SANITASI RUANG DAN UDARA doc
Laporan Praktikum
Hari/Tanggal: Kamis 9 Oktober 2014
Sanitasi dan Higieni
PJ Dosen
: CC Nurwitri, STP DAA
Asisten
: Novini Nur Adhifa, Amd
SANITASI RUANG DAN UDARA
Kelompok 7/AP2
Imma Nuriana
J3E113014
Giyanti Wahyu Nuraulia
J3E113052
Romarta Pardede
J3E413130
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sanitasi
merupakan peranan penting dalam industri pangan karena
tindakan ini ditetapkan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyakit pada
makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan baik,maka keamanan dari
pangan yang diproduksi akan dijamin aman untuk dikonsumsi. Kata hygiene
menurut lukman (2008) berarti kondisi atau tindakan untuk meningkatkan
kesehatan atau ilmu yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
Udara merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan
pangan. Tingkat pencemaran udara tidak mengandung mikroflora secara
alami,tetapi kontaminasi dari lingkungan dari sekitarnya mengakibatkan udara
mengandung berbagai mikroorganisme. Mikroorganisme yang terdapat di udara
biasanya melekat pada bahan padat. menurut irrianto (2002) jumlah
mikroorganisme yang mencemari udara juga ditentukan oleh sumber pencemaran
didalam lingkungan.
Ruangan merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan
pangan. Jika didalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan air,mikroba yang
ditemukan didalmnya juga bermacam-macam,misalnya mikroba tanah dari tanah
dan debu,mikroba air dari semprotan air,mikroba dari makanan fermentasi (spora
tempe,oncom,dan sebagainya),mikroba dari tempat dan sebagainya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan pemahaman dan
keterampilan kepada mahasiswa mengenai metode pengujian sanitasi udara dan
ruang serta untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada udara dan ruang
tempat aktivitas sehari-hari.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Bahan dan alat
2.1.1 Bahan
1. NA
2. APDA
3. Rodac
2.1.2 Alat
1. Cawan petri
2. Pisau
3. Bunsen
4.Ose
5. Pinset
2.2 Prosedur kerja
2.2.1 Sanitasi udara
NA (Duplo)
APDA (Duplo)
Cawan terbuka
Tempatkan di meja/lantai
(t = 10’)
Cawan ditutup
Ukur diameter cawan 3x
Inkubasi t = 300C,2 hari
Amati dan hitung densitas mikroba
€ mo/m2
2.2.2 Sanitasi Ruang
Media
tempelkan t = 10’
iris tipis
Pindahkan
Cawan ditutup
Ukur diameter 3x
Inkubasi
Amati dan hitung
€ mo/m2
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Udara
Kelompok
Lokasi
1
Kantin 4
Kantin 4
2
(Lantai)
ATM BNI
CA K01
CB K05
Teras SJMP
Pos Satpam
3
4
5
6
7
NA
91
APDA
TBUD
107
5
150
36 + menyebar
42
246
2
1
1
36
58
19
TBUD
18
pintu 3 (Meja)
Ppos Satpam
8
Densitas Mikroba
∑mikroba
Pintu 3 (Lantai)
∑mikroba/jam/m2
NA
APDA
4,2 x 104
4,2 x 104
7,1x10 4
1,9 x 103
1,0 x 106
2,2 x 103
9,4x102
6,2x102
4,7 x 102
1,5 x 105
1,10 x 105
8,9 x 103
TBUD
8,4 x 103
Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Ruang
Densitas Mikroba
PCA
Kelompok
Perlakuan
Sebelum
1
2
3
4
5
6
7
8
Diameter
RODAC
Setelah
didesinfektan
230
43
20
didesinfektan
TBUD
24
64
(1spread menyebar)
TBUD
(2spread menyebar)
TBUD
(koloni menyebar)
100
TBUD
135
13 (dengan spread
(koloni menyebar)
21
Koloni menyebar
24
11 (dengan spread
menyebar)
menyebar)
(cm)
(∑cfu/m2)
Perlakuan
Sebelum
Setelah
2,9
2,9
didesinfektan
9 x 104
3,2 x 104
didesinfektan
1,8 x 104
2,85
-
-
2,8
-
-
2,7
3
2,8
3,8 x 103
1,09 x 105
1,4 x 103
1,94 x 104
2,9
-
-
3.2 Pembahasaan
Sanitasi adalah suatu istilah yang secara tradisional dikaitkan dengan
kesehatan manusia. Oleh karena kesehatan manusia dapat dipengaruhi oleh semua
faktor-faktor dalam lingkungan, maka dalam prakteknya implikasi sanitasi meluas
hingga kesehatan semua organisme hidup. Sanitasi didefinisikan sebagai
pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor
lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut.
Potensi mikroba untuk merusak pangan dan menimbulkan penyakit pada
manusia, organisme lain dan tanaman, berarti bahwa mikrobiologi harus
memegang peranan yang sangat pentinng dalam ilmu sanitasi. Oleh karena itu
orang yang berkepntinngan dalam sanitasi industri pangan perlu memiliki
pengertian dasar tentang mikroorganisme dalam lingkungan tertentu seperti udara,
ruangan, dan pekerjaan itu sendiri.
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi udara.
Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari
lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme,
misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran
pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme
yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu
atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984). Kehidupan bakteri tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi
keadaan lingkungan. Misalnya bakteri thermogenesis menimbulkan panas di
dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari media
tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia
(Lay, 1992).
Pada praktikum ini dilakukan sanitasi udara di kantin, ATM, gedung CA
K01, gedung CB K05, pos satpam,dan teras SJMP. Metode yang digunakan yaitu
dengan meletakkan cawan media NA dan APDA dengan posisi tutup terbuka pada
ruangan selama 10 menit. Setelah 10 menit cawan-cawan tersebut diinkubasi pada
suhu ruang selama 48 jam. Didapatkan hasil seperti yang dapat dilihhat pada tabel
1. Pada media NA kelompok 1 mendapatkan jumlah mikroba sebanyak 4,2 x 10 4
mikroba/jam/m2 dan pada media APDA mendapatkan mikroba TBUD. Pada media
NA kelompok 2 mendapatkan jumlah mikroba sebanyak 4,2 x 10 4 mikroba/jam/m2
dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 2,2 x 10 3 mikroba/jam/m2.
