KONSEP MUAMALAH DALAM ISLAM. docx

KONSEP MUAMALAH DALAM ISLAM
I. Pengertian
Fiqih Mumalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang berdasarkan
hukum-hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam kehidupannya yang diperoleh dari
dalil-dalil islam secara rinci. Ruang lingkup fiqih muamalah adalah seluruh kegiatan
muamalah manusia berdasarkan hokum-hukum islam yang berupa peraturan-peraturan yang
berisi perintah atau larangan seperti wajib,sunnah,haram,makruh dan mubah.hokum-hukum
fiqih terdiri dari hokum-hukum yang menyangkut urusan ibadah dalam kaitannya dengan
hubungan vertical antara manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia
lainnya.
Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang berarti
perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Kata-kata semacam ini
adalah kata kerja aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain
saling melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku tersebut saling menderita
dari satu terhadap yang lainnya.
Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan dapat pula
dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian muamlah;
Menurut Louis Ma’luf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan
dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain
sebagainya. Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah
peraturan-peraturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia, seperti

perdagangan dan semua mengenai kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan
dan yang berhubungan dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang
telah ditetapkan dasar-dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan
petunjuk bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara mereka.
Sedangkan dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu muamalah adalah
semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar
manfaat.
Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalah adalah segala
peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak
seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam sekitarnya.

FIQIH MUAMALAH

Fiqih Mumalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang berdasarkan hukumhukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam kehidupannya yang diperoleh dari dalildalil islam secara rinci. Ruang lingkup fiqih muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah
manusia berdasarkan hokum-hukum islam yang berupa peraturan-peraturan yang berisi
perintah atau larangan seperti wajib,sunnah,haram,makruh dan mubah.hokum-hukum fiqih
terdiri dari hokum-hukum yang menyangkut urusan ibadah dalam kaitannya dengan
hubungan vertical antara manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia
lainnya.
Ruang lingkup fiqih muamalah mencakup segala aspek kehidupan manusia, seperti

social,ekonomi,politik hokum dan sebagainya. Aspek ekonomi dalam kajian fiqih sering
disebut dalam bahasa arab dengan istilah iqtishady, yang artinya adalah suatu cara bagaimana
manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan membuat pilihan di antara berbagai
pemakaian atas alat pemuas kebutuhan yang ada, sehingga kebutuhan manusia yang tidak
terbatas dapat dipenuhi oleh alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
Sumber-sumber fiqih secara umum berasal dari dua sumber utama, yaitu dalil naqly yang
berupa Al-Quran dan Al-Hadits, dan dalil Aqly yang berupa akal (ijtihad). Penerapan sumber
fiqih islam ke dalam tiga sumber, yaitu Al-Quran, Al-Hadits,dan ijtihad.
Al-Quran
Al-Quran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan bahasa
arab yang memiliki tujuan kebaikan dan perbaikan manusia, yang berlaku di dunia dan
akhirat. Al-Quran merupakan referensi utama umat islam, termasuk di dalamnya masalah
hokum dan perundang-undangan.sebagai sumber hukum yang utama,Al-Quran dijadikan
patokan pertama oleh umat islam dalam menemukan dan menarik hukum suatu perkara
dalam kehidupan.
Al-Hadits
Al-Hadits adalah segala yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik berupa
perkataan,perbuatan,maupun ketetapan. Al-Hadits merupakan sumber fiqih kedua setelah AlQuran yang berlaku dan mengikat bagi umat islam.
Ijma’ dan Qiyas
Ijma’ adalah kesepakatan mujtahid terhadap suatu hukum syar’i dalam suatu masa setelah


