DASAR DASAR LINGUISTIK DALAM PEMBELAJAR

“DASAR-DASAR LINGUISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB”
DOSEN PENGAMPU :
RAHNANG M.Pdi

OLEH:
NUR AISYAH (1141210029)
HAMER HAMZAH (1141210033)
NOVY ANANDHA (1141210004)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONTIANAK
2016

Dasar-dasar Linguistik dalam pembelajaran Bahasa Arab
Secara umum linguistic lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil
bahasa sebagai objek kajianya.




Linguistik sebagai ilmu dasar bagi pengajaran dan pelajaran Bahasa
Linguistik bertugas untuk menguraikan (menganalisa dan

menyajikan

hasil

analisa)struktur dan cara bekerja suatu suatu bahasa yang dipakai masyarakat bahasa
tertentu. Yang dimaksud dengan struktur bahasa adalah tata susun dari unsure-unsur
bahasa yang saling berhubungan dalam pola-pola tertentu. Pola-pola inilah yang dalam
tiap-tiap tingkat dipelajari oleh cabang-cabang linguistic seperti fonologi (fonetik dan
fenumik) , morfologi, sintaksis.morfologi dan sintaksis itulah yang lazim kita sebut
dengan tata bahasa.
Istilah-istilah klasifikasi maupun kategori yang akan dipakai dalam menyelidiki suatu
bahasa. Klasifikasi dalam bahasa Arab mislanya yang berlaku di bahasa Indonesia, adalah
tugas bagi ahli tata bahasa untuk menemukan pola-pola yang ada dalam Bahasa Indonesia
dan menemukan istilah. Klafikiasi dan kategori yang tepat bagi Bahasa Indonesia.
Dalam tata bahasa tradisional sering orang menggunakan arti dalam menggambarkan
unsure bahasa, jadi misalnya kata sifat yang dikatakan sebagai kata yang menyebut
keadaan. Watak dan sebagainya. Uraian demikian tidak lagi di gunakan dalam ilmu

linguistik untuk menentukan sebuah jenis kata misalnya dipergunakan ciri formal dan
distribusinya


Linguistik sebagai landasan pengajaran Bahsa Arab
Pelajaran Tata Bahasa pada umumnya mulai di terima di kelas sekolah dasar. Sekalipun
demikian hasil yang kita dapati pada umunya jauh dari memuaskan. Kemampuan
Berbahasa Arab sangat kurang dikarenakan kedudukan Bahasa Arab di nomorkan
kesekian apalagi yang kita ketahui kedudukan Bahasa Indonesia saja dijadikan
kedudukan yang kedua apalagi untuk Bahasa Arab itu sendiri . bias saja hal ini terjadi
dikarenakan kesalahan dalam Metode pengajaran dan pada kesalahan dasar-dasar
Linguistik dari tata bahasa yang diajarkan.

Dasar-Dasar Teoritis Pengajaran Bahasa

Pengembangan metode pengajaran dibangun diatas landasan teori-teori ilmu jiwa
(psikologi), dan ilmu bahasa (linguistik). Psikologi menguraikan bagaimana orang belajar
sesuatu. Linguistik memberikan informasi tentang seluk beluk bahasa. Informasi dari keduanya,
diramu menjadi suatu cara atau metode yang memudahkan proses belajar mengajar, untuk
mencapai tujuan tertentu. Pada bagian ini akan diuraikan secara singkat teori-teori dalam kedua

bidang ilmu tersebut dalam hubungannya dalam belajar dan mengajar bahasa.
1. Teori-teori ilmu jiwa (‘lmu al-nafs/psychology)
Para ahli psikologi pembelajaran sepakat bahwa dalam proses belajar-mengajar terdapat
unsur-unsur internal yaitu bakat, minat, kemauan, dan pengalaman terdahulu dalam diri
pembelajar dan eksternal yaitu lingkungan guru, buku dsb. . Yang mana lebih dominan di dukung
oleh dua mazhab psikologi yakni mazhab behaviorisme dan mazhab kognitive. Mazhab pertama
memberikan perhatian lebih besar kepada kepada faktor-faktor eksternal dan mazhab kedua lebih
memfokuskan pada faktor internal.
a) Mazhab Behaviorisme
b) Pelopor mazhab ini adalah ilmuan rusia Pavlop (1849-1939) yang termasyhur dengan
teorinya yang yang menghubungkan stimulus primer (makanan) dan stimulus sekunder
(nyala lamu dan bunyi lonceng) dengan respon (keluarnya air liur) yang dicobakan pada
anjing sebagai hewan percobaannya. Dalam paparan tersebut tampak jelas bahwa yang
menjadi perhatian utama para penganut mazhab behavioriseme dalam pembelajaran
adalah faktor-faktor eksternal. Dalam pengajaran bahasa, mazhab behaviorisme ini
melahirkan pendekata aural-oral. Dalam pendekatan ini peran guru sangat dominan
karena dialah yang membentuk stimulus, memberikan ganjaran dan hukuman,
memberikan penguatan, memilih buku, materi dan cara mengajarnya.
c) Mazhab Kognitive
d) Bertolak belakang dari mazhab behaviorisme yang menekankan pentingnya stimulus