Pada media NA kelompok 3 mendapatkan jumlah mikroba sebanyak 7,1 x 10 4
mikroba/jam/m2 dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 9,4 x 102
mikroba/jam/m2.
Pada media NA kelompok 4 mendapatkan jumlah mikroba
TBUD dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 6,2 x 10 2
mikroba/jam/m2.
Pada media NA kelompok 5 mendapatkan jumlah mikroba
sebanyak 1,9 x 103 mikroba/jam/m2 dan pada media APDA mendapatkan mikroba
sebanyak 4,7 x 102 mikroba/jam/m2. Pada media NA kelompok 6 mendapatkan
jumlah mikroba sebanyak 1,0 x 106 mikroba/jam/m2 dan pada media APDA
mendapatkan mikroba sebanyak 1,5 x 10 5 mikroba/jam/m2.
Pada media NA
kelompok 7 mendapatkan jumlah mikroba sebanyak 1,10 x 105 mikroba/jam/m2
dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 8,9 x 10 3 mikroba/jam/m2.
Pada media NA kelompok 8 mendapatkan jumlah mikroba TBUD dan pada media
APDA mendapatkan mikroba sebanyak 8,4 x 103 mikroba/jam/m2.
Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas lingkungan
misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana aktivitas
kehidupan relatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contohlain udara di
sekitar rumah, pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat pembuangan
sampah maka jumlah mikroba relatif banyak (Pelczar, 1988). Banyak penyakit
yang disebabkan oleh bakteri pathogen yang ditularkan melalui udara, misalnya
bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang dapat ditularkan melalui
udara pernapasan. Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak
dapat hidup dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme
udara terdiri atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau
terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya akan
menimbulkan bakteri di udara. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan
mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan
udara (Volk dan Wheeler, 1984).
Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga
organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad penyebab
penyakit melalui udara. Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta
saraf kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme
terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk
dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan
mempunyai ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik
air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal
dalam udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke
lantai atau permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan
berada dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut.
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam
populasi campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu
spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies
mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan
dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan
dalam biakan murni (Bonang, 1982). Flora mikroba yang terdapat di lingkungan
alamiah merupakan penyebab banyak sekali proses biokimia, yang pada akhirnya
memungkinkan kesinambungan kehidupan. Setiap spesies mikroorganisme akan
tumbuh
dengan
baik
dalam
lingkungannya
hanya
selama
kondisinya
menguntungkan bagi pertumbuhannya dan mempertahankan dirinya. Begitu
terjadi perubahan fisik atau kimia, seperti misalnya habisnya nutrien atau terjdi
perubahan radikal dalam hal suhu atau pH yang membuat kondisi bagi
pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka organisme yang telah
beradaptasi dengan baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa
menyerahkan tempatnya kepada organisme yang dapat beradaptasi dengan baik di
dalam kondisi yang baru.
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh
permukaan setiap tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat
perlu diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau
pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan Wheeler, 1984). Sanitasi
yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi pencucian untuk menghilangkan
kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi menggunakan
germisidal. Dalam pencucian menggunakan air biasanya digunakan detergen
untuk membantu proses pembersihan. Penggunaan detergen mempunyai beberapa
keuntungan karena detergen dapat melunakkan lemak, mengemulsi lemak,
melarutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin. Detergen
yang digunakan untuk mencuci alat/wadah dan alat pengolahan tidak boleh
bersifat korosif dan mudah dicuci dari permukaan. Proses sanitasi alat dan wadah
ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang
terdapat pada permukaan. Sanitizer yang digunakan misalnya air panas, halogen
(khlorin atau Iodine), turunan halogen dan komponen ammonium quarternair
(Gobel, 2008).
Metode hitung cawan di dasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang
dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang
muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat
hidup yang terkandung dalam sampel (Hadioetomo, 1990). Metode yang dapat
digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan terdiri dari
metode hitung cawan (Most probable Number) dan metode hitungan mikroskopik
langsung. Dari metode-metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak
digunakan. Metode lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah
mikroba di dalam suatu larutan adalah metode turbidimetri. Tetapi metode ini
sukar diterapkan pada bahan pangan, misalnya sari buah, biasanya mengandung
komponen-komponen yang menyebabkan kekeruhan sehingga kekeruhan larutan
tidak sebanding dengan jumlah mikroba yang terdapat di dalamnya
(Dwijoseputro, 1987).
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding,
dan langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah
dibersihkan. Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk
dibersihkan. Lantai yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan
tidak ditiriskan dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi
bakteri dan serangga. Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat membawa bakteri
seperti Staphylococcus
aureus.
Lantai,
dinding,
dan
langit-langit
yang
konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan tetapi, struktur
yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan bila tidak
dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif.
Pada praktikum ini dilakukan sanitasi ruang pada lantai dan meja di kantin,
ATM, gedung CA K01, gedung CB K05, pos satpam,dan teras SJMP. Metode
yang digunakan merupakan metode RODAC. Agar suntik PCA steril ditempelkan
pada lantai dan meja yang belum dibersihkan dengan desinfektan serta pada lantai
dan
yang telah dibersihkan desinfektan.
