URGENSI CULTURAL APPROACH SEBAGAI METODOLOGI KEILMUAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER

URGENSI CULTURAL APPROACH SEBAGAI METODOLOGI
KEILMUAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER
Samsul Hidayat

Abstrak
Dalam pendekatan kultural, pendidikan Islam diarahkan pada persoalan autentitas dan
perubahan budaya yang berkembang dimasyarakat. Diharapkan pendekatan ini akan
membantu mahasiswa untuk memahami baik tradisi-tradisi yang pernah terjadi, berikut
dengan segala karakteristiknya, maupun persoalan-persoalan kontekstual yang terjadi di
masyarakat. Untuk masuk ke dalam wilayah pengembangan sikap penerimaan kultural
yang sadar terhadap perubahan, maka melalui pendekatan kultural, diharapkan akan
melahirkan sistem pendidikan yang lebih berorientasi ke masa depan (future oriented),
menuju transformasi sosial yang humanis dan transcendental. Pendidikan Islam, mau
tidak mau harus mengubah wajahnya yang selama ini hanya bersifat doktrinal-formalliteral ke arah studi dan pendekatan kebudayaan dengan semangat untuk mencari nilainilai fundamental keagamaan Islam, terutama bagi para mahasiswa dan kalangan muda
yang memiliki tingkat resistensi tinggi dalam menghadapi modernitas dan era globalisasi
saat ini.

Kata Kunci: sosial, budaya, kultur, agama
A. Pendahuluan

yang


Satu hal yang patut disyukuri
bahwa

dengan

pengembangan

Perguruan Tinggi Agama Islam seperti
IAIN/STAIN menjadi UIN di Indonesia,
maka paradigma yang dibangun dalam
pengembangan

pendidikan

Islam

mulai bergeser dari pendidikan yang
semula


hanya

menonjolkan

peningkatan itba’ syariat Allah dimana
studi Islam dijabarkan dalam skala
yang sempit, menuju itba’ sunnatullah

﴾ 51 ﴿

didalamnya

mengakomodir

natural sciences, social sciences dan
humaniora (Muhaimin, 1999). Selama
ini, apa dan bagaimana konsep dan
wawasan serta prinsip kependidikan
Islam tidak begitu dipermasalahkan.
Namun,


begitu

sistem

kehidupan

sosial budaya dan peradaban umat
Islam mengalami kemandekan dan
kemunduran

serta

menghadapi

tantangan

sosial

dan


dampak

tidak

mampu

perubahan

globalisasi

di

masyakarat maka hal tersebut mulai

segenap persoalan kulturalnya. Dalam

dipertanyakan kembali.

keadaan demikian, masyarakat masih


Walaupun

paradigma

yang

menunggu-nunggu

kontribusi

dan

dibangun telah bergeser, namun kajian

peran yang disumbangkan oleh PTAIN

kependidikan Islam selama ini masih

seperti UIN, baik secara moral maupun


terkonsentrasi pada persoalan teoritis

kultural dalam menghadapi persoalan

keagamaan

tersebut.

yang

semata,

bersifat

sementara

kognitif

metodologi


Tulisan

ini

diharapkan

dapat

keilmuan yang digunakan tak kunjung

memberikan kontribusi yang berarti

berubah antara pra dan post era

bagi

modernitas yang kebanyakan lebih

pentingnya


menitikberatkan

aspek

kebudayaan dalam pendidikan Islam.

(Abdullah,

Selain itu juga dimaksudkan agar

pada

korespondensi-tekstual

penyegaran

kembali

penerapan


1998:49-65). Kajian-kajian kontekstual

berguna

dalam

yang bersifat empiris seperti dengan

pemikiran

pendidikan

pendekatan

sekaligus

kultural

justru


masih

sangat minim dan belum membudaya.

bentuk

Metodologi
tidak

pendidikan

kunjung

berubah

pada

penyimpangan


prilaku

maraknya

isu

kejahatan kerah putih, premanisme,
konsumsi barang-barang terlarang dan
pertanyaan kritis,

sebuah

apakah kegiatan

pendidikan Islam mampu berdialog
dan

berinteraksi

dengan

pendekatan

B. Permasalahan Akademik

perkelahian pelajar, tindak kekerasan,

Menjadi

desain

kontemporer.

fenomena-fenomena
mengarah

sebagainya.

atau

kebudayaan dalam pendidikan Islam

dalam

seperti

perencanaan

dalam

dulu

yang

masyarakat

diaktualisasikan

yang

dari

Islam

sosial-kebudayaan

Islam

penelitian

lembaga

mengantisipasi

pengembangan

yang

mampunya

pendidikan

pendekatan

Islam

sampai sekarang ini berakibat pada
kurang

pada

dengan

perkembangan zaman modern dengan

﴾ 52 ﴿

Permasalahan utama dari kajian
ini adalah mengapa cultural approach
sebagai metodologi keilmuan dalam
pendidikan Islam kontemporer belum
membudaya dilingkungan PTAI, dan
bagaimana

bentuk

pendekatan

tersebut

perguruan

tingga

penerapan
di

lembaga

agama

Sehingga

hal

ini

menarik

dicermati

dan

dirumuskan

Islam?.
untuk
dalam

identifikasi masalah sebagai berikut:
apa

yang

dimaksud

dengan

pendidikan Islam, apakah makhluk

dan teori pendidikan Islam; dan 3)

cultural approach itu? apa urgensinya?

