MENGAPA HARUS KE SMA docx

MENGAPA HARUS KE SMA ???
Oleh: Prof. Dr. Jalius Jama, M.Ed
Dosen Fak Teknik dan Pasacasarjana UNP. —A. PENGANTAR
Setiap akhir tahun ajaran para orang tua disibukkan oleh urusan
persekolahan anak-anak mereka. Urusan yang lebih besar terjadi bila
menghadapi masalah peralihan jenjang dari SD ke SLTP dan seterusnya
ke SLTA, karena sesungguhnya ada sebuah keputusan yang harus dibuat
menyangkut masa depan anak. Namun bagi umumnya orang tua, yang
penting adalah bagaimana si anak dapat melanjutkan sekolah, kalau bisa
ya pada sekolah negeri yang bagus. Belum terlintas pada pikiran orang
tua tentang karir dan masa depan anak-anak.
Fenomena yang menarik pada artikel ini adalah peralihan dari jenjang
khususnya dari SLTP ke SLTA yang sudah mulai erat kaitannya dengan
karir masa depan anak. Jenjang SLTP yang dalam sistem pendidikan
nasional berbentuk SMP dan M.Ts. Dalam memilih lebih banyak
merupakan oleh pilihan orang tua dari pada pilihan anak. Kenyataan
yang terlihat dimana-mana adalah anak-anak mereka ramai-ramai masuk
ke SMA tanpa tahu mengapa harus masuk SMA. Sangat sedikit
jumlahnya yang melanjutkan studi ke Sekolah Kejuruan (SMK).
Perbandingannya cukup fantastis. Secara nasional, menurut data di
Depdiknas, prosentase peminat SMK kecil dari 5%. Hanya ada di empat

provinsi (DKI, Jawa Barat, Jateng, Jatim) peminat lulusan SLTP
melanjutkan ke SMK di atas 10%. Selebihnya sangat mengharukan,
karena di sebagian besar daerah, peminat masuk SMK di bawah 2%.
Berdasarkan pengamatan kasat mata, kenyataan yang terlihat di setiap
kota hanya ada dua atau tiga SMK saja yang memiliki siswa sesuai
dengan daya tampung. Umumnya merupakan SMK Negeri yang dapat
perhatian khusus dari Diknas. Sisanya merupakan SMK yang
memprihatinkan dan kelihatannya tidak terurus. Kondisi ini bermula
sejak sepuluh tahun terakhir dan semakin hari semakin memprihatinkan.
Jumlah siswa yang kecil sangat mempengaruhi pengelolaan, dan ibarat
penyakit, seperti tidak terobati. Bagi sekolah swasta, sumber dana satusatunya adalah dari siswa yang semakin hari semakin susut. Honor guru
dan pengelola semakin kecil dan tentu saja, kualitas pendidikan yang
memang sudah rendah semakin tidak pernah dibicarakan lagi, pasrah.
Mengapa kejadiannya sampai demikian? Masyarakat yang
pemahamannya rata-rata pada tingkat awam, melihat bahwa anak-anak
yang tamat SMK umumnya tidak memiliki ketrampilan untuk memasuki
dunia kerja, di samping peluang kerja itu sendiri juga semakin sulit. Jadi,
untuk apa masuk SMK, kan lebih baik SMA saja. Bila kita menggunakan
logika hukum sebab akibat, maka fenomena “ramai-ramai ke SMA”


hanyalah akibat saja dari sejumlah sebab. Berangkat dari asumsi bahwa
kita semua setuju pentingnya peran SMK dalam mempersiapkan tenaga
kerja yang trampil, mendidik anak-anak untuk mandiri, menurunkan
angka pengangguran, mengurangi angka kejahatan dan meningkatkan
pemasukan pajak untuk negara, maka perlu dilakukan analisis untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab, dan pada gilirannya dapat
dirancang program-program apakah yang perlu dilakukan untuk menata
masa depan pendidikan kejuruan di Indonesia.
B. Masalah Pendidikan Kejuruan
Meskipun pendidikan kejuruan di negara kita sudah dimulai lebih seabad
yang Design pendidikan kejuruan oleh karena itu, tidak pernah terlihat
posisi pendidikan kejuruan dalam pembangunan nasional dan dalam
pembangunan pendidikan. Bila anda berkunjung ke kantor Diknas
provinsi ataupun Kab./Kota anda tidak lagi menemukan direktorat
Dikmenjur karena sudah diciutkan menjadi bagian kecil saja dari
pendidikan (umum) menengah. Mungkin cukup diurus secara sambilan
oleh tenaga yang tidak perlu memahami apakah itu substansi kejuruan.
Pendidikan kejuruan adalah sekolah dengan biaya mahal, karena untuk
mendidik siswa yang trampil dibutuhkan peralatan dan bahan,
laboratorium dan bengkel kerja. Para guru dan instruktur praktek harus

