PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITOR UNTUK KREDIT YANG DIAMBIL ALIH (TAKE OVER) DENGAN PELUNASAN DAN JAMINAN YANG DIKELUARKAN TIDAK PADA HARI YANG SAMA Tri Novidianto
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITOR UNTUK KREDIT
YANG DIAMBIL ALIH (TAKE OVER) DENGAN PELUNASAN DAN JAMINAN
YANG DIKELUARKAN TIDAK PADA HARI YANG SAMA
1
Tri Novidianto1; Tutiek Retnowati2
Mahasiswa Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya
Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya
Email : trinovidianto.jurnal2017@gmail.co.id
2
Dosen Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya
Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya
Email : tutiekretnowati@narotama.ac.id
Abstract
Credit takeover means credit which is taken over by other creditors under the same debtor.
Regulation concerning credit takeover in Indonesia is not explicitly stipulated in specific
legislation therefore legal protection for new creditor who conduct credit take over is still
bias mainly when the time of repayment and delivery of collateral are not conducted at the
same day.The method used in the present study is a normative legal research, namely legal
research which is conducted by examining the library materials or secondary law while in
finding and collecting the data is done by two approaches, namely the law and conceptual
approaches. The present study shows that credit takeover shall follows general regulation
concerning subrogation which is equipped with the implementation of freedom of contract
principle. Legal protection for new creditor within credit takeover can be obtained internally
through agreement that is made between new with former creditors coupled with the debtor.
Keywords: Credit, Takeover, Legal Protection.
Abstrak
Pengambil alihan kredit mempunyai arti kredit yang diambil alih dari satu kreditor oleh
kreditor lain untuk satu debitor yang sama. Pengaturan mengenai pengambil alihan kredit di
Indonesia belum secara tegas diatur dalam peraturan perundang-undangan yang khusus
sehingga masih belum sepenuhnya memberikan perlindungan hukum bagi kreditur terlebih
dalam posisi pada saat pelunasan dan penyerahan jaminan tidak dilakukan pada hari yang
sama. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan hukum sekunder
sedangkan dalam mencari dan mengumpulkan data dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual.Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
pengambilalihan kredit mengkuti ketentuan umum mengenai subrogasi yang dilengkapi
dengan implementasi asas kebebasan berkontrak. Perlindungan hukum bagi kreditur dalam
pengambilalihan kredit dapat diperoleh secara internal melalui perjanjian yang dibuat antara
kreditor baru dengan kreditur lama dan kreditur baru dengan debitur.
Kata Kunci : Kredit, Pengambilalihan, Perlindungan Hukum.
107
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Dalam perkembangannya, terdapat
LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan dunia usaha di
Indonesia
menunjukan
satu jenis kreditor yang kedudukan dan
bertambah
haknya dipisahkan dari kreditor lainnya,
besarnya kebutuhan akan pembiayaan
yang dikenal dengan istilah kreditor
untuk menunjang perkembangannya, bank
separatis,
dalam hal ini terkait sangat erat dengan
kreditor yang memiliki jaminan hutang
pembiayaan untuk perkembangan dunia
kebendaan yang berupa pemegang hak
usaha
tanggungan, hipotik, gadai, fidusia3.Bank
menuju
ekonomi.
pada
pertumbuhan
Sekarang
kreditor
separatis
adalah
ini
kegiatan
dalam hal ini dikategorikan sebagai salah
pertumbuhan
ekonomi
satu jenis kreditor separatis apabila dilihat
memberikan corak yang dominan terhadap
dari kepemilikan jaminan kebendaan yang
kehidupan
berupa hak tanggungan4.
peningkatan
bangsa,
berbagai
cara
dirancang sebagai landasan dalam upaya
untuk
mepercepat
laju
Jaminan
yang
paling
banyak
pembangunan
diminta oleh bank adalah tanah dan
sekaligus pemerataan hasil untuk rakyat
bangunan karena bank menilai tanah dan
1
supaya lebih luas . Dengan tumbuhnya
bangunan
perekonomian,
meningkat
sangat menguntungkan dan merupakan
transaksi dagang, pelayanan pihak bank
jaminan yang dianggap paling efektif dan
terhadap dana pinjaman menampakan
aman dalam pembebanan hak tanggungan,
kenaikan, pertumbuhan ekonomi saat ini
kepastian dalam eksekusinya, dan hutang
banyak diwarnai oleh perjanjian kredit
yang dijamin dengan hak tanggungan
bank, ini memberikan suatu ilustrasi
harus dibayar terlebih dahulu daripada
bahwa dana tersebut harus diamankan,
tagihan piutang lainnya dengan uang hasil
karena
pelelangan
dana
semakin
tersebut
berasal
dari
masyarakat 2 . Kredit yang diberikan oleh
mempunyai
prospek
yang
yang menjadi objek hak
tanggungan.
bank kepada nasabah dalam hukum di
Jaminan
Indonesia dikenal dengan sebutan para
terakhir
pihaknya untuk bank adalah kreditor,
diberikan
sedangkan untuk nasabah adalah debitor.
lainnya
merupakan
bagi
pelunasan
oleh
bila
bank
ternyata
kredit
kepada
sumber
sumber
yang
debitor
utama
3
M. Isnaeni, “Peranan Hukum Jaminan
Dalam Bidang Ekonomi”, Jurnal, Yuridika, No. 2
Tahun X Mei-Juni 1995, hlm. 1.
2
Ibid, hlm. 2.
1
J. Andi Hartanto, Hukum Jaminan Dan
Kepailitan Hak Kreditor Separatis Dalam
Pembagian Hasil Penjualan Benda Jaminan
Debitor Pailit, Laksbang Justitia, Surabaya, 2015,
hlm. 21.
4
Ibid.
108
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
pelunasan debitor berupa hasil laba dari
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-
perusahaan debitor sudah tidak mencukupi
Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang
untuk membayar kredit yang ada, maka
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
hasil
Benda-benda Yang Berkaitan Dengan
eksekusi
jaminan
tersebut
diharapkan menjadi sumber alternatif
Tanah (untuk selanjutnya ditulis UUHT).
pelunasan terakhir untuk kredit yang ada5.
Pertumbuhan
ekonomi
Seringkali meskipun debitor telah diikat
menyebabkan kebutuhan debitor akan
dalam suatu perjanjian kredit dengan
modal bertambah, yang digunakan untuk
kekuatan hukum yang berlaku dan sudah
menumbuhkan
dilakukan analisis terhadap jaminan kredit
kebutuhan kredit debitor akan bertambah
yang
atau ingin lebih mengefisienkan dan
ada,
pemberian
kredit
dalam
usahanya,
perbankan masih mengandung resiko
mengefektifkan
kegagalan
dalam
diterimanya, yang artinya penambahan
dalam
jumlah kredit yang diterima debitor dapat
praktek sering berhadapan dengan kredit
menunjang pertumbuhan, dan dengan
bermasalah (kredit macet) dan membuat
biaya yang dikeluarkan semakin sedikit,
kinerja perbankan tidak selalu berjalan
maka lebih efektif dan efisien pemakaian
dengan lancar.Fokus penulisan ini untuk
kredit yang diterima oleh debitor. Kadang
jaminan tanah dan bangunan yang berdiri
kreditor yang telah memberikan kredit
diatasnya, yang menggunakan lembaga
kepada debitornya cenderung konservatif
jaminan hak tanggungan.
atau berhati-hati dalam menentukan kredit
pelunasannya
atau
kemacetan
sehingga
bank
kredit
sehingga
yang
telah
Hak Tanggungan adalah salah satu
yang diberikan, termasuk dalam hal
jenis dari hak jaminan disamping Hipotik,
jumlah, jangka waktu, suku bunga dan
Gadai
biaya-biaya
dan
Fidusia.
Hak
jaminan
lain.
Namun
dengan
utang
perkembangan yang terjadi, bukan hanya
seorang debitor yang memberikan hak
di dunia usaha saja, tetapi juga dalam
utama kepada seorang Kreditor tertentu,
bidang
yaitu pemegang hak jaminan itu, untuk
persaingan terjadi antar bank satu dengan
didahulukan
bank yang lain, atau kreditor satu dengan
dimaksudkan
untuk
terhadap
menjamin
kreditor-kreditor
lain apabila debitor cedera janji
6
,
perbankan,
menyebabkan
kreditor yang lain.
5
Ibid.
Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan
Asas-asas, Ketentuan Pokok, Dan Masalah yang
Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian
6
Mengenai Undang-undang Hak Tanggungan),
Alumni, Bandung, 1999, hlm. 4.
109
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Terjadinya pengambil alihan kredit
diperlukan bagi kreditor yang mengambil
atau yang lazim dikenal dengan Take
alih (take over) kredit, karena pada saat
Over,
merupakan
kebutuhan
debitor
dilakukan
penandatanganan
perjanjian
dalam rangka lebih mengefektif dan
kredit dan jaminan, jaminan tersebut
mengefisienkan kredit yang diterimanya
masih menjadi jaminan kreditor yang lain
dari kreditor. Persaingan antar kreditor
dengan
seringkali
satu
pertama, jika pelunasan dan penyerahan
kreditor dan kreditor lain memberikan
jaminan atas pengambil alihan (take over)
penawaran kredit kepada satu debitor
kredit tersebut pada hari yang sama, maka
yang sama berbeda, mungkin berbeda dari
tidak terjadi permasalahan atas lembaga
jumlah kredit yang diberikan, atau dari
jaminan hak tanggungan tersebut. Namun
suku bunga yang diberikan, atau juga dari
pelunasan dan penyerahan jaminan yang
jangka waktu yang diberikan.
dilakukan pada hari yang tidak sama,
menyebabkan
antara
hak
tanggungan
peringkat
(take
maka akan terdapat dua hak tanggungan
over) mempunyai arti kredit dari yang
peringkat pertama dari dua kreditor yang
diambil alih dari satu kreditor oleh
berbeda.
Pengambil
alihan
kredit
kreditor lain untuk satu debitor yang
sama, menurut Kamus Besar Bahasa
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut diatas,
Indonesia ambil alih adalah terima dari
orang
lain
ditindaklanjuti
(untuk
dikerjakan,
dan
sebagainya),
sedangkan arti dari mengambil alih adalah
menggantikan (pimpinan, kemudi dan
sebagainya), sehingga arti kata pengambil
alihan adalah proses, cara, perbuatan
mengambil alih. Kebiasaan di Indonesia
istilah pengambil alihan digunakan untuk
pengambil alihan perusahaan. Pengambil
alihan kredit maupun kredit baru selalu
terdapat putusan pemberian kredit, setiap
bank
selalu
mewajibkan
peringkat
pertama hak tanggungan. Hal ini yang
maka
penelitian
ini
didasarkan
atas
permasalahan sebagai berikut: Pertama,
Apa
aturan
yang
mengatur
tentang
pengambilalihan kredit (take over) di
Indonesia?
Kedua,
Apa
bentuk
perlindungan hukum terhadap kreditor
yang mengambil alih (take over) jika
pelunasan dan jaminan tidak dilakukan
pada hari yang sama ?