wafatnya Rasulullah SAW. Suatu hukum syar’i agar bisa dikatakan sebagai ijma’, maka
penetapan kesepakatan tersebut harus dilakukan oleh semua mujtahid, walau ada pendapat
lain yang menyatakan bahwa ijma’ bisa dibentuk hanya dengan kesepakatan mayoritas
mujtahid saja. Sedangkan qiyas adalah kiat untuk menetapkan hukum pada kasus baru yang
tidak terdapat dalam nash (Al-Qur’an maupun Al-Hadist), dengan cara menyamakan pada
kasus baru yang sudah terdapat dalam nash.
PRINSIP DASAR FIQIH MUAMALAH
Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap dimensi kehidupan
manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini berusaha mendialektikkan nilai-nilai
ekonomi dengan nilai akidah atau pun etika. Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
manusia dibangun dengan dialektika nilai materialisme dan spiritualisme. Kegiatan ekonomi
yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materi, akan tetapi terdapat sandaran transendental
di dalamnya, sehingga akan bernilai ibadah. Selain itu, konsep dasar Islam dalam kegiatan
muamalah (ekonomi) juga sangat konsen terhadap nilai-nilai humanisme. Di antara kaidah
dasar fiqh muamalah adalah sebagai berikut :
Hukum asal dalam muamalat adalah mubah
Konsentrasi Fiqih Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
Menetapkan harga yang kompetitif
Meninggalkan intervensi yang dilarang

Menghindari eksploitasi
Memberikan toleransi
Tabligh, siddhiq, fathonah amanah sesuai sifat Rasulullah
KAIDAH FIQIH DALAM TRANSAKSI EKONOMI (MUAMALAH)
Kegiatan ekonomi merupakan salah satu dari aspek muamalah dari sistem Islam, sehingga
kaidah fiqih yang digunakan dalam mengidentifikasi transaksi-transaksi ekonomi juga
menggunakan kaidah fiqih muamalah. Kaidah fiqih muamalah adalah “al ashlu fil mua’malati
al ibahah hatta yadullu ad daliilu ala tahrimiha” (hukum asal dalam urusan muamalah adalah
boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Ini berarti bahwa semua hal yang
berhubungan dengan muamalah yang tidak ada ketentuan baik larangan maupun anjuran yang
ada di dalam dalil Islam (Al-Qur’an maupun Al-Hadist), maka hal tersebut adalah
diperbolehkan dalam Islam.
Kaidah fiqih dalam muamalah di atas memberikan arti bahwa dalam kegiatan muamalah yang

notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan kebebasan sebebas-bebasnya untuk
melakukan apa saja yang bisa memberikan manfaat kepada dirinya sendiri, sesamanya dan
lingkungannya, selama hal tersebut tidak ada ketentuan yang melarangnya. Kaidah ini
didasarkan pada Hadist Rasulullah yang berbunyi: “antum a’alamu bi ‘umurid dunyakum”
(kamu lebih tahu atas urusan duniamu). Bahwa dalam urusan kehidupan dunia yang penuh
dengan perubahan atas ruang dan waktu, Islam memberikan kebebasan mutlak kepada

manusia untuk menentukan jalan hidupnya, tanpa memberikan aturan-aturan kaku yang
bersifat dogmatis. Hal ini memberikan dampak bahwa Islam menjunjung tinggi asas
kreativitas pada umatnya untuk bisa mengembangkan potensinya dalam mengelola kehidupan
ini, khususnya berkenaan dengan fungsi manusia sebagai khalifatul-Llah fil ‘ardlh (wakil
Allah di bumi).
Efek yang timbul dari kaidah fiqih muamalah di atas adalah adanya ruang lingkup yang
sangat luas dalam penetapan hukum-hukum muamalah, termasuk juga hukum ekonomi. Ini
berarti suatu transaksi baru yang muncul dalam fenomena kontemporer yang dalam sejarah
Islam belum ada/dikenal, maka transaksi tersebut “dianggap” diperbolehkan, selama transaksi
tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip yang dilarang dalam Islam. Sedangkan transaksitransaksi yang dilarang dalam Islam adalah transaksi yang disebabkan oleh faktor:
Haram zatnya
Di dalam Fiqih Muamalah, terdapat aturan yang jelas dan tegas mengenai obyek transaksi
yang diharamkan, seperti minuman keras, daging babi, dan sebagainya. Oleh karena itu
melakukan transaksi yang berhubungan dengan obyek yang diharamkan tersebut juga
diharamkan. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih: “ma haruma fi’luhu haruma tholabuhu”
(setiap apa yang diharamkan atas obyeknya, maka diharamkan pula atas usaha dalam
mendapatkannya). Kaidah ini juga memberikan dampak bahwa setiap obyek haram yang
didapatkan dengan cara yang baik/halal, maka tidak akan merubah obyek haram tersebut
menjadi halal.
Haram selain zatnya

