PENGGUNAAN METODE ROLE PLAY UNTUK MENING

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan berbagai pro kontra yang mengiringi pelaksanaannya,
Ujian Nasional masih merupakan standar baku evaluasi untuk peningkatan
mutu pendidikan siswa secara nasional di Indonesia.
Oleh karena itu, untuk mempersiapkan siswanya menghadapi UN
tersebut, pihak sekolah melakukan berbagai upaya agar jumlah kelulusan
meningkat atau untuk mengurangi presentase ketidaklulusan disekolah
masing-masing, antara lain dengan memberikan pelajaran tambahan diluar
jam sekolah untuk kelas III SMA/ MA.
Secara umum, hasil Ujian Nasional yang telah kita laksanakan
menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Kota Bima sendiri menempati
urutan delapan dari 10 kabupaten/ kota yang ada di Nusa Tenggara Barat.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora)
NTB Lalu Syafi'I, persentase kelulusan kota Bima mencapai 97,27 persen,
Jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 28 orang dari 1.025 orang peserta.
Persentase ini meningkat 7,24 persen jika dibandingkan hasil Ujian
Nasional pada 2010 yang mencapai 90,03 persen (Republika,15 Mei
2011).
Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Dikmen) Dikpora Kota

Bima Drs. Abdul Azis seperti dikutip dari Lombok Post (18 Mei 2011)
menyatakan, persentase kelulusan tertinggi di kota Bima diraih Madrasah
Aliyah, dengan persentase kelulusan mencapai 100 persen. Dari jumlah
1.657 siswa yang mengikuti Ujian Nasional, hampir seluruhnya lulus,
kecuali salah seorang siswa dari MAN 1 Kota Bima, menyusul pada
urutan kedua peserta dari SMA. Jumlah peserta Ujian Nasional sebanyak
2.516 orang, yang tidak lulus hanya enam orang, yakni dua orang dari
SMAN 2 dan empat orang dari SMAN 5, ditambah 18 orang siswa tidak
mengikuti Ujian Nasional. Sedangkan tingkat kelulusan SMK mencapai

1

97,27 persen. Peserta Ujian Nasional pada SMK sebanyak 1.096 orang,
tidak lulus 27 orang, kemudian ada 20 orang tidak ikut ujian.
Dari data diatas, kita patut berbangga dengan meningkatnya
persentase kelulusan tersebut. Namun, yang perlu menjadi perhatian kita
bersama, apakah peningkatan persentase tersebut berbanding lurus dengan
kemampuan siswa mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh dibangku
sekolah dalam kehidupan sehari-hari mereka dimasyarakat?
Pada Ujian Nasional 2010/2011 mata pelajaran bahasa Inggris yang

merupakan

salah

satu

mata

pelajaran

yang

diujikan,

sangat

menitikberatkan pada kemampuan membaca/ reading skill. Sebagai
akibatnya, kebanyakan guru bahasa Inggris akhirnya menitikberatkan
penguasaan reading pada proses pembelajaran bahasa Inggris, sehingga
berakibat pada kurangnya porsi untuk mengajarkan tiga skill bahasa

Inggris yang lainnya, salah satunya kemampuan berbicara/ speaking skill.
Speaking skill menjadi sangat penting karena speaking/ berbicara
adalah sarana utama komunikasi manusia. Speaking membantu kita
menyampaikan ide, pikiran, saran, komentar, dan hal lain dengan cara
paling alami, dan merupakan cara komunikasi yang paling efektif
(wiki.answers.com). Dengan berbicara, manusia dapat mengutarakan apa
yang ada dalam pikirannya secara langsung tanpa membutuhkan waktu
lama jika dibandingkan dengan menggunakan media lain. Sebagai bahan
pembanding, kita dapat mengambil contoh dalam suatu percakapan, kita
menggunakan bahasa tulis, maka akan banyak kertas yang terbuang, dan
komunikasi dengan sejenis ini selain akan mengkonsumsi banyak waktu,
juga hasil atau tujuan yang ingin dicapai tidak akan maksimal.
Mengingat pentingnya speaking skill tersebut, maka proses
pengajarannya juga menjadi sangat penting. Namun, kenyataannya masih
banyak siswa yang belum bisa berbicara dalam bahasa Inggris, meskipun
bahasa Inggris telah diajarkan sejak usia dini. Hal ini dapat diakibatkan
oleh banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan atau efektivitas
proses pembelajaran itu sendiri, antara lain: kinerja guru dan manajemen

2


kepala sekolah (Rofiah, 2006), peningkatan proses belajar mengajar (eduarticles, 2010), dan lain-lain. Faktor lain yang mengakibatkan kurang
efektifnya

proses

pembelajaran

sehingga

siswa

tidak

mampu

mengaplikasikan pelajaran yang telah mereka diterima di sekolah dalam
kehidupan sehari-hari adalah penggunaan metode pembelajaran yang
kurang atau tidak efektif.
Terdapat banyak strategi atau metode yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Namun, perlu pula diingat
bahwa metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar harus
memperhatikan berbagai hal, antara lain ketersediaan fasilitas, dan
efektifitasnya. Oleh karena itu, perlu dicari metode yang memenuhi paling
tidak dua syarat diatas.