Jumlah mikroba ruangan sebelum
dibersihkan desinfektan yaitu kelompok 1 mendapatkan 9 x 104 mikroba/m2 dan
setelah pemberian desinfektan mikroba menjadi TBUD, sebelum dibersihkan
desinfektan kelompok 2 mendapatkan 3,2 x 104 mikroba/m2 dan setelah pemberian
desinfektan mikroba menjadi 1,8 x 104, sebelum dibersihkan desinfektan
kelompok 3 mendapatkan mikroba TBUD dan setelah pemberian desinfektan
mikroba tetap TBUD, sebelum dibersihkan desinfektan kelompok 4 mendapatkan
mikroba TBUD dan setelah pemberian desinfektan mikroba tetap TBUD, sebelum
dibersihkan desinfektan kelompok 5 mendapatkan 3,8 x 103 mikroba/m2 dan
setelah pemberian desinfektan mikroba menjadi 1,8 x 103, sebelum dibersihkan
desinfektan kelompok 6 mendapatkan mikroba TBUD dan setelah pemberian
desinfektan mikroba tetap TBUD, sebelum dibersihkan desinfektan kelompok 7
mendapatkan 1,09 x 105 mikroba/m2 dan setelah pemberian desinfektan mikroba
menjadi 1,94 x 104, sebelum dibersihkan desinfektan kelompok 8 mendapatkan
mikroba TBUD dan setelah pemberian desinfektan mikroba tetap TBUD.
Tingginya jumlah mikroba pada lantai sebelum pemberian desinfektan
disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Srikandi Fardiaz (1992, h.78) faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik adalah nutrient, air, suhu, pH,
oksigen, adanya zat penghambat misalnya desinfektan dan adanya jasad renik
lain. Adanya perbedaaan jumlah mikroba sebelum dan sesudah pemberian
desinfektan dari faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik karena
adanya zat penghambat, karena apabila pengaruh pencahayaan, suhu,kelembaban,
pada saat praktikum baik sebelum dan sesudah pemberian desinfektan adalah
relatif sama. Faktor utama yang menetukan bagaimana desinfektan bekerja adalah
kadar desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, suhu
desinfektan, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada dan keadaan bahan yang
didesinfeksi.
Namun beberapa kelompokmendapatkan hasil yang tidak sesuai, seharusnya
jumlah mikroba yang didapkan setelah pemberian desinfektan dapat berkurang
dari jumlah mikroba yang didapatkan sebelum didesinfektan. Hal ini mungkin
terjadi karena kontaminasi dari tissu yang digunakan untuk mengelap lantai atau
meja tersebut, atau kesalahan praktikan dalam melakukan praktikumnya, atau
mungkin kesalahan praktikan dalam menghitung mikroba yang tumbuh pada
cawan.
. Apabila proses desinfeksi ditujukan pada patogen tertentu, agen yang
dipilih sebagai desinfektan harus dikenal sebagai bakterisidaefektif terhadap
organisme tersebut. Cara kerjadesinfektan dalam mematikan mikroorganisme
yaitu:
a. Kerusakan pada Dinding sel dengan cara menghambat pembentukan atau
mengubah setelah selesaiterbentuk.
b. Perubahan metabolisme sel, adanya kerusakan pada membran sitoplasma
yang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.
c. Perubahan molekul protein dan Asam Nukleat, apabila terjadi perubahan
molekul protein dan asam nukleat dimanahidupnya suatu sel bergabung
pada terpeliharanya molekul ini, makadapat merusak sel tanpa diperbaharui
kembali.
d. Penghambatan kerja enzim penghambatan kerja enzim dapat mengakibatkan
terganggunya metabolisme atau matinya sel.
e. Penghambatan sintetis asam nukleat dan protein, adanya gangguan DNA,
RNA dan protein didalam proses kehidupannormal sel dapat mengakibatkan
kerusakan total pada sel.
BAB 1V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa udara dan
ruangan di kantin, ATM, gedung CA K01, gedung CB K05, pos satpam, dan teras
SJMP tidak terbebas dari kontaminasi mikroba. Kebersihan udara dan ruangan
suatu tempat dapat dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan oleh manusia itu
sendiri misalnya
mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk percikan dari
hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air
terhembuskan dari saluran pernapasan. Penggunaan desinfektan belum bisa
membunuh semua mikroba,namun desinfektan dapat mengurangi jumlah mikroba
yang terdapat pada suatu tempat.
4.2 Saran
Adapun saran utk praktikum ini yaitu sebaikya praktikan meperhatikan
penjelasan yang dijelaskan oleh dosen sebelum melakukan praktikum agar tidak
terjadi keasalahan dalam melakukan praktikum. Dan praktikan juga harus teliti
terhadap perhitungan mikroba pada cawan sehingga hasil yang didapatkan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Bonang, G., 1982, Mikrobiologi kedokteran. PT Gramedia, Jakarta.
Dwijoseputro, 1989, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Malang.
Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar :
Universitas Hasanuddin.
Hadioetomo, R, S., 1990, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, Gramedia. Jakarta.
Lay, Bibiana, W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Pt Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Pelczar, Michael W., 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, UI Press, Jakarta.
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga,
Jakarta.