eksternal dalam pembelajaran, mazhab kognitive menegaskan pentingnya keaktifan
pembelajar. Pembelajarlah yang mengatur dan menentukan proses pembelajaran.
Lingkungan bukanlah penentu awal dan akhir positif atau negatifnya hasil pembelajaran.
Menurut pandangan mazhab ini seseorang ketika menerima stimulus dari lingkungannya,
dia melakukan pemilihan sesuai dengan minat dan keperluannya,menginterpretasikannya,
menghubungkan dengan pengalaman terdahulu, baru kemudian memilih alternatif respon
yang lain.

2.

Teori-teori ilmu bahasa (‘ilmu Al-Lughah/Linguistic)
a) Aliran Struktural Aliran ini dipelopori oleh linguis dari swiss ferdinandde saussure (18571913) tapi dikembangkan lebih lanjut secara signifikan oleh leonard bloomfield. Dialah
yang meletakkan dasar-dasar linguistik struktural berdasarkan penelitian-penelitian
dengan menggunakan metode penelitian ilmiah yang lazim digunakan dalam sains (IPA).
Berdasarkan mazhab ini ditetapkan beberapa prinsip mengenai pengajaran bahasa antara
lain sbb:
1. Karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan maka latihan
menghafalkan dan menirukan berulang-ulang harus diidentifikasi. Guru harus
mengambil peran utama dalam pembelajar.
2. Karena bahasa lisan merupakan sumber utama bahasa, maka guru harus memulai

pelajaran dengan menyimak kemudian berbicara.
3. Hasil analisis kontrastif (perbandingan antara bahasa ibu dan bahasa yang
dipelajari) dijadikan dasar pemilihan materi pelajaran dan latihan-latihan.
4. Diberikan perhatian yang besar kepada wujud luar dari bahasa yaitu: pengucapan
yang fasih, ejaan dan pelafalan yang akurat, struktur yang benar dsb.
b) Aliran Generatif-Transformasi Tokoh utama aliran ini adalah linguis amerika noam
chomsky yang pada tahun 1957 mempublikasikan bukunya “language structures”. Tata
bahasa generatif –transformasi membedakan dua struktur bahasa yaitu “struktur
luar”( surface structure-al-bina : ‘al zhahiri) dan struktur dalam (deep structure/al bina’ al
asasi) bentuk ujaran yang diucapkan atau ditulis oleh penutur adalah struktur luar yang
merupakan manifestasi dari strukur dalam. Ujaran itu bisa berbeda bentuk dengan
struktur dalamnya, tapi pengertian yang dikandung sama. Struktur luar bisa saja memiliki
bentuk yang . sama dengan struktur dalamnya, tetapi tidak selalu demikian. Contoh
berikut menggambarkan hubungan antara struktur luar dan struktur dalam.

Teori – teori Ilmu Bahasa
Pengembangan linguistik mempunyai pengaruh yang tak sedikit atau membawa konsekuensi
perubahan – perubahan dalam pengembangan desain pengajaran bahasa. Sumbangan ini

terwujud pada hasil temuan linguitik yang berupa deskripsi bahasa. Bahasa yang dapat dipakai

atau berguna bagi pengajaran bahasa.
Aliran structural
Munculnya ketidakpuasan terhadap hasil-hasil analiasis secara tradisional, menyebabkan
para ahli menelusuri bentuk-bentuk baru cara mengajarkan aspek bahasa. Kemudian lahirlah tata
bahsa struktural yang mengakar pada filsafat behaviorisme.
Aliran ini dipelopori oleh linguis dari swis Ferdinand De Saussure tapi dikembangkan lebih
lanjut secara signifikan oleh Leonard Bloomfield. Dialah yang meletakan dasar-dasar linguistik
struktural berdasarkan penelitian-penelitian dengan menggunakan metode penelitian ilmiah yang
lazim digunakan dalam sains.
Beberapa teori tentang bahasa menurut mazhab ini dapat disebutkan anatara lain:
1) bahasa itu pertama-tama adalah ujaran,
2)

kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan
penguatan,

3) setiap bahasa memiliki sistemnya sendiri yang berbeda dengan bahasa lain, oleh karena itu
menganalisis suatu bahasa tidak bisa memakai kerangka yang di gunakan untuk menganalisis
bahasa lainnya,
4)


setiap bahasa memeiliki sistem utuh dan cukup untuk mengekspresikan maksud dari
penuturnya, oleh karena itu tidak ada satu bahasa yang paling unggul atas bahasa yang lainnya.

5)

Semua bahasa yang hidup dan berkembang mengikuti perubahan zaman terutama karena
terjadinya kontak dengan bahasa lainnya. Oleh karena itu kaidah-kaidahnya pun bisa mengalami
perubahan.

6) Sumber pertama dan utama kebakuan bahasa adalah penutur bahasa tersebut, bukan lembaga
ilmiah, pusat bahasa atau mazhab-mazhab gramatika.1[2]
Berdasarkan teori-teori bahasa tersebut, ditetapkan beberapa prinsip mengenai pembelajaran
bahasa, antara lain:

1

a. Karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan, maka latihan
menghafalkan dan menirukan berulang-ulang harus diintensifkan. Guru harus
mengambil peran utama dalam proses pembelajaran bahasa.

b. Karena bahasa lisan merupakan sumber utama bahasa, maka guru harus memulai
pelajaran dengan menyimak kemudian berbicara, sedangkan membaca dan
menulis dilatihkan kemudian.
c. Hasil analisis kontrastif (perbandingan antara bahasa ibu dan bahasa yang
dipelajari) dijadikan dasar pemilihan materi pelajaran dan latihan-latihan.
d. Diberikan perhatian yang besar kepada wujud luar dari bahasa, yaitu pengucapan
yang fasih, ejaan dan pelafalan yang akurat, struktur yang benar, dan sebagainya.
2) Teori-teori linguistic structural ini seiring dengan teori-teori psikologi behaviorisme dan
menjadi landasan teoritis bagi metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa.
Aliran Generatif – Transformatif
Linguistik transformasi lahir sebagai reaksi atas ketidak puasan terhadap pemikiran – pemikiran
dan prosedur analisis bahasa yang dikembangkan oleh aliran struktural.
Aliran Generatif-Transformatif ini dipelopori oleh seorang pakar linguistic Amerika yang
bernama Noam Chomsky. Dia membagi kemampuan kemampuan berbahasa menjadi dua, yaitu
kompetensi dan performansi. Kompetensi (competence) adalah kemampuan ideal yang dimiliki
oleh seorang penutur bahasa. Kompetensi menggambarkan pengetahuan tentang system bahasa
yang sempurna, yaitu pengetahuan tentang system kalimat (sintaks), system kata (morfologi),
system bunyi (fonologi), dan system makna (semantic). Sedangkan performansi (performance)
adalah ujaran-ujaran yang bisa didengar atau dibaca, yang merupakan tuturan seseorang apa
adanya tanpa dibuat-buat. Oleh karena itu, performansi bisa saja tidak sempurna, dan oleh karena

itu pula, menurut Chomsky, suatu tata bahasa hendaknya memerikan kompetensi dan bukan
performansi.
Dalam beberapa hal, teori kebahasaan dalam aliran geberatif-transformatif ini memiliki
kesamaan dengan aliran structural. Pertama, Pada dasarnya bahasa itu adalah ujaran (lisan).
Kedua, bahasa memiliki system yang utuh dan cukup memadai untuk mengekspresikan maksud
dari penuturnya, oleh karena itu, tidak ada suatu bahasa yang lebih unggul atas bahasa lainnya.
Namun demikian, terdapat beberapa perbedaan di antara keduanya, antara lain:

a) Menurut aliran structural, kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan yang ditunjang
dengan latihan dan penguatan. Sedangkan aliran transformatif-generatif menekankan bahwa
kemampuan berbahasa adalah sebuah proses kreatif.
b) Aliran structural menekankan adanya perbedaan system antara satu bahasa dengan bahasa
lainnya, sementara aliran transformatif-generatif menegaskan adanya banyak unsur kesamaan di
antara bahasa-bahasa, terutama pada tataran struktur dalamnya.
c) Aliran structural berpandangan bahwa semua bahasa yang hidup berkembang mengikuti
perubahan zaman, terutama karena terjadinya kontak dengan bahasa lain, oleh karena itu, kaidahkaidah bahasa pun bisa mengalami perubahan. Sedangkan aliran transformatif-generatif
menyatakan bahwa perubahan itu hanya menyangkut struktur luar, sedangkan struktur dalamnya
tidak berubah sepanjang masa dan tetap menjadi dasar bagi setiap perkembangan yang terjadi.
Berdasarkan teori-teori kebahasaan tersebut, dirumuskan prinsip-prinsip mengenai pembelajaran
bahasa, antara lain:

