BAB VII SEKTOR LUAR NEGERI DAN NERACA PEMBAYARAN - BAB VII-international trade

BAB VII
SEKTOR LUAR NEGERI DAN NERACA PEMBAYARAN

Satuan Acara Perkuliahan 7
Sub Pokok Bahasan:
 Perdagangan Internasional
 Teori Perdagangan Internasional
 Neraca Pembayaran
Deskripsi Singkat:
Bab 7 menjelaskan tentang definisi perdagangan internasional dan beberapa faktor yang
menjadi pendorong negara melakukan perdagangan luar negeri, teori perdagangan
internasional yaitu merkatilisme, keunggulan absolut dan keunggulan komparatif. Dengan
adanya perdagangan internasional maka diperlukan adanya neraca perdagangan untuk
mencatat tentang transaksi internasional. Selain itu, dijelaskan juga bagaimana neraca
pembayaran di Indonesia.
Dengan membaca bab ini, pembaca diharapkan mampu:
 Menjelaskan bagaimana terjadinya perdagangan dengan negara lain
 Menjelaskan teori perdagangan
 Menganalisis neraca pembayaran.

7.1. Perdagangan Internasional

Perdagangan luar negeri akan memberikan sumbangan yang positif kepada kegiatan
ekonomi negara telah lama diyakini di kalangan ahli-ahli ekonomi. Mazhab Merkantilis,
yaitu ahli-ahli ekonomi yang hidup di sekitar abad ke-16 dan ke-17 berpendapat bahwa
perdagangan luar negeri merupakan sumber kekayaan kepada sesuatu negara. Menurut
mereka kemakmuran yang lebih tinggi akan dicapai apabila sesuatu negara melakukan
perdagangan luar negeri.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong negara melakukan perdagangan luar
negeri, yaitu:
1. Memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri.
2. Mengimpor teknologi yang lebih modern dari negara lain.
3. Memperluas pasar produk-produk dalam negeri.
4. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.
7.2. Teori Perdagangan Internasional
Teori-teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba memahami
mengapa sebuah negara (perekonomian) mau melakukan kerja sama perdagangan dengan
negara-negara lain. Hubungan internasional bukanlah sesuatu yang baru, namun sebuah
paparan teoretis yang sistematis baru dikembangkan sekitar abad ke-17. Di samping itu, teori
perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari
adanya perdagangan internasional (gains from trade). Beberapa teori yang menerangkan
tentang timbulnya perdagangan internasional adalah sebagai berikut:

7.2.1. Merkantilisme
Merkantilisme (Merchantilism) adalah ajaran atau paradigms yang berkeyakinan
bahwa perekonomian suatu negara makin makmur bila mampu memaksimalkan surplus
perdagangan. Konsekuensinya adalah memaksimalkan ekspor sekaligus meminimumkan
impor. Dengan demikian surplus perdagangan akan maksimal.
Dilihat sepintas, ide dasar Merkantilisme sangat menarik, sebab berdasarkan penjelasan dalam Bab XI tentang model keseimbangan Keynesian, surplus perdagangan
mempunyai efek multiplier yang akan meningkatkan output keseimbangan. Peningkatan
output keseimbangan akan meningkatkan konsumsi dan kesempatan kerja.
Yang menjadi masalah tentang ide Merkantilisme adalah:

1.

Pandangan bahwa kemakmuran suatu negara diukur dari banyaknya uang (logam
mulia) yang dapat dikumpulkan. Makin banyak logam mulia yang dapat dimiliki berarti
makin baik. Konsekuensi pemikiran ini adalah surplus perdagangan harus disimpan
dalam bentuk cadangan logam mulia, terutama emas. Pandangan ini menyebabkan
surplus perdagangan yang dihasilkan tidak menciptakan efek multiplikasi, seperti yang
diharapkan dalam teori modern, sebab meningkatnya stok logam mulia bermakna
meningkatnya aset yang menganggur.


2.

