PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITOR UNTUK KREDIT YANG DIAMBIL ALIH (TAKE OVER) DENGAN PELUNASAN DAN JAMINAN YANG DIKELUARKAN TIDAK PADA HARI YANG SAMA Tri Novidianto

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITOR UNTUK KREDIT
YANG DIAMBIL ALIH (TAKE OVER) DENGAN PELUNASAN DAN JAMINAN
YANG DIKELUARKAN TIDAK PADA HARI YANG SAMA
1

Tri Novidianto1; Tutiek Retnowati2
Mahasiswa Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya
Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya
Email : trinovidianto.jurnal2017@gmail.co.id
2
Dosen Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya
Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya
Email : tutiekretnowati@narotama.ac.id
Abstract

Credit takeover means credit which is taken over by other creditors under the same debtor.
Regulation concerning credit takeover in Indonesia is not explicitly stipulated in specific

legislation therefore legal protection for new creditor who conduct credit take over is still
bias mainly when the time of repayment and delivery of collateral are not conducted at the
same day.The method used in the present study is a normative legal research, namely legal
research which is conducted by examining the library materials or secondary law while in
finding and collecting the data is done by two approaches, namely the law and conceptual
approaches. The present study shows that credit takeover shall follows general regulation
concerning subrogation which is equipped with the implementation of freedom of contract
principle. Legal protection for new creditor within credit takeover can be obtained internally
through agreement that is made between new with former creditors coupled with the debtor.
Keywords: Credit, Takeover, Legal Protection.
Abstrak
Pengambil alihan kredit mempunyai arti kredit yang diambil alih dari satu kreditor oleh
kreditor lain untuk satu debitor yang sama. Pengaturan mengenai pengambil alihan kredit di
Indonesia belum secara tegas diatur dalam peraturan perundang-undangan yang khusus
sehingga masih belum sepenuhnya memberikan perlindungan hukum bagi kreditur terlebih
dalam posisi pada saat pelunasan dan penyerahan jaminan tidak dilakukan pada hari yang
sama. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan hukum sekunder
sedangkan dalam mencari dan mengumpulkan data dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual.Hasil Penelitian menunjukkan bahwa

pengambilalihan kredit mengkuti ketentuan umum mengenai subrogasi yang dilengkapi
dengan implementasi asas kebebasan berkontrak. Perlindungan hukum bagi kreditur dalam
pengambilalihan kredit dapat diperoleh secara internal melalui perjanjian yang dibuat antara
kreditor baru dengan kreditur lama dan kreditur baru dengan debitur.
Kata Kunci : Kredit, Pengambilalihan, Perlindungan Hukum.

107

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Dalam perkembangannya, terdapat

LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan dunia usaha di
Indonesia

menunjukan


satu jenis kreditor yang kedudukan dan

bertambah

haknya dipisahkan dari kreditor lainnya,

besarnya kebutuhan akan pembiayaan

yang dikenal dengan istilah kreditor

untuk menunjang perkembangannya, bank

separatis,

dalam hal ini terkait sangat erat dengan

kreditor yang memiliki jaminan hutang

pembiayaan untuk perkembangan dunia


kebendaan yang berupa pemegang hak

usaha

tanggungan, hipotik, gadai, fidusia3.Bank

menuju

ekonomi.

pada

pertumbuhan

Sekarang

kreditor

separatis


adalah

ini

kegiatan

dalam hal ini dikategorikan sebagai salah

pertumbuhan

ekonomi

satu jenis kreditor separatis apabila dilihat

memberikan corak yang dominan terhadap

dari kepemilikan jaminan kebendaan yang

kehidupan


berupa hak tanggungan4.

peningkatan

bangsa,

berbagai

cara

dirancang sebagai landasan dalam upaya
untuk

mepercepat

laju

Jaminan

yang


paling

banyak

pembangunan

diminta oleh bank adalah tanah dan

sekaligus pemerataan hasil untuk rakyat

bangunan karena bank menilai tanah dan

1

supaya lebih luas . Dengan tumbuhnya

bangunan

perekonomian,


meningkat

sangat menguntungkan dan merupakan

transaksi dagang, pelayanan pihak bank

jaminan yang dianggap paling efektif dan

terhadap dana pinjaman menampakan

aman dalam pembebanan hak tanggungan,

kenaikan, pertumbuhan ekonomi saat ini

kepastian dalam eksekusinya, dan hutang

banyak diwarnai oleh perjanjian kredit

yang dijamin dengan hak tanggungan


bank, ini memberikan suatu ilustrasi

harus dibayar terlebih dahulu daripada

bahwa dana tersebut harus diamankan,

tagihan piutang lainnya dengan uang hasil

karena

pelelangan

dana

semakin

tersebut

berasal


dari

masyarakat 2 . Kredit yang diberikan oleh

mempunyai

prospek

yang

yang menjadi objek hak

tanggungan.

bank kepada nasabah dalam hukum di

Jaminan

Indonesia dikenal dengan sebutan para


terakhir

pihaknya untuk bank adalah kreditor,

diberikan

sedangkan untuk nasabah adalah debitor.

lainnya

merupakan

bagi

pelunasan

oleh
bila

bank

ternyata

kredit

kepada
sumber

sumber
yang
debitor
utama

3

M. Isnaeni, “Peranan Hukum Jaminan
Dalam Bidang Ekonomi”, Jurnal, Yuridika, No. 2
Tahun X Mei-Juni 1995, hlm. 1.
2
Ibid, hlm. 2.
1

J. Andi Hartanto, Hukum Jaminan Dan
Kepailitan Hak Kreditor Separatis Dalam
Pembagian Hasil Penjualan Benda Jaminan
Debitor Pailit, Laksbang Justitia, Surabaya, 2015,
hlm. 21.
4
Ibid.