Beberapa transaksi yang dilarang dalam Islam yang disebabkan oleh cara bertransaksi-nya
yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip muamalah, yaitu: tadlis (penipuan), ikhtikar
(rekayasa pasar dalam supply), bai’ najasy (rekayasa pasar dalam demand), taghrir
(ketidakpastian), dan riba (tambahan).
Tidak sah
Segala macam transaksi yang tidak sah/lengkap akadnya, maka transaksi itu dilarang dalam

Islam. Ketidaksah/lengkapan suatu transaksi bisa disebabkan oleh: rukun (terdiri dari pelaku,
objek, dan ijab kabul) dan syaratnya tidak terpenuhi, terjadi ta’alluq (dua akad yang saling
berkaitan), atau terjadi two in one (dua akad sekaligus). Ta’alluq terjadi bila kita dihadapkan
pada dua akad yang saling dikaitkan, di mana berlakunya akad pertama tergantung pada akad
kedua. Yang seperti ini, terjadi bila suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus sehingga
terjadi ketidakpastian (grarar) akad mana yang harus digunakan.maka transaksi ini dianggap
tidak sah.
KONSEP AQAD FIQIH EKONOMI (MUAMALAH)
Setiap kegiatan usaha yang dilakukan manusia pada hakekatnya adalah kumpulan transaksitransaksi ekonomi yang mengikuti suatu tatanan tertentu. Dalam Islam, transaksi utama
dalam kegiatan usaha adalah transaksi riil yang menyangkut suatu obyek tertentu, baik obyek
berupa barang ataupun jasa. kegiatan usaha jasa yang timbul karena manusia menginginkan
sesuatu yang tidak bisa atau tidak mau dilakukannya sesuai dengan fitrahnya manusia harus
berusaha mengadakan kerjasama di antara mereka. Kerjasama dalam usaha yang sesuai

dengan prinsip-prinsip Syariah pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam:
Bekerja sama dalam kegiatan usaha, dalam hal ini salah satu pihak dapat menjadi pemberi
pembiayaan dimana atas manfaat yang diperoleh yang timbul dari pembiayaan tersebut dapat
dilakukan bagi hasil. Kerjasama ini dapat berupa pembiayaan usaha 100% melalui akad
mudharaba maupun pembiayaan usaha bersama melalui akad musyaraka.
Kerjasama dalam perdagangan, di mana untuk meningkatkan perdagangan dapat diberikan
fasilitas-fasilitas tertentu dalam pembayaran maupun penyerahan obyek. Karena pihak yang
mendapat fasilitas akan memperoleh manfaat, maka pihak pemberi fasilitas berhak untuk
mendapatjan bagi hasil (keuntungan) yang dapat berbentuk harga yang berbeda dengan harga
tunai.
Kerja sama dalam penyewaan asset dimana obyek transaksi adalah manfaat dari penggunaan
asset.
Kegiatan hubungan manusia dengan manusia (muamalah) dalam bidang ekonomi menurut
Syariah harus memenuhi rukun dan syarat tertentu. Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dan
menjadi dasar terjadinya sesuatu, yang secara bersama-sama akan mengakibatkan keabsahan.
Rukun transaksi ekonomi Syariah adalah:
1. Adanya pihak-pihak yang melakukan transaksi, misalnya penjual dan pembeli, penyewa
dan pemberi sewa, pemberi jasa dan penerima jasa.
2. Adanya barang (maal) atau jasa (amal) yang menjadi obyek transaksi.


