HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN

USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA

BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN

  

Devi Pramita Sari

APIKES Citra Medika Surakarta

ABSTRAK

  Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20 – 45 tahun. PUS harus memiliki pengetahuan untuk memilih kontrasepsi yang tepat dalam rangka mewujudkan program Keluarga Berencana (KB) dan mencegah Penyakit Menular Seksual (PMS) yang dapat menjangkiti baik pria maupun wanita PUS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi Pasangan Usia Subur dengan pemilihan kontrasepsi di Kecamatan Serengan.

  Penelitian ini dilakukan menggunakan survei deskriptif metode kuantitaif dengan pendekatan cross sectional study. Obyek penelitian adalah pengetahuan kesehatan reproduksi dan pemilihan kontrasepsi PUS di Kecamatan Serengan. Subyek penelitian diambil secara cluster random sampling melalui penyebaran kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi-square.

  Hasil penelitian ini adalah Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang kesehatan reproduksi baik 28,90%, cukup 50,87%, dan kurang 20,23%. Pemilihan kontrasepsi yang paling banyak menggunakan metode kontrasepsi hormonal yaitu jumlah keseluruhan sebanyak 115 responden, sedangkan kontrasepsi non hormonal sebanyak 58 responden. Berdasarkan hasil uji Chi-Square nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) maka Ho ditolak. Ada hubungan antara pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pasangan Usia Subur Dengan Pemilihan Kontrasepsi Untuk Program KB Di Kecamatan Serengan.

  Kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi Pasangan Usia Subur dengan pemilihan kontrasepsi di Kecamatan Serengan. Saran sebaiknya PUS mendapatkan pengetahun kesehatan reproduksi tentang pemilihan kontrasepsi program KB sesuai dengan yang dibutuhkan.

  Kata kunci : Pasangan usia subur, pengetahuan, kesehatan reproduksi, pemilihan, kontrasepsi. organ reproduksinya berfungsi dengan

  PENDAHULUAN

  baik antara umur 20 – 45 tahun. Pada Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangangan usia subur berdasarkan pasangan suami istri yang keadaan

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  24

  tingkat kesuburan maka usia subur wanita berlagsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan pada istri sebagai Wanita Usia Subur (WUS) ada pada rentang usia 20 – 29 tahun memiliki kesempatan 95 % untuk hamil, usia 30-an prosentasenya menurun menjadi 90%, memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil menjadi 40%, dan setelah usia 40 tahun hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil (Saifudin, 2010).

  Pengetahuan kesehatan reproduksi adalah pengetahuan yang memungkinkan proses reproduksi dapat tercapai secara sehat baik fisik, mental, maupun sosial yang bukan hannya tidak adanya penyakit. Ruang lingkup dari pengetahuan kesehatan reproduksi dianatara adalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir, Keluarga Berencana (KB), pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) atau Penyakit Menular Seksual (PMS), aborsi, Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), infertilitas, dan kanker (Depkes RI, 2008).

  Pengetahuan tentang metode kontra sepsi adalah tahu tentang ragam metode kontrasepsi yang tersedia meliputi keamanan dan cara pemakaian metode­metode tersebut, kontrasepsi yang mereka pilih, efek samping, dan komplikasinya (Pendit, 2007).

  Menurut WHO Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang memungkinkan proses reproduksi dapat tercapai secara sehat baik fisik, mental, maupun sosial yang bukan hannya tidak adanya penyakit. Kesehatan reproduksi pasangan usia subur adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh pasangan usia subur (BKKBN Jawa Tengah, 2008).

  Pemilihan kontrasepsi adalah penentuan jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangan usia subur untuk mencegah kehamilan. Dalam memilih suatu kontrasepsi, Pasangan Usia Subur (PUS) harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  25

  terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak (Kusumaningrum, 2009).

METODE PENELITIAN

  Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut (Prawirohardjo, 2009).

  Kontrasepsi yang ideal harus memenuhi sya rat­syarat diantaranya adalah aman, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan hubungan seksual, tidak memerlukan motivasi terus­menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan (Prabowo, 2011).