LAMPIRAN
Sanitasi Ruang
Sebelum dibersihkan dengan wipol
Setelah dibersihkan dengan wipol
Keterangan
Tempat
Kantin 4
Kantin 4
(Lantai)
ATM BNI
CA K01
CB K05
Teras SJMP
Pos Satpam
Pintu 3
(Meja)
Pos Satpam
Pintu 3
(Lantai)
Sanitasi Udara
Tempat: Kantin 4
Media NA
Media APDA
Tempat: Kantin 4 (Lantai)
Media NA
Media APDA
Tempat: ATM BNI
Media NA
Media APDA
Tempat: CA K01
Media NA
Media APDA
Tempat: CB K05
Media NA
Media APDA
Tempat: Teras SJMP
Media NA
Media APDA
Tempat: Pos Satpam Pintu 3 (Meja)
Media NA
Media APDA
Tempat: Pos Satpam Pintu 3 (Lantai)
Media NA
Media APDA
PERHITUNGAN
Kelompok 1
NA∑mikroba/jam/m2 =
54 +37 60
10000
x
x
= 4,2 x 104 cfu/jam/m2
2
10 3,14 x 4,5 x 4,5
APDA∑mikroba/jam/m2 (ulangan 1) =
3+4 60
10000
x x
= 3,1 x 103
2
10 3,14 x 4,6 x 4,6
cfu/jam/m2
APDA∑mikroba/jam/m2 (ulangan 2) =
4+ 6 60
10000
x x
= 4,7 x 103
2
10 3,14 x 4,5 x 4,5
cfu/jam/m2
PCA∑mikroba/m2 (ulangan 1) =
230
10000
x
= 9,0 x 104 cfu/m2
1
3,14 x 2,85 x 2,85
APDA∑kapang/jam/m2 =
3+ 4 60
10000
x x
= 3,2 x 103 cfu/m2
2
10 3,14 x 4,55 x 4,55
APDA∑khamir/jam/m2 =
4+ 6 60
10000
x x
= 4,6 x 103 cfu/m2
2
10 3,14 x 4,55 x 4,55
Kelompok 2
Sanitasi Ruang
1) PCA Sebelum I
Densitas mikroba = rata” koloni menyebar x
10.000 cm ²
2
luas( c m )
10.000 cm²
43
x
2
3,14 (1,45)²
= 3,2 x 104 cfu/cm2
=
2) PCA Sesudah I
Densitas mikroba = rata” koloni menyebar x
10.000 cm²
24
x
2
3,14 (1,45)²
= 1,8 x 104 cfu/cm2
=
10.000 cm ²
luas( c m 2)
Sanitasi Udara
60 menit
10 menit
Densitas mikroba= rata” koloni x
=
4+1
2
10.000 cm²
3,14 (4,65)²
60 menit
x
10 menit
x
10.000 cm ²
¶r ²
x
= 0,2 cfu/jam/m2
1) NA I
= 41
60 menit
10 menit
Densitas mikroba= rata” koloni x
=
41+66
2
10.000 cm ²
¶r ²
x
10.000 cm²
3,14 (4,65)²
60 menit
x
10 menit
x
= 4,2 cfu/jam/m2
Kelompok 3
N
N
APD
APD
Jumlah mikroba
PCA 1
PC
A
A
A1
A2
A1
1
13
2
20
1
1
0
6(1
14
PCA 2
PCA 2
NA
Densitas mikroba
APDA PC PC
23 (1
41(1
7,1x1
9,4x10
spread
spread
spread
04
2
koloni
koloni
koloni
menyeba
menyeba
menyeba
r)
r)
Tempat = ATM BNI kampus diploma IPB
A1
A2
-
-
r)
Diameter Cawan = 9 cm
Diameter Agar = 2,85 cm
Kelompok 4:
∑ Mikroba
Tempat
NA
CA K01
APDA
-
22 (ada koloni
-
1 kapang, 0
-
menyebar)
14 (ada koloni
-
khamir
0 kapang, 0
menyebar)
khamir
Diamete
Densitas Mikroba
r Cawan
∑mikroba/jam/m2
(cm)
NA
APDA
9
-
6,2x102
Sanitasi Ruang
∑ Mikroba
Tempat
Sebelum
Sesudah
Dibersihkan
Dibersihkan
- TBUD (ada
- TBUD (ada
koloni
CB K01
Densitas Mikroba
koloni
menyebar)
- TBUD (ada
menyebar)
- TBUD (ada
koloni
koloni
menyebar)
menyebar)
Diameter
(∑bakteri/jam/m2)
Sebelum
Setelah
RODAC (cm)
Dibersihkan
Dibersihkan
-
-
Sebelum
dibersihkan
- 2,8 cm
- 2,6 cm
Sesudah
sibersihkan
- 2,8 cm
- 2,9 cm
Kelompok 5
Sanitasi RUang
1. APDA = ( 100+21)/2 x (3,14 x (4,5)2 )
= 3,8 x 103 mikroba/m2
2. NA
= ( 40+ 5)/2 x (3,14 x (4,5)2 )
= 1,4 x 103 mikroba/m2
Sanitasi Udara
3. APDA = (1+0)/2 x 60/10 x 10000/63,585
= 4,7 x 102 mikroba/jam/m2
4. NA
= (35+7)/2 x 60/10 x 10000/63,585
= 1,9 x 103 mikroba/jam/m2
Kelompok 6:
PCA sebelum dan sesudah dibersihkan TBUD
Sanitasi udara NA 131,109
APDA 1: khamir 3 kapang 9
APDA 2: khamir 7 kapang 18
Kelompok 7
Sanitasi udara
Densitas (NA) =
10+ 48 60
10000
x
x
2
10 (3,14 x 4,5 x 4,5)
= 1,10 x 105 CFU/jam/m2
Densitas (APDA)=
12+7 60
10000
x
x
2
10 (3,14 x 4,5 x 4,5)
= 8,9 x 103 CFU/jam/m2
Sanitasi ruang
-sebelum didesinfektan:
Densitas
=
63+ 72
10000
x
2
(3,14 x 1,4 x 1,4)
= 1,09 x 105 CFU/m2
-sesudah didesinfektan:
Densitas
=
10+ 14
10000
x
2
(3,14 x 1,4 x 1,4)
=1,94 x 104 CFU/m2
Kelompok 8:
Sanitasi Ruang: PCA1
Menyebar
Tidak bisa dihitung
13+menyebar
PCA2
2 menyebar
Tidak bias dihitung
9 menyebar
Sanitasi Udara:
Densitas mikroba=
12+6
2
x
60 menit
x
10 menit
10.000 cm ²
3,14(4,5) ²
= 8,4 x 103 cfu/jam/m2
Kapang
=
7 +4
2
x
60 menit
x
10 menit
10.000 cm ²
3,14( 4,5) ²
= 5,1 x 103 cfu/jam/m2
Khamir
=
5+ 2
2
x
60 menit
x
10 menit
= 3,3 x 103 cfu/jam/m2
10.000 cm ²
3,14( 4,5) ²
Hari/Tanggal: Kamis 9 Oktober 2014
Sanitasi dan Higieni
PJ Dosen
: CC Nurwitri, STP DAA
Asisten
: Novini Nur Adhifa, Amd
SANITASI RUANG DAN UDARA
Kelompok 7/AP2
Imma Nuriana
J3E113014
Giyanti Wahyu Nuraulia
J3E113052
Romarta Pardede
J3E413130
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sanitasi
merupakan peranan penting dalam industri pangan karena
tindakan ini ditetapkan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyakit pada
makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan baik,maka keamanan dari
pangan yang diproduksi akan dijamin aman untuk dikonsumsi. Kata hygiene
menurut lukman (2008) berarti kondisi atau tindakan untuk meningkatkan
kesehatan atau ilmu yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
Udara merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan
pangan. Tingkat pencemaran udara tidak mengandung mikroflora secara
alami,tetapi kontaminasi dari lingkungan dari sekitarnya mengakibatkan udara
mengandung berbagai mikroorganisme. Mikroorganisme yang terdapat di udara
biasanya melekat pada bahan padat. menurut irrianto (2002) jumlah
mikroorganisme yang mencemari udara juga ditentukan oleh sumber pencemaran
didalam lingkungan.