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian
yuridis normatif yang menekankan pada
menyebabkan perlindungan hukum sangat
110
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
norma-norma hukum dengan menganalisa
memperoleh kepercayaan dari pihak yang
peraturan
perundang-undangan
terkait.
memberikan kredit tersebut.
Dalam
Penelitian
peneliti
ini
Beberapa
pengertian
mengenai
menggunakan dua metode pendekatan
kredit disebutkan oleh ahli antara lain
masalah
Savelberrg,
yaitu
pendekatan
peraturan
1)
Statute
dengan
Approach,
menelaah
semua
perundang-undangan
yang
yang
menyatakan
bahwa
“kredit” adalah dasar dari setiap perikatan
dimana
seseorang
berhak
menuntut
bersangkut paut dengan permasalahan (isu
sesuatu dari orang lain dan Sebagai
hukum)
2)
jaminan, dimana seseorang menyerahkan
Conseptual Approach, yaitu pendekatan
sesuatu kepada orang lain dengan tujuan
yang beranjak dari pandangan-pandangan
untuk memperoleh kembali apa yang
dan doktrin-doktrin yang berkembang di
harus
dalam ilmu hukum.7
depositus, regulare, pignus”). 10 Pendapat
yang
sedang
dihadapi.
lain
diserahkan
itu
dikemukakan
(commodatus,
oleh
bahwa
Levy
kredit
yang
PEMBAHASAN
merumuskan
berarti
Dasar Hukum Pengambil Alihan Kredit
menyerahkan secara sukarela sejumlah
(Take Over)
uang untuk dipergunakan secara bebas
diartikan
oleh penerima kredit. penerima kredit
sebagai “the ability to borrow on the
berhak menggunakan pinjaman itu untuk
opinion conceived by the lenderthat he
keuntungannya
will be repaid. 8 Asal mula kata “Kredit”
mengembalikan
Secara
umum
kredit
adalah dari bahasa romawi “credere”
9
dibelakang hari.
Dari
yang berarti percaya. Pengertian tersebut
dengan
jumlah
kewajiban
pinjaman
itu
11
kedua
pengertian
menjadi dasar bahwa kredit dilandasi dari
sebagaimana telah disebutakan diatas
adanya
Dari
dapat ditarik benang merah mengenai
pengertian tersebut dapat disimpulkan
sebab dan akibat. Hal yang menjadi sebab
bahwa seseorang yang memperoleh kredit
adalah
pada dasarnya adalah seseorang yang
mampu”
suatu
kepercayaan.
penerima
untuk
kredit
“dianggap
mengembalikan
pinjamannya tersebut dikemudian hari dan
7
Peter Mahmud Marzuki,Penelitian
Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2010,
hlm. 95-97.
8
Bouvier’s law Dictionary A-K, West
Publishing Company 1914, hlm.725.
9
H.H.A.
Savelberg,
De
crediet
Hypotheek, diss., 1885, hlm. 33.
yang menjadi akibatnya adalah adalah
10
11
Ibid, hlm. 33.
J.A. Levy, Rekening Courant, 1873.
hlm.192.
111
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
bahwa
penerima
“dipercaya”.
12
kredit
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
tersebut
Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU
yang
Perbankan, Kredit di definisikan sebagai
diatas
sebagai penyediaan uang atau tagihan
menunjuk esensi dari hukum kredit pada
yang dapat dipersamakan dengan itu,
umumnya. Pada posisi ini kreditur percaya
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
bahwa
pinjam-meminjam antara bank dengan
dikemukakan
Dari
oleh
debitur
pendapat
Savelberg
sanggup
memenuhi
perikatannya.Selanjutnya mengenai apa
pihak
lain
yang
yang dikemukakan oleh Levy mampu
peminjam
memberikan pengertian yang khusus dari
setelah jangka waktu tertentu dengan
“kredit”, yaitu perjanjian pinjam uang.
pemberian bunga.
untuk
mewajibkan
melunasi
pihak
utangnya
Kreditur yang meminjamkan uang pada
Secara umum kredit merupakan
debitur percaya bahwa debitu memiliki
suatu perjanjian sehingga pelaksanaannya
kemampuan
mengembalikan
tunduk kepada hukum perjanjian yang
pinjaman itu dikemudian hari. “Ukuran”
diatur dalam Buku III KUHPerdata.
yang
untuk
Dalam kondisi ini kredit merupakan suatu
“kemampuan
perjanjian yang diadakan antara bank
untuk
digunakan
kepercayaan
oleh
itu
Levy
adalah
ekonomi” si debitur.13
dengan calon debitur untuk mendapat
Menurut Muchdarsyah Sinungan,
kredit dari bank bersangkutan. Secara
pemberian
otentik, UU Perbankan tidak menyebut
prestasi oleh suatu pihak kepada pihak
tentang perjanjian kredit sebagai dasar
lain dan prestasi itu akan dikembalikan
pemberian
kredit,
lagi pada suatu masa tertentu yang akan
“perjanjian
kredit”ini
dating
ditemukan
dalam
kredit
merupakan
disertai
suatu
dengan
suatu
kontra
bahkan
juga
ketentuan
istilah
tidak
UU
prestasi berupa bunga. 14 Pengertian ini
Perbankan tersebut. 15 Berdasarkan Surat
sejalan
yang
Edaran Bank Negara Indonesia Unit 1
disebutkan dalam Undang-undang Nomor
Nomor 2/539/UPK tanggal 8 Oktober
10
1966 jo Surat Edaran Bank Negara
dengan
Tahun
definisi
1998
kredit
Tentang
Perubahan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
Indonesia
Tentang
tanggal 20 Oktober 1966 di instruksikan
Perbankan
(UU
Perbankan).
Nomor
2/643/UPK/Pemb.
12
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian
Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1983, hlm. 22.
13
Ibid.
14
Muchdarsyah Sinungan, Dasar-dasar
dan
Teknik
Management
Kredit,
Bina
Aksara,Jakarta, 1984, hlm. 12.
15
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan
Kebendaan Bagi Tanah dan benda Lain Yang
Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan
Asas Pemisahan Horisontal, Nuansa Madani,
Jakarta, 2011, hlm. 170.
112
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
bahwa
dalam
pemberian
bentuk
kredit,
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
apapun
setiap
bermasalah baik secara compromised
Bank
wajib
maupun non compromised.17
menggunakan akad perjanjian kredit, dan
Tunggakan kredit ataupun kredit
dari kata akad perjanjian kredit tersebut
macet merupakan salah satu bentuk resiko
dalam praktek perbankan dikenal dengan
dalam kredit perbankanyang harus diatasi
istilah perjanjian kredit.16
sesegera
Dalam setiap pemberian kredit
mungkin
mengalami
agar
bank
kerugian.Beberapa
tidak
upaya
yang dilakukannya, bank mengharapkan
mengatasi terjadinya kredit macet adalah
pengembalian dana secara tepat waktu dan
dengan melakukan pencairan atas jaminan
sesuai
telah
kredit dan hasil pencairannya tersebut
diperjanjikan bersama dengan debitur.
digunakan untuk memenuhi kewajiban
Namun kadang-kadang, dengan berbagai
debitur kepada bank ataupun melalui
alasan, debitur belum atau tidak bisa
pengambilalihan kredit (take over) dari
mengembalikan hutangnya pada bank.
bank lainnya.
dengan
syarat
yang
Persoalan kredit bermasalah ini
Menurut
Suharnoko,
peralihan
merupakan persoalan hukum dalam aspek
(take over) kredit merupakan peristiwa
perdata, yaitu hubungan utang piutang
dalamhal pihak ketiga memberi kredit
antara debitur dengan kreditur (bank)
kepada debitur yang bertujuan untuk
selaku pemberi kredit. Hubungan tersebut
melunasi hutang/kredit debitur kepada
lahir dari suatu perjanjian. Pihak debitur
kreditur awal dan memberikankredit baru
berjanji untuk mengembalikan pinjaman
kepada debitur sehingga kedudukan pihak
beserta biaya dan bunga, dan pihak
ketiga
kreditur
kreditur awal.
memberikan
fasilitas
ini
menggantikan
18
kedudukan
Dalam hal take over
kreditnya.Apabila setelah bank berusaha
pembiayaan
melalui upaya prefentif namun akhirnya
pendapat Suharnoko tersebut diatas, pihak
kredit yang telah dikeluarkannya menjadi
ketiga yang bertindak sebagai kreditur
kredit yang bermasalah, maka bank akan
baru untuk membayar sisa utang nasabah
menggunakan
upaya
represif.
16
hlm. 3.
upaya
penanganan
sesuai
dengan
Upaya
represif yang akan dilakukan oleh bank
meliputi
tersebut,
kredit
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit.,
Yordan Demesky, “Pelaksanaan Parate
Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Alternatif
Penyelesaian Kredit Bermasalah Di PT Bank
Permata TBK”, Tesis, Universitas Indonesia,
Fakultas Hukum, Program Pasca Sarjana, Jakarta,
Juli 2011, hlm. 28-31.
18
Suharnoko, Doktrin Subrogasi, Novasi
Dan Cessie, Kencana Prenada Media, Jakarta,
2012, hlm.15
17
113
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
terhadap kreditur lama. Utang piutang
diberi nama kreditor lama”.19 Lebih lanjut
yang lama dan segala kewajiban antara
dijelaskan pada Pasal 1400KUH Perdata
pihak kreditur dan debitur dihapus, untuk
mengenai cara terjadinya subrogasi yaitu
kemudian
terjadi
dihidupkan
kembali
bagi
karena
persetujuan
(secara
kepentingan pihak ketiga. Melalui take
langsung) dan terjadi karena undang-
overini, maka setelah terjadinya take over,
undang (secara tidak langsung).
kreditur baru berkedudukan menjadi pihak
pertama,
yaitu pihak
Menurut Herlien Budiono, adanya
yang memberi
pembayaran dari pihak ketiga tersebut
pembiayaan. Debitur tetap menjadi pihak
tidak serta-merta mengakhiri perikatan,
yang
tetapi selanjutnya debitur akan menjadi
berhutang,
dari
kreditur
lama
menjadi kepada kreditur baru.
lawan kontrak kreditur baru. Dipenuhinya
Dalam dunia bisnis perbankan,
prestasi oleh pihak ketiga mengakibatkan
take over merupakan suatu istilah yang
digantikannya kedudukan kreditur lama
dipakai dalam hal pihak ketiga memberi
oleh
kredit kepada debitur yang bertujuan
kewajiban kreditur tidak berakhir, namun
untuk melunasi hutang debitur kepada
debitor tetap harus memenuhi prestasinya
kreditur awal dan memberikan kredit baru
kepada kreditur baru, yaitu pihak ketiga
kepada debitur sehingga kedudukan pihak
yang
ketiga
kewajiban
ini
menggantikan
kedudukan
kreditur awal. Peristiwa take over dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata)
dikenal
juga
dengan
sebutan “subrogasi”.