108

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

pelunasan debitor berupa hasil laba dari

sebagaimana dijelaskan dalam Undang-

perusahaan debitor sudah tidak mencukupi

Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang

untuk membayar kredit yang ada, maka

Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta

hasil

Benda-benda Yang Berkaitan Dengan

eksekusi

jaminan

tersebut

diharapkan menjadi sumber alternatif

Tanah (untuk selanjutnya ditulis UUHT).

pelunasan terakhir untuk kredit yang ada5.

Pertumbuhan

ekonomi

Seringkali meskipun debitor telah diikat

menyebabkan kebutuhan debitor akan

dalam suatu perjanjian kredit dengan

modal bertambah, yang digunakan untuk

kekuatan hukum yang berlaku dan sudah

menumbuhkan

dilakukan analisis terhadap jaminan kredit

kebutuhan kredit debitor akan bertambah

yang

atau ingin lebih mengefisienkan dan

ada,

pemberian

kredit

dalam

usahanya,

perbankan masih mengandung resiko

mengefektifkan

kegagalan

dalam

diterimanya, yang artinya penambahan

dalam

jumlah kredit yang diterima debitor dapat

praktek sering berhadapan dengan kredit

menunjang pertumbuhan, dan dengan

bermasalah (kredit macet) dan membuat

biaya yang dikeluarkan semakin sedikit,

kinerja perbankan tidak selalu berjalan

maka lebih efektif dan efisien pemakaian

dengan lancar.Fokus penulisan ini untuk

kredit yang diterima oleh debitor. Kadang

jaminan tanah dan bangunan yang berdiri

kreditor yang telah memberikan kredit

diatasnya, yang menggunakan lembaga

kepada debitornya cenderung konservatif

jaminan hak tanggungan.

atau berhati-hati dalam menentukan kredit

pelunasannya

atau

kemacetan

sehingga

bank

kredit

sehingga

yang

telah

Hak Tanggungan adalah salah satu

yang diberikan, termasuk dalam hal

jenis dari hak jaminan disamping Hipotik,

jumlah, jangka waktu, suku bunga dan

Gadai

biaya-biaya

dan

Fidusia.

Hak

jaminan

lain.

Namun

dengan

utang

perkembangan yang terjadi, bukan hanya

seorang debitor yang memberikan hak

di dunia usaha saja, tetapi juga dalam

utama kepada seorang Kreditor tertentu,

bidang

yaitu pemegang hak jaminan itu, untuk

persaingan terjadi antar bank satu dengan

didahulukan

bank yang lain, atau kreditor satu dengan

dimaksudkan

untuk

terhadap

menjamin

kreditor-kreditor

lain apabila debitor cedera janji

6

,

perbankan,

menyebabkan

kreditor yang lain.

5

Ibid.
Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan
Asas-asas, Ketentuan Pokok, Dan Masalah yang
Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian
6

Mengenai Undang-undang Hak Tanggungan),
Alumni, Bandung, 1999, hlm. 4.

109

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Terjadinya pengambil alihan kredit

diperlukan bagi kreditor yang mengambil

atau yang lazim dikenal dengan Take

alih (take over) kredit, karena pada saat

Over,

merupakan

kebutuhan

debitor

dilakukan

penandatanganan

perjanjian

dalam rangka lebih mengefektif dan

kredit dan jaminan, jaminan tersebut

mengefisienkan kredit yang diterimanya

masih menjadi jaminan kreditor yang lain

dari kreditor. Persaingan antar kreditor

dengan

seringkali

satu

pertama, jika pelunasan dan penyerahan

kreditor dan kreditor lain memberikan

jaminan atas pengambil alihan (take over)

penawaran kredit kepada satu debitor

kredit tersebut pada hari yang sama, maka

yang sama berbeda, mungkin berbeda dari

tidak terjadi permasalahan atas lembaga

jumlah kredit yang diberikan, atau dari

jaminan hak tanggungan tersebut. Namun

suku bunga yang diberikan, atau juga dari

pelunasan dan penyerahan jaminan yang

jangka waktu yang diberikan.

dilakukan pada hari yang tidak sama,

menyebabkan

antara

hak

tanggungan

peringkat

(take

maka akan terdapat dua hak tanggungan

over) mempunyai arti kredit dari yang

peringkat pertama dari dua kreditor yang

diambil alih dari satu kreditor oleh

berbeda.

Pengambil

alihan

kredit

kreditor lain untuk satu debitor yang
sama, menurut Kamus Besar Bahasa

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut diatas,

Indonesia ambil alih adalah terima dari
orang

lain

ditindaklanjuti

(untuk

dikerjakan,

dan

sebagainya),

sedangkan arti dari mengambil alih adalah
menggantikan (pimpinan, kemudi dan
sebagainya), sehingga arti kata pengambil
alihan adalah proses, cara, perbuatan
mengambil alih. Kebiasaan di Indonesia
istilah pengambil alihan digunakan untuk
pengambil alihan perusahaan. Pengambil
alihan kredit maupun kredit baru selalu
terdapat putusan pemberian kredit, setiap
bank

selalu

mewajibkan

peringkat

pertama hak tanggungan. Hal ini yang

maka

penelitian

ini

didasarkan

atas

permasalahan sebagai berikut: Pertama,
Apa

aturan

yang

mengatur

tentang

pengambilalihan kredit (take over) di
Indonesia?

