PENGGUNAAN TEKNIK HEDGING DALAM MEMINIMA

PENGGUNAAN TEKNIK HEDGING DALAM MEMINIMALKAN RISIKO NILAI
TUKAR MATA UANG ASING ( FOREIGN EXCHANGE RISK)
{ Study kasus pada perusahaan PT. PLN (Persero) }

Pane, Anita Nurmala Zulalina
Universitas Trilogi
Risiko nilai tukar mata uang asing pada umumnya terkait dengan perubahan nilai tukar
yang tidak dapat di prediksikan. Ketidakpastian kondisi perekonomian global berdampak besar
untuk perekonomian Indonesia. Faktor terbesar yang mempengaruhi perekonomian dunia adalah
kebijakan tapering off yang dilakukan The Fed sehingga menyebabkan banyaknya capital
outflow dari pasar negara-negara berkembang (emerging market) yang salah satunya adalah
Indonesia. Hal ini perlu diantisipasi pemerintah agar kondisi perekonomian dalam negeri tetap
kondusif. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut adalah dengan
melakukan teknik lindung nilai atau yang biasa di sebut dengan Hedging. Hedging adalah suatu
strategi trading untuk membatasi atau melindungi dana trader dari fluktuasi nilai tukar mata uang
yang tidak menguntungkan. Hedging memberi kesempatan bagi trader untuk melindungi diri dari
kemungkinan rugi (loss) disaat tengah berlangsungnya transaksi. Caramya adalah dengan
memperkecil risiko merugi ketika pergerakan nilai tukar mata uang tidak memungkinkan trader
meraih profit. Risiko yang disebabkan oleh pertukaran valuta asing terbagi menjadi tiga yaitu
(1) Transaction Exposure, (2) Economic/Operating Exposure, (3) Translation/Accounting
Exposure.


Pada penulisan ini penulis membatasi permasalahan yang hanya di lihat dari sisi
Transaction Exposure (Risiko yang dipengaruhi oleh fluktuasi Foreign Exchange (FOREX)

terhadap future cash transaction (payable and receivable) / Assets dan Liability suatu
perusahaan).

A. Profile PT PLN (Perusahaan Listrik Negara)
Dalam melakukan penulisan ini studi kasus yang digunakan adalah perusahaan yang
dikategorikan dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Yaitu PT. PLN (Perusahaan
Listrik Negara).
Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) atau nama resminya adalah PT. PLN
(Persero) adalah sebuah BUMN yang mengurusi aspek kelistrikan yang ada di Indonesia.
Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke 19, ketika beberapa perusahaan
Belanda mendirikan pembangkitan tenaga lisrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga
listrik untuk kepentingan umum dimulai sejak perusahaan swasta Belanda N.V. NIGM
memperluas usahanya di bidang tenaga listrik yang semula hanya bergerak di bidang gas,
kemudian meluas dengan berdirinya perusahaan swasta lainnya.
Tahun 2017, tepatnya pada tanggal 21 Agustus 2017, staf Ahli Menteri BUMN Sahala
Lumban Gaol menyatakan bahwa Bank Mandiri, BRI dan BNI berhasil menyakinkan PT.

PLN untuk menandatangani kontrak kesepakatan lindung nilai (Hedging). Kesepakatan
lindung nilai ini atau yang biasa disebut dengan Hedging di lakukan oleh PT. PLN agar PLN
terbebas atau dapat mengurangi risiko dari Transaction Exposure (risiko akibat perubahan
nilai tukar dan suku bunga baik dari sisi assets maupun liabilitas perusahaan). Selain itu juga
lindung nilai (Hedging) berguna untuk meningkatkan imbal hasil (Yeild Enhancement)
terhadap assets perusahaan. Pihak Divisi Treasury PLN, Iskandar mengatakan alasan
pihaknya ikut dalam hedging atau asuransi valuta asing agar perseroan tidak merugi saat nilai
tukar rupiah membengkak. Sebab jika tidak, maka utang yang ditanggung perusahaan akan
membengkak akibat selisih kurs.
Saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sangat fluktuatif dan berubah-ubah
mengikuti sentiment pasar. Untuk itu perusahaan dinilai harus memiliki persiapan untuk
membayar utang ataupun pengeluaran lainnya, dengan melakukan hedging untuk melindungi
nilai tukar.
PT PLN melakukan hedging dengan tempo dua bulan. Itu artinya, selama masa dua bulan
apabila nilai tukar rupiah bergejolak terhadap dolar. Maka jumlah uang yang PT. PLN
hedging tidak terkena dampak tersebut.