Pengertian
kreditur
baru.
sebelumnya
kreditur
Dalam
telah
kepada
hal
ini
membayar
kreditur
lama.20
Subrogasi dapat terjadi karena
perjanjian dan dapat juga terjadi karena
undang-undang. Masih menurut Herlien
mengenai
subrogasi
Budiono, subrogasi terbagi menjadi 2
terdapat dalam Pasal 1400 KUHPerdata
(dua), yaitu : Pertama, subrogasi atas
yang menyatakan bahwa subrogasi adalah
inisiatif kreditor, sebagaimana dimaksud
“penggantian
oleh
dalam Pasal 1401 ayat (1) KUHPerdata,
seorang pihak ketiga yang membayar
yaitu dikatakan telah terjadi subrogasi
hak-hak
kreditor
kreditor itu dan pihak ketiga itu dalam
rangka pembahasan ini diberi nama
kreditor
baru,
sedang
kreditor
yang
menerima pembayaran dari pihak ketiga
19
Tan Thong kie, Studi Notariat dan
Serba-serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, 2002, hlm. 337.
20
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum
Perjanjian dan Penerapannya Di Bidang
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014,
hlm. 175.
114
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
yang
inisiatifnya
pihak
sehingga secara umum mengenai take
kreditur dengan menerima pembayaran
over masih tunduk kepada ketentuan
dari
subrogasi
pihak
datang
ketiga
dari
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
(kreditur
baru)
yang
termuat
di
dalam
menetapkan bahwa adalah orang ini yang
KUHPerdata. Untuk melengkapi hal-hal
akan
yang secara general tidak diatur dalam
menggantikan
dimilikinya
terhadap
hak-hak
debitur.
yang
Kedua,
ketentuan
mengenai
subrogasi
dalam
subrogasi atas inisiatif debitur, pada
KUHPerdata
subrogasi ini debitur terlebih dahulu
klausul tambahan dalam perjanjian take
terjadi pinjam meminjam uang antara
over
debitur
untuk
berdasarkan asas kebebasan berkontrak
selanjutnya dinyatakan bahwa debitur
sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal
dalam
kepada
1338 KUHPerdata. Segala klausul yang
uang
digunakan untuk melengkapi ketentuan
dengan
kreditur
kreditur
baru
melunasi
hutangnya
lama
digunakanlah
pinjaman dari kreditur baru.21
yang
digunakanlah
selanjutnya
klausul-
mengikat
mengenai subrogasi mengikat sebagai
Pada proses take over termasuk
kedalam subrogasi karena perjanjian dan
undang-undang bagi pihak kreditur baru
maupun bagi pihak debitur.
termasuk pula kedalam subrogasi atas
inisiatif dari debitur. Tan Thong Kie
menyatakan
bahwa
menurut
undang-
undang, subrogasi harus dilakukan secara
Kedudukan
Membebankan
harus terpenuhi.
22
Terjadinya subrogasi
mengakibatkan pula beralihnya jaminan
yang menjadi perjanjian tambahannya
sehingga dalam hal ini benar adanya
bahwa subrogasi harus dilakukan secara
Hak
Kuasa
Tanggungan
(SKMHT) Dalam Proses Take Over
Secara umum, mekanisme yang
tegas (uitdrukkelijk) dan pada saat yang
sama (gelijktijdig). Syarat tersebut mutlak
Surat
terjadi dalam peralihan kredit atau take
over diawali dari adanya permohonan
kredit oleh debitur, selanjutnya untuk
keperluan tersebut dilakukan penyerahan
semua kelengkapan yang meliputi data
dan syarat-syarat pengajuan kredit. Pada
tahapan berikutnya dilakukan survey oleh
tegas.
Sampai dengan saaat ini belum ada
peraturan
perundang-undangan
yang
secara khusus mengatur tentang take over
Credit
Officer
(BI
checking,
trade
checking, wawancara debitur, checking
jaminan).Dari
hasil
survey
tersebut
apabila dinyatakan telah memenuhi syarat
21
22
Ibid.
Tan Thong Kie, Op. Cit., hlm. 684 .
maka akan dilanjutkan dengan pembuatan
115
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
proposal kredit yang selanjutnya akan
kewajiban debitur tersebut timbul kembali
diajukan kepada komite kredit.
dengan kreditur baru. Dengan terjadinya
telah
perjanjian take over ini, maka akan
disetujui oleh komite kredit maka untuk
menimbulkan akibat hukum, yaitu hak dan
selanjutnya dilakukanlah penandatangan
kewajiban timbal balik bagi masing-
akad kredit dan pengikatan jaminan yang
masing pihak.
Jika
proposal
tersebut
wajib dihadiri oleh pihak bank dan
Kedudukan jaminan dalam take
debitur. Pada proses selanjutnya, setelah
over pembiayaan termasuk pada subrogasi
dilakukan
atas inisiatif debitur sesuai Pasal 1401ayat
pengikatan
jaminan,
maka
debitur dengan didampingi perwakilan
(2)
dari kreditur baru menuju ke kreditur lama
meminjam uang kepadapihak ketiga untuk
untuk melakukan pelunasan dengan dana
melunasi
yang diperoleh dari pihak ketiga, dalam
danmenetapkan
bahwa
hal ini adalah kreditur baru. Setelah
tersebut
mengambil
pelunasan dilakukan, selanjutnya wajib
kreditur. Akibat hukum dari take over
meminta slip tanda pelunasan serta asli
tersebut
bukti
untuk
kreditur lama kepada kreditur baru yang
Hak
kemudian menggantikan kedudukan dan
dahulu
hak kreditur. Haklain yang seharusnya
dilakukan roya (pencoretan hak) atas
berpindah menurut undang-undang adalah
nama kreditur lama.
hak jaminan atas objek jaminan yang
kepemilikan
jaminan
selanjutnya
dapat
dibebani
Tanggungan
dengan
terlebih
Setelah disetujuinya akad take
yang
menyatakan
hutangnya
akan
adalah
pihak
debitur
kepada
kreditur
pihak
ketiga
alihposisi
beralihnya
piutang
digunakan sebagai agunan.
over,maka selanjutnya dituangkan dalam
Dalam hal take over pembiayaan
perjanjian sehingga dengan demikian sisa
dengan objek jaminan berupa tanah yang
kewajiban nasabah kepada kreditur lama
telah dibebani Hak tanggungan, dilakukan
dilunaskan oleh calon kreditur baru
melalui proses roya atau pencoretan di
tersebut.
kantor
Dana
pelunasan
inilah
Badan
dahulu
Pertanahan
untuk
Nasional
selanjutnya yang berpindah di dalam
terlebih
skema pembiayaan. Pada konsep ini
kedudukan
sebenarnya tidak ada perpindahan hak
pemegang hak jaminan. Setelah proses
dankewajiban karena debitur sebenarnya
roya selesai maka dilanjutkan dengan
telah menyelesaikan kewajibannya pada
pembebanan hak Tanggungan atas dasar
kreditur lama dan selanjutnya hak dan
Surat
kreditur
Kuasa
menghapus
awal
Membebankan
sebagai
Hak
116
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
Tanggungan
(selanjutnya
SKMHT)dan
Akta
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
ditulis
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),
Hak
tetapi yang bersangkutan tidak dapat hadir
Pembebanan
Tanggungan (selanjutnya ditulis APHT)
sendiri,
yang dibuat sebelumnya untuk jaminan
menunjuk pihak lain sebagai kuasanya,
benda tidak bergerak. Setelah diterimanya
dengan SKMHT
bukti jaminan asli, dilakukan pembebanan
maka
pemberi
Ketidakhadiran
kuasa
pemberi
wajib
Hak
ulang atas jaminan yang didahului dengan
Tanggungan di hadapan Pejabat Pembuat
penandatanganan Akta Pembebanan Hak
Akta Tanah (PPAT) pada saat pembuatan
Tanggungan
Akta
bersamaan
dilakukannya
roya
dengan
jaminan.
Menurut
Pemberian
(APHT)
Hak
merupakan
Tanggungan
alasan
yang
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,
memperkenan pemberi Hak Tanggungan
pencoretan pendaftaran Hak Tanggungan
untuk membuat atau mempergunakan
dapat
Surat
dilakukan
dengan
atau
tanpa
pengembalian Sertifikat Hak Tanggungan
yang
telah
Hak
Tanggungan (SKMHT).
Pembuatan SKMHT ini wajib
tidak
dilakukan dengan akta notaris atau akta
dikembalikan, maka hal tersebut harus
PPAT sebagaimana diatur dalam Pasal 15
dicatat
(1) UUHT. Bagi sahnya suatu SKMHT
Hak
dalam
Dalam
Membebankan
hal
Sertifikat
dikeluarkan.
Kuasa
Tanggungan
Buku
Tanah
Hak
Tanggungan.23
Pada
selain wajib dibuat dengan akta notaris
tahapan
seringkali
atau akta PPAT, menurut pasal 15 (1)
menimbulkan celah hukum terlebih karena
UUHT harus pula dipenuhi persyaratan
kondisi yang terjadi di lapangan seringkali
SKMHT yang dibuat yaitu : a) Tidak
dihadapkan bahwa pelunasan dan roya
memuat kuasa untuk melakukan perbuatan
tidak terjadi pada hari yang sama, namun
hukum lain daripada membebankan Hak
terlebih dahulu telah dibuat SKMHT-nya.
Tanggungan. b) Tidak memuat kuasa
Terhadap
Hak
substitusi. c) Mencantumkan secara jelas
merupakan
kuasa
obyek Hak Tanggungan, jumlah utang dan
membebankan
Hak
nama serta identitas krediturnya, nama
Tanggungan, pada dasarnya pemberi Hak
dan identitas debitur apabila debitur bukan
Tanggungan wajib hadir di hadapan
pemberi
kuasa
Tanggungan,
khusus
membebankan
yang
untuk
ini
Hak
Tanggungan.
24
Yang
dimaksud dengan “tidak memuat kuasa
23
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,
Hak Tanggungan, Kencana Prenada Media,
Jakarta, 2006, hlm. 23.
24
Sutan Remy Sjahdeni, Op. Cit., hlm.
103-104.
117
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
untuk melakukan perbuatan hukum lain
pada huruf ini adalah jumlah utang sesuai
dalam ketentuan ini, misalnya tidak
dengan yang diperjanjikan sebagaimana
memuat
dimaksud
kuasa
untuk
menjual,
dalam
Pasal
3
(1)
menyewakan obyek Hak Tanggungan atau
UUHT.”SKMHT yang telah dibuat tidak
memperpanjang hak atas tanah.
dapat ditarik kembali atau tidak dapat
Ketentuan Pasal 15 (1) UUHT ini
berakhir oleh sebab apapun juga, dengan
menuntut agar SKMHT dibuat secara
demikian ketentuan mengenai berakhirnya
khusus hanya memuat pemberian kuasa
kuasa sebagaimana diatur dalam Pasal
untuk membebankan Hak Tanggungan
1813, 1814 dan 1816 KUHperdata tidak
saja, sehingga dengan demikian juga
berlaku untuk SKMHT. SKMHT ini
terpisah dari akta-akta lain. Apabila syarat
hanya
ini tidak dipenuhi atau dilanggar maka
tersebut telah dilaksanakan atau apabila
SKMHT yang bersangkutan batal demi
jangka waktu SKMHT telah berakhir.
hukum,
Apabila APHT tidak dibuat dalam jangka
sehingga
bersangkutan
SKMHT
tidak
dapat
yang
digunakan
waktu
Secara
Yang dimaksud dengan pengertian
kuasa
substitusi”
yang
berakhir
telah
apabila
kuasa
ditetapkan
maka
SKMHT tersebut batal demi hukum.
sebagai dasar pembuatan APHT.