Kedua,

Apa

bentuk

perlindungan hukum terhadap kreditor
yang mengambil alih (take over) jika
pelunasan dan jaminan tidak dilakukan
pada hari yang sama ?
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian
yuridis normatif yang menekankan pada

menyebabkan perlindungan hukum sangat

110

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

norma-norma hukum dengan menganalisa

memperoleh kepercayaan dari pihak yang

peraturan

perundang-undangan

terkait.

memberikan kredit tersebut.

Dalam

Penelitian

peneliti

ini

Beberapa

pengertian

mengenai

menggunakan dua metode pendekatan

kredit disebutkan oleh ahli antara lain

masalah

Savelberrg,

yaitu

pendekatan
peraturan

1)

Statute

dengan

Approach,

menelaah

semua

perundang-undangan

yang

yang

menyatakan

bahwa

“kredit” adalah dasar dari setiap perikatan
dimana

seseorang

berhak

menuntut

bersangkut paut dengan permasalahan (isu

sesuatu dari orang lain dan Sebagai

hukum)

2)

jaminan, dimana seseorang menyerahkan

Conseptual Approach, yaitu pendekatan

sesuatu kepada orang lain dengan tujuan

yang beranjak dari pandangan-pandangan

untuk memperoleh kembali apa yang

dan doktrin-doktrin yang berkembang di

harus

dalam ilmu hukum.7

depositus, regulare, pignus”). 10 Pendapat

yang

sedang

dihadapi.

lain

diserahkan

itu

dikemukakan

(commodatus,

oleh

bahwa

Levy

kredit

yang

PEMBAHASAN

merumuskan

berarti

Dasar Hukum Pengambil Alihan Kredit

menyerahkan secara sukarela sejumlah

(Take Over)

uang untuk dipergunakan secara bebas
diartikan

oleh penerima kredit. penerima kredit

sebagai “the ability to borrow on the

berhak menggunakan pinjaman itu untuk

opinion conceived by the lenderthat he

keuntungannya

will be repaid. 8 Asal mula kata “Kredit”

mengembalikan

Secara

umum

kredit

adalah dari bahasa romawi “credere”

9

dibelakang hari.
Dari

yang berarti percaya. Pengertian tersebut

dengan
jumlah

kewajiban
pinjaman

itu

11

kedua

pengertian

menjadi dasar bahwa kredit dilandasi dari

sebagaimana telah disebutakan diatas

adanya

Dari

dapat ditarik benang merah mengenai

pengertian tersebut dapat disimpulkan

sebab dan akibat. Hal yang menjadi sebab

bahwa seseorang yang memperoleh kredit

adalah

pada dasarnya adalah seseorang yang

mampu”

suatu

kepercayaan.

penerima
untuk

kredit

“dianggap

mengembalikan

pinjamannya tersebut dikemudian hari dan
7

Peter Mahmud Marzuki,Penelitian
Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2010,
hlm. 95-97.
8
Bouvier’s law Dictionary A-K, West
Publishing Company 1914, hlm.725.
9
H.H.A.
Savelberg,
De
crediet
Hypotheek, diss., 1885, hlm. 33.

yang menjadi akibatnya adalah adalah

10
11

Ibid, hlm. 33.
J.A. Levy, Rekening Courant, 1873.

hlm.192.

111

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

bahwa

penerima

“dipercaya”.

12

kredit

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

tersebut

Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU

yang

Perbankan, Kredit di definisikan sebagai

diatas

sebagai penyediaan uang atau tagihan

menunjuk esensi dari hukum kredit pada

yang dapat dipersamakan dengan itu,

umumnya. Pada posisi ini kreditur percaya

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

bahwa

pinjam-meminjam antara bank dengan

dikemukakan

Dari
oleh

debitur

pendapat
Savelberg

sanggup

memenuhi

perikatannya.Selanjutnya mengenai apa

pihak

lain

yang

yang dikemukakan oleh Levy mampu

peminjam

memberikan pengertian yang khusus dari

setelah jangka waktu tertentu dengan

“kredit”, yaitu perjanjian pinjam uang.

pemberian bunga.

untuk

mewajibkan
melunasi

pihak

utangnya

Kreditur yang meminjamkan uang pada

Secara umum kredit merupakan

debitur percaya bahwa debitu memiliki

suatu perjanjian sehingga pelaksanaannya

kemampuan

mengembalikan

tunduk kepada hukum perjanjian yang

pinjaman itu dikemudian hari. “Ukuran”

diatur dalam Buku III KUHPerdata.

yang

untuk

Dalam kondisi ini kredit merupakan suatu

“kemampuan

perjanjian yang diadakan antara bank

untuk

digunakan

kepercayaan

oleh

itu

Levy

adalah

ekonomi” si debitur.13

dengan calon debitur untuk mendapat

Menurut Muchdarsyah Sinungan,

kredit dari bank bersangkutan. Secara

pemberian

otentik, UU Perbankan tidak menyebut

prestasi oleh suatu pihak kepada pihak

tentang perjanjian kredit sebagai dasar

lain dan prestasi itu akan dikembalikan

pemberian

kredit,

lagi pada suatu masa tertentu yang akan

“perjanjian

kredit”ini

dating

ditemukan

dalam

kredit

merupakan

disertai

suatu

dengan

suatu

kontra

bahkan
juga
ketentuan

istilah
tidak
UU

prestasi berupa bunga. 14 Pengertian ini

Perbankan tersebut. 15 Berdasarkan Surat

sejalan

yang

Edaran Bank Negara Indonesia Unit 1

disebutkan dalam Undang-undang Nomor

Nomor 2/539/UPK tanggal 8 Oktober

10

1966 jo Surat Edaran Bank Negara

dengan

Tahun

definisi

1998

kredit

Tentang

Perubahan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

Indonesia

Tentang

tanggal 20 Oktober 1966 di instruksikan

Perbankan

(UU

Perbankan).

