MAKALAH PERAN GURU DALAM PROSES BELAJAR (1)

MAKALAH PERAN GURU DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR
Posted by Unknown Wednesday, 6 May 2015 0 comments

BAB
PENDAHULUAN

I

1.1.
Latar
Belakang
Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa indonesia adalah pendidikan. sebab dengan
pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu
berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Dengan pesatnya perkembangan dunia di era
globalisasi ini, terutama di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, maka pendidikan nasional
juga harus terus-menerus dikembangkan seirama dengan zaman. Pada umumnya sebuah sekolah
dan pendidikan bertujuan pada bagaimana kehidupan manusia itu harus ditata, sesuai dengan
nilai-nilai kewajaran dan keadaban (civility). Semua orang pasti mempunyai harapan dan citacita bagaimana sebuah kehidupan yang baik. Karena itu pendidikan pada gilirannya berperan
mempersiapkan setiap orang untuk berperilaku penuh keadaban(civility). Keadaban inilah yang
secara

praktis
sangat
dibutuhkan
dalam
setiapgerak
dan
perilaku.
Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat 1 bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sera
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selama ini pendidikan di
Indonesia masih menggunakan metode tradisional dan dikotomis (terjadi pemisahan) antara
pendidikan yang berorientasi iman dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
(iptek). Pendidikan seperti ini tidak memadai lagi untuk merespon perkembangan masyarakat
yang sangat dinamis. Metode pendidikan yang harus diterapkan sekarang adalah dengan
mengembangkan pendidikan yang integralistik yang memadukan antara iman dan takwa (imtak)
dengan
ilmu
pengetahuan

dan
tekhnologi
(iptek).
Semakin melemahnya bangsa ini pasca krisis moneter yang kita alami telah membuat Indonesia
berada di urutan bawah dalam hal kualitas pendidikannya. Minimnya sarana dan prasarana

pendukung

menyebabkan

pengajaran

tidak

dapat

dilakukan

dengan


optimal.

1.2.
Rumusan
masalah
Dalam permasalahan ini penulis lebih menekankan sejauh mana peran pendidikan dalam
pengembangan peserta didik dalam mutu pendidikan terkait dengan hal – hal teknologi
pendidikan diantara nya komputer dan internet. Pertanyaan dari masalah yang menjadi analisa
dalam penelitian diformulasikan dengan pertanyaan – pertanyaan di bawah ini:
1.Apa Peran Pendidikan Peran Pendidikan dalam Pengembangan Peserta Didik
2.Bagaimana proses upaya membangun budaya belajar melalui pengembangan e-Learning
1.3.
Tujuan
Penulisan
Penulis
menyusun
karya
tulis
ilmiah
ini

dengan
tujuan
:
1.Untuk mengetahui seberapa besar tugas dan peran penididikan,pengajar pada proses belajarmengajar
2.Mengupayakan agar tugas dan peran pokok seorang pendidik dalam PBM bisa dijalankan oleh
setiap guru dengan baik yang pada akhirnya tujuan utama pendidikan bisa tercapai
1.4
Manfaat
Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah agar lebih memahami peranan pendidikan
melalui proses belajar mengajar oleh pendidik agar pemahaman akan fungsi tugas dan perannya
bisa meningkatkan kemampuan mendidik atau mengajar terhadap anak didiknya serta mampu
mengembangkan potensi diri peserta didik, mengembangkan kreativitas dan mendorong adanya
penemuan keilmuan dan teknologi yang inovatif, sehingga para siswa mampu bersaing dalam
masyarakat
global.
BAB
KAJIAN TEORI

II


2.1.
Beberapa
Definisi
Mengenai
Pendidikan
Beberapa definisi mengenai pendidikan dapat dikemukakan di bawah ini : M.J. Langeveld
(1995)
:
1) Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa
kepada
kedewasaan.
2) Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya, agar bisa
mandiri,
akil-baliq,
dan
bertanggung
jawab
secara
susila.

3) Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.
Stella van Petten Henderson : Pendidikan merupakan kombinasai dari pertumbuhan dan
perkembangan insani dengan warisan sosial. Kohnstamm dan Gunning (1995) : Pendidikan
adalah pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah proses pembentukan diri dan penetuan-diri
secara
etis,
sesuai
denga
hati
nurani.
John
Dewey
(1978)
:
Aducation is all one with growing; it has no end beyond itself. (pendidikan adalah segala sesuatu
bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya).
H.H
Horne
:


Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok sosial
melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan mempertahankan ideal-idealnya.
Encyclopedia
Americana
(1978)
:
• Pendidikan merupakan sebarang proses yang dipakai individu untuk memperoleh pengetahuan
atau wawasan, atau mengembangkan sikap-sikap ataupun keterampilan-keterampilan.
• Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh
metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu.
Dari berbagai definisi tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan merupakan gejala
insani yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk mengantarkan anak manusia ke dunia
peradaban. Pendidikan juga merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan bimbingan
otentik, agar anak belajar mengenali jati dirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan mampu
memiliki, melanjutkan-mengembangkan warisan-warisan sosial generasi yang terdahulu.
2.2.
Tujuan
dan
Proses
Pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan
indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberi arah
kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap
kegiatan
pendidikan.
Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara
komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa seluruh komponen dari
seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk
pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan
tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah, sehingga harus dicegah
terjadinya. Di sini terlihat bahwa tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu mengandung
unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan
peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.
Sehubungan dengan fungsi tujuan yang sangat penting itu, maka suatu keharusan bagi pendidik
untuk memahaminya. Kekurang pahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan dapat
mengakibatkan kesalah pahaman di dalam melaksanakan pendidikan. Gejala demikian oleh
Langeveld disebut salah teoritis (Umar Tirtarahardja dan La Sula, 37 : 2000).
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh
pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu
dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses

pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya.
Kedua segi tersebut satu sama lain saling tergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup
baik, seperti tersedianya prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, juga ditunjang dengan
pengelolaan yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikian
pula bila pengelolaan baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan
mengakibatkan
hasil
yang
tidak
optimal.
2.3.
Unsur-Unsur
Pendidikan
Proses
pendidikan
melibatkan
banyak
hal,
yaitu
:

1)
Subjek
yang
dibimbing
(peserta
didik).
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebut demikian
oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang
ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin

mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah
hidup
yang
dijumpai
sepanjang
hidupnya
2)
Orang
yang
membimbing

(pendidik).
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran
peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan yaitu orang tua,guru, pemimpin program pembelajaran, pelatihan, dan
masyarakat/organisasi.
3)
Interaksi
antara
peserta
didik
dengan
pendidik
(interaksi
edukatif).
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar peserta didik dengan
pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal
ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanifulasikan isi, metode serta alatalat pendidikan. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
4) Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak. Tujuan
demikian bersifat umum, ideal, dan kandungannya sangat luas sehingga sulit untuk dilaksanakan
di dalam praktek. Sedangkan pendidikan harus berupa tindakan yang ditujukan kepada peserta
didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu dengan menggunakan alat
tertentu.
5)
Pengaruh
yang
diberikan
dalam
bimbingan
(materi
pendidikan).
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan
disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti maupun muatan lokal.
Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa.
Sedangkan muatan lokal misinya mengembangkan kebhinekaan kekayaan budaya sesuai dengan
kondisi
lingkungan.
6)
Cara
yang
digunakan
dalam
bimbingan
(alat
dan
metode).
Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat jenisnya
sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai segala
sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
7)
Tempat
peristiwa
bimbingan
berlangsung
(lingkungan
pendidikan).
Lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat.
2.4.
Tugas
dan
Peran
Guru
dalam
Proses
Belajar-Mengajar
Kegiatan Proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh
Adams & Decey dalam Basic Principles Of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar,
pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partissipan, ekspeditor, perencana,
suvervisor,
motivator,
penanya,
evaluator
dan
konselor.
2.4.1
Tugas
Pendidik
Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas
tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru
sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan
pada
siswa.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua.
Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau
disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang
guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.
Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak
mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin
signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya
kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan
datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat
bergantung
dari
"citra"
guru
di
tengah-tengah
masyarakat.
2.4.2
Peran
Pendidik
a.Dalam
Proses
Belajar
Mengajar
Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangar signifikan dalam
proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti
sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan
dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
1).Demonstrator
2).Manajer/pengelola
kelas
3).Mediator/fasilitator
4).Evaluator
b.
Dalam
Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai:
1)
Pengambil
insiatif,
pengarah
dan
penilai
kegiatan
2)
Wakil
masyarakat
3)
Ahli
dalam
bidang
mata
pelajaran
4)
Penegak
disiplin
5)
Pelaksana
administrasi
pendidikan
c.
Sebagai
Pribadi
Sebagai
dirinya
sendiri
guru
harus
berperan
sebagai:
1)
Petugas
sosial
2)
Pelajar
dan
ilmuwan
3)
Orang
tua
4)
Teladan
5)
Pengaman
d.
Peran
1)
2)
3)
4)
BAB