3. Adanya kesepakatan bersama dalam bentuk kesepakatan menyerahkan (ijab) bersama
dengan kesepakatan menerima (kabul).
Disamping itu harus pula dipenuhi syarat atau segala sesuatu yang keberadaannya menjadi
pelengkap dari rukun yang bersangkutan. Contohnya syarat pihak yang melakukan transaksi
adalah cakap hukum, syarat obyek transaksi adalah spesifik atau tertentu, jelas sifat-sifatnya,
jelas ukurannya, bermanfaat dan jelas nilainya.
Obyek transaksi menurut Syariah dapat meliputi barang (maal) atau jasa, bahkan jasa dapat
juga termasuk jasa dari pemanfaatan binatang. Pada prinsipnya obyek transaksi dapat
dibedakan kedalam:
1. obyek yang sudah pasti (ayn), yaitu obyek yang sudah jelas keberadaannya atau segera
dapat diperoleh manfaatnya.
2. obyek yang masih merupakan kewajiban (dayn), yaitu obyek yang timbul akibat suatu
transaksi yang tidak tunai.
Secara garis besar aqad dalam fiqih muamalah adalah sebagai berikut :
1. aqad mudharaba
Ikatan atau aqad Mudharaba pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan atau pencampuran
berupa hubungan kerjasama antara Pemilik Usaha dengan Pemilik Harta
2. aqad musyarakah
Ikatan atau aqad Musyaraka pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan atau pencampuran
antara para pihak yang bersama-sama menjadi Pemilik Usaha,

3. aqad perdagangan
Aqad Fasilitas Perdagangan, perjanjian pertukaran yang bersifat keuangan atas suatu
transaksi jual-beli dimana salah satu pihak memberikan fasilitas penundaan pembayaran atau
penyerahan obyek sehingga pembayaran atau penyerahan tersebut tidak dilakukan secara
tunai atau seketika pada saat transaksi.
4. aqad ijarah
Aqad Ijara, adalah aqad pemberian hak untuk memanfaatkan Obyek melalui penguasaan
sementara atau peminjaman Obyek dgn Manfaat tertentu dengan membayar imbalan kepada
pemilik Obyek. Ijara mirip dengan leasing namun tidak sepenuhnya sama dengan leasing,
karena Ijara dilandasi adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan
kepemilikan.
Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan dahwa Fiqih
Muamalah merupakan ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia

akhirat). Perilaku manusia di sini berkaitan dengan landasan-landasan syariah sebagai
rujukan berperilaku dan kecenderungan-kecenderungan dari fitrah manusia. Kedua hal
tersebut berinteraksi dengan porsinya masing-masing sehingga terbentuk sebuah mekanisme
ekonomi (muamalah) yang khas dengan dasar-dasar nilai ilahiyah.
Kewajiban Mempelajari Fikih Muamalah (Fikih Ekonomi)


Ditulis oleh Agustianto
Islam adalah agama yang sempurna (komprehensif) yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia, baik aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah. Salah satu ajaran yang sangat
penting adalah bidang muamalah/ iqtishadiyah (Ekonomi Islam). Kitab-kitab Islam tentang
muamalah (ekonomi Islam) sangat banyak dan berlimpah, Jumlahnya lebih dari seribuan
judul buku. Para ulama tidak pernah mengabaikan kajian muamalah dalam kitab-kitab fikih
mereka dan dalam halaqah (pengajian-pengajian) keislaman mereka. Seluruh Kitab Fiqh
membahas fiqh ekonomi. Bahkan cukup banyak para ulama yang secara khusus membahas
ekonomi Islam, seperti kitab Al-Amwal oleh Abu Ubaid, Kitab Al-Kharaj karangan Abu
Yusuf, Al-Iktisab fi Rizqi al-Mustathab oleh Hasan Asy-Syaibani, Al-Hisbah oleh Ibnu
Taymiyah, dan banyak lagi yang tersebar di buku-buku Ibnu Khaldun, Al-Maqrizi, AlGhazali, dan sebagainya.
Namun dalam waktu yang panjang, materi muamalah (ekonomi Islam) cenderung diabaikan
kaum muslimin, padahal ajaran muamalah bagian penting dari ajaran Islam, akibatnya,
terjadilah kajian Islam parsial (sepotong-sepotong). Padahal orang-orang beriman
diperintahkan untuk memasuki Islam secara kaffah (menyeluruh).
‫طياأ طي شططها ال ش طنذيطن طءاطمطنوا ايدطخطلوا نفي النشسل ينم طكآشفطةة طول ط تطتش طنبطعوا طخطططوانت ال ش طشي يططانن‬
‫عطدشوو شطمنبيطن‬
‫نإن ش ططه ل طك طيم ط‬
”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh

(kaffah) . Jangan ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata
bagimu. (QS.Al-Baqarah 208).
Akibat lainnya, ialah ummat Islam tertinggal dalam ekonomi dan banyak kaum muslimin
yang melanggar prinsip ekonomi Islam dalam mencari nafkah hidupnya, seperti riba, maysir,

gharar, haram, batil, dsb.