Kebutuhan dana PT. PLN akan valuta asing memiliki nominal sebesar USD 7,5 miliar.
Uang tersebut akan dialokasikan untuk investasi, pembiayaan operasional dan pembiayaan
lainnya. Oleh karena itu, kebutuhan dana yang besar itu. PT.PLN harus meminimalisirkan

risiko terhadap naik turunnya perubahaan nilai tukar. Sebab jika tidak, PLN tidak akan
mampu memenuhi pembiayaan dalam sector-sektor yang penting.
Seperti yang dikemukakan dalam metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan
Arbitrage Pricing Model (APT). tingkat pengembalian return atau keuntungan perusahaan di

pengaruhi oleh risiko yang di hadapi oleh perusahaan. Risiko merupakan besarnya
penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan
tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin besar tingkat perbedaannya berarti
semakin besar pula tingkat risikonya. Risiko itu sendiri jika di lihat dari penulisan ini terletak
pada risiko fluktuasinya nilai tukar mata uang negara khususunya nilai Rupiah terhadap
Dollar Amerika. Sedangkan Return merupakan tingkat return atau keuntungan yang
diperoleh pada penanaman sejumlah dana dalam suatu investasi tertentu yang terlihat pada
masing-masing investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Jadi dapat dikatakan semakin
tinggi risiko yang dihadapi perusahaan, maka semakin tinggi juga tingkat return atau
pengembalian atas investasi yang di lakukan oleh perusahaan.

Transaksi atau kontrak yang digunakan dalam lindung nilai antara PLN dan tiga bank
BUMN tersebut adalah berupa Call Spread Option. Call Spread Option adalah Option Spread
Strategi yang dibuat sama ketika dibeli dan di jual secara bersamaan. Berbeda dengan Call
Option pada biasanya yang memiliki potensi keuangan yang tak terbatas. Keuntungan

maksimum yang dihasilkan oleh call spread option terbatas dan relative murah untuk di
terapkan. Selain itu juga Call Sperad dapat di gunakan pada pasar Bull, Bear dan Netral.

B. Langkah-Langkah Hedging (Call Spread Option)
Call Spread Option adalah startegi yang dilakukan bersama sama saat dijual dan
saat dibeli. Sehingga return yang di dapatkan juga memliki batas maksimum. Adapun

dalam melakukan Call Spread Option bisa di lakukan beberapa strategi atau langkahlangkah, di antaranya :
1. Bull Call Spread
Bull call spread adalah strategi kombinasi dengan membeli call options (long call)
dan menjual call options (short call) secara bersamaan dengan strike price yang
berbeda dan jangka waktu yang sama. Hal yang dilakukan disini adalah dengan
membeli call options dengan strike price yang lebih kecil (ITM atau ATM) dan
menjual call options dengan strike price yang lebih besar (OTM). Strategi ini
merupakan strategi yang mirip dengan long call namun untuk memperkecil premi
yang dibayarkan maka di kombinasikan dengan strategi short call.
Kelebihan strategi ini hampir sama dengan strategi long call hanya modal yang
digunakan lebih kecil sehingga resikonya juga lebih kecil. Sedangkan kekurangannya
adalah potensi keuntungan juga jadi terbatas. Faktor time decay (penyusutan time
value) akan menguntungkan jika posisi sedang menguntungkan, tapi sebaliknya time