Ruangan merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan
pangan. Jika didalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan air,mikroba yang
ditemukan didalmnya juga bermacam-macam,misalnya mikroba tanah dari tanah
dan debu,mikroba air dari semprotan air,mikroba dari makanan fermentasi (spora
tempe,oncom,dan sebagainya),mikroba dari tempat dan sebagainya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan pemahaman dan
keterampilan kepada mahasiswa mengenai metode pengujian sanitasi udara dan
ruang serta untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada udara dan ruang
tempat aktivitas sehari-hari.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Bahan dan alat
2.1.1 Bahan
1. NA
2. APDA
3. Rodac
2.1.2 Alat
1. Cawan petri
2. Pisau
3. Bunsen
4.Ose
5. Pinset
2.2 Prosedur kerja
2.2.1 Sanitasi udara
NA (Duplo)
APDA (Duplo)
Cawan terbuka
Tempatkan di meja/lantai
(t = 10’)
Cawan ditutup
Ukur diameter cawan 3x
Inkubasi t = 300C,2 hari
Amati dan hitung densitas mikroba
€ mo/m2
2.2.2 Sanitasi Ruang
Media
tempelkan t = 10’
iris tipis
Pindahkan
Cawan ditutup
Ukur diameter 3x
Inkubasi
Amati dan hitung
€ mo/m2
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Udara
Kelompok
Lokasi
1
Kantin 4
Kantin 4
2
(Lantai)
ATM BNI
CA K01
CB K05
Teras SJMP
Pos Satpam
3
4
5
6
7
NA
91
APDA
TBUD
107
5
150
36 + menyebar
42
246
2
1
1
36
58
19
TBUD
18
pintu 3 (Meja)
Ppos Satpam
8
Densitas Mikroba
∑mikroba
Pintu 3 (Lantai)
∑mikroba/jam/m2
NA
APDA
4,2 x 104
4,2 x 104
7,1x10 4
1,9 x 103
1,0 x 106
2,2 x 103
9,4x102
6,2x102
4,7 x 102
1,5 x 105
1,10 x 105
8,9 x 103
TBUD
8,4 x 103
Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Ruang
Densitas Mikroba
PCA
Kelompok
Perlakuan
Sebelum
1
2
3
4
5
6
7
8
Diameter
RODAC
Setelah
didesinfektan
230
43
20
didesinfektan
TBUD
24
64
(1spread menyebar)
TBUD
(2spread menyebar)
TBUD
(koloni menyebar)
100
TBUD
135
13 (dengan spread
(koloni menyebar)
21
Koloni menyebar
24
11 (dengan spread
menyebar)
menyebar)
(cm)
(∑cfu/m2)
Perlakuan
Sebelum
Setelah
2,9
2,9
didesinfektan
9 x 104
3,2 x 104
didesinfektan
1,8 x 104
2,85
-
-
2,8
-
-
2,7
3
2,8
3,8 x 103
1,09 x 105
1,4 x 103
1,94 x 104
2,9
-
-
3.2 Pembahasaan
Sanitasi adalah suatu istilah yang secara tradisional dikaitkan dengan
kesehatan manusia. Oleh karena kesehatan manusia dapat dipengaruhi oleh semua
faktor-faktor dalam lingkungan, maka dalam prakteknya implikasi sanitasi meluas
hingga kesehatan semua organisme hidup. Sanitasi didefinisikan sebagai
pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor
lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut.
Potensi mikroba untuk merusak pangan dan menimbulkan penyakit pada
manusia, organisme lain dan tanaman, berarti bahwa mikrobiologi harus
memegang peranan yang sangat pentinng dalam ilmu sanitasi. Oleh karena itu
orang yang berkepntinngan dalam sanitasi industri pangan perlu memiliki
pengertian dasar tentang mikroorganisme dalam lingkungan tertentu seperti udara,
ruangan, dan pekerjaan itu sendiri.
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi udara.
Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari
lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme,
misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran
pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme
yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu
atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984). Kehidupan bakteri tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi
keadaan lingkungan. Misalnya bakteri thermogenesis menimbulkan panas di
dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari media
tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia
(Lay, 1992).
Pada praktikum ini dilakukan sanitasi udara di kantin, ATM, gedung CA
K01, gedung CB K05, pos satpam,dan teras SJMP. Metode yang digunakan yaitu
dengan meletakkan cawan media NA dan APDA dengan posisi tutup terbuka pada
ruangan selama 10 menit. Setelah 10 menit cawan-cawan tersebut diinkubasi pada
suhu ruang selama 48 jam. Didapatkan hasil seperti yang dapat dilihhat pada tabel
1. Pada media NA kelompok 1 mendapatkan jumlah mikroba sebanyak 4,2 x 10 4
mikroba/jam/m2 dan pada media APDA mendapatkan mikroba TBUD. Pada media
NA kelompok 2 mendapatkan jumlah mikroba sebanyak 4,2 x 10 4 mikroba/jam/m2
dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 2,2 x 10 3 mikroba/jam/m2.