  Penelitian ini dilakukan menggunakan survei deskriptif metode kuantitaif dengan pendekatan cross

  sectional study . Obyek penelitian adalah

  pengetahuan kesehatan reproduksi dan pemilihan kontrasepsi Pasangan Usia Subur di Kecamatan Serengan. Subyek penelitian diambil secara cluster random

  sampling (pencuplikan klaster) yang

  dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Analisis data kuantitatif menggunakan uji hubungan chi-square.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

  Kecamatan Serengan termasuk dalam wilayah di Kota Surakarta. Kecamatan Serengan terdiri dari 7 kelurahan yaitu Kelurahan Kemlayan, Jayengan, Kratonan, Tipes, Serengan, Danukusuman, dan Joyontakan.

  Distribusi jumlah penduduk di Kecamatan Serengan berdasarkan umur adalah sebesar 63.838 orang. Dimana

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  dari jumlah penduduk di Kecamatan responden berpengetahuan cukup Serengan diantaranya juga adalah sejumlah 88 orang dengan presentase Pasangan Usia Subur 20-45 tahun yaitu 50,87%, dan responden yang sebanyak 30.006 orang (47%) yang berpengetahuan kurang sejumlah 35 terdiri dari Pasangan Usia Subur laki- orang dengan presentase 20,23%. laki sebanyak 14.448 orang dan Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pasangan Usia Subur perempuan sebagian besar pengetahuan responden sebanyak 15.558 orang. PUS tentang kesehatan reproduksi Tabel 1 Distribusi Jumlah Penduduk di adalah cukup yaitu sebanyak 88 Kecamatan Serengan Surakarta responden (50,87%).

  Umur Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan 0 - 4 3.018 2.514 5.532 5 - 9 2.795 3.351 6.146

  Tabel 3 Distribusi Tingkat Pengetahuan

  10-14 3.209 3.264 6.473

  Kesehatan Reproduksi Tentang

  15-19 3.541 3.525 7.066

  Kontrasepsi

  20-24 3.705 3.949 7.654 25-29 3.655 4.024 7.679 No. Pengetahuan Benar Salah

  30-39 3.822 4.287 8.109 kesehatan reproduksi

  40-49 3.266 3.298 6.564 tentang kontrasepsi

  50-59 2.506 2.863 5.369

  1. Tujuan kontrasepsi 48,3% 51,6% ≥ 60 1.662 1.584 3.246

  2. Macam kontrasepsi 30% 70% hormonal

  Sumber: Monografi Kecamatan

  3. Umur terhadap 98,3% 1,7%

  Serengan Tahun 2015

  pemakaian kontrasepsi

  4. Mekanisme kerja 38,3% 61,7%

  Tabel

  2 Pengetahuan Kesehatan

  5. Keuntungan yang 23,3% 76,7% didapat

  Reproduksi

  6. Kerugian yang didapat 31,67% 68,3% No. Pengetahuan Jumlah Prosentase

  7. Pengetahuan umum 8,3% 91,7%

  1. Baik 50 28,90%

  kontrasepsi

  3. Kurang 35 20,23 % Tabel 4 Pemilihan Kontrasepsi PUS

  Total 173 100%

  No. Pengetahuan Jumlah Prosentase

  1. Metode Kontrasepsi 58 34%

  Dari pengumpulan data dan

  Non Hormonal

  2. Metode Kontrasepsi 115 66 %

  tabel di atas dapat diketahui bahwa

  Hormonal

  responden Pasangan Usia Subur (PUS)

  Total 173 100 %

  yang berpengetahuan baik berjumlah 50 orang dengan presentase 28,90%,

  26

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

  (8,62%), dan kurang berjumlah 3 orang (5,17%). Kemudian yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal dengan tingkat pengetahuan baik berjumlah 15 orang (13,04%), cukup 90 orang (78,26%), dan kurang berjumlah 10 orang (8,70%).

  1 .001 .001 Pembahasan

  11.923

  2 .000 .000 Fisher's Exact Test 16.768 .000 Linear- by- Linear Association b

  2 .000 .000 Likelihood

Ratio

17.614

  Square a 17.305

  Value Df Asymp. Sig. (2- sided) Exact Sig. (2- sided) Pearson

Chi-

  Tabel 6. Hasil Analisis Statistik Chi- Square

  Berdasarkan hasil dari pengumpulan data dan tabel di atas, yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dengan tingkat pengetahuan baik berjumlah 50 orang (86,21%), cukup berjumlah 5 orang

   ISSN : 2407 - 2656

  17 100

  58 100 115 100

  Baik 50 86,21 15 13,04 65 37,57 Cukup 5 8,62 90 78,26 95 54,91 Kurang 3 5,17 10 8,70 13 7,51 Jumlah