Merkantilisme menganjurkan kebijakan perdagangan yang kontroversial, yaitu proteksi yang ketat dan pemberian hak monopoli kepada produsen domestik. Proteksi yang
ketat bertujuan membatasi bahkan menyetop aliran impor barang dan jasa. Dengan
demikian pasar untuk produk-produk domestik terjamin. Pemberian hak monopoli kepada
produsen domestik akan meningkatkan kemampuan bersaing dan kepastian pasar,
sehingga kegiatan produksi terns berlangsung. Kelemahan kebijakan ini adalah rakyat
terpaksa membeli produk-produk domestik yang harganya lebih mahal daripada produk
negara lain, sementara kualitasnya tidak sebaik produk negara lain. Pemberian hak
monopoli pada akhirnya memanjakan produsen domestik, yang menyebabkan mereka
tidak termotivasi untuk meningkatkan efisiensi dan atau inovasi.
Dewasa ini, ide Merkantilisme diadaptasi kembali oleh negara-negara kapitalis, yang

dikenal sebagai Merkantilisme Baru (Neo-Merchantilism). Ciri utama Merkantilisme Baru
adalah pemeliharaan surplus perdagangan, bila perlu dengan melakukan proteksi. Hanya raja
proteksi yang dilakukan lebih sopan dan melalui kebijakan-kebijakan yang bersifat
nonekonomi. Misalnya, tuntutan negara-negara barat agar eksportir yang diprioritaskan
adalah mereka yang memperhatikan kelestarian alam (setiap produk harus memiliki green
label atau label hijau) dan hak asasi manusia (memberi upah dan jam kerja yang layak), oleh
banyak NSB dicurigai sebagai cara baru untuk menghambat ekspor NSB ke negara-negara

kapitalis. Sebab dewasa ini banyak sekali produk kebutuhan pokok NSB, terutama produk
pertanian, tekstil dan elektronik sederhana, yang memasuki pasar negara-negara kapitalis. Hal
ini dimungkinkan karena harga jualnya jauh lebih murah daripada produk serupa yang
dihasilkan negara-negara kapitalis.
7.2.2. Keunggulan Absolut (Absolute Advantages)
Teori keunggulan absolut (absolute advantages) dibangun oleh Adam Smith sebagai
perbaikan atas Merkantilisme. Menurut Smith, surplus perdagangan yang dipaksakan lewat
mekanisme proteksi dan pemberian monopoli akan mengorbankan efisiensi dan

produktivitas. Sebab lewat perlindungan dan hak monopoli, pengusaha tidak terdorong untuk
melakukan efisiensi dan inovasi. Akibatnya, produksi yang dihasilkan bukan saja jumlahnya
menjadi lebih sedikit, tetapi juga harga jualnya makin mahal, kualitasnya pun belum tentu
balk. Dengan kata lain, harga yang hares dibayar dari kebijakan perlindungan seperti yang
diusulkan Merkantilisme adalah kesejahteraan (kemakmuran) rakyat.
Sebaliknya, Smith amat yakin bahwa perdagangan akan meningkatkan kemakmuran
bila dilaksanakan melalui mekanisme perdagangan bebas. Melalui mekanisme perdagangan
bebas, para pelaku ekonomi diarahkan untuk melakukan spesialisasi dalam upaya
peningkatan efisiensi. Menurut Smith, sebaiknya spesialisasi dilakukan berdasarkan
pertimbangan keunggulan absolut, yaitu keunggulan yang dilihat dari kemampuan produksi
dengan biaya lebih rendah. Sebab bila biaya produksinya lebih rendah, dengan input yang

sama dapat dihasilkan output yang lebih banyak. Untuk lebih memperjelas, kita ikuti contoh
kasus di bawah ini.
Kasus 7.1
Untuk memahami konsep Smith, kita membangun dunia khayal yang terdiri atas dua
negara, yaitu Indonesia dan Jepang. Komoditas yang diproduksi juga hanya dua yaitu sepeda
motor (motor) dan beras. Biaya produksi semata-mata adalah biaya tenaga kerja, dimana
jumlah dan kualitas serta upah tenaga kerja di kedua negara tersebut adalah sama. Tidak ada
biaya transaksi dan biaya transportasi. Data-data hipotesis tentang tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk memproduksi setiap unit komoditas di masing-masing negara tertera dalam
Tabel 7.1 di bawah ini.
Tabel 7.1
Biaya Produksi per Unit Sepeda Motor dan Beras Diukur Dengan
Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan untuk Memproduksi
1 Unit Output di Indonesia dan Jepang
Negara
Indonesia
Jepang

Motor (M)
60

12

Beras (B)
15
24

Rasio Tukar Domestik
1M:4B
1 M : 1/2 B

Dari Tabel 7.1 terlihat bahwa bagi Indonesia biaya produksi per unit sepeda motor
adalah empat kali lebih mahal daripada biaya produksi per unit beras (1 unit = 1 ton). Sebab
untuk memproduksi satu unit sepeda motor dibutuhkan 40 tenaga kerja, sedangkan satu unit
beras dibutuhkan 10 tenaga kerja, sehingga rasio tukar domestiknya (berapa unit beras harus

dikorbankan untuk memproduksi 1 unit motor) adalah 1 : 4. Artinya, setiap unit motor
nilainya sama dengan 4 unit beras. Bagi Jepang, biaya produksi per unit motor hanya separo
biaya produksi per unit beras. Sebab biaya produksi per unit beras adalah 24, sedangkan per
unit motor hanya 12. Dengan demikian rasio tukar domestik adalah 1 : 1 /2; Setiap unit motor
setara dengan setengah unit beras.

