PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM AGRAR (1)

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM AGRARIA
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM AGRARIA
1. Bahasa Latin
2. Kamus Besar Bhs.
Indonesia
3. Black’s Law
Dictionary

4. Administrasi
pemerintahan

PENGERTIAN

5. UUPA

SISTEMATIKA
RUANG
LINGKUP
HUKUM
AGRARIA


Hukum Air
Hukum
Pertambangan
Hukum Perikanan
Hukum yang
mengatur
penguasaan ruang
angkasa

Ager
Agrarius
Agraria

Tanah/sebidang tanah
Perladangan, persawahan, pertanian.
Urusan pertanian / tanah pertanian,
juga urusan pemilikan tanah
Agrarian
Tanah ; usahan pertanian
Agrarian laws

Perangkat peraturan hukum – hukum
yang
bertujuan
mengadakan
pembagian tanah – tanah yang luas
dalam rangka lebih meratakan
penguasaan dan pemilikannya
Agraria
Tanah pertanian/non pertanian
Agrarisch
Perangkat peraturan perundang –
recht/hukum
undangan yang memberikan landasan
agraria
hukum
bagi
penguasa
dalm
melaksanakan kebijakan bidang
pertanahan

RA => pasal 48 : ruang diatas bumi
dan air, yang mengandung tenaga
dan unsur – unsur yang dapat
digunakan untuk usaha – usaha
memelihara dan memperkembangkan
kesuburan bumi, air serta kekayaan
alam yang terkandung didalamnya
BA(RA)KA
dan hal – hal yang bersangkutan
dengan itu.
BUMI => Permukaan bumi (tanah),
tubuh bumi dibawahnya serta yang
berada dibawah air (pasal 1 (4) jo
pasal 4 (1)
Mengatur aspek yuridis => hak – hak penguasaan atas
tanah:
Tanah (psl 4 UUPA) dalam pengertian yuridis : atas
dasar hak menguasai dari negara….. ditentukan adanya
macam – macam hak atas permukaan bumi, yaitu
disebut tanah…

Hak Atas Tanah (HAT) : hak atas sebagian tertentu
permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dan dua
dengan ukuran panjang dan lebar
Wewenang untuk menggunakan tubuh bumi yang ada
dibawahnya dan air serta ruang yang ada diatasnya

RUANG LINGKUP AGRARIA
Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria, tidak memberikan pengertian agraria. Di dalamnya hanya memberikan
penjelasan tentang ruang lingkup agraria sebagaimana yang tercantum dalam konsidera
(pasal-pasal maupun penjelasannya). Bunyinya sebagai berikut:
1.

Hubungan hukum antara bangsa Indonesia dengan bumi, air, ruang u d a r a
d a n k e k a ya a n a l a m ya n g t e r k a n d u n g d i d a l a m n ya .

2. Hubungan hukum antara negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rak yat
Indonesia dengan bumi, air, ruang udara dan keka yaan alam yang terkandung
di dalamn ya. [1]
Ruang lingkup agraria menurut UUPA meliputi bumi, air, ruang angkasa, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Ruang lingkup agraria menurut UUPA sama

dengan ruang lingkup sumber daya agraria / sumber daya alam menurut Ketetapan MPR RI
No. IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Ruang lingkup agraria / sumber daya agraria / sumber daya alam dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Bumi

Pengertian bumi menurut Pasal 1 Ayat (4) UUPA adalah permukaan bumi,
termasuk pulatubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air. Permukaan bumi
menurut Pasal 4 Ayat (1) UUPA adalah tanah.
b. Air

Pengertian air menurut Pasal 1 Ayat (5) UUPA adalah air yang berada di perairan pedalaman
maupun air yang berada di laut wilayah Indonesia. Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang
No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, disebutkan bahwa pengairan air meliputi air yang
terkandung di dalam dan atau berasal dari sumber-sumber air, baik yang terdapat di atas
maupun di bawah permukaan tanah, tetapi tidak meliputi air yang ada di laut.
c. Ruang Angkasa

Pengertian ruang angkasa menurut Pasal 1 Ayat (6) UUPA adalah ruang di atas bumi wilayah
Indonesia dan ruang di atas air wilayah Indonesia. Pengertian ruang angkasa menurut Pasal

48 UUPA, ruang di atas bumi dan air yang mengandung tenaga dan unsur-unsur yang dapat
digunakan untuk usaha-usaha memelihara dan memperkembangkan kesuburan bumi, air serta
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan itu.
d. Kekayaan Alam yang Terkandung di Dalamnya

Kekayaan Alam yang Terkandung di Dalamnya Kekayaan alam yang terkandung di dalam
disebut bahan, yaitu unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam
batuan, termasuk batuan-batuan mulia yang merupakan endapan-endapan alam (UndangUndang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan).[2]

[1] http://www.scribd.com/doc/37710152/Sifat-Dan-Ruang-Lingkup-Pengaturan-

Hukum-Agraria
[2] Ibid., hlm. 1-3.