“memuat
dapat
umum
jangka
waktu
menurut
berlakunya suatu SKMHT diatur dalam
UUHT adalah pemberian kuasa untuk
Pasal 15 (3) dan (4) UUHT yaitu: 1)
penggantian
melalui
Untuk SKMHT mengenai hak atas tanah
pengalihan. Demikian ditentukan dalam
yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan
Penjelasan Pasal 15 (1) huruf b UUHT.
pembuatan APHT selambat-lambatnya 1
Lebih lanjut dijelaskan “bukan merupakan
(satu) bulan setelah ditandatanganinnya
substitusi,
kuasa
SKMHT. 2) Untuk SKMHT mengenai
memberikan kuasa kepada pihak lain
hak atas tanah yang belum terdaftar wajib
dalam rangka penugasan untuk bertindak
diikuti
mewakilinya,
misalnya
menugaskan
pelaksanaan
penerima
jika
kuasa
penerima
dengan
pembuatan
APHT
direksi
Bank
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
kuasa
yang
ditandatanganinya
SKMHT.Selain
itu,
diterimanya kepada kepala cabangnya
untuk SKMHT mengenai tanah yang
atau pihak lain.25
sudah bersertifikat namun belum atas
Menurut penjelasan Pasal 15 (1) c
UUHT, “jumlah utang yang dimaksud
25
nama dari pemegang hak wajib diikuti
dengan
pembuatan
APHT
selambat-
Ibid, hlm. 106-107.
118
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
lambatnya
3
(tiga)
bulan
setelah
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
SKMHT tersebut menjadi batal demi
hukum. Meskipun demikian, menurut
ditandatanganinya SKMHT
Ketentuan mengenai jangka waktu
penjelasan Pasal 15 ayat (6) UUHT, tidak
berlakunya SKMHT sebagaimana diatur
menutup kemungkinan untuk membuat
dalam Pasal 15 (3) dan (4) UUHT tersebut
SKMHT baru apabila SKMHT yang lama
tidak
telah
berlaku
dalam
hal
SKMHT
diberikan untuk menjamin kredit-kredit
batal
karena
berakhir
jangka
waktunya.
Proses take over yang umumnya
tertentu yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku.
terjadi menyisakan celah hukum dalam
Kredit-kredit
yang dimaksud
pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan
adalah kredit program, kredit kecil, kredit
penggunaan SKMHT pada saat proses
kepemilikan rumah dan kredit lainnya
take over. Umumnya permasalahan yang
yang sejenis. Penentuan berlakunya batas
dapat menimbulkan konsekuensi hukum
waktu SKMHT untuk jenis kredit tersebut
tersebut terjadi pada saat Notaris/PPAT
dilakukan oleh Menteri yang berwenang
melakukan penandatanganan akta akad
di bidang pertanahan setelah mengadakan
pembiayaan dan akta pengikatan jaminan
koordinasi dan konsultasi dengan Menteri
SKMHT sebelum surat roya dipastikan
Keuangan, GubernurBank Indonesia, dan
terbit pada hari yang sama. Kondisi
pejabat lain yang terkait. Mengenai hal ini
seperti ini menjadi hal yang dianggap
telah diatur dalam Peraturan Menteri
lumrah terjadi pada dunia perbankan
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
padahal
kondisi
ini
Nasional Nomor 4 Tahun 1996 tentang
bergbagai
macam
resiko.
penetapan Batas Waktu Penggunaan Surat
dengan hal tersebut diatas, semestinya
Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
demi
Untuk Menjamin Pelunasan Kredit-kredit
Notaris/PPAT
tertentu tanggal 8 Mei 1996. Jangka waktu
penandatanganan akad pembiayaan/kredit
SKMHT yang telah ditetapkan dalam
dan SKMHT, setelah dikeluarkannya surat
UUHT
setiap
roya dan asli sertipikat jaminan yang akan
direalisir
dibebankan Hak Tanggungan yang baru
ini
pembuatan
tertentu
dilakukan
SKMHT
agar
harus
dengan pembuatan APHT.
menjamin
menimbulkan
kepastian
Berkaitan
hukum,
melakukan
oleh bank kreditur awal.
Apabila SKMHT tersebut tidak
Ditinjau dari kacamata hukum,
diikuti dengan pembuatan APHT dalam
apabila SKMHT dibuat sebelum tanggal
jangka waktu yang telah ditetapkan maka
surat roya dipastikan terbit pada hari yang
119
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
sama, terjadi pembebanan ulang Hak
disebutkan bahwa dalam Akta Pemberian
Tanggungan.
Hak
Padahal
dalam
Akta
Tanggungan
terdapat
janji-janji
Pembebanan Hak Tanggungan terdapat
antara lain yaitu janji bahwa pemberi Hak
janji dan ketentuan dalam perjanjian
Tanggungan
kredit sebelumnya, dilarang mengalihkan
haknya atas objek Hak Tanggungan tanpa
obyek jaminan sebelum kredit lunas. Surat
persetujuan tertulis lebih dahulu dari
Roya adalah bukti dari lunasnya hutang
Pemegang Hak Tanggungan (dalam hal
debitur kepada kreditur. Apabila Notaris
ini bank), yang mana bukti tertulis
/PPAT menggunakan SKMHT sebagai
tersebut berupa surat bukti pelunasan
alat atau sarana take over tanpa surat roya
hutang dan surat roya. Dilihat dari segi
terbit pada hari yang sama, artinya
kewenangan, sebagai salah satu syarat
pemilik sertifikat/penjamin memberikan
sahnya perjanjian menurut Pasal 1320
kuasa ulang kepada bank selanjutnya yang
KUHPerdata, pemberi Hak Tanggungan
akan mengambil alih jaminan (untuk
belumlah
disebut Penerima Kuasa). Akibatnya,
pembebanan Hak Tanggungan yang baru
terhadap akta yang dibuat oleh Notaris
tanpa adanya surat bukti pelunasan atau
dapat terjadi cacat hukum.
surat
Akta
tidak
sah
roya
akan
untuk
dari
Tanggungan,
sehingga
Pembebanan
tersebut
dapat
Tanggungan,
harus sudah ada keyakinan pada Notaris
menguasakan
pemegang
Pada saat pembuatan SKMHT dan
Hak
melepaskan
akta
Hak
SKMHT
dipertanyakan
keabsahannya.
atau PPAT yang bersangkutan bahwa
pemberi Hak Tanggungan mempunyai
kewenangan untuk melakukan perbuatan
PENUTUP
Kesimpulan
Ketentuan mengenai pengalihan
hukum terhadap obyek Hak Tanggungan
yang dibebankan, walaupun kepastian
mengenai
dimilikinya
kewenangan
tersebut baru dipersyaratkan pada saat
pemberian Hak Tanggungan itu didaftar.
Sesungguhnya pemberi Hak Tanggungan
belum mempunyai kewenangan untuk
menguasakan
pembebankan
Hak
Tanggungan yang baru, sebab pada Pasal
11 ayat (2) huruf
g UUHT telah
kredit (take over) dalam hukum yang
berlaku di Indonesia mengikuti ketentuan
dalam KUHPerdata tentang subrogasi.
Mengenai ketentuan yang secara umum
tidak diatur dalam bab tentang subrogasi
dilengkapi dengan klausul-klausul dalam
perjanjian
take
over
yang
dibuat
berdasarkan asas kebebasan berkontrak
dan
mengikat
sebagaimana
undang-
120
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
undang bagi pihak kreditur baru dan
dan benda Lain Yang Melekat
Pada Tanah Dalam Konsepsi
Penerapan
Asas
Pemisahan
Horisontal,
Nuansa
Madani,
Jakarta.
debitur. Take Over merupakan jenis
subrogasi yang lahir karena perjanjian dan
atas inisiatif dari debitur. Pada posisi ini
debitur meminjam uang kepada pihak
ketiga untuk melunasi hutangnya kepada
kreditur.
Dari
posisi
ini
kedudukan
kreditur lama digantikan oleh pihak ketiga
sebagai kreditur baru.
Perlindungan hukum bagi kreditur
baru dalam proses take over dapat
diperoleh secara internal melalui klausulklausul yang termuat dalam perjanjian
take over. Selain itu terdapat perlindungan
hukum
yang
bersifat
eksternal
dari
H.H.A. Savelberg, 1885, De crediet
Hypotheek, diss.
Herlien Budiono, 2014, Ajaran Umum
Hukum
Perjanjian
dan
Penerapannya
Di
Bidang
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
J. Andi Hartanto, 2015, Hukum Jaminan
Dan Kepailitan Hak Kreditor
Separatis Dalam Pembagian Hasil
Penjualan Benda Jaminan Debitor
Pailit,
Laksbang
Justitia,
Surabaya.
kreditur yaitu melalui pembuatan SKMHT
J.A. Levy, 1873, Rekening Courant.
dengan memastikan bahwa pelunasan dan
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,
2006, Hak Tanggungan, Kencana
Prenada Media, Jakarta.
roya terhadap jaminannya dilakukan pada
hari yang sama.
Mariam Darus Badrulzaman, 1983,
Perjanjian Kredit Bank, Alumni,
Bandung.
Saran
Diperlukan regulasi yang secara
khusus mengatur tentang take over karena
perjanjian take over ini sangat berperan
dalam perekonomian, khususnya dalam
transkasksi
perbankan
agar
mampu
memberikan perlindungan hukum dan
kepastian hukum baik bagi kreditur
maupun bagi debitur.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Djuhaendah Hasan, 2011, Lembaga
Jaminan Kebendaan Bagi Tanah
Muchdarsyah Sinungan, 1984, Dasardasar dan Teknik Management
Kredit, Bina Aksara, Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian
Hukum, Kencana Prenada Media,
Jakarta.
Suharnoko, 2012, Doktrin Subrogasi,
Novasi Dan Cessie, Kencana
Prenada Media, Jakarta.
Sutan
Remy Sjahdeini, 1999, Hak
Tanggungan Asas-asas, Ketentuan
Pokok, Dan Masalah yang
Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu
Kajian Mengenai Undang-undang
121
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
Hak
Tanggungan),
Bandung.
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Alumni,
Tan Thong kie, 2002, Studi Notariat dan
Serba-serbi
Praktek
Notaris,
Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.
Jurnal dan Karya Ilmiah
M. Isnaeni, “Peranan Hukum Jaminan
Dalam Bidang Ekonomi”, Jurnal,
Yuridika, No. 2 Tahun X Mei-Juni
1995.
Yordan Demesky, “Pelaksanaan Parate
Eksekusi
Hak
Tanggungan
Sebagai Alternatif Penyelesaian
Kredit Bermasalah Di PT Bank
Permata TBK”, Tesis, Universitas
Indonesia,
Fakultas
Hukum,
Program Pasca Sarjana, Jakarta,
Juli 2011.