Data-data di atas menunjukkan bahwa secara absolut Jepang lebih efisien dalam
memproduksi motor, sedangkan Indonesia lebih efisien dalam memproduksi beras. Hal
ini lebih jelas bila kits melihat kurva kemungkinan produksi (production possibilities curve,
disingkat PPC) kedua negara tersebut. Bila jumlah tenaga kerja di masing-masing negara
adalah 1000 orang, maka kombinasi output yang dihasilkan dan PPC adalah sebagai berikut.

Tabel 7.2
Potensi Produksi Motor dan Beras di Indonesia
Dan Jepang tanpa Spesialisasi (unit)
Motor
Negara
Indonesia (1000)
Jepang (1000)

(M)
20 x 50
100 x 10

Beras (B)
80 x 12,5

50 x 20

Rasio Tukar Domestik
1M:4B
1 M : 1/2 B

Diagram 7.1
Kurva Kemungkinan Produksi Indonesia dan Jepang
Motor
(unit)

Motor
(unit)
100

20

80

Beras

(unit)

50

Beras
(unit)

Jepang lebih murah daripada
(a) Indonesia
Dari diagram
terlihat, karena biaya produksi motor (b)
di Jepang

biaya produksi motor di Indonesia, maka jika seluruh tenaga kerja dialokasikan untuk

memproduksi motor, Jepang mampu memproduksi motor lebih banyak daripada Indonesia.
Sebaliknya, Indonesia mampu memproduksi lebih banyak beras. Karena itu sebaiknya Jepang
menspesialisasikan diri pada produksi motor, sedangkan Indonesia pada beras.
1) ManfaatSpesialisasi
Yang dimaksud dengan manfaat perdagangan internasional adalah meningkatnya kemampuan

potensial

konsumsi

domestik

akibat

perdagangan

dengan

negara

lain.

Untuk

membuktikannya, mari kita perhatikan lanjutan Kasus 7.1 di bawah ini.
Seandainya pada awalnya baik Indonesia maupun Jepang mengalokasikan masing-masing

separo tenaga kerjanya untuk memproduksi motor dan beras, maka hasilnya adalah:
Tabel 7.3
Potensi Produksi Motor dan Beras di Indonesia
dan Jepang dengan Spesialisasi (unit)
Negara
Indonesia 500
Jepang 500
Total Dunia

Sebelum Spesialisasi
Motor
Beras
10
40
50
25
60
65

Setelah Spesialisasi
Motor
Beras
0
80
100
0
100
80

a. Kombinasi konsumsi domestik Indonesia adalah 10 unit motor dan 40 unit beras.
b. Kombinasi konsumsi domestik Jepang adalah 50 unit motor dan 25 unit beras.
c. Total konsumsi dunia adalah 60 unit motor dan 65 unit beras.
Bila masing-masing negara melakukan spesialisasi, dimana Indonesia hanya
memproduksi beras, sedangkan Jepang hanya memproduksi motor, maka kemungkinan
konsumsi rakyat di kedua negara akan makin besar. Sebab dengan spesialisasi, produksi
motor menjadi 100 unit atau meningkat sebesar 40 unit, sementara produksi beras menjadi 80
unit atau meningkat 15 unit.
2) Manfaat Perdagangan Luar Negeri
Potensi peningkatan konsumsi karena spesialisasi baru terwujud bila Indonesia dan Jepang
mau melakukan perdagangan, di mana Indonesia menjual beras ke Jepang untuk memperoleh
motor, sebaliknya Jepang menjual motor ke Indonesia untuk memperoleh beras. Terjadi atau
tidaknya perdagangan antara Indonesia dan Jepang sangat ditentukan oleh nilai tukar
internasional. Selama harga jual internasional komoditas unggulan masing-masing negara
adalah lebih mahal daripada harga domestik, maka masing-masing negara akan melakukan
perdagangan, sebab hasilnya lebih menguntungkan.