1. Karena kemampuan berbahasa adalah sebuah proses kreatif, maka pembelajar harus diberi
kesempatan yang luas untuk mengkreasi ujaran-ujaran dalam situasi komunkatif yang
sebenarnya, bukan sekedar menirukan dan menghafalkan.
2. Pemilihan materi pelajaran tidak ditekankan pada hasil analisis kontrastif, melainkan pada
kebutuhan komunikasi dan penguasaan fungsi-fungsi bahasa.
3. Kaidah grammar/nahwu dapat diberikan sepanjang hal itu diperlukan oleh pembelajar
sebagai landasan untuk dapat mengkreasi ujaran-ujaran sesuai dengan kebutuhan
komunikasi.
Perhatian Utama dari teori ini adalah usaha mendeskripsikan kompetensi pemakai bahasa
berupa pengetahuan yang dimiliki oleh pemakai dalam keadaan sebenarnya.2

Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab berkait erat dengan aspek-aspek pengajarannya itu sendiri
yang mencakup pendekatan (Approach), metode (method), dan tekhnik-tekniknya (technique).
Edward M. Anthony menjelaskan bahwa pendekatan sebagai aksioma merupakan serangkaian
asumsi hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa. Asumsi yang berhubungan dengan
2

pembelajaran bahasa mencakup aspek mendengar/menyimak (al-Istima'), bercakap-cakap (alkalam), membaca (al-qiraat), dan menulis (al-kitabah). Empat keterampilan ini selanjutnya akan
membangun metode-metode atau model-model dalam pengajaran Bahasa Arab.

Beberapa pendekatan pengajaran bahasa Arab dapat diuraikan sebagaimana dibawah ini:
(1) Pendekatan All in One System atau pendekatan Komperhensif, dan
(2) Pendekatan Parsial
Pendekatan All-in-One System
Pendekatan ini memandang bahwa bahasa sebagai sistem terdiri dari unsur-unsur fungsional
yang menunjukan satu-kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan (integral). Karena itu,
kekurangan salah satu unsur atau sub sistem dalam suatu sistem akan menimbulkan gangguan
dan hambatan bagi unsur lainnya. Subsistem bahasa yang dimaksud terdiri dari tata-bunyi,
kosakata, tata-kalimat, dan ejaan (tulisan).
Pendekatan ini berasumsi pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan
kemahiran menyimak atau mendengarkan bunyi bahasa dalam kata atau kalimat, dan melatih
pengucapannnya sebelum pelajaran membaca dan menulis dilakukan. Jadi, urutan pengajaran
kemahiran berbahasa adalah menyimak (al-istima', listening), berbicara (al-kalam, speaking),
membaca (al-qira'ah, reading), dan menulis (kitabah, writing).
Pendekatan All in one system atau pendekatan komperhensif mengacu kepada fungsi
bahasa bagi manusia. Jack C. Richards menguraikan bahwa bahasa memiliki tiga fungsi utama,
yaitu: (1) deskriptif, (2) ekspresif, dan (3) sosial. Fungsi deskriptif bahasa adalah untuk
menyampaikan informasi faktual. Fungsi ekspresif ialah memberi informasi keadaan pembicara
itu sendiri, mengenai perasaan-perasaannya, kesenangannya, prasangkanya, dan pengalamanpengalaman yang telah lewat. Sedangkan fungsi sosial bahasa ialah melestarikan hubunganhubungan sosial antar manusia.
b. Pendekatan Parsial (Parsial Approach)
Pendekatan ini memandang secara parsial sesuai dengan kebutuhan, sehingga pembelajaran
diarahkan pada aspek tertentu dalam bahasa, misalkan
Bahasa dan Usia
Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar bahasa arab.
Faktor-faktor yang datangnya dari individu dapat di golongkan dalam dua kelompok, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal antara lain, umur, bakat,
kemampuan inteletual, minat kepribadian, keaktifan dll. Yang tergolong faktor-faktor eksternal
antara lain yang tercakup dalam situasi lingkungan kelas, atau lingkungan formal, dan
lingkungan bahasa atau penutur bahasa asli.
Usia merupakan salah satu rintangan sosial yang membedakan kelompok-kelompok manusia.
Kelompok manusia ini akan memungkinkan timbulnya dialek sosial yang sedikit banyak
memberikan warna tersendiri pada kelompok itu. Usia akan mengkelompokan masyarakat
menjadi kelompok kanak-kanak, kelompok remaja, kelompok dewasa. Tentu saja batas usia itu
tidak bisa secara tepat kita pastikan.
1.