  Σ % Σ %

  Tingkat Pengetah uan Pemilihan Penggunaan Alat Kontrasepsi Total Non Hormonal Hormonal Σ %

  dapat diketahui bahwa dari 173 responden Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal sebanyak 58 orang dengan prosentase sebanyak 34%, sedangkan responden yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal sebanyak 115 orang dengan prosentase 66%. Kemudian dapat disimpulkan bahwa, responden Pasangan Usia Subur lebih banyak menggunakan metode kontrasepsi hormonal. Tabel 5 Hasil Tabulasi Silang

  27 Dari pengumpulan data dan tabel

  Pengetahuan responden Pasangan Usia Subur (PUS) tentang kesehatan reproduksi berpengetahuan baik berjumlah 50 orang dengan presentase 28,90%, responden berpengetahuan cukup sejumlah 88 orang dengan presentase 50,87%, dan responden yang

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  28

  berpengetahuan kurang sejumlah 35 orang dengan presentase 20,23%. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi berupa kontrasepsi adalah tahu tentang ragam metode kontrasepsi yang tersedia, keamanan dan cara pemakaian metode tersebut, kontrasepsi yang mereka pilih, dan pengetahuan tentang kemungkinan efek samping dan komplikasinya.

  Masih adanya responden yang memiliki pengetahuan dalam katagori kurang yaitu 20,23% dikarenakan beberapa hal yang mempengaruhi yaitu kurangnya informasi mengenai alat kontrasepsi beserta efek samping, kontraindikasi, kekurangan, dan kelebihan. Hal ini dikarenakan beberapa Pasangan Usia Subur (PUS) jarang mengikuti penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi tentang kontrasepsi. Rata-rata Pasangan Usia Subur mendapatkan informasi mengenai kontrasepsi dengan cara bertukar pikiran atau pendapat serta pengalaman.

  Manfaat pengetahuan bagi manusia tidak terhitung jumlahnnya, dari waktu ke waktu ilmu pengetahuan telah mengubah manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia menemukan sesuatu untuk menjawab setiap keingintahuannya, dan menentukan yang terbaik untuk dirinya termasuk menentukan jenis kontrasepsi yang digunakan.

  Hasil penelitian didapatkan responden yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal yaitu sebanyak 58 responden. Sedangkan responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal sebanyak 115 responden.

  Semakin tinggi pendidikan responden diharapkan akan semakin tinggi pengetahuannya. Dengan tingkat pendidikan akan mempermudah penerimaan informasi tentang kesehatan reproduksi mengenai kontrasepsi, sehingga akan meningkatkan pengetahuan responden kemudian dapat mempengaruhi minat pemakaian, jadi seorang wanita yang ingin menggunakan alat kontrasepsi harus membekali diri dengan pengetahuan. Karena diharapkan ibu yang pengetahuannya baik, bisa memilih alat kontrasepsi yang

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  29

  sesuai dengan kondisi dan keadaan ibu, dan ibu bisa lebih pintar dalam memilih alat kontrasepsi secara efektif dan efisien.

  Dalam memilih suatu metode kotrasepsi seorang wanita harus mengetahui bagaimana penggunaan kontrasepsi akan mempengaruhi gaya hidup mereka, kadang-kadang suatu metode kontrasepsi tidak dapat diterima oleh seorang wanita hanya karena metode tersebut dapat menganggu kegiatan rutin, misalnya implant yang memerlukan pembedahan, kontrasepsi pil yang harus diminum setiap hari, dan kontrasepsi suntik yang diharuskan rutin setiap jadwal dilakukan suntik.

  Dengan melihat dari hasil penelitian, pemilihan penggunaan kontrasepsi hormonal paling banyak digunakan daripada penggunaan kontrasepsi non hormonal. Hal ini harus diwaspadai, karena bila pemilihan penggunaan kontrasepsi hormonal semakin tinggi, ditakutkan angka kegagalan akan semakin tinggi, sehingga angka kelahiran akan semakin tinggi pula. Maka,untuk mengurangi penggunaan kontrasepsi hormonal dan meningkatkan penggunaan kontrasepsi non hormonal, tenaga kesehatan harus lebih rajin untuk melakukan penyuluhan tentang kontrasepsi non hormonal.

  Jumlah alat kontrasepsi yang tersedia sangat beragam dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Seorang Pasangan Usia Subur (PUS) wanita yang ingin menggunakan alat kontrasepsi harus membekali diri dengan pengetahuan. Pengetahuan menentukan presepsi seseorang terhadap pentingnya suatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB.