Bagi Indonesia yang komoditas unggulannya adalah beras, bila harga jual motor
Jepang lebih sedikit daripada empat unit beras ( 1/2 unit beras,
maka Jepang akan mengimpor beras dari Indonesia (atau mengekspor motornya ke
Indonesia). Transaksi perdagangan Indonesia-Jepang akan terjadi bila nilai tukar motor
berkisar antara > 1/2 sampai < 4 unit beras.
Jika nilai tukar internasional motor:beras adalah 1 : 1, artinya setiap unit motor
nilainya sama dengan 1 unit beras, maka transaksi perdagangan akan terjadi, sebab rasio 1 : 1
berada dalam interval > 1/2 sampai < 4. Tabel di bawah ini menunjukkan jika Indonesia ingin
tetap mempertahankan konsumsi awalnya, yaitu 40 unit beras, maka Indonesia dapat
mengekspor 40 unit beras ke Jepang. Dengan rasio tukar 1 : 1, Indonesia akan memperoleh
40 unit motor Jepang. Karena Jepang memproduksi motor, maka konsumsi motor dalam
negeri menjadi 60 unit (100 unit produksi - 40 unit ekspor).
Perhatikan kombinasi konsumsi masing-masing negara karena adanya perdagangan.
Indonesia : 40 unit beras dan 40 unit motor, yang berarti konsumsi motor meningkat
sebanyak 30 unit (40-10), sedangkan Jepang 60 unit motor dan 40 unit beras. Artinya
konsumsi motor di Jepang meningkat 10 unit (60-50), sedangkan konsumsi beras meningkat
15 unit (40-25).
Tabel 7.4
Manfaat Perdagangan Internasional (unit)
Sebelum
Negara
Indonesia 500
Jepang 500
Total Dunia

Spesialisasi
Motor
Beras
10
40
50
25
60
65

Setelah Spesialisasi
Motor
Beras
(1) 40
40
60
40
100
80

Diagram 7.2
PPC Indonesia dan Jepang setelah melakukan Perdagangan Internasional

Motor
(unit)

Motor
(unit)

Konsumsi setelah perdagangan internasional
(40 beras, 60 motor)

PPC setelah perdagangan internasional

Konsumsi setelah perdagangan internasional100
(40 beras, 40 motor)

40

60

Konsumsi sebelum perdagangan internasional
(25 beras, 50 motor)

Konsumsi sebelum perdagangan internasional
(40 beras, 10 motor)

PPC setelah perdagangan internasional

20

40

80

Beras
(unit)

40

50

Beras
(unit)

(b) Jepang

(a) Indonesia

7.2.3. Keunggulan Komparatif (Comparative Advantages)
Yang menjadi pertanyaan, apakah yang harus dilakukan bila sebuah negara tnemiliki
keunggulan absolut atas semua komoditas yang diperdagangkan. pertanyaan ini sangat
relevan dengan dunia nyata. Misalnya, secara teknis Amerika Serikat (USA) memiliki
keunggulan absolut dalam memproduksi mobil dan tekstil dibanding Indonesia. Tetapi
mengapa USA mengimpor tekstil dari Indonesia. Bukankah lebih balk bila USA mengekspor
mobil dan tekstil ke Indonesia?
Kasus 7.2 di bawah ini adalah contoh kuantitatif dari kasus di atas. Tabel 7.5 menunjukkan
bahwa USA memiliki keunggulan absolut dalam produksi mobil maupun tekstil. Untuk
memproduksi satu unit mobil, USA hanya membutuhkan 25 tenaga kerja, sedangkan
Indonesia 100 tenaga kerja. Untuk memproduksi satu unit tekstil, USA hanya membutuhkan
10 tenaga kerja, Indonesia 20 tenaga kerja.

Tabel 7.5
Biaya Produksi per unit Mobil dan Tekstil, Diukur Dengan Jumlah Tenaga Kerja
yang Digunakan untuk Memproduksi 1 unit Output di Indonesia dan USA
Negara

Mobil (M)

Tekstil (T)

Rasio Tukar Domestik

Indonesia
USA

100
25

20
10

1M:5T
1 M : 2,5 T

Bila baik Indonesia maupun USA masing-masing memiliki 1.200 tenaga kerja, maka
kombinasi output yang dihasilkan masing-masing negara adalah sebagai berikut:
Tabel 7.6
Potensi Produksi Mobil dan Tekstil di Indonesia
Dan USA Tanpa Spesialisasi (unit)
Negara
Indonesia (1200)
USA (1200)

