
pembicaraan dan bisa menimbulkan suatu konflik ialah penguasan dalam hal
minyak bumi karena minyak bumi merupakan bahan yang penting untuk berbagai
bidang kehidupan dan minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui itulah yang mebuat minyak bumi menajdi penting, seharusnya
kita sebagai manusia yang sudah mengetahui bahwa minyak bumi adalah sumber
daya yang tidak bisa diperbaharui mencari sumber energi alternatif pengganti
minyak bumi. Kemudian dalam bidang agama juga menjadi satu hal yang sangat
berbahaya jika disalahgunakan atau kesalahfahaman antar umat beragama, untuk
itu kita sebagai manusia harus bisa lebih memahami satu sama lain dengan cara
saling belajar pada masing-masing agama, karena pada hakekatnya semua agama
mengajarkan kebaikan dan kedamaian.

11

DAFTAR RUJUKAN
Damhuri, E. 2003. Di balik Invasi AS ke Irak. Jakarta: Senayan Abadi Publishing.
Dipoyudo, K. 1982. Timur Tengah dalam Pergolakan. Jakarta: CSIS
Lutfi. M.H. 2003. Dolar VS Euro, Awal Kebangkrutan AS. Jakarta: Senayan Abadi
Publishing.
Mashad, D. 2003. Saddam Melawan Amerika. Jakarta: Pensil-324.
Setiawati, S.M. 2004. Irak di Bawah kekuasaan Amerika, Dampaknya Bagi
Stabilitas Politik Timur Tengah dan Reaksi (Rakyat) Indonesia.
Yogyakarta: PPMTT HI FISIPOL UGM.
Sukarwo, W. 2009. Tentara Bayaran AS di Irak. Jakarta: Gagas Media.

12