B. MAKSUD DAN TUJUAN
Dengan memperhatikan latar belakang permasalahan diatas, kami
bermaksud menyusun karya tulis dengan tujuan mencari dan menentukan
salah satu strategi atau metode pengajaran yang efektif berdasarkan
berbagai literatur yang dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran
speaking.
C. RUMUSAN MASALAH
Untuk membatasi pembahasan, maka karya tulis ini hanya akan
mencari dan menentukan salah satu strategi atau metode pengajaran yang
efektif berdasarkan berbagai literatur yang dapat meningkatkan efektifitas
pembelajaran speaking.

3


BAB II
PEMBAHASAN
A. KEADAAN YANG SEKARANG
Guru sebagai ujung tombak pendidikan bertanggung jawab
mencetak generasi masa depan atau sumber daya manusia yang dapat
bersaing dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
dalam kaitannya guru memiliki berbagai tugas. Dalam Undang-undang
Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru sebagai tenaga
profesional berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (depdiknas,
2003).
Memperhatikan fungsi guru di atas, maka guru diharapkaan dapat
menjadi agen pembelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan
kualitas pendidikan Indonesia. Hal tersebut berarti guru harus berinsiatif
untuk mencari dan menemukan cara atau metode yang tepat yang dapat
digunakan oleh guru dalam penyampaian materi, sehingga proses
pembelajaran menjadi efektif.
Banyak cara atau metode yang digunakan oleh guru untuk
mencapai keefektifan dalam proses belajar mengajar tersebut, begitu pula
dengan guru bahasa Inggris. Beberapa metode yang telah diuji-cobakan

dalam pengajaran speaking antara lain yang dilakukan oleh Susi
Riwidiansih

(2009)

dengan

menggunakan

metode

“collaborative

teaching”. Selain itu, beberapa metode atau kegiatan dapat digunakan
untuk meningkatkan kemampuan speaking siswa, antara lain yang
dijabarkan oleh Kayi (2006), yaitu:
1. Discussion/ diskusi
Setelah pelaksanaan proses belajar mengajar, diskusi dapat dilakukan
dengan berbagai tujuan. dengan pelaksanaan diskusi, siswa dapat berbagi
ide, membuat suatu kesimpulan, ataupun mencari pemecahan masalah/

solusi. Perlu diingat, sebelum melakukan diskusi siswa perlu diberi

4

pengarahan akan tujuan diskusi itu sendiri agar siswa tidak mengobrol
selama diskusi dan melupakan tujuan utama dilakukannya diskusi.
2. Role play/ bermain peran
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
speaking anak adalah dengan cara bermain peran. Dalam kegiatan ini, guru
memberikan informasi pada siswa, seperti siapa mereka dan bagaimana
perasaan mereka. Lalu guru selanjutnya dapat memberikan instruksi
seperti: “anda adalah seorang dokter, dan anda seorang pasien datang
menemui anda”
3. Simulations/ simulasi
Simulasi hampir mirip dengan role play. Perbedaannya, dalam simulasi
siswa dapat menggunakan bahan/ alat yang dapat membuat suasana
pembicaraan sedekat mungkin dengan situasi aslinya
4. Brainstorming
Siswa diberikan sebuah topik, dan mereka diminta mengemukakan ide
atau gagasan mereka terhadap topik tersebut.

5. Story telling/ cerita
Siswa dapat membuat rangkuman dari sebuah cerita yang telah mereka
dengar atau baca, dan menceritakannya kemali didepan kelas dengan
menggunakan bahasanya sendiri.
6. Reporting/ laporan
Pada pertemuan sebelumnya, guru meminta siswa untuk membaca sebuah
artikel atau majalah, dan guru meminta siswa melaporkan hal-hal menarik
apa yang telah dibacanya didepan kelas.
Terlepas dari banyaknya metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan efektifitas pembelajaran speaking diatas, hanya sedikit
penelitian yang dilakukan untuk menguji keefektifan metode-metode
tersebut. Terlebih lagi, penelitian yang dilakukan oleh guru bahasa Inggris
sendiri di tempatnya mengajar. Penelitian di tempat seorang guru bertugas
sangat penting karena setiap siswa memiliki keistimewaan masing-masing.