Nomor

2/643/UPK/Pemb.

12

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian
Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1983, hlm. 22.
13
Ibid.
14
Muchdarsyah Sinungan, Dasar-dasar
dan
Teknik
Management
Kredit,
Bina
Aksara,Jakarta, 1984, hlm. 12.

15

Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan
Kebendaan Bagi Tanah dan benda Lain Yang
Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan
Asas Pemisahan Horisontal, Nuansa Madani,
Jakarta, 2011, hlm. 170.

112

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

bahwa

dalam

pemberian

bentuk
kredit,

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

apapun

setiap

bermasalah baik secara compromised

Bank

wajib

maupun non compromised.17

menggunakan akad perjanjian kredit, dan

Tunggakan kredit ataupun kredit

dari kata akad perjanjian kredit tersebut

macet merupakan salah satu bentuk resiko

dalam praktek perbankan dikenal dengan

dalam kredit perbankanyang harus diatasi

istilah perjanjian kredit.16

sesegera

Dalam setiap pemberian kredit

mungkin

mengalami

agar

bank

kerugian.Beberapa

tidak
upaya

yang dilakukannya, bank mengharapkan

mengatasi terjadinya kredit macet adalah

pengembalian dana secara tepat waktu dan

dengan melakukan pencairan atas jaminan

sesuai

telah

kredit dan hasil pencairannya tersebut

diperjanjikan bersama dengan debitur.

digunakan untuk memenuhi kewajiban

Namun kadang-kadang, dengan berbagai

debitur kepada bank ataupun melalui

alasan, debitur belum atau tidak bisa

pengambilalihan kredit (take over) dari

mengembalikan hutangnya pada bank.

bank lainnya.

dengan

syarat

yang

Persoalan kredit bermasalah ini

Menurut

Suharnoko,

peralihan

merupakan persoalan hukum dalam aspek

(take over) kredit merupakan peristiwa

perdata, yaitu hubungan utang piutang

dalamhal pihak ketiga memberi kredit

antara debitur dengan kreditur (bank)

kepada debitur yang bertujuan untuk

selaku pemberi kredit. Hubungan tersebut

melunasi hutang/kredit debitur kepada

lahir dari suatu perjanjian. Pihak debitur

kreditur awal dan memberikankredit baru

berjanji untuk mengembalikan pinjaman

kepada debitur sehingga kedudukan pihak

beserta biaya dan bunga, dan pihak

ketiga

kreditur

kreditur awal.

memberikan

fasilitas

ini

menggantikan
18

kedudukan

Dalam hal take over

kreditnya.Apabila setelah bank berusaha

pembiayaan

melalui upaya prefentif namun akhirnya

pendapat Suharnoko tersebut diatas, pihak

kredit yang telah dikeluarkannya menjadi

ketiga yang bertindak sebagai kreditur

kredit yang bermasalah, maka bank akan

baru untuk membayar sisa utang nasabah

menggunakan

upaya

represif.

16

hlm. 3.

upaya

penanganan

sesuai

dengan

Upaya

represif yang akan dilakukan oleh bank
meliputi

tersebut,

kredit

Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit.,

Yordan Demesky, “Pelaksanaan Parate
Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Alternatif
Penyelesaian Kredit Bermasalah Di PT Bank
Permata TBK”, Tesis, Universitas Indonesia,
Fakultas Hukum, Program Pasca Sarjana, Jakarta,
Juli 2011, hlm. 28-31.
18
Suharnoko, Doktrin Subrogasi, Novasi
Dan Cessie, Kencana Prenada Media, Jakarta,
2012, hlm.15
17

113

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

terhadap kreditur lama. Utang piutang

diberi nama kreditor lama”.19 Lebih lanjut

yang lama dan segala kewajiban antara

dijelaskan pada Pasal 1400KUH Perdata

pihak kreditur dan debitur dihapus, untuk

mengenai cara terjadinya subrogasi yaitu

kemudian

terjadi

dihidupkan

kembali

bagi

karena

persetujuan

(secara

kepentingan pihak ketiga. Melalui take

langsung) dan terjadi karena undang-

overini, maka setelah terjadinya take over,

undang (secara tidak langsung).

kreditur baru berkedudukan menjadi pihak
pertama,

yaitu pihak

Menurut Herlien Budiono, adanya

yang memberi

pembayaran dari pihak ketiga tersebut

pembiayaan. Debitur tetap menjadi pihak

tidak serta-merta mengakhiri perikatan,

yang

tetapi selanjutnya debitur akan menjadi

berhutang,

dari

kreditur

lama

menjadi kepada kreditur baru.

lawan kontrak kreditur baru. Dipenuhinya

Dalam dunia bisnis perbankan,

prestasi oleh pihak ketiga mengakibatkan

take over merupakan suatu istilah yang

digantikannya kedudukan kreditur lama

dipakai dalam hal pihak ketiga memberi

oleh

kredit kepada debitur yang bertujuan

kewajiban kreditur tidak berakhir, namun

untuk melunasi hutang debitur kepada

debitor tetap harus memenuhi prestasinya

kreditur awal dan memberikan kredit baru

kepada kreditur baru, yaitu pihak ketiga

kepada debitur sehingga kedudukan pihak

yang

ketiga

kewajiban

ini

menggantikan

kedudukan

kreditur awal. Peristiwa take over dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata)

dikenal

juga

dengan

sebutan “subrogasi”.
Pengertian

kreditur

baru.