kajian metodologis pendidikan Islam.

bagaimana proses timbal balik antara

Kegiatan-kegiatan

pendekatan

dasarnya

tersebut

dengan

pendidikan

pada

concern

pada

sangat

kebutuhan masyarakat? dan dari mana

persoalan operasional, jadi sangatlah

memulai

idealis dan utopis jika kajian yang

menerapkan

pendekatan

kultural ini dilingkungan akademik?

dilakukan

hanya

persoalan
C. Pendidikan Islam dan Pola
Kajiannya

berkutat

fondasional

Kelemahan

dari

kajian

pada
filosofis.

pendidikan

Islam seperti ini bisa juga terjadi

Istilah pendidikan Islam secara

sebaliknya, dimana penelitian sangat

sederhana dapat dipahami sebagai

kaya

pendidikan yang dikembangkan dari

namun lepas dari konsep fundasional

nilai-nilai

atau dimensi teoritiknya (Muhaimin,

yang

terkandung

dalam

sumber dasar ajaran Islam, al-Quran
ini

dipahami

sebagai

praktik/operasional

2002:v-vi).
Pendidikan

dan al-Hadist. Pendidikan Islam dalam
pengertian

dengan

adalah

hal

yang

tumbuh dan berkembang bersama-

pemikiran dan teori-teori pendidikan

sama

yang dibangun dan mendasarkan diri

perkembangan masyarakat, bahkan

pada

merupakan

sumber

dasarnya.

Dalam

dengan

pertumbuhan

media

transmisi

dan
dan

realitasnya, pendidikan Islam tersebut

transformasi

sistem

dan

dibangun dalam suatu visi; pemikiran,

kehidupan

sosial

budaya

teori dan praktek penyelenggaraannya

peradaban masyarakatnya. Demikian

mempertimbangkan pengalaman dan

pula pendidikan Islam, telah tumbuh

khazanah intelektual muslim klasik

dan

serta mencermati situasi sosio-historis

dengan

dan kultural masyarakat kontemporer

perkembangan sistem dan nilai-nilai

(Muhaimin, 2002:29).

kehidupan

Literatur-literatur yang tersedia

berkembang

sosial

peradaban

kajian

sebagai

memfokuskan

diri

pada

Islam
beberapa

dan

dan

sepanjang

telah

media

transformasinya

dan

budaya

Islam

sejarahnya,

dan

bersama-sama

pertumbuhan

selama ini menunjukkan bahwa pola
kependidikan

nilai-nilai

berfungsi

transmisi
secara

dan
efektif.

kategori; 1) kajian-kajian sosio-historis

Lemahnya pendidikan Islam dalam

pendidikan Islam; 2) kajian pemikiran

melirik

﴾ 53 ﴿

fenomena

sosial-agama

dengan

kacamata

merupakan

kebudayaan

sebuah

Bhikhu

Parekh

(1997:167),

problema

multikulturalisme merupakan ideologi

mendasar yang perlu segera dicarikan

yang mengakui dan mengagungkan

solusinya

perbedaan dalam kesederajatan, baik

sehingga

tantangan

perubahan sosial yang begitu cepat

secara

dapat

kebudayaan.

dihadapi

Pendidikan

dengan

Islam

baik.

harus

individual

maupun

secara

Pendidikan

sendiri

mampu

merupakan basis atau dasar untuk

menjembatani persoalan perubahan

menciptakan SDM dan pembentukan

sikap dan gaya hidup masyarakat yang

karakter

semakin

dan

merupakan

pintu

kebutuhan

penerapan

nilai-nilai

moralitas dan mentalitas keagamaan

(Abdullah,

2005:xix).

masyarakat

Disini

sebagaimana ditegaskan Ahmad Syafii

gaya hidup mencakup keseluruhan

Ma'arif (2001), sesungguhnya juga

selera,

wahana

hedonis,

eksploitatif

konsumtif,

dengan
yang

memadai.

kepercayaan

dan

praktik

suatu

paling

bangsa,

dan

masuk

bagi

multikulturalis
Pendidikan,

efektif

sistematis yang menjadi ciri suatu

internalisasi

kelas, termasuk didalamnya adalah

pluralisme, dan inklusivisme.

opini

politik,

keyakinan

filosofis,

nilai-nilai

Pendidikan

keyakinan moral, selera estetis dan

memang

juga

kontribusinya

makanan,

pakaian,

budaya

(Haryatmoko, 2003).