  Pada uraian di atas, maka diperoleh pengetahuan mempengaruhi seseorang dalam pemilihan penggunaan kontrasepsi. Rasa ingin tahu responden tentang kontrasepsi yang tepat untuk dirinya serta KIE (Komunikasi, Edukasi, dan Informasi) dari petugas kesehatan keduannya sangat berpengaruh pada tepat atau tidaknya peserta KB menentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan.

  Hasil penelitian didapat bahwa semakin baik pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsi maka semakin tinggi pula pemakaian metode kontrasepsi

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  hormonal, karena Pasangan Usia Subur kontrasepsi hormonal yaitu jumlah yang berpengetahuan baik tentang keseluruhan sebanyak 115 responden, metode kontrasepsi, termasuk tahu sedangkan kontrasepsi non hormonal tentang keamanan, cara pemakaian, efek sebanyak 58 responden. samping dan komplikasi metode

  3. Berdasarkan hasil uji Chi-Square kontrasepsi, cenderung akan memilih nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) maka metode kontrasepsi non hormonal. Ho ditolak dan H1 diterima.

  Berdasarkan penelitian, maka

  4. Ada hubungan yang signifikan dapat diperoleh H0 ditolak dan H1 antara pengetahuan Kesehatan diterima artinya “Ada Hubungan Antara Reproduksi Pasangan Usia Subur Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Pemilihan Kontrasepsi Untuk Pasangan Usia Subur Dengan Pemilihan Program KB Di Kecamatan Kontrasepsi Untuk Program KB Di Serengan. Kecamatan Serengan“

  Saran SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan

  pembahasan yang telah diuraikan pada

  Simpulan

  bab sebelumnya maka saran yang dapat Berdasarkan hasil penelitian dan diberikan oleh peneliti untuk penelitian pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat selanjutnya oleh peneliti lain sebaiknya perlu melakukan pengambilan data disimpulkan sebagai berikut : dengan cara angket dan diberi waktu

  1. Pengetahuan Pasangan Usia Subur beberapa hari, untuk lebih meyakinkan (PUS) tentang kesehatan reproduksi responden agar bisa menjawab adalah baik sebesar 28,90%, cukup kuesioner dengan jujur dan dijaga 50,87%, dan kurang 20,23%. kerahasiannya. Angket sebaiknya sudah

  2. Pemilihan penggunaan kontrasepsi diberi sampul, perangko, dan dituliskan Pasangan Usia Subur (PUS) yang alamat tujuan peneliti tanpa alamat paling banyak menggunakan metode

  30

  Volume 2 / Nomor 2 / November 2015

   ISSN : 2407 - 2656

  pengirim oleh peneliti, sehingga

DAFTAR PUSTAKA

  responden bersedia mengirim angket BKKBN Jawa Tengah. 2008. Buku

  Pedoman Konseling Kesehatan

  kembali. Diharapkan peneliti lain juga

  Reproduksi PUS . BKKBN Jawa

  dapat mengembangkan dan Tengah: Jawa Tengah meningkatkan dalam hal jumlah

  Departemen Kesehatan Republik populasi, teknik sampling dan metode Indonesia. 2008.

  Program Kesehatan Reproduksi Dan

  penelitian yang lebih baik. Sebaiknya

  Pelayanan Integratif Di Tingkat

  peneliti lain meneliti tentang faktor-

  Pelayanan Dasar . Jakarta:

  Departemen Kesehatan faktor yang berhubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi non IUD

  Kusumaningrum, R. 2009. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi pada akseptor KB seperti faktor tingkat Pemilihan Jenis Kontrasepsi Yang pendidikan, tingkat pengetahuan, status Digunakan Pada Pasangan Usia Subur.

  Jurnal Kesehatan

  ekonomi, agama, penerimaan informasi

  Masyarakat FKM UNDIP. Vol. 3, tentang KB dan dukungan suami. No. 2, Juni 2013 : 16-18

  Pendit. 2007. Buku Panduan Konseling

  KB. Jakarta : Pustaka Sinar

  Harapan Prabowo. 2011. Materi Advokasi Dan KIE KB Program Nasional.

  Jakarta: Gunung Mulia Prawirohardjo. 2009. Panduan Praktis

  Pemilihan Kontrasepsi. Jakarta :

  Penerbit Buku Kedokteran EGC Saifudin. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi .

  Yogyakarta: Pustaka Grhatama.

  31