sebelumnya
kreditur

Dalam

telah
kepada

hal

ini

membayar
kreditur

lama.20
Subrogasi dapat terjadi karena
perjanjian dan dapat juga terjadi karena
undang-undang. Masih menurut Herlien

mengenai

subrogasi

Budiono, subrogasi terbagi menjadi 2

terdapat dalam Pasal 1400 KUHPerdata

(dua), yaitu : Pertama, subrogasi atas

yang menyatakan bahwa subrogasi adalah

inisiatif kreditor, sebagaimana dimaksud

“penggantian

oleh

dalam Pasal 1401 ayat (1) KUHPerdata,

seorang pihak ketiga yang membayar

yaitu dikatakan telah terjadi subrogasi

hak-hak

kreditor

kreditor itu dan pihak ketiga itu dalam
rangka pembahasan ini diberi nama
kreditor

baru,

sedang

kreditor

yang

menerima pembayaran dari pihak ketiga

19

Tan Thong kie, Studi Notariat dan
Serba-serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, 2002, hlm. 337.
20
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum
Perjanjian dan Penerapannya Di Bidang
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014,
hlm. 175.

114

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

yang

inisiatifnya

pihak

sehingga secara umum mengenai take

kreditur dengan menerima pembayaran

over masih tunduk kepada ketentuan

dari

subrogasi

pihak

datang

ketiga

dari

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

(kreditur

baru)

yang

termuat

di

dalam

menetapkan bahwa adalah orang ini yang

KUHPerdata. Untuk melengkapi hal-hal

akan

yang secara general tidak diatur dalam

menggantikan

dimilikinya

terhadap

hak-hak
debitur.

yang
Kedua,

ketentuan

mengenai

subrogasi

dalam

subrogasi atas inisiatif debitur, pada

KUHPerdata

subrogasi ini debitur terlebih dahulu

klausul tambahan dalam perjanjian take

terjadi pinjam meminjam uang antara

over

debitur

untuk

berdasarkan asas kebebasan berkontrak

selanjutnya dinyatakan bahwa debitur

sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal

dalam

kepada

1338 KUHPerdata. Segala klausul yang

uang

digunakan untuk melengkapi ketentuan

dengan

kreditur

kreditur

baru

melunasi

hutangnya

lama

digunakanlah

pinjaman dari kreditur baru.21

yang

digunakanlah

selanjutnya

klausul-

mengikat

mengenai subrogasi mengikat sebagai

Pada proses take over termasuk
kedalam subrogasi karena perjanjian dan

undang-undang bagi pihak kreditur baru
maupun bagi pihak debitur.

termasuk pula kedalam subrogasi atas
inisiatif dari debitur. Tan Thong Kie
menyatakan

bahwa

menurut

undang-

undang, subrogasi harus dilakukan secara

Kedudukan
Membebankan

harus terpenuhi.

22

Terjadinya subrogasi

mengakibatkan pula beralihnya jaminan
yang menjadi perjanjian tambahannya
sehingga dalam hal ini benar adanya
bahwa subrogasi harus dilakukan secara

Hak

Kuasa
Tanggungan

(SKMHT) Dalam Proses Take Over
Secara umum, mekanisme yang

tegas (uitdrukkelijk) dan pada saat yang
sama (gelijktijdig). Syarat tersebut mutlak

Surat

terjadi dalam peralihan kredit atau take
over diawali dari adanya permohonan
kredit oleh debitur, selanjutnya untuk
keperluan tersebut dilakukan penyerahan
semua kelengkapan yang meliputi data
dan syarat-syarat pengajuan kredit. Pada
tahapan berikutnya dilakukan survey oleh

tegas.
Sampai dengan saaat ini belum ada
peraturan

perundang-undangan

yang

secara khusus mengatur tentang take over

Credit

Officer

(BI

checking,

trade

checking, wawancara debitur, checking
jaminan).Dari

hasil

survey

tersebut

apabila dinyatakan telah memenuhi syarat
21
22

Ibid.
Tan Thong Kie, Op. Cit., hlm. 684 .

maka akan dilanjutkan dengan pembuatan

115

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

proposal kredit yang selanjutnya akan

kewajiban debitur tersebut timbul kembali

diajukan kepada komite kredit.

dengan kreditur baru. Dengan terjadinya
telah

perjanjian take over ini, maka akan

disetujui oleh komite kredit maka untuk

menimbulkan akibat hukum, yaitu hak dan

selanjutnya dilakukanlah penandatangan

kewajiban timbal balik bagi masing-

akad kredit dan pengikatan jaminan yang

masing pihak.

Jika

proposal

tersebut

wajib dihadiri oleh pihak bank dan

Kedudukan jaminan dalam take

debitur. Pada proses selanjutnya, setelah

over pembiayaan termasuk pada subrogasi

dilakukan

atas inisiatif debitur sesuai Pasal 1401ayat

pengikatan

jaminan,

maka

debitur dengan didampingi perwakilan

(2)

dari kreditur baru menuju ke kreditur lama

meminjam uang kepadapihak ketiga untuk

untuk melakukan pelunasan dengan dana

melunasi

yang diperoleh dari pihak ketiga, dalam

danmenetapkan

bahwa

hal ini adalah kreditur baru. Setelah

tersebut

mengambil

pelunasan dilakukan, selanjutnya wajib

kreditur. Akibat hukum dari take over

meminta slip tanda pelunasan serta asli

tersebut

bukti

untuk

kreditur lama kepada kreditur baru yang

Hak

kemudian menggantikan kedudukan dan

dahulu

hak kreditur. Haklain yang seharusnya

dilakukan roya (pencoretan hak) atas

berpindah menurut undang-undang adalah

nama kreditur lama.