masyarakat

Pendekatan-pendekatan

demokrasi,

Islam

kurang

untuk

bisa

selama

ini

diharapkan

dalam

pembentukan

yang

menghargai

dalam

pluralisme,

dan

pendidikan Islam yang masih bersifat

menunjang

demokratisasi.

kognitif,

selama ini para tenaga pengajar di

harus

dikembangkan

dan

diberi warna dengan pendekatan yang

perguruan

lebih

menekankan

menyentuh

kepada

akar

tinggi

cenderung

Apalagi,

umumnya

ajaran

tidak

hanya

agama

yang

persoalan, sehingga pendidikan Islam

bersifat

mampu memenuhi kebutuhan dasar

1995) sehingga makin membentuk

masyarakat, dan menjawab tantangan-

chauvinisme rasa kebenaran pada

tantangan baru di era multikultural ini.

agamanya

Pada

yang

pendidikan

Islam

tekan

adalah

menyentuh

aspek

budaya

dalam

budaya yang sesungguhnya.

menjadi

era

multikulturalisme
titik

keanekaragaman

kesederajatan. Seperti yang dikatakan

﴾ 54 ﴿

teologis-dogmatis,

sendiri.

(Mujani,

Dampaknya,

menjadi
realitas

kurang
sosial

D. Apakah Makhluk Cultural Approach
itu?

menguraikan

kompleksitas

permasalahan

Yang dimaksud dengan cultural

demikian

tersebut.

pendekatan

Dengan

kebudayaan

approach atau pendekatan kultural

bertujuan untuk meningkatkan tingkat

adalah suatu metode kajian keilmuan

humanitas

dan

mengembangkan sikap dan perilaku

atau

penelitian

yang

menggunakan perspektif kebudayaan

manusia,

atau

humaniora manusia itu sendiri.

dalam menangkap realitas budaya,

Memahami

fenomena

agama

baik yang bersifat kasat mata (faktual)

sebagai fenomena kebudayaan tidak

maupun yang berhubungan dengan

bisa dilepaskan dari fakta empiris yang

fenomena

kebudayaan

membuktikan bahwa agama sering

(Endraswara, 2003:3). Kajian budaya

mengalami kegersangan prinsip dan

merupakan

manusia

paradigma, serta hanya berkutat pada

dalam berbagai aspek; aspek biologis

tataran normatif-formalistik, menjauh

dan budaya manusia, aspek sejarah

dari konteks masyarakat. Bahkan tidak

budaya,

manusia

bagian

jarang agama juga hanya dijadikan

dunia,

baik

individu,

justifikasi atas klaim kebenaran aliran

kelompok, dan kajian budaya secara

atau golongan tertentu. Tentu saja,

holistik (Schusky dan Culbert, 1967:2-

fenomena tersebut menjadi problem

3).

studi

terbesar yang dihadapi masyarakat

kompleksitas

beragama saat ini, tatkala agama

fenomena-fenomena agama. Dalam

mengalami krisis dalam dirinya sendiri.

hal ini agama dapat dipahami sebagai

Agama hadir sebagai dogma dan

suatu sistem kebudayaan (Geertz,

dokumentasi ritual belaka. Sehingga,

1973). Fenomena agama dianggap

agama

kompleks karena terkait dengan unsur

dengan dinamika sosial-masyarakat

sakralitas-transendentalnya,

yang

abstrak
studi

tentang

sebagai

Termasuk

kebudayaan

berhubungan

sebagai

didalam

adalah

langsung

fenomena

agama

(Abdullah,

2005:126)

memahami

dan

fenomena

dan
dengan

tidak

mampu

sedang

berinteraksi

mengalami

multidimensional.

krisis

Konsekuensinya,

sosial.

agama tak mampu memberikan solusi

Untuk

alternatif bagi penyelesaian problem

agama

kemanusiaan. Untuk itulah diperlukan

diperlukan metodologi khusus, yaitu

pemaknaan

pendekatan

dinamis, yang hidup ditengah obyektif

kebudayaan

yang

diharapkan dapat menjelaskan dan

﴾ 55 ﴿

komunitas

agama
manusia

yang
yang

lebih
secara

signifikan

akan

mempengaruhi

timbulnya

interpretasi

aktualisasi

maupun

manusia-manusia

pemeluknya.

tentang penilaian, perbandingan dan
penggolongan

semua

kebudayaan

akan membingungkan secara logika
(Parekh, 2000:173) Dengan demikian,

Setiap kebudayaan atau agama

sekali

kita

memperhitungkan

yang menganggap dirinya yang terbaik

perbedaan kebudayaan, maka kita

dan menekan yang lain dan menolak

akan

kontak dengan yang lain, cenderung

tersedia untuk membuat perbandingan

akan memaksakan dan berkutat pada

antar budaya.

homogenitas

mereka,

mempunyai

sumber

yang

sehingga

Kebudayaan merupakan sebuah

dialog

proses, bukan suatu akhir, karena

dan

suatu proses maka selalu tumbuh dan

Padahal

berkembang. Dalam bahasa Umar

kebudayaan kita merupakan produk

Kayam (1986), kebudayaan dipahami

dari

yang

sebagai “proses upaya masyarakat

berbeda, memuat untaian pemikiran

yang dialektis dalam menjawab setiap

yang

permasalahan dan tantangan yang

mempersempit

wilayah

kebudayaan,

ruang

kemerdekaan

kritis

berpikir.

pengaruh-pengaruh
berbeda

dan

terbuka

untuk

interpretasi yang berbeda (Parekh,

dihadapkan kepadanya”.

