HUBUNGAN DIET POLA MAKAN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014 H. Jhon Feri, S.Kep.Ns.M.Kes.RN Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hubungan Diet Pola Maka
HUBUNGAN DIET POLA MAKAN DENGAN
PENYAKIT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS
TAHUN 2014
H. Jhon Feri, S.Kep.Ns.M.Kes.RN
Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang
ABSTRAK
Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplay oksigen dan nutrisi yang di bawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun (2009) di Indonesia tekanan darah tinggi merupakan penyebab primer pada 227.000 kasus kematian dari 2 juta kasus kematian pada tahun 2009. Antara tahun 2008 dan 2009, tingkat kematian akibat hipertensi yang berhubungan dengan usia, meningkat menjadi 21%, kematian akibat hipertensi secara keseluruhan juga meningkat menjadi 46%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keturunan dan pola makan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas Tahun 2014 Jenis penelitian ini yaitu survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional dengan kerangka konsep yaitu variabel Independen (keturunan, pola makan) dan variabel Dependen
(kejadian hipertensi). Populasi penelitian yaitu seluruh pasien yang berusia diatas 18 tahun berkunjung ke Poli Umum Puskesmas Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas bulan Januari sampai Maret tahun 2013 yang jumlah 172 orang yang diambil secara accidental sampling. Hasil yang didapatkan yaitu sebagian besar mengalami hipertensi 32 orang (61,5%), mengalami keturunan hipertensi 30 orang (57,7%), pola makan di adalah cukup sebanyak 28 orang (58,8%). Hasil analisa bivariat yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara keturunan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas tahun 2013, dengan ρ value =
0,549, ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas tahun 2013, dengan ρ value = 0,003.
Diharapkan kepada petugas Puskesmas Megang Sakti untuk dapat memberikan penyuluhan kepada keluarga yang mempunyai faktor resiko kejadian hipertensi.
Kata Kunci : Diet, Pola makan, Hipertensi. Daftar Pustaka : 21 (2003– 2012)
PENDAHULUAN
Undang–undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan salah satunya pasal 46 yang isinya “Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tinngginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan diselengarakan bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan (Depkes, 2009).
Penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi segmentasi permasalahan tersendiri bagi tiap negara di seluruh dunia di antaranya rematik, diabetes, jantung, gagal ginjal, hipertensi dan penyakit bawaan lahir lainnya. Bersama dengan semakin peliknya permasalahan yang diakibatkan oleh berbagai macam penyakit menular, kasus penyakit noninfeksi menimbulkan adanya double
burden (beban ganda) bagi dunia kesehatan.
Salah satu faktor risiko penyakit tidak menular yang bisa dikontrol guna pencegahan adalah pola makan yang seimbang, oleh karena itu, perlu diketahui pola makan penduduk miskin
Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data penelitian Departemen Kesehatan RI menunjukkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan hipertensi (Dinkes, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah naiknya tekanan pada pembuluh darah arteri. Hipertensi terutama diakibatkan oleh dua faktor utama, yang dapat hadir secara independen atau bersama-sama, yaitu : Daya pompa jantung dengan kekuatan yang besar. Pembuluh darah kecil (arteriol) menyempit, sehingga aliran darah memerlukan tekanan yang besar untuk melawan dinding pembuluh darah tersebut (Depkes, 2007). tinggi atau hipertensi adalah faktor keturunan , gaya hidup modern, pola makan, berat badan atau obesitas dan stress (Widharto, 2008).
Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi harus diturunkan atau dikurangi dengan cara diet, yakni mengurangi garam (seperti yang terdapat dalam garam dapur, bumbu masak, crackers, ikan asin, vetsin dan sebagainya), serta mempertinggi asupan kalium dengan rajin mengkonsumsi buah- buahan karena semua buah menganduna kalium (Maryono, 2008)
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Sisanya adalah hipertensi sekunder, yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan lain-
Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak organ tubuh. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian (7 juta per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak dan ginjal. Berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases).