hak jaminan atas objek jaminan yang

kepemilikan

jaminan

selanjutnya

dapat

dibebani

Tanggungan

dengan

terlebih

Setelah disetujuinya akad take

yang

menyatakan

hutangnya

akan

adalah

pihak

debitur

kepada

kreditur

pihak

ketiga

alihposisi

beralihnya

piutang

digunakan sebagai agunan.

over,maka selanjutnya dituangkan dalam

Dalam hal take over pembiayaan

perjanjian sehingga dengan demikian sisa

dengan objek jaminan berupa tanah yang

kewajiban nasabah kepada kreditur lama

telah dibebani Hak tanggungan, dilakukan

dilunaskan oleh calon kreditur baru

melalui proses roya atau pencoretan di

tersebut.

kantor

Dana

pelunasan

inilah

Badan
dahulu

Pertanahan
untuk

Nasional

selanjutnya yang berpindah di dalam

terlebih

skema pembiayaan. Pada konsep ini

kedudukan

sebenarnya tidak ada perpindahan hak

pemegang hak jaminan. Setelah proses

dankewajiban karena debitur sebenarnya

roya selesai maka dilanjutkan dengan

telah menyelesaikan kewajibannya pada

pembebanan hak Tanggungan atas dasar

kreditur lama dan selanjutnya hak dan

Surat

kreditur

Kuasa

menghapus

awal

Membebankan

sebagai

Hak

116

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

Tanggungan

(selanjutnya

SKMHT)dan

Akta

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

ditulis

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),

Hak

tetapi yang bersangkutan tidak dapat hadir

Pembebanan

Tanggungan (selanjutnya ditulis APHT)

sendiri,

yang dibuat sebelumnya untuk jaminan

menunjuk pihak lain sebagai kuasanya,

benda tidak bergerak. Setelah diterimanya

dengan SKMHT

bukti jaminan asli, dilakukan pembebanan

maka

pemberi

Ketidakhadiran

kuasa

pemberi

wajib

Hak

ulang atas jaminan yang didahului dengan

Tanggungan di hadapan Pejabat Pembuat

penandatanganan Akta Pembebanan Hak

Akta Tanah (PPAT) pada saat pembuatan

Tanggungan

Akta

bersamaan

dilakukannya

roya

dengan

jaminan.

Menurut

Pemberian

(APHT)

Hak

merupakan

Tanggungan
alasan

yang

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,

memperkenan pemberi Hak Tanggungan

pencoretan pendaftaran Hak Tanggungan

untuk membuat atau mempergunakan

dapat

Surat

dilakukan

dengan

atau

tanpa

pengembalian Sertifikat Hak Tanggungan
yang

telah

Hak

Tanggungan (SKMHT).
Pembuatan SKMHT ini wajib

tidak

dilakukan dengan akta notaris atau akta

dikembalikan, maka hal tersebut harus

PPAT sebagaimana diatur dalam Pasal 15

dicatat

(1) UUHT. Bagi sahnya suatu SKMHT

Hak

dalam

Dalam

Membebankan

hal

Sertifikat

dikeluarkan.

Kuasa

Tanggungan

Buku

Tanah

Hak

Tanggungan.23
Pada

selain wajib dibuat dengan akta notaris
tahapan

seringkali

atau akta PPAT, menurut pasal 15 (1)

menimbulkan celah hukum terlebih karena

UUHT harus pula dipenuhi persyaratan

kondisi yang terjadi di lapangan seringkali

SKMHT yang dibuat yaitu : a) Tidak

dihadapkan bahwa pelunasan dan roya

memuat kuasa untuk melakukan perbuatan

tidak terjadi pada hari yang sama, namun

hukum lain daripada membebankan Hak

terlebih dahulu telah dibuat SKMHT-nya.

Tanggungan. b) Tidak memuat kuasa

Terhadap

Hak

substitusi. c) Mencantumkan secara jelas

merupakan

kuasa

obyek Hak Tanggungan, jumlah utang dan

membebankan

Hak

nama serta identitas krediturnya, nama

Tanggungan, pada dasarnya pemberi Hak

dan identitas debitur apabila debitur bukan

Tanggungan wajib hadir di hadapan

pemberi

kuasa

Tanggungan,
khusus

membebankan

yang

untuk

ini

Hak

Tanggungan.

24

Yang

dimaksud dengan “tidak memuat kuasa
23

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,
Hak Tanggungan, Kencana Prenada Media,
Jakarta, 2006, hlm. 23.

24

Sutan Remy Sjahdeni, Op. Cit., hlm.

103-104.

117

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

untuk melakukan perbuatan hukum lain

pada huruf ini adalah jumlah utang sesuai

dalam ketentuan ini, misalnya tidak

dengan yang diperjanjikan sebagaimana

memuat

dimaksud

kuasa

untuk

menjual,

dalam

Pasal

3

(1)

menyewakan obyek Hak Tanggungan atau

UUHT.”SKMHT yang telah dibuat tidak

memperpanjang hak atas tanah.

dapat ditarik kembali atau tidak dapat

Ketentuan Pasal 15 (1) UUHT ini

berakhir oleh sebab apapun juga, dengan

menuntut agar SKMHT dibuat secara

demikian ketentuan mengenai berakhirnya

khusus hanya memuat pemberian kuasa

kuasa sebagaimana diatur dalam Pasal

untuk membebankan Hak Tanggungan

1813, 1814 dan 1816 KUHperdata tidak

saja, sehingga dengan demikian juga

berlaku untuk SKMHT. SKMHT ini

terpisah dari akta-akta lain. Apabila syarat

hanya

ini tidak dipenuhi atau dilanggar maka

tersebut telah dilaksanakan atau apabila

SKMHT yang bersangkutan batal demi

jangka waktu SKMHT telah berakhir.