2000:168).

konsep perantara perlu digunakan,

Alih-alih

menunjukkan

kehebatan suatu kebudayaan, lebih

yaitu

baik

sebagai

menempatkan

kebudayaan

yang

melihat

pedoman

Untuk

itu

kebudayaan

bagi

kehidupan

sebagai sesuatu yang tidak dapat

yang diyakini kebenarannya oleh para

dibandingkan dan harus dinilai dalam

penganutnya

pengertian

lingkungannya

mereka

sendiri.

Setiap

untuk

memahami
guna

kebudayaan menunjukkan pandangan

memanfaatkannya bagi pemenuhan

yang

kebutuhan-kebutuhan

unik

dan

sangat

kompleks

kehidupannya.

tentang kehidupan yang baik, dan

(Spradley 1972:6) Sebagai pedoman

tidak

bagi kehidupan, kebudayaan berisikan

dapat

diukur

dengan

skala

tunggal. Kebudayaan memiliki dimensi

pengetahuan

estetis, moral, literal, sosial, spiritual

keyakinan,

termasuk

keyakinan-

dn

yang

keyakinan

keagamaan.

Keyakinan-

terlalu

keyakinan

yang

lain-lain.

digunakan
berbeda

Ketika
untuk

untuk

standar
menilai

disederhanakan

menjadi suatu standar umum, ide

﴾ 56 ﴿

dan

keyakinan-

menjadi

patokan

penilaian secara etika, moral, dan
adab

bagi

tindakan-tindakan

para

penganutnya

dalam

pemenuhan

penganut keagamaan tersebut, dan

hidupnya

sebaliknya, kebudayaan tersebut bagi

kebutuhan-kebutuhan
sebagai

manusia.

Keyakinan-

para

penganutnya

adalah

sesuatu

keyakinan keagamaan yang menjadi

yang sakral dan karena itu bercorak

patokan-patokan

tersebut,

menjadi

keagamaan.

membumi

menjadi

nilai-nilai

budaya

atau
bagi

penganutnya

Memahami

agama

sebagai

dan

kebudayaan

menjauh dari teks-teks suci karena

pemahaman

yang bermakna adalah interpretasi dan

mengkaji permasalahan-permasalahan

hasil interpretasi dan bukan teks suci

sosial budaya masyarakat. Pendidikan

tersebut sebagai teks suci. Dalam

Islam

keadaan

memberikan

demikian

itulah

agama,

akan

memberikan

yang

yang

luas

dalam

diharapkan

dapat

kontribusi

dalam

menurut Geertz, sebagai keyakinan

membangun sebuah kekuatan moral

keagamaan, menjadi kebudayaan atau

bagi masyarakat tentu harus berjuang

lebih tepatnya menjadi nilai budaya.

keras dalam mencari pemecahannya.

Clifford

agama

Dalam studi-studi keislaman, materi-

keyakinan-

materi dan kajian keislaman yang

Geertz

merupakan
keyakinan

melihat

sebagai

keagamaan yang

hidup

didapatkan

para

mahasiswa

dalam diri para penganutnya dan yang

cenderung melihat fenomena agama

terwujud

sebagai

dalam

kompleksitas

persoalan

yang

bisa

kehidupan mereka sehari-hari. (Geertz

diselesaikan

1973: 90) Yaitu kehidupan sehari-hari,

pendekatan-pendekatan konvensional

baik yang sakral maupun yang profan.

Perguruan Tinggi Agama Islam yang

Sedangkan yang kudus itu ada dalam

cenderung literal-doktriner. Akibatnya

teks-teks suci agama yang melalui

ketika

proses-proses

permasalahan

pemahaman

interpretasi

sosial

dengan
budaya

masyarakat, minimnya pengetahuan

pedoman bagi keyakinan-keyakinan

tentang pendekatan budaya membuat

keagamaan

dalam

kehidupan

mahasiswa enggan untuk melakukan

penganutnya

sehari-hari.

Dalam

studi dan menggunakan pendekatan

keyakinan-

tersebut dalam kajian dan penelitian

keyakinan

demikian

acuan

berhadapan

dengan

atau

keadaan

dijadikan

untuk

hanya

keagamaan yang

hidup

mereka.

Ironisnya

persoalan

dalam diri para penganutnya adalah

bahkan

sama dengan kebudayaan dari para

perguruan tinggi ini berdiri.