Padahal hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung, otak, syaraf, kerusakan hati dan ginjal sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit (Depkes, 2007). Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%, kedua hipertensi 6,8%, penyakit jantung iskemik 5,1%, dan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%) (Riskesdas, 2007).
Meremehkan hipertensi adalah adalah suatu kesalahan besar. Menurut laporan Badan Kesehatan Amerika, di Amerika diperkirakan sekitar 64 juta lebih penduduknya ( berusia 17- 75 tahun ) menderita hipertensi.Bahkan hipertensi merenggut 14 ribu pria di Amerika setiap tahunnya.Di Indonesia, hipertensi termasuk 10 jenis penyakit penyebab kematian terbanyak.Banyak pasien diketahui meninggal akibat menderita hipertensi sehingga penyakit ini disebut sebagai pembunuh tersembunyi (the silent killer) (Widharto, 2007).
Di Indonesia, 1 dari 5 orang (20%) penduduknya menderite tekenen darah tinggi (hipertensi).Namun, rasio ini tampaknya berbeda- beda diberbagai kota di Indonesia.Misalnya, Jakarta : 25%, Makasar kurang dari 10%, hal itu disebabkan karena di Wamena letaknya di pegunungan , garam di sana mahal sekali sehingga orang-orang disana jarang mengkonsumsi garam.Sedangkan di Pariaman masakannya sering dipanasi jadi konsentrasi garamnya makin tinggi.
Orang-orang yang banyak mengkonsumsi garam (NaCL) memiliki kecenderungan menderita hipertensi, karena garam memiliki kecenderungan meretensi atau menyerap air sehingga volume darah meningkat dan juga pembuluh darah mengejang/sensitive (Maryono, 2008).
Prevalensi PTM tertinggi per 10.000 penduduk di Sumatra Selatan adalah hipertensi (53,36%) dan diiringi penyakit Jantung (30,55%), Diabetes Militus (28,85%) dan terrendah Psikosis (0,04%) (Dinkes Sumsel,
METODELOGI PENELITIAN 2014).
Desain penelitian ini adalah deskritip Dari data Rekapitulasi Dinas Kesehatan analitik dengan pendekatan Cross Sectional
Kabupaten Musi Rawas tahun 2014 penyakit dimana variabel-variabel diamati secara secara hipertensi merupakan penyakit nomor 4 bersamaan pada saat penelitian (Notoatmodjo,
2005). 6.455.Dari 27 Puskesmas di Kabupaten Musi
Data yang dikumpulkan dari penelitian Rawas, diketahui jumlah penderita hipertensi ini data primer yaitu pola makan penderita terbesar terdapat di wilayah kerja Puskesmas hipertensi dalam menjalani diet.
Megang Sakti yaitu 637, Puskesmas Sidorejo Yang menjadi populasi dalam penelitian yaitu 594, Puskesmas Nibung yaitu 515, ini adalah seluruh penderita hipertensi yang
Puskesmas Karangjaya yaitu 399 dan ada diwilayah kerja puskesmas Megang Sakti seterusnya. dari bulan Januari sampai Maret tahun 2014
Dari uraian data di wilayah kerja adalah 247 penderita. Puskesmas Megang Sakti tahun 2014 dari bulan Januari sampai Maret jumlah penderita hipertensi adalah 247 orang, maka dari itu
Dari jumlah populasi, karena populasi < penulis tertarik untuk mengadakan penelitian 1000 dan > 100, maka perhitungannya yang berjudul “Hubungan diet pola makan menggunakan rumus Arikunto yaitu: dengan penyakit hipertensi di wilayah kerja
20 n =
Puskesmas Megang Sakti Kabupaten Musi
100 x N Rawas tahun 2014”.
20 n =
100 x 247 Jadi, jumlah sampelnya adalah 49 sampel.
a. Teknik Pengambilan Sampel Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah untuk kasus dengan menggunakan
random sampling dimana peneliti mengambil
sampel secara acak, dengan kriteria sebagai berikut : 1). Bersedia menjadi responden 2). Penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Megang Sakti.