Ajaran muamalah adalah bagian paling penting (dharuriyat) dalam ajaran Islam. Dalam kitab
Al-Mu’amalah fil Islam, Dr. Abdul Sattar Fathullah Sa’id mengatakan :

‫ومن ضرورات هذا الجتماع النسان وجود معاملت ما بين أفراده و جماعته‬
‫ولذالك جاءت الشريعة اللهية لتنظيم هذه المعاملت وتحقيق مقصودها والفصل بينهم‬
Artinya :
Di antara unsur dharurat (masalah paling penting) dalam masyarakat manusia adalah
“Muamalah”, yang mengatur hubungan antara individu dan masyarakat dalam kegaiatan
ekonomi. Karena itu syariah ilahiyah datang untuk mengatur muamalah di antara manusia
dalam rangka mewujudkan tujuan syariah dan menjelaskan hukumnya kepada mereka
Menurut ulama Abdul Sattar di atas, para ulama sepakat tentang mutlaknya ummat Islam
memahami dan mengetahui hukum muamalah maliyah (ekonomi syariah)
‫قد أتفق العلماء على أن المعاملت نفسها ضرورة بشرية‬
Artinya :
Ulama sepakat bahwa muamalat itu sendiri adalah masalah kemanusiaan yang maha penting
(dharuriyah basyariyah)
Fardhu ‘Ain
Husein Shahhathah (Al-Ustaz Universitas Al-Azhar Cairo) dalam buku Al-Iltizam bi
Dhawabith asy-Syar’iyah fil Muamalat Maliyah (2002) mengatakan, “Fiqh muamalah
ekonomi, menduduki posisi yang sangat penting dalam Islam. Tidak ada manusia yang tidak
terlibat dalam aktivitas muamalah, karena itu hukum mempelajarinya wajib ‘ain (fardhu) bagi
setiap muslim.
Husein Shahhatah, selanjutnya menulis, “Dalam bidang muamalah maliyah ini, seorang
muslim berkewajiban memahami bagaimana ia bermuamalah sebagai kepatuhan kepada
syari’ah Allah. Jika ia tidak memahami muamalah maliyah ini, maka ia akan terperosok
kepada sesuatu yang diharamkan atau syubhat, tanpa ia sadari. Seorang Muslim yang

bertaqwa dan takut kepada Allah swt, Harus berupaya keras menjadikan muamalahnya
sebagai amal shaleh dan ikhlas untuk Allah semata” Memahami/mengetahui hukum
muamalah maliyah wajib bagi setiap muslim, namun untuk menjadi expert (ahli) dalam
bidang ini hukumnya fardhu kifayah
Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Khattab berkeliling pasar dan berkata :
‫ل يبع في سوقنا ال من قد تفقه في الدين‬
“Tidak boleh berjual-beli di pasar kita, kecuali orang yang benar-benar telah mengerti fiqh
(muamalah) dalam agama Islam” (H.R.Tarmizi)
Berdasarkan ucapan Umar di atas, maka dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa umat Islam :
Tidak boleh beraktifitas bisnis, kecuali faham tentang fikih muamalah
Tidak boleh berdagang, kecuali faham fikih muamalah
Tidak boleh beraktivitas perbankan, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas asuransi, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas pasar modal, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas koperasi, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas pegadaian, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas reksadana, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas bisnis MLM,kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas jual-beli, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh bergiatan ekonomi apapun, kecuali faham fiqh muamalah
Sehubungan dengan itulah Dr.Abdul Sattar menyimpulkan :
‫ومن هنا يتضح أن المعاملت هي من لب مقاصد الدينية لصلح الحياة البشرية ولذالك دعا اليها الرسل من قديم‬
‫باعتيارها دينا ملزما لخيار لحد فيه‬.
Artinya : Dari sini jelaslah bahwa “Muamalat” adalah inti terdalam dari tujuan agama Islam
untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan manusia. Karena itu para Rasul terdahulu
mengajak umat (berdakwah) untuk mengamalkan muamalah, karena memandangnya sebagai
ajaran agama yang mesti dilaksanakan, Tidak ada pilihan bagi seseorang untuk tidak
mengamalkannya.(Hlm.16)