122
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITOR UNTUK KREDIT
YANG DIAMBIL ALIH (TAKE OVER) DENGAN PELUNASAN DAN JAMINAN
YANG DIKELUARKAN TIDAK PADA HARI YANG SAMA
1
Tri Novidianto1; Tutiek Retnowati2
Mahasiswa Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya
Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya
Email : trinovidianto.jurnal2017@gmail.co.id
2
Dosen Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya
Jl. Arief Rachman Hakim 51 Surabaya
Email : tutiekretnowati@narotama.ac.id
Abstract
Credit takeover means credit which is taken over by other creditors under the same debtor.
Regulation concerning credit takeover in Indonesia is not explicitly stipulated in specific
legislation therefore legal protection for new creditor who conduct credit take over is still
bias mainly when the time of repayment and delivery of collateral are not conducted at the
same day.The method used in the present study is a normative legal research, namely legal
research which is conducted by examining the library materials or secondary law while in
finding and collecting the data is done by two approaches, namely the law and conceptual
approaches. The present study shows that credit takeover shall follows general regulation
concerning subrogation which is equipped with the implementation of freedom of contract
principle. Legal protection for new creditor within credit takeover can be obtained internally
through agreement that is made between new with former creditors coupled with the debtor.
Keywords: Credit, Takeover, Legal Protection.
Abstrak
Pengambil alihan kredit mempunyai arti kredit yang diambil alih dari satu kreditor oleh
kreditor lain untuk satu debitor yang sama. Pengaturan mengenai pengambil alihan kredit di
Indonesia belum secara tegas diatur dalam peraturan perundang-undangan yang khusus
sehingga masih belum sepenuhnya memberikan perlindungan hukum bagi kreditur terlebih
dalam posisi pada saat pelunasan dan penyerahan jaminan tidak dilakukan pada hari yang
sama. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan hukum sekunder
sedangkan dalam mencari dan mengumpulkan data dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual.Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
pengambilalihan kredit mengkuti ketentuan umum mengenai subrogasi yang dilengkapi
dengan implementasi asas kebebasan berkontrak. Perlindungan hukum bagi kreditur dalam
pengambilalihan kredit dapat diperoleh secara internal melalui perjanjian yang dibuat antara
kreditor baru dengan kreditur lama dan kreditur baru dengan debitur.
Kata Kunci : Kredit, Pengambilalihan, Perlindungan Hukum.
107
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Dalam perkembangannya, terdapat
LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan dunia usaha di
Indonesia
menunjukan
satu jenis kreditor yang kedudukan dan
bertambah
haknya dipisahkan dari kreditor lainnya,
besarnya kebutuhan akan pembiayaan
yang dikenal dengan istilah kreditor
untuk menunjang perkembangannya, bank
separatis,
dalam hal ini terkait sangat erat dengan
kreditor yang memiliki jaminan hutang
pembiayaan untuk perkembangan dunia
kebendaan yang berupa pemegang hak
usaha
tanggungan, hipotik, gadai, fidusia3.Bank
menuju
ekonomi.
pada
pertumbuhan
Sekarang
kreditor
separatis
adalah
ini
kegiatan
dalam hal ini dikategorikan sebagai salah
pertumbuhan
ekonomi
satu jenis kreditor separatis apabila dilihat
memberikan corak yang dominan terhadap
dari kepemilikan jaminan kebendaan yang
kehidupan
berupa hak tanggungan4.
peningkatan
bangsa,
berbagai
cara
dirancang sebagai landasan dalam upaya
untuk
mepercepat
laju
Jaminan
yang
paling
banyak
pembangunan
diminta oleh bank adalah tanah dan
sekaligus pemerataan hasil untuk rakyat
bangunan karena bank menilai tanah dan
1
supaya lebih luas . Dengan tumbuhnya
bangunan
perekonomian,
meningkat
sangat menguntungkan dan merupakan
transaksi dagang, pelayanan pihak bank
jaminan yang dianggap paling efektif dan
terhadap dana pinjaman menampakan
aman dalam pembebanan hak tanggungan,
kenaikan, pertumbuhan ekonomi saat ini
kepastian dalam eksekusinya, dan hutang
banyak diwarnai oleh perjanjian kredit
yang dijamin dengan hak tanggungan
bank, ini memberikan suatu ilustrasi
harus dibayar terlebih dahulu daripada
bahwa dana tersebut harus diamankan,
tagihan piutang lainnya dengan uang hasil
karena
pelelangan
dana
semakin
tersebut
berasal
dari
masyarakat 2 . Kredit yang diberikan oleh
mempunyai
prospek
yang
yang menjadi objek hak
tanggungan.
bank kepada nasabah dalam hukum di
Jaminan
Indonesia dikenal dengan sebutan para
terakhir
pihaknya untuk bank adalah kreditor,
diberikan
sedangkan untuk nasabah adalah debitor.
lainnya
merupakan
bagi
pelunasan
oleh
bila
bank
ternyata
kredit
kepada
sumber
sumber
yang
debitor
utama
3
M. Isnaeni, “Peranan Hukum Jaminan
Dalam Bidang Ekonomi”, Jurnal, Yuridika, No. 2
Tahun X Mei-Juni 1995, hlm. 1.
2
Ibid, hlm. 2.
1
J. Andi Hartanto, Hukum Jaminan Dan
Kepailitan Hak Kreditor Separatis Dalam
Pembagian Hasil Penjualan Benda Jaminan
Debitor Pailit, Laksbang Justitia, Surabaya, 2015,
hlm. 21.
4
Ibid.
108
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
pelunasan debitor berupa hasil laba dari
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-
perusahaan debitor sudah tidak mencukupi
Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang
untuk membayar kredit yang ada, maka
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
hasil
Benda-benda Yang Berkaitan Dengan
eksekusi
jaminan
tersebut
diharapkan menjadi sumber alternatif
Tanah (untuk selanjutnya ditulis UUHT).
pelunasan terakhir untuk kredit yang ada5.
Pertumbuhan
ekonomi
Seringkali meskipun debitor telah diikat
menyebabkan kebutuhan debitor akan
dalam suatu perjanjian kredit dengan
modal bertambah, yang digunakan untuk
kekuatan hukum yang berlaku dan sudah
menumbuhkan
dilakukan analisis terhadap jaminan kredit
kebutuhan kredit debitor akan bertambah
yang
atau ingin lebih mengefisienkan dan
ada,
pemberian
kredit
dalam
usahanya,
perbankan masih mengandung resiko
mengefektifkan
kegagalan
dalam
diterimanya, yang artinya penambahan
dalam
jumlah kredit yang diterima debitor dapat
praktek sering berhadapan dengan kredit
menunjang pertumbuhan, dan dengan
bermasalah (kredit macet) dan membuat
biaya yang dikeluarkan semakin sedikit,
kinerja perbankan tidak selalu berjalan
maka lebih efektif dan efisien pemakaian
dengan lancar.Fokus penulisan ini untuk
kredit yang diterima oleh debitor. Kadang
jaminan tanah dan bangunan yang berdiri
kreditor yang telah memberikan kredit
diatasnya, yang menggunakan lembaga
kepada debitornya cenderung konservatif
jaminan hak tanggungan.
atau berhati-hati dalam menentukan kredit
pelunasannya
atau
kemacetan
sehingga
bank
kredit
sehingga
yang
telah
Hak Tanggungan adalah salah satu
yang diberikan, termasuk dalam hal
jenis dari hak jaminan disamping Hipotik,
jumlah, jangka waktu, suku bunga dan
Gadai
biaya-biaya
dan
Fidusia.
Hak
jaminan
lain.
Namun
dengan
utang
perkembangan yang terjadi, bukan hanya
seorang debitor yang memberikan hak
di dunia usaha saja, tetapi juga dalam
utama kepada seorang Kreditor tertentu,
bidang
yaitu pemegang hak jaminan itu, untuk
persaingan terjadi antar bank satu dengan
didahulukan
bank yang lain, atau kreditor satu dengan
dimaksudkan
untuk
terhadap
menjamin
kreditor-kreditor
lain apabila debitor cedera janji
6
,
perbankan,
menyebabkan
kreditor yang lain.
5
Ibid.
Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan
Asas-asas, Ketentuan Pokok, Dan Masalah yang
Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian
6
Mengenai Undang-undang Hak Tanggungan),
Alumni, Bandung, 1999, hlm. 4.
109
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Terjadinya pengambil alihan kredit
diperlukan bagi kreditor yang mengambil
atau yang lazim dikenal dengan Take
alih (take over) kredit, karena pada saat
Over,
merupakan
kebutuhan
debitor
dilakukan
penandatanganan
perjanjian
dalam rangka lebih mengefektif dan
kredit dan jaminan, jaminan tersebut
mengefisienkan kredit yang diterimanya
masih menjadi jaminan kreditor yang lain
dari kreditor. Persaingan antar kreditor
dengan
seringkali
satu
pertama, jika pelunasan dan penyerahan
kreditor dan kreditor lain memberikan
jaminan atas pengambil alihan (take over)
penawaran kredit kepada satu debitor
kredit tersebut pada hari yang sama, maka
yang sama berbeda, mungkin berbeda dari
tidak terjadi permasalahan atas lembaga
jumlah kredit yang diberikan, atau dari
jaminan hak tanggungan tersebut. Namun
suku bunga yang diberikan, atau juga dari
pelunasan dan penyerahan jaminan yang
jangka waktu yang diberikan.
dilakukan pada hari yang tidak sama,
menyebabkan
antara
hak
tanggungan
peringkat
(take
maka akan terdapat dua hak tanggungan
over) mempunyai arti kredit dari yang
peringkat pertama dari dua kreditor yang
diambil alih dari satu kreditor oleh
berbeda.
Pengambil
alihan
kredit
kreditor lain untuk satu debitor yang
sama, menurut Kamus Besar Bahasa
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut diatas,
Indonesia ambil alih adalah terima dari
orang
lain
ditindaklanjuti
(untuk
dikerjakan,
dan
sebagainya),
sedangkan arti dari mengambil alih adalah
menggantikan (pimpinan, kemudi dan
sebagainya), sehingga arti kata pengambil
alihan adalah proses, cara, perbuatan
mengambil alih. Kebiasaan di Indonesia
istilah pengambil alihan digunakan untuk
pengambil alihan perusahaan. Pengambil
alihan kredit maupun kredit baru selalu
terdapat putusan pemberian kredit, setiap
bank
selalu
mewajibkan
peringkat
pertama hak tanggungan. Hal ini yang
maka
penelitian
ini
didasarkan
atas
permasalahan sebagai berikut: Pertama,
Apa
aturan
yang
mengatur
tentang
pengambilalihan kredit (take over) di
Indonesia?
Kedua,
Apa
bentuk
perlindungan hukum terhadap kreditor
yang mengambil alih (take over) jika
pelunasan dan jaminan tidak dilakukan
pada hari yang sama ?