Mobil (M)
12 (100)
48 (25)

Textil (T)
60 (20)
120 (10)

Rasio Tukar Domestik
1M:5T
1 M : 2,5 T

Teori keunggulan absolut tidak dapat menjawab apakah sebaiknya USA dan Indonesia melakukan perdagangan. Tetapi menurut David Ricardo, Indonesia dan USA dapat
melakukan perdagangan bila masing-masing negara memiliki keunggulan komparatif
(comparative advantage).
Dari tabel di atas kita tahu bahwa dilihat dari rasio tukar domestiknya, harga mobil di
USA diukur dengan unit tekstil adalah dua kali lebih murah daripada harga mobil di
Indonesia. Karena itu biaya ekonomi memproduksi tekstil di USA lebih mahal dibanding di
Indonesia. USA memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi mobil, karenanya
sebaiknya USA menspesialisasikan diri dalam memproduksi mobil. Sedangkan Indonesia
memproduksi tekstil.
Keunggulan komparatif USA dalam memproduksi mobil dapat juga dilihat dari
tingkat efisiensi relatifnya. Karena untuk memproduksi 1 unit mobil USA hanya
membutuhkan 25 tenaga kerja, sementara Indonesia membutuhkan 100 tenaga kerja, maka
USA memiliki efisiensi 4 kali lipat dalam produksi mobil. Sedangkan dalam produksi tekstil,
USA memiliki efisiensi hanya dua kali lipat. Karena itu sebaiknya USA menspesialisasikan
diri dalam produksi mobil, sedangkan Indonesia memproduksi tekstil.
1. Manfaat Spesialisasi
Jika baik Indonesia maupun USA pada awalnya mengalokasikan masing-masing separo
angkatan kerjanya untuk memproduksi mobil dan tekstil, maka kombinasi konsumsi masingmasing negara adalah seperti tertera dalam Tabel 7.7. Indonesia 6 unit mobil dan 30 unit
tekstil, sementara USA 24 unit mobil dan 60 unit tekstil, dengan potensi konsumi dua negara
adalah 48 unit mobil dan 60 unit tekstil.
Tabel 7.7

Potensi Produksi Mobil dan Tekstil di Indonesia dan USA
Dengan Spesialisasi (unit)
Negara
Indonesia (600)
USA (600)
Total Dunia

Sebelum Spesialisasi
Mobil
Textil
6
30
24
60
30
90

Setelah Spesialisasi
Mobil
Textil
0
60
48
0
48
60

Start and over
2. Manfaat Perdagangan Internasional
Sama halnya dengan kasus keunggulan absolut, maka dalam kasus keunggulan komparatif,
perdagangan baru terjadi bila rasio tukar internasional lebih menguntungkan dibanding rasio
tukar domestik. Bagi Indonesia, perdagangan baru dilaksanakan bila harga per unit mobil di
pasar internasional < 5 unit tekstil. Sebaliknya, USA baru mau menjual mobilnya bila harga
per unit mobil > 2,5 unit tekstil. (1;1) (1:3)
Misalkan harga mobil di pasar internasional adalah 3 unit tekstil, maka baik USA maupun
Indonesia akan melakukan perdagangan. Seandainya Indonesia ingin mempertahankan
konsumsi tekstil dalam negerinya, sebesar 30 unit, maka karena melakukan spesialisasi di
tekstil Indonesia dapat mengeksspor 30 unit tekstil ke USA. 10: 30
Dengan harga yang berlaku, Indonesia memperoleh 10 unit mobil. Dengan perdagangan
internasional, ternyata konsumsi rakyat Indonesia makin baik dengan bertambahnya
konsumsi mobil sebanyak 4 unit (10 unit - 6 unit).
Tabel 7.8
Manfaat Perdagangan Internasional antara Indonesia dan USA
(unit)
Negara
Indonesia
Jepang
Total Dunia

Sebelum Spesialisasi
Mobil
Beras
6
30
24
60
30
90

Setelah Spesialisasi
Mobil
Beras
0
60
48
0
48
60

Sebaliknya USA, konsumsi mobilnya meningkat dari 24 unit menjadi 38 unit,
sementara konsumsi tekstilnya berkurang dari 60 unit menjadi 30 unit. Tentu timbul
pertanyaan apakah dengan perdagangan internasional USA dirugikan? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kita melihat perubahan PPC sebelum dan sesudah perdagangan. Ternyata
baik USA maupun Indonesia lama-lama bergerak di PPC yang lebih baik daripada PPC
sebelum perdagangan. Karena itu, baik Indonesia maupun USA sama-sama menikmati
manfaat perdagangan.
Diagram 7.3
PPC Indonesia dan USA Setelah Melakukan