﴾ 57 ﴿

telah

berlangsung

ini
sejak

Sulit

untuk

mencari

kambing

hitam disini, apakah yang keliru adalah
para

dosen

yang

mengajar

lingkungan IAIN khususnya dan umat
Islam pada umumnya.

tidak

Melakukan

kajian

pendidikan

capable dalam bidang tersebut, atau

Islam

kebijakan

dengan

merupakan suatu upaya refleksi dari

kurikulum titipannya, atau kurikulum

sebuah fenomena. Fenomena real

yang tidak mengakomodasi studi-studi

yang

budaya, porsi jam studi yang tidak

bersumber pada diri manusia sebagai

memadai, atau karena tidak adanya

sentral komunitas baik secara individu

program studi yang khusus mengenai

maupun

studi kebudayaan. Menurut pengakuan

permasalahan dalam dunia pendidikan

beberapa

UIN

Islam sangat kompleks, apakah itu

angkatan 2005/2006 alumni IAIN/UIN

persoalan antar iman, antar agama,

Sunan Kalijaga (baik S1 atau S2),

maupun

bahwa mereka memandang cultural

multikulturalisme

approach sebagai makhluk asing di

pendidikan Islam dihadapkan pada

Universitas Islam Negeri ini. Beberapa

banyak

mahasiswa

bagaimana Islam mampu membaur

pemerintah

mahasiswa

dengan

S3

latarbelakang

dengan

pendekatan

terjadi

di

budaya

lapangan,

kolektif.

antar

yang

Permasalahan-

budaya.
ini,

Di

era

tantangan

persoalan,

diantaranya

jurusan syariah dan tarbiyah mengaku

dan

tradisi

perdamaian, kerukunan dan toleransi

melakukan

kebudayaan

pendekatan

sepertinya

belum

di

memberikan
masyakarat.

warna

Pendidikan

bagi
yang

membudaya di kalangan mahasiswa

cenderung

menekankan

karena sebagian besar mereka adalah

normativitas

tanpa

para alumni pondok pesantren yang

aspek historisitas akan menjadikan

tidak

anak didik berada dalam “tempurung

dikenalkan

dengan

bidang

tersebut. Faktanya, mata kuliah-mata

kebenaran”

kuliah

masing-masing.

yang

metodologi

berhubungan

apriori

mereka

Aspek-aspek

yang

menunjang tercapainya tujuan dari

dan

pendidikan Islam, mulai dari dosen,

“Pendekatan dalam Pengkajian Islam”

kurikulum, metode mengajar, sampai

pada jenjang S2 yang saat ini masih

pada metodologi pengajaran harus

diajarkan di semua fakultas ternyata

mulai dibenahi dan patut menjadi

belum mampu mengisi kekurangan

perhatian

serius

yang

pimpinan

lembaga

pada

telah

“Metode

mempedulikan

Studi

Islam”

seperti

dengan

dan

aspek

jenjang

lama

S1

dirasakan

oleh

﴾ 58 ﴿

bagi

pimpinan-

pendidikan

di

Indonesia saat ini. Jika tidak ingin

kumpulan pendekatan studi seperti

dikatakan mahasiswa lulusan PTAI

metodologi penelitian sosial-agama.

buta dengan cultural approach, dan

Pendekatan

tidak peka dengan persoalan sosial

memiliki sedikit kesamaan dengan

kebudayaan masa kini.

pendekatan humaniora, sehingga perlu

Pendidikan Islam, mau tidak mau
harus

mengubah

diperhatikan

memang

beberapa

konteks

yang

kebudayaan, seperti yang dijelaskan

selama ini hanya bersifat doktrinal-

Featherstone (Abdullah, 1999) sebagai

formal-literal

ke

berikut:

pendekatan

kebudayaan

semangat

arah

studi

dan

Pertama,

produksi

dengan

kebudayaan, yaitu budaya sebagai

mencari

nilai-nilai

ciptaan akan melebar ke bidang apa

keagamaan

Islam,

untuk

fundamental

wajahnya

kebudayaan

saja,

sesuai

dengan

apa

yang

diproduksi

oleh

terutama bagi para mahasiswa dan

dibutuhkan

kalangan muda yang memiliki tingkat

masyarakat. Misalnya dalam budaya

resistensi tinggi dalam menghadapi

ekonomi,

modernitas dan era globalisasi saat ini.

mengkonsumsi sesuatu, maka disitu

Pendekatan

dalam

telah terjadi suatu negoisasi budaya

lalu

yang luar biasa. Kedua, socio-genesis

pendidikan

kebudayaan
keislaman

dimaksudkan
sama

untuk

sekali

tidak

menghilangkan

ketika

kebudayaan,

seseorang

dimana

kebudayaan

dan

sangat berhubungan dengan lingkup

metodologi yang selama ini digunakan,

(boundary) yang mengitarinya. Setiap

tapi

dan

wilayah

apa

budaya yang berlainan pula, dan tidak

justru

kajian-kajian

dan

ingin

melengkapi

menyeimbangkannya

sehingga

sosial

akan

memproduksi

yang disebut Amin Abdullah sebagai

jarang

kompleksitas fenomena keagamaan

keterkaitan

dapat

Ketiga, psicho-genesis kebudayaan,

disikapi dan diatasi secara

menyeluruh dan komprehensif.