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian
yuridis normatif yang menekankan pada
menyebabkan perlindungan hukum sangat
110
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
norma-norma hukum dengan menganalisa
memperoleh kepercayaan dari pihak yang
peraturan
perundang-undangan
terkait.
memberikan kredit tersebut.
Dalam
Penelitian
peneliti
ini
Beberapa
pengertian
mengenai
menggunakan dua metode pendekatan
kredit disebutkan oleh ahli antara lain
masalah
Savelberrg,
yaitu
pendekatan
peraturan
1)
Statute
dengan
Approach,
menelaah
semua
perundang-undangan
yang
yang
menyatakan
bahwa
“kredit” adalah dasar dari setiap perikatan
dimana
seseorang
berhak
menuntut
bersangkut paut dengan permasalahan (isu
sesuatu dari orang lain dan Sebagai
hukum)
2)
jaminan, dimana seseorang menyerahkan
Conseptual Approach, yaitu pendekatan
sesuatu kepada orang lain dengan tujuan
yang beranjak dari pandangan-pandangan
untuk memperoleh kembali apa yang
dan doktrin-doktrin yang berkembang di
harus
dalam ilmu hukum.7
depositus, regulare, pignus”). 10 Pendapat
yang
sedang
dihadapi.
lain
diserahkan
itu
dikemukakan
(commodatus,
oleh
bahwa
Levy
kredit
yang
PEMBAHASAN
merumuskan
berarti
Dasar Hukum Pengambil Alihan Kredit
menyerahkan secara sukarela sejumlah
(Take Over)
uang untuk dipergunakan secara bebas
diartikan
oleh penerima kredit. penerima kredit
sebagai “the ability to borrow on the
berhak menggunakan pinjaman itu untuk
opinion conceived by the lenderthat he
keuntungannya
will be repaid. 8 Asal mula kata “Kredit”
mengembalikan
Secara
umum
kredit
adalah dari bahasa romawi “credere”
9
dibelakang hari.
Dari
yang berarti percaya. Pengertian tersebut
dengan
jumlah
kewajiban
pinjaman
itu
11
kedua
pengertian
menjadi dasar bahwa kredit dilandasi dari
sebagaimana telah disebutakan diatas
adanya
Dari
dapat ditarik benang merah mengenai
pengertian tersebut dapat disimpulkan
sebab dan akibat. Hal yang menjadi sebab
bahwa seseorang yang memperoleh kredit
adalah
pada dasarnya adalah seseorang yang
mampu”
suatu
kepercayaan.
penerima
untuk
kredit
“dianggap
mengembalikan
pinjamannya tersebut dikemudian hari dan
7
Peter Mahmud Marzuki,Penelitian
Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2010,
hlm. 95-97.
8
Bouvier’s law Dictionary A-K, West
Publishing Company 1914, hlm.725.
9
H.H.A.
Savelberg,
De
crediet
Hypotheek, diss., 1885, hlm. 33.
yang menjadi akibatnya adalah adalah
10
11
Ibid, hlm. 33.
J.A. Levy, Rekening Courant, 1873.
hlm.192.
111
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
bahwa
penerima
“dipercaya”.
12
kredit
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
tersebut
Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU
yang
Perbankan, Kredit di definisikan sebagai
diatas
sebagai penyediaan uang atau tagihan
menunjuk esensi dari hukum kredit pada
yang dapat dipersamakan dengan itu,
umumnya. Pada posisi ini kreditur percaya
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
bahwa
pinjam-meminjam antara bank dengan
dikemukakan
Dari
oleh
debitur
pendapat
Savelberg
sanggup
memenuhi
perikatannya.Selanjutnya mengenai apa
pihak
lain
yang
yang dikemukakan oleh Levy mampu
peminjam
memberikan pengertian yang khusus dari
setelah jangka waktu tertentu dengan
“kredit”, yaitu perjanjian pinjam uang.
pemberian bunga.
untuk
mewajibkan
melunasi
pihak
utangnya
Kreditur yang meminjamkan uang pada
Secara umum kredit merupakan
debitur percaya bahwa debitu memiliki
suatu perjanjian sehingga pelaksanaannya
kemampuan
mengembalikan
tunduk kepada hukum perjanjian yang
pinjaman itu dikemudian hari. “Ukuran”
diatur dalam Buku III KUHPerdata.
yang
untuk
Dalam kondisi ini kredit merupakan suatu
“kemampuan
perjanjian yang diadakan antara bank
untuk
digunakan
kepercayaan
oleh
itu
Levy
adalah
ekonomi” si debitur.13
dengan calon debitur untuk mendapat
Menurut Muchdarsyah Sinungan,
kredit dari bank bersangkutan. Secara
pemberian
otentik, UU Perbankan tidak menyebut
prestasi oleh suatu pihak kepada pihak
tentang perjanjian kredit sebagai dasar
lain dan prestasi itu akan dikembalikan
pemberian
kredit,
lagi pada suatu masa tertentu yang akan
“perjanjian
kredit”ini
dating
ditemukan
dalam
kredit
merupakan
disertai
suatu
dengan
suatu
kontra
bahkan
juga
ketentuan
istilah
tidak
UU
prestasi berupa bunga. 14 Pengertian ini
Perbankan tersebut. 15 Berdasarkan Surat
sejalan
yang
Edaran Bank Negara Indonesia Unit 1
disebutkan dalam Undang-undang Nomor
Nomor 2/539/UPK tanggal 8 Oktober
10
1966 jo Surat Edaran Bank Negara
dengan
Tahun
definisi
1998
kredit
Tentang
Perubahan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
Indonesia
Tentang
tanggal 20 Oktober 1966 di instruksikan
Perbankan
(UU
Perbankan).
Nomor
2/643/UPK/Pemb.
12
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian
Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1983, hlm. 22.
13
Ibid.
14
Muchdarsyah Sinungan, Dasar-dasar
dan
Teknik
Management
Kredit,
Bina
Aksara,Jakarta, 1984, hlm. 12.
15
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan
Kebendaan Bagi Tanah dan benda Lain Yang
Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan
Asas Pemisahan Horisontal, Nuansa Madani,
Jakarta, 2011, hlm. 170.
112
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
bahwa
dalam
pemberian
bentuk
kredit,
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
apapun
setiap
bermasalah baik secara compromised
Bank
wajib
maupun non compromised.17
menggunakan akad perjanjian kredit, dan
Tunggakan kredit ataupun kredit
dari kata akad perjanjian kredit tersebut
macet merupakan salah satu bentuk resiko
dalam praktek perbankan dikenal dengan
dalam kredit perbankanyang harus diatasi
istilah perjanjian kredit.16
sesegera
Dalam setiap pemberian kredit
mungkin
mengalami
agar
bank
kerugian.Beberapa
tidak
upaya
yang dilakukannya, bank mengharapkan
mengatasi terjadinya kredit macet adalah
pengembalian dana secara tepat waktu dan
dengan melakukan pencairan atas jaminan
sesuai
telah
kredit dan hasil pencairannya tersebut
diperjanjikan bersama dengan debitur.
digunakan untuk memenuhi kewajiban
Namun kadang-kadang, dengan berbagai
debitur kepada bank ataupun melalui
alasan, debitur belum atau tidak bisa
pengambilalihan kredit (take over) dari
mengembalikan hutangnya pada bank.
bank lainnya.
dengan
syarat
yang
Persoalan kredit bermasalah ini
Menurut
Suharnoko,
peralihan
merupakan persoalan hukum dalam aspek
(take over) kredit merupakan peristiwa
perdata, yaitu hubungan utang piutang
dalamhal pihak ketiga memberi kredit
antara debitur dengan kreditur (bank)
kepada debitur yang bertujuan untuk
selaku pemberi kredit. Hubungan tersebut
melunasi hutang/kredit debitur kepada
lahir dari suatu perjanjian. Pihak debitur
kreditur awal dan memberikankredit baru
berjanji untuk mengembalikan pinjaman
kepada debitur sehingga kedudukan pihak
beserta biaya dan bunga, dan pihak
ketiga
kreditur
kreditur awal.
memberikan
fasilitas
ini
menggantikan
18
kedudukan
Dalam hal take over
kreditnya.Apabila setelah bank berusaha
pembiayaan
melalui upaya prefentif namun akhirnya
pendapat Suharnoko tersebut diatas, pihak
kredit yang telah dikeluarkannya menjadi
ketiga yang bertindak sebagai kreditur
kredit yang bermasalah, maka bank akan
baru untuk membayar sisa utang nasabah
menggunakan
upaya
represif.
16
hlm. 3.
upaya
penanganan
sesuai
dengan
Upaya
represif yang akan dilakukan oleh bank
meliputi
tersebut,
kredit
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit.,
Yordan Demesky, “Pelaksanaan Parate
Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Alternatif
Penyelesaian Kredit Bermasalah Di PT Bank
Permata TBK”, Tesis, Universitas Indonesia,
Fakultas Hukum, Program Pasca Sarjana, Jakarta,
Juli 2011, hlm. 28-31.
18
Suharnoko, Doktrin Subrogasi, Novasi
Dan Cessie, Kencana Prenada Media, Jakarta,
2012, hlm.15
17
113
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
terhadap kreditur lama. Utang piutang
diberi nama kreditor lama”.19 Lebih lanjut
yang lama dan segala kewajiban antara
dijelaskan pada Pasal 1400KUH Perdata
pihak kreditur dan debitur dihapus, untuk
mengenai cara terjadinya subrogasi yaitu
kemudian
terjadi
dihidupkan
kembali
bagi
karena
persetujuan
(secara
kepentingan pihak ketiga. Melalui take
langsung) dan terjadi karena undang-
overini, maka setelah terjadinya take over,
undang (secara tidak langsung).
kreditur baru berkedudukan menjadi pihak
pertama,
yaitu pihak
Menurut Herlien Budiono, adanya
yang memberi
pembayaran dari pihak ketiga tersebut
pembiayaan. Debitur tetap menjadi pihak
tidak serta-merta mengakhiri perikatan,
yang
tetapi selanjutnya debitur akan menjadi
berhutang,
dari
kreditur
lama
menjadi kepada kreditur baru.
lawan kontrak kreditur baru. Dipenuhinya
Dalam dunia bisnis perbankan,
prestasi oleh pihak ketiga mengakibatkan
take over merupakan suatu istilah yang
digantikannya kedudukan kreditur lama
dipakai dalam hal pihak ketiga memberi
oleh
kredit kepada debitur yang bertujuan
kewajiban kreditur tidak berakhir, namun
untuk melunasi hutang debitur kepada
debitor tetap harus memenuhi prestasinya
kreditur awal dan memberikan kredit baru
kepada kreditur baru, yaitu pihak ketiga
kepada debitur sehingga kedudukan pihak
yang
ketiga
kewajiban
ini
menggantikan
kedudukan
kreditur awal. Peristiwa take over dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata)
dikenal
juga
dengan
sebutan “subrogasi”.