hukum,

Apabila APHT tidak dibuat dalam jangka

sehingga

bersangkutan

SKMHT

tidak

dapat

yang

digunakan

waktu

Secara

Yang dimaksud dengan pengertian
kuasa

substitusi”

yang

berakhir

telah

apabila

kuasa

ditetapkan

maka

SKMHT tersebut batal demi hukum.

sebagai dasar pembuatan APHT.
“memuat

dapat

umum

jangka

waktu

menurut

berlakunya suatu SKMHT diatur dalam

UUHT adalah pemberian kuasa untuk

Pasal 15 (3) dan (4) UUHT yaitu: 1)

penggantian

melalui

Untuk SKMHT mengenai hak atas tanah

pengalihan. Demikian ditentukan dalam

yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan

Penjelasan Pasal 15 (1) huruf b UUHT.

pembuatan APHT selambat-lambatnya 1

Lebih lanjut dijelaskan “bukan merupakan

(satu) bulan setelah ditandatanganinnya

substitusi,

kuasa

SKMHT. 2) Untuk SKMHT mengenai

memberikan kuasa kepada pihak lain

hak atas tanah yang belum terdaftar wajib

dalam rangka penugasan untuk bertindak

diikuti

mewakilinya,

misalnya

menugaskan

pelaksanaan

penerima

jika

kuasa

penerima

dengan

pembuatan

APHT

direksi

Bank

selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah

kuasa

yang

ditandatanganinya

SKMHT.Selain

itu,

diterimanya kepada kepala cabangnya

untuk SKMHT mengenai tanah yang

atau pihak lain.25

sudah bersertifikat namun belum atas

Menurut penjelasan Pasal 15 (1) c
UUHT, “jumlah utang yang dimaksud
25

nama dari pemegang hak wajib diikuti
dengan

pembuatan

APHT

selambat-

Ibid, hlm. 106-107.

118

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

lambatnya

3

(tiga)

bulan

setelah

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

SKMHT tersebut menjadi batal demi
hukum. Meskipun demikian, menurut

ditandatanganinya SKMHT
Ketentuan mengenai jangka waktu

penjelasan Pasal 15 ayat (6) UUHT, tidak

berlakunya SKMHT sebagaimana diatur

menutup kemungkinan untuk membuat

dalam Pasal 15 (3) dan (4) UUHT tersebut

SKMHT baru apabila SKMHT yang lama

tidak

telah

berlaku

dalam

hal

SKMHT

diberikan untuk menjamin kredit-kredit

batal

karena

berakhir

jangka

waktunya.
Proses take over yang umumnya

tertentu yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan

yang

berlaku.

terjadi menyisakan celah hukum dalam

Kredit-kredit

yang dimaksud

pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan

adalah kredit program, kredit kecil, kredit

penggunaan SKMHT pada saat proses

kepemilikan rumah dan kredit lainnya

take over. Umumnya permasalahan yang

yang sejenis. Penentuan berlakunya batas

dapat menimbulkan konsekuensi hukum

waktu SKMHT untuk jenis kredit tersebut

tersebut terjadi pada saat Notaris/PPAT

dilakukan oleh Menteri yang berwenang

melakukan penandatanganan akta akad

di bidang pertanahan setelah mengadakan

pembiayaan dan akta pengikatan jaminan

koordinasi dan konsultasi dengan Menteri

SKMHT sebelum surat roya dipastikan

Keuangan, GubernurBank Indonesia, dan

terbit pada hari yang sama. Kondisi

pejabat lain yang terkait. Mengenai hal ini

seperti ini menjadi hal yang dianggap

telah diatur dalam Peraturan Menteri

lumrah terjadi pada dunia perbankan

Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

padahal

kondisi

ini

Nasional Nomor 4 Tahun 1996 tentang

bergbagai

macam

resiko.

penetapan Batas Waktu Penggunaan Surat

dengan hal tersebut diatas, semestinya

Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

demi

Untuk Menjamin Pelunasan Kredit-kredit

Notaris/PPAT

tertentu tanggal 8 Mei 1996. Jangka waktu

penandatanganan akad pembiayaan/kredit

SKMHT yang telah ditetapkan dalam

dan SKMHT, setelah dikeluarkannya surat

UUHT

setiap

roya dan asli sertipikat jaminan yang akan

direalisir

dibebankan Hak Tanggungan yang baru

ini

pembuatan

tertentu

dilakukan
SKMHT

agar

harus

dengan pembuatan APHT.

menjamin

menimbulkan

kepastian

Berkaitan

hukum,
melakukan

oleh bank kreditur awal.

Apabila SKMHT tersebut tidak

Ditinjau dari kacamata hukum,

diikuti dengan pembuatan APHT dalam

apabila SKMHT dibuat sebelum tanggal

jangka waktu yang telah ditetapkan maka

surat roya dipastikan terbit pada hari yang

119

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

sama, terjadi pembebanan ulang Hak

disebutkan bahwa dalam Akta Pemberian

Tanggungan.