trampil lahir dan batin dan perlu secara berkala meng-update
ketrampilan dan pengetahuannya di dunia kerja. Perlu pula menjalin
hubungan kerjasama dengan pihak industri dan dunia kerja, serta
berbagai urusan lainnya, yang semuanya merupakan tanggung jawab
pemerintah/Diknas. Bila berbagai masalah internal persekolahan
kejuruan dibenahi, maka reputasi pendidikan kejuruan secara berangsur
dapt dikembalikan.
Sebuah masalah krusial lain sebagai penyebab sulitnya mengurus
pendidikan kejuruan adalah kurangnya dukungan pemerintah dalam hal
kewajiban dunia usaha untuk ikut bertanggungjawab atas atas
penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Di semua negara maju ada
undang-undang pendidikan kejuruan (Vocational Acts) yang mengatur
dan melindungi fungsi dan tugas dunia industri terhadap pendidikan
kejuruan. Kita hanya punya CSR (Corporate Social Responsibility) yang
bersifat sukarela perusahaan atas kehidupan sosial di sekitarnya. CSR
bagi banyak perusahaan dianggap musuh utama dari tujuan pokok
perusahaan yaitu mencari keuntungan sebesar-besarnya. Sejumlah SMK
maju memang sudah berhasil menjalin kerjasama dengan perusahaan
besar maupun kecil.
C. Rekomendasi

Sesungguhnya, tidak ada cara singkat untuk menyelesaikan pendidikan
kejuruan. Untuk bisa keluar dari kemelut pendidikan kejuruan, maka ada
beberapa strategi yang dapat disarankan. Rekomendasi ini sejalan

dengan kebijakan baru Depdiknas yang dalam waktu dekat (2007) ini
akan meningkatkan jumlah siswa SMK yang pada masa sekarang 3 siswa
SMK berbanding 7 siswa SMA menjadi 6 siswa SMK dan 4 Siswa SMA.
Beberapa saran dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Perbaiki SMK Negeri dan Swasta yang ada saat ini secara total,
mulai dari kurikulum, tenaga pendidik, dana operasional, fasilitas,
dan manajemen persekolahan. Kerjasama dengan pihak industri
dan organisasi profesi perlu ditingkatkan melalui kebijakan daerah
(Perda) sehingga kewajiban bersama pemerintah dan masyarakat
dapat diwujudkan Kerjasama juga perlu diadakan dengan
penunjukan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan sebagai
perguruan tinggi pembina.
2. Pada jenjang SLTP diperlukan program bimbingan karir, agar siswa
SLTP dan para orang tua memahami tersedianya sekolah alternatif
pada jenjang SLTA yang tidak kalah pentingnya dalam menjalani
kehidupan kelak bila anak sudah dewasa. Kegiatan open house oleh

pihak SMK dan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan kejuruan
dengan mengundang siswa SLTP dlaksanakan secara terprogram
dan menarik. Diharapkan tidak lagi terjadi ramai-ramai ke SMA
tanpa tahu mengapa ke SMA.
3. Setiap pendirian SMK baru harus disertai studi kelayakan yang
benar agar jenis program yang dibuka benar-benar sejalan dengan
potensi unggulan daerah. Bahkan perlu dikaji ulang keberadaan
SMK yang sudah ada saat ini apakah masih layak, sejalan dan akan
berkontribusi dengan pembangunan daerah. Berbagai inovasi
program perlu dilakukan untuk merespon perkembangan teknologi.
4. Untuk menambah jumlah siswa kejuruan, di SMA dapat dibuka
program kejuruan, seperti Akuntansi, Perhotelan, Pariwisata,
Busana, Boga, Komputer dan Sistem Informatika.
5. Bagi tamatan SMK yang belum memiliki ketrampilan siap pakai,
perlu dirancang program bridging, kursus singkat dan padat
namun mampu mempersiapkan mereka untuk terjun ke dunia
kerja. Program ini dilakukan di SMK dan merupakan bagian
integral dari program sekolah.
Diharapkan program dan rekomendasi di atas dapat mengurangi arus
ramai-ramai ke SMA tenpa tahu mengapa harus ke SMA. Demikianlah

sumbangan pikiran tentang pendidikan kejuruan dalam rangka
mendukung kebijakan Mendiknas tentang ektensifikasi SMK 2007,
semoga berhasil.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

15 165 84

Hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi di kelas X SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan

16 134 101

Pembangunan aplikasi e-learning sebagai sarana penunjang proses belajar mengajar di SMA Negeri 3 Karawang

8 89 291

HUBUNGAN ANTARA KELENTUKAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN BACK OVER DALAM SENAM PADA SISWA SMA NEGERI 05 BANDAR LAMPUNG

0 42 1

BAHASA PADA SURAT DINAS BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

7 85 1

EFEKTIVITAS MEDIA PENYAMPAIAN PESAN PADA KEGIATAN LITERASI MEDIA (Studi pada SMA Negeri 2 Bandar Lampung)

15 96 159

SIKAP MASYARAKAT KOTA PALEMBANG TERHADAP PEMINDAHAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PASAR 16 ILIR PALEMBANG KE PASAR RETAIL JAKABARING

4 84 128

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82