Pengertian
kreditur
baru.
sebelumnya
kreditur
Dalam
telah
kepada
hal
ini
membayar
kreditur
lama.20
Subrogasi dapat terjadi karena
perjanjian dan dapat juga terjadi karena
undang-undang. Masih menurut Herlien
mengenai
subrogasi
Budiono, subrogasi terbagi menjadi 2
terdapat dalam Pasal 1400 KUHPerdata
(dua), yaitu : Pertama, subrogasi atas
yang menyatakan bahwa subrogasi adalah
inisiatif kreditor, sebagaimana dimaksud
“penggantian
oleh
dalam Pasal 1401 ayat (1) KUHPerdata,
seorang pihak ketiga yang membayar
yaitu dikatakan telah terjadi subrogasi
hak-hak
kreditor
kreditor itu dan pihak ketiga itu dalam
rangka pembahasan ini diberi nama
kreditor
baru,
sedang
kreditor
yang
menerima pembayaran dari pihak ketiga
19
Tan Thong kie, Studi Notariat dan
Serba-serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, 2002, hlm. 337.
20
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum
Perjanjian dan Penerapannya Di Bidang
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014,
hlm. 175.
114
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
yang
inisiatifnya
pihak
sehingga secara umum mengenai take
kreditur dengan menerima pembayaran
over masih tunduk kepada ketentuan
dari
subrogasi
pihak
datang
ketiga
dari
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
(kreditur
baru)
yang
termuat
di
dalam
menetapkan bahwa adalah orang ini yang
KUHPerdata. Untuk melengkapi hal-hal
akan
yang secara general tidak diatur dalam
menggantikan
dimilikinya
terhadap
hak-hak
debitur.
yang
Kedua,
ketentuan
mengenai
subrogasi
dalam
subrogasi atas inisiatif debitur, pada
KUHPerdata
subrogasi ini debitur terlebih dahulu
klausul tambahan dalam perjanjian take
terjadi pinjam meminjam uang antara
over
debitur
untuk
berdasarkan asas kebebasan berkontrak
selanjutnya dinyatakan bahwa debitur
sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal
dalam
kepada
1338 KUHPerdata. Segala klausul yang
uang
digunakan untuk melengkapi ketentuan
dengan
kreditur
kreditur
baru
melunasi
hutangnya
lama
digunakanlah
pinjaman dari kreditur baru.21
yang
digunakanlah
selanjutnya
klausul-
mengikat
mengenai subrogasi mengikat sebagai
Pada proses take over termasuk
kedalam subrogasi karena perjanjian dan
undang-undang bagi pihak kreditur baru
maupun bagi pihak debitur.
termasuk pula kedalam subrogasi atas
inisiatif dari debitur. Tan Thong Kie
menyatakan
bahwa
menurut
undang-
undang, subrogasi harus dilakukan secara
Kedudukan
Membebankan
harus terpenuhi.
22
Terjadinya subrogasi
mengakibatkan pula beralihnya jaminan
yang menjadi perjanjian tambahannya
sehingga dalam hal ini benar adanya
bahwa subrogasi harus dilakukan secara
Hak
Kuasa
Tanggungan
(SKMHT) Dalam Proses Take Over
Secara umum, mekanisme yang
tegas (uitdrukkelijk) dan pada saat yang
sama (gelijktijdig). Syarat tersebut mutlak
Surat
terjadi dalam peralihan kredit atau take
over diawali dari adanya permohonan
kredit oleh debitur, selanjutnya untuk
keperluan tersebut dilakukan penyerahan
semua kelengkapan yang meliputi data
dan syarat-syarat pengajuan kredit. Pada
tahapan berikutnya dilakukan survey oleh
tegas.
Sampai dengan saaat ini belum ada
peraturan
perundang-undangan
yang
secara khusus mengatur tentang take over
Credit
Officer
(BI
checking,
trade
checking, wawancara debitur, checking
jaminan).Dari
hasil
survey
tersebut
apabila dinyatakan telah memenuhi syarat
21
22
Ibid.
Tan Thong Kie, Op. Cit., hlm. 684 .
maka akan dilanjutkan dengan pembuatan
115
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
proposal kredit yang selanjutnya akan
kewajiban debitur tersebut timbul kembali
diajukan kepada komite kredit.
dengan kreditur baru. Dengan terjadinya
telah
perjanjian take over ini, maka akan
disetujui oleh komite kredit maka untuk
menimbulkan akibat hukum, yaitu hak dan
selanjutnya dilakukanlah penandatangan
kewajiban timbal balik bagi masing-
akad kredit dan pengikatan jaminan yang
masing pihak.
Jika
proposal
tersebut
wajib dihadiri oleh pihak bank dan
Kedudukan jaminan dalam take
debitur. Pada proses selanjutnya, setelah
over pembiayaan termasuk pada subrogasi
dilakukan
atas inisiatif debitur sesuai Pasal 1401ayat
pengikatan
jaminan,
maka
debitur dengan didampingi perwakilan
(2)
dari kreditur baru menuju ke kreditur lama
meminjam uang kepadapihak ketiga untuk
untuk melakukan pelunasan dengan dana
melunasi
yang diperoleh dari pihak ketiga, dalam
danmenetapkan
bahwa
hal ini adalah kreditur baru. Setelah
tersebut
mengambil
pelunasan dilakukan, selanjutnya wajib
kreditur. Akibat hukum dari take over
meminta slip tanda pelunasan serta asli
tersebut
bukti
untuk
kreditur lama kepada kreditur baru yang
Hak
kemudian menggantikan kedudukan dan
dahulu
hak kreditur. Haklain yang seharusnya
dilakukan roya (pencoretan hak) atas
berpindah menurut undang-undang adalah
nama kreditur lama.
hak jaminan atas objek jaminan yang
kepemilikan
jaminan
selanjutnya
dapat
dibebani
Tanggungan
dengan
terlebih
Setelah disetujuinya akad take
yang
menyatakan
hutangnya
akan
adalah
pihak
debitur
kepada
kreditur
pihak
ketiga
alihposisi
beralihnya
piutang
digunakan sebagai agunan.
over,maka selanjutnya dituangkan dalam
Dalam hal take over pembiayaan
perjanjian sehingga dengan demikian sisa
dengan objek jaminan berupa tanah yang
kewajiban nasabah kepada kreditur lama
telah dibebani Hak tanggungan, dilakukan
dilunaskan oleh calon kreditur baru
melalui proses roya atau pencoretan di
tersebut.
kantor
Dana
pelunasan
inilah
Badan
dahulu
Pertanahan
untuk
Nasional
selanjutnya yang berpindah di dalam
terlebih
skema pembiayaan. Pada konsep ini
kedudukan
sebenarnya tidak ada perpindahan hak
pemegang hak jaminan. Setelah proses
dankewajiban karena debitur sebenarnya
roya selesai maka dilanjutkan dengan
telah menyelesaikan kewajibannya pada
pembebanan hak Tanggungan atas dasar
kreditur lama dan selanjutnya hak dan
Surat
kreditur
Kuasa
menghapus
awal
Membebankan
sebagai
Hak
116
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
Tanggungan
(selanjutnya
SKMHT)dan
Akta
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
ditulis
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),
Hak
tetapi yang bersangkutan tidak dapat hadir
Pembebanan
Tanggungan (selanjutnya ditulis APHT)
sendiri,
yang dibuat sebelumnya untuk jaminan
menunjuk pihak lain sebagai kuasanya,
benda tidak bergerak. Setelah diterimanya
dengan SKMHT
bukti jaminan asli, dilakukan pembebanan
maka
pemberi
Ketidakhadiran
kuasa
pemberi
wajib
Hak
ulang atas jaminan yang didahului dengan
Tanggungan di hadapan Pejabat Pembuat
penandatanganan Akta Pembebanan Hak
Akta Tanah (PPAT) pada saat pembuatan
Tanggungan
Akta
bersamaan
dilakukannya
roya
dengan
jaminan.
Menurut
Pemberian
(APHT)
Hak
merupakan
Tanggungan
alasan
yang
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,
memperkenan pemberi Hak Tanggungan
pencoretan pendaftaran Hak Tanggungan
untuk membuat atau mempergunakan
dapat
Surat
dilakukan
dengan
atau
tanpa
pengembalian Sertifikat Hak Tanggungan
yang
telah
Hak
Tanggungan (SKMHT).
Pembuatan SKMHT ini wajib
tidak
dilakukan dengan akta notaris atau akta
dikembalikan, maka hal tersebut harus
PPAT sebagaimana diatur dalam Pasal 15
dicatat
(1) UUHT. Bagi sahnya suatu SKMHT
Hak
dalam
Dalam
Membebankan
hal
Sertifikat
dikeluarkan.
Kuasa
Tanggungan
Buku
Tanah
Hak
Tanggungan.23
Pada
selain wajib dibuat dengan akta notaris
tahapan
seringkali
atau akta PPAT, menurut pasal 15 (1)
menimbulkan celah hukum terlebih karena
UUHT harus pula dipenuhi persyaratan
kondisi yang terjadi di lapangan seringkali
SKMHT yang dibuat yaitu : a) Tidak
dihadapkan bahwa pelunasan dan roya
memuat kuasa untuk melakukan perbuatan
tidak terjadi pada hari yang sama, namun
hukum lain daripada membebankan Hak
terlebih dahulu telah dibuat SKMHT-nya.
Tanggungan. b) Tidak memuat kuasa
Terhadap
Hak
substitusi. c) Mencantumkan secara jelas
merupakan
kuasa
obyek Hak Tanggungan, jumlah utang dan
membebankan
Hak
nama serta identitas krediturnya, nama
Tanggungan, pada dasarnya pemberi Hak
dan identitas debitur apabila debitur bukan
Tanggungan wajib hadir di hadapan
pemberi
kuasa
Tanggungan,
khusus
membebankan
yang
untuk
ini
Hak
Tanggungan.
24
Yang
dimaksud dengan “tidak memuat kuasa
23
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,
Hak Tanggungan, Kencana Prenada Media,
Jakarta, 2006, hlm. 23.
24
Sutan Remy Sjahdeni, Op. Cit., hlm.
103-104.
117
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
untuk melakukan perbuatan hukum lain
pada huruf ini adalah jumlah utang sesuai
dalam ketentuan ini, misalnya tidak
dengan yang diperjanjikan sebagaimana
memuat
dimaksud
kuasa
untuk
menjual,
dalam
Pasal
3
(1)
menyewakan obyek Hak Tanggungan atau
UUHT.”SKMHT yang telah dibuat tidak
memperpanjang hak atas tanah.
dapat ditarik kembali atau tidak dapat
Ketentuan Pasal 15 (1) UUHT ini
berakhir oleh sebab apapun juga, dengan
menuntut agar SKMHT dibuat secara
demikian ketentuan mengenai berakhirnya
khusus hanya memuat pemberian kuasa
kuasa sebagaimana diatur dalam Pasal
untuk membebankan Hak Tanggungan
1813, 1814 dan 1816 KUHperdata tidak
saja, sehingga dengan demikian juga
berlaku untuk SKMHT. SKMHT ini
terpisah dari akta-akta lain. Apabila syarat
hanya
ini tidak dipenuhi atau dilanggar maka
tersebut telah dilaksanakan atau apabila
SKMHT yang bersangkutan batal demi
jangka waktu SKMHT telah berakhir.
hukum,
Apabila APHT tidak dibuat dalam jangka
sehingga
bersangkutan
SKMHT
tidak
dapat
yang
digunakan
waktu
Secara
Yang dimaksud dengan pengertian
kuasa
substitusi”
yang
berakhir
telah
apabila
kuasa
ditetapkan
maka
SKMHT tersebut batal demi hukum.
sebagai dasar pembuatan APHT.