Hak

Padahal

dalam

Akta

Tanggungan

terdapat

janji-janji

Pembebanan Hak Tanggungan terdapat

antara lain yaitu janji bahwa pemberi Hak

janji dan ketentuan dalam perjanjian

Tanggungan

kredit sebelumnya, dilarang mengalihkan

haknya atas objek Hak Tanggungan tanpa

obyek jaminan sebelum kredit lunas. Surat

persetujuan tertulis lebih dahulu dari

Roya adalah bukti dari lunasnya hutang

Pemegang Hak Tanggungan (dalam hal

debitur kepada kreditur. Apabila Notaris

ini bank), yang mana bukti tertulis

/PPAT menggunakan SKMHT sebagai

tersebut berupa surat bukti pelunasan

alat atau sarana take over tanpa surat roya

hutang dan surat roya. Dilihat dari segi

terbit pada hari yang sama, artinya

kewenangan, sebagai salah satu syarat

pemilik sertifikat/penjamin memberikan

sahnya perjanjian menurut Pasal 1320

kuasa ulang kepada bank selanjutnya yang

KUHPerdata, pemberi Hak Tanggungan

akan mengambil alih jaminan (untuk

belumlah

disebut Penerima Kuasa). Akibatnya,

pembebanan Hak Tanggungan yang baru

terhadap akta yang dibuat oleh Notaris

tanpa adanya surat bukti pelunasan atau

dapat terjadi cacat hukum.

surat

Akta

tidak

sah

roya

akan

untuk

dari

Tanggungan,

sehingga

Pembebanan

tersebut

dapat

Tanggungan,

harus sudah ada keyakinan pada Notaris

menguasakan

pemegang

Pada saat pembuatan SKMHT dan
Hak

melepaskan

akta

Hak

SKMHT

dipertanyakan

keabsahannya.

atau PPAT yang bersangkutan bahwa
pemberi Hak Tanggungan mempunyai
kewenangan untuk melakukan perbuatan

PENUTUP
Kesimpulan
Ketentuan mengenai pengalihan

hukum terhadap obyek Hak Tanggungan
yang dibebankan, walaupun kepastian
mengenai

dimilikinya

kewenangan

tersebut baru dipersyaratkan pada saat
pemberian Hak Tanggungan itu didaftar.
Sesungguhnya pemberi Hak Tanggungan
belum mempunyai kewenangan untuk
menguasakan

pembebankan

Hak

Tanggungan yang baru, sebab pada Pasal
11 ayat (2) huruf

g UUHT telah

kredit (take over) dalam hukum yang
berlaku di Indonesia mengikuti ketentuan
dalam KUHPerdata tentang subrogasi.
Mengenai ketentuan yang secara umum
tidak diatur dalam bab tentang subrogasi
dilengkapi dengan klausul-klausul dalam
perjanjian

take

over

yang

dibuat

berdasarkan asas kebebasan berkontrak
dan

mengikat

sebagaimana

undang-

120

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

undang bagi pihak kreditur baru dan

dan benda Lain Yang Melekat
Pada Tanah Dalam Konsepsi
Penerapan
Asas
Pemisahan
Horisontal,
Nuansa
Madani,
Jakarta.

debitur. Take Over merupakan jenis
subrogasi yang lahir karena perjanjian dan
atas inisiatif dari debitur. Pada posisi ini
debitur meminjam uang kepada pihak
ketiga untuk melunasi hutangnya kepada
kreditur.

Dari

posisi

ini

kedudukan

kreditur lama digantikan oleh pihak ketiga
sebagai kreditur baru.
Perlindungan hukum bagi kreditur
baru dalam proses take over dapat
diperoleh secara internal melalui klausulklausul yang termuat dalam perjanjian
take over. Selain itu terdapat perlindungan
hukum

yang

bersifat

eksternal

dari

H.H.A. Savelberg, 1885, De crediet
Hypotheek, diss.
Herlien Budiono, 2014, Ajaran Umum
Hukum
Perjanjian
dan
Penerapannya
Di
Bidang
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
J. Andi Hartanto, 2015, Hukum Jaminan
Dan Kepailitan Hak Kreditor
Separatis Dalam Pembagian Hasil
Penjualan Benda Jaminan Debitor
Pailit,
Laksbang
Justitia,
Surabaya.

kreditur yaitu melalui pembuatan SKMHT

J.A. Levy, 1873, Rekening Courant.

dengan memastikan bahwa pelunasan dan

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,
2006, Hak Tanggungan, Kencana
Prenada Media, Jakarta.

roya terhadap jaminannya dilakukan pada
hari yang sama.

Mariam Darus Badrulzaman, 1983,
Perjanjian Kredit Bank, Alumni,
Bandung.

Saran
Diperlukan regulasi yang secara
khusus mengatur tentang take over karena
perjanjian take over ini sangat berperan
dalam perekonomian, khususnya dalam
transkasksi

perbankan

agar

mampu

memberikan perlindungan hukum dan
kepastian hukum baik bagi kreditur
maupun bagi debitur.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Djuhaendah Hasan, 2011, Lembaga
Jaminan Kebendaan Bagi Tanah

Muchdarsyah Sinungan, 1984, Dasardasar dan Teknik Management
Kredit, Bina Aksara, Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian
Hukum, Kencana Prenada Media,
Jakarta.
Suharnoko, 2012, Doktrin Subrogasi,
Novasi Dan Cessie, Kencana
Prenada Media, Jakarta.
Sutan

Remy Sjahdeini, 1999, Hak
Tanggungan Asas-asas, Ketentuan
Pokok, Dan Masalah yang
Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu
Kajian Mengenai Undang-undang

121

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

Hak
Tanggungan),
Bandung.

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Alumni,

Tan Thong kie, 2002, Studi Notariat dan
Serba-serbi
Praktek
Notaris,
Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.
Jurnal dan Karya Ilmiah
M. Isnaeni, “Peranan Hukum Jaminan
Dalam Bidang Ekonomi”, Jurnal,
Yuridika, No. 2 Tahun X Mei-Juni
1995.
Yordan Demesky, “Pelaksanaan Parate
Eksekusi
Hak
Tanggungan
Sebagai Alternatif Penyelesaian
Kredit Bermasalah Di PT Bank
Permata TBK”, Tesis, Universitas
Indonesia,
Fakultas
Hukum,
Program Pasca Sarjana, Jakarta,
Juli 2011.

122

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25