antar
dan

budaya

memiliki

ketergantungan.

dimana kebudayaan bisa berasal dari
dorongan kejiwaan. Dengan demikian,

E. Desain Penelitian Kebudayaan
Literatur
dengan

tentang

pendekatan

konteks kebudayaan pada dasarnya

metodologi
kebudayaan

sesungguhnya telah banyak ditemukan
di toko-toko buku, baik yang ditulis
secara khusus maupun dalam bentuk

﴾ 59 ﴿

sangatlah

luas,

mencakup

seluruh

aspek kehidupan manusia, termasuk
agama.
Pada penelitian yang menggunakan
pendekatan kebudayaan, fenomena

kebudayaan

yang

ditangkap

masalah untuk kemudian diolah dan

biasanya berupa kasus-kasus unik

dimaknai.

yang lebih mudah didekati dengan

Dalam

penelitian

kualitatif.

pengumpulan

data,

Penelitian

peneliti sebagai instrumen pengumpul

menggunakan metode ini karena

data, mengikuti asumsi kultural, dan

beberapa

mengikuti data. Disini peneliti harus

pertimbangan;

menyesuaikan

metode

lebih

bila

mudah

dengan

kenyataan

metode

ini

a)

kualitatif

fleksibel

dan

reflektif

sekaligus

berhadapan

mengambil jarak dengan obyek. Dalam

ganda,

beberapa teknik pengumpulan data,

menyajikan

b)

secara

terkadang

juga

digunakan

metode

langsung hakekat hubungan antara

yang mengambil dan mendeskripsikan

peneliti

fakta lapangan sebagaimana adanya.

dan

informan,

dan

c)

metode ini lebih peka dan lebih

Melalui

dapat menyesuaikan diri dengan

mendalam (indept-interview) Peneliti

banyak

dapat terlibat langsung dengan obyek

penajaman

pengaruh

observasi

dan

bersama dan terhadap pola-pola

penelitian

nilai

atau pengamatan dilakukan secara

yang

dihadapi.

(Moleong,

(partisipant

wawancara

2002) Karena analisa kualitatitif

murni,

lebih menekankan kepada data,

mengamati

(Suparyogo,

dengan

2001)

menyederhanakan

maka

untuk

seluruh

data

dalam

arti

tanpa

observation)

peneliti

hanya

melibatkan

aktifitas kebudayaan

diri
yang

berlangsung (Abdullah, 2002) Namun

yang terkumpul sehingga dapat

demikian

disajikan

menafsirkan fenomena budaya yang

dalam

suatu

susunan

peneliti

tetap

dapat

yang sistematis, maka dilakukan

ditemukan,

proses

dan

memanipulasi dan mengontrolnya, dan

pengurutan data ke dalam pola,

lebih menekankan logic in action.

kategori dan satuan uraian dasar

Sementara

sehingga dapat ditemukan tema

dengan pihak yang dipandang memiliki

dan dapat dirumuskan hipotesis

kapasitas untuk memberikan informasi

kerja seperti yang disarankan oleh

mengenai fakta kebudayaan.

pengorganisasian

data. Data yang masuk akan dipilih

tanpa

wawancara

berusaha

dilakukan

Perspektif yang digunakan dalam

dan dipilah berdasarkan sub-sub

pendekatan

pokok bahasan dalam rumusan

cukup beragam. Pada model dan teori

kebudayaan

biasanya

klasik, penelitian kebudayaan biasanya

﴾ 60 ﴿

mengunakan beberapa teori seperti

kebudayaan tersebut. Pendekatan

evolusionisme,

kultural biasanya lebih memilih studi

difusi

fungsionalisme

kebudayaan,

kebudayaan

dan

lapangan

dalam

model

fungsionalisme struktural. Teori-teori

penelitiannya.

modern dalam penelitian kebudayaan

kasus dalam penelitian biasanya

banyak

lebih

menggunakan

strukturalisme,
etnosains

tafsir
dan

teori

Pemilihan

menarik

karena

studi
peneliti

kebudayaan,

memasuki wilayah yang unik dan

etnometodolgi.

menantang. Memang akan menjadi

Sementara teori-teori postmodernisme

sedikit

dan

mahasiswa yang terbiasa duduk di

postkolonial

penelitian

kendala

bagi

para

kebudayaan menyangkut dasar-dasar

meja

postmodernisme,

kajian

penelitian, artinya pendekatan yang

of

context,

mereka gunakan cenderung kepada

dan

kajian

penelitian pustaka. Atau karena

teori-teori

(pluralitas

makna,

out

langkah

kajian),

postkolonialisme (Endraswara, 2003)

biaya

F. Darimana Memulainya?
Dibawah ini ditawarkan beberapa
orientasi yang dapat menjadi prioritas
dan

penekanan

langkah-langkah

dalam

mengambil

konkrit

bagi

penerapan cultural approach sebagai
metodologi keilmuan dalam pendidikan

tulis

yang

dalam

melakukan

terbatas,

mahasiswa

UIN

sebagai

mahasiswa

kelas

kebawah.