Kelompok Anak-anak

Anak mulai belajar berbicara pada uisa kurang lebih 18 bulan, dan usia kurang lebih tiga
setengah tahun si anak boleh dikatakan sudah menguasai “tata bahasa” bahasa ibunya, sehingga
mereka dapat berkomunikasi dengan orang dewasa secara sempurna. Pada masa awal
perkembangannya bahasa anak-anak itu mempunyai ciri antara lain penyusutan (reduksi).3[7]
Pada anak usia sekitar 7 tahun biasanya sudah masuk SD. Setelah SD kepada mereka diajarkan
ketrampilan suatu bahasa. Paling tidak dua kemungkinan bisa terjadi. Pertama, mereka diajar
bahasa yang sebenarnya meruapakan bahasa ibu mereka sendiri. Kedua, mereka diajari bahasa
lain yang berbeda dengan bahasa ibu. Bahasa lain itu akhirnya sebagai bahasa kedua atau bahasa
asing.
2.

Kelompok Remaja

Masa remaja, ditinjau dari segi perkembangan, merupakan masa kehidupan manusia yang paling
menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunya ciri antara lain petualangan,
pengelompokan (klik), “kenakalan”. Ciri ini tercermin pula dalam bahasa mereka. 4[8]
3.

Kelompok Dewasa

Bahasa Akuisisi oleh orang dewasa adalah belajar bahasa, disengaja melelahkan, proses
intelektual yang jarang, jika pernah, hasil dalam kelancaran total asli diperoleh begitu alami oleh
anak kecil, terlepas dari kemampuan intelektual atau motivasi pribadi.
aspek gramatika dan menerjemahkan, berbicara, menulis, atau kemampuan berbahasa
dalam disiplin-disiplin tertentu. Misalnya bahasa akademik, bahasa bisnis, hiburan, dan lain-lain.
3
4

Pendekatan ini dikenal juga dengan pendekatan formal atau pendekatan tradisional yang sesuai
juga dengan pendekatan "montagu SemanticPendekatan semacam ini dalam pembelajaran
dimulai dari rumusan-rumusan teoritis dan menggunakan metode klasik yang paling tua yaitu
tariqah al-Nahwi wa al-tarjamah (grammar and translation).
Pendekatan pembelajaran adalah tingkat pendirian filosofis mengenai bahasa, belajar,
dan mengajar. (Menurut al Naqah (2006) dalam Acep hermawan (2011), pendekatan pada
hakekatnya adalah sekumpulan asumsi tentang proses belajar mengajar yang dalam bentuk
pemikiran aksiomatis yang tak perlu diperdebatkan.
Metode Pembelajaran adalah tingkat perencanaan program yang bersifat menyeluruh yang
berhubungan erat dengan langkah-langkah penyampaian pelajaran secara prosedural, tidak saling
bertentangan, dan tidak bertentangan dengan pendekatan. ( Abd Rozaq, 2007 dalam Acep
hermawan2011). Teknik pembelajaran lebih bersifat aplikatif, karena itu sering disebut gaya
pembelajaran. Dikatakan demikian karena aspek ini bersentuhan langsung dengan kondisi nyata
seoarang guru dalam menjabarkan metode ke dalam langkah-langkah aplikatif.
\http://yaniaccount.blogspot.co.id/2013/07/dasar-dasar-linguistik-umum.html
Diaz,emanuel.1985.fungsi bahasa dan sikap bahasa.flores:amoldus
http://tyas-munaqo.blogspot.co.id/2012/09/leksikon-bahasa-arab.html
http://ipnu-ippnu-joho.blogspot.co.id/2013/05/dasar-dasr-teoritis-pengajaran-bahasa.html
http://andresyah24.blogspot.co.id/2015/02pembelajaran-bahasa-arab.html