“memuat
dapat
umum
jangka
waktu
menurut
berlakunya suatu SKMHT diatur dalam
UUHT adalah pemberian kuasa untuk
Pasal 15 (3) dan (4) UUHT yaitu: 1)
penggantian
melalui
Untuk SKMHT mengenai hak atas tanah
pengalihan. Demikian ditentukan dalam
yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan
Penjelasan Pasal 15 (1) huruf b UUHT.
pembuatan APHT selambat-lambatnya 1
Lebih lanjut dijelaskan “bukan merupakan
(satu) bulan setelah ditandatanganinnya
substitusi,
kuasa
SKMHT. 2) Untuk SKMHT mengenai
memberikan kuasa kepada pihak lain
hak atas tanah yang belum terdaftar wajib
dalam rangka penugasan untuk bertindak
diikuti
mewakilinya,
misalnya
menugaskan
pelaksanaan
penerima
jika
kuasa
penerima
dengan
pembuatan
APHT
direksi
Bank
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
kuasa
yang
ditandatanganinya
SKMHT.Selain
itu,
diterimanya kepada kepala cabangnya
untuk SKMHT mengenai tanah yang
atau pihak lain.25
sudah bersertifikat namun belum atas
Menurut penjelasan Pasal 15 (1) c
UUHT, “jumlah utang yang dimaksud
25
nama dari pemegang hak wajib diikuti
dengan
pembuatan
APHT
selambat-
Ibid, hlm. 106-107.
118
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
lambatnya
3
(tiga)
bulan
setelah
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
SKMHT tersebut menjadi batal demi
hukum. Meskipun demikian, menurut
ditandatanganinya SKMHT
Ketentuan mengenai jangka waktu
penjelasan Pasal 15 ayat (6) UUHT, tidak
berlakunya SKMHT sebagaimana diatur
menutup kemungkinan untuk membuat
dalam Pasal 15 (3) dan (4) UUHT tersebut
SKMHT baru apabila SKMHT yang lama
tidak
telah
berlaku
dalam
hal
SKMHT
diberikan untuk menjamin kredit-kredit
batal
karena
berakhir
jangka
waktunya.
Proses take over yang umumnya
tertentu yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku.
terjadi menyisakan celah hukum dalam
Kredit-kredit
yang dimaksud
pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan
adalah kredit program, kredit kecil, kredit
penggunaan SKMHT pada saat proses
kepemilikan rumah dan kredit lainnya
take over. Umumnya permasalahan yang
yang sejenis. Penentuan berlakunya batas
dapat menimbulkan konsekuensi hukum
waktu SKMHT untuk jenis kredit tersebut
tersebut terjadi pada saat Notaris/PPAT
dilakukan oleh Menteri yang berwenang
melakukan penandatanganan akta akad
di bidang pertanahan setelah mengadakan
pembiayaan dan akta pengikatan jaminan
koordinasi dan konsultasi dengan Menteri
SKMHT sebelum surat roya dipastikan
Keuangan, GubernurBank Indonesia, dan
terbit pada hari yang sama. Kondisi
pejabat lain yang terkait. Mengenai hal ini
seperti ini menjadi hal yang dianggap
telah diatur dalam Peraturan Menteri
lumrah terjadi pada dunia perbankan
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
padahal
kondisi
ini
Nasional Nomor 4 Tahun 1996 tentang
bergbagai
macam
resiko.
penetapan Batas Waktu Penggunaan Surat
dengan hal tersebut diatas, semestinya
Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
demi
Untuk Menjamin Pelunasan Kredit-kredit
Notaris/PPAT
tertentu tanggal 8 Mei 1996. Jangka waktu
penandatanganan akad pembiayaan/kredit
SKMHT yang telah ditetapkan dalam
dan SKMHT, setelah dikeluarkannya surat
UUHT
setiap
roya dan asli sertipikat jaminan yang akan
direalisir
dibebankan Hak Tanggungan yang baru
ini
pembuatan
tertentu
dilakukan
SKMHT
agar
harus
dengan pembuatan APHT.
menjamin
menimbulkan
kepastian
Berkaitan
hukum,
melakukan
oleh bank kreditur awal.
Apabila SKMHT tersebut tidak
Ditinjau dari kacamata hukum,
diikuti dengan pembuatan APHT dalam
apabila SKMHT dibuat sebelum tanggal
jangka waktu yang telah ditetapkan maka
surat roya dipastikan terbit pada hari yang
119
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
sama, terjadi pembebanan ulang Hak
disebutkan bahwa dalam Akta Pemberian
Tanggungan.
Hak
Padahal
dalam
Akta
Tanggungan
terdapat
janji-janji
Pembebanan Hak Tanggungan terdapat
antara lain yaitu janji bahwa pemberi Hak
janji dan ketentuan dalam perjanjian
Tanggungan
kredit sebelumnya, dilarang mengalihkan
haknya atas objek Hak Tanggungan tanpa
obyek jaminan sebelum kredit lunas. Surat
persetujuan tertulis lebih dahulu dari
Roya adalah bukti dari lunasnya hutang
Pemegang Hak Tanggungan (dalam hal
debitur kepada kreditur. Apabila Notaris
ini bank), yang mana bukti tertulis
/PPAT menggunakan SKMHT sebagai
tersebut berupa surat bukti pelunasan
alat atau sarana take over tanpa surat roya
hutang dan surat roya. Dilihat dari segi
terbit pada hari yang sama, artinya
kewenangan, sebagai salah satu syarat
pemilik sertifikat/penjamin memberikan
sahnya perjanjian menurut Pasal 1320
kuasa ulang kepada bank selanjutnya yang
KUHPerdata, pemberi Hak Tanggungan
akan mengambil alih jaminan (untuk
belumlah
disebut Penerima Kuasa). Akibatnya,
pembebanan Hak Tanggungan yang baru
terhadap akta yang dibuat oleh Notaris
tanpa adanya surat bukti pelunasan atau
dapat terjadi cacat hukum.
surat
Akta
tidak
sah
roya
akan
untuk
dari
Tanggungan,
sehingga
Pembebanan
tersebut
dapat
Tanggungan,
harus sudah ada keyakinan pada Notaris
menguasakan
pemegang
Pada saat pembuatan SKMHT dan
Hak
melepaskan
akta
Hak
SKMHT
dipertanyakan
keabsahannya.
atau PPAT yang bersangkutan bahwa
pemberi Hak Tanggungan mempunyai
kewenangan untuk melakukan perbuatan
PENUTUP
Kesimpulan
Ketentuan mengenai pengalihan
hukum terhadap obyek Hak Tanggungan
yang dibebankan, walaupun kepastian
mengenai
dimilikinya
kewenangan
tersebut baru dipersyaratkan pada saat
pemberian Hak Tanggungan itu didaftar.
Sesungguhnya pemberi Hak Tanggungan
belum mempunyai kewenangan untuk
menguasakan
pembebankan
Hak
Tanggungan yang baru, sebab pada Pasal
11 ayat (2) huruf
g UUHT telah
kredit (take over) dalam hukum yang
berlaku di Indonesia mengikuti ketentuan
dalam KUHPerdata tentang subrogasi.
Mengenai ketentuan yang secara umum
tidak diatur dalam bab tentang subrogasi
dilengkapi dengan klausul-klausul dalam
perjanjian
take
over
yang
dibuat
berdasarkan asas kebebasan berkontrak
dan
mengikat
sebagaimana
undang-
120
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
undang bagi pihak kreditur baru dan
dan benda Lain Yang Melekat
Pada Tanah Dalam Konsepsi
Penerapan
Asas
Pemisahan
Horisontal,
Nuansa
Madani,
Jakarta.
debitur. Take Over merupakan jenis
subrogasi yang lahir karena perjanjian dan
atas inisiatif dari debitur. Pada posisi ini
debitur meminjam uang kepada pihak
ketiga untuk melunasi hutangnya kepada
kreditur.
Dari
posisi
ini
kedudukan
kreditur lama digantikan oleh pihak ketiga
sebagai kreditur baru.
Perlindungan hukum bagi kreditur
baru dalam proses take over dapat
diperoleh secara internal melalui klausulklausul yang termuat dalam perjanjian
take over. Selain itu terdapat perlindungan
hukum
yang
bersifat
eksternal
dari
H.H.A. Savelberg, 1885, De crediet
Hypotheek, diss.
Herlien Budiono, 2014, Ajaran Umum
Hukum
Perjanjian
dan
Penerapannya
Di
Bidang
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
J. Andi Hartanto, 2015, Hukum Jaminan
Dan Kepailitan Hak Kreditor
Separatis Dalam Pembagian Hasil
Penjualan Benda Jaminan Debitor
Pailit,
Laksbang
Justitia,
Surabaya.
kreditur yaitu melalui pembuatan SKMHT
J.A. Levy, 1873, Rekening Courant.
dengan memastikan bahwa pelunasan dan
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,
2006, Hak Tanggungan, Kencana
Prenada Media, Jakarta.
roya terhadap jaminannya dilakukan pada
hari yang sama.
Mariam Darus Badrulzaman, 1983,
Perjanjian Kredit Bank, Alumni,
Bandung.
Saran
Diperlukan regulasi yang secara
khusus mengatur tentang take over karena
perjanjian take over ini sangat berperan
dalam perekonomian, khususnya dalam
transkasksi
perbankan
agar
mampu
memberikan perlindungan hukum dan
kepastian hukum baik bagi kreditur
maupun bagi debitur.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Djuhaendah Hasan, 2011, Lembaga
Jaminan Kebendaan Bagi Tanah
Muchdarsyah Sinungan, 1984, Dasardasar dan Teknik Management
Kredit, Bina Aksara, Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian
Hukum, Kencana Prenada Media,
Jakarta.
Suharnoko, 2012, Doktrin Subrogasi,
Novasi Dan Cessie, Kencana
Prenada Media, Jakarta.
Sutan
Remy Sjahdeini, 1999, Hak
Tanggungan Asas-asas, Ketentuan
Pokok, Dan Masalah yang
Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu
Kajian Mengenai Undang-undang
121
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018
Hak
Tanggungan),
Bandung.
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Alumni,
Tan Thong kie, 2002, Studi Notariat dan
Serba-serbi
Praktek
Notaris,
Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.
Jurnal dan Karya Ilmiah
M. Isnaeni, “Peranan Hukum Jaminan
Dalam Bidang Ekonomi”, Jurnal,
Yuridika, No. 2 Tahun X Mei-Juni
1995.
Yordan Demesky, “Pelaksanaan Parate
Eksekusi
Hak
Tanggungan
Sebagai Alternatif Penyelesaian
Kredit Bermasalah Di PT Bank
Permata TBK”, Tesis, Universitas
Indonesia,
Fakultas
Hukum,
Program Pasca Sarjana, Jakarta,
Juli 2011.
122