guru
Ahli
Ahli

Secara
secara

psikologis
psikologi
psikologi

Psikologis
adalah:
pendidikan
Relationship
Catalytic/pembaharu
perkembangan
III

PEMBAHASAN

MASALAH

3.1
Peran
Pendidikan
dalam
Pengembangan
Peserta
didik
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 5 bahwa
tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan menurut ayat 6 Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi
dalam
menyelenggarakan
pendidikan.
Proses belajar/mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti, setiap kata,
pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita mengubah lingkungan, presentasi
dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung (Lozanov, 1978). Dalam
hal ini pengaruh dari peran seorang pendidik sangat besar sekali. Di mana keyakinan seorang
pendidik atau pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua peserta didik untuk belajar
dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek teladan mental
pendidik atau pengajar berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran peserta didik yang
diciptakan pengajar. Pengajar harus mampu memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik
akan terlihat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. (Bobbi DePorter : 2001)
Proses pendidikan merupakan totalitas ada bersama pendidik bersama-sama dengan anak didik;
juga berwujud totalitas pengarahan menuju ke tujuan pendidikan tertentu, disamping orde
normatif guna mengukur kebaikan dan kemanfaatan produk perbuatan mendidik itu sendiri.
Maka perbuatan mendidik dan membentuk manusia muda itu amat sukar, tidak boleh dilakukan
dengan sembrono atau sambil lalu, tetapi benar-benar harus dilandasi rasa tanggung jawab tinggi
dan
upaya
penuh
kearifan.
Barang siapa tidak memperhatikan unsur tanggung jawab moril serta pertimbangan rasional, dan
perbuatan mendidiknya dilakukan tanpa refleksi yang arif, berlangsung serampangan asal
berbuat saja, dan tidak disadari benar, maka pendidik yang melakukan perbuatan sedemikian
adalah orang lalai, tipis moralnya, dan bisa berbahaya secara sosial. Karena itu konsepsi
pendidikan yang ditentukan oleh akal budi manusia itu sifatnya juga harus etis. Tanpa
pertanggungjawaban etis ini perbuatan tersebut akan membuahkan kesewenang-wenangan
terhadap anak-didiknya. Peran seorang pengajar atau pendidik selain mentransformasikan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya kepada anak didik juga bertugas melakukan pembimbingan dan
pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan UU Republik Indonesia No. 20 Pasal 39 ayat 2.
Di samping itu merupakan suatu keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab, bahwa
di dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan keadaan peserta
didik Di mana selain peran yang telah disebutkan di atas, hal yang perlu dan penting dimiliki
oleh pendidik yaitu pendidik harus mengetahui psikologis mengenai peserta didik. Dalam proses
pendidikan persoalan psikologis yang relevan pada hakikatnya inti persoalan psikologis terletak
pada peserta didik, sebab pendidikan adalah perlakuan pendidik terhadap peserta didik dan
secara psikologis perlakuan pendidik tersebut harus selaras mungkin dengan keadaan peserta
didik.
(Sumardi
Suryabrata
:
2004)
3.2
Peran
Pendidik
dalam
Proses
Belajar-Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru
sebagai pemegang peranan utama. Karena Proses belajar-mengajar mengandung serangkaian