Dalam konteks ini Allah berfirman :
‫خي يرر طونإنشني‬
‫عبططدوا اللطه طمال ط ط‬
‫كم نشمين نإل طنه ط‬
‫غي يطرطه طول ططتنطقطصوا ال ينمك يطياطل طوال ينميطزاطن نإنشني أ ططراطكم نب ط‬
‫طونإلطى طميدي ططن أ ط ط‬
‫خاطهيم طشطعي يةبا طقاطل طياطقيونم ا ي‬
‫خطسوا ال شطناطس أ طيشطيآطءطهيم طول طتطيعثطيوا نفي‬
‫{ طوطياطقيونم أ طيوطفوا ال ينمك يطياطل طوال ينميطزاطن نبال ينقيسنط طول طتطبي ط‬84} ‫ب ي طيورم شطمنحيرط‬
‫عل طي يك طيم ط‬
‫أ ططخاطف ط‬
‫عطذا ط‬

‫ا يل طيرنض طميفنسنديطن‬
Artinya :

‘Dan kepada penduduk Madyan, Kami utus saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata, “Hai
Kaumku sembahlah Allah, sekali-kali Tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan Janganlah kamu
kurangi takaran dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik.
Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)”.
Dan Syu’aib berkata,”Hai kaumku sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.
Janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Hud : 84,85)
Dua ayat di atas mengisahkan perdebatan kaum Nabi Syu’aib dengan umatnya yang
mengingkari agama yang dibawanya. Nabi Syu’aib mengajarkan I’tiqad dan iqtishad (aqidah
dan ekonomi). Nabi Syu’aib mengingatkan mereka tentang kekacauan transaksi muamalah
(ekonomi) yang mereka lakukan selama ini.
Al-Quran lebih lanjut mengisahkan ungkapan umatnya yang merasa keberatan diatur
transaksi ekonominya.
‫ب أ ططصل ططواتططك تطأ يطمرطك طأن ن ش طتيرطك ماي طيعبططد ءاطبآطؤطنآ أ طيو طأن ن ش طيفطعطل نفي أ طيمطوالنطنا مان ططشاطؤا نإن ش ططك ط‬
‫حنليطم ال شطرنشيطد‬
‫ت ال ي ط‬
‫لن ط‬
‫طقاطلوا طياطشطعي ي ط‬
‫ط‬
‫ط‬
‫ط‬
‫ط ط‬
Artinya :
Mereka berkata, “Hai Syu’aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kamu
meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyangmu atau melarang kami memperbuat
apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang
penyantun lagi cerdas”.
Ayat ini berisi dua peringatan penting, yaitu aqidah dan muamalah
 Ayat ini juga menjelaskan bahwa pencarian dan pengelolaan rezeki (harta) tidak boleh
sekehendak hati, melainkan mesti sesuai dengan kehendak dan tuntunan Allah, yang disebut
dengan syari’ah.