Pada media NA kelompok 3 mendapatkan jumlah mikroba sebanyak 7,1 x 10 4
mikroba/jam/m2 dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 9,4 x 102
mikroba/jam/m2.
Pada media NA kelompok 4 mendapatkan jumlah mikroba
TBUD dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 6,2 x 10 2
mikroba/jam/m2.
Pada media NA kelompok 5 mendapatkan jumlah mikroba
sebanyak 1,9 x 103 mikroba/jam/m2 dan pada media APDA mendapatkan mikroba
sebanyak 4,7 x 102 mikroba/jam/m2. Pada media NA kelompok 6 mendapatkan
jumlah mikroba sebanyak 1,0 x 106 mikroba/jam/m2 dan pada media APDA
mendapatkan mikroba sebanyak 1,5 x 10 5 mikroba/jam/m2.
Pada media NA
kelompok 7 mendapatkan jumlah mikroba sebanyak 1,10 x 105 mikroba/jam/m2
dan pada media APDA mendapatkan mikroba sebanyak 8,9 x 10 3 mikroba/jam/m2.
Pada media NA kelompok 8 mendapatkan jumlah mikroba TBUD dan pada media
APDA mendapatkan mikroba sebanyak 8,4 x 103 mikroba/jam/m2.
Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas lingkungan
misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana aktivitas
kehidupan relatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contohlain udara di
sekitar rumah, pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat pembuangan
sampah maka jumlah mikroba relatif banyak (Pelczar, 1988). Banyak penyakit
yang disebabkan oleh bakteri pathogen yang ditularkan melalui udara, misalnya
bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang dapat ditularkan melalui
udara pernapasan. Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak
dapat hidup dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme
udara terdiri atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau
terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya akan
menimbulkan bakteri di udara. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan
mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan
udara (Volk dan Wheeler, 1984).
Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga
organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad penyebab
penyakit melalui udara. Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta
saraf kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme
terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk
dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan
mempunyai ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik
air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal
dalam udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke
lantai atau permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan
berada dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut.
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam
populasi campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu
spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies
mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan
dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan
dalam biakan murni (Bonang, 1982). Flora mikroba yang terdapat di lingkungan
alamiah merupakan penyebab banyak sekali proses biokimia, yang pada akhirnya
memungkinkan kesinambungan kehidupan. Setiap spesies mikroorganisme akan
tumbuh
dengan
baik
dalam
lingkungannya
hanya
selama
kondisinya
menguntungkan bagi pertumbuhannya dan mempertahankan dirinya. Begitu
terjadi perubahan fisik atau kimia, seperti misalnya habisnya nutrien atau terjdi
perubahan radikal dalam hal suhu atau pH yang membuat kondisi bagi
pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka organisme yang telah
beradaptasi dengan baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa
menyerahkan tempatnya kepada organisme yang dapat beradaptasi dengan baik di
dalam kondisi yang baru.
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh
permukaan setiap tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat
perlu diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau
pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan Wheeler, 1984). Sanitasi
yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi pencucian untuk menghilangkan
kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi menggunakan
germisidal. Dalam pencucian menggunakan air biasanya digunakan detergen
untuk membantu proses pembersihan. Penggunaan detergen mempunyai beberapa
keuntungan karena detergen dapat melunakkan lemak, mengemulsi lemak,
melarutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin. Detergen
yang digunakan untuk mencuci alat/wadah dan alat pengolahan tidak boleh
bersifat korosif dan mudah dicuci dari permukaan. Proses sanitasi alat dan wadah
ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang
terdapat pada permukaan. Sanitizer yang digunakan misalnya air panas, halogen
(khlorin atau Iodine), turunan halogen dan komponen ammonium quarternair
(Gobel, 2008).
Metode hitung cawan di dasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang
dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang
muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat
hidup yang terkandung dalam sampel (Hadioetomo, 1990). Metode yang dapat
digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan terdiri dari
metode hitung cawan (Most probable Number) dan metode hitungan mikroskopik
langsung. Dari metode-metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak
digunakan. Metode lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah
mikroba di dalam suatu larutan adalah metode turbidimetri. Tetapi metode ini
sukar diterapkan pada bahan pangan, misalnya sari buah, biasanya mengandung
komponen-komponen yang menyebabkan kekeruhan sehingga kekeruhan larutan
tidak sebanding dengan jumlah mikroba yang terdapat di dalamnya
(Dwijoseputro, 1987).
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding,
dan langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah
dibersihkan. Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk
dibersihkan. Lantai yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan
tidak ditiriskan dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi
bakteri dan serangga. Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat membawa bakteri
seperti Staphylococcus
aureus.
Lantai,
dinding,
dan
langit-langit
yang
konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan tetapi, struktur
yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan bila tidak
dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif.
Pada praktikum ini dilakukan sanitasi ruang pada lantai dan meja di kantin,
ATM, gedung CA K01, gedung CB K05, pos satpam,dan teras SJMP. Metode
yang digunakan merupakan metode RODAC. Agar suntik PCA steril ditempelkan
pada lantai dan meja yang belum dibersihkan dengan desinfektan serta pada lantai
dan
yang telah dibersihkan desinfektan.