perbuatan pendidik/guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru
dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Interaksi
dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan
antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya
penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri
siswa
yang
sedang
belajar.
Peran guru dalam proses belajar-mengajar , guru tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar
(teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih (coach),
pembimbing (counselor) dan manager belajar (learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan
fungsi dari peran guru masa depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan
mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan
mencapai
prestasi
setinggi-tingginya.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih tetap memegang peranan
penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape
recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsurunsur manusiawi seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang
diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut.
Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan
manusia
untuk
membantu
dan
mempermudah
kehidupannya.
Namun harus diakui bahwa sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang cepat (di
Indonesia 2,0% atau sekitar tiga setengah juta lahir manusia baru dalam satu tahun) dan
kemajuan teknologi di lain pihak, di berbagai negara maju bahkan juga di Indonesia, usaha ke
arah peningkatan pendidikan terutama menyangkut aspek kuantitas berpaling kepada ilmu dan
teknologi. Misalnya pengajaran melalui radio, pengajaran melalui televisi, sistem belajar jarak
jauh melalui sistem modul, mesin mengajar/ komputer, atau bahkan pembelajaran yang
menggunak system E-learning (electronic learning) yaitu pembelajaran baik secara formal
maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik, seperti internet, CD-ROM, video
tape, DVD, TV, handphone, PDA, dan lain-lain (Lende, 2004). Akan tetapi, e-learning
pembelajaran
yang
lebih
dominan
menggunakan
internet
(berbasis
web).
Sungguhpun demikian guru masih tetap diperlukan. Sebagai contoh dalam pengajaran modul,
peranan guru sebagai pembimbing belajar justru sangat dipentingkan. Dalam pengajaran melalui
radio, guru masih diperlukan terutama dalam menyusun dan mengembangkan disain pengajaran.
Demikian
halnya
dalam
pengajaran
melalui
televisi.
Dengan demikian dalam sistem pengajaran mana pun, guru selalu menjadi bagian yang tidak
terpisahkan, hanya peran yang dimainkannya akan berbeda sesuai dengan tuntutan sistem
ter¬sebut. Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru memegang peran sebagai
sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan
melaksanakan
pengajaran
di
sekolah.
Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangatlah signifikan dalam
proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti
sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan
dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
1)
Demonstrator
2)
Manajer/pengelola
kelas
3)
Mediator/fasilitator

4)