5

Selain itu, hasil penelitian dengan menggunakan metode yang sama dapat
memberikan hasil yang berbeda bila diaplikasikan ditempat yang berbeda.
Disisi lain, sebagai salah satu dari empat skill (kemampuan) dalam

berbahasa, dan kontribusinya dalam komunikasi yang sangat besar,
speaking skill menjadi sangat penting. Namun, metode pembelajaran yang
hanya berfokus pada buku teks tidak memberikan hasil seperti yang
diharapkan. Cara paling efektif untuk mengajarkan skill ini adalah dengan
meminta siswa untuk mempraktekkannya dan dengan membuat suasana
kelas sedekat mungkin dengan lingkungan asli (Rowan, 2007). Hal ini
berarti proses pengajaran speaking skill seyogyanya dilakukan dengan cara
meminta siswa untuk berkomunikasi dengan menggunakan ekspresi/
ungkapan yang telah dipelajarinya dalam situasi yang mendekati aslinya.
Dari sekian banyak metode yang ada, beberapa metode yang
memenuhi kriteria “penggunaan” dan “lingkungan alamiah” antara lain:
role play dan simulasi. Namun, dengan beberapa pertimbangan dan agar
penelitian ini dapat lebih fokus, maka kami akan menguji keefektifan
penggunaan metode “role play” dalam pengajaran speaking skill. Kami
memilih metode ini sebagai metode atau teknik yang digunakan dlam
pengajaran speaking karena metode ini masih sangat jarang digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran speaking.
B. KEADAAN YANG DIINGINKAN
Fungsi utama proses dan tujuan pendidikan nasional tertuang
dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.

6

Dari fungsi dan tujuan pendidkan nasional diatas, dapat
digarisbawahi kalimat “berkembangya potensi peserta didik”. Hal ini
berarti proses pendidikan harus memberikan peningkatan mutu pendidikan
itu sendiri yang tercermin dari peningkatan kualitas siswa atau peserta
didik.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, peningkatan kualitas peserta
didik dapat dicapai melalui penggunaan metode yang efektif dan efisien.
Dalam pengajaran bahasa Inggris, khususnya dalam pengajaran speaking,
guru sebaiknya mencari suatu metode yang memotivasi siswa untuk
mempraktikkan kemampuan speaking mereka. Kegiatan praktik tersebut
berguna

untuk

melatih

siswa

agar

terbiasa

menggunakan

atau

mengaplikasikan kemampuan berbicara mereka dalam situasi nyata. Untuk
itu, salah satu metode yang sangat tepat digunakan untuk mengakomodir
kebutuhan tersebut adalah role play.
C. ANALISA MASALAH
Kata “role” berasal dari teks atau skrip (script) berbentuk gulungan
yang digunakan lebih dari dua ribu tahun lalu di Yunani. Skrip itu
digunakan oleh para pemeran dalam berbagai peran. Kemudian terjadi
perkembangan. Anak-anak pada masa itu juga berperan layaknya para
pembaca skrip tersebut dengan berpura-pura membaca skrip. Akhirnya,
seorang ahli jiwa dari Vienna, bernama Jacob L. Moreno (1889-1974)
yang tertarik dengan kreativitas dan spontanitas mengundang para seniman
untuk berimprovisasi dalam sebuah pertunjukan yang bertajuk "Theater of
Spontaneity" pada tahun 1921 dan itulah cikal bakal dari role play yang
kita kenal sekarang (Blatner, 2009)
Kami memilih metode role play karena metode ini memiliki
beberapa kelebihan, antara lain:
1. Dapat memberikan pengalaman yang beragam kepada siswa. Guru dapat
melatih siswa meningkatkan kemampuan speakingnya dalam berbagai
situasi selama role play.

7

2. Role play memposisikan siswa dalam situasi dimana mereka diharapkan
dapat menggunakan dan meningkatkan kemampuan social dalam
berkomunikasi.
3. Belajar adalah proses menyiapkan diri untuk menghadapi masa depan dan
berbagai situasi. Melalui role play, siswa disiapkan untuk menghadapi
situasi dimana mereka akan menggunakan kemampuan speaking mereka
tersebut.
4. Role play membantu siswa yang pemalu karena role play menyediakan
“topeng” atau penyamaran bagi para siswa tersebut
5. Role play membuat proses belajar menyenangkan. Proses belajar mengajar
yang menyenangkan akan membantu siswa dalam menyerap pelajaran,
karena mereka tidak sadar (unconsius) selama proses tersebut, dan
akhirnya mereka dapat menyerap (acquire) pelajaran tersebut
(Susanti, 2007)
Namun tak ada gading yang tak retak. Setiap metode yang kita
gunakan tentunya memiliki beberapa kekurangan. Demikian juga halnya
dengan metode role play. Menurut Blatner (2009), setidaknya terdapat dua
kelemahan dari teknik role play ini, yaitu:
1. Metode ini memerlukan suasana yang nyaman bagi siswa. Bila seorang
guru tidak melakukan “pemanasan’ dengan cara saling mengenal antara
siswa yang akan melakukan role play dan pembagian tugas yang jelas,
maka siswa akan merasa bingung terhadap apa yang harus mereka lakukan
dan akhirnya siswa akan menarik diri dari kegiatan ini.
2. Masalah kedua dari penggunaan metode ini adalah ketika guru tidak
mengetahui kapasitas siswa. Siswa yang memiliki kekurangan diberi peran
yang begitu sulit, sedangkan siswa yang memiliki kelebihan diberi tugas
yang sangat ringan. Hal ini dapat berakibat pada hilangnya kepercayaan
diri anak.