Jumlah mikroba ruangan sebelum
dibersihkan desinfektan yaitu kelompok 1 mendapatkan 9 x 104 mikroba/m2 dan
setelah pemberian desinfektan mikroba menjadi TBUD, sebelum dibersihkan
desinfektan kelompok 2 mendapatkan 3,2 x 104 mikroba/m2 dan setelah pemberian
desinfektan mikroba menjadi 1,8 x 104, sebelum dibersihkan desinfektan
kelompok 3 mendapatkan mikroba TBUD dan setelah pemberian desinfektan
mikroba tetap TBUD, sebelum dibersihkan desinfektan kelompok 4 mendapatkan
mikroba TBUD dan setelah pemberian desinfektan mikroba tetap TBUD, sebelum
dibersihkan desinfektan kelompok 5 mendapatkan 3,8 x 103 mikroba/m2 dan
setelah pemberian desinfektan mikroba menjadi 1,8 x 103, sebelum dibersihkan
desinfektan kelompok 6 mendapatkan mikroba TBUD dan setelah pemberian
desinfektan mikroba tetap TBUD, sebelum dibersihkan desinfektan kelompok 7
mendapatkan 1,09 x 105 mikroba/m2 dan setelah pemberian desinfektan mikroba
menjadi 1,94 x 104, sebelum dibersihkan desinfektan kelompok 8 mendapatkan
mikroba TBUD dan setelah pemberian desinfektan mikroba tetap TBUD.
Tingginya jumlah mikroba pada lantai sebelum pemberian desinfektan
disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Srikandi Fardiaz (1992, h.78) faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik adalah nutrient, air, suhu, pH,
oksigen, adanya zat penghambat misalnya desinfektan dan adanya jasad renik
lain. Adanya perbedaaan jumlah mikroba sebelum dan sesudah pemberian
desinfektan dari faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik karena
adanya zat penghambat, karena apabila pengaruh pencahayaan, suhu,kelembaban,
pada saat praktikum baik sebelum dan sesudah pemberian desinfektan adalah
relatif sama. Faktor utama yang menetukan bagaimana desinfektan bekerja adalah
kadar desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, suhu
desinfektan, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada dan keadaan bahan yang
didesinfeksi.
Namun beberapa kelompokmendapatkan hasil yang tidak sesuai, seharusnya
jumlah mikroba yang didapkan setelah pemberian desinfektan dapat berkurang
dari jumlah mikroba yang didapatkan sebelum didesinfektan. Hal ini mungkin
terjadi karena kontaminasi dari tissu yang digunakan untuk mengelap lantai atau
meja tersebut, atau kesalahan praktikan dalam melakukan praktikumnya, atau
mungkin kesalahan praktikan dalam menghitung mikroba yang tumbuh pada
cawan.
. Apabila proses desinfeksi ditujukan pada patogen tertentu, agen yang
dipilih sebagai desinfektan harus dikenal sebagai bakterisidaefektif terhadap
organisme tersebut. Cara kerjadesinfektan dalam mematikan mikroorganisme
yaitu:
a. Kerusakan pada Dinding sel dengan cara menghambat pembentukan atau
mengubah setelah selesaiterbentuk.
b. Perubahan metabolisme sel, adanya kerusakan pada membran sitoplasma
yang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.
c. Perubahan molekul protein dan Asam Nukleat, apabila terjadi perubahan
molekul protein dan asam nukleat dimanahidupnya suatu sel bergabung
pada terpeliharanya molekul ini, makadapat merusak sel tanpa diperbaharui
kembali.
d. Penghambatan kerja enzim penghambatan kerja enzim dapat mengakibatkan
terganggunya metabolisme atau matinya sel.
e. Penghambatan sintetis asam nukleat dan protein, adanya gangguan DNA,
RNA dan protein didalam proses kehidupannormal sel dapat mengakibatkan
kerusakan total pada sel.
BAB 1V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa udara dan
ruangan di kantin, ATM, gedung CA K01, gedung CB K05, pos satpam, dan teras
SJMP tidak terbebas dari kontaminasi mikroba. Kebersihan udara dan ruangan
suatu tempat dapat dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan oleh manusia itu
sendiri misalnya
mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk percikan dari
hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air
terhembuskan dari saluran pernapasan. Penggunaan desinfektan belum bisa
membunuh semua mikroba,namun desinfektan dapat mengurangi jumlah mikroba
yang terdapat pada suatu tempat.
4.2 Saran
Adapun saran utk praktikum ini yaitu sebaikya praktikan meperhatikan
penjelasan yang dijelaskan oleh dosen sebelum melakukan praktikum agar tidak
terjadi keasalahan dalam melakukan praktikum. Dan praktikan juga harus teliti
terhadap perhitungan mikroba pada cawan sehingga hasil yang didapatkan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Bonang, G., 1982, Mikrobiologi kedokteran. PT Gramedia, Jakarta.
Dwijoseputro, 1989, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Malang.
Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar :
Universitas Hasanuddin.
Hadioetomo, R, S., 1990, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, Gramedia. Jakarta.
Lay, Bibiana, W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Pt Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Pelczar, Michael W., 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, UI Press, Jakarta.
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga,
Jakarta.