decay akan merugikan jika posisi sedang rugi.
2. Bear Call Spread
Bull call spread adalah strategi kombinasi dengan menjual call options (short call)
dan membeli call options (long call) secara bersamaan dengan strike price yang
berbeda dan jangka waktu yang sama. Hal yang dilakukan disini adalah dengan
menjual call options dengan strike price yang lebih kecil (ITM atau ATM) dan
membeli call options dengan strike price yang lebih besar (OTM). Strategi ini
merupakan strategi yang mirip dengan short call namun untuk memperkecil kerugian
yang unlimited maka di kombinasikan dengan strategi long call.
Kelebihan strategi ini hampir sama dengan strategi short call hanya potensi
kerugiannya sudah dibatasi. Sedangkan kekurangannya adalah potensi keuntungan
lebih kecil dari yang sudah dibatasi. Sedangkan kekurangannya lebih kecil dari
strategi short call karena harus membayar premi tambahan dengan membeli call
optionnya. Faktor time decay (penyusutan time value) akan menguntungkan jika

posisi menguntungkan, tapi sebaliknnya time decay akan merugikan jika posisi
sedang rugi.
C. Manfaat Call Spread Option
1. Memberikan kepastian dalam berinvestasi atau saat memilki barang yang nilainya
fluktuatif. Dalam melakukan investasi di pasar internasional sudah pasti investor

mengharapkan adanya keuntungan akibat investasi tersebut. untuk menghindari
terjadinya kerugian maka di lakukan kontrak hedging agar nilai barang investasi
tersebut tidak turun akibat fluktuasi dari nilai tukar.
2. Menjaga stabilitas nilai tukar. Dengan di lakukannya hedging maka nilai tukar
relative stabil, walaupun terjadi fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap
Dollar US. Sebab kontrak tersebut sudah disepakati dengan nilai yang telah di
sepakati juga.
3. Meminimalkan Sovereign Risk akibat gagal bayar pinjaman luar negeri.
4. Menjaga integritas sector keuangan Indonesia, pasar valas domestic yang lebih
sehat dan berkembang serta meningkatkan kepercayaan terhadap pasar keuangan
5. Bull Call Spread Option menggunakan modal yang digunakan lebih sedikit
sehingga risikonya juga lebih kecil.
6. Bear Call Spread Option memiliki potensi kerugian yang sudah dibatasi.

D. Kerugian Jika Tidak Melakukan Hedging
1. Perusahaan akan loss/rugi
Jika perusahaan tidak melakukan hedging, sewaktu-waktu terjadi
permasalahan ekonomi diIndonesia dan melemahnya mata uang rupiah terhadap
mata uang negara lain terutama terhadap dollar US maka perusahaan tersebut
akan mengalami kerugian atas transaksi perdagangan internasionalnua yang

dilakukannya, akibat fluktuasi nilai tukar.

2. Kerugian yang berdampak kepada stabilitas system keuangan dan ekonomi
Indonesia.
Akibat dari kerugian yang dialami oleh perusahaan, selain berdampak
kepada kondisi internal berdampak juga terhadap kondisi ekternal. Yaitu
menyebabkan system keuangan tidak stabil dan perekonomian menurun. Karena
jika pemasukan atau inflow perusahaan menurun maka pendapatan yang di
dapatkan oleh negara juga menurun hal ini lah yang menyebabkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia menurun.
3. Hedging membantu perusahaan untuk memenuhi pembiayaan kebutuhan, jika
tidak maka perusahaan tidak bisa melakukan pembiayaan di sector-sektor lain.
4. Soverign Risk meningkat, akibat munculnya risiko-risiko yang di sebabkan
faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian secara makro maupun mikro
E. Refrensi
1. Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M.2015. The Validity of Capital Asset Pricing
Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks
in Indonesia Stock Exchange. American Journal of Economics, Finance and
Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189


2. https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_Listrik_Negara
3. http://ekonomi.metrotvnews.com/energi/aNrwPdgb-pln-dan-3-bank-bumn-teken-lindungnilai-usd30-juta
4. www.jawapos.com/read/2017/08/21/152299/ini-alasan-pln-gaet-bank-bumn-untuklakukan-hedging
5. http://sukses-options-trading.blogspot.co.id/2008/05/strategi-bull-call-spread-bearput.html
6. http://www.theoptionsguide.com/call-spread.aspx
7. http://www.optiontradingpedia.com/bahasa_indonesia/call_options_versi_indonesia.htm