Perdagangan Internasional

Tex

tex

120

PPC setelah
perdagangan internasional

Konsumsi sebelum perdagangan internasional (24 mobil, 60 tek

60

60

Konsumsi sebelum perdagangan internasional (6 mobil, 30 tekstil)

40

40

Konsumsi setelah perdagangan internasional (10 mobil, 30 tekstil)

20

PPC setelah
perdagangan internasional

12 20

Mobil

(a) Indonesia

Konsumsi setelah perdagangan internasional (38 mobil, 3

20

20

40 48

mobil

(b) Jepang

7.3. Neraca Pembayaran
Neraca Pembayaran (Balance of Payment, disingkat BOP) adalah catatan statistik
(ringkas) tentang transaksi ekonomi internasional yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
(perekonomian) dengan penduduk negara (perekonomian) lainnya. Neraca Pembayaran
(BOP) adalah laporan rugi laba (income statement) yang merupakan ringkasan arus keluarmasuk barang, jasa dan aset-aset dalam suatu perekonomian selama kurun waktu (periode)
tertentu. Umumnya periode laporan BOP adalah satu tahun, walaupun laporan-laporan
statistik ekonomi dewasa ini umumnya memberikan data BOP periode triwulanan.
7.3.1. Struktur Dasar Neraca Pembayaran
Bagian paling penting dari neraca pembayaran (BOP) adalah neraca lancar (current
account) dan neraca modal (capital account). Bagian lainnya yang memberikan tambahan
penjelasan tentang dinamika neraca lancar dan neraca modal adalah neraca penyeimbang
(settlement account) dan selisih perhitungan (statistical discrepancy)
1) Neraca Lancar (Current Account)

 Neraca lancar (current account) adalah bagian BOP yang memberi gambaran ringkas
tentang transaksi barang dan jasa yang diproduksi selama periode setahun atau
kurang. Dapat juga dikatakan neraca lancar adalah bagian dari BOP yang memberi
gambaran ringkas tentang pembayaran-pembayaran jangka pendek.
 Neraca lancar dapat dibedakan menjadi tiga bagian pokok, yaitu neraca perdagangan
(balance of trade) serta neraca jasa (services) dan neraca nonbalas jasa (transfer
payment).
 Dalam neraca perdagangan dicatat transaksi ekspor dan impor barang-barang selama
satu periode. Suatu negara dikatakan mengalami defisit perdagangan bila nilai ekspor
barang lebih kecil daripada nilai impor barang. Sebaliknya negara tersebut dikatakan
mengalami surplus perdagangan bila nilai ekspor barang lebih besar daripada nilai
impor.
 Neraca jasa mencatat ekspor dan impor jasa selama suatu periode tertentu. Impor jasa
yang dilakukan misalnya penggunaan jasa transportasi negara lain untuk mengirim
barang atau kegiatan lain. Misalnya, ketika akan mengekspor minyak mentah dalam
skala besar, Indonesia mungkin menggunakan jasa transportasi perusahaan asing.
Atau jika Indonesia menyewa armada penerbangan asing untuk memperlancar
transportasi naik haji, maka Indonesia melakukan impor jasa.
 Ekspor jasa terjadi bila ada pembelian jasa-jasa dalam negeri oleh pihak asing.
Misalnya turis Belanda yang berlibur ke Indonesia menik-mati jasa hotel, restoran dan
jasa-jasa lainnya merupakan ekspor bagi Indonesia, sekaligus impor jasa bagi
Belanda.
 Yang juga dicatat dalam neraca jasa adalah pendapatan modal (investment income),
yaitu pendapatan yang diperoleh karena memiliki aset-aset financial (saham dan
obligasi) serta aset fisik (properti) di negara lain. Bila perekonomian Indonesia harus
membayar dividen, bunga, sewa dan keuntungan kepada pihak asing atas kepemilikan
aset-aset di Indonesia, pembayarannya dicatat sebagai pembayaran atas pendapatan
modal (income payments on investment). Bila pihak Indonesia menerima dividen,
bunga, sewa dan keuntungan dari negara lain karena memiliki aset di luar negeri, akan
dicatat sebagai pendapatan dari modal (income received on investment). Selisih
keduanya adalah pendapatan investasi neto (net investment income).