Evaluator

1)
Guru
sebagai
demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya
karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu hal yang
harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus
belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai demonstrator sehingga mampu
memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya ialah agar apa yang
disampaikannya
itu
betul-betul
dimiliki
oleh
anak
didik.
2)
Guru
Sebagai
Pengelola
Kelas
Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan siswa secara aktif untuk belajar.
Keduanya berjalan seiring, tidak ada yang mendahului antara mengajar dan belajar karena
masing-masing memiliki peran yang memberikan pengaruh satu dengan yang lainnya.
Keberhasilan/kesuksesan guru mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar, demikian
juga keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan pula oleh peran guru dalam mengajar.
Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan (Ad. Rooijakkers,
1990:1). William Burton mengemukakan bahwa mengajar diartikan upaya memberikan stimulus,
bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Dalam hal ini
peranan guru sangat penting dalam mengelola kelas agar terjadi PBM bias berjalan dengan baik.
Mengajar adalah aktivitas/kegiatan yang dilakukan guru dalam kelas atau lingkungan sekolah.
Dalam proses mengajar, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai oleh guru yaitu agar siswa
memahami, mengerti, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan. Tujuan mengajar
juga diartikan sebagai cara untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku
seorang
siswa
(Muchtar
&
Samsu,
2001:39).
Dalam hal ini tentu saja guru berharap siswa mau belajar, baik dalam jam pelajaran tersebut atau
sesudah materi dari guru ia terima. Menurut Sagala (2003:12), belajar adalah kegiatan individu
memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.
Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik jika guru dan siswa sama-sama mengerti
bahan apa yang akan dipelajari sehingga terjadi suatu interaksi yang aktif dalam PBM di kelas
dan hal ini menjadi kunci kesuksesan dalam mengajar. Dengan demikian proses pembelajaran
terjadi dalam diri siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses di mana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut merespon situasi tertentu yang ia
hadapi
(Corey,
1986:195)
mengajar dengan sukses adalah jika guru dapat memberikan materi kepada siswa dengan media
dan metode yang menarik, menciptakan situasi belajar yang kondusif dalam kelas sehingga
tercipta interaksi belajar aktif. Dengan begitu akan terjadi proses perubahan dalam diri siswa
bukan hanya pada hasil belajar tetapi juga pada perilaku dan sikap siswa.
Jadi, mengajar dengan sukses itu tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan yang
bersifat kognitif saja, tetapi di dalamnya harus ada perubahan berpikir, sikap, dan kemauan
supaya siswa mau terus belajar. Timbulnya semangat belajar dalam diri siswa untuk mencari
sumber-sumber belajar lain merupakan salah satu indikasi bahwa guru sukses mengajar
siswanya. Dengan demikian kesuksesan dalam mengajar adalah seberapa dalam siswa

termotivasi untuk mau terus belajar sehingga mereka akan menjadi manusia-manusia pembelajar.
Caranya? Sebagai guru mari kita mau membuka diri dan melihat secara jernih apa yang menjadi
harapan
siswa
dalam
diri
kita
3)
Guru
sebagai
mediator
dan
fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan
merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian
integral
demi
berhasilnya
proses
pendidikan.
Sebagai
fasilitator
guru
hendaknya
mampu
mengusahakan
sumber
belajar
yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses
belajar-mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun surat
kabar.
4)
Guru
sebagai
evaluator
Dalam dunia pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan akan diadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan tadi orang selalu mengadakan penilaian terhadap hasil
yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Penilaian perlu dilakukan,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

BAB
KESIMPULAN

DAN

IV
SARAN

4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan,
diantaranya
:
1) Peran guru sebagai demonstrator dalam PBM guru hendaknya senantiasa menguasai bahan
atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menetukan
hasil
belajar
yang
dicapai
oleh
siswa.
2) Dalam kapasitasnya sebagai penglola kelas, seorang guru dituntut untuk bisa menjadikan
suasana kelas menjadi kondusif sehingga proses belajar mengajara atau penyampaian
pengetahuan dari guru ke murid atau proses pertukaran ilmu dan pengetahuan diantara siswa
yang
satu
dengan
yang
lainnya
bisa
berjalan
dengan
baik.
3) Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan
proses
belajar-mengajar.
4) Setiap kegiatan belajar mengajar hendaknya guru senantiasa melakukan evaluasi atau
penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

4.2
Saran
Untuk tercapainya tujuan pokok pendidikan hendaklah peran pendidik tidak hanya berorientasi
pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, melainkan juga berorientasi
pada bagaimana seorang anak didik bisa belajar dari lingkungan dari pengalaman dan kehebatan
orang lain, dari kekayaan luasnya hamparan alam, sehingga dengan pementapan adanya tugas
dan peran guru dalam dunia pendidikan khususnya dalam kegiatan proses belajar mengajar
diharapkan guru dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik dan
diharapkan terjalinnya hubungan yang harmonis dengan para peserta didiknya sehingga harapan
tercapainya tujuan pendidikan bisa dengan mudah terwujudkan
https://makalahinyong.blogspot.co.id/2015/05/makalah-peran-guru-dalam-proses-belajarmengajar.html