Namun

menengah

dikenal

karena
umum

demikian bukan berarti mahasiswa
harus mengurungkan niatnya dalam
melakukan penelitian sosial-budaya
tersebut karena obyek penelitian
dapat ditemukan disekitar kampus
mereka, bahkan dilingkungan kost

Islam kontemporer, yaitu:

mereka sendiri. Sebagai contoh,
bagaimana kasus orang tua beda

1. Orientasi Mahasiswa

agama
Pendidikan

Islam

yang

menggunakan pendekatan kultural
sebagai metodologi keilmuan, dapat
menjabarkannya
kepada

seluruh

kependidikan
menyangkut

dengan
Islam
ketiga

melihat

persoalan
yang
konteks

﴾ 61 ﴿

pendidikan

dalam
agama

menentukan
bagi

anak-

anaknya, atau bagaimana efektifitas
pendidikan agama di sekolah bagi
pencegahan penyimpangan seksual
anak-anak jalanan di Yogyakarta.

2. Orientasi Pengajar

motivasi bagi para pengajar dalam

Model pengajaran dan bahan ajar
yang diberikan oleh para dosen

melakukan

penelitian-penelitian

yang serupa.

seharusnya lebih variatif sehingga
memberikan

tawaran

kepada

mahasiswa

untuk

memilih

pendekatan dalam penelitiannya,
dalam hal ini dari pendekatan teks
menuju

pendekatan

konteks

(empiris). Para dosen juga harus
membekali

diri

mereka

informasi-informasi

dengan

aktual

permasalahan

dari

masyarakat

kontemporer,

berikut

teori-teori

kebudayaan mulai dari yang klasik,
modern

sampai

post-kolonial,

sehingga

ketika

memberikan

wawasan

pendekatan

kepada

terutama

dalam

mahasiswa,
pendekatan

kebudayaan,

diharapkan

dapat

keinginan

dan

mahasiswa

menggugah

dorongan

untuk

bagi

melakukan

penelitian yang dimaksud. Para
pengajar

juga

perlu

diberikan

tambahan

pengetahun

secara

terstruktur

baik

bentuk

dalam

seminar, lokakarya atau pelatihan
mengenai

teori

dan

metodologi

dengan

aplikasi

pendekatan

kultural.

Lebih

menarik

jika

diadakan

suatu

kompetisi

dan

penghargaan
kebudayaan

dalam
untuk

penelitian
memberikan

﴾ 62 ﴿

3. Orientasi Pimpinan PT dan
Kurikulum
Tampaknya belum ada tanda-tanda
Perguruan

Tinggi

Islam

Negeri

seperti UIN Sunan Kalijaga untuk
membuka fakultas khusus yang
mengakomodir

masalah

kebudayaan seperti Program Studi
Ilmu

Budaya.

karena

Namun

fokus

tulisan

pendidikan

demikian
ini

Islam

pada
secara

keseluruhan, kalaupun belum ada
rencana

ke

arah

pembentukan

fakultas atau program studi baru,
maka paling tidak muatan kurikulum
yang

mengenalkan

mahasiswa

kepada metodologi keilmuan seperti
mata kuliah Metode Studi Islam
(S1),

atau

Pengkajian

Pendekatan
Islam

(S2)

Dalam
dapat

diperbanyak sistem kredit semester
(sks) nya. Hal ini dimaksudkan agar
mahasiswa betul-betul yakin dan
menguasai teori yang akan mereka
gunakan dalam penelitian-penelitian
mereka dan lebih jeli dalam melihat
fenomena

sosial-budaya

di

lapangan. Pada orientasi kurikulum
ini,

pimpinan

seharusnya

lebih

lembaga

PTAI

berani

dalam

membuat

kebijakan

kampus,

karena

pemerintah

internal

dengan

persoalan kontekstual yang terjadi di

kebijakan

masyarakat.

kurikulum

sepakat dengan Clifford Geertz yang

Dalam

hal

ini

saya

titipannya terbukti menjadi salah

menekankan

satu

menegaskan sesuatu, jika agama tidak

penyebab

timpangnya

bahwa

agama

harus

pembidangan ilmu dan porsi cultural

mau

approach

metodologi

praktik-praktik yang hampa makna dan

keilmuan di lingkungan perguruan

sentimen-sentimen konvensional yang

tinggi Islam.