Pengumpulan Data
a. Data Primer Data yang dikumpulkan dengan intrumen berupa kuesioner yang berisi pertanyaan yang memiliki beberapa jawaban. Penulis melakukan sendiri pengumpulan data dari penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Megang Sakti Kabupaten musi Rawas tahun 2014.
b. Data Sekunder Data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas dan Puskesmas Megang Sakti tahun 2014.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan melakukan wawancara.
Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005). Analisa menggunakan tabel distribusi frekuensi (diet pola makan pada penderita hipertensi).
1. Sumber Data
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa dilakukan terhadap dua variabel yang di duga berhubungan atau korelasi (Notoatmodjo, 2005). Yaitu antara variabel diet pola makan dengan penyakit hipertensi.
Hasil Penelitian No Diet Pola Jumlah Persentase
1. Analisa Univariat Makan
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari tiap – tiap variabel, baik variabel dependen (Penyakit Hipertensi) data disajikan dalam bentuk diagram dan teks seperti dibawah ini : a. Diet Pola Makan
Hasil pengolahan data dan karakteristik responden berdasarkan diet pola makan responden dengan penyakit hipertensi di Puskesmas Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas pada Bulan Januari sampai Maret Tahun 2011 dengan jumlah responden sebanyak 49 responden didapatkan sebagai berikut :
TABEL 1 DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT DIET POLA MAKAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014
1 Dilaksanakan 29 59,2 Total
49
2 Tidak 20 40,8 Dilaksanakan
Total 49 100 Dari tabel 2 diatas terdapat 21 responden (42,9%) yang menderita hipertensi
Dari tabel 1 diatas terdapat 29 responden tipe ringan, 19 responden (38,8) yang (59,2%) yang melaksanakan diet pola makan, menderita hipertensi tipe sedang dan 9 sedangkan 20 responden (40,8%) yang tidak responden (18,4) yang menderita hipertensi melaksanakan diet pola makan. tipe berat.
b. Penyakit Hipertensi
2. Analisa Bivariat Dari pengolahan data dan karakteristik
Analisa ini dilakukan untuk responden berdasarkan Penyakit mengetahui hubungan variabel independen
Hipertensi di Puskesmas Megang Sakti (Diet Pola Makan) dengan variabel dependen
Kabupaten Musi Rawas Tahun 2011 dapat (Penyakit Hipertensi). Penelitian ini dilihat dari tabel berikut : dimaksudkan untuk melihat hubungan antara
TABEL 2
variabel independen dengan variabel dependen
DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN PENYAKIT tersebut. HIPERTENSI DI PUSKESMAS MEGANG SAKTI
Hubungan Diet Pola Makan (sikap)
KABUPATEN MUSI RAWAS Responden dengan Penyakit Hipertensi. TAHUN 2014
No Tipe Hipertensi
TABEL 3
1 Ringan
DISTRIBUSI RESPONDEN PENYAKIT HIPERTENSI YANG MENJALANI DIET
2 Sedang
POLA DI WILAYAH KERJA
3 Berat
PUSKESMAS MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI
TAHUN 2014
1. Penderita hipertensi yang tidak Diet Hipertensi Total
Pola Ringan Sedan Berat
Dari tabel 3 diatas diketahui proporsi
Mak g an
penderita hipertensi tipe ringan yang melaksanakan N % N % N % n %
diet pola makan 12 responden (41,4%), yang tidakDila
12
4
1
3 6 20,
29
10 ksan 1, 1 7,
7
melaksanakan diet pola makan yaitu 9 responden
akan
4
9 Tida
9
4
8
4
3
15
20
10
(45,0%), penderita hipertensi tipe sedang yang
k
5 Dila
melaksanakan diet pola makan 11 responden
ksan
(37,9%), yang tidak melaksanakan diet pola
akan Total 21
4
1
3 9 18,
49
10
makan yaitu 8 responden (40,0%), sedangkan
2, 9 8,
4
9
8
penderita hipertensi tipe berat yang melaksanakan
melaksanakan diet pola makan
diet pola makan 6 responden (20,7%) dan yang
sebanyak 20 responden (40,8%)
tidak melaksanakan diet pola makan yaitu 9 responden. responden (15,0%).