 Suatu negara mengalami defisit neraca jasa bila impor jasa lebih besar daripada
ekspornya. Sebaliknya bila ekspor lebih besar daripada impor jasa dikatakan
mengalami surplus neraca jasa.
 Neraca nonbalas jasa (transfer payment) mencatat transaksi-transaksi yang bukan
sebagai akibat balas jasa. Misalnya bila pemerintah USA memberikan hibah kepada
pemerintah negara lain, hal tersebut akan dicatat dalam neraca nonbalas jasa. Contoh
lain adalah bila prang tua di Indonesia mengirim uang saku untuk anaknya yang
kuliah di USA.
 Surplus atau defisit neraca lancar adalah penggabungan surplus dan atau defisit neraca
perdagangan dengan neraca jasa dan nonbalas jasa. Suatu negara dikatakan
mengalami surplus neraca lancar bila total ekspor barang dan jasa lebih kecil daripada
impor barang dan jasa. Defisit neraca lancar menunjukkan bahwa pembayaranpembayaran jangka pendek suatu negara lebih besar daripada penerimaan-penerimaannya. Begitu juga sebaliknya bila suatu negara mengalami defisit neraca lancar.
2) Neraca Modal (Capital Account)
Neraca modal adalah bagian dari BOP yang mencatat pembelian dan penjualan aset-aset
finansial seperti surat-surat berharga, deposito perbankan dan juga investasi langsung.
Ringkasnya, neraca modal mencatat arus masuk modal (capital inflow) dan arus keluar modal
(capital outflow) selama periode tertentu. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa neraca modal
mencatat arus pembayaran dan penerimaan jangka panjang. Neraca modal dibedakan menjadi
neraca modal pemerintah (official capital) yang mencatat arus keluar-masuk modal di sektor
pemerintah dan neraca modal swasta (private capital) yang mencatat arus keluar-masuk
modal sektor swasta (dunia usaha). Suatu negara dikatakan mengalami defisit neraca modal
bila arus masuk mods lebih kecil daripada arus keluar. Begitu sebaliknya.
3) Neraca Penyeimbang (Settlement Account)
Saldo neraca pembayaran adalah sama dengan nol. Maksudnya, hasil penjumlahan
antara surplus dan atau defisit neraca lancar (current account) dengan surplus dan atau defisit
neraca modal (capital account) adalah sama dengan nol. Jika neraca lancar mengalami defisit
100, maka neraca modal harus surplus 100. Atau sebaliknya bila neraca lancar mengalami
surplus 100, seharusnya neraca modal mengalami defisit 100. Tetapi seringkali terjadi bahwa
saldo neraca pembayaran adalah defisit (< 0) atau surplus (> 0).

Saldo neraca pembayaran mempunyai konsekuensi terhadap nilai tukar mata uang.
Jika saldo neraca pembayaran defisit, maka permintaan terhadap mata uang asing meningkat
atau penawaran terhadap mata uang domestik meningkat. Hal ini dapat menyebabkan
melemahnya nilai tukar mata uang domestik. Sebaliknya surplus neraca pembayaran akan
memperkuat nilai tukar domestik. Jika pemerintah ingin menjaga stabilitas nilai tukar, maka
saldo neraca pembayaran harus dibuat sama dengan nol.
Apa yang dilakukan pemerintah untuk membuat saldo neraca pembayaran menjadi
sama dengan nol dapat dilihat dal am neraca penyeimbang (settlement account). Sehingga
dapat dikatakan bahwa neraca penyeimbang adalah bagian dari BOP yang menjelaskan
bagaimana surplus atau defisit BOP dibiayai. Tercakup dalam bagian ini antara lain adalah
arus keluar-masuk emas, pembelian dan atau penjualan mata uang domestik serta valuta asing
oleh pemerintah.
Misalnya Indonesia mengalami surplus BOP (saldo BOP > 0). Hal ini berarti pertambahan permintaan terhadap rupiah lebih besar daripada pertambahan penawarannya. Bila
dibiarkan, di satu sisi akan memperkuat nilai tukar rupiah, tetapi di sisi lain dapat
memperlemah ekspor karena harga jual komoditas Indonesia dalam mata uang asing akan
lebih mahal. Bila pemerintah ingin mempertahankan nilai tukar yang berlaku, maka salah
satu yang mungkin dilakukan adalah membeli mata uang asing agar kelebihan penawaran
mata uang asing ternetralisir. Dalam BOP Indonesia tindakan pemerintah menetralisir surplus
atau defisit B0P terlihat dalam bagian lalu lintas moneter (monetary movement).
4) Selisih perhitungan (Statistical Discrepancy)
Salah satu faktor lain yang menyebabkan saldo BOP tidak sama dengan
ketidaklengkapan informasi (imperfect information) dan atau adanya transaksi-transaksi yang
tidak tercatat (unrecorded transaction). Dalam BOP, transaksi-transaksi yang tak tercatat ini
dimasukkan ke dalam bagian selisih perhitungan (statistical discrepancy). Istilah dalam
bahasa Inggris yang juga digunakan untuk selisih perhitungan adalah error and omission.