8

D. PEMECAHAN MASALAH
Dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan dari metode
role playing tersebut diatas, maka hendaknya guru dapat meminimalisir
kekurangan metode tersebut dengan mempersiapkan pemanasan, instruksi
dan pembagian peran yang jelas, sehingga kekurangan dari metode ini
dapat diminimalisir.

9

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Ujian Naional yang memfokuskan pada penguasaan reading skill/
kemampuan membaca membuat guru hanya fokus pada penguasaan
reading dalam proses belajar mengajar.
2. Guru adalah ujung tombak dari proses pendidikan, sehingga guru
diharapkan memiliki kreatifitas dan inovasi dalam proses pembelajaran
3. Speaking adalah salah satu skill paling penting dalam proses komunikasi
4. Dalam pengajaran spesking, cara paling efektif untuk mengajarkan skill ini
adalah dengan meminta siswa untuk mempraktekkannya dan dengan
membuat suasana kelas sedekat mungkin dengan lingkungan asli. Metode
role play adalah salah satu metode yang memenuhi kriteria tersebut
B. SARAN
Dengan memperhatikan berbagai pertimbangan diatas, maka kami
dapat memberikan beberapa saran, antara lain:
1. Guru dapat menggunakan metode role play dalam proses pembelajaran
speaking skill.
2. Mengingat karya tulis ini hanya berdasarkan beberapa literatur, penelitian
lebih dalam akan efektivitas metode ini dalam proses pembelajaran
speaking sangat diperlukan, terutama oleh guru mata pelajaran bahasa
Inggris di sekolah tempatnya bertugas.

10

DAFTAR PUSTAKA
Beritajakarta.com, 2010. 9,3 Persen Siswa Tak Lulus UN SMA. http://www.
beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp? nNewsId=38631(diakses
tanggal 28 November 2010, pukul 20.00 WITA)
Blatner, Adam. 2009. Role Playing in Education. http://www.blatner.com/adam/
pdntbk/rlplayedu.htm (diakses tanggal 28 November 2010, pukul
20.00 WITA)
Depdiknas. 2009. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas
Detik.com. 2010. Tingkat Kelulusan SMA/SMK UN di Sumut Menurun.
http://www.detiknews.com/read/2010/04/27/004422/1345946/10/
tingkat-kelulusan-sma-smk-un-di-sumut-menurun (diakses tanggal 28
November 2010, pukul 20.00 WITA)
Edu-articles. 2010. Peningkatan Mutu Pendidikan. http://edu-articles.com/
peningkatan-mutu-pendidikan/ (diakses tanggal 28 November 2010,
pukul 20.00 WITA)
Kayi, Hayriye. 2006. Teaching Speaking: Activities to Promote Speaking in a
Second Language. The Internet TESL Journal, Vol. XII, No. 11,
November 2006
Riwidiansih, Susi. 2009. Collaborative Learning Model in Teaching Speaking
Using Role Play Based on the School Level Based Curriculum to the
First Year Students of SMA N 1 Sragen. Surakarta: Muhammadiyah
University
Rofiah, Aliatar. 2006. Faktor-faktor Strategis dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Karimunjawa Kabupaten
Jepara. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Rowan, Paul. 2007. Building Speaking Skills by Creating 'Old-time Radio' Shows.
The Internet TESL Journal, Vol. XIII, No. 1, January 2007
Susanti, Ayu Diyah Harni. 2007. Using Role Play in Teaching speaking. Jakarta:
Faculty of Tarbiyah and Teachers Training Syarif Hidayatullah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pa Pasal 3

11

Wiki.answers.com. 2010. What is the Importance of Speaking well. http://wiki.
answers.com/Q/What_is_the_ importance_of_speaking_well (diakses
tanggal 28 November 2010, pukul 20.00 WITA)

12