2. Penderita hipertensi yang tipe berat
Hasil analisis uji Statistik hasilnya adalah yaitu 9 responden (18,4%). ρ value = 0,879 (> 0, 05). Hal ini menunjukan
3. Penderita hipertensi yang tidak
tidak ada ada hubungan yang bermakna antara diet
melaksanakan diet pola makan pola makan dengan penyakit hipertensi. sebanyak 20 responden (40,8%) dan penderita hipertensi yang tipe berat
KESIMPULAN DAN SARAN
yaitu 9 responden (18,9%) serta
Kesimpulan
penderita hipertensi tipe berat yang Berdasarkan hasil penelitan dan melaksanakan diet pola makan 6 pembahasan yang telah dilakukan dapat responden (20,7%) dan yang tidak disimpulkan sebagai berikut : melaksanakan diet pola makan yaitu 9 responden (15,0%), sehingga dari hasil analisis statistik didapat ρ value = 0.879 (> 0, 05) dengan demikian tidak ada hubungan yang bermakna antara diet pola makan dengan penyakit Megang Sakti.
Saran
Diharapkan kepada penderita hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Megang Sakti untuk melaksanakn diet pola makan sesuai yang dianjurkan agar penyakit hipertensi tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut dan dapat teratasi.
2. Bagi Pimpinan Puskesmas Diharapkan kepada pihak Puskesmas didaerah wilayah kerja Puskesmas Megang
Sakti Kabupaten Musi Rawas lebih meningkatkan lagi dalam memberikan pembinaan atau penyuluhan terhadap masyarakat yang menderita hipertensi untuk melaksanakan diet pola makan dengan baik.
3. Bagi Akademik
Hendaknya pihak pendidikan dapat lebih meningkatkan kerja sama dengan instansi kesehatan lain dan lembaga terkait untuk mengadakan pembinaan, penyuluhan penderita hipertensi agar penderita hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas dapat berkurang atau teratasi.
1. Bagi Penderita Hipertensi
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hendaknya bagi peneliti lain hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakaan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka cipta.
Jakarta. Dinkes Kabupaten Musi Rawas, 2010. Rekap Nursalam, 2003. Konsep Penerapan Tahuan Dinkes Kota Lubuk Metodelogi Penelitian Kesehatan.
linggauTahun 2009. Salemba Medika.
Dinkes SUMSEL, 2014 Profil Dinas Riskerdas, 2007. Hipertensi Penyebab Kesehatan Sumatera Selatan tahun penyakit Jantung.
2007. Palembang. http:///[email protected].
id. Depkes, 2007. Hipertensi Penyebab Utama
Penyakit Jantung. Sri, Rahayu, 2007. Perencanan Menu Untuk Jakarta.
_______ , 2008. Propil Kesehatan Indonesia.
Jakarta. Widharto, 2007. Bahaya Hipertensi. Sunda Kelapa. Jakarta. Hani, Luthfi, 2010 Pola Diet Untuk Mengatasi Hipertensi. http://doktersehat.com.
Hanss, Petter, 2002. Hipertensi Cara
Mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini. BIP
Kelompokm Gramedia. Jakarta. Leli Indrawati, 2009. Analisis Pola Makan Pada Penyakit Tidak Menular. Mansjur, 2000 Penyakit Hipertensi, http://doktersehat.com Maryono, D. 2008. Mitos dan Fakta Seputar Penyakit Jantung. Kelompok Gramedia.
Jakarta. Muchid, Abdul Dkk. 2006 Mengatasi Hipertensi Dengan Diet sehat. www.klikdokter.com. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Prinsip – Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Rineka cipta. Jakarta.