LAMPIRAN
Sanitasi Ruang
Sebelum dibersihkan dengan wipol
Setelah dibersihkan dengan wipol
Keterangan
Tempat
Kantin 4
Kantin 4
(Lantai)
ATM BNI
CA K01
CB K05
Teras SJMP
Pos Satpam
Pintu 3
(Meja)
Pos Satpam
Pintu 3
(Lantai)
Sanitasi Udara
Tempat: Kantin 4
Media NA
Media APDA
Tempat: Kantin 4 (Lantai)
Media NA
Media APDA
Tempat: ATM BNI
Media NA
Media APDA
Tempat: CA K01
Media NA
Media APDA
Tempat: CB K05
Media NA
Media APDA
Tempat: Teras SJMP
Media NA
Media APDA
Tempat: Pos Satpam Pintu 3 (Meja)
Media NA
Media APDA
Tempat: Pos Satpam Pintu 3 (Lantai)
Media NA
Media APDA
PERHITUNGAN
Kelompok 1
NA∑mikroba/jam/m2 =
54 +37 60
10000
x
x
= 4,2 x 104 cfu/jam/m2
2
10 3,14 x 4,5 x 4,5
APDA∑mikroba/jam/m2 (ulangan 1) =
3+4 60
10000
x x
= 3,1 x 103
2
10 3,14 x 4,6 x 4,6
cfu/jam/m2
APDA∑mikroba/jam/m2 (ulangan 2) =
4+ 6 60
10000
x x
= 4,7 x 103
2
10 3,14 x 4,5 x 4,5
cfu/jam/m2
PCA∑mikroba/m2 (ulangan 1) =
230
10000
x
= 9,0 x 104 cfu/m2
1
3,14 x 2,85 x 2,85
APDA∑kapang/jam/m2 =
3+ 4 60
10000
x x
= 3,2 x 103 cfu/m2
2
10 3,14 x 4,55 x 4,55
APDA∑khamir/jam/m2 =
4+ 6 60
10000
x x
= 4,6 x 103 cfu/m2
2
10 3,14 x 4,55 x 4,55
Kelompok 2
Sanitasi Ruang
1) PCA Sebelum I
Densitas mikroba = rata” koloni menyebar x
10.000 cm ²
2
luas( c m )
10.000 cm²
43
x
2
3,14 (1,45)²
= 3,2 x 104 cfu/cm2
=
2) PCA Sesudah I
Densitas mikroba = rata” koloni menyebar x
10.000 cm²
24
x
2
3,14 (1,45)²
= 1,8 x 104 cfu/cm2
=
10.000 cm ²
luas( c m 2)
Sanitasi Udara
60 menit
10 menit
Densitas mikroba= rata” koloni x
=
4+1
2
10.000 cm²
3,14 (4,65)²
60 menit
x
10 menit
x
10.000 cm ²
¶r ²
x
= 0,2 cfu/jam/m2
1) NA I
= 41
60 menit
10 menit
Densitas mikroba= rata” koloni x
=
41+66
2
10.000 cm ²
¶r ²
x
10.000 cm²
3,14 (4,65)²
60 menit
x
10 menit
x
= 4,2 cfu/jam/m2
Kelompok 3
N
N
APD
APD
Jumlah mikroba
PCA 1
PC
A
A
A1
A2
A1
1
13
2
20
1
1
0
6(1
14
PCA 2
PCA 2
NA
Densitas mikroba
APDA PC PC
23 (1
41(1
7,1x1
9,4x10
spread
spread
spread
04
2
koloni
koloni
koloni
menyeba
menyeba
menyeba
r)
r)
Tempat = ATM BNI kampus diploma IPB
A1
A2
-
-
r)
Diameter Cawan = 9 cm
Diameter Agar = 2,85 cm
Kelompok 4:
∑ Mikroba
Tempat
NA
CA K01
APDA
-
22 (ada koloni
-
1 kapang, 0
-
menyebar)
14 (ada koloni
-
khamir
0 kapang, 0
menyebar)
khamir
Diamete
Densitas Mikroba
r Cawan
∑mikroba/jam/m2
(cm)
NA
APDA
9
-
6,2x102
Sanitasi Ruang
∑ Mikroba
Tempat
Sebelum
Sesudah
Dibersihkan
Dibersihkan
- TBUD (ada
- TBUD (ada
koloni
CB K01
Densitas Mikroba
koloni
menyebar)
- TBUD (ada
menyebar)
- TBUD (ada
koloni
koloni
menyebar)
menyebar)
Diameter
(∑bakteri/jam/m2)
Sebelum
Setelah
RODAC (cm)
Dibersihkan
Dibersihkan
-
-
Sebelum
dibersihkan
- 2,8 cm
- 2,6 cm
Sesudah
sibersihkan
- 2,8 cm
- 2,9 cm
Kelompok 5
Sanitasi RUang
1. APDA = ( 100+21)/2 x (3,14 x (4,5)2 )
= 3,8 x 103 mikroba/m2
2. NA
= ( 40+ 5)/2 x (3,14 x (4,5)2 )
= 1,4 x 103 mikroba/m2
Sanitasi Udara
3. APDA = (1+0)/2 x 60/10 x 10000/63,585
= 4,7 x 102 mikroba/jam/m2
4. NA
= (35+7)/2 x 60/10 x 10000/63,585
= 1,9 x 103 mikroba/jam/m2
Kelompok 6:
PCA sebelum dan sesudah dibersihkan TBUD
Sanitasi udara NA 131,109
APDA 1: khamir 3 kapang 9
APDA 2: khamir 7 kapang 18
Kelompok 7
Sanitasi udara
Densitas (NA) =
10+ 48 60
10000
x
x
2
10 (3,14 x 4,5 x 4,5)
= 1,10 x 105 CFU/jam/m2
Densitas (APDA)=
12+7 60
10000
x
x
2
10 (3,14 x 4,5 x 4,5)
= 8,9 x 103 CFU/jam/m2
Sanitasi ruang
-sebelum didesinfektan:
Densitas
=
63+ 72
10000
x
2
(3,14 x 1,4 x 1,4)
= 1,09 x 105 CFU/m2
-sesudah didesinfektan:
Densitas
=
10+ 14
10000
x
2
(3,14 x 1,4 x 1,4)
=1,94 x 104 CFU/m2
Kelompok 8:
Sanitasi Ruang: PCA1
Menyebar
Tidak bisa dihitung
13+menyebar
PCA2
2 menyebar
Tidak bias dihitung
9 menyebar
Sanitasi Udara:
Densitas mikroba=
12+6
2
x
60 menit
x
10 menit
10.000 cm ²
3,14(4,5) ²
= 8,4 x 103 cfu/jam/m2
Kapang
=
7 +4
2
x
60 menit
x
10 menit
10.000 cm ²
3,14( 4,5) ²
= 5,1 x 103 cfu/jam/m2
Khamir
=
5+ 2
2
x
60 menit
x
10 menit
= 3,3 x 103 cfu/jam/m2
10.000 cm ²
3,14( 4,5) ²