SISTEMATIKA HUKUM AGRARIA
a. Memberi nama pada hak penguasaan yang bersangkutan
Menetapkan isinya => Mengatur yang boleh, wajib dan dilarang
Sebagai Lembaga
untuk
diperbuat oleh pemegang haknya serta jangka

Hukum
waktu penguasaan
Mengatur hal – hal mengenai subyeknya dan persyaratannya
Mengatur hal – hal mengenai tanahnya
a. Mengatur pencipataanya menjadi suatu hubungan hukum yang
konkrit, dengan nama/sebutan (dalam poin a diatas)
b. Mengatur pembebananya dengan hak – hak lain
Sebagai Hubungan
c. Mengatur pemindahannya kepada pihak lain => ketentuan –
Hukum yang Konkrit
ketentuan yang mengatur perbuatan – perbuatan hukum
pemindahan hak => disengaja
d. Mengatur hapusnya
e. Mengatur pembuktiannya
SEJARAH HUKUM AGRARIA
 Tersusun berdasarkan tujuan dan sendi – sendi pemerintah jajahan
dan sebagian lagi dipengaruhi olehnya
Masa Penjajahan
 Bersifat dualisme/pluralisme (hukum Eropah dan Hukum Adat)
 Tidak menjamin kepastian hukum bagi rakyat aslinya

 Meletakkan dasar – dasar bagi penyusunan hukum agraria
nasional (dasar kenasionalan)
 Meletakkan dasar – dasar untuk menyatukan dan
Masa Kemerdekaan
menyederhanakan hukum pertanahan (dasar kesatuan dan
kesederhanaan)
 Memberikan kepastian hukum hak atas tanah bagi rakyat asli
(dasar kepastian hukum)
MASA PENJAJAHAN
Zaman VOC

(20 Mei 1602 – 31 Des 
1799)
Herman Willem Daendels 
(1808 – 1811)



Thomas Stanford Raffless
(1811 – 1816)


Van den Bosch (1830 – 
1870)
Agrarische Wer (1870)

Adanya dewan Heeraden & Dewan Achoppen
Menetapkan contingenten & Verplecht Leveranten
Timbulnya hak – hak pertuanan atas tanah (eigendom
oversechen)
Adanya tanah – tanah partikelir (particulier Handrijen)
Tetap memberlakukan contingenten & verplicht leveranten
Stelsef
Tidak dikenal eigendom oleh rakyat pribumi
Teori Domein Raffles
Adanya Land Rent Raffles
Melahirkan cultur Stelsel

AGRARISCHE WET, Staatblad 1870 - 55
Alasan lahir
Desakan pengusaha besar swasta Belanda untuk bisa menyewa

tanah – tanah di Hindia Belanda dalam bidang perkebunan
besar
Tujuan
 Membuka kemungkinan dan memberikan jaminan hukum
kepada para pengusaha para pengusaha swasta agar dapat
berkembang di Hindia Belanda => hak erfpacht
 Menggariskan perlindungan bagi rakyat pribumi
Peraturan pelaksanaan AW Agrarisch Besluit (1870 – 118)
Agrarisch Besluit
Pasal 1 => Domein Verklaring (asa Domain / Domein
Beginsel)
Bahwa setiap tanah tidak dapat dibuktikan kepemilikannya
melalui pendaftaran, secara hukum dengan sendirinya telah
dianggap sebai tanah domein atau tanah milik negara.
Dungsi Domein Verklaringa. Dipakai sebai landasan hukum bagi pemerintahan Hindia
Belanda untuk dapat memberikan tanah dengan hak – hak
berat
b. Untuk keperluan pembuktian

Status Tanah Pada

Masa Pemerintahan
Hindia Belanda

Skema Status Tanah Pada masa Pemberlakuan Agrarisch Wet, 1870