Aturan Allah tentang ekonomi disebut dengan ekonomi syariah. Umat manusia tidak boleh
sekehendak hati mengelola hartanya, tanpa aturan syari’ah. Syariah misalnya secara tegas
mengharamkan bunga bank. Semua ulama dunia yang ahli ekonomi Islam (para professor dan
Doktor) telah ijma’ mengharamkan bunga bank. (Baca tulisan Prof.Yusuf Qardhawi, Prof
Umar Chapra, Prof.Ali Ash-Sjabuni, Prof Muhammad Akram Khan). Tidak ada perbedaan
pendapat pakar ekonomi Islam tentang bunga bank. Untuk itulah lahir bank-bank Islam dan
lembaga-lembaga keuangan Islam lainnya. Jika banyak umat Islam yang belum faham
tentang bank syariah atau secara dangkal memandang bank Islam sama dengan bank
konvensianal, maka perlu edukasi pembelajaran atau pengajian muamalah, agar tak muncul
salah faham tentang syariah.
Muamalah adalah Sunnah Para Nabi
Berdasarkan ayat-ayat di atas, Syekh Abdul Sattar menyimpulkan bahwa hukum muamalah
adalah sunnah para Nabi sepanjang sejarah.
‫وهذه سنة مطردة في النبياء عليهم السلم كما قال تعالى‬
Artinya : Muamalah ini adalah sunnah yang terus-menerus dilaksanakan para Nabi AS,
(hlm.16), sebagaimana firman Allah
‫ل ططقيد أ طيرسل يطنا طرسل ططنا نبال يبط ني شطنا ن ط‬
‫ب طوال ينميطزاطن لني ططقوطم ال شطناطس نبال ينقيسنط‬
‫ط‬
‫ط‬
‫ت طوأنطزل يطنا طمطعطهطم ال ينكطتا ط‬
Artinya :
Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti yang nyata dan
telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca keadilan supaya manusia dapat
menegakkan keadilan itu.
Pengertian Muamalah
Pengertian muamalah pada mulanya memiliki cakupan yang luas, sebagaimana dirumuskan
oleh Muhammad Yusuf Musa, yaitu Peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan dita’ati
dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia”. Namun belakangan ini
pengertian muamalah lebih banyak dipahami sebagai“Aturan-aturan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan manusia dalam memperoleh dan mengembangkan harta
benda”atau lebih tepatnya “aturan Islam tentang kegiatan ekonomi manusia”

Ruang Lingkup Muamalah
1. Harta, Hak Milik, Fungsi Uang dan ’Ukud )akad-akad)
2. Buyu’ (tentang jual beli)
3. Ar-Rahn (tentang pegadaian)
4. Hiwalah (pengalihan hutang)
5. Ash-Shulhu (perdamaian bisnis)
6. Adh-Dhaman (jaminan, asuransi)
7. Syirkah (tentang perkongsian)
8. Wakalah (tentang perwakilan)
9. Wadi’ah (tentang penitipan)
10. ‘Ariyah (tentang peminjaman)
11. Ghasab (perampasan harta orang lain dengan tidak shah)
12. Syuf’ah (hak diutamakan dalam syirkah atau sepadan tanah)
13. Mudharabah (syirkah modal dan tenaga)
14. Musaqat (syirkah dalam pengairan kebun)
15. Muzara’ah (kerjasama pertanian)
16. Kafalah (penjaminan)
17. Taflis (jatuh bangkrut)
18. Al-Hajru (batasan bertindak)
19. Ji’alah (sayembara, pemberian fee)
20. Qaradh (pejaman)
21. Ba’i Murabahah
22. Bai’ Salam
23. Bai Istishna’
24. Ba’i Muajjal dan Ba’i Taqsith
25. Ba’i Sharf dan transaksi valas
26. ’Urbun (panjar/DP)
27. Ijarah (sewa-menyewa)
28. Riba, konsep uang dan kebijakan moneter
29. Shukuk (surat utang atau obligasi)
30. Faraidh (warisan)
31. Luqthah (barang tercecer)
32. Waqaf

33. Hibah
34. Washiat
35. Iqrar (pengakuan)
36. Qismul fa’i wal ghanimah (pembagian fa’i dan ghanimah)
37. ‫ط‬Qism ash-Shadaqat (tentang pembagian zakat)
38. Ibrak (pembebasan hutang)
39. Muqasah (Discount)
40. Kharaj, Jizyah, Dharibah,Ushur
41. Baitul Mal dan Jihbiz
42. Kebijakan fiskal Islam
43. Prinsip dan perilaku konsumen
44. Prinsip dan perilaku produsen
45. Keadilan Distribusi
46. Perburuhan (hubungan buruh dan majikan, upah buruh)
47. Jual beli gharar, bai’ najasy, bai’ al-‘inah, Bai wafa, mu’athah, fudhuli, dll.
48. Ihtikar dan monopoli
49. Pasar modal Islami dan Reksadana
50. Asuransi Islam, Bank Islam, Pegadaian, MLM, dan lain-lain
http://imam-buitenzorg.blogspot.co.id/2015/04/konsep-muamalah-dalam-islam.html
imam buitenzorg