menjadi rujukan moralisme, walaupun

sebagai

disebut

sebagai

kumpulan

faktanya masih sebatas komoditas dan
G. Kesimpulan

bahan pembicaraan.
Sangat

Hingga saat ini, pendidikan Islam
masih

menghadapi

problem

yang

mendasar, diantaranya adalah seputar
penggunaan

pendekatan

sebagai

metodologi keilmuan. Jika problem
tersebut

tidak

segera

ditanggapi

secara serius dan berkelanjutan, maka
peran

pendidikan

Islam

akan

kehilangan daya tariknya. Idealnya,
pendekatan-pendekatan

yang

digunakan sebagai metodologi dalam
pendidikan Islam diakomodir secara
integral,

baik

melalui

pendekatan

historis, psikologis, sosiologis, kultural
maupun estetik. Dalam pendekatan
kultural, pendidikan Islam diarahkan
pada

persoalan

autentitas

dan

perubahan budaya yang berkembang
dimasyarakat. Diharapkan pendekatan
ini akan membantu mahasiswa untuk
memahami baik tradisi-tradisi yang
pernah terjadi, berikut dengan segala
karakteristiknya, maupun persoalan-

﴾ 63 ﴿

disayangkan

jika

kecendrungan di kalangan lembagalembaga pendidikan Islam sekarang
ini, lebih menekankan proses teaching,
proses pengajaran ketimbang proses
learning, proses pendidikan. Dengan
demikian proses pengajaran, hanya
mengisi

aspek

kognitif

dan

tidak

membentuk pribadi dan watak. Untuk
itu diperlukan rekonstruksi perumusan
kembali

makna

pendidikan.

Seharusnya proses pendidikan Islam
yang kita tempuh lebih menggunakan
term ta’dib ketimbang tarbiyah, karena
ta’dib

lebih

mengarah

kepada

inkulturasi, proses pembudayaan, tidak
sekedar proses intelektualisasi. Melalui
proses ta’dib maka akan muncul dari
sistem pendidikan manusia yang betulbetul

berbudaya,

berkarakter

dan

berakhlak. Untuk masuk ke dalam
wilayah
penerimaan

pengembangan
kultural

yang

sikap
sadar

terhadap perubahan, maka melalui

Landasan Teoritis Gerakan Sosial

pendekatan kultural, diharapkan akan

Menurut Pierre Bourdieu”, dalam

melahirkan sistem pendidikan yang

Majalah Basis Nomor 11-12/Tahun

lebih berorientasi ke masa depan

ke-52. Yogyakarta : Kanisius.

(future oriented), menuju transformasi
sosial

yang

humanis

Kayam,

dan

Umar.

1986.

Tentang

Pembudayaan Koperasi, makalah

transendental.

untuk

"Seminar

Menggali

Nilai

Budaya Bangsa", Yogyakarta.
Ma’arif, Ahmad Syafii (et. al). 2001. Tulus

H. Daftar Pustaka

Seperti Merpati, Cerdik Seperti Ular.

Abdullah, Amin. Problem EpistemologiMetodologis

Pendidikan

Dalam Abd. Munir Mulkhan, et.al.,
Religiusitas
Pustaka

Iptek.

Yogyakarta

Pelajar.2005

Multikultural:
“Interest

Yogyakarta : Kanisius.

Islam.

Moloeong, Lexy. 2002.

Metodologi

Penelitian

Bandung

:

Gerakan

Minimalization”

Muhaimin, et.al. 2002.
Pendidikan

dalam

Yaqin,

Multikultural,

Pendidikan

Muhaimin.

untuk

Agama

Era

Tema-tema

Islam

di

Pokok
Tengah

Surabaya :
“National

Parekh, Bhikhu. 1997.

Culture and Multiculturalism”, dalam
Kenneth Thomson (ed.), Media and

PSAP.
Abdullah, Irwan. 2002 Metode

Cultural Regulation, London : Sage

Penelitian

Publications.

Kualitatif, Hand out, Yogyakarta :

2000. Rethinking Multiculturalism:

Magister Administrasi Publik UGM.

Cultural

Endraswara, Suwardi. 2003 Metodologi

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation

Political

Schusky, Ernest, L dan T Patrick Culbert.
1967.

of Culture. New York : Basic Book.
Budaya

and

University Press, 2000.

: Gadjah Mada University Press.

2003.

Diversity

Theory, Cambridge, Mass : Harvard

Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta

Kepalsuan

:

Karya Abditama.

Multikultural-Multireligius. Jakarta :

Haryatmoko.

Bandung

Transformasi Sosial.

Demokrasi

dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar,
2005.Pendidikan

Islam.

1999.

Dakwah

Cross-Cultural

Understanding

Paradigma

Remaja Rosdakarya.

Meredakan Konflik Sosial, dalam M.
Ainul

:

Remaja Rosdakarya.

Kesadaran

Sebuah

Kualitatif,

“Menyingkap
Penguasa:

﴾ 64 ﴿

Introducing Cultural. New

Jersey : Prentice-Hall, Inc,
Englewood Cliffs.

Spradley, J. 1972. Foundations of Cultural
Knowledge, in Spradley, P (ed),
Culture

and

Cognition:

rules,

maps, and plans. San Francisco:
Chandler Publishing Co.

﴾ 65 ﴿