7.3.2. Analisis Neraca Pembayaran di Indonesia
Tabel 7.9
Neraca Pembayaran Indonesia, 1996 (dalam US$ juta)
A. NERACA LANCAR (CURRENT ACCOUNT)
A.1. Neraca Perdagangan (Balance of Trade)
-Ekspor (Exports, fob)
-impor (Imports, fob)
A.2. Neraca. Jasa, Neto (Services, Net)
B. NERACA MODAL (CAPITAL ACCOUNT)
B.1. Sektor Pemerintah, Neto (Official Capital, net)
-Penerimaan (Inflow)
-Penggunaan (Amortization)
B.2. Sektor Swasta Neto (Private Capital, net)
-Investasi Acing Langsung (Foreign Direct investment)
-Lain-lain (Others)
C. Neraca Lancar + Neraca Modal (Total A+B)
D. Selisih Perhitungan (Error and Omission)
E. Lalu Lintas Moneter (Monetary Movement)

-8.804
5.129
50.493
-45.364
-13.933
11.492
-584
5.631
6.215
12.076
6.194
5.882
2.688
1.763
4.451

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Bank Indonesia)
a) Neraca Lancar (Current Account)
Di tahun 1996 Indonesia menikmati surplus perdagangan sebesar US$ 5.129 juta. Sebab
ekspor barang (US$ 50.493 juta) lebih besar daripada impor barang (US$ 45.364 juta).
Namun demikian karena defisit neraca jasa yang sangat besar (US$ 13.933 juta), Indonesia
mengalami defisit neraca lancar sebesar US$ 8.804 juta.
b) Neraca Modal (Capital Account)
Di tahun 1996 Indonesia menikmati surplus neraca modal sebesar US$ 11.492 juta. Penyebab
surplus neraca modal adalah surplus pada aliran modal sektor swasta sebesar US$ 12.076
juta. Artinya jumlah modal swasta yang masuk (capital inflow) lebih besar daripada jumlah
yang keluar (capital outflow). jika dilihat lebih lanjut jumlah modal yang masuk terutama
adalah dalam bentuk investasi langsung (foreign direct investment), yaitu sebesar US$ 6.194
juta. Sedangkan modal masuk dalam bentuk lainya adalah sebesar US$ 5.882 juta.

c) Selisih Perhitungan (Error and Omission)

Defisit neraca lancar sebesar US$ 8.804 juta dan surplus neraca modal sebesar US$ 11.492
juta menyebabkan surplus neraca pembayaran sebesar US$ 2.688 juta. Selain itu ada juga
transaksi yang tidak tercatat sebesar US$ 1.763 juta. Transaksi ini dimasukkan ke dalam pos
selisih perhitungan (error and omission atau statistical discrepancy). Transaksi yang tak
tercatat ini memperbesar surplus neraca pembayaran menjadi US$ 4.451 juta.
d) Neraca Penyeimbang (Settlement Account)
Surplus BOP yang dialami Indonesia selama tahun 1996 secara teoretis akan memperkuat
nilai tukar rupiah. Tetapi jika nilai tukar rupiah menguat (seperti halnya yang terjadi dengan
US$ dalam kasus BOP USA), harga barang Indonesia makin mahal yang akan menurunkan
ekspor. Sedangkan harga barang impor menjadi murah dan akan meningkatkan impor. Upaya
yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menetralisir surplus BOP 1996 terlihat dalam
neraca penyeimbang, yang dalam BOP Indonesia diberi nama lalu lintas moneter (monetary
movement). Dari neraca tersebut terlihat yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah
membeli US$ sebesar 4.451 juta. Tindakan ini akan meningkatkan cadangan devisa sebesar
US$ 4.451 juta. Dengan demikian total saldo BOP adalah sama dengan nol.
LATIHAN:
1. Jelaskan manfaat dengan adanya perdagangan dengan negara lain.

TUGAS:
1. Mencari neraca pembayaran Indonesia tahun 2009.